BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2003: 28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman (2007: 20-21) membedakan pengertian belajar dalam arti luas dan arti sempit. Belajar dalam arti luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar dalam arti sempit dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan terbentuknya kepribadian seutuhnya. Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya akibat pengalaman yang dia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. b. Belajar Kimia Kimia mempelajari gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energitika zat. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Sebagian aspek kimia bersifat kasat mata (visible), artinya dapat dibuat fakta konkretnya dan sebagian aspek lain bersifat abstrak atau tidak kasat mata (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkritnya. Aspek kimia yang tidak dapat dibuat fakta konkretnya harus bersifat 8

2 9 kasat logika, artinya kebenaran dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya dapat dirumuskan diformulasikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 2). Belajar kimia secara bermakna akan dialami siswa jika siswa telibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial dalam pembelajaran. Menurut Rustaman (2002: 91) menyatakan dalam belajar sains siswa tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. c. Teori-teori Belajar Kita dalam mempelajari pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teori yang disusun oleh para ahli. Beberapa teori belajar yang mendukung dan mendasari penelitian ini adalah: 1. Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dunia eksternal (Budiningsih, 2005: 61). Kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga setiap siswa harus memiliki kemampuan dasar,yaitu ; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, serta (3) kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang lain (Suparno, 2005: 75). Pentingnya kemampuan mengingat dan mengungkapkan karena konstruktivis mengakui bahwa pengetahuan seseorang terbentuk karena adanya interaksi dengan pengalaman-pengalamannya. Karena itu proses pembelajaran harus memberikan pengalaman belajar yang baik kepada siswa. Kemampuan membandingkan sangat penting

3 10 dalam mendukung kemampuan mengkonstruksi pengetahuan, karena melalui kemampuan tersebut seseorang dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan. 2. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky Vygotsky menganggap bahwa interaksi sosial merupakan aspek fundamental keberhasilan kognitif dan pertumbuhan intelektual.teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dalam pembelajaran (the sosiocultural of learning), dimana siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Setiap fungsi dalam perkembangan budaya anak muncul dua kali, yaitu pada tingkat sosial, interaksi dengan yang lainnya (interpsychological), dan pada tingkat individual dalam diri anak (intrapsychological). Interaksi sosial antara individu berpengaruh terhadap rasa senang, kemampuam memori yang logis, dan pembentukan konsep pada pembelajaran (Pritchard & Woollard, 2010: 14). Proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan proksimal didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang dapat dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten. Ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky yakni perancahan (scaffolding), yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu (Pritchard & Woollard, 2010: 15).

4 11 Keterkaitan teori Vygotsky yang mendukung penelitian ini adalah belajar dalam tim (dengan berdiskusi) maka akan terjadi aktivitas antara siswa dengan teman sebaya yang lebih mampu dengan bimbingan guru, sehingga siswa dapat maju ke zone of proximal development tempat pembelajaran baru terjadi. Prinsip scaffolding dapat tercapai, dengan membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai pemahaman dan keterampilan, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut sampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri serta mampu untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. 3. Teori Piaget Menurut Piaget (1996) dalam Isjoni (2010: 53), setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut: 1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) 2. Tahap Pra operasional (2-7 tahun) 3. Tahap Operasional konkret (7-11 tahun) 4. Tahap Operasional formal (11 tahun ke atas) Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman nyata serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Berdasarkan tingkat tingkat perkembangan intelektual diatas,dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelas X umumnya berusia tahun, berada pada tahap perkembangan operasi formal. Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek perkembangan remaja. Remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam bernalar. Remaja mulai menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka, dimana mereka mulai bergelut dengan konsep-

5 12 konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti orang dewasa. 4. Teori Ausubel Menurut Ausubel (1996) dalam Isjoni (2010: 51), bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasigeneralisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap. Kaitan teori Ausubel dalam penelitian ini yaitu materi yang digunakan adalah sistem periodik unsur, untuk itu siswa harus bisa menghubungkan pengetahuan baru mengenai sistem periodik unsur dengan pengetahuan relevan yang terdapat pada struktur kognitif yang berupa konsep-konsep sudah dimiliki siswa. Diskusi dalam RTE dapat membuat siswa untuk aktif berargumen, saling bertukar pikir, sehingga model pembelajaran tersebut dapat mendorong dan membimbing keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran. 5. Teori Gagne Menurut teori Gagne, definisi belajar merupakan proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu: (a) belajar responden, terjadi perubahan emosional yang paling primitif dan terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Bentuk belajar seperti ini dapat membantu kita memahami bagaimana siswa dapat menyenangi dan tidak menyenangi sekolah atau bidang studi tertentu. (b) belajar kontinguitas, bagaimana dua peristiwa dipasangkan dengan yang lain pada suatu waktu.

6 13 (c) Belajar operant, konsekuensi-konsekuensi perilaku pada seserang akan mempengaruhi perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. (d) belajar observasional, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. (e) belajar kognitif, pembelajaran yang siswa dapat dengan melihat dan memahami peristiwa-peristiwa sehingga dapat menyelami pengertian (Dahar, 2011: ). Menurut Gagne, guru dalam menyajikan pelajaran pada sekelompok siswa hendaknya menimbulkan kejadian instruksional, dengan cara berikut: (a) mengaktifkan motivasi; (b) menginformasikan tujuan belajar; (c) mengarahkan perhatian; (d) merangsang ingatan tentang pelajaran sebelumnya; (e) memberikan bimbingan dalam pembelajaran; (f) melancarkan retensi, agar materi mudah diingat; (g) membantu dalam transfer belajar, dengan menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru; (h) memberikan umpan balik (Dahar, 2011: ). Keterkaitan teori Gagne dalam penelitian ini yaitu untuk mempelajari pengetahuan baru pada sistem periodik unsur diperlukan pemahaman pengetahuan sebelumnya. Siswa dapat mempelajari materi sistem periodik unsur dengan baik dengan pembelajaran RTE karena pada model pembelajaran ini terdapat sembilan peristiwa yang merupakan tahapan dalam sebuah proses pembelajaran. d. Pembelajaran Kimia Beberapa ahli telah merumuskan definisi pembelajaran menurut pandangannya masing-masing. Menurut Sardiman, pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 2007: 47). Menurut Alvin W. Howard (Slameto, 2010: 32), pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang

7 14 untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) ilmu kimia merupakan suatu produk temuan ilmiah secara ilmiah (berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) dan sebagai suatu proses. Oleh karena itu, pembelajaran kimia baik dalam proses maupun penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses dan produk. Concise Dictionary of Science & Computer (2004) mendefinisikan ilmu kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang menyertai perubahan materi (Firman, 2007: 222). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah suatu usaha sadar dari pengajar yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang berupa produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). 2. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran yang baik seharusnya mampu menjadi pedoman dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tertentu sehingga mencapai hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketepatan penggunaan model pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya motivasi siswa, serta timbulnya proses belajar yang menyenangkan sehingga siswa mampu memusatkan aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih model pembelajaran yang tepat menurut Jihad & Haris (2008: 1) yaitu: a. Berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai. b. Disesuaikan dengan sifat dan jenis materi pembelajaran. c. Disesuaikan dengan kemampuan, kondisi serta karakteristik peserta didik.

8 15 d. Disesuaikan ketersediaan fasilitas. e. Disesuaikan alokasi waktu yang tersedia. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Setiap siswa dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif, belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Gisbert (2008: 481) mengemukakan bahwa: menggunakan peningkatan kompetensi kurikuler sebagai kontrol, menunjukkan peningkatan konsep diri sebagai penulis untuk semua siswa yang diberi kesempatan untuk bertindak sebagai tutor; baik dalam tetap atau di timbal balik peran bimbingan belajar. Hanya tetap tutees, tapi tidak tutees timbal balik, merasa lebih puas dengan tutor sebaya mereka daripada dengan bantuan guru. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan tutor teman sebaya sangat berarti dalam meningkatkan prestasi belajar dan dijumpai dalam model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model belajar yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2008: 35). Pembelajaran kooperatif siswa dikelompokkan secara heterogen dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi, serta kemampuan akademis (Lie, Anita, 2004: 41). Selanjutnya Slavin (2008: 10) menjelaskan bahwa Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam pembelajaran lain seperti penghargaan tim, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan sukses yang sama. Kegiatan belajar individual cenderung mementingkan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya. Menurut Lie, Anita, (2004: 31) untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu :

9 16 a. Saling Ketergantungan Positif Pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa unruk menciptakan kelompok kerja yang efektif, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Intinya setiap anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian bertukar pikiran atau informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi semua anggota mengenai seluruh bagian, sehingga dengan cara ini setiap anggota harus merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar anggota yang lain dapat berhasil. b. Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan prosedur penilaian dibuat menurut prosedur cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilannya adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya. c. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa anggota akan lebih baik daripada hasil pemikiran dari individu saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan barbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mengutarakan pendapat.

10 17 e. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok tersebut agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana yang dikemukakan Slavin (Bunda Sarah, 1995: 2), dalam yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange (RTE), dan Group Resume. 3. Model pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) Model Rotating Trio Exchange ini termasuk salah satu strategi model pembelajaran langsung yang dapat di terapkan pada beberapa mata pelajaran. Metode ini dilakukan dengan cara mendiskusikan permasalahan dengan beranggotakan tiga orang. Penerapan teknik ini diarahkan pada materi pelajaran (kompetensi dasar) yang akan diajarkan dikelas. Model belajar learning exchange pada prinsipnya memiliki berbagai kesamaan dengan konsep model belajar lainya. Learning exchange sebagai sebuah model belajar yang lebih menekankan pada konteks dinamika kelompok secara prinsipil mendasarkan pada konteks perubahan sikap.model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah Rotating Trio Exchange (RTE). Model Rotating Trio Exchange terdiri dari 3 orang dalam satu kelompok, yang diberi nomor 0,1 dan 2. Nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap ditempat. Setiap kelompok diberikan pertanyaan untuk didiskusikan setelah itu kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio baru dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan, dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat kesulitannya (Isjoni, 2010: 59).

11 18 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari Rotating Trio Exchange (RTE) adalah Peserta didik bersemangat dalam melakukan pembelajaran sehingga materi mudah diterima. Selain itu, peserta didik tidak akan mengalami kejenuhan karena peserta didik memiliki banyak kesempatan untuk bertukar pendapat dengan anggota baru disetiap sesi pertanyaan. Kekurangan dari Rotating Trio Exchange (RTE) adalah sulitnya mengkondisikan peserta didik dalam mengatur posisi duduk sehingga peserta didik menjadi gaduh. Langkah-langkah yang rumit menjadikan guru harus menjelaskan alur KBM berulang-ulang. Menurut Silberman (2012: ) langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif Rotating Trio Exchange adalah sebagai berikut : 1) Guru meminta siswa duduk dalam kelompok yang telah di tentukan. Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari 3 orang murid masing-masing diberi simbol 0, 1 dan 2. Kelompok-kelompok yang ada kemudian membentuk susunan seperti lingkaran ataupun persegi sehingga setiap anggota kelompok dapat melihat anggota lainnya. 2) Setelah terbentuknya kelompok maka guru memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut. 3) Selanjutnya berdasarkan waktu maka murid yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat. 4) Guru memberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan oleh trio baru. 5) Guru merotasikan kembali siswa sehingga akhirnya kembali pada kelompok asal. 6) Guru memberikan pertanyaan terakhir untuk didiskusikan oleh trio dalam kelompok asalnya. Siswa mendiskusikan gabungan hasil temuan mereka dari trio sebelumnya. 4. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai tengah, perantara atau

12 19 pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Sadiman, Rahardjo, Haryono, & Rahardjito, 1993: 6). Media dalam bahasa arab diartikan sebagai perantara atau pengirim pesan kepada penerima pesan (Arsyad, 2007: 3). Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (Sadiman, et. al, 1993: 6). Media adalah semua yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dan tujuan pembelajaran tercapai (Sadiman, et. al, 1993: 7). Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran (alat pembelajaran), siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Media sebagai salah satu komponen komunikasi yang pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh psikologi terhadap siswa. Media pembelajaran merupakan suatu alat/ wahana yang jika tidak digunakan dengan baik dapat menjadikan pembelajaran menjadi verbalisme, salah tafsir, perhatian tidak terpusat, dan tidak terjadinya pemahaman yang baik oleh siswa. Sedangkan media pembelajaran jika digunakan dengan baik dapat menjadikan pembelajaran menjadi peransang, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan presepsi yang sama oleh semua siswa, sehingga hakikat dari media yaitu untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima benar-benar memenuhi fungsinya. 5. Media Macromedia Flash Flash merupakan program animasi profesional yang mudah digunakan dan sangat berdaya guna untuk membuat animasi, dari animasi sederhana

13 20 sampai animasi kompleks, meliputi multimedia dan aplikasi web yang dinamis dan interaktif. Animasi flash terdiri dari grafik, teks, animasi, dan aplikasi untuk situs web. Semuanya tetap mengutamakan grafik berbasis vektor, sehingga aksesnya lebih cepat dan terlihat halus pada skala resolusi layar berapapun, selain mempunyai kemampuan untuk mengimpor video, gambar, dan suara dari aplikasi luarnya (Hakim, 2004 : 1). Macromedia Flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan oleh para desainer untuk menghasilkan desain yang profesional.di antara program-program animasi, program Macromedia Flash merupakan program yang paling fleksibel untuk keperluan pembuatan animasi sehingga banyak yang menggunakan program tersebut.macromedia Flash biasanya digunakan untuk membuat animasi web yang akan ditampilkan dalam sebuah situs internet, pembuatan animasi-animasi film, juga untuk animasi sebuah iklan (Anonim, 2004 : 14). Keunggulan program Macromedia Flash dibanding program lain yang sejenis antara lain: 1) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah move atau objek lain. 2) Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie. 3) Membuat perubahan aimasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. 4) Dapat membuat animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan. 5) Dapat dikonversi dan dipublikasi ke dalam beberapa tipe dokumen, antara lain.swf,.html,.gif,.jpg,.png,.exe,.mov. (Darmawan, 2002 : 18). Sedangkan Kekurangan dari penggunaan Macromedia Flash antara lain,sebagai berikut : 1. Waktu belajarnya lama apalagi bagi yang belum pernah menggunakan software desain grafis sebelumnya. 2. Grafisnya kurang lengkap. 3. Lambat login. 4. Kurang simpel. 5. Menunya tidak user friendly. 6. Perlu banyak referensi tutorial.

14 21 7. Kurang dalam 3D. Pembuatan animasi 3D cukup sulit. 8. Bahasanya pemrogramannya agak susah. 9. Ukuran file besar. 6. Kemampuan Memori a. Pengertian Kemampuan Memori Memori atau ingatan memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan pengalaman dengan masa lampau, sehingga dapat simpulkan bahwa apa yang diingat merupakan sesuatu yang pernah dialami. Ingatan ini melibatkan kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (1997:106) bahwa Ingatan merupakan kemampuan untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal yang lampau. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memori atau ingatan adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. a. Proses Memori Menurut Atkinson (1999: 342) Ada tiga tahapan dalam memori meliputi tahap pemasukan pesan, penyimpanan dan pengingatan kembali. 1) Tahap pemasukan pesan; tahap mengubah masukan informasi menjadi sebuah kode yang diterima oleh memori. 2) Tahap penyimpanan; tahap menyimpan kode yang diterima dalam memori selama waktu tertentu. 3) Tahap pengingatan kembali; tahap pencarian dan penemuan kembali sebuah kode dari tahap penyimpanan. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori Menurut Walgito, B (1997 : ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi memori, diantaranya sebagai berikut:

15 22 1) Sesuatu yang mempunyai makna akan lebih mudah diingat daripada yang tidak bermakna. 2) Lama interval, yaitu jarak waktu antara memasukkan informasi sampai ditimbulkannya kembali informasi itu. Semakin lama interval akan semakin berkurang kemampuan memori seseorang. 3) Isi interval, yaitu aktivitas-aktivitas yang mengisi interval. Jika mempelajari suatu materi kemudian mempelajari materi lain, maka materi-materi itu akan saling mengganggu dalam proses memori. 4) Situasi seseorang, istirahat akan memperkuat daya retensi. 5) Perulangan, makin sering informasi diulang akan makin baik hasil yang akan diingat. 6) Emosi dapat memberikan blocking dalam mengeluarkan kembali informasi yang telah dimasukkan dalam memori. c. Metode Pengukuran Kemampuan Memori Menurut Burtt dan Dobel dalam Bimo Walgito (1997: ), pengukuran memori atau ingatan seseorang dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu: 1) Metode dengan Melihat Waktu Belajar( the learning method) Metode ini untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat berapa lama waktu yang diperlukan oleh subyek untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik; misalnya dapat menimbulkan kembali materi tersebut tanpa kesalahan. 2) Metode Mempelajari Kembali(the relearning method) Metode ini merupakan metode yang berbentuk di mana subyek disuruh mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada suatu kriteria tertentu seperti pada saat mempelajari materi tersebut yang pertama kali. 3) Metode Rekonstruksi Metode ini subyek diminta mengkonstruksikan kembali materi yang telah diberikan, setelah itu dinilai hasilnya berdasarkan

16 23 waktu yang telah digunakan dan kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada kriteria tertentu. 4) Metode Mengenal Kembali (recognition) Metode ini menggunakan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari sesuatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana materi yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar salah atau pilihan ganda. 5) Metode Mengingat Kembali (recall) Metode ini menggunakan cara pengingatan kembali. Subyek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, evaluasi dalam bentuk ujian essay. 6) Metode Asosiasi Berpasangan Metode ini subyek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus dan subyek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya untuk mengetahui kemampuan mengingat. Menurut pendapat yang di kemukakan diatas maka, kemampuan memori adalah suatu proses yang melibatkan keseluruhan sistem koordinasi yang dinamis yang mencakup kemampuan pengkodean (memasukkan ke dalam memori), penyimpanan (mempertahankan) dan pengingatan (pemanggilan kembali) informasi yang pernah diterimanya. Penelitian ini, mengukur kemampuan memori siswa dengan metode recall, yaitu siswa diminta mempelajari dan mengingat daftar istilah kimia yang berhubungan dengan sistem periodik unsur dalam waktu tertentu. Kemudian dalam waktu sepuluh menit siswa diminta menulis ulang istilah-istilah yang telah mereka pelajari ke dalam lembar kerja yang disediakan. 7. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu masalah utama dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya masing-masing.

17 24 Menurut Sudjana (2009 : 22) prestasi belajar merupakan kemampuankemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil dari proses belajar mengajar, biasanya disebut dengan prestasi yang diperoleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu, yang meliputi penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Menurut Harjani (2011 : 27) hasil dari proses belajar merupakan kecakapan actual (actual ability) yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Berdasarkan uraian di atas maka pengertian prestasi belajar yaitu kemampuan siswa setelah menerima pengalaman dalam proses belajar dan akibat aktivitas dalam pembelajaran yang ditunjukkan melalui perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar diklasifikasikan oleh Benjamin S. Bloom dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affectivedomain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain) (Ella, 2004: 59). Hal ini selaras dengan Keputusan Mendiknas Nomor 012/U/2002 tanggal 28 Januari 2001 ayat 4 pasal 3, Penilaian kelas dan ujian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor. Prestasi belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan sintesis. Kognitif tingkat rendah terletak pada kategori ingatan dan pemahaman, sedangkan untuk kategori lainnya termasuk pada kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif ditunjukkan dengan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Prestasi belajar yang diidentifikasi dalam penelitian ini mengacu pada ranah kognitif dan ranah afektif. Hal ini karena pada materi sistem periodik unsur tidak terdapat kegiatan praktikum, sehingga tidak mengacu pada ranah psikomotor.

18 25 a. Ranah kognitif Pada ranah kognitif terdapat 6 kategori yang menunjukkan kemampuan siswa dalam kemampuan kognitifnya, antara lain: 1) Remember, menggunakan pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang, contohnya siswa dapat mengenali dan mengingat tanggal-tanggal penting dalam suatu peristiwa sejarah. 2) Understand, membangun makna dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan komunikasi grafis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menginterprestasikan data, menemukan contoh dari suatu konsep, mengklasifikasikan ke dalam suatu kategori, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan gagasan pokok dan menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri. 3) Apply, artinya melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu. Pembelajaran dapat ditunjukkan dengan kegiatan menghitung, melakukan percobaan, membuat model, dan merancang strategi penyelesaian masalah. 4) Analyze, artinya menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan hubungan antar bagian itu. Pembelajaran dapat ditunjukkan dengan mengaji ulang bagian yang relevan dan penting dari suatu materi, mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, dan membuat grafik. 5) Evaluate, artinya membuat keputusan berdasarkan pada kriteria dan standar menjadi satu kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru. Pembelajaran dapat ditunjukkan melalui menemukan penyelesaian atau solusi masalah yang paling tepat dari beberapa metode, menilai suatu data yang diobservasi yang digunakan dalam penarikan kesimpulan. 6) Create, artinya menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang utuh atau fungsional, reorganisasi elemen ke dalam pola atau struktur yang baru. Pembelajaran ditunjukkan melalui

19 26 desain, merancang model produk tertentu, menciptakan produk tertentu, dan membuat laporan (Anderson, et. al, 2001:67-68). Pada penelitian ini dalam penyusunan perangkat tes akan digunakan kategori remember, understand, dan apply yang sesuai untuk materi sistem periodik unsur pada tingkatan SMA. b. Ranah afektif Pada ranah afektif terdapat 5 tingkatan menurut taksonomi Krathwohl, yaitu: kemampuan menerima (receiving), merespons (responding), menilai (valuing), mengorganisasi (organization), dan memiliki karakter (characterization). 1) Receiving artinya kemampuan menerima fenomena (gejala atau sesuatu yang dapat disaksikan dengan panca indra) dan stimulus (rangsangan), dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan adanya kesenangan pada diri siswa yang terkait dengan belajar. 2) Responding artinya kemampuan melakukan sesuatu dan kemampuan menanggapi, dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan mentaati peraturan. 3) Valuing artinya menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan mengapresiasi, menghargai peran, menunjukkan rasa empati dan simpati kepada orang lain. 4) Organization artinya mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan menerima kelebihan dan kekerangan diri, merefleksikan pengalaman pada suatu hal, bertanggung jawab terhadap perilaku. 5) Characterization artinya suatu nilai telah menjadi karakternya, dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan melalui rajin, tepat waktu, disiplin, mandiri, obyektif dalam melihat dan memecahkan masalah (Thoha, 1991:30). Terdapat tipe karakteristik afektif yang penting, meliputi sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

20 27 1) Sikap, merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 2) Minat merupakan suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2007: 583), minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang diinginkan. 3) Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. 4) Nilai adalah suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Moral, berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang (Depdiknas, 2008: 3-6). Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah pengukuran pada ranah kognitif, karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu (Arikunto, 2009:177).Pada penelitian ini, penilaian ranah afektif meliputi aspek sikap, minat, konsep diri, dan nilai yang diukur menggunakan skala Likert. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 4 respon yang menunjukkan tingkatan, yaitu: Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak pernah atau Setuju sekali, Setuju, Tidak setuju dan Tidak setuju sekali. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi menurut Slameto (2010: 54-71) dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa, sedangkan ekstern adalah faktor yang ada di luar siswa.

21 28 a. Faktor Intern Faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor jasmaniah dan psikologi. Faktor jasmaniah meliputi: kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor intern yang berhubungan dengan kemampuan memori adalah intelegensi, hal ini sesuai pendapat Thurstone dalam Winkel (1999: 139) yang menyatakan bahwa ada tujuh kemampuan primer dalam intelegensi, kemampuan primer itu disebut faktor-faktor utama yang meliputi: faktor bilangan, ingatan, penggunaan bahasa, kelancaran kata-kata, pemecahan masalah, kecepatan dan ketepatan dalam mengamati, serta pengamatan ruang. Ingatan atau kemampuan memori sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, hal ini sesuai dengan jenis belajar De Block dalam Winkel (1999: 66) bahwa pada saat mempelajari materi untuk pertama kali, siswa mengolah bahan pelajaran yang kemudian disimpan dalam ingatan dan akhirnya materi yang telah disimpan itu direproduksikan pada saat dibutuhkan. Semakin dalam pemahaman yang diperoleh pada waktu mempelajari materi untuk pertama kali, semakin baik pula prestasi mengingat kembali pada waktu mengerjakan ulangan. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dan media pembelajaran. Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat belajar.

22 29 8. Materi Sistem Periodik Unsur a. Perkembangan Sistem Periodik 1) Triade Dobereiner Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat. Tiap kelompok terdiri atas 3 unsur (triad), dia menyatakan bahwa setiap golongan terdiri atas tiga unsur, dan unsur yang terletak di tengah mempunyai massa atom yang besarnya mendekati rerata massa atom dari unsur pertama dan ketiga. Johann Dobereiner mengelompokkan unsur berdasarkan kemiripan sifat ke dalam tiga kelompok yang disebut triade. Sifat triade terbatas pada beberapa kelompok unsur saja dan sistem ini kurang efisien karena ternyata ada beberapa unsur lain yang tidak termasuk dalam satu triade. 2) Oktaf Newlands Seorang ahli kimia asal Inggris bernama A. R. Newlands, yang pada tahun 1864 menyusun unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur yang berselisih 1 oktaf (unsur ke-1 dan ke-8, unsur ke-2 dan unsur ke-9), menunjukkan kemiripan sifat. Susunan unsur-unsur tersebut dikenal sebagai Hukum Oktaf Newlands. Kelemahan hukum ini karena hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan, ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai sifat yang cukup berbeda dengan Be, Mg, dan Ca. 3) Sistem Periodik Mendeleev Tahun 1869, seorang sarjana asal Rusia bernama Dmitri Ivanovich Mendeleev, berdasarkan pengamatannya terhadap 63 unsur yang sudah dikenal ketika itu, menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya dan persamaan sifat. Jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu akan berulang secara periodik. Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur vertikal, yang disebut golongan. Lajur-lajur

23 30 horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, disebut periode. Pengelompokkan unsur-unsur oleh Mendeleev di tunjukkan pada: Tabel Sistem Periodik Mendeleev Kelebihan Sistem Periodik Mendeleev : a) Dapat meramalkan tempat kosong untuk unsur yang belum ditemukan Contoh: Unsur Eka-silikon (Germanium-Ge) berada di antara Si dan Sn. b) Menyajikan data massa atom yang lebih akurat, seperti Be dan U. c) Periode 4 dan 5 mirip dengan Sistem Periodik Modern. Contoh: K dan Cu sama-sama berada di periode 4 golongan I. Sistem Periodik Modern K digolongan IA dan Cu di golongan IB. d) Penempatan gas mulia yang baru ditemukan tahun tidak menyebabkan perubahan susunan Mendeleev. Kelemahan Sistem Periodik Mendeleev: a) Adanya penempatan unsur yang tidak sesuai dengan kenaikkan massa atom. Contoh: 127 I dan 128 Te. Mendeleev terpaksa menempatkan Te lebih dulu daripada I. Sistem Periodik Modern berdasarkan kenaikkan nomor atom yaitu Te (Z = 52) lebih dulu dari I (Z = 53). b) Panjang periode tidak sama dan sebabnya tidak dijelaskan.

24 31 c) Selisih massa unsur yang berurutan tidak selalu 2, tetapi berkisar antara 1 dan 4 sehingga sukar meramalkan massa unsur yang belum diketahui secara tepat. d) Valensi unsur yang lebih dari satu sulit diramalkan dari golongannya. e) Anomali (penyimpangan) unsur hidrogen dari unsur yang lain tidak dijelaskan. (Brady, 1999: 126) 4) Sistem Periodik Unsur Modern Kurang lebih 45 tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1914, Henry G. Moseley ( ) menemukan bahwa urutan unsur dalam sistem periodik sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur dan kemiripan sifat unsur-unsur. Lajur horisontal (periode) berdasarkan kenaikan nomor atom dan lajur vertikal (golongan) berdasarkan kemiripan sifat, pada penyusunan unsur-unsur golongan utama yang diletakkan antara golongan II A dan golongan IIIA. Penerapan tabel sistem periodik unsur modern diatas masih mengalami kendala dalam penyebutan golongan (Gol. 1 18) jadi yang masih digunakan saat ini pada khususnya untuk SMA maupun SMK kelas X yaitu untuk golongan utamanya Gol. IA - VIIIA dan golongan transisi IB VIIIB. Tabel Moseley atau dikenal dengan Tabel Sistem Periodik Modern ditunjukkan pada Gambar Gambar Tabel Sistem Periodik Unsur

25 32 b. Dasar Pengelompokan Unsur unsur Sistem periodik yang digunakan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan utama (golongan A) dan golongan transisi (golongan B). Sistem periodik modern mempunyai unsur-unsur transisi dimulai dari periode 4. Unsur-unsur logam dengan unsur-unsur nonlogam dibatasi dengan tegas dengan garis tebal. Terdapat 20 unsur nonlogam yang terpusat di daerah sudut kanan ke bawah. Unsur-unsur yang paling reaktifterletak disebelah kiri dan sebelah kanan dalam tabel periodik. Unsur-unsur yang kurang reaktif berada di tengah. Natrium dan kalium adalah 2 unsur yang sangat reaktif yang terletak di daerah paling kiri. Logam-logam lainnya berada di golongan II. Logam-logam yang kurang reaktif berada ditengah pada tabel periodik, misalnya besi (Fe) dan tembaga (Cu). Unsur-unsur nonlogam yang tidak reaktif berada di sebelah tengah pada sistem periodik, yaitu karbon (C) dan silikon (Si). Belerang (S) dan oksigen (O) berada di sebelah kanannya bersifat lebih reaktif. Unsur-unsur nonlogam paling reaktif adalah klorin (Cl) dan Fluorin (F) yang terletak di sisi kanan atas dalam sistem periodik. 1) Golongan Unsur-unsur dalam lajur tegak dikelompokkan dalam 1 golongan. Sistem Periodik Unsur modern ada 8 golongan utama dan 8 golongan transisi. Golongan utama terdiri dari 8 golongan: a) Golongan IA (golongan Alkali), terdiri atas unsur H, Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr. b) Golongan II A (golongan Alkali tanah), terdiri atas unsur-unsur Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra. c) Golongan IIIA (golonganaluminium), terdiri atas unsur-unsur B,Al,Ga, In dan Tl. d) Golongan IV A (golongan Karbon) terdiri atas unsur-unsur C, Si, Ge, Sn, dan Pb.

26 33 e) Golongan VA (golongan Nitrogen) terdiri atas unsur-unsur N, P, As, Sb, dan Bi. f) Golongan VI A (golongan Oksigen) terdiri atas unsur-unsur O, S, Se, Te, dan Po. g) Golongan VII A (golongan Halogen) terdiri atas unsur-unsur F, Cl, Br, I, dan At. h) Golongan VIII A (golongan Gas Mulia) terdiri atas unsur-unsur He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn. 2) Periode Unsur-unsur yang berada pada lajur horisontal dikelompokkan dalam 1 periode. Sistem Periodik Unsur terdapat 7 periode. Setiap periode terdiri dari unsur sebagai berikut : a) Periode 1 berisi 2 unsur b) Periode 2 berisi 8 unsur c) Periode 3 berisi 8 unsur d) Periode 4 berisi 18 unsur e) Periode 5 berisi 18 unsur f) Periode 6 berisi 32 unsur g) Periode 7 berisi 19 unsur Unsur yang berada dalam 1 periode sifatnya berubah secara teratur. Hal ini karena elektron valensinya juga berubah, tetapi unsur dalam 1 periode mempunyai jumlah kulit yang sama. c. Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik Unsur Perhatikanlah konfigurasi elektron golongan IA dan IIA yang ditunjukkan pada Tabel dan Tabel. 2.3: Tabel. 2.2.Konfigurasi elektron golongan IA

27 34 Tabel. 2.3.Konfigurasi elektron golongan IIA Berdasarkan konfigurasi elektron dua golongan unsur di atas, dapat dilihat hubungan antara konfigurasi elektron dengan letak unsur (nomor periode dan golongan) dalam sistem periodik sebagai berikut: Periode : ditunjukkan oleh nomor kulit yang paling luar. Golongan : Jumlah elektron pada kulit terluar (elektron valensi). d. Pengelompokan Unsur Logam, Non Logam dan Metaloid Secara Kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektropositifan, yaitu kecenderungan atom melepas elektron membentuk ion positif. Jadi, sifat logam akan tergantung pada energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasi, semakin sukar bagi atom untuk melepas elektron, dan semakin berkurang sifat logamnya. Sebaliknya, sifat nonlogam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan atom menarik elektron. Sesuai dengan kecenderungan energi ionisasi dan keelektronegatifan yang telah di bahas di atas, maka sifat logam dan nonlogam dalam sistem periodik unsur adalah sebagai berikut. 1) Kiri ke kanan dalam satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat nonlogam bertambah 2) Atas ke bawah dalam satu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat nonlogam berkurang. Unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur, sedangkan unsur nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Akan tetapi yang paling bersifat nonlogam adalah golongan VIIA, bukan golongan VIIIA. Unsur yang terletak pada bagian tengah, yaitu unsur yang

28 35 terletak disekitar daerah perbatasan antara logam logam dan nonlogam, mempunyai sifat logam sekaligus sifat nonlogam. Unsur itu disebut unsur metaloid. Contohnya boron dan silikon. e. Sifat-Sifat Periodik Unsur Ada 4 sifat unsur yang berurusan secara periodik 1) Jari-Jari atom Unsur-unsur yang segolongan, dari atas ke bawah memiliki jari-jari atom yang semakin besar karena jumlah kulit yang dimiliki atom semakin banyak.hal ini dapat dilihat pada Gambar. 2.2 Gambar Jari-jari Atom Unsur-unsur Dalam Satu Golongan, dari Atas ke Bawah Makin Besar. Unsur-unsur yang seperiode ditunjukkan pada Gambar Kiri ke kanan jari-jari atomnya semakin kecil. Hal itu disebabkan unsur-unsur yang seperiode dari kiri ke kanan memiliki jumlah kulit yang sama tetapi muatan intinya semakin besar. Gambar Jari-jari Atom Unsur-unsur Dalam Satu Periode, dari Kiri ke Kanan Makin Kecil 2) Energi Ionisasi Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron terluar suatu atom.unsur-unsur yang segolongan, energi ionisasinya makin ke bawah semakin kecil karena elektron

29 36 terluar makin jauh dari inti (gaya tarikinti makin lemah), sehingga elektron terluar makin mudah dilepaskan.sedangkan unsur-unsur yang seperiode, gaya tarik inti makin ke kanan makin kuat, sehingga energi ionisasi pada umumnya makin ke kanan makin besar. 3) Keelektronegatifan Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan suatu atom untuk menangkap atau menarik elektron dari atom lain. Unsur-unsur yang segolongan, keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil sebab gaya tarik inti makin lemah. Sedangkan unsur-unsur yang seperiode, keelektronegatifan makin ke kanan makin besar. Nilai Keelektronigatifan unsur-unsur pada sistem periodik unsur dapat dilihat pada Gambar Gambar.2.4. Nilai Keelektronegatifan Unsur Unsur Pada Sistem Periodik Unsur 4) Afinitas Elektron Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dihasilkan atau dilepaskan oleh atom netral dalam bentuk gas untuk menangkap satu elektron sehingga membentuk ion negatif. Afinitas elektron juga dinyatakan dalam kj mol 1.Unsur yang memiliki afinitas elektron bertanda negatif, berarti mempunyai kecenderungan lebih besar dalam menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif.makin negatif nilai afinitas elektron, maka makin besar kecenderungan unsur tersebut dalam menyerap elektron

30 37 (kecenderungan membentuk ion negatif). Nilai afinitas elektron unsurunsur pada sistem periodik unsur dapat dilihat pada Tabel Tabel Afinitas Elektron Unsur-unsur pada Golongan Utama Berdasar sifat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam: a) Satu golongan, afinitas elektron akan cenderung berkurang dari atas ke bawah. b) Satu periode, afinitas elektron akan cenderung bertambah dari kiri ke kanan. c) Semua unsur golongan utama mempunyai afinitas elektron bertanda negatif, kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia. Afinitas elektron terbesar dimiliki oleh golongan halogen. 5) Sifat Logam Berdasarkan sifat kelogamannya, secara umum unsur dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu unsur logam, unsur non logam, dan unsur metaloid (semi logam). Logam banyak kita jumpai di sekitar kita, contohnya besi, aluminium, tembaga, perak, emas, dan lain-lain. Pada umumnya logam mempunyai sifat fisis, antara lain: a) penghantar panas yang baik b) penghantar listrik yang baik c) permukaan logam mengkilap d) dapat ditempa menjadi lempeng tipis e) dapat meregang jika ditarik.

31 38 Kemampuan logam untuk meregang apabila ditarik disebut duktilitas. Kemampuan logam meregang dan menghantarkan listrik dimanfaatkan untuk membuat kawat atau kabel. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa disebut maleabilitas. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam jenis barang, misalnya golok, pisau, cangkul, dan lainlain.sifat-sifat di atas tidak dimiliki oleh unsur-unsur bukan logam (non logam). Jika dilihat dari konfigurasi elektronnya, unsur-unsur logam cenderung melepaskan elektron (memiliki energi ionisasi yang kecil), sedangkan unsur-unsur non logam cenderung menangkap elektron (memiliki energi ionisasi yang besar). Kecenderungan sifat logam dalam sistem periodik, yaitu dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin besar dan dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil. Jika kita lihat pada tabel periodik unsurnya, unsur-unsur logam berletak pada bagian kiri, sedangkan unsur-unsur non logam terletak di bagian kanan (lihat tabel periodik unsur). Pada tabel periodik, batas antara unsur-unsur logam dan non logam sering digambarkan dengan tangga diagonal yang bergaris tebal. Unsur-unsur di daerah perbatasan mempunyai sifat ganda. Misalnya logam berilium (Be) dan aluminium (Al), logam-logam tersebut memiliki beberapa sifat bukan logam, dan biasa disebut unsur amfoter. Adapun logam yang berada di sebelahnya (dalam tabel periodik) yaitu Boron (B) dan Silikon (Si) merupakan unsur non logam yang memilki beberapa sifat logam, dan disebut unsur metaloid.

MEDIA POWERPOINT MATERI KIMIA SISTEM PERIODIK UNSUR RANGKUMAN MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR

MEDIA POWERPOINT MATERI KIMIA SISTEM PERIODIK UNSUR RANGKUMAN MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR MEDIA POWERPOINT MATERI KIMIA SISTEM PERIODIK UNSUR Berikut adalah media pebelajaran berupa powerpoint dari materi kimia sistem periodik unsur. RANGKUMAN MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR SISTEM PERIODIK UNSUR

Lebih terperinci

MODUL KIMIA KELAS X MIA

MODUL KIMIA KELAS X MIA MODUL KIMIA KELAS X MIA SISTEM PERIODIK UNSUR SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN 2017-2018 1 SISTEM PERIODIK UNSUR A. Perkembangan Sistem Periodik Unsur Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur

Lebih terperinci

SISTEM PERIODIK UNSUR

SISTEM PERIODIK UNSUR BAB 2 SISTEM PERIODIK UNSUR A. Perkembangan Sistem Periodik Unsur Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur yang dikemas secara berkala dalam bentuk periode dan golongan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TABEL PERIODIK

BAB III TABEL PERIODIK BAB III TABEL PERIODIK 1. Pengelompokan Unsur-Unsur dan Perkembangannya Pengetahuan berbagai sifat fisis dan kimia yang dimiliki oleh unsur dan senyawanya telah banyak dikumpulkan oleh para ahli sejak

Lebih terperinci

SISTEM PERIODIK UNSUR

SISTEM PERIODIK UNSUR SISTEM PERIODIK UNSUR Terdiri atas PETA KONSEP Perkembangan Sistem Periodik Unsur Sifat-sifat keperiodikan J. W. Dobereiner John Newland Dimitri Mendeleev Sistem Periodik Modern Sistem 18 golongan Sistem

Lebih terperinci

Tabel Periodik Unsur. Sebagian unsur terbentuk. ini. Sudah sejak dahulu para ahli kimia berusaha mengelompokkan unsurunsur

Tabel Periodik Unsur. Sebagian unsur terbentuk. ini. Sudah sejak dahulu para ahli kimia berusaha mengelompokkan unsurunsur II Sebagian unsur terbentuk bersamaan dengan terbentuknya alam semesta ini. Sudah sejak dahulu para ahli kimia berusaha mengelompokkan unsurunsur berdasarkan kemiripan sifat, agar unsurunsur tersebut mudah

Lebih terperinci

HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI

HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI Bagaimana cara untuk mengukur jumlah suatu senyawa yang terkandung dalam suatu material? Ini merupakan pertanyaan dasar yang telah dijawab oleh para kimiawan terdahulu.

Lebih terperinci

SOAL TENTANG SISTEM PERIODIK UNSUR DAN JAWABANNYA

SOAL TENTANG SISTEM PERIODIK UNSUR DAN JAWABANNYA SOAL TENTANG SISTEM PERIODIK UNSUR DAN JAWABANNYA 1. Kelompok unsur berikut yang semuanya bersifat logam yaitu.... a. Emas, seng, dan Karbon b. Besi, nikel dan belerang c. Fosfor, oksigen dan tembaga d.

Lebih terperinci

kimia Kelas X TABEL PERIODIK K-13

kimia Kelas X TABEL PERIODIK K-13 K-13 Kelas X kimia TABEL PERIODIK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perkembangan sistem periodik unsur dan kelemahannya. 2. Menentukan

Lebih terperinci

SISTEM PERIODIK UNSUR (SPU)

SISTEM PERIODIK UNSUR (SPU) SISTEM PERIODIK UNSUR (SPU) Kompetensi Dasar 3.4 Menganalisis hubungan konfigurasi elektron dan diagram orbital untuk menentukan letak unsur dalam tabel periodik dan sifat-sifat periodik unsur. Perkembangan

Lebih terperinci

Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur

Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur Ringkasan Materi SPU Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur PENGELOMPOKAN ATAS LOGAM DAN NONLOGAM Penggolongan unsur yang pertama dilakukan oleh Lavoisier yang mengelompokkkan unsur ke dalam logam dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : X/I Materi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : X/I Materi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : X/I Materi : Perkembangan Tabel Periodik Unsur Waktu : 2 x 30 Menit (2 Jam Pelajaran) I. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

SISTEM PERIODIK UNSUR

SISTEM PERIODIK UNSUR SISTEM PERIODIK UNSUR PENGELOMPOKAN UNSUR-UNSUR Logam Unsur Logam 1.Kerapatannya Tinggi (keras) 2.Padat (dapat ditempa/dibentuk) 3.Bersifat konduktor 4.Mengkilap Non Logam Unsur Non Logam 1.Kerapatannya

Lebih terperinci

BAB I STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR

BAB I STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR BAB I STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR A. STANDAR KOMPOTENSI 1 : Mendeskripsikan struktur atom,sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia serta struktur molekul dan sifat-sifatnya. B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

1. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-unsur adalah.

1. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-unsur adalah. TUGAS Jawablah soal-soa berikut dengan tepat dan benar. 1. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-unsur adalah. A. Dari atas ke bawah dalam satu golongan energi ionisasi makin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK UNSUR

PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK UNSUR PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK UNSUR A PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK UNSUR 1. 2. Pengelompokan atas dasar Logam dan Non Logam 1. Dikemukakan oleh Lavoisier 2. Pengelompokan ini masih sangat sederhana, sebab

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Umum Unsur Dra. Sri Wardhani, M.Si. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya

Sifat-Sifat Umum Unsur Dra. Sri Wardhani, M.Si. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Sifat-Sifat Umum Unsur Dra. Sri Wardhani, M.Si. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Pada akhir abad 18 dan awal abad 19 beberapa unsur telah ditemukan dan

Lebih terperinci

Lembar Observasi Laboratorium

Lembar Observasi Laboratorium Lembar Observasi Laboratorium Berikut ini adalah lembar observasi keterampilan laboratorium untuk mata praktikum kimia anorganik pokok bahasan titasi Iodometri. Bagi yang ingin mengunduh, dapat diunduh

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan sistem periodik Di alam ada 109 unsur, bagaimana penyusunan unsur tersebut secara logis?

Sejarah Perkembangan sistem periodik Di alam ada 109 unsur, bagaimana penyusunan unsur tersebut secara logis? SISTEM PERIODIK UNSUR Sejarah Perkembangan sistem periodik Di alam ada 109 unsur, bagaimana penyusunan unsur tersebut secara logis? SAMPAI TAHUN 1800 Tahun 3000 SM : BESI EMAS PERAK TIMBAL Abad 3 M : Pengindetifikasian

Lebih terperinci

Tabel periodik unsur-unsur kimia

Tabel periodik unsur-unsur kimia Tabel periodik unsur-unsur kimia adalah tampilan unsur-unsur kimia dalam bentuk tabel. Unsur-unsur tersebut diatur berdasarkan struktur elektronnya sehingga sifat kimia unsur-unsur tersebut berubah-ubah

Lebih terperinci

Struktur dan Sifat-Sifat Atom. Add subtitle here

Struktur dan Sifat-Sifat Atom. Add subtitle here Struktur dan Sifat-Sifat Atom Add subtitle here Struktur Atom Bilangan Kuantum Kedudukan elektron dalam atom dapat diterangkan dengan persamaan fungsi gelombang Schrödinger ( ) Penyelesaian diperoleh 3

Lebih terperinci

SISTEM PERIODIK UNSUR

SISTEM PERIODIK UNSUR SISTEM PERIODIK UNSUR Ilmu kimia Struktur Sifat Reaksi Energi Materi materi materi sifat unsur sistem klasifikasi unsur sistem periodik unsur SEBELUM TAHUN 1800 Hanya diketahui beberapa logam Tahun 3000

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Kimia

Antiremed Kelas 10 Kimia Antiremed Kelas 10 Kimia Sistem Periodik - Latihan Soal Doc Name: AR10KIM0399 Version : 2012-08 halaman 1 01. Apabila unsur-unsur disusun menurut ke naikan massa atom relatifnya, ternyara unsur-unsur yang

Lebih terperinci

A. SEJARAH PERKEMBANGAN TABEL SISTEM PERIODIK

A. SEJARAH PERKEMBANGAN TABEL SISTEM PERIODIK A. SEJARAH PERKEMBANGAN TABEL SISTEM PERIODIK Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur yang dikemas secara berkala dalam bentuk periode dan golongan berdasarkan kemiripan sifat-sifat

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas Atom Bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi disebut atom (berasal dari bahasa Yunani atomos yang berarti tidak dapat dibagi lagi). Namun, berakhir pendapat tersebut

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Sub Materi Alokasi Waktu : SMAN 1 SANDEN : Kimia : X / Ganjil : Struktur Atom : Perkembangan SPU : 3 x 45 menit

Lebih terperinci

CREATED BY : KKN-PPL UNY 2012

CREATED BY : KKN-PPL UNY 2012 STRUKTUR DAN SISTEM PERIODIK UNSUR CREATED BY : KKN-PPL UNY 2012 STRUKTUR DAN SISTEM PERIODIK UNSUR DEMOKRITUS DALTON J.J THOMSON RUTHERFORD Emm.. Anu.. Apakah partikel terkecil dari suatu BOHR unsur?

Lebih terperinci

NIP

NIP NIP. 197510072006042023 By. Nursyidah, ST Bahan Ajar Kimia Unsur KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KOMPETENSI INTI KI 1 : KI 2 : KI 3 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya Menghayati

Lebih terperinci

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya Bab V Ikatan Kimia Sebagian besar unsur yang ada di alam mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi (berikatan) dengan unsur lain. Hal itu dilakukan karena unsur tersebut ingin mencapai kestabilan. Cara

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA 1. Hukum Berkala dan Tabel Berkala SIFAT SIFAT HUKUM BERKALA Sifat - sifat hukum berkala melibatkan sifat yang di kenal sebagai volume atom yang dimana bobot atom suatu

Lebih terperinci

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO SK DAN KD Standar Kompetensi Mengidentifikasi struktur atom dan sifat-sifat periodik pada tabel periodik unsur Kompetensi

Lebih terperinci

HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI

HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI Bagaimana cara untuk mengukur jumlah suatu senyawa yang terkandung dalam suatu material? Ini merupakan pertanyaan dasar yang telah dijawab oleh para kimiawan terdahulu.

Lebih terperinci

1. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-unsur adalah.

1. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-unsur adalah. TUGAS Jawablah soal-soa berikut dengan tepat dan benar. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan sifat periodik unsur-unsur adalah. A. Dari atas ke bawah dalam satu golongan energi ionisasi makin kecil.

Lebih terperinci

SISTEM PERIODIK UNSUR

SISTEM PERIODIK UNSUR SISTEM PERIODIK UNSUR Abad 18, baru 51 unsur diketahui (gas mulia belum ditemukan) John Newland (1864) : Penyusunan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom. Di alam ada 109 unsur, bagaimana penyusunan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 KIMIA

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 KIMIA K13 Revisi Antiremed Kelas 10 KIMIA Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc Name: RK13AR10KIM01PAS Version : 2016-11 halaman 1 01. Pernyataaan berikut yang tidak benar (A) elektron ditemukan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMAN : Kimia : X MIA/ Ganjil : Sistem Periodik Unsur : 6 x 45 menit (2 pertemuan) A. Kompetensi

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Pendahuluan Perkembangan manusia adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatankegiatan sosial dan budaya, yang merupakan suatu proses-proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 7. Sat. Pendidikan. Pilihlah Satu Jawaban yang Palin Tepat 1. Perhatikan bagan percobaan penghamburan sinar alfa berikut:

LEMBARAN SOAL 7. Sat. Pendidikan. Pilihlah Satu Jawaban yang Palin Tepat 1. Perhatikan bagan percobaan penghamburan sinar alfa berikut: Mata Pelajaran Sat. Pendidikan Kelas / Program LEMBARAN SOAL 7 : Kimia : SMA : X / INTI PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

kimia Kelas X REVIEW I K-13 A. Hakikat Ilmu Kimia

kimia Kelas X REVIEW I K-13 A. Hakikat Ilmu Kimia K-13 Kelas X kimia REVIEW I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami hakikat ilmu kimia dan metode ilmiah. 2. Memahami teori atom dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2..1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk

Lebih terperinci

TEORI ATOM. Ramadoni Syahputra

TEORI ATOM. Ramadoni Syahputra TEORI ATOM Ramadoni Syahputra STRUKTUR ATOM Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh filsafat Yunani yaitu Leoclipus dan Democritus, pada abad ke-5 sebelum Masehi. Atom berasal dari kata Yunani:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

BAB 2. Pada bab struktur atom dan sistem periodik unsur, Anda sudah mempelajari bahwa. Ikatan Kimia. Kata Kunci. Pengantar

BAB 2. Pada bab struktur atom dan sistem periodik unsur, Anda sudah mempelajari bahwa. Ikatan Kimia. Kata Kunci. Pengantar Kimia X SMA 43 BAB 2 Ikatan Kimia Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1 Menjelaskan pengertian ikatan kimia 2 Menyebutkan macam-macam ikatan kimia 3 Menjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

Pilihan ganda Soal Sistem Periodik Unsur dan Struktur atom. A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang tepat!

Pilihan ganda Soal Sistem Periodik Unsur dan Struktur atom. A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang tepat! Pilihan ganda Soal Sistem Periodik Unsur dan Struktur atom. A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang tepat! 1. Unsur dengan nomor atom 32 terletak pada. A. periode

Lebih terperinci

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions) Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK

SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK Kita akan membahas sejarah pengelompokkan unsur unsur, mulai dari pengelompokkan secara sederhana sampai pengelompokkan yang lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

Kimia unsur. Klasifikasi Materi. Tabel Periodik. Kuantitas materi : Atom dan konsep mol. Atom dan konsep mol

Kimia unsur. Klasifikasi Materi. Tabel Periodik. Kuantitas materi : Atom dan konsep mol. Atom dan konsep mol Klasifikasi Materi Kimia unsur Iqmal Tahir Jurusan Kimia FMIPA UGM Kuantitas materi : Atom dan konsep mol Mol - Jumlah materi yang terkandung sebagai kuantitas dasar dalam bentuk atom, molekul atau partikel

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 3 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 54-58 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

X Z. ISOTOP Atom atom yang sama mempunyai nomor atom sama tetapi nomor massa berbeda disebut isotop Contoh : H 1 H 1 H 1

X Z. ISOTOP Atom atom yang sama mempunyai nomor atom sama tetapi nomor massa berbeda disebut isotop Contoh : H 1 H 1 H 1 MODUL -1 NOTASI UNSUR & JUMLAH PROTON, ELEKTRON & NEUTRON Standar Kompetensi : : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia Kompetensi Dasar : 1.1.Memahami struktur atom berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Animasi Multimedia Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan melalui

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990

DAFTAR PUSTAKA. 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990 DAFTAR PUSTAKA 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990 2. Drs. Hiskia Achmad, Kimia Unsur dan Radiokimia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2001 3.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Scaffolding Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan kerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

kimia KONFIGURASI ELEKTRON

kimia KONFIGURASI ELEKTRON K-13 Kelas X kimia KONFIGURASI ELEKTRON Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konfigurasi elektron kulit dan subkulit. 2. Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 2 KONFIGURASI ELEKTRON, HUBUNGANNYA DENGAN LETAK UNSUR DALAM SISTEM PERIODIK, DAN SIFAT PERIODIK UNSUR

KEGIATAN BELAJAR 2 KONFIGURASI ELEKTRON, HUBUNGANNYA DENGAN LETAK UNSUR DALAM SISTEM PERIODIK, DAN SIFAT PERIODIK UNSUR KEGIATAN BELAJAR 2 KONFIGURASI ELEKTRON, HUBUNGANNYA DENGAN LETAK UNSUR DALAM SISTEM PERIODIK, DAN SIFAT PERIODIK UNSUR A. CAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Menentukan letak suatu unsur dalam SPU berdasarkan konfigurasi

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

MASSA ATOM,MASSA ATOM RELATIF DAN KONFIGURASI ELEKTRON

MASSA ATOM,MASSA ATOM RELATIF DAN KONFIGURASI ELEKTRON MASSA ATOM,MASSA ATOM RELATIF DAN KONFIGURASI ELEKTRON MODUL 2 Pertemuan ke... MASSA ATOM,MASSA ATOM RELATIF dan KONFIGURASI ELEKTRON Standar Kompetensi : : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik

Lebih terperinci

Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain. Menggambarkan susunan elektron

Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain. Menggambarkan susunan elektron Lampiran 1 SILABUS 1 Nama Sekolah : SMA Tri Sukses Natar Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/1 Standar Kompetensi : 1. Mendeskripsikan struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, pada Pasal

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB VI IKATAN KIMIA Sebagian besar partikel materi adalah berupa molekul atau ion. Hanya beberapa partikel materi saja yang berupa atom. 1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

TUGAS STRATEGI BELAJAR MENGAJAR ( AKKC 351 ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIFAT PERIODIK UNSUR

TUGAS STRATEGI BELAJAR MENGAJAR ( AKKC 351 ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIFAT PERIODIK UNSUR TUGAS STRATEGI BELAJAR MENGAJAR ( AKKC 351 ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIFAT PERIODIK UNSUR DOSEN: Dra.Atiek Winarti, M.Sc,M.Si Dra.Hj.Sunarti,M.Pd OLEH: Hanita (A1C308025) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Sifat Periodik Unsur-Unsur

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Sifat Periodik Unsur-Unsur RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Alokasi Waktu : SMAN 1 SANDEN : Kimia : X / Ganjil : Struktur Atom : Sifat Periodik Unsur-Unsur : 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 4 BAB II Kajian Pustaka A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Definisi Belajar Menurut Piaget, belajar adalah hasil perkembangan saling melengkapi antara asimilasi dan akomondasi dalam proses

Lebih terperinci

MASSA ATOM,MASSA ATOM RELATIF dan KONFIGURASI ELEKTRON

MASSA ATOM,MASSA ATOM RELATIF dan KONFIGURASI ELEKTRON Pertemuan ke... MODUL 2 MASSA ATOM,MASSA ATOM RELATIF dan KONFIGURASI ELEKTRON Standar Kompetensi : : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia Kompetensi Dasar : 1.1.Memahami

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang dan mengartikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Menurut Slavin (dalam Trianto, 2010: 57), model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Susunan Elektron Gas Mulia Ikatan Ion Ikatan Kovalen

IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Susunan Elektron Gas Mulia Ikatan Ion Ikatan Kovalen IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Susunan Elektron Gas Mulia Ikatan Ion Ikatan Kovalen 7/19/2017 1 IKATAN KIMIA 1. Ikatan kimia adalah. 2.a.Tujuan atom berikatan. b. Aturan duplet

Lebih terperinci

ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR

ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR I. Perkembangan teori atom a. Teori atom Dalton: Materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang disebut atom. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang tidak

Lebih terperinci