BAB I PENDAHULUAN. atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kematangan beragama berarti kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai itu dalam sikap dan bertingkah laku (Zakiyah Daradjat, 1970:67). Artinya bahwa kematangan beragama tersebut tercermin dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Menganut suatu agama karena menurut keyakinan agama tersebut yang terbaik, karena itu ia berusaha menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu ditampilkan dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap agamanya. (Akmal Hawi, 2014:82). Adapun ciri-ciri kematangan beragama menurut Zakiyah Daradjat (1970:121) adalah: 1. Pemahaman aqidah yang baik. Aqidah berarti keimanan, kepercayaan. Maksudnya keimanan kepada Allah yang Maha Esa dan dasar-dasar kehidupan beragama. Keimanan kepada aqidah tauhid, ini merupakan langkah awal dan perubahan besar dalam diri manusia, yang mengubah pengertiannya tentang dirinya sendiri, orang lain, kehidupan dan seluruh alam semesta. Aqidah merupakan pondasi atau landasan yang mendasar dalam kehidupan beragama. 1

2 2 2. Memiliki tujuan hidup berdasarkan aqidah. Tujuan hidup orang-orang beriman yaitu untuk berbakti dan beribadah kepada penciptanya, yang dimaksud ibadah di sini ialah mengerjakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-nya atau mengabdikan diri kepada-nya. 3. Melaksanakan ajaran agama secara konsisten dan produktif. Kesadaran beragama yang matang juga terletak pada konsistensi atau kemantapan pelaksanaan hidup beragama secara bertanggung jawab dengan mengerjakan perintah agama dan meninggalkan larangan agama. Pelaksanaan kehidupan beragama atau peribadatan merupakan realisasi ketuhanan dan keimanan. 4. Memiliki pandangan hidup atau filsafat yang komprehensif universal. Kepribadian yang matang memiliki filsafat hidup yang utuh dan komprehensif dan universal. Keanekaragaman kehidupan dunia harus diarahkan kepada keteraturan. Keteraturan ini berasal dari analisis terhadap fakta yang ternyata memengaruhi hubungan satu sama lain. Fakta yang perlu dicari faedahnya itu bukan hanya untuk materi akan tetapi keteraturan itu meliputi pula alam perasaan manusia, pikiran, motivasi, sikap, dan norma. 5. Memiliki diferensialisasi yang baik. Dalam perkembangan kehidupan kejiwaan, diferensialisasi berarti semakin bercabang, semakin bervariasi, makin kaya, dan makin majemuk, suatu aspek psikis dimiliki oleh seseorang. Semua pengalaman, rasa dan

3 3 kehidupan beragama makin lama makin matang, semakin kaya dan komplek. 6. Memiliki pandangan hidup yang integral. Kesadaran beragama yang matang ditandai dengan adanya pegangan hidup yang komprehensif. Di samping itu, pandangan dan pegangan hidup itu juga harus integrasi, yaitu merupakan suatu landasan hidup yang menyatukan hasil diferensiasi aspek kejiwaan yang meliputi fungsi kognitif, afektif, konatif, atau psikomotor. 7. Memiliki semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan. Kematangan beragama juga ditandai adanya semangat mencari kebenaran, keimanan, rasa ketuhanan, dan cara-cara terbaik untuk berhubungan dengan manusia dan alam sekitar. Ia selalu menguji keimanannya melalui pengalaman-pengalaman keagamaan sehingga menemukan keyakinan yang lebih tepat, peribadatannya selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar menemukan kenikmatan, penghayatan, dan kehadiran tuhan. (Akmal Hawi, 2014:83-86). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menganut suatu agama karena menurut keyakinan agama tersebutlah yang terbaik. Kematangan beragama dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dalam merespon ajaran agamanya, seperti rajin ke tempat ibadah,

4 4 berperilaku baik sesuai tuntunan agama, sering bersedekah dan lain-lain. Oleh karena itu usaha untuk mencapai kematangan beragama tidak terlepas dari pembinaan yang berkesinambungan, baik secara individu maupun kelompok. Kelompok Studi Islam (KSI) Ulul Albab merupakan kelompok mahasiswa yang giat mengadakan pembinaan kepada para anggotanya. Kelompok ini semuanya adalah mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang yang tinggal dalam satu wisma bernama wisma Rabithah, terletak di Jalan Surau Balai kelurahan Anduring Padang. Fenomena mahasiswa KSI yang lain dari kebanyakan mahasiswa UIN seperti: 1. Memakai jilbab lebih tertutup dan berpakaian lebih longgar. 2. Memakai kaos kaki dan sarung tangan. 3. Memilih tinggal berkelompok yang sering disebut wisma. 4. Sering mengadakan acara-acara keislaman seperti: pengajian agama, peringatan hari besar islam, tabligh akbar, nasyid. Dll. Disamping itu, mahasiswa yang tergolong ke dalam KSI juga terlihat sering melaksanakan Shalat berjamaah, baik di mesjid kampus maupun di Mesjid/ Mushalla tempat mereka tinggal. Berdasarkan observasi awal peneliti terdapat beberapa wisma yang dihuni oleh mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang yang letaknya dekat dengan kampus UIN Imam Bonjol Lubuk lintah. Di antara wisma itu adalah Wisma Rabithah.

5 5 Secara umum di kalangan mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang, diketahui bahwa wisma KSI tempat tinggal organisasi terkenal dengan berbagai macam aturan yang mengikat para penghuninya. Seperti adanya pembatasan-pembatasan yang disebutkan di atas, ada juga berbagai kegiatan-kegiatan pembinaan yang wajib diikuti oleh para penghuninya. Umumnya mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang lebih memilih tinggal di kos-kosan yang tidak ada aturan-aturan atau pembinaan-pembinaan seperti yang disebut di atas. Mereka lebih memilih bebas mengurus keperluan kuliahnya sendiri tanpa adanya aturan-aturan wisma atau pembinaanpembinaan yang tentunya menyita waktu mereka. Namun demikian ternyata masih ada mahasiswi yang memilih tinggal di wisma yang tentunya tidak bisa bebas. Pemilihan itu tentunya dilatarbelakangi oleh adanya motivasi dari para mahasiswi untuk lebih memilih tinggal wisma KSI. Seperti diketahui bahwa motivasi berperan penting bagi individu dalam menentukan pilihannya. Peneliti berhasil mewawancarai beberapa orang mahasiswi yang tinggal di wisma itu. Peneliti menanyakan tentang motivasi mereka memilih tinggal di wisma KSI. Berikut hasil wawancara tersebut. JN : Motivasinya adalah karena di wisma itu ada peraturannya ndak kalau di kos tu ndak ado paraturannyo do kalau di kos tu ndk ado do, jadi rasanya ingin memperbaiki diri, kalau di wisma ada aturan, ada agenda ndak, jadi kita semua itu emang diatur untuk mengkaji ajaran islam, kalau di kos tidak ada. Saya dari dulu bukanlah dari agama, kalau di kos mungkin saya jadi nakal, jadi mangkonyo motivasi saya tu di wisma ingin memperbaiki diri, kan di wisma tu visi dan misi nya tu untuk memperbaiki diri, gitu loh.. akhwat-akhwat tu manjadi wanita shalehah. Oo.. niat saya dari dulu tu kalau saya kuliah di IAIN. Malahan orang tua saya itu

6 6 menyuruh untuk tinggal di kos, itu loh. (JN, mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang. Wawancara, 18 November 2016). JN: Motivasinya adalah karena di wisma itu ada peraturannya gak, kalau di kos itu tidak ada peraturannya kalau di kos itu tidak ada, jadi rasanya ingin memperbaiki diri, kalau di wisma ada aturan, ada agenda juga, jadi kita semua itu memang diatur untuk mengkaji ajaran islam, kalau di kos itu tidak ada. Saya dari dulu bukanlah dari agama, kalau di kos itu mungkin saya jadi nakal, jadi makanya motivasi saya itu di wisma ingin memperbaiki diri, di wisma itu visi dan misinya itu untuk memperbaiki diri, begitu.. akhwat-akhwat itu menjadi wanita shalehah. niat saya dari dulu itu kalau saya kuliah di IAIN. Malahan orang tua saya itu, menyuruh untuk tinggal di kos, begitu loh,, (JN, mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang. Wawancara, 18 November 2016). Selanjutnya juga diungkapkan oleh seorang mahasiswa: SF: supaya kita tuh,,a a kak niatnya untuk beribadah, beda yang di kos kan, kalau di kos tu ndak ada yang nyuruh kita tuh untuk melaksanakan beribadah lebih aman di wisma lagi daripada di kos, waktu-waktunya untuk keluar tu ada kalau di kos kan beda, dulu sih ada niatnya untuk tinggal di kos tu kak, hmmm... tapi di bilang kalau di kos tu banyak lah negatif dari kakak kandung lah kak, ada abang yang bilang kan, aaa... bagus di wisma lagi daripada di kos katanya, hmm.. awalnya dulu niatnya di kos aja.. ntuh abang tuh nyuruh di sini aja lah katanya lebih aman, kan kalau di kos kan kak belum tau aman lagi kan kak, apalagi di padang sekarang kan kak, kalau masalah peraturannya kak, gak ada rasa jengkel gtu kan kak, apalagi masalah makanan kan kak, kalau makanan setiap hari makanannya tu tukar-tukar terus kak. Itu aja kak. (SF, Wisma Rabithah. Wawancara, 18 November 2016). SF: supaya kita itu, kak niatnya untuk beribadah, beda yang di kossan, kalau di kos itu tidak ada yang menyuruh kita itu untuk melaksanakan beribadah lebih aman di wisma lagi daripada di kos, waktu-waktunya untuk keluar itu ada, kalau di kos beda, dulu sih ada niatnya untuk tinggal di kos itu kak, tetapi di bilang kalau di kos itu banyak hal negatif dari kakak kandung lah kak, ada abang yang mengatakan, bagus di wisma lagi daripada di kos katanya, awalnya dulu niatnya di kos saja, abang itu menyuruh di sini ajalah katanya lebih aman, kalau di kos kan kak, belum tentu aman lagi kan kak, apalagi di padang sekarang kak, kalau masalah peraturannya kak, tidak ada rasa jengkel begitu kak, apalagi masalah makanannya kak, kalau makanan setiap hari makanannya

7 7 itu bertukar-tukar terus kak, itu saja kak. (SF, Wisma Rabithah. Wawancara, 18 November 2016). Mahasiswa lainnya juga mengatakan: Motivasi wak dalam masuk wisma iko, partamo di kawan dakek, mangkonyo ikuik kan, aaa tu yang kaduo motivasi tu di kakak ndak kakak dakek do, Cuma kakak dari jauh. Anak apak dari siap tu, aaa katonyo wisma tu kondisi lingkungannyo babedakan tau lah, soalnyo wak kan dari asrama dulu tu jadi memamng cubo bayangkan kalau seandainyo di kos kan berbeda lingkungannyo kan, kalau di wima tu ibadah wak tu lebih terkontrol kan, tau lah ya, jago pagi, kalau di parhatikan kalau anak kos tu kan banyak yang lalai, tu kadang shalat kadang ndak, kan lingkungan tu menentukan sia awak ndak, jadi lingkungan wak maajakan lalai shalat otomatis wak tabaok lalai juo, kan itu masalah biaya nyo tu labiah murah dibanding kos kan kak, dalam satu tahun tu cuma satu juta kan kak. (M, Wisma Rabithah. Wawancara, 18 November 2016). Motivasi saya dalam masuk wisma ini, pertama di teman dekat, makanya ikut-ikutan, itu yang kedua motivasi itu dari kakak tidak kakak dekat, Cuma kakak jauh. Anak bapak dari sesudah itu, katanya wisma itu kondisi lingkungannya berbeda begitu lah, soalnya saya kan dari asrama dulu itu, jadi memang coba bayangkan kalau seandainya di kos kan, berbeda lingkungannya kan, kalau di wisma itu ibadah saya itu lebih terkontrol, begitulah ya, bangun pagi, kalau di perhatikan kalau anak kos itu, banyak yang lalai, itu kadang shalat kadang tidak, terus lingkungan itu menentukan siapa kita, jadi lingkungan saya mengajarkan lalai shalat otomatis saya terbawa lalai juga kan, itu masalahnya biayanya itu lebih murah dibandingkan kos kan kak, dalam satu tahun itu hanya satu juta kan kak. (M, Wisma Rabithah. Wawancara, 18 November 2016). Motivasi untuk tinggal di wisma KSI dan tentunya berkaitan erat dengan keinginan untuk mempelajari dan meningkatkan pemahaman terhadap agama yang dipeluknya dan ini merupakan salah satu indikator dari kematangan beragama yang ada pada diri individu. Oleh karena itu untuk kasus ini, peneliti ingin bagaimana mahasiswi UIN Imam Bonjol tersebut memilih tinggal di wisma dari pada di kos. Dengan demikian

8 8 meneliti tentang motivasi tinggal di wisma tersebut dan mengukur tingkat kematangan beragama para anggota wisma menjadi menarik untuk dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik melakukan suatu penelitian dalam bentuk karya ilmiah dan mengangkatnya dalam sebuah judul MOTIVASI MAHASISWI TINGGAL DI WISMA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEMATANGAN BERAGAMA (STUDI DI WISMA RABITHAH ANDURING PADANG) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana motivasi mahasiswi memilih tinggal di wisma dan bagaimana kematangan beragama (Studi di Wisma Rabithah Anduring Padang). C. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dijabarkan kepada beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana motivasi mahasiswi tinggal di wisma serta implikasinya terhadap kematangan beragama di wisma Rabithah Anduring Padang? 2. Bagaimana kematangan beragama mahasiswi yang tinggal di wisma Rabithah Anduring Padang?

9 9 D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui motivasi mahasiswi tinggal di wisma serta implikasinya terhadap kematangan beragama di wisma Rabithah Anduring Padang. 2. Untuk mengetahui kematangan beragama mahasiswi yang tinggal di wisma Rabithah Anduring Padang. E. Signifikansi Penelitian Penelitian ini sangat penting dilakukan agar dapat menggambarkan bagaimana motivasi mahasiswi yang tinggal di wisma, dan bagaimana kematangan beragama mahasiswi yang tinggal di wisma Rabithah Anduring Padang. F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi terhadap ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi seperti: psikologi agama, psikologi belajar, dan masih banyak buku-buku lain yang membahas tentang psikologi. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi berupa motivasi dan kematangan beragama di Wisma Rabithah Anduring Padang.

10 10 G. Sistematika Penulisan Untuk mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Merupakan pendahuluan yang menggambarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, signifikansi dan keunikan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan. BAB II : Studi Kepustakaan Meliputi teori-teori yang mempunyai titik singgung dengan penelitian ini. Dan mengkaji tentang aspek-aspek motivasi dan kematangan beragama. BAB III : Berisi tentang metodologi penelitian, tipe penelitian, unit analisis penelitian, subjek atau informan penelitian, teknik penggalian data, teknik analisis data penelitian, teknik penjamin kesalihan dalam penelitian. BAB IV : Berisi tentang hasil penelitian, deskripsi data penelitian, analisis dan interpretasi data ilmiah, interpretasi data normatif. BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positifistik yang

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positifistik yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positifistik yang bertitik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari kepribadian yang sebenarnya. 1 Perilaku manusia dapat dikatakan sebagai perwujudan dari kepribadiannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ajaran Islam mewajibkan kepada setiap muslim untuk berdakwah yang ditujukan kepada seluruh manusia, baik muslim maupun kepada mereka yang belum beragama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA Pengertian dan manfaat Psikologi Agama Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa memahami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul Kedudukan agama dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan pribadi sebagai makhluk Tuhan merupakan unsur yang terpenting, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang universal yang memuat banyak nilai-nilai kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk dan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas meliputi kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu harapan bangsa dimana nantinya remaja diharapkan dapat meneruskan nilai-nilai perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan fenomena universal yang dapat kita temui disetiap kehidupan manusia. Eksistensi agama telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman prasejarah. Pada zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja (adolescence) merupakan peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Para psikolog selama ini memberi label masa remaja sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan analisis skripsi yang berjudul Kesadaran Beragama Pada Masa Pubertas (Tinjauan Psikologi Agama), dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berukut: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dalam Perspektif Islam adalah amanah dari Allah SWT. Semua orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang soleh, berilmu dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor,

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ditinjau dari lokasi, penelitian merupakan penelitian lapangan (field research), dimana peneliti turun langsung ke lokasi penelitian dan mengamati langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan internet semakin popular dikacamata para generasi muda tak terkecuali mahasiswi. Mahasiswi adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan persoalan akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hijab merupakan kewajiban bagi wanita umat Islam untuk menutup auratnya. Hijab sendiri kini tidak hanya digunakan oleh perempuan dewasa dan tua saja, akan tetapi sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jilboobs berasal dari kata jilbab dan boobs. Jilbab adalah kain yang digunakan untuk menutup kepala sampai dada yang dipakai oleh wanita muslim, sedangkan boobs berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi dan terarah dengan siswa diharapkan dapat mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi dan terarah dengan siswa diharapkan dapat mencapai prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang menampung peserta didik dan membina agar mereka memiliki kemampuan kecerdasan dan keterampilan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA. religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi :

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA. religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi : 82 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA Bab ini membahas religiusitas homoseksual dan perbedaan makna religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi : A. Religiositas Homoseksual di Surabaya Religiusitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif dan negatif dimana kedua dimensi ini cenderung sama-sama memiliki karakter, potensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Islam ada tiga ajaran pokok yaitu akidah, ibadah, dan muamalah. Ibadah merupakan kewajiban utama manusia terhadap Allah SWT. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu minat yang berkembang pada masa remaja adalah minat terhadap agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam membahas hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, sehingga keberhasilan pendidikan sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk-nya bersyukur atas karunia yang diberikan Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk-nya bersyukur atas karunia yang diberikan Allah SWT. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuasaaan Allah SWT tidak terbatas dan begitu luar biasa bahkan sangat sempurna. Semua dapat dilihat pada penciptaan malaikat, iblis, jin, alam semesta dan bahkan ciptaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan LAMPIRAN I Verbatim (Bahasa Indonesia) P : Peneliti S : Subjek Subjek JP P : Assalamu alaikum, selamat pagi S : Wa alaikum salam, pagi.. P : Sebelum nya kakak mintaa maaf dik, mungkin mengganggu waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. ditinjau dari beberapa aspek, seperti tujuan penelitian, pendekatan

BAB II METODE PENELITIAN. ditinjau dari beberapa aspek, seperti tujuan penelitian, pendekatan BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto, penentuan jenis penelitian dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti tujuan penelitian, pendekatan penelitian, bidang ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran beribadah siswa Perencanaan yang dilakukan guru Pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kesadaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari penelitian tentang moralitas pergaulan mahasiswa pendatang yang tinggal di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah tempat belajar dan berlatih siswa dalam berbagai hal yang nantinya pasti akan dihadapi oleh para siswa dalam kehidupan nyata di tengah-tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan manusia, karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biometrik fingerprint akan mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. biometrik fingerprint akan mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fingerprint merupakan salah satu bentuk biometrik, yang menggunakan karakteristik fisik penduduk untuk mengidentifikasi. Penggunaan sistem presensi biometrik fingerprint

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada Sang Pencipta (Jalaludin, 1996). Dalam terminologi Islam, dorongan ini dikenal

BAB I PENDAHULUAN. kepada Sang Pencipta (Jalaludin, 1996). Dalam terminologi Islam, dorongan ini dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia mempunyai dorongan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta (Jalaludin, 1996). Dalam terminologi Islam, dorongan ini dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pentingnya moral dalam kehidupan manusia adalah manusia tidak biasa hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik (Syah, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik (Syah, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah serangkaian kegiatan/aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan dapat mengakibatkan perubahan pada dirinya berupa perubahan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Peran Religiusitas dalam Meningkatkan Kinerja

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Peran Religiusitas dalam Meningkatkan Kinerja BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Tentang Peran Religiusitas dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan di LMI Nilai-nilai dalam etika kerja Islami berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Nilai-nilai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama ibarat pakaian menyamakan agama dengan pakaian tentu tidak selalu tepat meskipun keduanya memiliki kemiripan. Orang bisa melakukannya dengan mudah saja ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf.

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai suatu wadah dalam menyiapkan generasi bangsa yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu tahap kehidupan yang penuh tantangan dan terkadang sulit dihadapi, karena pada masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan

BAB II LANDASAN TEORI. yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam masa peralihan ini akan terjadi perubahan-perubahan pada diri remaja seperti fisik, kepribadian,

Lebih terperinci

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, 2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Karena penelitian ini menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Suci yang tidak dapat didekati kecuali oleh yang suci. Diakui oleh para ulama dan para peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang sering dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama hidup, manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi bukan karena sendirinya, tetapi ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan manusia untuk mengabdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masa remaja senantiasa menarik untuk dibicarakan, hal ini dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua satuan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas Latar Belakang 1. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan, bahwa pendidikan nasional

Lebih terperinci

Materi kuliah ini didownload dari. Tidak Ikhlas?

Materi kuliah ini didownload dari. Tidak Ikhlas? Modul Kuliah Kuliah Dasar Wisatahati / KDW-01 Materi Modul Kuliah Tauhid Judul Materi Tidak Ikhlas? Seri Materi KDW0118 Seri-18 dari 41 seri/esai File Paper Ada Tidak File Audio Ada Tidak File Video Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. umat manusia merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. umat manusia merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Dalam perkembangan manusia, pendidikan mempunyai peranan penting dalam usaha membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini merupakan permasalahan yang perlu segera diselesaikan. Berbagai tayangan televisi yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku serta mampu mengatasi segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Agama Agama dapat diartikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yang bertalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE BIMBINGAN ISLAMI DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI SMP ALAM AR-RIDHO TEMBALANG SEMARANAG

BAB IV ANALISIS METODE BIMBINGAN ISLAMI DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI SMP ALAM AR-RIDHO TEMBALANG SEMARANAG BAB IV ANALISIS METODE BIMBINGAN ISLAMI DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI SMP ALAM AR-RIDHO TEMBALANG SEMARANAG 4.1 Metode Bimbingan Islami dalam Pembentukan Akhlak Terhadap Lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, manusia pada dasarnya akan merasakan kesulitan jika hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan melanjutkan

Lebih terperinci

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara FILSAFAT PANCASILA Filsafat Harafiah; mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Filsafat Pancasila; refleksi kritis dan rasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, sangat banyak kebiasaan yang berlangsung otomatis dalam bertingkah laku. Oleh karena itu pembinaan kehidupan beragama melalui proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di harapkan mampu memahami konsep, dapat memetakan permasalahan dan memilih solusi terbaik untuk permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lainnya, perbedaan yang sangat mendasar terlihat pada akal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB IV CARA CIVITAS AKADEMIKA UIN IMAM BONJOL MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN

BAB IV CARA CIVITAS AKADEMIKA UIN IMAM BONJOL MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN BAB IV CARA CIVITAS AKADEMIKA UIN IMAM BONJOL MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN Kebersihan merupakan suatu kondisi yang menuntut adanya penjagaan yang berkelanjutan. Kebersihan erat kaitannya dengan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religius (religiosity) merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku. Religiusitas diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian Pendidikan merupakan sebuah warisan dalam bentuk bimbingan yang biasanya diberikan pertama kali oleh orangtua kepada anak untuk persiapan di masa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembiasaan Shalat Berjama ah di MTs Al-Huda Bandung Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembiasaan Shalat Berjama ah di MTs Al-Huda Bandung Tulungagung BAB V PEMBAHASAN A. Pembiasaan Shalat Berjama ah di MTs Al-Huda Bandung Tulungagung Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiasaan shalat berjama ah siswa di sekolah dalam kategori sedang, yakni dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci