Pengaruh Media Terkondisi Sel Punca Mesenkimal Selaput Amnion Terhadap Jaringan Paru yang Terpapar Asap Rokok; (Studi eksperimental pada mencit)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Media Terkondisi Sel Punca Mesenkimal Selaput Amnion Terhadap Jaringan Paru yang Terpapar Asap Rokok; (Studi eksperimental pada mencit)"

Transkripsi

1 Pengaruh Media Terkondisi Sel Punca Mesenkimal Selaput Amnion Terhadap Jaringan Paru yang Terpapar Asap Rokok; (Studi eksperimental pada mencit) Handi Priambodo, 1 Suradi, 1 Reviono, 1 Yusup S Sutanto, 1 Ana Rima, 1 Harsini, 1 Yuyun Rindiastuti, 2 Abdurahman Laqif, 3 Indah Julianto 2 1 Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, RSUD Dr. Moewardi, Surakarta 2 Departemen Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, RSUD Dr. Moewardi, Surakarta 3 Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, RSUD Dr. Moewardi, Surakarta Abstrak Latar belakang: Asap rokok menyebabkan peradangan paru dan apoptosis yang bermuara terjadinya PPOK. Sekresi sel punca mesenkimal (SPM) berperan penting dalam regenerasi jaringan paru. Penggunaan media terkondisi sel punca mesenkimal dapat menjadi alternatif untuk transplantasi sel punca mesenkimal. Media terkondisi yang diperoleh dari biakan3d SPM selaput amnion dalam kondisi hipoksia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh media terkondisi SPM selaput amnion sebagai anti apoptosis pada kerusakan paru akibat asap rokok. Metode: Penelitian dilakukan dari Februari-Juni Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari komite etik hewan. Untuk menyelesaikan penelitian ini digunakan sebanyak 30 ekor mencit yang diberi asap rokok selama 12 minggu, 15 ekor mencit diberi media terkondisi sel punca mesenkimal selaput amnion dan sisanya tidak, selanjutnya dilakukan pemeriksaan histopatologi melalui nilai mean linier intercept dan ekspresi active caspase 3 pada jaringan paru hewan coba yang dipapar asap rokok. Dengan uji in vitro sel fibroalveolar yang telah diberi media terkondisi sel punca mesenkimal dan diberi ekstrak asap rokok dinilai menggunakan MTT asay dan konsentrasi VEGF A. Hasil: Media terkondisi sel punca mesenkimal menghambat kerusakan paru yang dikonfirmasi dengan mli yang rendah, selanjutnya menghambat terjadinya apoptosis sel paru yang dikonfirmasi dengan rendahnya tingkat caspase-3 (p=0.00). selanjutnya secara In-vitro menjelaskan bahwa media terkondisi sel punca mesenkimal selaput amnion mendorong proliferasi sel fibroalveolar (MTT assay; p=0.00), efek anti apoptosis dengan VEGF (VEGF pada media terkondisi sel punca mesenkimal = pg/ml; grup kontrol= pg/ml) Kesimpulan: Media terkondisi sel punca mesenkimal selaput amnion berpotensi menghambat kerusakan paru akibat asap rokok pada mencit dengan menghambat apoptosis sel dengan merangsang VEGF. (J Respir Indo. 2016; 36: ) Kata kunci: Media terkondisi sel punca smesenkimal, apoptosis, asap rokok. The Effect of Amniotic Membrane Mesenchymal Stem Cell Conditioned Media (MSC-CM) on Cigarette Smoke Induced Lung Damage (an experimental study in mice) Abstract Background: Cigarette smoking causes pulmonary inflammation and apoptosi simplicated in COPD. MSC secreting factors plays crucial role in tissue regeneration. Using MSC conditioned media (MSC-CM) might be an alternativeto MSC transplantation. Conditioned media was obtained from hypoxic 3D culture of amniotic membrane MSC. This study aimed to test the effect of administration of MSC-CM in inhibiting apoptosis in cigarette smoke lung damage. The aim of this study is to test the effect of administration of MSC-CM in inhibiting apoptosis in cigarette smoke induced lung damage Methods: Research was conducted in 5 months from February to Juni 2015 and under ethical clearance approval. To accomplish this study, 30 mice were exposed to cigarrete smoke for 12 weeks, 15 mice followed by MSC-CM administration and others with unconditioned media, mean linier intercept (mli) and Caspase-3 were measured from lung histophatology. In vitro study using fibroalveolar cell exposed to cigarette smoke exctract (2%CSE) followed with MSC-CM was conducted to confirm effect of MSC-CM by MTT assay and VEGF level measurement. Result: This research revealed that MSC-CM inhibit lung damage confirmed with significantly lower mli, while inhibit pulmonary cell apoptosis with significantly lower Caspase-3 level in mice administered with MSC-CM (p=0.00). In vitro study provides the evidence that MSC-CM promote fibroalveolar proliferation (MTT assay; p=0.00), while mediates anti-apoptosis effect which partly depends on up regulating of VEGF (VEGF level of MSC-CM group= pg/ml; control group pg/ml) Conclusion: MSC-CM has therapeutic potential in cigarette smoke induced lung damage in mice by inhibiting cell apoptosis as well as upregulating VEGF. (J Respir Indo. 2016; 36: ) Keywords: Cigarette smoke, apoptosis, stem cell conditioned media Korespondesi: Handi Priambodo handi.priambodo@gmail.com; Hp: J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober

2 PENDAHULUAN Pajanan asap rokok menyebabkan kerusakan jaringan paru melalui mekanisme stress oksidatif, inflamasi menetap, degradasi matriks ekstraseluler oleh akti vitas protease, apoptosis, serta perbaikan abnormal jaringan paru yang bermuara pada terjadinya penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). 1 Penyakit paru obstruksi kronik adalah salah satu penyebab kematian utama karena merokok dan telah menjadi masalah kesehatan global. 2 Stres oksidatif menyebabkan apoptosis sel epitel alveolar dan emfisema melalui blokade reseptor vascular endothelial growth factor-a (VEGF-A). 3 Terapi terkini PPOK meliputi terapi suportif dan belum terdapat bukti yang cukup mengenai terapi regenerasi untuk memperbaiki emfisema. 2 Schweitzer dkk 1 me nunjukkan penurunan infiltrasi mediator inflamasi dan peru bahan emfisematous dengan transplantasi sel punca mesenkimal (SPM) jaringan adiposit dan didapatkan perbaikan endotel paru dengan pemberian media terkondisi sel punca mesenkimal pada jaringan paru tikus model yang dirusak dengan asap rokok. Hal ter sebut menunjukkan bahwa efek perbaikan sel punca mesenkimal mungkin dimediasi oleh mekanisme parakrin. 4 Selaput amnion merupakan salah satu sumber sel punca mesenkimal yang berasal dari jaringan fetal. Selaput amnion telah menjadi sumber sel punca pilihan karena pengambilan sampel yang mudah, tidak dibatasi kendala etik, potensi diferensiasi lebih baik daripada sel punca jaringan dewasa, serta toleransi imunologis yang lebih baik sehingga mudah dan aman untuk ditransplantasikan. 5,6 Penelitian mengenai pengaruh media terkondisi sel punca mesenkimal (MT SPM) selaput amnion yang dihasilkan melalui metode biakan 3 dimensi kondisi hipoksia pada hewan model yang dipapar asap rokok untuk menginduksi kerusakan jaringan paru belum pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan MT SPM dalam menghambat apoptosis jaringan paru akibat pajanan asap rokok melalui upregulasi VEGF A yang sejalan dengan peningkatan viabilitas dan proliferasi sel fibroalveolar. Penelitian ini menunjukkan kemampuan media terkondisi sel punca mesenkimal mencegah apoptosis jaringan paru mencit (mus musculus) galur Balb-c yang dipapar dengan asap rokok. Uji in-vivo menunjukkan bahwa pada kelompok II yang diberi media terkondisi sel punca mesenkimal didapatkan nilai mli sebagai penanda kerusakan alveolar yang lebih rendah dan ekspresi active caspase-3 sebagai penanda apoptosis yang lebih rendah. Uji in-vitro menunjukkan bahwa pada biakan sel fibroalveolar yang diberi ekstrak asap rokok 2% bersama media terkondisi sel punca mesenkimal memiliki viabilitas dan tingkat proliferasi sel yang lebih tinggi dengan kadar VEGF-A 4 kali lebih tinggi. 7 METODE Cell line yang berasal dari biakan SPM selaput amnion P-1 yang dikembangkan oleh Laqif. 7 di thawing untuk dibiakkan kembali dalam media tumbuh (alpha MEM (Gibco), 1% NEAA 100x(Gibco), 1% penstrep (10.000U/10.000ug/ml), 1% fungizone 250ug/ml, dan 10% fetal bovine serum (Gibco) pada inkubator dengan CO 2 5% dan 37 0 C. Subkultur sel punca dilakukan pada biakan sel yang telah mencapai konfluensi 70%. Subkultur dilakukan dengan metode tripsinasi hangat. Sel punca mesenkimal selaput am nion P-2 dilakukan purifikasi dengan imunomagnetik sorting. Biakan sel punca dilabel dengan antibodi microbeads anti human CD105 kemudian dilewatkan dalam kolom magnetik yang dipasang dalam magnetic stand untuk memperoleh biakan sel dengan CD105 positif sesuai protokol yang dianjurkan oleh Myltenill Biotech. 7 Uji diferensiasi dilakukan untuk memastikan multipotensi dan kemampuan diferensiasi SPM. Sel punca mesenkimal P-3 dibiakkan dalam osteogenik media: 192ml media kultur, 10nM dexametason, 20nM beta gliserolfosfat, 50uM L-ascorbic acid; atau adipogenik media: 200ml media kultur, 0.5uM dexametason, 0.5uM IBMX, 50uM indometasin. Setelah 21 hari, biakan SPM diwarnai dengan alizarin red dan oil red. Biakan SPM P-3 dibiakkan dalam neurogenik media: 200ml media kultur, 5ng/ml all trans retinoid acid, untuk mengetahui kemampuan transdiferensiasi menjadi galur sel lain. Setelah 5 hari, biakan sel tersebut diwarnai dengan neural specific enolase (NSE) J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016

3 Media terkondisi sel punca mesenklimal dibuat dari biakan sel punca mesenkimal pasase-4 dengan modifikasi metode biakan badan embrioid sel punca dan biakan dalam stirred bioreaktor pada kondisi hipoksia (2.2% O2, 5%CO2, dan nitrogen balanced). Setelah 24 jam inkubasi, media terkondisi sel punca mesenkimal dikumpulkan kemudian difilter dengan millipore 45um dan disimpan dalam suhu -20 o C sampai digunakan. 8 Penelitian dilakukan di LPPT unit IV UGM berdasarkan ethical clearance yang diterbitkan oleh panitia kelaikan etik UGM. Sebanyak 30 mencit galur Balb-c dengan berat badan gram diasapi dengan rokok 5 batang/hari selama 12 minggu. Mencit dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 15 mencit. Mencit pada kelompok I diberi suntikan DMEM 30ul iv, sedangkan kelompok II diberi suntikan 30ul MT SPM iv. Penyuntikan dilakukan pada minggu kedua sampai ke-12, satu jam sebelum pengasapan. Pengambilan jaringan paru dilakukan pada hari ke-90 untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi. 7 Potongan longitudinal jaringan paru diwarnai dengan hematoksilin eosin (HE) untuk analisis mean linier intercept (mli) dan dengan antibodi anti caspase-3 sebagai penanda apoptosis. Analisis mli dilakukan berdasarkan protokol yang dikembangkan oleh Masaru Suzuki M dkk. 8 dengan modifikasi menggunakan software Image J. Penghitungan intercept dilakukan pada 20 lapang pandang (per besaran 200x) secara acak dalam setiap potongan jaringan paru. Intercept yang dihitung adalah jarak antara dinding alveolar, sedangkan gambaran dengan bronkus, pembuluh darah, dan ruang alveolar yang terkompresi dieksklusikan dari penghitungan. 8 Ekspresi active caspase-3 ditentukan secara otomatis dengan software Image J dengan menentukan resolusi pixel tertentu sesuai dengan intensitas ekspresi positif yang telah ditentukan oleh ahli Patologi Anatomi. Ekspresi active caspase-3 (+) dinyatakan sebagai persentase intensitas warna dalam pixel yang membandingkan ekspresi sel (+) dengan total seluruh sel dalam area perhitungan. 7 Preparasi ekstrak asap rokok dilakukan berdasarkan metode yang di kembangkan oleh Sun Yong Kim dkk ml asap rokok yang berasal dari rokok filter yang mengandung 8,5mg tar dan 0,9mg nikotin dialirkan melalui spuit injeksi steril ukuran 50ml ke dalam 10ml DMEM tanpa serum sambil diagitasi. Ekstrak asap rokok tersebut disterilisasi menggunakan filter millipore 0.22um dan merupakan ekstrak dengan konsentrasi 100%. 10 Isolasi jaringan fibroblas dilakukan dengan metode eksplan dan dibiakkan dengan media kultur DMEM, 10% bovine serum, 1% penstrep, 1% fungizone dalam inkubator CO 2 5% dan suhu 37 0 C. Isolasi dan biakan sel epitel alveolar dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Robert dkk 10 dan dimodifikasi di laboratorium. Sel epitel alveolar dibiakkan dengan media kultur: DMEM-HamF12, 10% fetal bovine serum, 1% penstrep, 1% fungizone, 1% L glutamin, 10ng/ml EGF dalam inkubator CO 2 5% dan suhu 37 0 C. Subkultur dilakukan pada biakan sel dengan konfluensi 70-80% dengan metode tripsinasi hangat. Kokultur dilakukan dengan membiakkan sel fibroblas bersama dengan sel epitel alveolar P-3 dalam media: DMEM-HamF12, 10% fetal bovine serum, 1% penstrep, 1% fungizone, 1%NEAA, 1% L-glutamin, 10ng/ml bfgf, 10ng/ml EGF. 10 Uji in-vitro dilakukan pada biakan ko kultur yang telah diinkubasi selama 24 jam. Biakan sel fibroalveolar dibagi menjadi 2 kelompok, Kelompok I diberi ekstrak asap rokok 2% dalam DMEM + 1% FBS, sedangkan kelompok II diberi ekstrak asap rokok 2% dalam media terkondisi sel punca mesenkimal dan diinkubasi selama 24 jam. Biakan sel fibroalveolar dalam piring mikro bersumur 96 digunakan untuk uji proliferasi sel dengan MTT ((3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5diphenyltetrazolium bromide) assay. MTT assay((3-(4,5-dimethylthiazol- 2-yl)-2,5 diphenyltetrazolium bromide) assay pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur jumlah sel yang viabel dan proliferasi sel dengan reagen Thiazolyl blue tetrazolium bromide berdasarkan protokol yang diberikan oleh Sigma Supernatan biakan sel tersebut dikumpulkan untuk mengetahui sitokin yang dilepaskan dalam J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober

4 media dengan uji ELISA. Dalam uji ELISA ini akan dilakukan pemeriksaan VEGF-A. Uji ELISA dilakukan berdasarkan protokol yang diberikan oleh reagen VEGF-A ELISA kit (RayBio). Kadar VEGF supernatan pada masing-masing kelompok dihitung menggunakan rumus regresi yang diperoleh dari larutan standar yang ditentukan dengan software curve expert 1.4. Perbedaan rerata nilai mli, ekspresi active caspase-3, serta viabilitas dan tingkat proliferasi sel dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan dengan software SPSS 19.0 Nilai signifikansi, p<0.05 digunakan untuk menentukan kemaknaan hasil uji statistik. HASIL Sel punca mesenkimal selaput amnion yang digunakan dalam penelitian ini merupakan cell line P-1 yang telah dikembangkan oleh Laqif 7 dengan penanda permukaan CD44 dan CD105 (+) >95% serta CD45 dan CD34 (-)<2%. Uji diferensiasi dilakukan pada biakan sel punca P-3 yang telah disorting dengan metode MACS menggunakan antibodi anti CD105 untuk menjamin plastisitas sel. Gambar berikut menunjukkan hasil uji difersensiasi SPM menjadi sel osteoblas, adiposit, dan neuron. a b c Gambar 1. Gambar (a) biakan sel setelahthawing, viabilitas 94% (b) biakan sel 24 jam setelah ditanam dengan kepadatan 60% (c) biakan sel 48 jam setelah ditanam dengan kepadatan 70-80%. Diamati dengan mikroskop inverted perbesaran 100x Media terkondisi diperoleh dari biakan badan embrioid 3D dalam stirred bioreaktor sederhana pada kondisi hipoksia dengan 2.2% O 2, 5% CO 2, dan nitrogen balance. Teknik ini memungkinkan aliran oksigen, nutrien, dan hasil metabolisme yang menyerupai kondisi in-vivo. Pada teknik ini didapatkan peningkatan viabilitas dan proliferasi sel yang ditunjukkan dengan peningkatan diameter koloni 3D setelah 24 jam seperti pada gambar berikut a b Gambar 3. Gambaran badan embrioid 3D. (A) koloni badan embrioid 3D pada piring mikro berdasar bulat (B) Koloni badan embrioid 3D dalam stirred bioreaktor-hipoksia setelah 24 jam. Terlihat diameter 1.5x lebih besar daripada koloni sebelum dibiakkan dalam stirred bioreaktor-hipoksia. Diamati dengan mikroskop inverted perbesaran 100x Uji in vivo dilakukan pada hewan coba mencit (Mus musculus) jantan galur Balb-c yang berusia 10 minggu. Rata-rata berat badan mencit sebelum perlakuan pada kelompok I adalah ± 2.73 gram dan pada kelompok II adalah ± 1.46 gram. Pada akhir penelitian didapatkan rata-rata berat badan mencit kelompok I sebesar ± 3.49 gram dan kelompok II sebesar ± 2.83 gram. Jaringan paru pada kedua kelompok diambil setelah 90 hari perlakuan dan dilakukan pewarnaan menggunakan HE. Berikut adalah gambaran sediaan histopatologi jaringan paru yang telah diwarnai dengan HE. a b c Gambar 2. Uji diferensiasi sel punca mesenkimal. (A) sel osteoblas dengan pewarnaan alizarin red (B) sel adiposit dengan pewarnaan oil red (C) sel neuron dengan pewarnaan NSE. Diamati dengan mikroskop inverted perbesaran 100x. Gambar 4. Gambaran histopatologi jaringan paru dengan pewarnaan HE (pelebaran ruang alveolar; infiltrasi sel radang). (A) Kelompok I, terlihat pelebaran ruang alveolar dan inflitrasi sel radang (B) Kelompok II, terlihat pelebaran ruang alveolar dan infiltrasi sel radang lebih ringan daripada kelompok I. Diamati dengan mikroskop perbesaran 200x. 252 J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016

5 Analisis kerusakan jaringan paru dilakukan dengan analisis mli. Rata-rata mli pada kelompok satu didapatkan ± 30.1 um, sedangkan pada kelompok II ± 38.0 um. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan nilai mli yang bermakna secara statistik antara kelompok I dan II yang ditunjukkan dengan nilai p=0.000 (p<0.05) pada uji t tidak berpasangan, dengan rerata perbedaan Nilai mli pada kelompok I didapatkan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok II yang mengindikasikan kemampuan MT SPM dalam menghambat kerusakan paru yang dipapar asap rokok. Pada penelitian ini dilakukan pewarnaan imunohistokimia dengan antibodi anti mouse active caspase-3 untuk mengetahui tingkat apoptosis jaringan paru pada kedua kelompok. Berikut merupakan gambaran sediaan histopatologi yang diwarnai antibodi anti mouse active caspase-3. Gambar 5. Gambaran histopatologi jaringan paru dengan pewarnaan imunohistokimia antibodi anti mouse active caspase-3 (active caspase-3 positif). (A) Kelompok I (B) Kelompok II. Diamati dengan mikroskop perbesaran 200x. Rata-rata ekspresi active caspase-3 pada kelompok satu didapatkan ± 0.09 %, sedangkan pada kelompok II ± 0.001%. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan ekspresi active caspase-3 yang bermakna secara statistik antara kelompok I dan II yang ditunjukkan dengan nilai p=0.000 (p<0.05) pada uji t tidak berpasangan, dengan rerata perbedaan Pada penelitian ini didapatkan ekspresi active caspase-3 pada kelompok I lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok II yang mengindikasikan kemampuan MT SPM dalam menghambat apoptosis. Biakan fibroalveolar yang diberi ekstrak asap rokok bersama MT SPM menunjukkan konfluensi sel yang lebih banyak dengan gambaran morfologi yang lebih intak. Sedangkan biakan fibroalveolar yang diberi ekstrak asap rokok dalam 1% FBS mengalami apoptosis dan kerusakan struktur sel yang ditandai dengan bentuk sitoplasma sel ireguler Gambar 6. Ko-kultur sel fibroalveolar (A) Kelompok I: sel fibroalveolar yang diberi ekstrak asap rokok 2% dalam DMEM 1% FBS (B) Kelompok II: sel fibroalveolar yang diberi ekstrak asap rokok 2% dalam MT SPM. Rata-rata viabilitas dan tingkat proliferasi sel kelompok satu didapatkan 58.0 ± 1.31%, sedangkan pada kelompok II 89.6 ± 7.9%. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan viabilitas dan tingkat proliferasi sel yang bermakna secara statistik antara kelompok I dan II yang ditunjukkan dengan nilai p=0.000 (p<0.05) pada uji t tidak berpasangan, dengan rerata perbedaan Pada penelitian ini didapatkan via bilitas dan tingkat proliferasi sel pada kelompok II lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok I yang mengindikasikan kemampuan MT SPM dalam menghambat apoptosis dan menjaga viabilitas serta meningkatkan kemampuan proliferasi sel fibroalveolar in-vitro. Berdasarkan persamaan regresi larutan standar, diperoleh kadar VEGF-A pada kelompok I pg/ml dan pada kelompok II pg/ml. Kadar VEGF-A kelompok II didapatkan 4.2 kali lebih tinggi (CI 95%) daripada kelompok I sejalan dengan tingkat proliferasi dan viabilitas sel yang lebih tinggi serta ekspresi active caspase-3 pada jaringan paru mencit yang lebih rendah daripada kelompok II. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh MT SPM dalam meningkatkan proliferasi dan viabilitas sel fibroalveolar serta menghambat apoptosis jaringan paru yang dirusak dengan ekstrak asap rokok yang dimediasi oleh upregulasi VEGF-A. PEMBAHASAN Beberapa penelitian menyebutkan bahwa efek regenerasi sel punca tidak dimediasi oleh kemampuan diferensiasi sel punca untuk memperbaiki jaringan yang rusak, melainkan oleh kemampuan sel punca untuk mensekresikan metabolit bioaktif. Faktor-faktor yang disekresikan oleh sel punca meliputi growth factor dan sitokin (secretome), exosome, dan mikrovesikel yang J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober

6 ditemukan dalam media tumbuh dan disebut sebagai media terkondisi sel punca. 11 Sel punca mesenkimal selaput amnion P-3 digunakan untuk membuat media terkondisi dengan teknik badan embrioid 3D pada stirred bioreaktor dalam kondisi hipoksia. Penggunaan sel pada P-3 sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa pada tingkatan ini sel bersifat lebih stabil dengan stabilitas kromosom yang baik. 12 Penelitian menyebutkan bahwa metode biakan sel punca dalam kondisi hipoksia dapat meningkatkan pluripotensi, kemampuan diferensiasi sel punca, stabilitas genetik, dan meningkatkan berbagai sitokin dan growth factor dalam media terkondisi sel punca. Pada penelitian ini, biakan badan embrioid 3D dalam stirred bioreaktor meningkatkan jumlah dan viabilitas sel yang ditunjukkan dengan pertambahan diameter badan embrioid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan bahwa biakan 3D meningkatkan jumlah sel dan viabilitas bila diban dingkan dengan biakan monolayer sehingga jumlah growth factor yang disekresikan lebih banyak. Penggunaan bioreaktor memungkinkan aliran nutrisi, oksigen, dan metabolit sel yang menyerupai lingkungan mikro dalam tubuh. 13 Kerusakan jaringan paru pada penelitian ini ditunjukkan dengan nilai mli. Nilai mli pada kelompok I didapatkan lebih tinggi secara signifikan daripada kelompok II yang diinjeksi media terkondisi yang mengindikasikan kemampuan MT SPM dalam menghambat kerusakan jaringan paru. Penelitian melaporkan bahwa pemberian SPM intrapulmonal dapat memperbaiki kerusakan jaringan paru akibat pajanan asap rokok melalui penurunan sitokin pro inflamasi seperti TNFα, IL-1β, MCP-1, IL-6, MMP-9, dan MMP12, peningkatan aktivasi VEGF, VEGFR, dan TGFβ1 yang sejalan dengan penurunan apoptosis. 14,15 Pajanan asap rokok meningkatkan ekspresi cleaved caspase-3 pada sel alveolar tipe II yang bermuara pada terjadinya apoptosis. Jalur apoptosis ekstrinsik maupun intrinsik menyebabkan fragmentasi DNA yang bermuara pada apoptosis melalui aktivasi cleaved caspase Salah satu penyebab apoptosis sel epitel paru adalah penurunan ekspresi VEGF yang menyebabkan kematian sel endotel alveolar. Gangguan mikrosirkulasi akibat kerusakan sel endotel menyebabkan kematian sel pneumosit. Apoptosis sel epitel alveolar merupakan mekanisme penting yang terlibat dalam kerusakan dinding alveolar yang bermuara pada terjadinya emfisema. 17,18 Ekspresi active caspase-3 pada kelompok I didapatkan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok II yang diinjeksi MT SPM yang menunjukkan kemampuan media terkondisi dalam menghambat apoptosis pada jaringan paru yang dipapar asap rokok. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa transplantasi sel punca mesenkimal sum-sum tulang dapat memperbaiki emfisema akibat pajanan asap rokok. Pada penelitian tersebut tidak didapatkan engraftment sel punca pada jaringan paru tikus setelah 2 bulan yang menunjukkan bahwa sel punca memperbaiki emfisema melalui mekanisme parakrin yang dimediasi oleh sekresi metabolit bioaktif. 14 Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan apoptosis pada PPOK tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas proliferasi. 19 Kerusakan paru pada emfisema ditentukan oleh kemampuan proliferasi sel alveolar yang mengikuti apoptosis sel alveolar. 20 Uji in-vitro pada sel fibroalveolar paru dilakukan untuk mengetahui mekanisme yang mungkin terlibat dalam pengaruh MT SPM terhadap perbaikan jaringan paru mencit yang dipapar asap rokok. Pada penelitian ini didapatkan tingkat proliferasi sel fibroalveolar paru yang lebih tinggi secara signifikan pada kelompok II dibandingkan dengan kelompok I melalui uji MTT assay. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang menunjukkan kemampuan sel punca sum-sum tulang dalam meningkatkan survival dan proliferasi biakan sel fibroblas paru yang dirusak dengan ekstrak asap rokok. 1 Penelitian menyebutkan bahwa sel punca mampu menginduksi aktivasi jalur Akt yang merupakan sinyal penting dalam survival dan proliferasi sel. Selain itu, SPM dapat menekan apoptosis sel alveolar melalui modifikasi ekspresi protein apoptosis dan antiapoptosis. Penelitian melaporkan bahwa SPM 254 J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016

7 mampu menekan ekspresi gen apoptosis Bax dan menginduksi ekspresi gen antiapoptosis Bcl-2 pada hewan model emfisema yang diinduksi dengan papain. Selain itu, sel punca mesenkimal mampu menekan tingkat ekspresi cleaved caspase-3 pada sel alveolar yang mengindikasikan kemampuan SPM dalam menurunkan apoptosis sel alveolar pada emfisema. 20 Metabolit bioaktif dalam media terkondisi sel punca mampu meningkatkan proliferasi sel dengan menghambat interaksi antara p21 dengan PCNA dan memacu pembentukan kompleks CDK4. 9 Beberapa growth factor seperti FGF, EGF, dan VEGF berperan dalam menghambat apoptosis sel endotel dan sel alveolar melalui peningkatan ekspresi protein antiapoptosis Bcl-2 dan NOS melalui jalur Akt. VEGF merupakan growth factor yang bersifat pluripoten dan berperan penting dalam proliferasi sel endotel, perkembangan jaringan paru, dan beberapa kondisi patologis seperti PPOK, kanker paru, dan cedera paru akut. Penelitian menyebutkan bahwa pada pasien PPOK terjadi penurunan ekspresi VEGF-A dan VEGFR 2. Selain itu, inhibisi VEGF-A menginduksi apoptosis sel epitel alveolar yang bermuara pada terjadinya emfisema. 15 Di lain pihak, penelitian menyebutkan bahwa pada PPOK terjadi peningkatan kadar VEGF, tetapi kadar tersebut tidak mencukupi untuk regenerasi sel alveolar paru. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar VEGF-A yang disekresikan oleh biakan sel fibroalveolar yang dipapar ekstrak asap rokok dan diberi MT SPM untuk mengetahui peran VEGF dalam meningkatkan viabilitas dan proliferasi sel fibroalveolar yang sejalan dengan kemampuannya dalam menghambat apoptosis. Kadar VEGF-A supernatan didapatkan lebih tinggi 4.2 kali pada kelompok II dibandingkan dengan kelompok I yang mengindikasikan bahwa upregulasi VEGF-A secara fungsional berperan dalam meningkatkan survival dan proliferasi sejalan dengan kemampuan dalam menghambat apoptosis sel fibroalveolar. Jin dkk 19 menyatakan bahwa blokade jalur VEGF menyebabkan apoptosis sel alveolar dan penurunan interaksi VEGF-VEGF reseptor pada tingkat protein maupun mrna ditemukan pada pasien perokok dengan emfisema. Transplantasi SPM pada hewan model emfisema yang diinduksi dengan asap rokok menunjukkan kemampuan populasi sel tersebut dalam menghmbat apoptosis melalui stimulasi sekresi VEGF dan induksi VEGF reseptor 2 pada sel alveolar. 19 Penelitian ini belum dapat menentukan sumber VEGF yang berperan secara fungsional. Pada penelitian ini kemungkinan VEGF yang ber peran dapat berasal dari kandungan VEGF MT SPM yang tinggi berkaitan dengan induksi HIF 1A yang dapat meningkatkan sekresi VEGF. Penelitian ini belum dapat menunjukkan pengaruh MT-SPM dalam memperbaiki kerusakan paru akibat asap rokok khususnya emfisema, Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kekurangan dalam penelitian ini, antara lain; penggunaan hewan model pada penelitian ini belum dapat mewakili kompleksitas kerusakan paru akibat asap rokok khususnya PPOK dan masih dibutuhkan penelitian panjang dan lebih mendalam untuk aplikasi MT SPM pada uji klinis. Selain itu, rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini hanya dapat menunjukkan efek proteksi, tetapi belum dapat menunjukkan kemampuan MT- SPM dalam meregenerasi kerusakan jaringan paru yang dipapar asap rokok. KESIMPULAN Media terkondisi sel punca mesenkimal dapat menjadi modalitas terapi dalam menghambat kerusakan jaringan paru akibat pajanan asap rokok. Penelitian ini menunjukkan bahwa media terkondisi sel punca mesenkimal yang dibuat dengan teknik 3D hipoksia dapat menghambat kerusakan dan apoptosis jaringan paru pada mencit yang dipapar asap rokok. Selain itu, media terkondisi sel punca mesenkimaldapat mempertahankan viabilitas dan tingkat proliferasi biakan sel fibroalveolar yang diberi ekstrak asap rokok melalui upregulasi VEGF A. DAFTAR PUSTAKA. 1. Huh JW, Kim SY, Lee JH. Bone marrow repair cigarette smoke-induced emphysema in rats. Am J Physiol lung Cell mol physiol. 2011;301: J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober

8 2. Barnes PJ. The cytokine network in asthma and COPD. The journal of clinical investigation. Am J Respir Cell Mol Biol. 2008;41: Tuder RM, Zhen L, Cho CY, Stewart LT, Kasahara Y, Salvemini D. Oxidative stress and apoptosis interact and cause emphysema due to vascular endothelial growth factor receptor blockade. Am J Respir Cell Mol Biol. 2003;29: Schweitzer KS, Johnstone BH, Garrison J, Rush NI, Cooper S, Traktuev DO. Adipose stem cell treatment in mice attenuates lung and systemic injury induced by cigarette smoking. Am J Respir Crit Care Med. 2011;183: Niknejad H, Pierovi H, Jorjani M. Properties of the amniotic membrane for potential use in tissue engineering. European Cells and Materials. 2008;15: Mihu CM, Ciuca DR, Soritau O. Isolation and characterization of mesenchymal stem cells from amniotic membrane. Romanian Journal of Morphology and Embryology. 2009;50: Laqif A. Kajian terapi media terkondisi sel punca mesenkimal (MT SPM) selaput amnion terhadap folikulogenesis pada kasus kegagalan ovarium prematur (penelitian pada hewan coba tikus sprague dawley). Disertasi program studi ilmu kedokteran dan kesehatan reproduksi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta; Suzuki M, Betsuyuku T, Ito Y. Curcumin attenuates elastaseand cigarette smokeinduced pul monary emphysema in mice. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol. 2009;296:L Kim SY, Lee JH, Kim HJ. Mesenchymal stem cell conditioned media recovers lung fibroblast from cigarette smoke induced damage. Am J Physiol lung cell mol physiol. 2012;302: Robert FG and Leland GD. Isolation and culture of pulmonary alveolar epithelial type I and type II cells from rat lungs. Methods Mol Biol. 2013; 945: Lane SW, Williams DA, Watt FM. Modulating the stem cell niche for tissue regeneration. Nature Biotechnology. 2014;32: Rungarunlert S, Techakumphu M, Pirity MK, Dinnyes A. Embryoid body formation from embryonic and induced pluripotent stem cells: Benefits of bioreactors. WJSC. 2009;1: Pawitan JA. Prospect of stem cell conditioned medium in regenerative medicine. BioMed Research International. 2014;96: Zang X, Zheng H, Zhang H, Ma W, Wang F, Liu C, et al. Increased interleukin (IL)-8 and decreased IL-17 production in chronic obstructive pulmonary disease (COPD) provoked by cigarette smoke. ELSEVIER. 2011;56: Guan XL, Song L, Han FF, Cui ZL, Chen X, Guo XJ, et al. Mesenchymal stem cells protect cigarette smoke-damaged lung and pulmonary function partly via VEGF VEGF receptors. Journal of Cellular Biochemistry. 2013;114: Ahmed A, Thliveris JA, Shaw A, Sowa M, Gilchrist J, Scott JJE. Cigarette smoke induces apoptosis by activation of caspase-3 in isolated fetal rat lung type II alveolar epithelial cells in vitro. Open Journal of Respiratory Diseases. 2013;3: Degterev A, Boyce M, Yuan J. A decade of caspases. Oncogene. 2003;22: Platiki M, Eleni T, Raytila P. Apoptotic mechanism in the pathogenesis of COPD. International journal of COPD. 2006;1: Jin Z, Pan X, Zhou K, Bi H, Wang L, Yu L et al. Biological effects and mechanisms of action of mesenchymal stem cell therapy in chronic obstructive pulmonary disease. Journal of Inter national Medical Research. 2015;43: Rangasamay T, Misra V, Zhen L. Cigarette smoke induced emphysema in A/J mice associated with oxidative stress, apoptosis of lung cells, and global alteration of gene expression. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol. 2009;296: J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik adalah salah satu penyebab kematian utama karena merokok (Barnes PJ., 2007). PPOK merupakan masalah kesehatan global yang menjadi penyebab

Lebih terperinci

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST i PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST (CM-REF) DENGAN DAN TANPA LEUKEMIA INHIBITORY FACTOR (LIF) DALAM MEDIUM TERHADAP TINGKAT PROLIFERASI DAN SIFAT PLURIPOTENSI MESENCHYMAL STEM CELL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris in vitro. B. Sampel Penelitian Subjek penelitian ini adalah Human Dermal Fibroblast,

Lebih terperinci

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

] 2 (Steel dan Torrie, 1980) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. B. Tempat Penelitian Tempat pemeliharaan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk mikroorganisme. Gangguan atau kerusakan pada struktur anatomi kulit dengan hilangnya fungsi yang berturut-turut

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-1 PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-1 PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL ABSTRAK PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-1 PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL Harry Pribadi, 2010. Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sel kultur primer fibroblas. Gambar 8 menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen yang berbeda untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan modern dewasa ini menyebabkan tingkat stress yang tinggi, sehingga menjadi salah satu faktor pemicu berkembangnya berbagai macam penyakit yang memerlukan penanganan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000 ) dengan kultur in

BAB IV METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000 ) dengan kultur in BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian Eksperimental, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam dekade terakhir. Minat penelitian tersebut dipicu oleh kemampuan sel punca untuk berdiferensiasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya dengan gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik kitosan terhadap kultur sel HSC-4 dan HAT-7 yang dilakukan secara in vitro. Kedua jenis sel diaktivasi kembali dari cryopreservation

Lebih terperinci

DIFERENSIASI EMBRYONIC STEM CELLS MENCIT MENJADI NEURON MENGGUNAKAN CONDITIONED MEDIUM RIRIS LINDIAWATI PUSPITASARI

DIFERENSIASI EMBRYONIC STEM CELLS MENCIT MENJADI NEURON MENGGUNAKAN CONDITIONED MEDIUM RIRIS LINDIAWATI PUSPITASARI DIFERENSIASI EMBRYONIC STEM CELLS MENCIT MENJADI NEURON MENGGUNAKAN CONDITIONED MEDIUM RIRIS LINDIAWATI PUSPITASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN ORISINALITAS Dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, stem sel telah menjadi topik utama pembicaraan banyak ilmuwan, ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang menyusunnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR SINGKATAN... xi INTISARI... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Alur Penelitian Kultur Sel dari Penyimpanan Nitrogen Cair Inkubasi selama 48 jam dalam inkubator dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses di berbagai Negara. Saat ini penggunaan terapi stem cell menjadi

BAB I PENDAHULUAN. proses di berbagai Negara. Saat ini penggunaan terapi stem cell menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penelitian mengenai Stem cell masih memasuki tahap proses di berbagai Negara. Saat ini penggunaan terapi stem cell menjadi terobosan baru dalam upaya pengobatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Allergy Organization (WAO) tahun 2011 mengemukakan bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi dunia. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan.

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan. ABSTRAK Penelitian yang bertujuan mengetahui kualitas spermatozoa tikus putih jantan dewasa (Rattus sp.) setelah diberikan paparan asap rokok dan ekstrak buah juwet (Syzygium cumini L.) telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini berupa penelitian analitik eksperimental. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Laboratorium Biomedik Fakultas kedokteran Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PEMBERIAN SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PENURUNAN KADAR IFN- SERUM MENCIT GALUR Balb/C MODEL KANKER KOLOREKTAL

ABSTRAK. EFEK PEMBERIAN SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PENURUNAN KADAR IFN- SERUM MENCIT GALUR Balb/C MODEL KANKER KOLOREKTAL ABSTRAK EFEK PEMBERIAN SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PENURUNAN KADAR IFN- SERUM MENCIT GALUR Balb/C MODEL KANKER KOLOREKTAL Messia P. Raharjo, 2010. Pembimbing I Pembimbing II : Oeij

Lebih terperinci

PADA RADANG KRONIS. INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT

PADA RADANG KRONIS. INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT INDUKSI EKSTRAK ANGGUR (Vitis vinifera) TERHADAP EKSPRESI IFN-γ PADA RADANG KRONIS INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT Background : Wound is a

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit tidak menular yang cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah kasusnya terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%

Lebih terperinci

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK TESIS Universitas Andalas Oleh: Reno Muhatiah 1250305210 Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel Langerhans di epidermis, yakni sel efektor imunogen pada kulit, penurunan daya

Lebih terperinci

EFEK CENDAWAN ULAT CINA

EFEK CENDAWAN ULAT CINA ABSTRAK EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN 1 PADA MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Banu Kadgada Kalingga Murda, 2009. Pembimbing I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit seperti kanker paru dan tumor ganas lainnya, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan kardiovaskular.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT

PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT (EGCG) DAN EPIGALLOCATECHIN (EGC) DALAM TEH HIJAU TERHADAP PROLIFERASI SEL LEUKOSIT MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI COLITIS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada wanita dengan insiden lebih dari 22% (Ellis et al, 2003) dan angka mortalitas sebanyak 13,7% (Ferlay

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP EKPRESI SIKLOOKSIGENASE-2 (COX-2) PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL

ABSTRAK. EFEK SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP EKPRESI SIKLOOKSIGENASE-2 (COX-2) PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL ABSTRAK EFEK SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP EKPRESI SIKLOOKSIGENASE-2 (COX-2) PADA MENCIT MODEL KANKER KOLOREKTAL Khie Khiong, 2010. Pembimbing I: Prof. Dr. H. R. Muchtan Sujatno, dr.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR IL-2 MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI CCl 4

ABSTRAK. EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR IL-2 MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI CCl 4 ABSTRAK EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR IL-2 MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI CCl 4 Noval Kurniawan, 2009. Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian, pemeriksaan, dan analisis data ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre test dan Post test Pemberian Induksi Asap Rokok dan Ekstrak Kulit Jeruk Manis

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ISOLASI SEL PUNCA MESENKIM DARI KULTUR FIBROBLAS KULIT MANUSIA MENGGUNAKAN SISTEM PEMURNIAN BERBASIS MAGNET

1. Pendahuluan ISOLASI SEL PUNCA MESENKIM DARI KULTUR FIBROBLAS KULIT MANUSIA MENGGUNAKAN SISTEM PEMURNIAN BERBASIS MAGNET Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 ISOLASI SEL PUNCA MESENKIM DARI KULTUR FIBROBLAS KULIT MANUSIA MENGGUNAKAN SISTEM PEMURNIAN BERBASIS MAGNET 1 Indra Kusuma, 2 Siska A. Kusumastuti,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Imunologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pemeliharaan dan intervensi hewan coba

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 52 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Seseorang yang telah lama merokok mempunyai prevalensi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor (PGFs) sebagai mediator biologis dalam proses regenerasi periodontal. Bahan-bahan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2011 s.d. Februari 2012. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Embriologi Departemen Anatomi Fisiologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012 sebanyak 8,2 juta orang meninggal karena kanker dan 65% di antaranya terjadi di negara miskin dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Kultur Primer Cardiomyocyte Cardiomyocyte yang digunakan dalam kultur primer dikoleksi dari jantung mencit neonatal umur 1-3 hari. Pemakaian sumber jantung mencit neonatal dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Randomized post test only control group design yang menggunakan binatang percobaan

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP PROLIFERASI SEL LEUKOSIT MENCIT JANTAN GALUR DDY YANG DIINDUKSI KOLITIS DENGAN DSS Elsa Angelie, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, M.Si.,

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design. 53 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel-sel pulpa hasil subkultur dari kultur primer sel pulpa gigi sehat. Gambaran mikroskopis kultur sel primer dan subkultur sel-sel

Lebih terperinci

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL. i PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Kesehatan Mata

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis dengan uji one way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test membuktikan bahwa adanya perbedaan pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit ginjal stadium akhir, pasien dengan transplantasi ginjal mempunyai harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman, 1996; Teronen dkk., 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik kitosan terhadap berbagai jenis sel kanker yang dilakukan secara eksperimental di dalam laboratorium. Sel kanker yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari 14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes. ABSTRAK JUS DAN PUREE TOMAT (Solanum lycopersicum) MENURUNKAN PERSENTASE SPERMATOZOA DENGAN MORFOLOGI ABNORMAL PADA MENCIT YANG DIBERI PAJANAN ASAP ROKOK Fatrika Dewi, 2011. Pembimbing I : Prof. Dr. Susy

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil 4. 1. 1. Karakteristik Subjek Penelitian Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis fungsi VEGF 121 rekombinan sebagai terapi preeklamsia, terutama ekspresi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, desain Post-test control group desain. Postes untuk menganalisis perubahan gambaran histopatologi pada organ

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan analisis efek pemberian tiga jenis pasta hasil yang diproduksi oleh BATAN, yaitu pasta Injectable Bone Xenograft (IBX) yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized 20 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized Controlled Trial Double Blind pada pasien yang menjalani operasi elektif sebagai subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superoxide Dismutase (SOD) adalah enzim pertama dalam mekanisme pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide Dismutase tubuh manusia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Hajar Kusumastuti G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Hajar Kusumastuti G PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (Centella asiatica L. Urban) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI TESTIS TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI STRES IMOBILISASI KRONIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing, BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu cedera yang sangat beresiko. Hal ini dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing, yang pada kondisi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm secara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi yang meningkat. Secara umum sekitar 5 10% dari pasien tersebut berkembang menjadi Hipertensi Arteri

Lebih terperinci

James Davidta Ginting, Pembimbing 1 : Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K) Pembimbing 2 : Dr. Wahyu Widowati, M.Si.

James Davidta Ginting, Pembimbing 1 : Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K) Pembimbing 2 : Dr. Wahyu Widowati, M.Si. ABSTRAK EFEK PAPARAN BERBAGAI JENIS ASAP ROKOK TERHADAP USIA KEHAMILAN INDUK MENCIT, BERAT BADAN LAHIR DAN INTELEKTUAL ANAK MENCIT Mus musculus (Swiss webster) James Davidta Ginting, 2013. Pembimbing 1

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan the post test only control group design. Percobaan dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Proliferasi Berdasarkan Population Doubling Time (PDT) Population Doubling Time (PDT) adalah waktu yang diperlukan oleh populasi sel untuk menjadikan jumlahnya dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. B. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. ii ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Viusid Pet terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani. mencegah kekambuhan, tetapi memerlukan waktu terapi yang lama.

BAB I PENDAHULUAN. Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani. mencegah kekambuhan, tetapi memerlukan waktu terapi yang lama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani berbagai macam gangguan psikosis, seperti bipolar, mania, gangguan waham, dan yang paling sering adalah skizofrenia.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : -Laboratorium Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK HERBA SAMBILOTO (Andrographidis Herba) SEBAGAI IMUNOMODULATOR PADA MENCIT DENGAN DERMATITIS ALERGIKA

ABSTRAK. EFEK HERBA SAMBILOTO (Andrographidis Herba) SEBAGAI IMUNOMODULATOR PADA MENCIT DENGAN DERMATITIS ALERGIKA ABSTRAK EFEK HERBA SAMBILOTO (Andrographidis Herba) SEBAGAI IMUNOMODULATOR PADA MENCIT DENGAN DERMATITIS ALERGIKA Nevin Chandra Junarsa, 2006. Pembimbing I : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes. Sambiloto sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini insiden kanker sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola hidup

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JINTAN HITAM (NIGELLA SATIVA) TERHADAP KADAR SUPEROXIDE DISMUTASE (SOD) PLASMA PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG TERPAPAR ASAP ROKOK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA Siti A. Sarah M, 2011. Pembimbing I : dr.jahja Teguh Widjaja,Sp.P.,FCCP Pembimbing II: dr.sijani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di ruang perawatan anak RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret- September 2015 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Fibrosis merupakan pembentukan jaringan parut yang berlebihan

BAB I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Fibrosis merupakan pembentukan jaringan parut yang berlebihan BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Fibrosis merupakan pembentukan jaringan parut yang berlebihan terutama pada organ paru, pembuluh darah, jantung dan ginjal (Sakai et al., 1996). Di Amerika

Lebih terperinci

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria sp.) PADA KERUSAKAN OKSIDATIF HEPAR MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DENGAN INDIKATOR KADAR SGPT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pada ilmu kedokteran bidang forensik dan patologi anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Cedera iskemik reperfusi menginduksi Acute Kidney Injury (AKI).

BAB I. PENDAHULUAN. Cedera iskemik reperfusi menginduksi Acute Kidney Injury (AKI). 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera iskemik reperfusi menginduksi Acute Kidney Injury (AKI). Ketidakseimbangan metabolisme organ IRI menghasilkan hipoksia jaringan dan disfungsi mikrovaskuler.

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK DETEKSI Fc RI PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI Cynthia Winarto, 2009. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Penelitian terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH DIET RENDAH MAGNESIUM TERHADAP JUMLAH NETROFIL DAN KADAR INTERLEUKIN-6 PADA TIKUS PUTIH JANTAN RENIJUFTARI LOBO HUKI

PENGARUH DIET RENDAH MAGNESIUM TERHADAP JUMLAH NETROFIL DAN KADAR INTERLEUKIN-6 PADA TIKUS PUTIH JANTAN RENIJUFTARI LOBO HUKI PENGARUH DIET RENDAH MAGNESIUM TERHADAP JUMLAH NETROFIL DAN KADAR INTERLEUKIN-6 PADA TIKUS PUTIH JANTAN RENIJUFTARI LOBO HUKI 2443010143 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K)

Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K) ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL PURWOCENG (Pimpinella alpina) TERHADAP BERAT BADAN, PANJANG BADAN, DAN PANJANG KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN TIKUS WISTAR Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy

Lebih terperinci