ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI PADI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ASURANSI PERTANIAN Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI PADI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ASURANSI PERTANIAN Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI PADI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ASURANSI PERTANIAN Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur AKHMAD RAIHAN RAMADHANA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis risiko produksi usahatani padi sebagai dasar pengembangan asuransi pertanian (Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Akhmad Raihan Ramadhana NIM H

4 ABSTRAK AKHMAD RAIHAN RAMADHANA. Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi sebagai Dasar Pengembangan Asuransi Pertanian (Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur). Dibimbing oleh BAYU KRISNAMURTHI. Padi merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan di Indonesia, sebab mayoritas penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai sumber karbohidrat utama. Oleh karena itu, strategi pengembangan komoditas padi diperlukan selain untuk menambah produktivitas tanaman padi, juga untuk melindungi kesejahteraan petani sebagai pelaku usahatani dari ancaman risiko gagal panen. Mekanisme asuransi merupakan salah satu mekanisme manajemen risiko yang dapat melindungi kesejahteraan petani. Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong merupakan salah satu desa yang memiliki komoditi unggulan berupa padi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber, probabilitas, dan dampak risiko padi di Desa Sukaratu, serta menentukan premi yang ideal untuk diterapkan dalam mekanisme asuransi pertanian. Sumber risiko utama yang ditemukan di Desa Sukaratu adalah organisme penganggu tanaman berupa hama dan penyakit; serta faktor cuaca. Hasil analisa menggunakan z-score menunjukkan probabilitas risiko sebesar 3.8%. Sedangkan hasil analisa menggunakan metode VaR menunjukkan dampak risiko sebesar Rp Nilai premi yang didapatkan melalui metode class rating adalah sebesar Rp per hektar tiap musim tanam. Kata kunci: risiko, nilai premi, asuransi pertanian, z-score, Value at Risk ABSTRACT AKHMAD RAIHAN RAMADHANA. Risk Analysis of Rice Production as Basis of Agriculture Insurance Development.Supervised by BAYU KRISNAMURTHI. Rice is one of the superior agricultural commodities in Indonesia, because the majority of Indonesia's population consumes rice as the main carbohydrate source. Therefore, rice development strategy is needed in addition to increasing the productivity of rice plants, as well as to protect the welfare of farmers as the farm perpetrators from the threat of crop failure risk. Insurance mechanism is one of risk management mechanisms that can protect the welfare of farmers. Sukaratu Village, Sub-district Gekbrong is one of villages in Cianjur that has rice as its agricultural primary commodity. The purpose of this study is to identify the source, probability and risk impact from rice commodity in the village, as well as to determine the ideal premium to be applied in agricultural insurance mechanism. The main source of risk which found in the Sukaratu village is plant pests such as pests and plant diseases, as well as the weather factors. The analysis result using the z-score indicates the probability of the risk by 3.8%. While the results of the analysis using the VaR method shows the impact risk amounted to Rp Premium value obtained through the method of class rating is Rp Keywords: risk, premium value, agricultural insurance, z-score, Value at Risk

5

6 ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI PADI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ASURANSI PERTANIAN Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur AKHMAD RAIHAN RAMADHANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7

8 Judul Skripsi: Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi sebagai Dasar Pengembangan Asuransi Pertanian (Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur) Nama : Akhmad Raihan Ramadhana NIM : H Disetujui oleh 1-/-"""-- Dr Ir Bayu Krisnamurthi. MS Pembimbing Diketahui oleh MS Tanggal Lulus: 2 9 JUL 2013

9 Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi sebagai Dasar Pengembangan Asuransi Pertanian (Kasus: Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Cianjur) Nama : Akhmad Raihan Ramadhana NIM : H Disetujui oleh Dr Ir Bayu Krisnamurthi, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah risiko, dengan judul Analisis Risiko Hasil Produksi Usahatani Padi sebagai Dasar Pengembangan Asuransi Pertanian. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Bayu Krisnamurthi MS selaku pembimbing, serta Dr Ir Dwi Rachmina MSi dan Ir Netti Tinaprilla MM yang telah banyak memberi saran dalam peneltian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Mbah Onih dan petani padi Desa Sukaratu, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Akhmad Raihan Ramadhana

11 DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 TINJAUAN PUSTAKA 7 Penelitian Terdahulu 7 KERANGKA PEMIKIRAN 10 Kerangka Pemikiran Teoritis 10 Kerangka Pemikiran Operasional 22 METODE PENELITIAN 25 Lokasi dan Waktu Penelitian 25 Jenis dan Sumber Data 25 Metode Pengumpulan Data 25 Metode Analisa Data 26 GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH DAN PETANI DESA SUKARATU 30 Sumber Daya Alam 30 Sumber Daya Manusia 31 Sarana dan Prasarana 31 Potensi Agribisnis 31 Karakteristik Petani 31 ANALISIS RISIKO USAHATANI PADI DAN PENGEMBANGAN ASURANSI PERTANIAN 32 Identifikasi Sumber Cakupan Risiko 32 Analisa Probabilitas dan Dampak Risiko 34 Pemetaan Risiko Hasil Produksi 38 x x x

12 Strategi Penanganan Risiko 39 Penetapan Premi dan Pertanggungan untuk Asuransi Pertanian 41 SIMPULAN DAN SARAN 45 Simpulan 45 Saran 46 DAFTAR PUSTAKA 47 LAMPIRAN-LAMPIRAN 49 RIWAYAT HIDUP 56

13 DAFTAR TABEL 1 Luas banjir, kekeringan dan serangan OPT pada tanaman padi dan prakiraan kehilangan hasil di Indonesia, Tahun Risk Management Matrix 28 3 Kejadian gagal panen akibat serangan OPT beserta dampak dan waktu kejadian di Desa Sukaratu 33 4 Kejadian gagal panen akibat faktor cuaca beserta dampak dan waktu kejadian di Desa Sukaratu 34 5 Hasil perhitungan probabilitas risiko 35 6 Hasil perhitungan dampak risiko 36 7 Probabilitas risiko gagal panen berdasarkan Faktor Penyebab gagal panen 36 8 Dampak kerugian akibat gagal panen di Desa Sukaratu berdasarkan sumber cakupan risiko 37 9 Penempatan risiko hasil produksi dalam Risk Management Matrix Proyeksi keuntungan perusahaan Asuransi Pertanian di Desa Sukaratu Nilai pertanggungan berdasarkan Yield Losses 44 DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan produktivitas padi (ku/ha) tahun Perkembangan harga beras nasional Januari Januari Types of Risk 13 4 Hubungan fungsi kepuasan dan pendapatan 15 5 Kerangka pemikiran operasional 24 6 Diagram pemetaan risiko 29 7 Hasil Pemetaan Hasil Risiko Padi di Desa Sukaratu 38 8 Grafik Skenario Pemberian Pertanggungan di Desa Sukaratu 45 DAFTAR LAMPIRAN 1 Daftar responden beserta karakteristik petani Desa Sukaratu 50 2 Pendapatan petani padi di Desa Sukaratu 51 3 Probabilitas risiko gagal panen di Desa Sukaratu 52 4 Perhitungan dampak risiko hasil produksi dengan metode Value at Risk (VaR) 54

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang dikenal dengan sebutan negara agraris, merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki kelimpahan alam untuk aktivitas pertanian yang luar biasa. Tanah yang subur serta iklim tropis menjadi faktor utama yang menyebabkan kondisi di Indonesia cocok untuk melakukan aktivitas pertanian. Hal ini menjadikan sektor pertanian di Indonesia menjadi salah satu sektor riil yang membangun perekonomian nasional dengan meningkatkan devisa negara serta penyerapan tenaga kerja. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDB nasional. Menurut angka stastistik dari BPS tahun 2010, terhitung peran sektor pertanian dalam PDB sebesar 15.34% dari total PDB, terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi pada PDB tahun 2010 sebesar 24.82% dari total PDB. Selain memberikan kontribusi pada perkembangan PDB nasional, sektor pertanian juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 33.51% dari total angkatan kerja nasional dengan jumlah juta orang menurut keterangan dari Badan Pusat Statistik Indonesia. Komoditas tanaman pangan merupakan salah satu komoditas utama pertanian di Indonesia yang berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan primer masyarakat Indonesia. Terdapat berbagai macam komoditas pangan di Indonesia yakni beras, singkong, ubi, jagung, dan sagu. Mayoritas penduduk Indonesia memilih beras sebagai komoditas pangan utama dalam mememuhi kebutuhan primer mereka. Oleh karena itu, terlihat jelas bahwa tingkat konsumsi beras di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. Angka konsumsi beras di Indonesia berdasarkan data BPS mencapai 32,94 juta ton pada tahun Konsumsi beras yang tinggi oleh masyarakat Indonesia selayaknya diimbangi dengan peningkatan produksi padi sebagai tanaman yang menghasilkan beras. Berbagai aktivitas telah dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi di Indonesia seperti penggunaan varietas unggul, perluasan areal tanam, ataupun pengoptimalan aktivitas pasca panen. Meskipun secara umum, menurut Pasaribu (2010) produktivitas padi menunjukkan kecenderungan meningkat seperti yang ditampilkan dalam gambar 1. Hal ini dikarenakan berbagai alasan, seperti manajemen usahatani yang lebih baik dan penggunaan bibit serta pengairan yang tepat.

15 produktivitas (Ku/ha) Gambar 1 Perkembangan produktivitas padi (ku/ha) tahun Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 Produktivitas padi yang meningkat tiap tahunnya juga disertai dengan tingginya tingkat konsumsi beras yang dihasilkan dari tanaman padi. Tingginya tingkat konsumsi beras nasional disebabkan oleh besarnya populasi masyarakat Indonesia; sulitnya melakukan diversifkasi menuju komoditas pangan lainnya; penduduk yang mulai beralih mengkonsumsi beras sebagai staple food; serta adanya price policy yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap komoditas beras. Hal tersebut pula yang menyebabkan pasar untuk komoditas beras di Indonseia yang terbuka. Dilihat dari segi harga, harga beras per kilogram di Indonesia memang cenderung fluktuatif yang disebabkan oleh intervensi pemerintah agar harga beras tetap pada range tertentu seperti yang dipaparkan dalam grafik dari kementrian perdagangan berikut. Gambar 2 Perkembangan harga beras nasional Januari Januari 2011 Sumber: Kementrian Perdagangan

16 3 Peran usahatani tanaman padi dalam memenuhi kebutuhan pangan Indonesia tampaknya harus disertai dengan sifat pertanian yang rawan akan risiko, sehingga seringkali menjadi ancaman terhadap kesejahteraan petani padi di Indonesia. Faktor-faktor eksternal dari sektor pertanian berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan faktor-faktor internal. Sebagai contoh, anomali perubahan iklim yang terjadi dewasa ini, berimplikasi langsung terhadap aktivitas usahatani di Indonesia. Perubahan iklim yang semakin tidak dapat diperkirakan oleh para petani, menyebabkan sering terjadinya kejadian-kejadian buruk yang merugikan petani seperti tidak optimalnya atau rusaknya jaringan irigasi, jalan usahatani, dan prasarana pertanian lainnya. Hal ini yang disebutkan oleh Sumaryanto (2007) bahwa secara umum risiko dan ketidakpastian akan selalu menyertai usahatani padi. Informasi lebih lanjut yang menunjukkan besarnya risiko dalam usahatani padi ditunjukkan oleh data volume kehilangan hasil tanaman padi akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT berikut. Tabel 1 Luas banjir, kekeringan dan serangan OPT pada tanaman padi dan prakiraan kehilangan hasil di Indonesia, Tahun Uraian Luas Banjir (ha) Kehilangan hasil akibat banjir (ton GKG) Tahun T P T P T P T P Luas Kekeringan (ha) Kehilangan hasil akibat kekeringan (ton GKG) Luas Serangan OPT (ha) Kehilangan hasil akibat serangan OPT (ton GKG) Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Ket: T = Terkena (termasuk puso); P = Puso

17 4 Manajemen risiko pertanian merupakan langkah yang harus dilakukan guna mengatasi berbagai risiko dari aktivitas usahatani. Pendekatan konvensional melalui penerapan salah satu atau kombinasi strategi produksi, pemasaran, finansial, dan pemanfaatan kredit informal diperkirakan kurang efektif. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu sistem proteksi formal yang sistemik dan sistematis. Dalam konteks ini, pengembangan sistem asuransi pertanian formal khususnya untuk komoditas strategis layak dipertimbangkan. Bahkan secara normatif perlu diposisikan sebagai bagian integral dari strategi pembangunan pertanian jangka panjang. Asuransi ditawarkan sebagai salah satu dari skim pendanaan untuk membagi risiko, seperti kegagalan panen. Asuransi pertanian berhubungan erat dengan pengalihan risiko usahatani kepada pihak ketiga (lembaga/perusahaan swasta atau instansi pemerintah) dengan jumlah tertentu dari pembayaran premi (Itturioz, 2008). Petani menghadapi risiko, khususnya kegagalan panen yang disebabkan oleh bencana alam atau serangan organisme penganggu tanaman. Oleh karena itu, asuransi pertanian sangat penting untuk membantu petani dari kerugian besar dan memastikan bahwa mereka akan memiliki modal kerja yang cukup yang diperoleh karena mengasuransikan usahataninya untuk membiayai usahatani pada musim berikutnya. Pengembangan asuransi pertanian di Indonesia masih dalam tahap sangat awal, yakni pelaksaan pilot project yang diprakarsai oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Kompleksitas dari struktur serta skim asuransi pertanian, seperti penentuan premi bagi petani, klasifikasi petani yang dapat mengikuti asuransi, penentuan komoditas pertanian dan lainnya, menjadi salah satu pertimbangan terhadap pelaksanaan mekanisme tersebut dalam dunia pertanian Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini tidak akan membahas asuransi pertanian secara spesifik dan mendalam, melainkan konsentrasi terhadap penentuan premi yang ideal bagi petani untuk komoditas padi yang merupakan komoditas pangan utama di Indonesia, agar asuransi pertanian dapat berjalan di Indonesia. Asuransi pertanian sebenarnya bukan istilah baru dalam pembangunan sektor pertanian. Banyak negara, khususnya negara maju telah menggunakan instrumen kebijakan ini untuk menjaga produksi pertanian dan melindungi petani. Petani yang berpartisipasi telah merasakan manfaat skim ini sehingga mereka terus terdorong untuk meneruskannya. Dengan asuransi pertanian, proses produksi dapat dijaga dan petani dapat terus bekerja pada lahan usahataninya. Indonesia masih belum memiliki sistem asuransi pertanian, sehingga pengalaman dari negara-negara yang sudah melaksanakannya sangat bermanfaat, meski memerlukan beberapa penyesuaian. (Pasaribu dkk, 2010) Perumusan Masalah Komoditas padi sebagai salah satu komoditas pangan di Indonesia yang menghasilkan beras merupakan komoditas pangan yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Tingginya permintaan terhadap padi juga terlihat dari peningkatan konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut, sehingga komoditas padi pun menjadi salah satu penyumbang PDB terbesar diantara tanaman pangan yang lain. Akan tetapi, komoditas padi merupakan bagian dari pertanian yang rawan akan

18 5 risiko. Risiko produksi juga merupakan risiko utama yang dihadapi oleh para petani. Risiko produksi ini berupa gagal panen yang disebabkan adanya anomali iklim, serangan hama penyakit, dan lainnya. Sebagai contoh, menurut data dari Departemen Pertanian, total lahan yang terancam puso akibat musim kemarau terhitung bulan Januari hingga Agustus 2012 mencapai 125 ribu hektar dan yang benar-benar puso atau gagal panen mencapai 3000 hektar. Manajemen risiko pertanian merupakan solusi yang harus dilakukan oleh petani dalam melakukan aktivitas usahatani padi untuk meminimalisir risiko yang akan diterima. Hal ini tidak lain dan tidak bukan, karena aktivitas usahatani juga merupakan aktivitas ekonomi, dimana petani yang merupakan pelaku utamanya, dengan tujuan mencari keuntungan (profit). Risiko-risiko pertanian yang ada akan mengancam total penerimaan dari petani. Oleh karena itulah manajemen risiko pertanian patut untuk dilakukan. Di Indonesia, Umumnya, mereka menerapkan satu atau kombinasi dari beberapa strategi berikut: 1. Strategi produksi, mencakup diversifikasi atau memilih usaha tani yang pembiayaan dan atau pengelolaan produksinya fleksibel. Petani Indonesia umumnya menerapkan strategi diversifikasi usaha tani. 2. Strategi pemasaran, misalnya menjual hasil panen secara berangsur, memanfaatkan sistem kontrak untuk penjualan produk yang akan dihasilkan, dan melakukan perjanjian harga antara petani dan pembeli untuk hasil panen yang akan datang. Upaya yang banyak dilakukan petani Indonesia adalah dengan cara menjual hasil panen secara berangsur. 3. Strategi finansial, mencakup melakukan pencadangan dana yang cukup, melakukan investasi pada kegiatan berdaya hasil tinggi, dan membuat proyeksi arus tunai berdasarkan perkiraan biaya produksi, harga jual produk, dan produksi. Di Indonesia strategi ini belum populer. 4. Pemanfaatan kredit informal, seperti meminjam uang atau barang kebutuhan pokok dari pedagang atau pemilik modal perorangan. Strategi ini banyak diterapkan petani kecil di Indonesia. Meskipun begitu, satu atau kombinasi dari pendekatan manajemen risiko diatas dinilai belum efektif. Oleh karena itu, diperlukan alternatif solusi dari manajemen risiko pertanian yang sistemik dan sistemis, yakni asuransi pertanian. Faktanya di Indonesia, asuransi pertanian masih belum dapat diimplementasikan. Sedangkan di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara di Eropa, asuransi pertanian berkembang pesat dan efektif dalam melindungi petani. Pengembangan asuransi pertanian sebagai mekanisme strategi dalam mengelola risiko merupakan hal yang rumit. Hal ini dikarenakan, kompleksitas dari sistem dan skim asuransi pertanian itu sendiri. Salah satu bagian yang harus di teliti ialah penentuan premi dari asuransi pertanian yang akan dikenakan kepada para petani. Penentuan premi tersebut harus memiliki dasar yang jelas, sehingga selain dapat dijangkau oleh petani, juga berimplikasi keuntungan (profit) bagi penyelenggara asuransi. Selain hal tersebut, kondisi petani di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab susahnya membangun asuransi pertanian sebagai bagian dari pembangunan pertanian Indonesia. Adanya moral hazard pada setiap petani di Indonesia serta individu tiap petani di Indonesia yang masih belum insurance-minded juga menjadi salah satu contohnya.

19 6 Desa Sukaratu, kecamatan Gekbrong merupakan salah satu desa di Cianjur yang merupakan desa yang menghasilkan beras. Aktivitas usahatani padi merupakan kegiatan turun temurun yang dilakukan oleh petani padi di desa tersebut. Selayaknya usahatani, akitivitas usahatani di Desa Sukaratu juga rawan akan risiko. Menurut keterangan Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Gekbrong, Desa Sukaratu memiliki tingkat gagal panen yang disebabkan faktor alam dan OPT yang cukup tinggi dibandingkan dengan desa lainnya di kecamatan Gekbrong. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber-sumber risiko apa saja yang menjadi faktor risiko utama dalam usahatani padi di Desa Sukaratu? 2. Seberapa besar dampak risiko dan peluang terjadinya risiko tersebut terhadap usahatani padi di Desa Sukaratu? 3. Bagaimana strategi penanganan risiko yang sudah dilakukan di desa Sukaratu? 4. Bagaimana menentukan premi yang sesuai untuk diterapkan dalam asuransi pertanian komoditas padi? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang menjadi penyebab adanya risiko pada komoditas padi. 2. Menganalisis dampak dan probabilitas terjadinya risiko dalam usahatani padi. 3. Menganalisis strategi penanganan risiko padi yang dilakukan oleh petani padi di Desa Sukaratu. 4. Mengidentifikasi premi yang dapat diterapkan dalam asuransi pertanian komoditas padi. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan masukan dalam menentukan mekanisme/model dalam penerapan asuransi pertanian terhadap komoditi padi di Indonesia. Selain itu, Manfaat penelitian ini bagi penulis merupakan salah satu wadah untuk menuangkan gagasan penulis untuk mengatasi permasalahan pertanian yang ada di Indonesia. Selain itu, penulis juga dapat menemukan sedikit alternatif solusi dari permasalahan yang menyebabkan tidak adanya asuransi pertanian yang formal di Indonesia.

20 7 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang menjadi objek penelitian ini adalah: 1. Komoditas yang menjadi objek penelitian kali ini adalah komoditas padi. Hal ini dikarenakan, komoditas padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. 2. Penelitian ini akan berfokus kepada analisis risiko hasil produksi komoditas padi dan asuransi pertanian sebagai metode pengelolaan risiko. Artinya, penelitian akan membahas mengenai identifikasi sumber risiko hasil produksi, pengukuran probabilitas dan dampak risiko, serta analisis penentuan tarif premi asuransi pertanian sebagai metode pengelolaan risiko produksi yang paling cocok dalam rangka mengelola risiko produksi padi. Penelitian ini akan menggunakan data yang berasal dari aktivitas, wawancara, dan diskusi dengan responden petani padi di lokasi penelitian, berupa data mengenai sumber risiko gagal panen, manajemen risiko yang telah dilakukan, serta gambaran umum kondisi usahatani padi di lokasi tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang berasal dari dinas pertanian setempat, Badan Pusat Statistik (BPS), perpustakaan LSI-IPB, Perpustakaan Nasional RI, serta literatur-literatur yang relevan terhadap penelitian ini. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Kajian Risiko Komoditas Pertanian Komoditas pertanian merupakan komoditas yang rentan terhadap risiko yang disebabkan beberapa sifat dari komoditas pertanian seperti tidak tahan lama, harga berfluktuasi, ancaman hama dan penyakit, dan lainnya. Oleh karena itu, kajian terhadap risiko komoditas pertanian pun telah banyak dilakukan. Penelitian Lubis (2009) merupakan penelitian yang bertujuan menganalisis risiko produksi dan penerimaan untuk komoditas padi semi organik oleh Petani Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk mendeskripsikan secara kualitatif kondisi manajemen produksi petani padi semi organik yang tergabung pada Gapoktan Silih asih. Selain itu, digunakan pula metode kuantitatif berupa metode nilai standar (z-score) untuk mengukur probabilitas risiko dan metode Value at Risk (VaR) untuk mengukur dampak risiko. Penelitian tersebut menunjukkan sumber-sumber risiko dalam usaha padi semi organik diklasifikasikan menjadi risiko produksi dan risiko harga. Beberapa kejadian merugikan yang terdapat pada kegiatan produksi adalah risiko sistem (sistem kontrak, sistem pengembalian modal, dan pengaturan waktu tanam sepanjang tahun), risiko proses produksi (melakukan produksi sesuai dengan SOP), risiko sumberdaya manusia (kelalaian pencatatan, kerusakan moral, dan kecelakaan kerja), risiko eksternal (iklim, hama, dan penyakit). Risiko harga yang teridentifikasi adalah adanya fluktuasi benih, pupuk, bahan-bahan pestesida, dan

21 8 harga jual gabah kering panen. Hasil pemetaan dan pengklasifikasian sumbersumber risiko ini menunjukkan pencampuran pupuk kimia, pengaturan musim tanam, dan pengaruh iklim memiliki tingkat probabilitas dan dampak kejadian yang besar. Perhitungan menggunakan analisa kuantitatif didapatkan angka probabilitas untuk risiko produksi sebesar 16.60% dan risiko penerimaan 26.40%. Sedangkan untuk tingkat dampak diperoleh pada produksi padi sebesar Rp per hektar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa risiko produksi padi organik memiliki dampak besar dan probabilitas kecil, sedangkan risiko penerimaan memiliki probabilitas dan dampak yang besar. Penelitian Sembiring (2010) menjelaskan permasalahan yang sering dihadapi The Pinewood Organic Farm dalam proses budidaya sayuran organik dalam pengembangan usahanya yaitu risiko produksi. Risiko yang dihadapi mulai dari penanaman bibit yaitu terjadinya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan sehingga tanaman perlu beradaptasi terlebih dahulu. Pada saat melakukan perawatan pun masih terdapat kendala yang dihadapi seperti serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca yang tidak pasti, teknologi yang digunakan yaitu penanaman pada lahan terbuka dan green house, yang berdampak kepada penurunan pendapatan perusahaan. The Pinewood Organic Farm melakukan diversifikasi produk yakni dengan mengusahakan berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu, dapat dianalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh The Pinewood Organic Farm. Pengukuran risiko dalam penelitian Sembiring (2010) menggunakan metode analisis seperti standard deviation, variance, dan coefficient variation. Hasil pengukuran yang didapat menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, caisin, sawi putih dan tomat diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah brokoli yaitu 0.54 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar Sedangkan yang paling rendah adalah caisin yaitu 0.24 yang artinya setiap satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar Demikian juga dengan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah brokoli yaitu 0.8 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.8. Sedangkan yang paling rendah adalah tomat yaitu 0.48 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Kajian Asuransi Pertanian Asuransi pertanian sebagai salah satu strategi dalam mekanisme manajemen risiko pertanian termasuk dalam sektor asuransi properti dengan ciri khas khusus, yakni produk yang di-cover merupakan produk pertanian yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Sebagai salah satu mekanisme manajemen risiko pertanian, asuransi pertanian telah banyak diterapkan di negara-negara maju. Untuk di Indonesia, telah banyak penelitan dan jurnal ilmiah dilakukan dan dipublikasi dalam rangka pengembangan asuransi pertanian di Indonesia. Penelitian ini mayoritas dilakukan dari Departemen Pertanian RI dan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP).

22 Penelitian Nurmanaf dkk (2007) yang berjudul Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Sapi Potong menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis kelayakan unsur pokok asuransi pertanian, serta kelayakan finansial untuk usahatani padi karena berdasarkan kondisi empiris yang tergali pada survey yang telah dilakukan sebelumnya, unsur-unsur pokok landasan fundamental struktur dasar asuransi pertanian pada usahatani padi sudah terpenuhi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa pengembangan asuransi pertanian untuk usahatani padi layak untuk ditindak lanjuti. Risiko usahatani yang layak diasuransikan ialah kegagalan panen akibat kekeringan, kebanjiran, dan serangan organism penganggu tanaman. Sedangkan pendekatan yang layak adalah area (hamparan) dan partisipasi peserta asuransi pertanian diupayakan untuk mendekati tingkat partisipasi wajib. Secara finansial, usaha asuransi pertanian untuk usahatani padi hanya layak jika ada subsidi dari pemerintah. Selain itu, mengingat asuransi pertanian melibatkan banyak sekali faktor teknis, manajerial, dan sosial kelembagaan, maka perlu diadakannya proyek rintisan (pilot project) sebelum dikembangkan secara formal. Menurut penelitian tersebut, asuransi pertanian untuk usahatani padi dapat dikembangkan jika dan hanya jika pemerintah meletakkannya sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian, khususnya usahatani padi. Mengingat bahwa era perubahan iklim telah terjadi sehingga di masa mendatang risiko dan ketidakpastian usahatani cenderung meningkat, maka political will dan konsistensi kebijakan pemerintah di bidang pengembangan asuransi pertanian sangat diperlukan. Artikel ilmiah yang ditulis oleh Sumaryanto dan Nurmanaf (2007) yang diterbitkan oleh Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 25 No. 2 menyebutkan bahwa posisi strategis komoditas padi dalam perekonomian nasional merupakan argumen pokok yang legitimasinya sangat kuat untuk memposisikan asuransi pertanian usahatani padi sebagai bahan integral kebijakan pembangunan pertanian. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang cermat dan komprehensif guna mengembangkan asuransi pertanian. Pilar-pilar pokok rancang bangun skim asuransi pertanian yang meliputi unsur-unsur pokok landasan dasar struktur, unsur-unsur kunci yang membentuk infrastruktur, dan prasyarat esensial lainnya yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan harus dikaji, dipahami, dan dibangun secara simultan. Orientasinya adalah untuk menciptakan suatu sistem kelembagaan asuransi pertanian yang layak secara teknis, finansial, dan sosial. Penelitian Pasaribu dkk (2010) yang berjudul Pengembangan Asuransi Usahatani Padi untuk Menganggulangi Risiko Kerugian 75% akibat Banjir, Kekeringan dan Hama Penyakit menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk membahas aspek penting terkait dengan skim asuransi usahatani padi, terutama mencakup luas (tanam dan panen) pertanaman padi (sawah), ongkos usahatani, pengalaman tentang risiko usahatani (kerugian/gagal panen) dan persepsi petani tentang aplikasi asuransi usahatani padi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa persepsi petani yang diambil dari dua lokasi penelitian, yakni Kabupaten Deli, Serdang dan Kabupaten Jembrana; mereka sangat berkeinginan dapat mengikuti dan terlibat langsung dalam penyelenggaraan skim asuransi pertanian. Hal ini disebabkan oleh pengalaman berusahatani yang mengandung risiko dan sering mengalami kerugian atau gagal panen. Bencana 9

23 10 banjir dan serangan OPT merupakan bentuk risiko yang pada waktu yang lalu ditanggung petani sendiri. Dengan demikian, asuransi usahatani padi jika diaplikasikan, diperkirakan dapat membantu petani dari kerugian dan berbagai risiko atas usahatani yang dilakukannya, baik dari segi ekonomi maupun dari segi psikologis. Menurut Pasaribu (2010) melalui jurnal ilmiahnya yang berjudul Developing Rice Farm Insurance in Indonesia dalam International Conference on Agricultural Risk and Food Security 2010 menyimpulkan bahwa perkembangan asuransi pertanian akan bermanfaat untuk melindungi petani dari ancaman kerugian gagal panen yang disebabkan banjir, kekeringan dan serangan OPT. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas dan produktivitas guna menghadapi akibat dari perubahan iklim global. Berdasarkan beberapa hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu serta jurnal-jurnal dan artikel yang terkait, maka penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dan persamaan. Persamaan penelitian ini terdapat dalam penelitian sumber-sumber risiko melalui pendekatan kualitatif, seperti pada penelitian Nurmanaf dkk (2007), Sembiring (2010), dan Lubis (2009). Selain itu, dalam rangka pengukuran risiko, metode z-score digunakan untuk menentukan probabilitas dan dampak risiko untuk menentukan VaR, seperti pada penelitian Lubis (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah konsep risiko yang akan difokuskan pada penelitian ini ialah risiko hasil produksi, sehingga penelitian akan berpusat kepada hasil produksi padi. Selain itu, Penelitian ini tidak bertujuan untuk menentukan strategi alternatif dalam manajemen risiko, melainkan menjelaskan efektifitas mekanisme asuransi pertanian dalam mengelola risiko yang ada, terutama dalam penentuan premi yang ideal untuk diterapkan. Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif yang berdasarkan Yield Losses untuk menghitung premi yang ideal bagi petani dan perusahaan asuransi pertanian. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Istilah risiko sudah banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah terbiasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh mayoritas orang-orang. Menurut Rejda (2001), terdapat banyak definisi atas risiko tersendiri, tergantung dari sudut pandang masing-masing. Ahli ekonomi, ilmuwan praktis, pakar risiko, ahli statistik, dan aktuarial; masing-masing memiliki konsep risikonya sendiri. Berdasarkan konsep tersebut, Rejda (2001) mendefinisikan risiko sebagai uncertainty concerning the occurrence of a loss. Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil risiko.

24 Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan return yang diterima juga akan lebih besar. Beberapa definisi risiko juga dikemukakan sebagai berikut: (Vaughan, 1978 dalam Darmawi, 2010) 1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian) Konsep ini biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu exposure terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Selain itu, berdasarkan istilah statistik, istilah chance merujuk kepada tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. 2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) Istilah possibility berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara nol dan satu. 3. Risk is Uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian) Beberapa pakar sepakat bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian yaitu adanya risiko, karena adanya ketidakpastian. Istilah uncertainty mempunyai berbagai makna, baik yang bersifat objektif, maupun subjektif, seperti penilaian indivitdu terhadap suatu risiko. 4. Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan) Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan suatu nilai di sekitar suatu posisi sentral atau titik rata-rata. Definisi risiko sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan, sesungguhnya merupakan versi lain dari definisi risk is uncertainty, di mana penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan ketidakpastian secara statistik. 5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected (Risiko adalah probabilitas suatu hasil berbeda dengan hasil yang diharapkan) Variasi lain dari konsep risiko sebagai suatu penyimpangan yaitu risiko merupakan probabilitas objektif bahwa hasil aktual akan berbeda dengan yang diharapkan. Probabilitas objektif dimaksudkan sebagai frekuensi relatif yang didasarkan atas perhitungan ilmiah. Kunci dalam definisi ini adalah bahwa risiko bukan probabilita suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa hasil yang berbeda dari yang diharapkan. Manusia selalu dihadapkan dengan risiko sehingga risiko menjadi bagian dari manusia. Begitu juga dengan perusahaan, yang akan selalu berhadapan dengan risiko, ketidakmampuan perusahaan dalam menangani berbagai risiko yang dihadapi akan berakibatkan kerugian perusahaan. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tersediannya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi (Kountor, 2006). Selanjutnya, Kountor (2008), menyebutkan ada tiga unsur penting dari suatu yang dianggap risiko yaitu: 1. Merupakan suatu kejadian. 2. Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa saja terjadi bisa saja tidak terjadi. 3. Jika sampai terjadi akan menimbulkan kerugian. 11

25 12 Melihat berbagai definisi risiko diatas, terdapat beberapa konsep yang terkait dengan risiko diantaranya Peril, Hazard, dan Losses (Silalahi, 1997). Peril atau bencana merupakan penyebab terjadinya losses atau kerugian, seperti kebakaran, banjir, gempa, dan lainnya. Hazard merupakan keadaan yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril. Hazard dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: (Siahaan, 2009) 1. Physical Hazard; suatu kondisi yang bersumber dari karakter material suatu objek. Sebagai contoh, peril tabrakan sebagai penyebab kerugian atas sebuah mobil. Kondisi fisik yang memperbesar kemungkinan terjadinya tabrakan adalah genangan air hujan yang membuat jalanan menjadi licin. Jalan licin karena hujan adalah hazard sementara tabrakan yang terjadi adalah peril. 2. Morale Hazard; Sikap mental ceroboh atau sikap tidak hati-hati seseorang. Terkadang terdapat hasrat alam bawah sadar seseorang akan kerugian, orang bersangkutan tidak sadar sepenuhnya dengan hasratnya yang akan membawa celaka. Kadang-kadang keadaan membuat seseorang tidak peduli dengan kemungkinan kerugian (risiko). 3. Moral Hazard; kondisi yang disebut moral hazard juga bersumber dari sikap mental seseorang. Ini berkaitan dengan tindakan disengaja yang dirancang sehingga menyebabkan kerugian atau memperparah kerugian. Biasannya moral hazard ini adalah karena sifat ketidakjujuran seseorang. Sumber Risiko Harwood, et al (1999) menjelaskan beberapa risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani, yaitu: 1. Risiko hasil produksi Fluktuasi hasil produksi dalam pertanian dapat disebabkan karena kejadian yang tidak terkontrol. Biasanya disebabkan oleh kondisi alam yang ekstrim seperti curah hujan, iklim, cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Produksi juga harus memperhatikan teknologi tepat guna untuk memaksimumkan keuntungan dari hasil produksi optimal. 2. Risiko harga atau pasar Risiko harga dapat dipengaruhi oleh perubahan harga produksi atau input yang digunakan. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah berjalan. Risiko ini lebih disebabkan oleh proses produksi dalam jangka waktu lama pada pertanian, sehingga kebutuhan akan input setiap periode memiliki harga yang berbeda. Kemudian adanya perbedaan permintaan pada lini konsumen domestik maupun internasional. 3. Risiko Institutsi Institusi atau kelembagaan mempengaruhi hasil pertanian melalui kebijakan dan peraturan. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga input-output dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi petani. Fluktuasi harga input maupun output pertanian dapat mempengaruhi biaya produksi. 4. Risiko manusia Risiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan proses produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk menghasilkan output optimal. Moral manusia dapat menimbulkan

26 13 kerugian seperti adanya kelalaian sehingga menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi. 5. Risiko keuangan Risiko keuangan merupakan dampak yang ditimbulkan oleh cara petani dalam mengelola keuangannya. Modal yang dimiliki dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan output. Peminjaman modal yang banyak dilakukan oleh petani memberikan manfaat seimbang berupa laba antara pengelola dan pemilik modal. Kemunculan risiko pada perusahaan dapat pula disebabkan oleh adanya faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor eksternal dari sektor pertanian berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan faktor-faktor internal. Sebagai contoh, anomali perubahan iklim yang terjadi dewasa ini, berimplikasi langsung terhadap aktivitas usahatani di Indonesia. Perubahan iklim yang semakin tidak dapat dikira oleh para petani, menyebabkan sering terjadinya kejadian-kejadian buruk yang merugikan petani seperti tidak optimalnya atau rusaknya jaringan irigasi, jalan usahatani, dan prasarana pertanian lainnya. Tipe Risiko Bagi pelaku usaha dalam berbagai sektor bisnis, termasuk pula pertanian, perlu mengamati dan memahami tipe-tipe risiko dengan seksama. Hal ini dikarenakan, akan menyangkut pengenalan terhadap karakter risiko masingmasing (Fahmi, 2010). Secara ringkas, pembagian tipe risiko dapat dijelaskan dalam gambar dibawah ini. Risk Pure Speculative Static Dinamic Static Dinamic Subjective Subjective Subjective Subjective Objective Objective Objective Objective Gambar 3 Types of Risk (Sumber: Triesmann, Gustavson, Hoyt, Risk Management and Insurance, 2001, dalam Siahaan, 2009) Pure risk dan Speculative risk Suatu risiko disebut sebagai pure risk atau risiko murni jika suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti menimbulkan kerugian. Tidak ada kemungkinan akan menghasilkan keuntungan. Contohnya

27 14 adalah barang rusak karena terbakar, barang hanyut banjir, seseorang kepala rumah tangga pencari nafkah tiba-tiba meninggal dunia dalam usia muda produktif karena pesawat terbang yang ditumpanginya hilang ataupun terjadinya gagal panen yang dialami petani. Kebalikan risiko murni adalah risiko spekulatif atau speculative risk, yaitu ketidakpastian apakah akan terjadi untung atau kerugian. Keputusan perusahaan dan korporat dalam berbagai macam keputusan investasi adalah contoh situasi yang dihadapkan dengan risiko spekulasi. Keputusan investasi dapat menghasilkan untung tetapi dapat juga menimbulkan kerugian. Risiko murni dan risiko spekulatif mungkin saja muncul dalam berbagai situasi. Perlu disadari bahwa banyak keputusan dengan motif profit, keputusan dengan risiko spekulasi yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan mempunyai dampak bahaya risiko murni. Static risk dan Dynamic risk Risiko statis merupakan risiko yang berasal dari masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh risiko murni statis adalah ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak. Menjalankan bisnis dalam ekonomi stabil adalah contoh risiko spekulasi statis. Sebaliknya, risiko dinamis adalah timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis mungkin murni juga spekulatif. Contoh sumber risiko dinamis adalah urbanisasi, perkembangan teknologi yang kompleks, dan perubahan undang-undang atau perubahan peraturan pemerintah. Risiko statis dan dinamis adalah tidak independen semakin tinggi risiko dinamis dapat meningkatkan risiko statis jenis tertentu. Sebagai contoh, ketidakpastian kerugian yang terkait dengan perubahan cuaca. Risiko ini cenderung dianggap risiko statis. Akan tetapi, fakta terakhir membuktikan bahwa pencemaran lingkungan akibat meningkatnya industrialisasi dapat memengaruhi pola musim (cuaca) global dank arena itu meningkatkan sumber risiko statis. Subjective risk dan Objective risk Risiko subjektif adalah berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami ragu-ragu atau cemas akan terjadinya kejadian tertentu. Subjektif atas risiko tertentu mungkin juga sifatnya murni atau spekulatif, dan statis atau dinamis. Pada intinya, risiko subjektif adalah ketidakpastian secara kejiwaan yang berasal dari sikap mental atau kondisi pikiran seseorang. Objective risk, berbeda dengan risiko subjektif terutama lebih mudah diamati secara akurat oleh karena itu dapat diukur. Pada umumnya, risiko objektif adalah probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan (dari rata-rata) sesuai pengalaman. Terminologi ini paling sering dipergunakan pada pembahasan risiko murni statis, meskipun dapat dipergunakan untuk jenis lain ketidakpastian. Konsep risiko subjektif sangat penting karena memberikan cara menafsirkan perilaku individu yang menghadapi situasi identik yang masih akan datang. Misalkan seseorang mungkin saja sangat ultra konservatif

28 15 dan karena itu selalu cenderung mengambil keputusan yang aman, meskipun pada kasus yang bagi pengambil keputusan lain adalah bebas risiko. Risiko objektif mungkin secara aktual sama dalam dua kasus, tetapi dapat dipandang dengan cara yang sangat berbeda oleh penganalisis risiko karena masing-masing menggunakan cara pandangnya sendiri. Jadi, tidak cukup hanya memerhatikan derajat risiko objektif; tetapi sikap seseorang terhadap risiko yang mengambil tindakan juga harus diketahui. Sikap Individu terhadap Risiko Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya juga diperhitungkan bahwa return yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory) berdasarkan konsep expected utility model (Moschini dan Hennesy, 1999). Dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungkan dengan risiko dapat menggunakan expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kepuasan (utility). Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan adalah berhubungan positif, dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat. Teori risiko terhadap kepuasan dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 4 Hubungan fungsi kepuasan dan pendapatan Sumber: Debertin, 1986 Debertin (1986) juga menjelaskan mengenai hubungan tingkat kepuasan petani dengan keputusan strategi yang diambil pada risiko tertentu. Sehubungan dengan gambar diatas, setiap petani yang ingin mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi maka akan menghadapi risiko yang lebih besar, dimana tingkat risiko selalu berbanding lurus dengan tingkat harapan pendapatan. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat dikelompokkan sebagai berikut (Kountor 2006): 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter). Sikap ini menunjukkan bahwa semakin banyak kekayaan yang diperoleh, pertambahan manfaat (utility) dari kekayaan ini semakin kecil. Sebaliknya

29 16 semakin kecil kekayaan, semakin besar manfaat yang dikorbankan. Keadaan ini dikenal dengan istilah diminishing marginal utility of wealth. Jika diaplikasikan pada risiko, semakin rugi maka semakin besar penderitaan atas kerugian tersebut dibandingkan dengan kenikmatan yang diperoleh jika menguntungkan. Ini yang menjelaskan mengapa orang tidak suka menderita kerugian. Sebab semakin rugi, penderitaan yang dia terima akan semakin besar. Pada umumnya, sebagian besar individu berada pada kelompok ini. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan keadaan yang mana manfaat yang diterima dengan adanya peningkatan kekayaan lebih besar dari manfaat yang dikorbankan dengan penurunan kekayaan pada jumlah yang sama. Keadaan ini dikenal dengan istilah increasing marginal utility of wealth. Semakin meningkat kekayaan, semakin besar manfaat yang diterima. Peningkatan kekayaan akan memberikan manfaat yang lebih besar daripada manfaat yang dikorbankan jika kekayaan berkurang dengan jumlah yang sama. Oleh karena itu, kebahagiaan yang dia terima jika berhasil lebih besar dari rasa penderitaan yang dia derita jika rugi dengan jumlah yang sama. Hanya sedikit orang yang berada pada kelompok ini. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa besarnya manfaat yang diperoleh dari penambahan pendapatan sama dengan besarnya manfaat yang dikorbankan dari pengurangan pendapatan dengan jumlah yang sama. Kondisi ini dikenal dengan istilah constant marginal utility of wealth. Oleh karena itu, orang yang tergolong risk neutral adalah orang yang tidak berpengaruh dengan adanya risiko. Hanya sebagian kecil orang yang termasuk dalam kelompok ini. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko merupakan tahap yang dilakukan segera setelah sumber risiko diidentifikasi. Kelompok risiko subjektif tidak dapat diukur secara akurat. Tetapi sebaliknya, besarnya risiko objektif lebih dapat diobservasi dan diukur secara tepat (Siahaan 2009). Menurut Darmawi (2010), informasi mengenai risiko yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur ialah Frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi ; dan Keparahan dari kerugian itu. Paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu yang ingin diketahui adalah: 1. Rata-rata nilainya dalam periode anggaran. 2. Variasi nilai dari yang diharapkan dengan yang aktual. 3. Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu. Melihat penjelasan sebelumnya, Djohanputro (2008) menyimpulkan pengukuran risiko selalu mengacu paling tidak pada dua ukuran. Ukuran pertama adalah probabilitas, yakni merupakan rentang (range) yang sangat lebar, dari mendekati 0% (nyaris tidak akan terjadi) sampai 100% (nyaris pasti terjadi). Dalam bahasa kualitatif, probabilitas risiko tidak dinyatakan dalam persentase kejadian, tetapi dengan kategorisasi yang biasanya dibagi ke dalam lima kelompok, yakni risiko dengan kemungkinan terjadi very rare (jarang sekali), rare (jarang), possible (mungkin), likely (sangat mungkin), dan almost certain (hampir pasti). Ukuran kedua adalah dampak atau akibat atau ukuran kuantitas risiko, yaitu

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung

Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Jagung Oleh : A. Rozany Nurmanaf Sumaryanto Sri Wahyuni Ening Ariningsih Yana

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sedang berupaya menjaga ketahanan pangan Indonesia dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan agar kebutuhan pangan Indonesia tercukupi. Ketidak tersediaan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara dengan kategori sedang berkembang. Hal ini dikarenakan sebagian besar negara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim membawa dampak pada hampir semua aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi. Dampak yang dirasakan ada yang bersifat langsung seperti pada sektor pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN Oleh : Sumaryanto Sugiarto Muhammad Suryadi PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO Manajemen Risiko ANDRI HELMI M, SE., MM. Pengertian Risiko Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott Kans kerugian the change of loss

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Kerugian yang tidak diharapkan Risiko Penyimpangan dari yang diharapkan Kejadian yang tidak menguntungkan Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci