BAB II LANDASAN TEORI. adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Mengacu pada pendapat Dyck dan Neubert (2009:2), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia dan sumber daya organisasi lainya agar dapat secara efektif mencapai tujuan organisasi. Terdapat 4 (empat) fungsi manajemen yaitu: 1. Perencanaan (planning) Perencanaan berarti mengidentifikasi tujuan organisasi dan strategi dan mengalokasikan sumber daya organisasi yang tepat yang diperlukan untuk mencapainya. 2. Mengorganisasi (organizing) Pengorganisasian berarti memastikan tugas tugas telah ditetapkan dan struktur hubungan organisasi diciptakan untuk memfasilitasi pertemuan dari tujuan tujuan organisasi. 3. Memimpin (leading) Memimpin berarti berhubungan dengan orang lain sehingga pekerjaan mereka menghasilkan upaya pencapaian tujuan organisasi. 6

2 4. Mengendalikan (controlling) Mengendalikan adalah melibatkan memastikan bahwa tindakan tindakan anggota organisasi konsiten dengan nilai nilai organisasi dan standar organisasi. Menurut Richard L. Daft ( 2006 : 216) pengertian manajemen operasional adalah Bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan tekhnik-tekhnik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi. Sedangkan Menurut Kamus Wikipedia, manajemen operasi adalah area bisnis yang berfokus pada proses produksi barang dan jasa, serta memastikan operasi bisnis berlangsung secara efektif dan efisien. Seorang manajer operasi bertanggung jawab mengelola proses pengubahan input (dalam bentuk material, tenaga kerja, dan energi) menjadi output (dalam bentuk barang dan jasa). Menurut Heizer dan Render yang diterjemahkan oleh Sungkono, C. (2009:4) Manajemen Operasi (Operation Management OM) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan dan jasa berlangsung disemua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur aktivitas produksi yang menghasilkan barang dapat terlihat jelas. Produk yang dihasilkan adalah produk produk fisik, seperti televisi, mobil, motor, dan lainya. 7

3 Dalam organisasi yang tidak menghasilkan produk secara fisik, fungsi produksinya mungkin tidak terlihat jelas, aktivitas ini disebut sebagai jasa. Produknya dapat berbentuk layanan pengiriman barang, proses pendidikan seorang mahasiswa, dan lainya. Terlepas dari produk akhirnya berupa barang atau jasa, aktivitas produksi yang berlangsung dalam organisasi dalam organisasi biasanya disebut operasi atau manajemen operasi. 2.2 Pengertian Kapasitas Kapasitas (capacity) adalah hasil produksi atau volume pemrosesan (troughput) atau jumlah unit yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu. Heizer dan Render (2006:372) Kapasitas menentukan: a. Persyaratan modal sehingga mempengaruhi sebagian besar biaya tetap. b. Menentukan apakah permintaa dapat dipenuhi atau menentukan apakah aktivitas yang ada berlebihan. Jika kapasitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan menganggur dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada. Kapasitas dapat dihitung berdasarkan = (jumlah dari mesin atau pekerja) x (jumlah waktu kerja) x (waktu penggunaan) x (efisiensi). Dalam produksi dan manajemen operasi terdapat 3 (tiga) tipe kapasitas yaitu: 8

4 1) Potencial Capacity Kapasitas yang dapat dibentuk untuk membantu pimpinan untuk mengambil keputusan. Ini merupakan inti dari keputusan jangka panjang yang tdak akan terpengaruh oleh manajemen produksi per hari. 2) Immediate Capacity Jumlah dari kapasitas produksi dapat dibentik menjadi tersedia dalam jangka waktu yang singkat. Ini merupakan kapasitas maksimum dari kapasitas potensial (diamsumsikan digunakan secara produktif). 3) Effective Capacity Merupakan suatu konsep penting. Tidak seluruh kapasitas produksi sesungguhnya dapat digunakan atau terbuang. Ini merupakan hal penting untuk seorang manager produksi untuk mengetahui apakah kapasitas sesungguhnya dapat tercapai. Perbedaan antara kapasitas dari sebuah organisasi dan permintaan dari seluruh pelanggan adalah mengenai ketidak efisienan, begitu juga ketika sumber tidak dapat digunakan atau tidak dapat dipenuhi oleh costumer. Permintaan untuk kapasitas sebuah organisasi bervariasi berdasarkan perubahan produk yang tersedia, atau menciptakan produk yang baru. Penggunaan yang terbaik dan kapasitas yang tersedia dapat memenuhi pembaharuan dalam overall equipment effectiveness (OEE). Kapasitas dapat meningkat melalui pengenalan teknik baru, peralatan dan 9

5 bahan, penambahan jumlah tenaga kerja atau mesin, peningkatan jumlah jam kerja, atau penyediaan fasilitas produksi Pengertian Perencanaan Kapasitas Menurut Syamsul Maarif (2003:238) perencanaan kapasitas adalah keputusan strategi jangak panjang untuk membangun sumber daya perusahaan secara keseluruhan. Masih menurut Syamsul Maarif (2003) terdapat 3 (tiga) fungsi perencanaan kapasitas yaitu: a. Membangun sumber daya produksi secara keseluruhan b. Mempengaruhi biaya dan kompetisi c. Menentukan kapan dan bagaimana meningkatkan kapasitas. Sedangkan menurut Wikipedia perencanaan kapasitas merupakan proses untuk memutuskan kebutuhan kapasitas produksi oleh perusahaan untuk mempertemukan perubahan permintaan setiap produk. ( Perencanaan kapasitas merupakan keputusan jangka panjang yang merupakan permulaan dari perussahaan. Ini memperpanjang waktu kerja lebih panjang untuk mendapatkan sumber daya. Efek dari pengambilan keputusan untuk kapasitas akan berpengaruh kepada waktu produksi, respon dari costumer, biaya operasi, dan kemampuan perusahaan untuk berkompetisi. Ketidak mampuan perencanaan kapasitas dapat membuat perusahaan kehilangan pelanggan dan kesempatan bisnis. Yang menjadi 10

6 keputusan terpenting adalah kapan kapasitas tersebut harus meningkat dan seberapa banyak peningkatanya Pengukuran Kapasitas Dasar pengukuran suatu lembaga bermacam macam, hal in tergantung macam macam lembaga serta macam kegiatanya (Pangestu S, 2000). Pengukuran kapasitas suatu lembaga dapat didasarkan pada outputnya maupun input-nya. Kapasitas yang diukur berdasarkan output-nya, misalnya: a. Pabrik tekstil diukur dengan kemampuanya menghasilkan tekstilnya. b. Kemampuan rumah sakit didasarkan pada kemampuan rumah sakit dalam menampung pasien. Rata rata penggunaan kapasitas dapat diukur dengan presentase pemakaian kapasitas untuk berproduksi / bekerja dibagi dengan kapasitas yang tersedia, dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: = Pemakaian kapasitas senyatanya Kapasitas yang terseedia 11

7 Sedangkan cadangan kapasitas atau selisih kapasitas dipakai senyatanya dengan kapasitas yang tersedia, disebut capacity chusion. Jadi capacity chusion = 1 presentase penggunaan kapasitas. Bersar kecilnya capacity chusion tergantung pada beberapa factor yaitu: 1) Keberanian pengusaha untuk menghadapi ketidak pastian 2) Pengaruh penggunaan mesin terhadap kerusakan 3) Sifat fluktuasi permintaan dan resiko kekurangan hasil produksi 4) Kemungkinan subkontrak. Rated capacity adalah ukuran kapasitas dimana fasilitas tertentu sudah digunakan dengan maksimal. Kapasitas yang dijadikan patokan (rated capacity) akan selalu kurang atau samadengan kapasitas riilnya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Rated capacity = (kapasitas) x (pemanfaatan) x (efisiensi) Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek Perencanaan kapasitas jangka pendek: waktunya kurang dari satu bulan. Ini dikaitkan dengan waktu proses penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut penyesuaian penyesuaian untuk menghapuskan varian antara keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata, (Subagyo, 2007:120). Keputusan perencanaan meliputi alternatif alternatif, seperti kerja lembur, pemindahan personalia, dan penggantian 12

8 rounting produksi Untuk menghadapi kondisi permintaan mendadak seperti itu penambahan dan penurunan kapasitas perusahaan dapat dilakukan penambahan dan pengurangan tenaga kerja, melakukan sub kontrak dengan perusahaan lain. Menurut Krajewski dan Ritzman (1989), perusahaan dapat melakukan 5 (lima) cara dalam penanganan kapasitas untuk jangka pendek, yaitu: 1) Meningkatkan jumlah sumber daya melalui: a. Penggunaan kerja lembur b. Penambahan regu kerja c. Memberikan kesempatan kerja secara part time d. Sub kontrak e. Kontrak kerja 2) Memperbaiki penggunaan sumber daya melalui: a. Mengatur regu kerja b. Menentukan schedule 3) Memodifikasi produk, melalui: a. Menentukan standar produk b. Melakukan perubahan jasa operasi c. Melakukan pengawasan kualitas 4) Memperbaiki permintaan, melaui: a. Melakukan perubahan harga b. Melakukan perubahan promosi 13

9 5) Tidak memenuhi permintaan Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi dalam menghadapi berbagai kemungkinan dan sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Missal, rencana untuk menurunka nbiaya promosi per unit, dalam jangka pendek sangat sulit untuk dilakukan karena unit produk yang dihasilkan masih dalam skala kecil. Tetapi dalam jangka panjang rencana iini dapat dicapai dengan cara meningkatkan kapasitas produksi. Persoalan yang timbul adalah berapa jumlah produk yang harus dihasilkan agar biaya produksi seminimum mungkin. Dalam kaitanya dengan kapasitas jangka panjang, terdapat 2 (dua) strategi yang dapat ditempuh perusahaan (Yamit, 1996), yaitu: 1) Strategu Melihat dan Menunggu (Wait and See Strategy) Strategi ini sering juga disebut sebagai strategi hati hati, karena kapasitas produksi dinaikan apabila yakin permintaan konsumen sudah naik. Jika kenaikan permintaan belum banyak, ia menunggu sampai saatnya cukup. Kekurangan barang biasanya dapat diatasi dengan kerja lembur atau melakukan sub kontrak. Strategi ini dilakukan jika: a) Kebutuhan barang oleh konsumen belum dapat dipastikan sehingga resiko tidak lakunya barang besar b) Ada kemungkinan lembur dan kerja sama dengan pihak luar 14

10 c) Kerugian karena pengangguran kapasitas lebih tinggi daripada penolakan permintaan konsumen. Kapasitas Forecast kebutuhan kapasitas Waktu Gambar 2.1. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek 2) Strategi Ekspansionis Dalam strategi ekspansionis, pengusaha menambah kapasitas pabriknya setelah diketahui bahwa prospek permintaan cukup banyak. Jadi penambahan kapasitas dilakukan sebelum terjadi kenaikan permintaan sehingga pada tahun tahun awal setelah ekspansi selalu terdapat pengangguran kapasitas mesin. Strategi ini biasanya dilakukan oleh pengusaha yang optimis terhadap kenaikan permintaan dan menganggap kerugian karena penolakan permintaan lebih besar daripada kerugian karena pengangguran kapasitas. 15

11 Kapasitas Forecast kebutuhan kapasitas Gambar 2.2. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang Waktu Metode Kuantitatif Perencanaan Kapasitas Produksi Untuk menentukan kapasitas produksi optimum, terdapat berbagai macam faktor yang harus diperhatikan. Faktor tersebut pada umumnya disebut sebagai faktor faktor produksi (Mitra Bestari, 2004), seperti: a. Kapasitas bahan baku, yaitu jumlah bahan baku yang mampu disediakan dalam waktu tertentu. Jumlah ini dapat diukur dari kemampuan para supplier untuk memasok maupun kemampuan penyediaan bahan baku b. Kapasitas jam kerja mesin, yaitu jumlah jam kerja normal mesin yang mampu disediakan untuk melaksanakan kegiatan produksi 16

12 c. Kapasitas jam kerja, yaitu jumlah jam kerja normal yang mampu disediakan. Jumlah jam kerja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan jam kerja yang berlaku apakah satu shift, dua shift dan seterusnya d. Modal kerja, yaitu kemampuan penyediaan dana untuk melaksanakan proses produksi, missal untuk membeli bahan baku, membayar upah dan sebagainya. Dari berbagai macam faktor tersebut, diusahakan untuk memperoleh kombinasi jumlah dan jenis produksi yang akhirnya dapat menghasilkankeuntungan atau biaya minimum. Metode kuantitatifyang dapat digunakan untuk mengkombinasikan berbagai faktor tersebut adalah: 1) Metode Break Even Point (BEP) BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR=TC) Rumus: ( ) = Biaya tetap total (Harga/ unit) Biaya variabel /unit) Biaya tetap total = biaya variabel 1 penjualan 17

13 2) Metode Linier Programming (LP) Metode LP merupakan tehknik matematik untuk membantu manajemen mengambil keputusan. 2.3 Pengertian Manajemen Fasilitas Menurut Wahyuningrum (2004) Manajemen fasilitas adalah proses menata fasilitas secara keseluruhan, sehingga dapat dihindari adanya pemborosan, ditingkatkanya efisien penggunaan barang dan pengawasan fasilitas. Manajemen fasilitas merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh sungguh serta pembinaan secara kontinu, terhadap benda benda agar senantiasa siap pakai (ready for use), efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan Perencanaan Fasilitas Menurut Eddy Herjanto (2006:123) Perencanaan fasilitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum perusahaan beroperasi. Perencanaan fasilitas mempunyai subjek yang luas dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya untuk perencanaan produk baru, relokasi perkantoran, penambahan bagian pada suatu rumah sakit, atau perluasan ruang tunggu di suatu pelabuhan udara. Perencanaan fasilitas menentukan bagaimana suatu aset tetap perusahaan digunakan secara baik untuk menunjang tujuan perusahaan. Bagi suatu perusahaan manufaktur, perencanaan fasilitas termasuk 18

14 menentukan bagaimana fasilitas pabrik digunakan secara efektif dan efisien dalam menunjang produksi Tujuan Perencanaan Fasilitas Masih menurut Eddy Herjanto (2006:123) secara umum tujuan dari perencanaan fasilitas dapat disebutkan sebagai berikut: a. Menunjang tujuan organisasi melalui peningkatan penanganan material dan penyimpanan. b. Menggunakan tenaga kerja, peralatan, ruang, dan enerji secara efektif c. Meminimalkan investasi modal d. Mempermudah pemeliharaan e. Meningkatkan keselamatan dan kepuasan kerja Tujuan perencanaan itu tidak dapat dicapai semuanya secara sekaligus, karena tujuan yang satu dengan yang lain dapat berlawanan. Misalnya, untuk mempercepat atau memperlancar kegiatan penanganan material dapaat menggunakan peralatan yang modern, misalnya dengan automatic guided vechile (AGV). Akan tetapi, penggunaan peralatan ini tentu saja akan menambah investasi modal. Penggunaan ruang yang sangat hemat, seperti penempatan mesin mesin yang sangat rapat, dapat mengakibatkankesulitan dalam pemeliharaan karena ruang gerak yang sangat terbatas. Oleh karena itu, perencanaan perlu menentukan sasaran 19

15 Fase I Tetapkan tujuan fasilitas Fase III Terapkan rencana fasilitas Fase II Kembangkan rencana fasilitas

16 Fase I: 1) Tetapkan tujuan dari fasilitas Untuk perencanaan suatu fasilitas baru maupun pengembangan dari fasilitas yang sudah ada, barang yang akan dibuat maupun jasa yang akan dihasilkan harus dapat dinyatakan secara kuantitatip, termasuk volume dan tingkat kegiatanya jika mungkin. Fase II: 2) Tentukan kegiatan utama dan penunjang yang diperlukan dalam mencapai tujuan tersebut. Kegiatan utama maupun penunjang serta persyaratan yang harus dipenuhi harus jelas spesifikasinya, yaitu dalam kaitanya dengan operasi, peralatan, personel, serta aliran proses 3) Tentukan hubungan antar semua kegiatan. Tentukan hubungan dan inertaksi antar kegiatan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 4) Tentukan kebutuhan ruang untuk semua kegiatan. Seluruh peralatan, material, dan personel yang diperlukan harus diperhatikan dalam merencanakan kebutuhan ruangan untuk setiap kegiatan. 5) Susun alternatif alternatif dari rencana fasilitas. Kembangkan berbagai alternatif lokasi dan desain dari fasilitas yang mungkin. 21

17 6) Evaluasi alternatif alternatif itu. Dengan menggunakan criteria yang ditentukan, evaluasi setiap alternatif yang ada. 7) Pilih alternative rencana fasilitas terbaik. Pilih satu alternative yang paling dapat diterima dan memuaskan sesuai dengan tujuan perusahaan. Fase III: 8) Terapkan rencana fasilitas tersebut. Apabila suatu alternative rencana fasilitas telah dipilih, laksanakan perencanaan tersebut melalui persiapan dan pengawasan yang matang. 9) Pelihara dan sesuaikan dengan keadaan. Lakukan penyesuaian jika diperlukan. Misalnya, perubahan disain produk mungkin memerlukan penyesuaian dalam aliran proses atau peralatan pengangkut. 10) Kembali ke langkah 1 untuk mengevaluasi apakah tujuan yang semula masih tetap atau sudah ada perubahan. Evaluasi dilakukan pada selang waktu tertentu agar fasilitas yang ada dapat disesuaikan dengan tujuan perusahaan. 22

18 2.4 Pengertian Analisa Break Even Point Ada beberapa pendapat mengenai pengertian titik impas atau break event point. Berikut ini beberapa definisi break even point maupun analisanya menurut pakar pakar ekonomi dalam literaturnya: Menurut Sutrisno (2005:192) definisi break even point adalah: break event point adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Menurut Manullang (2005:173) analisa break even point adalah sebagai berikut: analisa break event point adalah suatu tehknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan. Menurut Sjahrial (2006:83) analisa titik impas adalah: analisa titik impas merupakan suatu teknik analisa yang mempelajari hubungan antara biaya biaya tetap, biaya biaya variable, dan laba perusahaan. Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa analisa break event point adalah suatu tehknik yang digunakan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan antara biaya biaya, volume kegiatan dan laba perusahaan. 23

19 2.4.1 Asumsi asumsi Dalam Break Even Point Menurut Martono, SU dan D. Agus Harjito dalam bukunya Manajemen Biaya analisis break even point memerlukan beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu: a. Biaya didalam perusahaan dapat digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Oleh karena itu semua biaya yang dikeluarkan perusahaan harus dapat diukur dengan secara realistic sebagai biaya tetap dan biaya variabel. b. Biaya variabel secara total berubah sebanding dengan volume penjualan / produksi, tetapi biaya variabel per unitnya tetap. c. Biaya tetap secara total jumlahnya tetapm (pada range produksi tertentu) meskipun terdaspat perubahan volume penjualan / produksi. Hal ini berarti biaya tetap per unitnya berubah ubah karena adanya perubahan volume penjualan / produksi. d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode waktu yang dianalisis. Tingkat harga pada umumnya akan stabil dalam jangka pendek. Dengan demikian jika harga berubah, maka break even pun tidak berlaku. e. Perusahaan hanya menjual atau memproduksi satu jenis barang. Artinya hanya terdapat satu jenis produk yang diproduksi atau dijual perusahaan. Apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk, maka pertimbanhan atau komposisi penggunaan biaya dan penghasilan atas produk yang dijual (sales mix) harus tetap konsstan. 24

20 f. Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah secara material (perubahan besar) dalam jangka pendek. g. Kebijakan persediaan barang tetap konstan atau tidak ada persediaan sama sekali, baik persediaan awal maupun persediaan akhir. h. Efisiensi dan produktivitas per karyawan tidak berubah dalam jangka pendek. Dari asumsi asumsi yang ada pada analisis BEP tersebut diatas, maka break even point akan berubah bila asumsi asumsi tersebut diatas mengalami perubahan: 1) Adanya perubahan harga jual Perubahan harga jual produk akan berubah naik atau turun. Menurut hokum permintaan, apabila harga jual naik maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan menurun. Hal ini akan berakibat perubahan jumlah pengahasilan totalnya (TR). Demikian pula jika harga jual turun, maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan naik sehingga total oenghasilanya akan naik. Jika harga jual naik, dengan asumsi jumlah barang yang diminta tetap, maka titik impas (BEP) akan turun. Hal ini karena titi impas akan diperoleh dengan penjualan barang yang lebih sedikit. Sebaliknya, jika harga jual turun, maka titik impas akan naik karena untuk mencapai BEP diperlukan penjualan barang yang lebih banyak. 25

21 2) Adanya perubahan biaya tetap dan atau biaya variabel Naik turunya biaya (biaya tetap dan juga variabel) juga akan mempengaruhi besarnya BEP. Apabila biaya naik, berarti kita memerlukan barang yang lebih banyak untuk mencapai titik break even point. Sebaliknya apabila biaya turun, maka kita memerlukan jumlah barang yang lebih sedikit untuk mencapai titik break even. Batas penurunan jumlah produk yangdirencanakan untuk dijual yang dianggap aman disebut margin of safety. Besarnya penurunan yang dimaksud adalah penurunan dari penjualan yang direncanakan. 3) Adanya perubahan komposisi penjualan (sales mix) Analisis BEP merupakan analisis keuangan yang cukup lemah karena asumsinya, asumsi BEP bahwa perusahaan hanya menjual satu macam produk hamper tidak mungkin terpenuhi. Hal ini karena sangat jarang perusahaan yang menjual satu jenis produk saja. Oleh karena itu, apabila analisis BEP diberlakukan bagi perusahaan yang menjual barang lebih dari satu macam produk, maka komposisi atau pertimbangan biaya dan produk yang dijual harus tetap. Misalnya perusahaan menjual 2 macam produk A dan B dengan pertimbangan 2 banding 3. Maka, apabila produk A menambah penjualanya 2 bagian, maka produk B juga harus menambah sebanyak 3 bagian. Dengan demikian, maka komposisi penjualan produk A dan B akan tetap sama. 26

22 2.4.2 Manfaat Break Even Point Menurut Bastian Bustomi dan Nurlela (2006:208) kegunaan break even point yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen adalah sebagai berikut: a. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. b. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu. c. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian Analisa Break Even Point Sebagai Dasar Kebijaksanaan Penetapan Harga yang Tepat Dalam Mengoptimalkan Laba Dengan analisa break even point, perusahaan dapat memperoleh acuan untuk menetapkan harga yang tepat dalam mencapai laba yang diharapkan. Dengan mengetahui tingkat margin konstribusi melalui perhitungan terhadap penjualan, biaya tetap dan biaya variabel, manager dapat menggunakanya untuk membantu menetapkan perencanaan harga, yang dapat menutup biaya yang ada sehingga dapat mencapai tingkat laba yang maksimal. Selain itu, dengan menggunakan analisa break even point, manager juga dapat mempehitungkan sfek dari perubahan harga jual dan biaya variabel terhadap EBIT (Earning Before Interest and Tax). Haga jual produk baru dapat dirancang untuk mencapaitarget tingkat EBIT. 27

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG

Lebih terperinci

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS SUMBERDAYA YANG DIMILIKI SEPERTI: KAPASITAS MESIN, KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Dewanti (2008:230), manajemen yakni proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini dikembangkan pemikiran-pemikiran dan

BAB II LANDASAN TEORI. secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini dikembangkan pemikiran-pemikiran dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi dan Operasi Pada dewasa ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan semakin maju cara-cara yang dikembangkan untuk mencapai tujuan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, antara lain sebagai berikut: Menurut Hasibuan (2007), definisi manajemen, yaitu:

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN Modul ke: AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan ataupun pengawasan proses produksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Point telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Point telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian mengenai perencanaan kapasitas produksi atau Break Even Point telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu

Lebih terperinci

Perencanaan Kapasitas MANAJEMEN OPERASIONAL

Perencanaan Kapasitas MANAJEMEN OPERASIONAL Perencanaan Kapasitas MANAJEMEN OPERASIONAL FTP UB - RDY Contents 31 2 3 4 PENDAHULUAN PERENCANAAN KAPASITAS KAPASITAS DESAIN & EFEKTIF KAPASITAS DAN STRATEGI 1 PENDAHULUAN Kapasitas (capacity) adalah

Lebih terperinci

Bab 6. Perencanaan Kapasitas

Bab 6. Perencanaan Kapasitas Modul 3 A. Uraian Materi Belajar Bab 6. Perencanaan Kapasitas Kapasitas produksi merupakan jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu tertentu, yang ditentukan oleh kapasitas sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau sering disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk dapat menghadapi dan memenangkan persaingan. menimbulkan kerugian baik dari segi finansial dan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk dapat menghadapi dan memenangkan persaingan. menimbulkan kerugian baik dari segi finansial dan waktu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin maju disertai dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, menimbulkan banyak persaingan yang menuntut perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk yang dijual, maka laba yang ditargetkan akan dapat tercapai. menjamin kelangsungan hidup suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. produk yang dijual, maka laba yang ditargetkan akan dapat tercapai. menjamin kelangsungan hidup suatu perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian di Negara Indonesia masih belum stabil, tentu hal ini mempengaruhi produktivitas perusahaan karena harga harga bahan baku menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan menurut Ropke (Suryana et al., 2011:25) adalah proses penciptaan kreasi baru dan membuat sesuatu inovasi, dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu : 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian manajemen, antara lain : Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu : Manajemen adalah

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi dan Kewirausahaan 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Sebelum menjelaskan mengenai pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produk Menurut Daryanto (2011:49) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Kapasitas Kapasitas adalah kemampuan untuk mengantarkan jasa melebihi periode waktu tertentu. (Fitzsimmons, 2001). Kapasitas dihitung berdasarkan = (jumlah dari mesin atau pekerja)

Lebih terperinci

PENENTUAN LUAS PRODUKSI OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR. Sunarso Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta

PENENTUAN LUAS PRODUKSI OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR. Sunarso Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta PENENTUAN LUAS PRODUKSI OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Sunarso Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT To determine correct production volume a company needed is assorted of appliance

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Break Even Point (BEP) 2.1.1 Pengertian Analisis Break Even Point (BEP) Menurut Herjanto (2007: 151) analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman serba modern ini berbagai bidang dapat dimasuki perusahaan /

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman serba modern ini berbagai bidang dapat dimasuki perusahaan / BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman serba modern ini berbagai bidang dapat dimasuki perusahaan / industri akibat perubahan yang cepat dalam selera, teknologi, dan persaingan. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Perencanaan Kapasitas

Perencanaan Kapasitas Perencanaan Kapasitas Pemahaman mengenai capacity planning Kapasitas merupakan hasil produksi atau volume pemrosesan, atau jumlah unit yang dapat ditangani, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisis terhadap biaya-biaya

Lebih terperinci

Novi Riana Dewi ( ) Dewi Ismia Desi ( ) Sukma Istantia ( )

Novi Riana Dewi ( ) Dewi Ismia Desi ( ) Sukma Istantia ( ) Novi Riana Dewi (115030200111138) Dewi Ismia Desi (115030202111003) Sukma Istantia (115030202111004) Pengertian keunggulan kompetitif Menurut Tangkilisan (dalam bukunya Strategi Keunggulan Pelayanan Publik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai, salah satunya yaitu mendapatkan laba yang maksimal dan dapat bertahan dalam persaingan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintergrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar di selesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha akhir-akhir ini mengalami persaingan global yang sangat ketat, dimana perusahaan tidak hanya menghadapi pesaing lokal tetapi juga pesaing internasional.

Lebih terperinci

DEFINISI MANAJEMEN OPERASI. Oleh : Ibrahim Al Chanif, S.Kom.

DEFINISI MANAJEMEN OPERASI. Oleh : Ibrahim Al Chanif, S.Kom. DEFINISI MANAJEMEN OPERASI Oleh : Ibrahim Al Chanif, S.Kom. PROGRAM STUDI MANAJEMEN ANGKATAN XXII.A PROGRAM PASCASARJANA (M.Si.) UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA 2016 A. Pendahuluan Manajemen operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAPASITAS

PERENCANAAN KAPASITAS PERENCANAAN KAPASITAS kapasitas Setelah memutuskan produk atau jasa apa yang akan ditawarkan dan bagaimana itu akan dibuat, pihak manajemen harus merencanakan sistem kapasitas. Kapasitas adalah maksimum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi dan Operasi sering digunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran atau output, baik yang berupa barang

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan proses dalam organisasi 1. Perencanaan kapasitas dalam organisasi 2. Perencanaan kapasitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeritan Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan semakin berkembangnya sebuah perusahaan, maka masalah yang dihadapi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan semakin berkembangnya sebuah perusahaan, maka masalah yang dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya sebuah perusahaan, maka masalah yang dihadapi pun akan semakin kompleks. Untuk selalu siap menghadapi persaingan dan masalahmasalah

Lebih terperinci

Manajemen Operasional

Manajemen Operasional Modul ke: 06 Manajemen Operasional Perencanaan Kapasitas : Analisa Break Even Point & Pemrograman Linear Fakultas TEKNIK Ir. Hendri, MT. Program Studi Teknik Industri KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Operasi Kegiatan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen, beikut adalah beberapa pengertian Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Sebelum membahas lebih dalam mengenai manajemen produksi dan operasi, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan suber lainnya secara efektif

Lebih terperinci

Manajemen Operasi & Produktivitas. Dosen : Dhyah Wulansari, SE., MM.

Manajemen Operasi & Produktivitas. Dosen : Dhyah Wulansari, SE., MM. Manajemen Operasi & Produktivitas Dosen : Dhyah Wulansari, SE., MM. Pengertian Manajemen Operasi Jay Heizer dan Barry Render: manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat ABSTRAK Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya, harga jual serta volume penjualan. Analisis Cost-Volume-Profit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengendalian terencana dari suatu aktivitas merupakan suatu karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengendalian terencana dari suatu aktivitas merupakan suatu karakteristik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengendalian terencana dari suatu aktivitas merupakan suatu karakteristik dasar industri modern, sebab pada dasarnya pengendalian yang efektif terutama faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Terry (dalam Manullang, 2002), Manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan menggunakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN IDENTIFIKASI MASALAH MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN KEGUNAAN PENELITIAN 4

DAFTAR ISI 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN IDENTIFIKASI MASALAH MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN KEGUNAAN PENELITIAN 4 ABSTRAKSI Suatu perusahaan seringkali menghadapi berbagai masalah. Seperti dalam menghadapi pesaing, harga bahan baku yang cenderung berubah, ataupun keadaan ekonomi yang berubah dan faktor - faktor lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal ini terlihat dari bermunculannya perusahaan-perusahaan baru, baik perusahaan besar maupun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan pengolahan / manufaktur adalah perusahaan yang membeli bahan mentah, mengolahnya menjadi produk jadi yang siap pakai dan menjualnya kepada konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan. BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkain kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Barry Render dan Jay Heizer

Lebih terperinci

ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK

ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK Hal 32-40 ANALISA INVESTASI AKTIVA TETAP TERHADAP BIAYA VOLUME LABA PADA PT BARATA INDONESIA GRESIK Ketut Ariasna, Rizki Putri Nuri Sari ABSTRAK Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Produksi sering digunakan pada suatu perusahaan yang memproduksi barang atau jasa. Ilmu Manajemen Produksi sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts 53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecilnya laba yang dapat dicapai. Sehingga manajemen perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. kecilnya laba yang dapat dicapai. Sehingga manajemen perusahaan harus 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan harus berpedoman pada rencana dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sehingga perencanaan merupakan dasar yang menekankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baik itu perusahaan yang berbentuk manufaktur ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baik itu perusahaan yang berbentuk manufaktur ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dengan beragamnya aktivitas yang ada di Ibukota ini tidak heran banyak perusahaan-perusahaan baik itu perusahaan yang berbentuk manufaktur ataupun perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan untuk membahas permasalahan yang ada. Teori-teori yang digunakan adalah Riset Operasi, Konsep Dasar Perencanaan Kapasitas, dan Pemrograman

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI BERDASARKAN ANALISIS BREAK EVEN POINT UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PADA PD JUMBO MEKAR LESTARI

PERENCANAAN PRODUKSI BERDASARKAN ANALISIS BREAK EVEN POINT UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PADA PD JUMBO MEKAR LESTARI PERENCANAAN PRODUKSI BERDASARKAN ANALISIS BREAK EVEN POINT UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PADA PD JUMBO MEKAR LESTARI Oleh : Sopian Dr. Drs. Suyadi Prawirosentono, M.B.A M.Azis Firdaus.SE.,MM ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sektor yang memegang peranan penting setelah sektor pertanian adalah sektor manufaktur.

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PERUSAHAAN PT. INTAN PARIWARA DI KLATEN

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PERUSAHAAN PT. INTAN PARIWARA DI KLATEN ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PERUSAHAAN PT. INTAN PARIWARA DI KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Denta Umar Aminudin (2007) dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada Perusahaan Shuttlecock

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Penerapan..., Oktafianus, Fakultas Ekonomi 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Penerapan..., Oktafianus, Fakultas Ekonomi 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis sekarang ini semakin ketat diantara perusahaan yang ada, khususnya perusahaan sejenis, maka dari pihak perusahaan dituntut untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Wirausaha Menurut Garjito (2014:13) wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKTIVITAS

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKTIVITAS MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKTIVITAS EKA MUSTAVIDA RATNASARI 14310098 EVA DAMAYANTI A.C.S 14310180 BULANDARI FITRI SUSANTI 14310563 MUHAMAD LUKMAN 14310108 TOMY AGUS S 14310167 BUDI SUHERMANTO 14310164

Lebih terperinci

SEMINAR PENULISAN SKRIPSI

SEMINAR PENULISAN SKRIPSI ANALISIS BREAK EVEN POINT TERHADAP PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK SAFARY MILK Nama : Syaifi Tirza Dayanara NPM : 27212246 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Syntha Noviyana, SE., MMSI Diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba yang dapat dipergunakan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kemampuan perusahaan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan volume penjualan (omset) yang dicapai perusahaan. Karena hal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan volume penjualan (omset) yang dicapai perusahaan. Karena hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah semakin melaju dengan cepat. Hal ini dikarenakan Indonesia sedang mengalami fase untuk berubah menjadi lebih baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persediaan Ristono (28) menyatakan bahwa persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin ketat. Akibatnya perusahaan mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, dimana salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN PADA PERUSAHAAN PABRIK MINUMAN UD. USAHA BARU MAKASSAR ZAINAL ABIDIN STIE YPUP MAKASSAR

ANALISIS BREAK EVEN PADA PERUSAHAAN PABRIK MINUMAN UD. USAHA BARU MAKASSAR ZAINAL ABIDIN STIE YPUP MAKASSAR ANALISIS BREAK EVEN PADA PERUSAHAAN PABRIK MINUMAN UD. USAHA BARU MAKASSAR ZAINAL ABIDIN STIE YPUP MAKASSAR ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untukk mengetahui volumen produksi dan penjualan minuman pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai manajemen produksi dan operasi sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI Produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Produk adalah hasil

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT

ANALISIS BREAK EVEN POINT ANALISIS BREAK EVEN POINT 1. Pengertian Analisis Break Even Point (BEP) Analisis BEP adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya ( Biaya Variable dan Biaya Tetap), Profit dan Volume

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Heizer dan Render (2006:4) manajemen operasi (operation management-om) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai

Lebih terperinci