BAB I PENDAHULUAN. akan melakukan berbagai kekacauan (Sinulingga, 2006).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. akan melakukan berbagai kekacauan (Sinulingga, 2006)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Agama tidak hanya sebagai alat untuk membentuk watak dan moral, tapi juga menentukan falsafah hidup dalam suatu masyarakat. Fungsi agama ini telah disadari dan diakui oleh orang-orang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vergote (dalam Dister, 1988) di Perancis yang ingin melihat seberapa penting pendidikan agama ditanamkan sejak kecil. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 75% responden menyatakan pendidikan beragama perlu diberikan sejak kecil karena berguna untuk menanamkan moral dalam setiap individu. Selain itu, para responden penelitian tersebut juga berpendapat bahwa pendidikan beragama memberikan pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tidak kacau balau. Kata agama memiliki makna bahwa agama dapat menciptakan keadaan, kehidupan yang tidak kacau-balau. Agama mengikat penganutnya secara langsung atau tidak langsung kepada hukum dalam agama tersebut. Kepatuhan seseorang terhadap agamanya diharapkan membuat kehidupan tidak kacau balau. Seseorang yang tidak memiliki agama dipercaya akan melakukan berbagai kekacauan (Sinulingga, 2006). Salah satu fenomena yang berkaitan dengan hal di atas adalah kekacauan yang ditimbulkan oleh Alexander Aan, yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil 62

2 (PNS) di daerah Pulaupunjung, Sumatera Barat. Dalam sebuah artikel koran elektronik tertulis bahwa Alexander Aan, 30, dinyatakan bersalah karena "sengaja menyebarkan informasi yang menimbulkan kebencian agama dan permusuhan". Aan memulai sebuah kelompok ateis di Facebook, dimana ia berbagi komik Nabi yang berhubungan seks dengan budaknya. Dia juga mengunggah tiga artikel di akunnya, termasuk satu artikel yang menggambarkan Nabi tertarik pada menantu perempuannya. Aan dipukuli oleh massa yang marah dan ditangkap oleh polisi di kampung halamannya di Pulau Punjung di Sumatera Barat pada Januari, setelah menampilkan materi tersebut secara online dan menyatakan dirinya ateis. Pengadilan sebelumnya mendakwa Aan dengan dua tuduhan lain - membujuk orang lain untuk memeluk ateisme dan menghujat - dan jaksa telah menuntutnya dengan hukuman tiga setengah tahun penjara. Akan tetapi, pengadilan membuktikan dia bersalah atas tuduhan yang paling serius dan membatalkan dua tuntutan lainnya (dalam Juni 2012) Pada dasarnya terdapat 2 (dua) istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama (religious conciousness) dan pengalaman beragama (religious experience). Kesadaran beragama adalah segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama, sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Jadi, seseorang dikatakan beragama jika ia memiliki keasadaran beragama dan pengalaman beragama (Drajat, 1989). 63

3 Negara Indonesia memiliki enam agama besar yang telah diakui, yaitu Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu, Islam, dan Konghucu. Namun, selain keenam agama tersebut, terdapat berbagai agama lokal yang sampai saat ini belum diakui oleh negara Indonesia, yang disebut dengan aliran kepercayaan. Menurut kamus bahasa Indonesia aliran kepercayaan merupakan sebutan bagi sistem religi di Indonesia yang tidak termasuk salah satu dari agama yang resmi. Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 berbunyi: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Hal ini berarti masyarakat Indonesia memiliki peluang dan kesempatan untuk memeluk atau menjadi umat salah satu agama yang ada di Indonesia. Pemerintah memberikan kemudahan bagi masyarakat yang menganut aliran kepercayaan di Indonesia. Pada tahun 2006, pemerintah telah mengeluarkan peraturan agar para penganut aliran kepercayaan dapat mendaftarkan diri mereka di administrasi kependudukan, dengan memberikan tanda (-) pada kolom agama. Pemerintah juga telah mengakui pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat penganut agama penghayat, sehingga mereka bisa mendapatkan surat pernikahan mereka. Namun, peraturan tersebut ternyata tidak memberikan perubahan besar bagi penganut aliran kepercayaan di Indonesia. Mereka masih merasa diperlakukan dengan tidak adil sampai saat ini. Mereka ditolak membuat kartu tanda penduduk karena dalam kartu keluarga tidak dicantumkan agama. Para penganut aliran kepercayaan sulit mengurus akta kelahiran, surat nikah, dan surat kematian tanpa adanya dokumen kependudukan. Akibatnya banyak dari mereka 64

4 yang tidak mendapat layanan kesehatan dan pendidikan, bahkan jenazah mereka sering ditolak masyarakat untuk dikuburkan di pemakaman umum (vhrmedia.com, Desember 2012). Salah satu aliran kepercayaan yang ada di Indonesia adalah ugamo Malim. Ugamo Malim merupakan aliran kepercayaan suku Batak Toba. Orang-orang yang menganut ugamo Malim disebut sebagai parmalim. Parmalim berasal dari kata malim yang memiliki dua arti yaitu: pertama, malim sebagai sifat dasar yang dituju yang berawal dari haiason dan parsolamon, dimana haiason diartikan dengan kebersihan fisik dan parsolamon diartikan dengan membatasi diri dari kenikmatan dan tindakan; kedua, adalah malim sebagai sosok pribadi. Parmalim sendiri dapat diartikan dengan orang yang mengikuti ajaran malim, dimana pengikutnya harus memiliki sifat yang bersih atau suci baik fisik maupun rohani, serta dapat membatasi diri dari kenikmatan yang bersifat duniawi (dalam Tiorry, 20 Desember 2010). Para parmalim meyakini bahwa Sisingamaraja merupakan utusan Debata Mulajadi Na Bolon ke dunia, khususnya tanah Batak, untuk menyebarkan ajaran ugamo Malim. Parmalim pergi beribadah setiap hari Sabtu ke tempat ibadah mereka yang disebut dengan Balai Persantian. Parmalim memiliki dua ritual besar di setiap tahun. Pertama, Parningotan Hatutubu ni Tuhan atau Sipaha Sada. Ritual ini dilangsungkan saat masuk tahun baru Batak, yaitu di awal Maret. Ritual lainnya bernama Pameleon Bolon atau Sipaha Lima, yang dilangsungkan antara bulan Juni-Juli. Ritual Sipaha Lima dilakukan setiap bulan kelima dalam kalender Batak. Ini dilakukan untuk bersyukur atas panen yang mereka peroleh. Upacara 65

5 ini juga merupakan upaya untuk menghimpun dana sosial bersama dengan menyisihkan sebagian hasil panen untuk kepentingan warga yang membutuhkan (Gultom, 2010). Dari sebuah komunikasi personal dengan Bapak Surya, salah seorang pengurus tempat ibadah parmalim, diketahui bahwa para parmalim dilarang untuk menyebarkan ajaran agamanya kepada orang lain. Mereka juga dilarang meminjamkan buku patik mereka jika tidak diminta orang lain. Para permalim bisa memberikan penjelasan mengenai ajaran mereka kepada orang lain, jika orang tersebut yang duluan bertanya. Jika seseorang menanyakan mengenai ajaran ugamo Malim, maka parmalim bisa menjelaskan secara dalam ajaran-ajaran mereka. Berikut kutipannya. Bagi kami dek, kami gak perlu berusaha buat menyebarkan agama kami sama orang lain kayak agama-agama yang lain. Lebih baik kami menjalankan hal-hal yang diajarkan oleh Debata Mulajadi Na Bolon. Kita jalankan Patik yang ada, berbuat baik sama orang lain. Biar aja orang lain yang melihat kita bagaimana. Kalo mereka lihat kita baik dan merasa kalo ini adalah jalan yang benar, ya mereka bisa masuk ke Ugamo Malim. Itu terserah mereka. Cuma kalo dari kami sendiri sih gak ada usaha untuk menyebarkan ajaran Ugamo Malim kami. (Komunikasi Personal, 5 Mei 2012) Kami enggak boleh menyebarkan ajaran kami sama yang bukan parmalim. Ngasih-ngasih tahu sama orang gitu enggak boleh. Kecuali mereka yang nanya duluan, barulah bisa kita jelaskan semua. Ngasih buku patik kami sama orang lain pun dilarang. Kecuali dia memang mau pinjam. (Komunikasi Personal, 5 Mei 2012) Lebih lanjut Bapak Surya juga bahwa ajaran parmalim berbeda dengan agama di Indonesia yang ada di Indonesia. Parmalim menyebut keyakinan mereka sebagai ugamo, bukan agama. Ugamo adalah jalan. Jadi, menurut mereka Malim 66

6 merupakan salah satu dari sekian banyak jalan menuju Surga. Para permalim mengakui keberadaan para utusan Tuhan yang ada di dalam agama-agama lain. Bagi mereka, itu merupakan cara-cara manusia yang lain untuk mencapai Surga. Mereka tetap mengakui bahwa ajaran-ajaran dalam agama lain benar, hanya saja jalan yang paling tepat bagi orang Batak adalah jalan yang diajarkan Raja Sisingamaraja dalam ugamo Malim. Berikut kutipannya. Cobalah dulu, apa arti agama itu. Supaya tidak kacau dunia ini kan? Kalo kami beda; kami bilangnya ugamo. Ugamo itu jalan. Bagi kami inilah jalan untuk menuju pada Yang Maha Kuasa. Banyak memang jalan menuju Yang Kuasa. Makanya banyak agama di dunia ini kan. Tapi kami percaya bagi kami inilah jalan yang paling tepat. (Komunikasi Personal, 5 Mei 2012) Kalo kami tetap nya mengakui kalau Yesus itu utusan Tuhan. Gitu juga Nabi Muhammad. Tapi ke mana Yesus menyebarkan ajarannya? Sama bangsa Israel. Kalo Nabi Muhammad sama bangsa Arab. Makanya klo sama bangsa Batak itu yang diutus Sisingamaraja. Makanya udah seharusnya lah kita mengikut Raja Sisingamangaraja (Komunikasi Personal, 23 Agustus, 2012) Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa para penganut aliran kepercayaan sering mengalami diskriminasi, tidak terkecuali dari masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Misalnya saja, saat para penganut agama Malim berencana membangun Rumah Persantian di kota Medan ada tahun Terjadi penolakan dari warga sekitar sehingga pada akhirnya rumah tersebut gagal dibangun. Menurut pengakuan Bapak Surya, alasan warga sekitar menolak adalah di wilayah tersebut tidak ada penganut agama Malim. Berikut kutipannya. Gak suka orang itu dulu kami bangun tempat ibadah di situ. Dibilanglah kar na enggak ada parmalim yang tinggal di situ. Terus kami diganggu. Dilempari batu lah... (Komunikasi Personal, 15 Oktober 2011) 67

7 Selain masyarakat, sistem yang berlaku di pemerintah juga memberikan kesulitan tersendiri bagi para parmalim. Saat pengurusan surat-surat, beberapa instansi pemerintah meminta parmalim untuk mendaftarkan agamanya sesuai dengan agama yang diakui. Hal ini membuat para parmalim merasa diperlakukan secara tidak adil. Salah satunya adalah Bapak Budi, salah seorang parmalim di kota Medan. Bapak Budi mempertanyakan mengapa pada saat pemilihan presiden, agama mereka tidak dipermasalahkan, tetapi pada saat mengurus surat-surat mereka malah disuruh berbohong. Hal ini terlihat dari pernyataan pak N berikut : Kok Cuma kami (parmalim) gak diakuin? Pas mo pemilihan Presiden gak da persyaratan agama tertentu yang bisa milih. Kok kalo ngurus surat dan lain-lain kami gak diakuin? Kar na itu harus masuk ke salah satu agama yang diakuinlah. (Komunikasi personal, 15 Oktober 2011) Menurut Bapak Budi, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh para parmalim memberikan berbagai reaksi dari para parmalim. Ada yang tetap mengosongkan agama mereka di catatan pemerintahan dan beribadah sesuai aturan ugamo Malim. Beberapa orang memilih untuk mendaftarkan diri mereka di kantor pemerintahan dengan menggunakan salah satu dari enam agama yang diakui oleh pemerintah, walaupun dalam kenyataannya mereka masih menjadi seorang parmalim. Misalnya saja, dengan mengaku mendaftarkan dirinya di kantor pemerintahan sebagai seorang penganut agama Kristen namun tetap beribadah sebagaimana seharusnya yang dilakukan seorang parmalim. Hal ini terlihat dari pernyataan berikut. Kalo amang (menyebutkan dirinya sendiri dalam bahasa Batak) sama keluarga amang di KTP masuk agama Kristen. (Komunikasi Personal, 15 Oktober 2011) 68

8 Beberapa parmalim memilih jalan lain untuk menyesuaikan diri dengan kesulitan yang mereka alami, yaitu dengan menjadi penganut salah satu agama yang diakui di Indonesia. Diketahui dari komunikasi personal dan dalam interaksi dengan warga parmalim, penulis mengetahui bahwa dengan melakukan konversi agama, masyarakat di sekitarnya tidak akan memandang mereka (para parmalim) secara negatif. Mereka tidak akan dinilai menganut aliran sesat lagi. Hal yang dilakukan oleh para parmalim ini disebut dengan konversi agama. Konversi agama didefinisikan sebagai perubahan. Paloutzian (1996) mengatakan bahwa konversi agama merupakan perubahan kepercayaan yang mempengaruhi kerangka hidup individu. Perubahan tersebut dapat mengubah individu dari satu kelompok ke kelompok lain, dari satu kepercayaan ke kepercayaan yang lain. Penido (dalam Ramayulis, 2002), berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur, yaitu unsur dari dalam diri (endogenous origin) dan unsur dari luar (exogenous origin). Unsur dari dalam diri (endogenous origin) merupakan proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Seorang individu dapat mempertanyakan apakah agama yang dianutnya sejak kecil telah memiliki kepastian keselamatan. Unsur dari luar (exogenous origin) merupakan proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan, misalnya saja pernikahan. Unsur pernikahan menjadi alasan yang lebih banyak digunakan oleh orang-orang untuk melakukan konversi agama. 69

9 Unsur dari luar (exogenous origin) lebih sering mendorong seorang parmalim berpindah menjadi penganut salah satu agama yang diakui oleh pemerintah. Mereka tidak tahan dengan kesulitan-kesulitan yang dialami mereka saat menganut ugamo Malim. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Surya yang mengatakan bahwa beberapa parmalim yang berpindah agama karena tidak tahan menjadi seorang parmalim dan malu mengakui bahwa mereka seorang parmalim. Hal ini terlihat dari pernyataan berikut. Ya ada juga lah dek yang pindah ke agama lain. Kayak mana lah mereka gak tahan. Jadi maunya yang gampang aja, pindah agama. Biasanya mereka yang kayak gitu juga gak ngerti bagaimana Ugamo Malim itu sendiri. Malu mereka bilang sama orang-orang kalo mereka Parmalim. Jadi itu lah pindah ke (agama) yang lain. (Komunikasi Personal, 5 Mei 2012) Masalah-masalah yang dialami oleh parmalim membuat beberapa dari mereka berpindah agama atau mengganti agama mereka dalam berkas-berkas kependudukan mereka. Namun, hal yang berbeda dilakukan oleh pak Ucok. Pak Ucok berpindah agama dari Kristen Protestan, salah satu agama yang diakui oleh pemerintah, menjadi seorang parmalim. Pak Ucok resmi menjadi seorang parmalim sejak tahun Saat itu Pak Ucok bekerja sebagai sopir bus antardaerah. Pak Ucok mengatakan bahwa pada awalnya ia adalah seorang Kristen yang taat. Ia sering membaca Alkitab. Setelah beberapa lama membaca Alkitab, pak Ucok menemukan beberapa hal yang mengganjal hatinya. Ia merasa bingung, kenapa hal yang dilakukan oleh orang Kristen selama ini berbeda dengan ajaran yang tertulis di dalam Alkitab. Dulu saya rajin baca Alkitab. Paling rajin saya baca Alkitab. Setelah saya baca-baca, saya menemukan kejanggalan-kejanggalan. Saya lihat ada yang 70

10 berbeda antara yang saya baca di Alkitab dengan yang kami lakukan selama ini. (Komunikasi Personal, 27 Maret 2013) Pak Ucok mengatakan bahwa orang Kristen kurang melakukan hal-hal yang tertulis di dalam Perjanjian Lama dalam Alkitab, misalnya saja dalam hal makanan. Pak Ucok mengatakan bahwa dalam Alkitab jelas tertulis bahwa Tuhan melarang bangsa Israel memakan beberapa makanan (misalnya daging babi, hewan berdarah panas, dan sebagainya), namun kenyataannya ia melihat bahwa orang Kristen memakan semua jenis makanan. Saya baca Perjanjian Lama. Di situ kan dikatakan bahwa Tuhan melarang bangsa Israel untuk memakan daging babi, hewan berdarah panas. Tapi kok sekarang semua orang Kristen makan semua makanan itu? Saya lihat kebanyakan mereka kurang melakukan yang diajarkan dalam Perjanjian Lama. Padahal kan Perjanjian Lama bagian dari Alkitab juga kan? (Komunikasi Personal, 27 Maret 2013) Pak Ucok mengatakan bahwa semakin ia membaca Alkitab, semakin banyak ia menemukan ketidak-sesuaian antara ajaran di dalam Alkitab dengan perilaku orang-orang Kristen. Hal tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan, namun Pak Ucok masih menyimpan pertanyaan tersebut dalam hatinya. Ia tidak menanyakan hal-hal tersebut kepada para pemimpin di Gerejanya. Makin saya baca Alkitab, semakin banyak pertanyaan dalam hati saya. Cuma pertanyaan-pertanyaan itu masih saya simpan saja dalam hati saya. Saya pikir, nanti saja saya tanyakan hal ini. (Komunikasi Personal, 27 Maret 2013) Berbagai pertanyaan yang ada di dalam hatinya belum juga ditanyakan pak Ucok sampai ia mengenal bu Wati. Bu Wati adalah tetangga baru pak Ucok yang menganut ugamo Malim. Pak Ucok dan istrinya kerap berbincang-bincang dengan 71

11 bu Wati seputar ugamo Malim. Ia pun perlahan-lahan mulai memahami ajaran ugamo Malim. Belum sempat saya tanyakan pertanyaan-pertanyaan saya ini, datanglah bu Wati di dekat rumah kami. Kebetulan dia pramalim. Jadi seringlah kami cerita-cerita tentang parmalim. (Komunikasi Personal, 27 Maret 2013) Pak Ucok mengatakan bahwa setelah ia mendengar penjelasan mengenai ajaran ugamo Malim dari tetangganya, Ibu Wati. Pa Ucok kemudian merasa tertarik untuk menjadi seorang parmalim. Ia merasa ajaran-ajaran dalam ugamo Malim sesuai (lebih sesuai) dengan apa yang selama ini diyakininya. Ia mengatakan bahwa ia merasa Roh Tuhan datang kepadanya dan menyuruhnya untuk menjadi seorang parmalim. Setelah saya mendengar penjelasan bu Wati, saya merasa ajaran ini benar. Hal yang selama ini saya baca di Alkitab juga dilakukan oleh parmalim. ya terbuka aja hati saya. Kurasa Roh Tuhan datang sama saya dan menyuruh saya masuk menjadi parmalim (Komunikasi Personal, 27 Maret 2013) Jika dikaitkan dengan pernyataan Penido (dalam Ramayulis, 2002), pengalaman Pak Ucok berpindah agama menjadi seorang parmalim dikarenakan unsur dalam dirinya (endogenos origin). Ia meragukan keselamatan yang ada di dalam agama Kristen sehingga ia ingin berpindah agama menjadi seorang parmalim. Hal ini tidak dipengaruhi oleh tekanan dari luar dirinya, tetapi murni dari dalam hatinya. Janis (1987) menyatakan bahwa pada saat seseorang akan melakukan suatu tindakan, maka orang tersebut akan melewati proses pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Svenson & Verplaken (dalam Svenson et al, 1997) 72

12 yang menyatakan bahwa beberapa keputusan bisa saja keputusan yang dianggap kurang penting yang hanya membutuhkan sedikit pemikiran, sebaliknya ada keputusan-keputusan yang dianggap penting yang membutuhkan pemikiran aktif untuk mencapai hasil yang memuaskan. Suatu keputusan dianggap penting karena berbagai alasan, di antaranya materi yang harus dikeluarkan dan konsekuensi dari keputusan tersebut. Selain itu, suatu keputusan juga akan dianggap penting jika berkaitan dengan opini tertentu atau nilai-nilai emosional dari si pengambil keputusan Dapat disimpulkan bahwa bagi seorang individu, keputusan untuk berpindah agama merupakan keputusan yang penting karena keputusan tersebut melibatkan nilai-nilai emosional seorang individu. Selain itu, keputusan tersebut akan menimbulkan berbagai opini dari orang-orang di sekelilingnya. Lebih lanjut Janis (1987) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan, yaitu: Appraising the Challenge, Surveying Alternatives, Weighing Alternatives, Deliberating about Commitment, dan Adhering Despite Negative Feedback. Kelima tahapan pengambilan keputusan akan menunjukkan suatu proses yang unik dari tiap tahapan. Proses yang terjadi dari satu tahapan ke tahapan berikutnya akan menggambarkan sisi negatif dan positif yang mungkin terjadi dari setiap pilihan jawaban (Janis & Mann, 1977). Selama proses pendalaman permasalahan penelitian, penulis menemukan sebuah kasus proses pengambilan keputusan untuk berpindah agama yang selain penting namun juga unik yang dialami oleh Ibu Ani. Selain berasal dari penganut agama resmi yang diakui (agama Kristen) menjadi agama penghayat yang masih sering diperlakukan secara tidak adil, ibu Ani membawa serta seluruh keluarganya 73

13 (suami dan kelima anaknya) melalui proses yang panjang akhirnya menjadi parmalim. Berangkat dari pemaparan di atas, peneliti tertarik dan memfokuskan arah penelitian ini berdasarkan suatu kasus yang menyangkut kehidupan seorang parmalim yang bernama Ibu Ani. Bu Ani telah menjadi seorang parmalim sejak tahun Peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan bu Ani menjadi seorang parmalim, mengingat ada banyak kesulitan yang akan dialami oleh bu Ani bila ia menjadi seorang parmalim. Di saat banyak parmalim yang memilih untuk berpindah menjadi penganut agama yang diakui pemerintah, bu Ani malah memilih untuk menjadi seorang parmalim dengan semua resiko yang telah menunggunya. Penulis meminta kesediaan subjek pada waktu perkenalan, dan subjek setuju untuk diwawancarai lebih lanjut. Peneliti berharap akan tergali banyak informasi, sehingga dapat menambah informasi dan menjadi sesuatu yang bermanfaat. b. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut, Bagaimana proses pengambilan keputusan menjadi seorang parmalim? c. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan menjadi seorang parmalim. 74

14 d. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi sosial, khususnya bagi indigeneous psychology. b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya literatur dalam bidang Psikologi Sosial, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat praktis a. Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai proses pengambilan keputusan menjadi seorang parmalim. Selain itu peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi bahan masukan kepada orang-orang yang hendak melakukan konversi agama sehingga mereka mengetahui pertimbangan yang perlu mereka sebelum lakukan memutuskan melakukan konversi agama. Terlebih bagi orang-orang yang akan melakukan konversi agama ke aliran kepercayaan. e. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab, dimana pada setiap bab dapat dibagi menjadi sub-sub jika dianggap perlu. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: 75

15 Bab I: Pendahuluan Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta diakhiri dengan sistematika penulisan dari penelitian ini. Bab II: Landasan Teori Bab ini akan menguraikan landasan teoritis yang bersumber dari literatur dan pendapat para ahli/ pakar yang dapat digunakan sebagai landasan berpikir dalam pembahasan penelitian ini. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi pengambilan keputusan, teori proses pengambilan keputusan, pertimbangan dalam pengambilan keputusan, teori sejarah ugamo Malim serta sistem kepercayaan ugamo Malim. Bab III: Metode Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah metode penelitian kualitatif, karakteristik subjek penelitian dan lokasi penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, alat bantu pengumpulan data, kredibilitas (validitas) penelitian, prosedur penelitian serta teknik dan proses pengolahan data. 76

16 Bab IV: Analisa Data dan Hasil Analisa Data Bab ini menguraikan mengenai hasil analisa data wawancara yang berupa analisa data partisipan yang meliputi kondisi kondisi awal partisipan mengenal ugamo Malim serta proses pengambilan keputusan partisipan menjadi seorang parmalim. Bab V: Kesimpulan dan Saran Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dan saran mengenai proses pengambilan keputusan menjadi seorang parmalim. Kesimpulan berisikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Saran berisi saran-saran praktis sesuai dengan masalah-masalah penelitan serta saran-saran metodologis untuk menyempurnakan penelitian lanjutan. 77

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan fenomena universal yang dapat kita temui disetiap kehidupan manusia. Eksistensi agama telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman prasejarah. Pada zaman

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan keragaman suku, budaya, agama, dan kepercayaan yang tersebar dari ujung Sabang sampai Merauke. Maka tak heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan identitas diri, maupun tata laku individu yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan identitas diri, maupun tata laku individu yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Agama merupakan identitas diri, maupun tata laku individu yang telah melekat di dalam diri individu. Individu yang lahir di dunia hingga meninggalkan dunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... I Ii Iii iv v vii Ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Penelitian...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Salusu (2004) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Salusu (2004) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengambilan Keputusan 1. Definisi Pengambilan Keputusan Salusu (2004) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses memilih alternatif cara bertindak dengan metode

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki

BAB. I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, memiliki masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan beragam budaya yang tampak pada kebiasaan-kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah berkembang sejak masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki aliran kepercayaan lokal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjelasan mengenai bagaimana cara peneliti membangun penelitian. Dimulai dengan metode apa yang dipakai, cara pengambilan data, hingga analisis data. A. Desain

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang membahas mengenai proses pengambilan keputusan yang individu hadapi mengenai pengambilan keputusan untuk hidup membiara, disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III ASAL USUL MUALLAF DAN MOTIVASINYA MASUK ISLAM

BAB III ASAL USUL MUALLAF DAN MOTIVASINYA MASUK ISLAM BAB III ASAL USUL MUALLAF DAN MOTIVASINYA MASUK ISLAM A. Data Muallaf Berdasarkan Asal Agama. Berdasarkan data laporan Majelis Muhtadin pada tahun 2009 (lihat lampiran 4) dapat penulis analisa dan simpulkan

Lebih terperinci

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI PARMALIM (SEBUAH TINJAUAN STUDI KASUS) SKRIPSI AURORA LIGINARIA

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI PARMALIM (SEBUAH TINJAUAN STUDI KASUS) SKRIPSI AURORA LIGINARIA PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI PARMALIM (SEBUAH TINJAUAN STUDI KASUS) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: AURORA LIGINARIA 071301091 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MENGAPA DIA HARUS MATI?

MENGAPA DIA HARUS MATI? MENGAPA DIA HARUS MATI? Ev. Andree Kho Di dalam semua agama, ada hal-hal tertentu yang sampai batas tertentu kelihatannya sama. Misalnya: Semua agama mengajarkan, supaya manusia berbuat baik. Semua agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Oleh : TIM DOSEN SPAI

Oleh : TIM DOSEN SPAI Oleh : TIM DOSEN SPAI Syarat Pernikahan Adanya persetujuan kedua calon mempelai Adanya izin dari orang tua bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun Antara kedua calon tidak ada hubungan darah Calon

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam

Lebih terperinci

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat BAB IV HATI NURANI A. KOMPETENSI 1. STANDAR KOMPETENSI Memahami nilai nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki laki yang memiliki rupa rupa kemampuan

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual 85 Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual Tujuan Penelitian: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu (Penetapan Presiden RI Nomor 1 tahun 1965). Setiap agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri. Apabila seorang remaja telah merasa dapat bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri. Apabila seorang remaja telah merasa dapat bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau diatas jembatan goyang, yang menghubungkan masa anak-anak yang penuh kebergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Ragam budaya Indonesia merupakan

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN)

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) X : Selamat siang pak N : Iya, siang X : Saya ingin bertanya-tanya tentang perkawinan semarga pak, kenapa perkawinan semarga itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

BAB I PENDAHULUAN. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti tradisi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III mengatakan Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan ( kepercayaan ) dan peribadatan kepada Tuhan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin 150 BAB V PENUTUP Pada tahun 1950an merupakan momen kebangkitan penghayat kepercayaan. Mereka mulai menunjukkan eksistensinya dengan membentuk organisasi berskala nasional. Wongsonegoro sebagai representasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut kepercayaannya. Glock & Stark, (1965) mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sistem

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN Oleh: Wahyu Ernaningsih, S.H.,M.Hum. Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Abstrak Putusan Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Itulah petikan pasal 28B ayat 1 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. I. Pedoman Wawancara Pertanyaan Umum : 1. Siapa nama lengkap anda? 2. Ibu kandung anda boru apa?

LAMPIRAN. I. Pedoman Wawancara Pertanyaan Umum : 1. Siapa nama lengkap anda? 2. Ibu kandung anda boru apa? I. Pedoman Wawancara Pertanyaan Umum : 1. Siapa nama lengkap anda? 2. Ibu kandung anda boru apa? LAMPIRAN 3. Apa pekerjaan ayah dan ibu anda? 4. Dimana ayah dan ibu anda tinggal? 5. Apakah ayah dan ibu

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini mengenai proses pengambilan keputusan hidup membiara pada biarawati Katolik dan Buddha. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana proses yang terjadi

Lebih terperinci

Babel sudah Rubuh: Keluarlah dari Padanya, hai umat-ku!

Babel sudah Rubuh: Keluarlah dari Padanya, hai umat-ku! Babel sudah Rubuh: Keluarlah dari Padanya, hai umat-ku! Dunia akan berakhir! Waktu akan segera tidak ada lagi. Puncak dari segala zaman akan segera terjadi di atas dunia. Di dalam waktu yang sangat berbahaya

Lebih terperinci

Surat Yohanes yang pertama

Surat Yohanes yang pertama 1 Surat Yohanes yang pertama Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman a yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan. Kami sudah

Lebih terperinci

LOGO. Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA

LOGO. Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA Sumpah LOGO Pemuda Bagi Pemuda Penghayat OLEH: WANRI LUMBANRAJA INTRO: SEPERTI APA PARMALIM ITU? TEMPAT IBADAH PARMALIM DI PUSAT, DESA HUTATINGGI KEC. LABUBOTI, SUMUT Page 2 INTRO: SEPERTI APA PARMALIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Teknologi informasi merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 569/ PID / 2014 / PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/tanggal lahir : 54 Tahun/28 Mei 1960;

P U T U S A N NOMOR : 569/ PID / 2014 / PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/tanggal lahir : 54 Tahun/28 Mei 1960; P U T U S A N NOMOR : 569/ PID / 2014 / PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN di Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat banding

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

Bisa. Mengajar. Merupakan Pelayanan

Bisa. Mengajar. Merupakan Pelayanan Mengajar Bisa Merupakan Pelayanan Tahukah saudara bahwa Allah menginginkan saudara menjadi guru? Dalam pelajaran ini saudara akan belajar bahwa demikianlah halnya. Saudara akan belajar mengapa Allah menghendaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa administrasi

Lebih terperinci

Filipi. 1 1 Dari Paulus dan Timotius, hamba. Salam

Filipi. 1 1 Dari Paulus dan Timotius, hamba. Salam 290 Filipi Salam 1 1 Dari Paulus dan Timotius, hamba Kristus Yesus kepada semua umat Allah dalam Kristus Yesus yang tinggal di Filipi, termasuk semua penatua a dan pelayan khusus* jemaat. 2Semoga Allah,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

Bab V KESIMPULAN Kesimpulan. Pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama. Pasal 28E

Bab V KESIMPULAN Kesimpulan. Pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama. Pasal 28E Bab V KESIMPULAN Setelah menguraikan dan membahas beberapa hal di beberapa bab sebelumnya, maka dalam bab V ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah

Lebih terperinci

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi.

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

Lebih terperinci

SIGNIFIKANSI FIRMAN YANG BERSIFAT TERTULIS

SIGNIFIKANSI FIRMAN YANG BERSIFAT TERTULIS SIGNIFIKANSI FIRMAN YANG BERSIFAT TERTULIS SEBUAH KARYA TULIS ILMIAH DITUJUKAN KEPADA: Dr. Suhento Liauw, S.Th., M.R.E., D.R.E., Th.D DOSEN GRAPHE INTERNATIONAL THEOLOGICAL SEMINARY UNTUK MEMENUHI TUNTUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Lembaran Informasi untuk Pernikahan di Indonesia/Pernikahan di Jerman

Lembaran Informasi untuk Pernikahan di Indonesia/Pernikahan di Jerman Kedutaan Besar Republik Federal Jerman Jakarta BAGIAN HUKUM DAN KONSULER ALAMAT Jl. M.H. Thamrin No. 1 Jakarta 10310 / Indonesia WEBSITE http://www.jakarta.diplo.de TEL: +62-21 398 55 172/173/174 Jam kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Perbedaan antara konsep dan aplikasi ini dapat menimbulkan keraguan

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Perbedaan antara konsep dan aplikasi ini dapat menimbulkan keraguan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbedaan antara konsep dan aplikasi tentang ajaran agama membuat remaja mengalami keraguan mengenai ajaran agama yang dianutnya. Apa yang tertulis pada kitab suci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan sering melakukan tindakan di luar batas-batas norma agama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan sering melakukan tindakan di luar batas-batas norma agama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geng motor bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena sudah sering mendengar ataupun membaca dari media massa mengenai munculnya geng-geng motor

Lebih terperinci

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,

Lebih terperinci

NOVIYANTI NINGSIH F

NOVIYANTI NINGSIH F PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERAGAMA PADA ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NOVIYANTI NINGSIH F 100 040 285 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

INJIL YESUS KRISTUS. Bagi Dunia

INJIL YESUS KRISTUS. Bagi Dunia Alkitab mengatakan bahwa kita harus MEMILIH: untuk beribadah kepada Tuhan, atau untuk menolak-nya. Yosua 24:14-15 berbunyi, Oleh sebab itu, takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepada-nya dengan tulus

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 274/PID/2015/PT MDN. Tempat Lahir : Sei Kamah II; Umur/tanggal lahir : 30 tahun / 13 Juli 1984; Jenis Kelamin : Laki-laki;

P U T U S A N NOMOR 274/PID/2015/PT MDN. Tempat Lahir : Sei Kamah II; Umur/tanggal lahir : 30 tahun / 13 Juli 1984; Jenis Kelamin : Laki-laki; P U T U S A N NOMOR 274/PID/2015/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkarapekara pidana pada pengadilan tingkat banding telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dengan ragam masyarakat yang sangat majemuk, beragam suku, ras, bahasa, kebudayaan, adat

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

Persembahan, Bukan Sumbangan! Ditulis oleh Pancha W. Yahya Rabu, 29 April :24

Persembahan, Bukan Sumbangan! Ditulis oleh Pancha W. Yahya Rabu, 29 April :24 Setelah beberapa kali berupaya, akhirnya seorang Kristen berhasil mengajak seorang tetangganya yang belum percaya untuk datang ke gereja. Pada Minggu pagi itu, orang yang belum memeluk agama apa pun itu

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara Mendalam

Transkrip Wawancara Mendalam Transkrip Wawancara Mendalam B. Wawancara dengan Ibu Sumiati, Staf Sub Bagian Pelayanan Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Pemda Kabupaten Mojokerto 1. Apakah menurut ibu sarana dan prasarana di kantor

Lebih terperinci

GEREJA HKBP DI SEMARANG

GEREJA HKBP DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA HKBP DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : JOSUA B. SIHOTANG L2B 005

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Nama Sekolah : Nama Siswa : Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Hari, tanggal : No. Absen : Kelas : V (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan pemahaman umum mengenai seberapa senang seseorang akan kehidupannya sendiri atau secara formal merupakan tingkat dimana seseorang menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama yang diakui oleh negara secara resmi. Menurut Penetapan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. agama yang diakui oleh negara secara resmi. Menurut Penetapan Presiden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki kemajemukan agama, yang setidaknya ada 6 agama yang diakui oleh negara secara resmi. Menurut Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1/PNPS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia, sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Apakah anda selalu. Pola Keseimbangan. 2. Apakah anda selalu jujur dalam

PEDOMAN WAWANCARA. No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Apakah anda selalu. Pola Keseimbangan. 2. Apakah anda selalu jujur dalam 100 PEDOMAN WAWANCARA Nama Suami : Nama Istri : Jumlah Anak : No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Pola Pola 1. Apakah anda selalu Komunikasi Keseimbangan mendiskusikan segala hal yang Orang Tua (terbuka, jujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan

BAB I PENDAHULUAN. yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalimantan Selatan, merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan Selatan atau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peneliti dengan informan yang telah dikumpulkan dan diolah oleh peneliti secara

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peneliti dengan informan yang telah dikumpulkan dan diolah oleh peneliti secara V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah diadakan penelitian terhadap beberapa orang informan yang tinggal di Kecamatan Telukbetung Selatan, berikut ini akan digambarkan hasil wawancara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu jalan keluarnya.

Lebih terperinci

INJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA. melainkan beroleh hidup yang kekal Yohanes 3:16. (Bahasa Indonesian)

INJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA. melainkan beroleh hidup yang kekal Yohanes 3:16. (Bahasa Indonesian) (Bahasa Indonesian) INJIL BAGI DUNIA Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-nya tidak binasa, melainkan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 02Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan TERBENTUKNYA GEREJA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-nya

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 31/Pid.Sus.Anak/2016/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 31/Pid.Sus.Anak/2016/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 31/Pid.Sus.Anak/2016/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

21 February, Ini Bukan Tentang Anda! (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?

21 February, Ini Bukan Tentang Anda! (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu? Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON Hidup Melebihi Diri Sendiri (Ini ukan Tentang Anda!) 21 February, 2015 Ini Bukan Tentang Anda! (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (2/6)

Siapakah Yesus Kristus? (2/6) Siapakah Yesus Kristus? (2/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Firman Allah dan Anak Allah Kode Pelajaran : SYK-P02 Pelajaran 02 - YESUS ADALAH FIRMAN ALLAH DAN ANAK

Lebih terperinci