BAB I PENDAHULUAN. pedagang.pasar dalam artian ekonomi adalah tempat bertemunya penjual atau pedagang dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pedagang.pasar dalam artian ekonomi adalah tempat bertemunya penjual atau pedagang dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini mengenai bentuk interaksi yang terjadi antara rentenir dan pedagang yang ada di pasar Kolombo, yang difokuskan pada pola keterlekatan yang muncul antara rentenir dan pedagang.pasar dalam artian ekonomi adalah tempat bertemunya penjual atau pedagang dengan calon pembeli. Dalam situasi di pasar tradisional adalah suatu tempat dimana interaksi dapat terjadi dengan dua belah-pihak atau lebih dalam artian ini interaksi tidak hanya terjadi pada hanya penjual dan calon pembeli saja tetapi juga dengan aktor-aktor yang terdapat di pasar lainnya. Di pasar tradisional aktor-aktor berperan besar dalam menjalankan aktivitas di pasar. Aktor-aktor tersebut antara lain pedagang, pembeli, penjual, tukang parkir, mindrink, rentenir, arisan dan preman pasar. Peneliti memilih rentenir sebagai fokus penelitiaanya dikarenakan rentenir merupakan fenomena klasik yang kemunculannya rentenir ini sudah terjadi sejak lama, akantetapi pekerjaan ini terus berjalan dan bahkan terus berkembang. Sementara itu dalam beberapa pandangan masyarakat pada umumnya rentenir dianggap sebagai suatu masalah, masalah karena rentenir bekerja dengan cara meminjamkan uang kepada para nasabah atau pedagang dengan bunga yang tinggi melebihi bunga bank. Pada umumnya bunga yang ditarik rentenir berkisar antara 10-20% sehingga dapat mencekik kemampuan ekonomi para nasabahnya dan menjadi susah untuk berkembang.dalam keterpaksaan bagi sebagian nasabah rentenir dianggap sebagai penolong tatkala seseorang tidak mempunyai uang dan sedang membutuhkan uang segera, maka rentenir merupakan jalan keluar yang dapat diakses dengan cepat dan tidak melalui prosedur berbelit-belit terutama bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Orangorang yang sudah meminjam uang pada rentenir pada umumnya akan masuk pada lingkaran

2 setan rentenir karena orang yang sudah terjerat hutang rentenir akan sulit lepas dari aktivitas hutang-piutang ini dapat disebabkan rentenir mendekati calon nasabahnya dengan cara yang halus dan tidak dengan paksaan. Dalam mengatasi permasalahan rentenir ini berbagai pihak telah mencoba melakukan berbagai cara, termasuk diantaranya pemerintah. Beberapa pemerintah daerah di Indonesia telah mengeluarkan perda yang melarang aktivitas rentenir, namun pada kenyataannya rentenir tetap memilki celah untuk terus menjalankan usahanya. Ketiadaan penegakan hukum yang jelas terhadap rentenir juga turut menumbuh suburkan rentenir pada berbagai lapisan masyarakat. Keberadaan rentenir di Indonesia dianggap setengah legal karena transaksi diantara rentenir dan nasabah ada kesepakatan antara peminjam dengan pemilik uang. Tidak ada Undang Undang yang melarang aktivitas pinjam-meminjam uang yang disertai dengan bunga,terlebih lagi peminjaman uangoleh nasabah yang bergerak dibidang usaha kecil. Merujuk pada Keputusan Presiden RI Nomor 99 tahun 1998 tentang usaha kecil, bahwa pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat, makasalah satu bentuk dari usaha kecil dan menengah yang paling banyak jumlahnya adalah pedagang.terlebih lagi pedagang di pasar tradisional. Berdasarkan data dari APKASI pada tahun 2012 secara keseluruhan jumlah pasar tradisional yang ada di Indonesia lebih dari dan jumlah pedagang yang berjualan di pasar sebesar orang. Suatu jumlah yang boleh dikata tidak kecil dalam menampung pengangguran. Pada pasar tradisional yang merupakan sebuah tempat bertemunya manusia dari berbagai jenis, dari berbagai ras, suku dan agama dapat bertemu dan berinteraksi di pasar, beragam profesi juga dapat ditemui di pasar. Berbagai macam produk mulai dari hasil bumi, perlengkapan rumah

3 tangga, barang-barang kerajinan semua dapat ditemui di pasar dan dijual dalam harga yang terjangkau. Namun pada saat ini keberadaan pasar tradisional dari tahun ke tahun sungguh sangat memprihatinkan. Angka pertumbuhannya terus mengalami penurunan, sehubungan dengan munculnya pasar modern yang tumbuh secara subur. Kalahnya saingan pedagang pasar tradisional dapat mengakibatkan hilangnya mata pencaharian bagi sebagian besar orang yang bergerak di sektor informal. Pada kondisi ini keberadaan pedagang pasar tradisional sudah semestinya mendapat perlindungan dan dukungan dari pemerintah baik berupa dana maupun pemberian pelatihan sehingga dapat menambah kualitas dari pedagang itu sendiri. Pada kenyataannya pemerintah masih memandang sebelah mata; dan kalaupun ada dukungan selama ini, paling banter hanya merehab pada penataan bangunan phisik,belum menyentuh pada bantuan modal bagi pedagang-pedagang yang hanya bermodal kecil yang rentan terhadap persaingan yang tidak sehat dan kebangkrutan. Dengan kondisi yang serba kekurangan dan tanpa adanya bantuan pemerintah, para pedagang pasar harus berjuang sendiri untuk usahanya dan salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan meminjam modal pada orang lain atau Rentenir untuk membuka usaha karena modalnya sendiri kurang. Beberapa pandangan mengenai rentenir dapat disaksikan melalui media massa yang sebagian besar memberikan tanggapan lebih banyak mengenai sisi negatif rentenir terutama selama aktivitasnya di pasar. Dalam beberapa berita mengatakan bahwa keberadaan rentenir perlu diwaspadai bahkan jika perlu dibasmi oleh pemerintah daerah atau badan khusus. Tidak hanya itu saja bank-bank rakyat juga aktif dalam menanggulangi aktivitas rentenir dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan memberikan pengertian dan penjelasan kepada para pedagang di pasar, bahwa meminjam dari rentenir justru akan merugikan pedagang karena bunga yang diberikan oleh rentenir terlalu tinggi. Dalam praktiknya juga ditemukan beberapa rentenir

4 yang menggunakan strategi tertentu untuk menarik nasabah, salah satunya adalah dengan membentuk koperasi, walaupun begitu aksi rentenir berkedok koperasi ini mulai diawasi oleh pemerintah, bahkan akan ditindak tegas. Keberadaan rentenir dalam masyarakat bagaikan dua sisi mata uang, rentenir bagi sebagian orang dianggap sebagai orang yang jahat karena secara tidak langsung menghisap uang dari rakyat kecil, tetapi bagi sebagian orang yang membutuhkannya seperti para pedagang di pasar keberadaan rentenir justru sangat dibutuhkan karena rentenir dianggap sebagai penyelamat ketika orang-orang membutuhkan dana dengan cepat, walaupun pada akhirnya harus mengembalikan disertai dengan bunganya. Pandangan mengenai rentenir juga beragam walaupun sebagian besar pandangan,menilai negatif profesi rentenir, dari masyarakat awam sampai ahli mempunyai pandangan tersendiri mengenai rentenir. Bagi sebagian orang keberadaan rentenir banyak memberikan kerugian terutama pada pedagang di pasar karena memberikan kerugian pada pedagang, karena bunga yang diberikan oleh para rentenir kepada pedagang terlalu tinggi, terlebih keuntungan yang dihasilkan pedagang pasar tidak terlalu banyak sehingga membuat usaha pedagang susah mengalami kemajuan. Rentenir bagi sejumlah pedagang pasar bak seperti Dewa Penolong atas keterbatasan modal yang dimiliki pedagang pasar. Hanya bermodalkan trust antara pedagang dan rentenir,dalam waktu tidak berselang lama pinjaman modal sudah ada ditangan pedagang pasar. Dalam penelitian ini yang menjadi Objek penelitian adalah pedagang dan rentenir yang terdapat di pasar tradisional. Lokasi pasar tradisional yang dipilih adalah Pasar Tradisional Kolombo yang terletak di Jalan kaliurang km 7. Pelanggan dari pasar tradisional ini pada umumnya adalah orang-orang yang tinggal di sekitar jalan kaliurang.,meskipun ada sejumlah pembeli yang datang dari Monjali maupun dari sekitar Gejayan. Seorang ibu dari monjali yang sering membeli di

5 Pasar Kolombo (bu Desy) mengatakan : Belanja di Pasar Kolombo lebih murah di banding belanja di pasar Kranggan.Demikian juga pernyataan bu Kasilah dari Gejayan: Saya sudah kadungpunya pelanggan pedagang di Pasar Kolombo ini,walaupun rumah agak jauh di gejayan,tapi rasanya senang kalau ketemu dengan ibu-ibu atau simbok-simbok langganan saya. Peneliti memilih Pasar Kolombo yang dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan dari beberapa pasar tradisional yang telah diamati oleh peneliti sebelumnya, Pasar Kolombo yang terletak di Jalan Kaliurang km 7 ini paling banyak terdapat aktivitas rentenir selain itu rentenir yang ada di Pasar Kolombo lebih beragam karena teradapat etnis Jawa, China dan Batak yang bekerja menjadi rentenir, selain itu rentenir yang ada di Pasar Kolombo lebih kasat mata sehingga menjadi ketertarikan sendiri bagi peneliti dan lebih memudahkan untuk melakukan penelitian selain juga berdasarkan atas lokasinya yang dekat dari rumah peneliti sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian. Pada tahun 2012 Pasar Kolombo direnovasi oleh pemerintah daerah Sleman, pasar ini tidak hanya direnovasi fisik, akan tetapi juga dilakukan penataan ruangan/clustering supaya pasar Kolombo semakin tertata dan nyaman untuk ke depannya. Hal ini dilakukan untuk menambah daya saing pasar tradisional tersebut terhadap persaingan yang semakin ketat dengan semakin menjamurnya pasar-pasar modern yang banyak bermunculan di sekitar jalan kaliurang. Saat ini pasar tradisional kolombo menempati lahan seluas 5.413m2 dan pedagang yang berjualan dalam pasar tersebut sebanyak 676 orang termasuk diantaranya yang berjualan di kios maupun los. Pasar Kolombo merupakan salah satu pasar tradisional yang ramai dengan kegiatan jual-beli yang berlangsung antara pedagang dan pembeli bahkan bisa berlangsung sampai siang

6 hari. Keramaian Pasar Kolombo ini disebabkan oleh letaknya yang strategis yaitu di pinggir jalan besar, Jalan Kaliurang sehingga orang dapat dengan sangat mudah mengaksesnya. Kegiatan yang berlangsung di Pasar Kolombo tidak hanya kegiatan jual-beli antara pedagang dan pembeli, tetapi yang juga menarik perhatian adalah kegiatan yang terjadi antara pedagang dan rentenir. Dalam beberapa kesempatan mengunjungi Pasar Kolombo telihat beberapa interaksi yang terjadi antara rentenir dan pedagang. Pada umumnya persepsi sebagian besar masyarakat menganggap sosok rentenir sebagai Lintah Darat yang mencengkeram nasabahnya,akan tetapi hal ini tidaklah benar sepenuhnya. Performance rentenir-rentenir yang dijumpai di Pasar Kolombo berpenampilan seperti orang biasa pada umumnya, ada yang lelaki paruh baya, ibu-ibu bahkan anak muda ada yang sudah menjadi rentenir. Ciri-ciri rentenir yang paling mencolok yang dapat ditemui di Pasar Kolombo adalah menggunakan tas kecil, menenteng buku catatan kecil yang biasanya diselipkan sejumlah uang, lalu bolpoin untuk mencatat uang dari pedagang yang mengangsur atau meminjam baru. Cara yang digunakan rentenir-rentenir tersebut dalam menarik uang dari para pedagang di pasar juga tidak seperti penggambaran yang dengan kasar apalagi sampai memaksa mengembalikan uang, para rentenir biasanya menghampiri para pedagang lalu bercakap-cakap sebentar kemudian baru setelah itu menarik uang dari pedagang, bahkan dalam beberapa kesempatan beberapa rentenir yang terlihat di pasar kolombo menyapa dengan ramah para pedagang terlebih dahulu.rentenirpun menampilkan dirinya sebagai sosok yang ramah,bahkan yang belum lunaspun malah sudah ditawari pinjaman lagi (terutama bagi nasabah yang dikenal tertib dalam pembayaran pinjaman).suatu cara untuk menciptakan ketergantungan pada nasabahnya. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik kepada kehidupan para rentenir tersebut dalam kesehariannya, ketertarikan tersebut lebih didorong oleh keingintahuan kehidupan

7 pribadi para rentenir tersebut dan bagaimana persepsi para pedagang tentang keberadaan rentenir di Pasar Kolombo. Walaupun lebih memfokuskan mengenai relasi yang muncul antara rentenir dengan pedagang dan cara atau strategi para rentenir dalam mempertahankan pelanggan/nasabahnya. Alasan memilih lokasi pasar kolombo karena operasi rentenir di pasar tersebut lebih kasat mata dan banyak (dibanding sewaktu observasi di pasar Kranggan dan PASTY), bahkan di Pasar Kolombo ini ada pengelompokan rentenir (Jawa,batak,dan cina) dengan nasabah binaan masing masing, sehingga menjadikan hal ini tertarik untuk diteliti. Setelah beberapa kali melakukan pengamatan di Pasar Kolombo,dan melakukan wawancara dengan beberapa pedagang dan tukang parkir mengenai rentenir, terdapat tiga jenis rentenir berdasarkan etnisnya yaitu Jawa, Batak dan Cina. Dari hasil wawancara tersebut etnis Jawa yang menjadi rentenir mempunyai pekerjaan sambilan berdagang juga di pasar tersebut, sedangkan etnis China murni hanya bekerja sebagai rentenir, dan rentenir etnis Batak menjadi rentenir tetapi juga memiliki koperasi. Sebagian besar rentenir yang beroperasi di Pasar Kolombo tidak tinggal di wilayah di sekitar Kolombo, kebanyakan tinggal jauh dari pasar, hanya etnis Batak saja yang tinggal di dekat pasar dengan cara kos atau tinggal di rumah kontrakan. Bunga yang diberikan dari rentenir kepada pedagang cukup tinggi sekitar 10-20% dan tidak ada batas waktu pengembalian uang. Dalam beberapa kasus yang jarang ditemui pernah ada pedagang yang tidak sanggup membayar karena utangnya sudah terlalu banyak sehingga memilih untuk kabur dan tidak berjualan lagi di Pasar Kolombo. Untuk menganalisa permasalahan tersebut maka peneliti akan menganalisanya dengan menggunakan teori keterlekatan yang dikemukakan oleh Granovetter. Keterlekatan menurut Granovetterdalam Damsar (2009: ) merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan personal seseorang yang sedang

8 berlangsung di antara para aktor. Teori ini dipilih dikarenakan peneliti ingin mengetahui interaksi yang muncul antara rentenir dan pedagang di pasar dan seberapa kuat interaksi tersebut, pertanyaan ini muncul karena selamaini rentenir dianggap sebagai masalah yang tidak kunjung usai, dan berbagai pihak berusaha untuk mengatasinya, tetapi keberadaan rentenir tetap terus ada. Untuk itulah teori ini dipilih karena dapat memahani secara mendalam dan menganalisisnya dengan konsep keterlekatan. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata di Pasar Kolombo ada tiga etnis yang bekerja sebagai rentenir, maka teori keterlekatan oleh Granovetter ini digunakan untuk menganalisa hubungan yang terjadi antara pedagang dan rentenir. B.Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang dan gambaran singkat tersebut maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimana keterlekatan yang terbentuk antara rentenir dan pedagang di Pasar Kolombo dikaitkan dengan etnisitas, sosial dan ekonomi? C.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Secara langsung melihat hubungan yang terbentuk antara rentenir dan pedagang pasar 2) Untuk menjelaskan pola keterlekatan yang terbentuk antara rentenir dan pedagang di pasar tradisional Kolombo 3) Untuk melihat perubahan keterlekatan antara rentenir dan pedagang dulu dan sekarang

9 D.Manfaat Penelitian Bagi peneliti, memperluas wawasan lebih mengenai situasi di pasar dan aktor-aktor yang berperan di dalamnya serta mendalami keterlekatan antara rentenir dan pedagang Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi mengenai rentenir, terutama tentang strategi dan cara yang diterapkan rentenir dalam mempertahankan pelanggan. Bagi masyarakat, untuk menambah wawasan dan persepsi masyarakat bahwa rentenir tidaklah selalu buruk ada sisi positif dari keberadaan rentenir yang dapat berguna bagi masyarakat yang bergerak di bidang usaha kecil. E.Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai pedagang pasar dan renternir di pasar tradisional bukan pertama kali ini dilakukan. Jauh sebelumnya sudah ada beberapa penelitian berupa skripsi maupun tesis yang dilakukan untuk melihat hubungan yang terbentuk antara rentenir dan pedagang di pasar tradisional. Penelitian-penelitian tersebut berasal dari program studi yang berbeda-beda sehingga membrikan berbagai sudut pandang mengenai hubungan dan aktivitas yang terjadi di pasar tradisional.

10 Penelitian mengenai rentenir dan pedagang pernah dilakukan sebelumnya oleh Anisa (2013) dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yang berjudul Rentenir dan Pedagang Muslim yang berlokasi di Pasar Kotagedhe. Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana pola interaksi yang terbentuk antara pedagang muslim dan rentenir serta metode- mdetode apa saja yang digunakan oleh para rentenir dalam mempertahankan pelanggannya dimana rentenir sekarang ini harus bersaing dengan pinjaman-pinjaman yang ditawarkan bank-bank konvensional. Hasil dari penelitian ini mengenai interaksi dan strategi rentenir ini adalah rentenir menarik nasabah dengan cara yang menarik yaitu dengan mengobrol dan bersimpati kepada pedagang pasar, sedangkan untuk mempertahankan nasabahnya rentenir memberikan banyak flesibilitas seperti kelonggaran batas waktu pengembalian uang sehingga pedagang tetap merasa nyaman tanpa ada paksaan untuk mengembalikan uang. Studi selanjutnya mengenai rentenir berjudul Profil Praktik Pelepas Uang/Rentenir dalam Masyarakat Transisi yang dilakukan di daerah Kartasura, Kabupaten Sukoharjo olehdimyati (1997) dari Universitas Diponegoro. Fokus penelitian ini adalah mengenai profil rentenir itu sendiri. Hasil dari penelitian ini adalah rentenir dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu rentenir yang melakukan pekerjaannya secara terbuka dan rentenir yang melakukan pekerjannya secara sembunyi-sembunyi. Selain itu penelitian ini juga menemukan tingginya tingkat ketergantungan nasabah terhadap pinjaman sehingga susah untuk lepas dari jeratan rentenir, tingginya tingkat ketergantungan ini disebabkan karena rentenir sudah mempunyai ikatan batin yang kuat terhadap nasabah, sehingga mekanisme pinjam-meminjam uang menjadi luwes dan mudah bagi nasabahnya. Studi berikutnya adalah penelitian mengenai dampak rentenir terhadap pasar tradisional. Penelitian ini dilakukan di pasar tradisonal yang berada di Kecamatan Agam, Sumatera Barat

11 oleh Juwita (2009) yang berjudul Dampak Pinjaman Rentenir terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional dalam Tinjauan Ekonomi Islamdari Insititut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada pengaruh yang diberikan rentenir terhadap pasar tradisional yang antara lainnya melihat dampak positif dan negatif terkait keberadaan rentenir terhadap kesejahteraan pedagang di pasar tradisional, penelitian ini juga melihat tingkat kesejahteraan dari para pedagang yang meminjam uang pada rentenir dan yang tidak meminjam uang. Heru Nugroho dalam bukunya yang berjudul Uang, Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa (2001:146)sebagian besar pedagang di pasar tradisional yang berhutang masih mengandalkan jasa rentenir walaupun juga sudah ada bank yang memberikan layanan kredit. Hal ini dikarenakan meminjam dari rentenir lebih mudah dan cepat daripada meminjam lewat bank karena prosedur yang sulit dan berbelit-belit. Bunga yang diberikan para rentenir tersebut kepada para nasabahnya juga cukup tinggi antara persen.nasabah dari rentenir juga tidak terbatas hanya pedagang di pasar tradisional, selain pedagang masih ada beragam profesi lain yang menggunakan jasa rentenir seperti pegawai negeri maupun petani yang sebagian besar adalah masyarakat dari kelas bawah. Para nasabah yang meminjam uang dari rentenir memiliki tujuan yang berbeda tergantung dari profesinya, misalnya untuk pedagang di pasar meminjam uang dari rentenir dengan maksud untuk modal usaha atau membeli barang yang akan dijual sedangkan untuk pegawai negeri dan petani meminjam uang untuk keperluan sehari-hari dan konsumsi. Pada umumnya orang-orang yang meminjam uang dari rentenir adalah orang-orang yang merupakan masyarakat kelas bawah dan sebagian besar berpendidikan rendah seperti lulusan SMP atau SMA, sedangkan rentenir sendiri pada umumnya adalah masyarakat kelas menegah ke atas dengan modal yang cukup besar. Dalam buku tersebut juga dijelaskan (2001:137) profesi

12 sebagai rentenir tidaklah murni sebagai rentenir,ada sebagian besar orang tersebut memang bekerja sebagai rentenir, akan tetapi ada pula profesi rentenir hanyalah sebagai pekerjaan sampingan. Bagi orang-orang yang berprofesi rentenir sebagai sampingan/samben (karena pekerjaan utamanya pedagang) hasil yang diperoleh dari meminjamkan uang tersebut hanya sebagai tambahan penghasilan, sedangkan bagi orang-orangyang menjadikan rentenir adalah pekerjaan utama maka hasilnya akan jauh lebih banyak. Bagi sebagian orang yang terjun menjadi rentenir awalnya tidak ada niatan untuk mencari uang dengan menjadi rentenir, tetapi karena banyak orang yang meminjam uang dan mengembalikan dengan tambahan bunga yang besar kepada orang tersebut, maka orang tersebut kemudian tergiur untuk menjadi rentenir karena keuntungan yang ditawarkan dari pekerjaan tersebut cukup besar dan menjanjikan. Berdasarkan beberapa penelitian mengenai rentenir dan pedagang di pasar tradisional belum ada yang secara khusus memfokuskan kepada tindakan ekonomi yang melekat pada hubungan yang terbentuk antara rentenir dan pedagang, selain itu dalam penelitian ini keterlekatan tersebut juga akan dikaitkan dengan etnisitas yang terdapat pada rentenir dan pedagang, apakah etnisitas berpengaruh pada tindakan ekonomi yang dilakukan oleh rentenir dan pedagang atau justru tidak ada pengaruh. Dalam tinjauan pustaka terdapat penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mengambil subjek rentenir. Penelitian-penelitian tersebut berupa skripsi dan tesis yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya dan berlokasi di beberapa daerah di Indonesia. Penelitian tersebut belum berlangsung lama karena sebagian besar dilakukan pada tahun 2000an ke atas sehingga masih relevan digunakan sebagai bahan tinjauan pustaka. Sebagian besar dari penelitian tersebut berfokus pada interaksi dan dampak rentenir terhadap perkembangan ekonomi masyarakat di pasar. Walaupun mempunyai tema yang hampir mirip tetapi ada beberapa perbedaan antara

13 penelitian yang sedang dilakukan ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Selain berbeda lokasi karena sebagian penelitian tersebut dilakukan di luar Jawa, juga terdapat perbedaan fokus penelitian. Penelitian yang pertama berjudul Rentenir dan Pedagang Muslim (2013) oleh Anisa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian yang tengah dilakukan ini tidak memfokuskan interaksi hanya antara rentenir dan pedagang muslim. Memang di dalamnya juga menjelaskan dorongan pedagang untuk meminjam atau tidak meminjam uang pada rentenir. Pedagang yang tidak meminjam uang kepada rentenir lebih dikarenakan ada larangan agama dan juga larangan oleh keluarga, yang datang dari keluarga muslim. Sedangkan persamaan yang terdapat dalam dua penelitian ini adalah, keduanya sama-sama menjelaskan tentang stratregi yang digunakan oleh para rentenir untuk menarik minat para pedagang pasar, yaitu dengan menggunkana simpati atau mengobrol. Walaupun begitu dalam penelitian Anisa tidak dijelaskan secara lebih mendetail mengenai rentenir dari kelompok atau etnis tertentu yang menggunakan strategi tertentu dalam menciptakan ketergantungan kepada para pedagang pasar. Penelitian selanjutnya berjudul Profil Praktek Pelepas Uang/Rentenir dalam Masyarakat Transisi (1997) oleh Dimyati. Hasil dari penelitian yang dilakukan di daerah Kartasura ini adalah pembagian rentenir menjadi dua jenis yaitu rentenir yang melakukan pekerjaannya secara terbuka dan rentenir yang melakukan pekerjaannya secara sembunyi-sembunyi. Penelitian ini juga menemukan adanya tingkat ketergantungan yang tinggi antara pedagang pasar dengan para rentenir karena adanya ikatan batun yang kuat sehingga kegiatan pinjam-meminjam uang dapat berjalan dengan luwes. Persamaan yang terdapat dalam penelitian yang tengah dilakukan ini adalah sama-sama menemukan adanya tingkat ketergantungan yang kuat antara pedagang dan rentenir, sehingga membuat pedagang sulit untuk tidak meminjam lagi kepada rentenir.

14 Sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian yang tengah dilakukan ini tidak ditemukan adanya pembagian rentenir menjadi terbuka dan sembunyi-sembunyi, dikarenakan rentenir yang ada di Pasar Kolombo, bekerja secara terbuka, sehingga semua orang di pasar tahu tentang keberadaan rentenir tersebut. Penelitian yang ketiga berjudul Dampak Pinjaman Rentenir terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional dalam Tinjauan Ekonomi Islam (2009) oleh Fajar Hari Juwita. Fokus dari penelitian ini lebih menekankan pada ekonomi para pedagang, yang diantara lainnya dampak positif dan negatif terkait keberadaan rentenir terhadap kesejahteraan pedagang di pasar tradisional. Penelitian ini juga melihat tingkat kesejahteraan antara pedagang yang tidak meminjam uang dan pedagang yang meminjam uang kepada rentenir. Perbedaan dalam penelitian ini adalah penelitian yang tengah dilakukan ini tidak memfokuskan pada faktor dan dampak ekonomi tentang keberadaan rentenir terhadap kesejahteraan di pasar. Walaupun memang ada dijelaskan mengenai faktor ekonomi yang membuat pedagang meminjam uang pada rentenir, tetapi tidak dijelaskan dampak rentenir terhadap kesejahteraan pedagang di pasar. Penelitian yang terakhir sebagai tinjauan pustaka berjudul Rentenir, Uang dan Utang Piutang di Jawa (2001) oleh Heru Nugroho. Perbedaan antara penelitian ini adalah dalam penelitian ini dalam penelitian Heru Nugroho ini lebih menjelaskan mengenai arti uang dalam masyarakat yang tidak hanya sekedar alat hitung dan penukaran saja tetapi sebagai symbol kekuasaan yang dapat dimiliki secara personal. Selain itu juga menjelaskan bagaimana rentenir dapat berperan sebagai agen penyedia uang instan bagi masyarakat yang sedang kekurangan uang dan membutuhkannya dengan cepat. Sedangkan dalam penelitian yang tengah dilakukan ini tidak berfokus ada peran rentenir dalam masayarakat Jawa, tetapi lebih kepada keterlekatan antara rentenir dengan pedagang pasar dikaitkan dengan etnisitas. Hal ini dikarenakan rentenir di

15 Pasar Kolombo lebih beragam, karena selain renteinir Jawa juga terdapat rentenir Batak dan China yang jumlahnya cukup banyak, sehingga turut memberikan warna tertentu terhadap aktivitas di pasar. F. Kerangka teori Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori dalam sosiologi ekonomi yaitu teori keterlekatan (embeddednes) yang di kemukakan oleh Granovetter. Keterlekatan menurut Granovetter( dalam Damsar 2009: ) merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan personal seseorang yang sedang berlangsung di antara para aktor.dalam sosiologi ekonomi, Granovtter kemudian juga membagi dua yaitu oversocialized danundersocialized, dalamoversocializedgranovetter berpendapat bahwa tindakan ekonomi yang berdasarkan kultural pada aturan dari nilai dan norma yang sudah diinternalisasi, sedangkan dalam undersocialized berpendapat bahwa tindakan ekonomi yang rasional hanya berfokuskan kepada keuntungan individual (self-interest). Dalamoversocialized tindakan ekonomi yang dilakukan tidak akan terlepas oleh adanya nilai, norma, aturan, maupun adat-istiadat yang sudah terinternalisasi pada diri individu. Nilai dan norma yang sudah terinternalisasi tersebut akan menjadi pertimbangan bagi individu tersebut dalam melakukan kegiatan ekonomi. Keuntungan tetap diutamakan, tetapi keuntungan yang di dapat tidak terlepas dari nilai dan norma yang dianut individu tersebut. Berbeda dengan oversocialized, dalam pandangan undersocialized menganggap bahwa dalam tindakan ekonomi lebih mengedepankan pada keuntungan individu semata, walaupun itu harus melanggar nilai dan norma yang individu

16 tersebut sudah lama dianut. Dalam pandangan ini individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan, dan sekecil apapun kerugian harus dihindari. Walaupun begitu Granovetter tidaklah begitu setuju dengan adanya pembagian jenis keterlekatan ini, menurutnya keterlekatan ini tidaklah benar-benar terpisah, karena pada kenyataannya antara oversocialized danundersocialized keduanya saling beririsan.pada kenyataannya keduanya saling berhubungan, misalnya seorang pedagang yang fokus pada self-interested semata tetap perlu melihat nilai dan norma yang ada di masyarakat, karena jika tindakan ekonomi yang dilakukan terlalujauh dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, maka banyak pelanggan yang akan meninggalkannya. Sedangkan pedagang yang sudah melekat dengan nilai, norma maupun adat setempat juga perlu memperhitungkan strategi-strategi untuk dapat meraih keuntungan, karena tanpa adanya strategi dalam mencari keuntungan maka usaha pedagang tersebut dapat mengalami stagnasi atau bahkan bangkrut. Teori keterlekatan tidak hanya terkenal dikemukakan oleh Granovetter saja tetapi jika melihat lebih jauh lagi ke belakang, teori keterlekatan sudah lebih dahulu dikenalkan oleh Karl Polanyi (dalam Damsar2009: ). Teori keterlekatan yang dikenalkan oleh Karl Polanyi berbeda dengan teori keterlekatan yang dikeluakrkan oleh Granovetter. Menurut Karl Polanyi, keterlekatan yang muncul dalam tindakan ekonomi dibagi menjadi dua, keterlekatan dalam masyarakat pra industri dan ketidaklekatan dalam masyarakat modern. Keterlekatan yang ada pada masyarakat industri muncul karena pasar pada masa itu tidak hanya memfokuskan pada keuntungan semata, hal ini karena tindakan ekonomi yang berlangsung pada saat itu melekat pada masyarakat, dan tindakan ekonomi pada masa itu mendapat banyak pengaruh dari aspek sosial dan politik. Ketidaklekatan yang muncul belakangan muncul pada masa masyarakat modern, ini dikarenakan pada masa itu munculsemacam logika dimana pasar maupun tindakan

17 ekonomi yang lainnya tidak melekat pada masyarakat. Hal ini disebabkan karena ekonomi yang muncul atas dasar pasar melepaskan diri dari institusi-institusi sosial dan mengatur dirinya sendiri, dimana tindakan ekonomi yang muncul pada masa itu lebih mengutamakan pada keuntungan ekonomi yang maksimum. Dengan seiring perkembangan teori ini, kemudian lahirlah teori-teori keterlekatan yang dikembangkan oleh para ahli, beberapa menyatakan ketidaksetujuannya atas teori keterlekatan yang dikemukakan oleh Karl Polanyi. Beberapa ahli yang tidak setuju dengan teori keterlekatan yang dikeluarkan oleh Karl polanyi adalah Swedberg dan Granovetter. Menurut kedua ahli tersebut, teori keterlekatan Karl Polanyi kurang sesuai dengan keadaan pada kenyataannya. Keduanya menyatakan bahwa ketidaklekatan yang muncul pada masyarakat modern tidak sepenuhnya terlepas dari jaringan dan institusi sosial, hal ini karena pada kenyataannya tindakan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat melekat pada berbagai intistusi sosial seperti agama, pendidikan, sosial, keluarga dan politik dengan begitu walaupun masyarakat mengalami perubahan dari tahapan masyarakat praindustri menuju pada tahapan masyarakat modern tetapi tindakan ekonomi yang muncul selalu menunjukan adanya keterlekatan-keterlekatan. Menurut Granovetter dan Swedberg keterlekatan yang muncul pada tindakan ekonomi lebih cocok jika dibagi menjadi keterlekatan lemah dan keterlekatan kuat. Kuat atau lemahnya keterlekatan yang muncul pada tindakan ekonomi, dapat dilihat bergantung darimana pilihan yang diambil oleh pelaku dalam tindakan ekonomi tersebut. Semakin besar interaksi yang muncul pada tindakan ekonomi maka keterlekatan yang muncul akan semakin kuat, sebaliknya jika tindakan ekonomi yang diambil oleh pelaku interaksinya semakin kecil atau bahkan tidak ada interaksi maka keterlekatan yang adalah keterlekatan yang lemah.sebagai contohnya jika seseorang yang akan membeli minuman kaleng, orang tersebut dapat memilih membeli minuman kaleng di warung

18 atau mesin penjual. Jika orang tersebut memilih membeli pada mesin penjual maka orang tersebut tidak akan berinteraksi, maka keterlekatan yang muncul lemah, keterlekatan tersebut akan menjadi lebih kuat jika pada saat orang tersebut membeli minuman kaleng di mesin penjual bertemu dengan orang lain yang dikenalnya atau tidak dikenalnya dan kemudian saling berkomunikasi maka akan memunculkan interaksi. Hal sebaliknya jika orang tersebut memilih untuk membeli minuman kaleng di warung maka orang tersebut tentunya akan berinteraksi dengan penjual warung, saling menyapa, menanyakan kabar masing-masing atau jika orang itu sudah mengenal lama penjual warung maka akan terjadi komunikasi yang lebih intens dan dalam, dengan begitu keterlekatan yang muncul akan menjadi kuat. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan teori hanya pada keterlekatan oversocialized dan undersosialized, dengan begitu peneliti ingin mendalami keterlekatan yang muncul antara rentenir dan pedagang apakah keterlekatan yang muncul lebih pada alasan keuntungan semata atau kah masih ada nilai dan norma yang muncul dalam hubungan rentenir dan pedagang di pasar kolombo. G. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Stake ( 2010:11) kualitatif adalah di mana pengalaman pribadi, intuisi, dan bekerja skeptisisme bersama satu sama lain untuk membantu menyempurnakan teori dan eksperimen. Bahkan pemahaman ini kadangkala menjelaskan adanya model yang kesemuanya itu tergantung pada pengalaman personal (Stake 2010: 48) Dengan kata lain kualitatif bisa berarti bahwa hal itu bergantung terutama pada persepsi manusia dan pemahaman.

19 Beberapa ciri ciri dari penelitian kualitatif adalah lebih mengutamakan proses daripada hasil, oleh sebab itulah metode ini cocok untuk penelitian ini dan diharapkan dengan memakai metode penelitian kualtitatif dapat menjelaskan proses hubungan keterlekatan yang terbentuk antara rentenir dan pedagang. Selain itu penelitian kualitatif merupakan penelitian yang deskriptif, sehingga segala peristiwa yang terjadi direkam dan dicatat oleh peneliti untuk nantinya menjadi informasi yang lengkap, karena semua informasi yang didapat dari informan dapat menjadi kunci untuk menjadi jawaban dari penelitian. Untuk mendapatkan hasil penelitian, peneliti menggunakan metode kualitatif etnografis. Menurut Spradley (2006:13) Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistemik mengenai semua kebudayaan manusia dari perspektif orangyang telah mempelajari kebudayaan itu. Sedangkan menurut Emzir ( 2008 : 143) etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural. Menurut Frey,et all (dalam Mulyana 2002 : ) etnografi digunakan pula untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik. Peneliti etnografi berusaha menangkap sepenuh mungkin berdasarkan perspektif orang yang diteliti. Dalam hal ini perspektifnya rentenir dengan pedagang sebagai nasabah. Kelebihan etnogafi Kelebihan dari etnografi ini salah satunya adalah kedalamannya. Ini dikarenakan peneliti yang menggunakan metode etnografi melakukan penelitian dalam waktu yang lama, intensif dan terlibat langsung dengan kehidupan sehari-hari obyek yang diteliti, sehingga peneliti dapat merekam dan menggambarkan secara dalam obyek yang ditelitinya. Kelebihan lainnya adlaah

20 data yang dihasilkan sangat valid karena peneliti mendapatkan data dari sumber utama dan terlibat langsung dalam aktivitas masyarakat tersebut. Dengan menggunakan etnografi juga membantu kemampuan berinteraksi peneliti, karena mau tidak mau memerlukan kemampuan bersosialisasi yang tinggi. Kelemahan etnografi Salah satu kelemahan terbesar menggunakan etnografi adalah penelitian ini membutuhkan waktu yang lama, selain lama dalam mengumpulkan data penelitian, etnografi juga memerlukan waktu yang lama dalam melakukan analisis. Kelemahan lainnya adalah peneliti yang menggunakan etnografi memerlukan kemampuan bersosialisasi yang tinggi karena peneliti masuk ke dalam lingkungan dan kebudayaan baru, sehingga perlu adaptasi dan banyak melakukan interaksi dengan masyarakat yang diteliti. Jika kemampuan bersosialisasi peneliti kurang maka sangat susah dalam mendapatkan data dalam penelitian. Peneliti yang menggunakan etnografi juga perlu menguasai betul kebudayaan atau masyarakat yang akan ditelitinya,hal ini supaya peneliti sudah memiliki gambaran mengenai obyek penelitiannya. Selain itu peneliti juga dapat mengalami perubahan kebudayaan karena lama tinggal dan berinteraksi dengan masyarakat lain, sehingga perlu penyesuaian pada saat kembali ke tempat asalnya. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.hal ini dikarenakan penelitan ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan dan menggambarkannya secara jelas dan

21 detail. Penelitian deskriptif bersifat mendeskripsikan proses yang terjadi dalam suatu fenomena di masyarakat dan menjelaskan siapa saja aktor-aktor yang terlibat dalam fenomena tersebut. Sumber Data Penelitian Untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang data mengenai keterlekatan yang muncul antara pedagang(sebagai nasabah) dan rentenir maka diperlukan data dari sumber data primer dan data sekunder. Data Primer Dalam pengumpulan datanya sudah menggunakan metode observasi (observation) dan wawancara. Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengamatan di pasar Kolombo untuk mencermati pengelompokan rentenir berdasarkan etnisitas.. Pengamatan ini untuk melihat aktor-aktor yang berperan penting dalam keberlangsungan transaksi pinjam meminjam uang pada aktivitas di Pasar Kolombo, selain itu dengan peneliti berinteraksi dengan aktor-aktor pasar memudahkan peneliti untuk membaur dan memahami situasi di pasar. Pada minggu kedua peneliti memulai wawancara dengan informan awalnya adalah tukang parkir, setelah itu masuk ke pedagang lalu ke pedagang yang memiliki hubungan yang erat dengan rentenir. Rentenir menjadi informan terakhir karena pendekatan terhadap rentenir tidaklah mudah, membutuhkan kesabaran untuk melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada orangorang yang dekat dengan rentenir,hal ini terkait dengan kata Rentenir itu sendiri.pelaku

22 peminjaman uang ini tidak mau berterus terang sebagai rentenir,walau dalam prakteknya pelaku menjalankan praktek meminjami uang. Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini sudah diperolah dengan cara mengumpulkan sumber-sumber yang berasal dari,hasil penelitian, rekaman maupun media online yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu peneliti mencari data kepada paguyuban pedagang Pasar Kolombo yang digunakan untuk mempertajam analisis atas kelompok-kelompok rentenir dalam melengkapi data. Demikian juga dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Pasar Kolombo didapatkan dari Paguyuban Pedagang Pasar Kolombo atau Dinas Pasar Sleman. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu tentang kondisi dan situasi Pasar Kolombo secara langsung, selain itu observasi ini juga digunakan untuk melihat perilaku yang muncul antara rentenir dan pedagang. Observasi merupakan langkah awal dalam mengumpulkan data, dengan menggunakan metode ini peneliti terlibat langsung dalam kegiatan di pasar.

23 Observasi dilakukan selama dua minggu sehingga dapat membiasakan dengan situasi di pasar dan untuk mengidentifikasi aktor-aktor yang berperan dalam aktivitas yang berlangsung di pasar. Observasi yang telah dilakukan berjalan selama empat bulan. Dalam empat bulan tersebut digunakan oleh peneliti untuk melihat situasi dan kondisi di pasar, termasuk di antaranya interaksi yang terjadi antar penghuni di pasar, jadwal kemunculan rentenir, maupun aktor-aktor yang berperan dalam perkembangan pasar. b. Wawancara Wawancara merupakan tahap pengumpulan informasi secara langsung pada aktor-aktor yang terlibat langsung di dalamnya. Wawancara dilakukan setelah beberapa kali observasi terhadap kondisi lapangan dan juga perilaku aktor-aktornya. Wawancara ini dilakukan sebagai langkah utama untuk mendapatkan informasi secara langsung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Setelah melakukan pengamatan, wawancara dilakukan pada minggu kedua. Wawancara awalnya dilakukan dengan tukang parkir, setelah itu mulai masuk ke para pedagang yang ada di dalam pasar, dengan wawancara beberapa kali dengan pedagang akan memudahkan peneliti untuk secara tidak langsung mendekatkan dengan rentenir. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data lengkap mengenai pedagang ( terutama yang meminjam uang pada rentenir ) dan aktivitas serta ciri-ciri rentenir di Pasar Kolombo. Wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti berhasil mewawancari 10 pedagang, 2 mindrink, 5 rentenir dan seorang pengelola pasar. Dalam

24 proses wawancara tersebut tidaklah mudah, karena terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah informan yang menolak diwawancarai. Informan yang paling susah untuk dilakukan pendekatan adalah rentenir. Para rentenir cenderung menolak jika akan diwawancarai, bahkan ada beberapa yang curiga dan marah dalam pada saat akan diwawancarai. c. Telaah Dokumen Langkah ini dilakukan dengan cara menelaah dokumen-dokumen atau arsip yang diperoleh data dari Dinas Pasar Kabupaten Sleman, pengelola Pasar Kolombo, pejabat desa Condongcatur, internet, maupun artikel ataupun hasil penelitian yang terkait dengan kegiatan rentenir dan pedagang di Pasar Kolombo yang dijadikan bahan analisis bersama dengan data primer. d. Proses Pengamatan dan Wawancara di Pasar Kolombo Proses pengumpulan data berlangsung selama 4 bulan dari akhir April sampai pada awal Agustus. Pada awalnya peneliti melakukan pengamatan (observation) selama dua minggu untuk melihat dan memahami situasi pasar secara mendalam. Setelah dua minggu tersebut peneliti memulai wawancara. Sasaran wawancara adalah para pedagang pasar dengan target utama adalah pedagang yang sedang atau pernah meminjam uang pada rentenir. Pedagang-pedagang yang diwawancarai adalah pedagang sayur 3 orang, pedagang jajanan pasar 3 orang, pedagang bumbu dapur 2 orang, pedagang kerupuk 1

25 orang dan pedagang sembako 1 orang. Dalam melakukan wawancara peneliti tidak lantas masuk ke topik utama wawancara tetapi peneliti mencoba mendekati pedagang dengan cara bertanya harga-harga barang dagangan atau bahkan membeli. Setelah membeli peneliti kemudian bertanya mengenai identitas pembeli dan sedikit basa-basi lainnya. Setelah percakapan berlangsung cukup lama dan pedagang pasar mulai menunjukkan keterbukaannya, barulah masuk mengenai topik utama mengenai rentenir. Pertanyaan pertama yang diajukan peneliti adalah mengenai keberadaan rentenir di Pasar Kolombo. Kemudian masuk pada topik yang yang lebih mendalam, dengan tujuan untuk mengetahui detail dan pandangan pedagang mengenai rentenir. Wawancara kepada pedagang bisa dilakukan lebih dari satu kali, satu pedagang dapat diwawancarai dua sampai tiga kali. Ini dikarenakan terkadang wawancara tidak dapat berlangsung lama karena pedagang yang sedang sibuk mengurusi pembeli. Sasaran pedagang yang diwawancarai adalah pedagang yang berada di dalam pasar karena pedagang yang berada di dalam pasar adalah yang paling banyak bersinggungan dengan rentenir, dengan harapan dari sekian banyak pedagang yang diwawancarai ada beberapa yang meminjam uang dari rentenir. Pada saat awal melakukan pengumpulan data di Pasar Kolombo, peneiti melakukan pengamatan terlebih dahulu mengenai keadaan pasar. Hal ini dilakukan supaya peneiti mendapat gambaran yang lengkap mengenai situasi social yang terjadi di Pasar Kolombo. Pengamatan berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada minggu berdua, peneliti melakukan wawancara terhadap pedagang pasar Kolombo. Awalnya peneliti mau mewawancarai pedagang yang ditunjukkan oleh orangtua temanketika

26 masih sama-sama sekolah di Sekolah Dasar,akantetapi setelah berkeliling pasar ternyata tidak ditemukan. Alkhirnya peneliti mencoba mendekati tukang parkir yang ada di parkiran yang terletak di halamanpasar sebelah barat. Pada saat itu peneliti menyakan mengenai keberadaan rentenir di Pasar Kolombo, kemudian tukang parkir itu mulai menjelaskan mengenai adanya rentenir di Pasar Kolombo, bahkan menurutnya rentenir di pasar tersebut termasuk yang paling banyak yang pernah beliau jumpai daripada pasarpasar lainnya. Ketika ditanya mengenai jumlah rentenir yang terdapat di Pasar Kolombo, tukang parkir tersebut tidak bisa menjawab dengan pasti jumlah rentenir yang ada, hanya saja beliau mengatakan jika jumlah rentenir banyak sampai puluhan. Tidak hanya itu tukang parkir tersebut juga menambahkan bahwa orang yang menjadi rentenir tidak hanya orang Jawa saja karena ada orang Batak dan juga Cina, bahkan menurutnya sekarang ini justru rentenir Bataklah yang jumlahnya paling banyak di pasar,sedangkan rentenir Jawa dan China jumlahnya semakin sedikit. Beberapa hari kemudian, peneliti melakukan pengamatan mengenai perubahan dan situasi yang terdapat di Pasar Kolombo. Pasar Kolombo sendiri sudah memiliki banyak perubahan setelah dilakukan renovasi. Pasar Kolombo sudah menjadi lebih nyaman dan bersih bagi pembeli, lorong-lorong di dalam pasar tidak lagi sempit oleh adanya barang dagangan yang dulu sering memenuhi lorong. Los basah yaitu los yang berisi dagangan ikan dan daging sapi juga sudah dipisahkan dan dibuatkan tempat khusus untuk berjualan yang terletak di pasar bagian utara. Selain mengamati perubahan fisik yang terjadi di Pasar Kolombo, peneliti juga melihat adanya perubahan situasi di pasar. Setelah pasar di renovasi sekarang sudah ada bank konvensional yang sudah masuk ke pasar. Bank konvensional tersebut adalah bank BRI yang membuka cabangnya di Pasar

27 Kolombo. Peneliti sempat bertanya kepada seorang pedagang toko kelontong yang letaknya tidak jauh dari bank BRI tersebut. Menurutnya pedagang pasar masih sedikit yang meminjam ke banktersebut dikarenakan prosedurnya yang berbelit-belit, selain itu menurutnya sebagian besar orang yang meminjam di bank tersebut adalah pembeli yang tinggal di sekitar Jalan Kaliurang. Peneliti juga sempat menanyakan mengenai keberadaan rentenir yang ada di Pasar Kolombo. Menurutnya jumlah rentenir yang ada di Pasar Kolombo banyak terutama rentenir Batak, tetapi rentenir Jawa dan Cina terus berkurang jumlahnya. Terutama rentenir Jawa berkurang sejak kalah bersaing dengan rentenir Batak dalam menarik calon nasabah. Minggu ketiga, tepatnya pada 12 Mei 2015peneliti mulai lebih intensif dalam mendekati pedagang di Pasar Kolombo. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui seberapa delat hubungan antara pedagang dan rentenir di pasar. Pada minggu sebelumnya memang sudah mulai mendekati pedagang tetapi belum intensif, hanya satu atau dua oran pedagang yang diwawancarai pada minggu tersebut. Kali ini ini peneliti akan lebih fokus dalam mendekati pedagang. Dalam melakukan pendekatan kepada para pedagang, peneliti tidak langsung bertanya seputar rentenir, tetapi lebih memilih untuk menggunakan pendekatan secara tidak langsung. Pada saat akan mendektai pedagang peneliti terlebih dahulu bertanya seputar barang dagangan yang dijual si pedagang kemudian membelinya. Selama proses terebut peneliti juga basa-basi sepputar kehidupan pedagang. Hal ini dilakukan supaya pedagang menjadi lebih rilkes dan terbuka dalam menjawab pertanyaan, setelah pedagang mulai terbuka dalam percakapan tersebut. Peneliti mulai masuk pada topic utama yaitu tentang keberadaan rentenir di pasar. Pedagang yang sudah mulai terbuka dalam menjawab pertanyaan tersebut kemudian

28 menceritakan secara cukup detail mengenai kehidupan para rentenir di pasar, seperti jumlah rentenir, besaran bunga yang ditetapkan setiap kelompok rentenir, pedagangpedagang yang sering meminjam uang, berapa lama waktu peminjaman. Walaupun begitu peneliti tidak lantas cukup mewawancarai satu atau dua pedagang, terutama karena pedagang-pedagang yang telah diwawancarai tersebut tidak kenal langsung dengan para rentenir, mereka hanya mendengar rentenir dari para pedagang yang meminjam uang dari rentenir. Di awal minggu ketiga peneliti tidak mengalami sejumlah kesulitan yang berarti, tetapi pada saat sudah memasuki akhir minggu banyak tantangan yang mulai muncul. Tantangan yang dihadapi pada saat itu adalah sulitnya menemukan pedagang yang mau memberikan informasi, terutama pedagang yang sudah pernah meminjam uang pada rentenir. Pada minggu ketiga peneliti sudah menemukan beberapa rentenir yang sering beroperasi di pasar. Walaupun begitu peneliti tidak lantas mewawancarai para rentenir tersebut karena belum memiliki strategi yang tepat dalam mendekati para rentenir tersebut. Peneliti mencoba untuk mengikuiti rentenir di pasar untuk melihat dan mengidentifikasi ciri-ciri rentenir dan kegiatan yang dilakukan rentenir selama di pasar. Peneliti pernah mengikuti dan mencoba mewawancarai seorang rentenir, setelah rentenir tersebut selesai berkeliling pasar dan menarik uang dari beberapa pedagang. Pada saat ditanya mengenai keberadaan rentenir di pasar, orang tersebut mengatakan bahwa dia tahu ada banyak rentenir di pasar, tetapi dia sendiri mengatakan bahwa dia sendiri bukanlah rentenir melainkan seorang mindrink. Orang tersebut tidak mau disebut rentenir karena rentenir dan mindrink menurutnya berbeda jauh. Rentenir adalah orang yang menawarkan pinjaman uang beserta bunga kepada para pedagang, sedangkan mindrink

29 adalah orang yang memberikan kredit barang yang sebelumnya telah dipesan oleh para pedagang. Setelah menjelaskan perbedaan antara rentenir dan mindrink, orang tersebut segera pergi meninggalkan pasar. Bagi peneliti, mindrink merupakan hal baru, karena sebelumnya belum mengetahui mengenai profesi tersebut di pasar. Kemudian peneliti mulai menempuh cara lain yaitu mendekati pedagang yang tidak pernah meminjam uang dengan rentenir tetapi kenal dekat dengan beberapa rentenir. Salah satunya adalah Bu Bejo yang merupakan pedagang jajanan pasar. Peneliti mendekati Bu Bejo dengan cara sering membeli tahu bakso yang menurutnya paling enak di Pasar Kolombo. Setelah sebulan menjadi pelanggan bakso tahu Bu Bejo, pada saat sedang berbincang-bincang dengan beliau, secara tiba-tiba Bu Bejo mengenalkan dengan seorang rentenir Jawa yang bernama Mbak Nunik. Sebenarnya Bu Bejo tidak pernah meminjam uang dari Mbak Nunik, tetapi sudah kenal sejak lama. Awalnya rentenir tersebut merasa bingung dengan keberadaan peneliti, tetapi setelah dijelaskan oleh Bu Bejo bahwa ada keperluan skripsi, maka Mbak Nunik bersedia untuk diwawancarai. Mbak Nunik merupakan seorang rentenir yang masih muda. Sekitar dua tahun yang lalu Mbak Nunik adalah pedagang sayur dipasar, tetapi karena penghasilannya kurang untuk menghidupi keluarganya beliau memutuskan berhenti menjadi pedagang dan beralih sebagai rentenir. Wawancara dengan Mbak Nunik berlangsung sekitar setengah jam, setelah itu beliau mengundurkan diri karena masih ada beberapa urusan dengan pedagang. Keesokan harinya kemudian peneliti kembali lagi ke pasar untuk mencari tahu mengenai rentenir dan mindrink. Hal ini dilakukan supaya kedepannya peneliti dapat mengenali ciri-ciri rentenir dan mindrink sehingga dapat membedakannya dan tidak

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah sekumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas,

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah sekumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keberadaan pasar sangatlah penting bagi kita. Kebutuhan yang tidak bisa kita hasilkan sendiri, bisa kita peroleh melalui pasar. Pasar adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Koperasi Al Mawaddah. Berdasarkan analisis data penelitian dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Koperasi Al Mawaddah. Berdasarkan analisis data penelitian dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini fokus pada peran modal sosial dalam pengembangan Koperasi Al Mawaddah. Berdasarkan analisis data penelitian dan berdasarkan temuan-temuan di lapangan

Lebih terperinci

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap pedagang berusaha untuk memaksimalkan laba usaha dagangnya. Untuk mencapai hal tersebut maka pedagang perlu menambah modal untuk memperbanyak jenis maupun jumlah dagangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses adaptasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Untuk dapat bertahan hidup di dalam lingkungannya manusia harus mampu beradaptasi. Proses adaptasi satu dengan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterlekatan Keterlekatan menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: RONY RUDIYANTO L2D 306 022 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Pernyataan Key- Informan atas pertanyaan wawancara

Pernyataan Key- Informan atas pertanyaan wawancara LAMPIRAN Pernyataan Key- Informan atas pertanyaan wawancara 1. Startegi adalah : sebuah perencanaan dan konsep yang harus dipikirkan dengan matang. Karena konsep tersebut sangat berpengaruh terhadap tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat dalam sebuah pemukiman tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan akan berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan warga setempat. Fasilitas umum yang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, para ahli ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, para ahli ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya manusia untuk memenuhi kebutuhanya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu negara maupun daerah pada kenyataannya terdapat berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan perekonomian yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sejarah diketahui bahwa masyarakat Indonesia sudah menegenal ekonomi yang disebut pasar. Pasar merupakan kegiatan jual-beli itu, biasanya (1) berlokasi yang mudah didatangi

Lebih terperinci

Keterlekatan (embeddesness)

Keterlekatan (embeddesness) Keterlekatan (embeddesness) Konsep Keterlekatan Konsep Keterlekatan Karl Polanyi Pasar dibatasi oleh aturan yang terhubung dengan moral masyarakat Mark Granoveter Ekonomi terhubung oleh aktor yang membentuk

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambaran Objek Penelitian

PEMBAHASAN. Gambaran Objek Penelitian PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan gambaran umum objek penelitian, analisis, serta bahasan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis. Untuk penelitian ini, informan kuncinya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan melihat kondisi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, maka semua orang berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam kehidupan sehari-hari setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia konstitusi negara memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERANAN PEGADAIAN DALAM IKUT MEMBERIKAN PENJAMINAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI SOSIAL EKONOMI ANGGOTA MASYARAKAT (Study Kasus pada Nasabah Pegadaian Cabang Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

hampir selalu merujuk pada maksimalisasi profit. Perekonomian yang telah mendominasi kehidupan sosial membuat segala sesuatunya dinilai dengan

hampir selalu merujuk pada maksimalisasi profit. Perekonomian yang telah mendominasi kehidupan sosial membuat segala sesuatunya dinilai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan manusia yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya atau bersifat ekonomi terlihat jelas di era persaingan dan perdagangan bebas saat ini, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda kehidupan manusia. Keberlangsungan serta kelancaran ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. roda kehidupan manusia. Keberlangsungan serta kelancaran ekonomi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Persoalan ekonomi merupakan hal yang penting dan cukup mendasar dalam roda kehidupan manusia. Keberlangsungan serta kelancaran ekonomi akan berdampak pula pada keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern. Berbagai jenis pasar di Indonesia diantaranya pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari saling ketergantungan antar makhluk hidup untuk selalu berkembang dan bertahan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang tinggi secara tepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan MEA (MasyarakatE konomi

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan MEA (MasyarakatE konomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun 2016 adalah tahun dimana kebijakan Pasar bebas Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan MEA (MasyarakatE konomi ASEAN) sudah mulai diberlakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia cukup konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan atau pendanaan. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MEMILIH BANK SYARIAH

BAB IV ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MEMILIH BANK SYARIAH 67 BAB IV ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MEMILIH BANK SYARIAH A. Persepsi Masyarakat Surabaya Timur Tehadap Bank Syariah Bank syariah mulai berkembang pada era 90an dengan diawali oleh bank Muamalat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring dengan peningkatan peradapan manusia menyebabkan persaingan semakin katat. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar 74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk

Lebih terperinci

KREDIT TANPA JAMINAN

KREDIT TANPA JAMINAN KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pemilihan metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan masalah penelitian yang diteliti akan membuahkan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki ciri khas masing-masing, berbeda antara satu dengan yang lain, karena cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan jaman maka bertambah pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia. Kegiatan berbelanja merupakan aktivitas manusia guna memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Terkait Objek Perancangan Setiap manusia sangat membutuhkan kebutuhan sandang dan pangan dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di pinggir kota Yogyakarta). Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja dipilih dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar tradisional di Indonesia masih merupakan wadah utama masyarakat dalam membeli suatu kebutuhan, karena dalam pasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi serta dilaksanakan seirama dan serasi dengan kemajuan-kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi serta dilaksanakan seirama dan serasi dengan kemajuan-kemajuan 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pantang menyerah dan terus berusaha! Kalimat tersebut merupakan kalimat yang dapat menumbuhkan semangat dalam menghadapi segala tantangan yang ada dalam menjalani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut: 74 1. Karakteristik Responden Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Penjual Jasa yang berada di sekitar tempat pariwisata Sondokoro Desa Ngijo yang berjumlah responden. a. Umur dan Jenis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam. Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di

BAB V KESIMPULAN. A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam. Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di BAB V KESIMPULAN A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam Kacamata Patron-Klien Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di lingkungan pasar Wates. Mereka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN AR-RAHN USAHA MIKRO (ARRUM) PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN AR-RAHN USAHA MIKRO (ARRUM) PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN AR-RAHN USAHA MIKRO (ARRUM) PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Analisis Perencanaan Strategi Pemasaran Pembiayaan

Lebih terperinci

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG A. Analisis Pembiayaan Bermasalah di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang Keluarnya Keputusan Menteri Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung yang ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli dan terjadi proses tawar-menawar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah dalam peristilahan Internasional dikenal sebagai Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya Bank Konvensional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era global dewasa ini terutama dalam bidang teknologi informasi menjadikan internet tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era global dewasa ini terutama dalam bidang teknologi informasi menjadikan internet tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era global dewasa ini terutama dalam bidang teknologi informasi menjadikan internet tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi seperti mengirim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di bidang makanan dan minuman seperti usaha membuka tempat makan (restoran/rumah makan), camilan dan kuliner

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Konsumen Profil konsumen dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan keputusan pembelian tiwul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan menekankan pada tuntutan untuk memberikan nilai (value) yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. persaingan menekankan pada tuntutan untuk memberikan nilai (value) yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan perusahaan untuk tetap dapat beroperasi dalam jangka panjang, tentunya hanya dapat dicapai jika menghasilkan keuntungan yang memadai dari operasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

Pengalaman Penelitian dan Penulisan Hasil

Pengalaman Penelitian dan Penulisan Hasil Bab Tiga Pengalaman Penelitian dan Penulisan Hasil Pengalaman saat Penelitian Pada awal bulan Agustus 2013, peneliti datang ke Pasar Remu melakukan pengamatan untuk mengenal lokasi penelitian. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah merupakan bisnis yang menjanjikan dan semoga bukan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah merupakan bisnis yang menjanjikan dan semoga bukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring maraknya muncul berbagai macam lembaga keuangan berlabelkan syariah di kota Palangka Raya, baik itu bank, asuransi, pegadaian, maupun lembaga pembiayaan, semuanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. berdasarkan 5 dimensi Orientasi Kewirausahaan Lumpkin & Dess (1996). Inovasi

LAMPIRAN. berdasarkan 5 dimensi Orientasi Kewirausahaan Lumpkin & Dess (1996). Inovasi LAMPIRAN yang diajukan untuk Bapak Agus selaku pengusaha generasi kedua Soto Ayam Dargo Pak Tanto sesuai dengan indikator pada definisi operasional berdasarkan 5 dimensi Orientasi Kewirausahaan Lumpkin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. 74 BAB IV ANALISIS DATA 1. Temuan Penelitian Pada bab Analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta merupakan kota budaya yang dipadu dengan unsur tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta merupakan salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bank Plecit Bank plecit merupakan koperasi simpan pinjam yang memberikan tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang memungkinkan dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui proses belajar. Apa yang dipelajari oleh manusia pada umumnya dipengaruhi oleh sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola secara perorangan yang disebut UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Menurut ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA SIMPANAN SUKARELA (SIRELA) DI BMT HARAPAN UMAT KCP SLEKO PATI

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA SIMPANAN SUKARELA (SIRELA) DI BMT HARAPAN UMAT KCP SLEKO PATI BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA SIMPANAN SUKARELA (SIRELA) DI BMT HARAPAN UMAT KCP SLEKO PATI A. Analisis Strategi Pemasaran untuk Meningkatkan Keunggulan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PELAKU USAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP ATRIBUT PRODUK BANK SYARIAH DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI

BAB III DESKRIPSI PELAKU USAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP ATRIBUT PRODUK BANK SYARIAH DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI BAB III DESKRIPSI PELAKU USAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP ATRIBUT PRODUK BANK SYARIAH DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI A. Sejarah Usaha Kecil Menengah (UKM) Jemur Wonosari Surabaya. 1. Letak geografis 1 Data

Lebih terperinci

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

Bab 5. Jual Beli. Peta Konsep. Kata Kunci. Jual Beli Penjual Pembeli. Jual Beli. Pasar. Meliputi. Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Bab 5 Jual Beli Peta Konsep Jual Beli Membahas tentang Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Sekolah Meliputi Meliputi Toko Pasar Warung Supermarket

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN 68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi mayarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana dunia bisnis di Indonesia sudah mulai maju. Hal ini dapat dilihat semakin banyak bisnis-bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non-

BAB I PENDAHULUAN. asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nek Sawak merupakan suatu dusun yang ada di Desa Melawi Makmur, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dengan berpenduduk asli Dayak. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia, banyak sekali makanan yang unik dipasaran saat ini. Kebutuhan pangan adalah kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mempertahankan hidupnya haruslah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah bergantung pada kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi guna mendapatkan data-data dari berbagai sumber sebagai bahan analisa. Menurut Kristi E. Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul Pendekatan

Lebih terperinci