6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA"

Transkripsi

1 6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Dampak Sanitasi dari Aktivitas di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dan Upaya Pengelolaannya Aktivitas yang dapat menimbulkan dampak sanitasi di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta meliputi aktivitas pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI; aktivitas penanganan ikan di TPI; aktivitas pengangkutan ikan dari TPI ke perusahaan, pengolah dan pedagang ikan; aktivitas pencucian keranjang yang digunakan;serta aktivitas pembersihan lantai TPI setelah dan sebelum proses pelelangan. Pada proses pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI, ikan dalam basket diangkut dengan menggunakan gerobak dorong atau trolly dari dermaga ke TPI. Kondisi trolly yang digunakan tersebut dalam keadaan kotor dan berkarat, kotoran dan karat tersebut menempel pada basket yang berisi ikan dan mengakibatkan hasil tangkapan yang diangkut menjadi kotor dan mutunya menurun. Kondisi jalan yang biasa dilalui untuk mengangkut ikan dari dermaga ke TPI juga dalam keadaan kotor sehingga kotoran tersebut menempel pada roda ban trolly atau gerobak dan terbawa sampai ke TPI, sehingga dapat mengotori lantai TPI. Kekotoran pada jalan tersebut terjadi karena banyaknya pelaku aktivitasdi TPI yang melewati jalan tersebut tanpa memperhatikan kebersihan, misalnya para pelaku yang sebelumnya beraktivitas di luar TPI dengan sandal atau sepatunya masuk ke TPI melalui jalan tersebut sehingga menimbulkan kekotoran di lantai TPI. Berdasarkan kondisi tersebut, sebaiknya di sepanjang jalur pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI dibangun jalan khusus untuk mengangkut ikan dimana hanya para pelaku pengangkutan ikan yang boleh melewati jalan tersebut. Selain itu, perlu ditetapkan peraturan agar pihak yang tidak berkepentingan dilarang melewati jalur tersebut, serta para pelaku aktivitas pengangkutan yang menggunakan jalur tersebut harus tetap menjaga kebersihan. Hal ini bertujuan agar sanitasi dan kebersihan di tempat pelelangan ikan tetap terjaga dan mutu ikan dapat dipertahankan. Keranjang yang berisi ikan diletakkan secara kasar saat akan ditimbang, setelah ditimbang keranjang yang berisi ikan diseret agak kasar dengan

2 81 menggunakan pengait untuk dipasarkan, sehingga ikan menjadi rusak dan banyak lendir, darah, dan potongan tubuh ikan yang berceceran di lantai TPI. Hal tersebut mengakibatkan lantai manjadi kotor, licin dan bau amis. Limbah ikan seperti lendir, darah, dan potongan tubuh ikan yang tercecer di sekitar keranjang ikan, mengakibatkan timbulnya bakteri yang juga dapat mencemari ikan. Ceceran darah dan lendir yang menggenangi lantai TPI dapat mempercepat proses pembusukan ikan. Limbah ikan ini dihasilkan karena kerja buruh angkut yang ceroboh dan terburu-buru, sehingga ada sebagian kecil ikan dan potongan tubuh ikan yang tercecer. Berdasarkan keadaan tersebut di atas, sebaiknya pihak pengelola TPI memberi penyuluhan mengenai penanganan ikan yang baik terkait dengan sanitasi di TPI, menerapkan peraturan yang ketat mengenai cara penanganan ikan, disertai dengan pengawasan dan penerapan sangsi bagi yang melanggar. Sesuai dengan Food Sanitation Law dan Peraturan Pemerintah Metropolitan Tokyo, Wholesale Market Sanitation Inspection Station melakukan supervisi, menyediakan pedoman penanganan dan penyuluhan sanitasi juga diberikan kepada semua pihak yang terlibat di pasar. Peran sanitasi lingkungan sangat penting untuk mendukung keamanan hasil tangkapan. Setelah lelang berlangsung atau pasar tutup, semua tempat dan peralatan dibersihkan sesuai dengan standar sanitasi yang berlaku di Tokyo. Ikan-ikan yang sudah busuk/rusak tetap masuk ke TPI untuk dipasarkan, sehingga mengakibatkan lantai kotor karena lendir/muccus, darah ikan dan potongan tubuh ikan. Seharusnya ikan-ikan yang sudah busuk/rusak tidak masuk ke TPI, di Prancis ikan yang tidak layak konsumsi tidak boleh didaratkan di pelabuhan perikanan atau langsung masuk ke pabrik pakan ikan (Lubis, et.al. 2010). Negara Uni Eropa, berdasarkan EU Regulation NO. 853/2004 tentang Spesific hygiene rules for food and animal origin dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan bahwa kapal hasil tangkapanyang akan dijadikan bahan baku produk perikanan yang akan diekspor harus memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene dan wajib terdaftar/teregistrasi (Lubis dan Pane, 2010).

3 82 Sama halnya denganproses pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI, maka pengangkutan ikan dari TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang dan atau pengolah ikan, keranjang yang berisi ikan diseret dengan menggunakan pengait sebelum kemudian diangkut. Hal ini mengakibatkan ceceran lendir dan darah ikan menyebar ke berbagai tempat di lantai TPI. Ikan yang selesai dijual kemudian diseret dengan menggunakan pengait ke luar TPI. Pada proses pengangkutan tersebut, basket/trays yang berisi ikan kemudian diangkut dengan menggunakan pick up untuk didisribusikan ke perusahaan, pedagang, dan atau pengolah ikan. Sarana angkutan yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan tersebut terlihat dalam keadaan terbuka sehingga hasil tangkapan terkena cahaya matahari secara langsung. Sarana angkutan yang digunakan tidak tertutup dengan baik, sehingga ikan terkena cahaya matahari dan mudah mengalami pembusukan. Sarana yang digunakan untuk mengangkut ikan hendaknya tertutup untuk melindungi ikan dari cahaya matahari dan memperlambat proses pembusukan ikan agar mutu ikan tetap terjaga. Lubis, et al. 2010, mengatakan bahwa salah satu upaya penanganan hasil tangkapan yang perlu dilakukan oleh PPS Nizam Zachman Jakarta adalah melakukan pengecekan sarana transportasi dan pendukungnya, seperti sarana transportasi harus berpendingin (truck berpendingin), dalam kondisi bebas dari kontaminasi, dalam kondisi baik dan aman, tidak rusak atau bermasalah, serta terlindung dari sinar matahari secara langsung. Menurut Pane, 2008 bahwa salah satu kegiatan mempertahankan mutu ikan yang penting di pelabuhan perikanan adalah pemindahan ikan yang tidak mengakibatkan rusaknya mutu: dari kapal ke dermaga dan dari dermaga ke TPI sampai saat sebelum didistribusikan. Pada proses pemindahan tersebut penting penggunaan es dan basket yang bersih. Keranjang yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan tidak dicuci secara rutin setiap selesai pemasaran/penjualan ikan atau setiap selesai digunakan, melainkan keranjang yang sudah digunakan disimpan dalam keadaan kotor yang berakibat adanya lendir dan darah ikan yang mengering di sela-sela keranjang. Penggunaan keranjang ikan selama proses pembongkaran, pengangkutan, dan penjualan ikan perlu diperhatikan kebersihannya. Keranjang ikan yang tidak dicuci dengan bersih dapat menimbulkan sisa darah dan lendir yang mengering

4 83 pada keranjang. Hal ini menimbulkan bakteri dan mikroorganisme masih tersisa dalam keranjang dan dapat mempercepat proses pembusukan pada ikan. Lantai TPI selalu dibersihkan setiap pagi oleh petugas kebersihan setiap selesai lelang dengan menggunakan air kolam pelabuhan tanpa menggunakan desinfektan. Lantai yang sudah dibersihkan masih tercium bau amis ikan dan kadang masih licin. Lantai TPI hendaknya dibersihkan dengan menggunakan air bersih dan desinfektan agar tidak menimbulkan bau dan tidak licin. Sesuai dengan ketentuan Uni Eropa tentang penerapan standardisasi mutu di pelabuhan perikanan (Direktrorat Standardisasi dan Akreditasi DKP, 2005 vide Mahyuddin, 2007), bahwa lantai TPI harus dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam dengan menggunakan air bersih dan harus diberi disinfektan. Pembersihan tersebut harus dilakukan secara teratur baik sebelum maupun sesudah pelelangan. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, dampak dari kurang baiknya kondisi sanitasi dan kebersihan akibat aktivitas yang berlangsung di tempat pelelangan ikan, diduga dapat mempengaruhi lingkungan, kesehatan, mutu dan harga ikan. Dampak sanitasi yang tidak ditangani dengan baik di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta adalah menimbulkan bau yang tidak sedap, mengganggu kenyamanan dalam beraktivitas, dan mengurangi nilai estetika/keindahan. Potongan tubuh ikan yang tercecer mengakibatkan datangnya binatang dan serangga seperti kucing, tikus, dan lalat ke lokasi tempat pelelangan ikan. Kehadiran binatang-binatang tersebut dapat mengganggu kenyamanan beraktivitas dan dapat mencemari ikan yang akan dijual jika terjadi kontak secara langsung. Hal ini dapat mengakibatkan masuknya bakteri melalui binatang dan serangga tersebut sehingga mempercepat proses pembusukan ikan selanjutnya kualitas ikan menurun. Selain itu, ikan yang mutunya buruk apabila dikonsumsi akan mempengaruhi kesehatan tubuh konsumen. Oleh karena itu, sanitasi di tempat pelelangan ikan sangatlah penting untuk dijaga dan dipelihara dengan baik.

5 84 Tabel 12 Aktivitas yang dapat menimbulkan dampak sanitasi di TPI PPSNZJ dan upaya pengelolaannya No Aktivitas Proses Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI Penanganan ikan di TPI Pengangkutan ikan dari TPI ke perusahaan dan pedagang Ikan dalam basket diangkut dengan menggunakan gerobak dorong atau trolly dari dermaga ke TPI Ikan dalam keranjang yang sudah sampai ke TPI ditimbang terlebih dahulu dengan cara meletakkan secara kasar, kemudian di letakkan di lantai TPI dengan cara diseret untuk kemudian dijual Ikan yang selesai dipasarkan kemudian diseret dengan menggunakan pengait ke luar TPI, ikan diangkut dengan menggunakan sarana angkut yang tidak tertutup dengan baik Dampak yang ditimbulkan terkait sanitasi Kondisi jalan dari dermaga ke TPI menjadi kotor sehingga kotoran tersebut menempel pada roda trolly atau gerobak dan terbawa sampai ke TPI Ikan menjadi rusak dan banyak lendir ikan yang tercecer Ikan terkena cahaya matahari dan mudah mengalami pembusukan Upaya pengelolaan Dibangun jalan khusus dari dermaga ke TPI untuk mengangkut ikan Para pelaku pemasaran ikan diberi penyuluhan mengenai penanganan ikan yang baik terkait dengan sanitasi, diterapkan peraturan yang ketat mengenai cara penenganan ikan, disertai dengan pengawasan dan penerapan sangsi bagi yang melanggar Sarana yang digunakan untuk mengangkut ikan hendaknya tertutup untuk melindungi ikan dari cahaya matahari dan memperlambat proses pembusukan ikan

6 85 Tabel 12 (lanjutan) No Aktivitas Proses 4 5 Pencucian keranjang Pembersihan lantai TPI setelah proses pemasaran Keranjang ikan tidak dicuci secara rutin setiap selesai proses pemasaran ikan Lantai TPI selalu di bersihkan setiap pagi dan setiap selesai proses pemasaran ikan dengan menggunakan air kolam pelabuhan tanpa menggunakan desinfektan Dampak yang ditimbulkan terkait sanitasi Keranjang menjadi kotor akibat dari lendir dan darah ikan yang mengering di selasela keranjang, sehingga ikan terkontaminasi bakteri dari keranjang tersebut Lantai yang sudah dibersihkan masih tercium bau amis ikan dan kadang masih licin Upaya pengelolaan Keranjang dicuci setiap kali selesai lelang dengan menggunakan air bersih dan diberi desinfektan Lantai TPI hendaknya dibersihkan dengan menggunakan air bersih dan desinfektan agar tidak menimbulkan bau dan tidak licin Sanitasi di tempat pelelangan ikan dapat diduga mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitarnya. Demikian pula kualitas lingkungan diduga akan berpengaruh terhadap kesehatan orang-orang yang berada di lingkungan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sanitasi di TPI adalah penting, tidak hanya bagi mutu ikan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tetapi juga bagi para pelaku yang ada di dan sekitar TPI. 6.2 Perbandingan Pengelolaan Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta Berdasarkan Standar Internasional Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, atap TPI PPSNZJ kondisinya sudah rusak/bolong dan berkarat, hal ini mengakibatkan terjadinya bocor ketika ada hujan dan rontoknya serpihan karat/cat yang dapat menambah

7 86 kekotoran terhadap produk perikanan yang dijual di TPI. Berdasarkan ketentuan Uni Eropa dalam Regulation (EC) No 852/2004, Bab II, No. 1.c, seharusnyatpi dilengkapi dengan atap dan dinding yang mudah dibersihkan dan dalam kondisi baik, maka perlu adanya perbaikan, bila perlu mengganti atap yang rusak untuk menghindari hasil tangkapan dari bocor dan cemaran rontoknya serpihan karat/cat. Kondisi fisik lantai tidak sesuai dengan persyaratan teknik sanitasi dan higiene yang baik di TPI (KEP. 01/MEN/2007; subbab 5.2.1). Kondisi lantai yang rusak dan berlubang bisa menambah akumulasi kekotoran di TPI dan mengakibatkan lantai TPI sulit untuk dibersihkan karena kotoran yang dihasilkan dari proses penjualan menempel pada lantai TPI yang rusak dan berlubang tersebut. Sesuai dengan ketentuan Uni Eropa dalam Regulation (EC) No 852/2004, Bab II, No. 1.a bahwa lantai TPI harus tahan air dan mudah dibersihkan, maka perlu adanya perbaikan lantai yang berlubang untuk menghindari akumulasi kotoran di tempat pelelangan ikan. Lantai TPI selalu dibersihkan setiap hari baik bagian luar maupun bagian dalam dengan menggunakan air laut tapi tanpa menggunakan desinfektan untuk menghilangkan kotoran dan bau amis. Pihak TPI diharapkan menyediakan desinfektan untuk pencucian lantai TPI serta bisa menyediakan pasokan air bersih yang cukup untuk penanganan ikan dan operasi pembersihan terhadap lantai TPI. TPI PPS Nizam Zachman Jakarta mempunyai sistem pembuangan air kotor, tetapi kondisinya kotor dan menggenang, sehingga perlu memperbaiki konstruksi saluran pembuangan agar air buangan dapat mengalir dengan lancar, memberi penutup pada saluran air buangan (limbah cair) terutama di area penanganan ikan, dan membersihkan saluran pembuangan secara rutin agar air buangan dapat mengalir dengan lancar. Sistem pembuangan air/saluran di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dinilai kurang baik. Air buangan dari TPI tidak mengalir (tergenang). Kapasitas saluran air tidak mencukupi, air buangan tidak mengalir baik di lantai atas TPI maupun di bawah, dan tidak semua saluran pembuangan tertutup sehingga saluran pembuangan tidak dapat mencegah masuknya binatang pengerat. Limbah cair yang dihasilkan dari proses pelelangan ikan di TPI tidak ditangani dengan baik, dari TPI limbah cair langsung dibuang ke laut. Begitu juga

8 87 dengan limbah padat yang penanganannya dinilai kurang baik. Pada saluran air pembuangan TPI, terdapat limbah padat sisa-sisa ikan yang tercecer. Saluran pembuangan yang berada di sekitar TPI dinilai kurang lancar dan terjadi penyumbatan akibat adanya sampah padat seperti bungkus dan puntung rokok, plastik dan potongan-potogan ikan yang menggenang di dalam saluran tersebut. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam 2009 Bab III, bahwa Saluran pembuangan harus mampu menampung sampah/limbah dalam jumlah yang banyak, serta akumulasi limbah padat, semi padat atau cair harus diminimalisir untuk mencegah kontaminasi. Fasilitas yang ada di TPI PPSNZJ seperti toilet baik jumlah maupun kebersihannya dinilai kurang. Pihak TPI hendaknya menyediakan fasilitas sanitasi (sabun) di toilet dan memberi/menempel peringatan agar terbiasa untuk mencuci tangan dengan sabun, serta perlu juga adanya perbaikan kamar mandi/wc dengan menggunakan bahan yang mudah dibersihkan. Pembersihan terhadap peralatan yang digunakan di TPI tidak dilakukan secara teratur baik sebelum maupun sesudah pelelangan. Pada proses pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan, keranjang (trays) yang digunakan tidak dicuci bersih sehingga sisa-sisa darah dan lendir masih menempel dan mengering pada keranjang. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kebersihan di TPI, keranjang (trays) tidak dicuci setiap kali selesai proses pemasaran atau setiap selesai digunakan, melainkan keranjang dicuci sekitar satu bulan sekali. Hal ini dikarenakan adanya pergantian tugas dalam membersihkan keranjang yang biasanya dilakukan oleh petugas dari UPT PPS Nizam Zachman Jakarta menjadi petugas dari pihak pengelola TPI. Peralatan dan keranjang/wadah yang telah mengalami kontak langsung dengan produk, tidak dirawat dengan baik; peralatan tidak dicuci dan disanitasi sesudah digunakan dan juga disimpan dalam kondisi kotor. Adapun prosedur pembersihan/pencucian yang dilakukan oleh petugas kebersihan tidak mampu mencegah kontaminasi terhadap ikan. Pada pencucian keranjang/trays ataupun pencucian lantai TPI biasanya tidak menggunakan desinfektan, pencucian hanya dilakukan dengan menggunakan air dari kolam pelabuhan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pencucian

9 88 keranjang/trays juga tidak dilakukan secara rutin setiap setelah selesai digunakan melainkan dicuci sekitar satu bulan sekali. Penempatan peralatan dan wadah/keranjang tidak menjamin sanitasi, keranjang tidak disimpan di tempat yang terlindung dari kontaminasi melainkan disimpan secara sembarangan di sudut-sudut TPI. Kondisi fisik keranjang yang biasa digunakan sebagai wadah hasil tangkapan banyak yang sudah rusak, pihak pengelola TPI belum memiliki program pemantauan untuk membuang wadah dan peralatan yang sudah rusak/tidak digunakan, pihak pengelola TPI juga belum memiliki dokumen prosedur/program mengenai hal tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, pihak TPI diharapkan dapat melaksanakan program perawatan terhadap peralatan dan sarana penanganan ikan secara rutin agar peralatan/wadah yang digunakan selalu dalam kondisi bersih dan terjaga sanitasinya. Menurut Lubis (2009b), proses pencucian keranjang/basket ikan di beberapa negara di Uni Eropa tidak dilakukan secara manual. Keranjangkeranjang ikan bekas pakai dimasukkan kedalam mesin pencuci keranjang berkapasitas 600 basket per jam. Setelah masuk kedalam mesin, keranjangkeranjang tersebut akan tercuci secara otomatis, sehingga pada saat keluar dari mesin, keranjang sudah dalam keadaan bersih. Hasil pengamatan selama penelitian diperoleh bahwa masih ada pelaku aktivitas di TPI yang merokok, makan dan minum di area penjualan ikan, serta membuang sampah sembarangan. Menurut peraturan yang tercantum dalam 2009 Bab III, dinyatakan bahwa para pelaku di area penanganan ikan tidak diizinkan untuk merokok, meludah, makan, bersin dan batuk pada saat hasil tangkapan tidak ditutup. Pihak pengelola TPI seharusnya memasang tanda-tanda peringatan mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan di area TPI dan cara penanganan ikan yang baik serta sanitasi dan higiene. Pihak TPI juga sebaiknya memberikan sangsi tegas kepada siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang sudah ditetapkan. Hasil wawancara dengan petugas kebersihan menyatakan bahwa supply air bersih di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dinilai kurang, air yang biasa digunakan oleh petugas kebersihan berasal dari kolam pelabuhan. Sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam 2009 Bab III,

10 89 disebutkan bahwa pasokan air bersih harus cukup, air yang digunakan untuk mencuci hasil tangkapan harus terhindar dari kontaminasi. Sebaiknya pihak pengelola TPI membuat daftar pemasok air yang digunakan untuk operasi penanganan ikan di TPI, serta melakukan program pengendalian suplier (verifikasi seperti uji laboratorium) terhadap pasokan air. Hasil wawancara dengan petugas TPI, menyebutkan bahwa ketersediaan air bersih untuk membersihkan TPI dinilai kurang baik. Pasokan air tidak cukup, khususnya di TPI pasokan airnya kecil (termasuk untuk mencuci lantai), air yang tersedia dinilai tidak cukup. Fasilitas kran air bersih di TPI jumlahnya sangat terbatas sehingga menghambat para pelaku aktivitas pelelangan dalam menjaga kebersihan. Air yang tersedia di TPI bisa dikatakan dapat terkontaminasi, hal ini dapat dilihat dari selang air di TPI tergeletak di lantai (tidak dilengkapi dengan gantungan). Kebutuhan akan es di PPSNZJ disediakan oleh Perum PPS. Perbekalan es dari Perum PPS tidak dijual langsung kepada armada-armada penangkapan ikan melainkan dijual melalui agen-agen. Perum PPS mengoperasikan 2 unit pabrik es dengan kapasitas 150 ton/hari dan untuk memasok kebutuhan es dalam operasi penangkapan ikan, pabrik es yang dikelola pihak swasta yaitu PT. Safritindo Dwi Santoso mempunyai kapasitas 240 ton/hari. Kondisi fasilitas pabrik es di kawasan PPSNZJ dalam keadaan baik sehingga masih mampu menyuplai es ke pelabuhan. Sumber air yang digunakan untuk pembuatan es di perusahaan tersebut dinilai cukup baik, es dibuat dengan menggunakan air bersih. Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam bahwa es yang digunakan harus diproduksi dengan menggunakan air bersih. Namun, masih terdapat kekurangan dalam hal penanganan es tersebut pada saat akan digunakan. Es yang akan digunakan tidak terlindung dari kontaminasi, es diangkut dengan menggunakan truk yang dilengkapi dengan bak kayu dalam keadaan terbuka (Widiastuti, 2010). Hasil tangkapan setelah pendaratan dinilai kurang aman, karena setelah pendaratan, ikan diangkut menggunakan gerobak dorong/trolly dari dermaga ke TPI dalam keadaan terbuka sehingga terkena cahaya matahari secara langsung. Pengaruh sinar matahari secara lagsung dapat menyebabkan penurunan mutu ikan

11 90 lebih cepat, sedangkan sepanjang jalur pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI tidak dilengkapi dengan kanopi untuk melindungi ikan agar tidak terkena sinar matahari langsung. Selain itu, jarak dari dermaga ke TPI yang digunakan sebagai jalur pengangkutan ikan juga terlalu jauh. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa kondisi trolly yang digunakan untuk mengangkut ikan dalam keadaan berkarat, sehingga karat tersebut menempel pada keranjang ikan dan dapat mengakibatkan kekotoran pada produk ikan. Menurut Lubis (2009b), di negara-negara Uni Eropa basket/keranjang ikan diangkat dari kapal dengan crane dan langsung diangkut ke TPI dengan forklift atau dari kapal ikan disalurkan ke TPI dengan conveyor. Menurut ketentuan Uni Eropa dalam Regulation (EC) No 852/2004, Bab II, No. 2 bahwa fasilitas yang digunakan harus memadai, menggunakan bahan yang halus, tahan karat, dan mudah dibersihkan. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka perlu adanya relokasi terhadap bangunan TPI agar tidak terlalu jauh jaraknya dengan dermaga bongkar dan sebaiknya sepanjang jalur pengangkutan dari dermaga bongkar ke TPI memakai kanopi/penutup di atasnya agar produk perikanan terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Seperti yang dikatakan oleh Lubis, et al. 2010, bahwa waktu yang dibutuhkan dalam proses penanganan hasil tangkapan dipengaruhi oleh alat angkut yang digunakan, jarak dan waktu tempuh serta kondisi jalan yang mendukung agar tidak terjadi keterlambatan dalam pengangkutannya. Kondisi hasil tangkapan akan semakin baik apabila waktu yang dibutuhkan dalam proses penanganan hasil tangkapan semakin singkat. Selain itu, perlu adanya perbaikan atau bila perlu mengganti peralatan-peralatan yang terbuat dari bahan yang mudah berkarat untuk menghindari terjadinya akumulasi kotoran terhadap produk ikan. Tentu saja perbaikan atau pergantian peralatan tersebut harus diimbangi dengan pemeliharaan yang baik dan rutin. Begitu juga pada proses pengangkutan dari TPI ke perusahaan, pedagang, dan/atau pengolah ikan tidak menggunakan alat angkut yang tertutup sehingga produk terkena cahaya matahari secara langsung. Pengangkutan ikan sebaiknya menggunakan mobil berinsulasi untuk mengganti mobil/truk yang terbuka agar terlindung dari cahaya matahari. Hasil tangkapan yang mengalami penundaan

12 91 sebaiknya disimpan terlebih dahulu di ruang dingin/cool room untuk mempertahankan mutu ikan. Pada proses pemasaran ikan terlihat bahwa hasil tangkapan dijual pada tempat yang kurang bersih. Sebelum dipasarkan, ikan dalam keranjang ditimbang terlebih dahulu. Penimbangan ikan dilakukan secara manual dengan menggunakan timbangan yang kondisinya berkarat. Menurut Lubis (2009b), di beberapa negara Uni Eropa, teknik pelelangan ikan sudah semakin berkembang, sehingga nelayan dan konsumen mendapatkan kepuasan baik dalam kebersihan, penimbangan maupun dalam harga dan kualitas ikannya. Proses pelelangan ikan di Uni Eropa saat ini telah dilakukan dengan teknologi komputerisasi melalui sistem BIP (Borne Interactive de Pesées) atau mesin lelang elektronik yang mendeteksi secara otomatis berat, jenis ikan, dan kategori kualitas berdasarkan ketentuan yang telah disepekati oleh Uni Eropa dengan menganut metode QIM (Qualité, Indice et Méthode). Semua informasi ditampilkan di layar lebar dengan akurat dan cepat. Tabel 13 Perbandingan pengelolaan sanitasi TPI PPSNZJ dengan pengelolaan sanitasi TPI berdasarkan ketentuan Internasional Pengelolaaan sanitasi No TPI berdasarkan Ketentuan Internasional 1 Konstruksi bangunan a. Permukaan dinding dan batas dinding dengan lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan b. Fasilitas yang digunakan harus memadai, menggunakan bahan yang halus, tahan karat, dan mudah dibersihkan c. Lantai harus mudah dibersihkan dan disertaidengan sistem Pengelolaan sanitasi di TPI PPSNZJ Permukaan dinding tidak kedap air dan sulit dibersihkan, permukaan dinding berlubang dan berlumut; batas dinding dengan lantai kedap air dan mudah dibersihkan. Fasilitas yang digunakan kurang memadai, fasilitas yang digunakan tidak tahan karat seperti timbangan dan trolly. Lantai tidak mudah dibersihkan karena lantai ada yangberlubang/rusak, Referensi Regulation (EC) No 852/2004, Bab II, No. 2 Regulation (EC) No 852/2004, Bab

13 Tabel 13 (lanjutan) No Pengelolaaan sanitasi TPI berdasarkan Ketentuan Internasional drainase yang memadai d. Penerangan di area penanganan ikan harus cukup e. Langit-langit atau atap dan semua perlengkapan harus dapat mencegah akumulasi kotoran, menghambat pertumbuhan jamur dan jatuhnya partikel f. Setiap bak pencuci atau fasilitas lainnya yang disediakan untuk mencuci hasil tangkapan harus memiliki pasokan air yang cukup sesuai persyaratan dan harus tetap bersih. 2 Saluran pembuangan a. Saluran pembuangan harus mampu menampung sampah/limbah dalam jumlah yang banyak b. Akumulasi limbah padat, semi padat atau cair harus diminimalisir untuk mencegah kontaminasi 3 Pasokan air a. Pasokan air bersih harus cukup b. Air yang digunakan untuk mencuci hasil Pengelolaan sanitasi di TPI PPSNZJ disertai dengan sistem drainase namun dinilai kurang memadai Penerangan di area penanganan ikan dinilai kurang cukup Atap TPI sudah rusak/bolong dan berkarat sehingga terjadi bocor ketika ada hujan Pasokan air dinilai kurang cukup untuk mencuci fasilitas di TPI, kondisi kebersihan fasilitas kurang terjaga Saluran pembuangan di TPI tidak mampu menampung sampah/limbah dalam jumlah banyak Libah padat, semi padat atau cair tidak ditagani dengan baik sehingga mengakibatkan saluran pembuangan menjadi tergenang Pasokan air bersih dinilai kurang, untuk mencuci hasil tangkapan masih menggunakan air kolam pelabuhan. Air yang digunakan untuk mencuci hasil Referensi Regulation (EC) No 852/2004, Bab II, No. 1.c Regulation (EC) No 852/2004, Bab II, No

14 93 Tabel 13 (lanjutan) No 4 Es Pengelolaaan sanitasi TPI berdasarkan Ketentuan Internasional tangkapan harus terhindar dari kontaminasi a. Harus diproduksi dengan menggunakan air bersih b. Harus terlindung dari kontaminasi 5 Penanganan limbah/sampah a. Limbah/sampah harus dijauhkan dari area penanganan dan pengolahan ikan b. Fasilitas untuk menampung sampah/limbah harus dipelihara dengan baik 6 Kebersihan pelaku a. Para pelaku harus dibiasakan mencuci tangan pada awal penanganan ikan dan saat kembali memasuki area pengolahan, serta segera setelah menggunakan toilet b. Para pelaku di area penanganan ikan tidak diizinkan untuk merokok, meludah, makan, bersin dan batuk pada saat hasil tangkapan tidak ditutup, memakai perhiasan yang menimbulkan ancaman bagi keselamatan Pengelolaan sanitasi di TPI PPSNZJ tangkapan menggunakan air kolam pelabuhan sehingga dapat terkontaminasi Es diproduksi dengan menggunakan air bersih. Es tidak terlindung dari kontaminasi, es diangkut dengan menggunakan truk yang dilengkapi dengan bak kayu Masih terdapat sampah/limbah di area penanganan ikan Fasilitas untuk menampung sampah tidak dipelihara dengan baik, disekitar TPI hanya terdapat satu buah Para pelaku aktivitas tidak dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah penanganan ikan Masih banyak para pelaku di TPI yang merokok, meludah, dan makan sembarangan serta masih ada yang memakai perhiasan berharga yang dapat mengancam keselamatan para pelaku di TPI Referensi Bab VII, No

15 Upaya Pengelolaan Sanitasi yang Dilakukan Pihak Pengelola TPI PPS Nizam Zachman Jakarta Hasil wawancara dengan pihak pengelola pelabuhan, didapatkan informasi bahwa penanganan dan pengawasan sanitasi dan kebersihan tempat pelelangan ikan berada di bawah pengawasan langsung pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta dan berkoordinasi dengan pihak pengelola TPI Muara Baru. Pengawasan sanitasi tempat pelelagan ikan dilakukan setiap kali diadakannya proses pelelangan ikan oleh petugas dari Seksi Pengawasan Mutu PPS Nizam Zachman Jakarta. Petugas mengawasi fasilitas dan aktivitas pelelangan ikan terkait dengan sanitasi dan kebersihannya dengan mengacu pada Kep.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Pemanfaatan dan pengawasan sanitasi dan hygiene di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta memiliki beberapa kriteria yang mengacu pada Kep.01/MEN/2007. Kriteria tersebut yaitu (PPSNZJ, 2011): 1) Lokasi dan lingkungan: penanganan sampah, limbah dan peralatan harus ditangani dengan baik; sistem pembuangan air/salurannya baik; tidak terdapat debu yang berlebihan di jalanan dan tempat parkir; terdapat kontrol untuk mencegah serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya; 2) Konstruksi bangunan: rancangan bangun, bahan-bahan atau konstruksinya tidak menghambat program sanitasi; lantai terbuat dari bahan yang mudah diperbaiki; konstruksi lantai sesuai persyaratan teknis sanitasi dan hygiene; pertemuan antara lantai dan dinding mudah dibersihkan; kemiringan sesuai; kedap air; dinding tahan air, halus, dan mudah dibersihkan serta pada ketinggian dibawah 100 cm bebas dari benda-benda yang dapat mengganggu proses pembersihan; penerangan cukup; lampu di ruang penanganan ikan segar adalah aman (ada pelindung); tidak terdapat kapang/jamur di ruang penanganan; 3) Saluran pembuangan: kapasitas saluran air mencukupi; dinding saluran air halus dan kedap air; saluran pembuangan tertutup dan dilengkapi bak kontrol; dapat mencegah masuknya binatang pengerat;

16 95 4) Pasokan air: air mudah dijangkau/cukup tersedia; pasokan air cukup; air tidak dapat terkontaminasi; air layak digunakan; air mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang; air laut yang digunakan mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang; air laut yang digunakan sesuai dengan persyaratan; 5) Pasokan solar: tidak ada kontaminasi dari solar; 6) Es: es dibuat dari air/air laut yang memenuhi persyaratan; dibuat dari air yang sudah diijinkan; ditangani sesuai persyaratan; tidak digunakan kembali untuk ikan lain; 7) Penanganan limbah: limbah cair ditangani dengan baik; limbah padat ditangani atau dikumpulkan pada wadah yang mencukupi jumlahnya; 8) Toilet: ada fasilitas toilet di TPI; dilengkapi dengan sabun atau lap serta ada peringatan agar membiasakan mencuci tangan; 9) Konstruksi dan pemeliharaan wadah dan alat lain: permukaan peralatan, wadah dan lain-lain yang kontak dengan produk dibuat dari bahan yang sesuai persyaratan seperti halus, tahan karat dan tahan air; rancang bangun, konstruksi dan penempatan peralatan dan wadah menjamin sanitasi dan dapat dibersihkan secara efektif; peralatan dan wadah yang masih digunakan dirawat dengan baik; ada program pemantauan untuk membuang wadah dan peralatan yang sudah rusak/tidak digunakan; peralatan kebersihan tersedia; 10) Peralatan untuk penanganan awal seperti trays, plastik, box, trolly: wadah terbuat dari bahan yang dapat melindungi ikan dari kerusakan fisik serta kedap air; dirawat dengan baik; ada lubang pembuangan air; 11) Pembersihan dan sanitasi: peralatan dan wadah yang kontak langsung dengan produk dicuci dan disanitasi sebelum dan sesudah digunakan; prosedur pembersihan/pencucian mencegah kontaminasi terhadap ikan; ruang yang digunakan untuk pembongkaran dan pemuatan ikan dipelihara kebersihan dan sanitasinya; 12) Kontrol sanitasi: ada program sanitasi dan efektif di TPI; kontrol sanitasi efektif melindungi ikan dari kontaminasi;

17 96 13) Binatang peliharaan dan binatang lainnya: binatang pengerat/peliharaan seperti tikus, anjing, kucing, kambing dicegah masuk ke lingkungan TPI; 14) Sarana penanganan: sarana penanganan mencukupi; suhu ikan sesuai persyaratan. Selanjutnya disebutkan bahwa berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak pengawas mutu, masih terdapat beberapa penyimpangan dari kriteria yang dijadikan sebagai patokan dalam pengelolaan dan pengawasan sanitasi dan kebersihan di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta. Penyimpangan tersebut yaitu: penanganan sampah, limbah dan peralatan tidak baik, di lokasi TPI dan lingkungan masih terdapat sampah berserakan; sistem pembuangan air/saluran kurang baik, di TPI air buangan tidak mengalir (tergenang); tidak ada kontrol untuk mencegah serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya, semua area penanganan tidak diberi pagar pembatas/penutup yang efektif untuk mencegah masuknya binatang pengganggu; bangunan, bahan-bahan atau konstruksinya menghambat program sanitasi, tiang dan atap TPI berkarat dan banyak cat yang rontok; lantai tidak sesuai persyaratan teknik sanitasi dan higiene, di TPI lantai ada yang berlubang; terdapat kapang/jamur di ruang penanganan, di dinding TPI banyak tumbuh lumut/terdapat kotoran; dinding saluran air tidak halus dan; kapasitas saluran air tidak mencukupi, air buangan tidak mengalir di lantai atas TPI dan di lantai bawah; tidak semua saluran pembuangan tertutup sehingga dapat mencegah masuknya binatang pengerat, pada saluran pembuangan tidak dilengkapi dengan screen; pasokan air tidak cukup, di TPI pasokan air kecil (termasuk untuk mencuci lantai); air tidak mudah dijangkau/tidak cukup tersedia, di TPI fasilitas kran air terbatas; air dapat terkontaminasi karena selang air di TPI tergeletak di lantai (tidak dilengkapi dengan gantungan); es tidak ditangani sesuai persyaratan sanitasi, es diangkut dengan menggunakan truk yang dilengkapi dengan bak kayu; limbah cair tidak ditangani dengan baik, di TPI limbah cair langsung dibuang ke laut; limbah padat tidak ditangani dengan baik, di saluran air pembuangan TPI terdapat limbah padat sisa-sisa ikan; toilet ada namun tidak dilengkapi dengan sabun/lap serta tidak ada peringatan agar membiasakan mencuci tangan; permukaan peralatan tidak tahan karat, timbangan dan trolly yang digunakan berkarat; penempatan peralatan dan wadah tidak menjamin

18 97 sanitasi, keranjang tidak disimpan di tempat yang terlindung dari kontaminasi; peralatan dan wadah yang masih digunakan tidak dirawat dengan baik, keranjang disimpan dalam kondisi kotor; tidak ada program pemantauan untuk membuang wadah dan peralatan yang sudah rusak/tidak digunakan, di TPI belum memiliki dokumen prosedurnya/program; wadah tidak dirawat dengan baik, keranjang yang digunakan disimpan dalam kondisi kotor; peralatan dan wadah yang kontak langsung dengan produk, tidak dicuci dan disanitasi sesudah digunakan, keranjang disimpan dalam kondis kotor; prosedur pembersihan/pencucian tidak mencegah kontaminasi terhadap ikan, keranjang dan timbangan masih dalam kondisi kotor; area yang digunakan untuk pembongkaran dan pemuatan ikan tidak dipelihara kebersihan dan sanitasinya, di dermaga pembongkaran banyak terdapat sampah, genangan air dan pedagang makanan; tidak ada program sanitasi yang efektif di pelabuhan/tpi, belum ada dokumen Prosedur Standar Operasi Sanitasi (SSOP); kontrol sanitasi tidak efektif melindungi ikan dari kontaminasi, di area penanganan ikan banyak kendaraan roda dua parkir; serta binatang peliharaan tidak dicegah masuk ke lingkungan TPI, di area penanganan masih didapati kucing dan anjing. Upaya pengelolaan yang dilakukan oleh pihak TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dinilai kurang optimal. Walaupun pembersihan lantai TPI dilakukan secara rutin setiap hari sebelum dan sesudah proses pemasaran ikan, namun kenyataannya kebersihan dan sanitasi masih kurang terjaga, pihak UPT dan TPI PPS Nizam Zachman Jakarta terus melakukan berbagai macam upaya pengelolaan sanitasi dan kebersihan, salah satunya adalah melakukan pengawasan terhadap sanitasi dan kebersihan di TPI dengan mengacu pada Kep/01/MEN/2007. Namun pada kenyataannya peraturan tersebut belum benar-benar diterapkan secara optimal. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya pengetahuan para pelaku aktivitas di tempat pelelangan ikan terhadap pentingnya menjaga mutu hasil tangkapan. Selain itu, tidak adanya sangsi tegas bagi pelanggar peraturan sehingga mengakibatkan pengelolaan sanitasi tempat pelelangan ikan menjadi lemah. Menurut petugas kebersihan di TPI, setiap kali proses pelelangan ikan selesai, para petugas TPI mulai menyemprot lantai hingga bersih. Penyemprotan dilakukan secara menyeluruh di setiap bagian TPI. Kemiringan lantai TPI dibuat

19 98 hingga 2 0 agar memudahkan dalam pembersihan lantai TPI. Dengan kemiringan 2 0 tersebut, air sisa pembersihan lantai TPI akan mengalir secara langsung ke dalam saluran pembuangan. Upaya pengelolaan sanitasi sampai saat ini masih mengalami beberapa hambatan, antara lain dari prilaku nelayan, kuli angkut, pedagang, dan peserta lelang yang kurang memberi perhatian serta kesadaran akan pentingnya sanitasi dan kebersihan di lingkungan tempat pelelangan ikan. Hal tersebut juga menghambat petugas dari pihak pengelola TPI dan pihak pengelola pelabuhan dalam menjalankan pengawasan sanitasi dan pelaksanaan program sanitasi. Area yang digunakan untuk pembongkaran dan pemuatan ikan tidak dipelihara kebersihan dan sanitasinya, di dermaga pembongkaran banyak terdapat sampah, genangan dan pedagang makanan. Program sanitasi yang diterapkan di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikatakan belum efektif. Kontrol sanitasi yang dilakukan juga tidak efektif melindungi ikan dari kontaminasi, di area penanganan ikan banyak kendaraan roda dua parkir dan binatang peliharaan tidak dicegah masuk ke lingkungan TPI, yang diindikasikan di area penanganan masih didapati kucing. Kondisi sanitasi dan kebersihan yang kurang terjaga ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat nelayan, para pelaku di TPI dan sekitarnya untuk menjaga sanitasi dan kebersihan, baik ruangan, fasilitas, dan juga ikan hasil tangkapan yang didaratkan. Pencucian TPI seharusnya tidak hanya menggunakan air bersih saja, melainkan menambahkan desinfektan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dengan bakteri dan untuk mengurangi bau tidak sedap, seperti yang terdapat di pelabuhan-pelabuhan perikanan Prancis. Persiapan dan penanganan ikan di dalam ruangan TPI harus ditangani dengan baik dan hati-hati untuk mencegah kerusakan fisik, daging ikan harus dijaga kebersihannya. Oleh karena itu, peralatan yang digunakan harus bersih dan terbuat dari bahan yang mudah untuk dibersihkan.

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Maret 2011. Lokasi penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Faktor-faktor Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta Faktor-faktor yang berpotensi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 59 5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 5.1 Kondisi Sanitasi Aktual di Dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan PPP Lampulo (1) Kondisi dermaga Keberhasilan aktivitas

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2002), pelabuhan perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH

KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan Kebersihan terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu sanitasi dan higienitas. Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

REFERENSI PENYUSUNAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) MANUAL

REFERENSI PENYUSUNAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) MANUAL REFERENSI PENYUSUNAN GOOD MANUFACTURING PRACTICE (GMP) MANUAL Referensi Penyusunan GMP Manual Page 1 RUANG LINGKUP 1.1. Umum. GMP Manual ini menjelaskan mengenai persyaratan umum tatacara berproduksi yang

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENGELOLAAN DAN UPAYA PEMANTAUAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

ANALISIS UPAYA PENGELOLAAN DAN UPAYA PEMANTAUAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ANALISIS UPAYA PENGELOLAAN DAN UPAYA PEMANTAUAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Mengenai Dampak Linkungan (AMDAL) Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER Prehatin Trirahayu Ningrum Institute For Maritime Studies (IMaS) Universitas Jember. Alamat: Kalimantan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 9/MENKES/SK/VI/ YANG TELAH DIMODIFIKASI NO. a. b. - VARIABEL UPAYA BANGUNAN PASAR Penataan ruang dagang Tempat penjualan bahan pangan dan makanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke 6.1.1 Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga

Lebih terperinci

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6 HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6 PERSONAL HIGIENE HIGIENE adalah usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan atau ilmu yang mempelajari cara-cara yang berguna bagi kesehatan.

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44); LEMBARAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 2.1 Pengawasan 2.2.1 Pengertian Pengawasan Pengawasan secara umum merupakan serangkaian kegiatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Nama Pemilik Usaha : Umur :

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS NO SARANA & PRASARANA / TANGGAL 1 LOKASI DAN BANGUNAN A. LANTAI BERSIH, TIDAK LICIN B. DINDING BERSIH, WARNA TERANG, KEDAP AIR C. LANGIT-LANGIT TIDAK BOCOR, TIDAK MENGELUPAS D. PINTU DAPAT DIBUKA TUTUP

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH) DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Bantul memiliki potensi kekayaan sumber

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNGPINANG BARAT TAHUN 2012

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNGPINANG BARAT TAHUN 2012 LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNGPINANG BARAT TAHUN 2012 I. Karakteristik Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan Terakhir

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah, Higiene Perorangan dan Karakteristik Orangtua dengan Kejadian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK. 00.05.5.1639 TENTANG PEDOMAN CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-IRT) KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5.1 Proses pelelangan aktual di PPI Muara Angke Proses pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai rangkaian kegiatan usaha perikanan tangkap yang secara

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder sehingga memiliki keterbatasan dalam pengambilan variabel-variabelnya. Laik fisik penilaiannya berdasarkan ketentuan Kepmenkes No. 715 tahun

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL 105 LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL (Berdasarkan International Health Regulation (2005) : Handbook for Inspection of Ships and Issuance of Ship Sanitation Certificates) 1. Nama Kapal : 2. Jenis

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :. b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

KUESIONER UNTUK PEDAGANG Lampiran 1 KUESIONER UNTUK PEDAGANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH DI BASEMENT PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2012 I. Identitas Pedagang No.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 I. Identitas Responden 1. Nama Rumah makan : 2. Alamat :

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG Menimbang BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisikan tentang alasan dilakukannya penelitian dan menjelaskan permasalahan yang terjadi di PT Gunung Pulo Sari. Penjelasan yang akan dijabarkan pada pendahuluan ini

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1. Organisasi Penelitian ORGANISASI PENELITIAN Pembimbing Peneliti Objek Penelitian Keterangan: 1. Pembimbing Pembimbing dalam penelitian ini adalah dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN dr. Tutiek Rahayu,M.Kes tutik_rahayu@uny.ac.id TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN 1 syarat LOKASI KONSTRUKSI Terhindar dari Bahan Pencemar (Banjir, Udara) Bahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL Jl.Arjuna Utara 9, Kebun Jeruk, Jakarta Barat 0 Indonesia Telp. (02) 674223 Fax. (02) 674248 Saya yang bertanda tangan

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

ANALISIS PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA Supriyanto 2013:7 (2) Analisis Pengelolaan Pelabuhan ISSN Perikanan 1978-5283 ANALISIS PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA Supriyanto

Lebih terperinci

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Secara umum berdasarkan kelas mutu pelayanan terbagi menjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 19 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 13 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN No LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI 060934 DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2016 Menurut 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman

Lebih terperinci

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN 4. 1 Aspek Dampak Lingkungan Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal toilet, kamar mandi, pencucian pakaian, wastafel, kegiatan membersihkan lantai dan aktifitas

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA

Lebih terperinci

From Farm to Fork...

From Farm to Fork... TITIS SARI KUSUMA From Farm to Fork... GAP GHP GTP GHP GLP GMP Konsumen Praktek Produksi yang baik (GMP) Merupakan kombinasi dari produksi dan prosedur pengawasan kualitas yang ditujukan untuk memastikan

Lebih terperinci

Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 Tentang : Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku

Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 Tentang : Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 Tentang : Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku Menimbang : Presiden Republik Indonesia 1. bahwa dalam rangka peningkatan eksport non migas,

Lebih terperinci