BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre"

Transkripsi

1 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre test dan Post test Pemberian Induksi Asap Rokok dan Ekstrak Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Pengukuran berat badan objek penelitian dilakukan pada tanggal 27 September Pengukuran berat badan objek penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis ekstrak kulit jeruk manis yang akan diberikan pada setiap objek penelitian. Pengukuran berat badan kembali dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2016 untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan pada setiap objek penelitian. Data dianalisis menggunakan analisis descriptive. Tabel 5. Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre test dan Post test Pemberian Induksi Asap Rokok dan Ekstrak Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Kelompok Rerata Berat Badan (gram) ± Kenaikan Berat SD Badan (gram) Pre test Post test P1 187,40 ± 5,45 204,20 ± 5,89 16,8 P2 186,20 ± 8,46 183,00 ± 8,15-3,2 P3 187,80 ± 5,80 193,00 ± 5,24 5,2 P4 180,60 ± 6,02 190,00 ± 5,14 9,4 P5 179,60 ± 6,80 193,80 ± 6,38 14,2 Data dilaporkan dalam bentuk rerata ± SD (standar deviasi). Tabel 5 menunjukkan bahwa kenaikan rata - rata berat badan tertinggi dari semua kelompok terdapat pada kelompok P1 (tidak diberikan perlakuan sama sekali) yaitu sebesar 16,8 gram. Kelompok P2 (hanya 33

2 34 diberi induksi asap rokok) didapatkan rata rata berat badan mengalami penurunan sebesar 3,2 gram. Kelompok P3, P4 dan P5 didapatkan hasil bahwa kelompok P5 (diberi induksi asap rokok dan ekstrak kulit jeruk manis 112,5 mg) mengalami kenaikan rata rata berat badan tertinggi sebesar 14,2 gram Perbandingan Berat Badan Tikus Pre test dan Post test P1 P2 P3 P4 P Pre tets Post test Gambar 9. Grafik perbandingan berat badan tikus pre test dan post test 2. Perbedaan Rerata Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre test dan Post test Pemberian Induksi Asap Rokok dan Ekstrak Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Distribusi data diuji persebarannya dengan menggunakan uji normalitas Shapiro wilk karena jumlah data kurang dari 50. Hasil analisa data berdistribusi tidak normal sehingga untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan SGOT dan SGPT pada kelompok data pre test dan post test digunakan uji analisis statistik Wilcoxon. Hasil uji analisis data SGOT dan

3 35 SGPT pre test dan post test dapat dilihat pada tabel 6 untuk SGOT dan tabel 7 untuk SGPT. Tabel 6 Rerata Kadar SGOT Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre test dan Post test Pemberian Induksi Asap Rokok dan Ekstrak Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Kelompok Kadar SGOT (U/L) ± SD Sesudah pemberian perlakuan Sebelum pemberian perlakuan Nilai p (Wilcoxon test) P1 37,48 ± 0,63 38,15 ± 0,55 0,041 P2 37,77 ± 0,63 62,53 ± 0,63 0,042 P3 37,86 ± 0,76 54,57 ± 1,00 0,043 P4 37,96 ± 0,40 40,68 ± 0,63 0,042 P5 38,54 ± 1,00 38,25 ± 0,40 0,414 Data dilaporkan dalam bentuk rerata ± SD (Standar Deviasi). Sebaran data diuji dengan Saphiro-Wilk: p < 0,05: data tidak terdistribusi normal. Setelah ditransformasi data tetap berdistribusi tidak normal, sehingga digunakan uji Wilcoxon: p < 0,05: berbeda bermakna. Tabel 6 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar SGOT pada tikus putih (Rattus novergicus) pre test dan post test pada kelompok P1, kelompok P2, kelompok P3 dan P4. Kelompok P5 tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar SGOT sebelum dan sesudah perlakuan. Kenaikan rata rata tertinggi kadar SGOT dari semua kelompok terdapat pada kelompok P2. Kelompok perlakuan P3, P4, P5 didapatkan hasil bahwa kelompok P3 (diberi induksi asap rokok dan ekstrak kulit jeruk manis 37,5 mg) mengalami kenaikan rata rata tertinggi kadar SGOT sebelum dan sesudah perlakuan.

4 Perbandingan Kadar SGOT Pre test dan Post test P1 P2 P3 P4 P5 Pre test Post test Gambar 10. Grafik perbandingan kadar SGOT pre test dan post test Tabel 7 Rerata Kadar SGPT Tikus Putih (Rattus novergicus)pre test dan Post test Pemberian Induksi Asap Rokok dan Ekstrak Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Kelompok Kadar SGPT (U/L) ± SD Sebelum Sesudah pemberian pemberian perlakuan perlakuan Nilai p (Wilcoxon test) P1 18,15 ± 0,55 18,35 ± 0,40 0,414 P2 18,25 ± 0,26 38,45 ± 0,63 0,042 P3 18,44 ± 0,34 29,13 ± 0,34 0,041 P4 18,15 ± 0,55 25,44 ± 0,73 0,042 P5 18,54 ± 0,79 20,68 ± 0,94 0,043 Data dilaporkan dalam bentuk rerata ± SD (Standar Deviasi). Sebaran data diuji dengan Saphiro-Wilk: p < 0,05: data tidak terdistribusi normal. Setelah ditransformasi data tetap berdistribusi tidak normal, sehingga digunakan uji Wilcoxon: p < 0,05: berbeda bermakna Tabel 7 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar SGPT pada tikus putih (Rattus novergicus) pre test dan post test pada kelompok positif, kelompok perlakuan satu, dua, dan tiga. Kelompok P1 tidak ada

5 37 perbedaan yang bermakna pada kadar SGPT sebelum dan sesudah perlakuan. Kenaikan rata rata tertinggi kadar SGPT dari semua kelompok terdapat pada kelompok P2. Kelompok P3, P4, P5 didapatkan hasil bahwa kelompok P3 (diberi induksi asap rokok dan ekstrak kulit jeruk manis 37,5 mg) mengalami kenaikan rata rata tertinggi kadar SGPT sebelum dan sesudah perlakuan Perbandingan Kadar SGPT Pre test dan Post test P1 P2 P3 P4 P5 Pre test Post test Gambar 11. Grafik perbandingan kadar SGPT pre test dan post test 3. Selisih Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus novergicus)pre test dan Post test Data pre test dan post test rerata kadar SGOT dan SGPT darah tikus putih (Rattus novergicus) yang didapat, kemudian dihitung besar selisih untuk masing masing kelompok dengan menggunakan analisis

6 38 descriptive. Hasil perhitungan selisih kadar SGOT dan SGPT darah tikus putih (Rattus novergicus) pre test dan post test adalah sebagai berikut : Tabel 8. Selisih Peningkatan Kadar SGOT Tikus Putih (Rattus novergicus) Sesudah Perlakuan dan Sebelum Perlakuan Kelompok Rerata Peningkatan SGOT ± SD (U/L) P1 0,67 ± 0,43 P2 24,76 ± 0,68 P3 16,70 ± 1,51 P4 2,71 ± 0,73 P5-0,29 ± 0,94 Nilai p (Kruskal- Wallis Test) 0,00 Tabel 8 menunjukkan selisih peningkatan kadar SGOT pre test dan post test. Kelompok yang mengalami peningkatan kadar SGOT tertinggi yaitu kelompok P2 yang hanya diberi induksi asap rokok tanpa diberi ekstrak kulit jeruk manis (Citrus sinensis). Kelompok P3 (diberi asap rokok dan ekstrak kulit jeruk manis dengan dosis 37,5 mg/kgbb) mengalami peningkatan rata rata kadar SGOT tertinggi dari semua kelompok perlakuan dengan nilai 16,70 U/L, sedangkan kelompok P5 (diberi induksi asap rokok dan ekstrak kulit jeruk manis dengan dosis 112,5 mg/kgbb) mengalami peningkatan rata rata kadar SGOT terendah dari semua kelompok perlakuan dengan nilai -0,29. Perbedaan bermakna terdapat pada semua kelompok percobaan karena didapatkan nilai p = 0,00 (p < 0,05).

7 39 Tabel 9. Selisih Peningkatan Kadar SGPT Tikus Putih (Rattus novergicus)pre test dan Post test Kelompok Rerata Peningkatan SGPT ± SD (U/L) P1 0,19 ± 0,55 P2 20,19 ± 0,88 P3 10,68 ± 0,59 P4 7,28 ± 0,97 P5 2,13 ± 1,00 Nilai p (Kruskal- Wallis Test) 0,00 Tabel 9 menunjukkan selisih peningkatan kadar SGPT pre test dan post test. Kelompok yang mengalami peningkatan kadar SGPT tertinggi yaitu kelompok P2 yang hanya diberi induksi asap rokok tanpa diberi ekstrak kulit jeruk manis (Citrus sinensis). Kelompok P3 (diberi asap rokok dan ekstrak kulit jeruk manis dengan dosis 37,5 mg/kgbb) mengalami peningkatan rata rata kadar SGOT tertinggi dari semua kelompok perlakuan dengan nilai 10,68 U/L, sedangkan kelompok P5 (diberi induksi asap rokok dan ekstrak kulit jeruk manis dengan dosis 112,5 mg/kgbb) mengalami peningkatan rata rata kadar SGOT terendah dari semua kelompok perlakuan dengan nilai 2,13 U/L. Perbedaan bermakna terdapat pada semua kelompok percobaan karena didapatkan nilai p = 0,00 (p < 0,05). 4. Uji Kadar SGOT dan SGPT Antar Kelompok Perlakuan Post test Data berdistribusi tidak normal sehingga untuk menguji kadar SGOT dan SGPT antar kelompok perlakuan pada post test menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil uji kadar SGOT dan SGPT antar kelompok perlakuan adalah sebagai berikut :

8 40 Tabel 10. Hasil Uji Kadar SGOT Antar Kelompok Perlakuan Post test Kelompok (SGOT) Nilai P (Mann-Whitney test) P1 P2 0,006 P3 0,007 P4 0,007 P5 0,066 P2 P3 0,008 P4 0,008 P5 0,008 P3 P4 0,008 P5 0,008 P4 P5 0,009 Tabel 10 menunjukkan kadar SGOT kelompok P1 dibandingkan dengan kelompok P5 menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan nilai p>0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok tersebut. Kelompok yang lain diuji menggunakan uji yang sama yaitu uji Mann-Whitney dan didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok yang diuji. Tabel 11. Hasil Uji Kadar SGPT Antar Kelompok Perlakukan Post test Kelompok (SGPT) Nilai P (Mann-Whitney test) P1 P2 0,009 P3 0,008 P4 0,009 P5 0,020 P2 P3 0,008 P4 0,009 P5 0,009 P3 P4 0,008 P5 0,008 P4 P5 0,009

9 41 Tabel 11 menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna kadar SGPT pada setiap kelompok yang diuji menggunakan uji Mann-Whitney (p<0,05). B. Pembahasan Distribusi data SGOT dan SGPT pada penelitian kali ini tidak normal, sehingga untuk menguji data antar kelompok serta data pre test dan post test SGOT serta SGPT digunakan Wilcoxon test dan Mann-Whitney test. Aktivitas enzimatik SGOT dan SGPT serta ALP dipelajari untuk mengevaluasi adanya gangguan di hepar. Level enzim hepar biasanya akan meningkat pada hepatoksisitas akut, namun cenderung menurun pada intoksikasi berkepanjangan karena ada kerusakan pada hepar (obi; et al, 2004 cit.imafidon et al, 2012). Sehingga untuk mengetahui efek hepatoprotektif dari ekstrak kulit jeruk manis (Citrus sinensis) dengan menguji kadar SGOT dan SGPT dalam plasma darah hewan uji. Hasil pada tabel 6 dan tabel 7 menunjukkan bahwa kadar SGOT dan SGPT pre test dan post test pada kelompok P2 mengalami peningkatan yang hanya diberi perlakuan berupa induksi asap rokok saja setelah di analisis datanya menggunakan Wilcoxon test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, dengan nilai p = 0,042 pada SGOT dan p = 0,042 pada SGPT. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Omotoso et al. pada tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatan kadar SGOT dan SGPT pada tikus Wistar yang diinduksi dengan asap kapas dan dengan asap rokok, dan pada tikus yang diinduksi asap rokok (kelompok C) terjadi peningkatan yang lebih tinggi

10 42 dibandingkan dengan tikus yang diinduksi asap kapas (kelompok B). Asap rokok meningkatkan kadar beberapa enzim hepar seperti SGOT, SGPT dan ALP yang mampu mampu merangsang perubahan dalam sifat permeabilitas membran hepar (Padmavathi et al., 2009 cit. Omotoso et al., 2012). Aktivitas antioksidan dari glutathione berkurang ketika terpapar asap rokok sehingga menyebabkan kerusakan hepatotoksik yang lebih banyak pada jaringan hepar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hewan uji yang diinduksi dengan asap kapas aktivitas enzimnya lebih rendah sehingga tingkat stress oksidatif disebabkan oleh komponen asap rokok yang lain, terutama nikotin, serta juga disebabkan oleh karbon monoksida yang merupakan konstituen dari asap rokok (Omotoso et al, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Alsalhen (2014) yang berjudul Effect of cigarette smoking on liver functions: a comparative study conducted among smokers and non-smokers male in El-beida City, Libya juga menunjukkan hasil bahwa terdapat kenaikan SGOT dan SGPT pada perokok berat dibandingkan dengan kadar SGOT dan SGPT pada kelompok kontrol (p<0,05). Asap rokok menyebabkan lipid peroksidasi yang merusak membran sel pada hepar. Kerusakan sel hepar akan meningkatkan kadar aminotransferase sehingga terjadi peningkatan kadar SGOT dan SGPT (Rochling, 2001 ; Alsalhen dan Abdalsalam, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Kumar (2015) yang berjudul Evaluation of lipid parameters, Liver Function Test, CRP and MDA (as a marker of lipid peroxidation) in chronic cigarette smokers juga menunjukkan bahwa

11 43 merokok dapat meningkatkan kadar SGOT dan SGPT Penurunan plasma protein pada perokok bisa juga merupakan efek buruk dari senyawa berbahaya rokok pada sel sel hati. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada plasma SGPT, SGOT dan ALP seperti dalam studi ini (Alsalhen et al, 2014). Penurunan protein dalam darah disebabkan karena hilangnya protein oleh pengurangan sintesis protein atau peningkatan aktivitas proteolytic yang disebabkan oleh paparan asap rokok atau melalui pelepasan radikal bebas oksidatif seluler kadar tinggi dapat berdampak terjadinya peningkatan aktivitas proteolytic (Tetley, 2006 cit. Alsalhen et al, 2014). Tanaman jenis Citrus diketahui merupakan sumber flavonoid yang baik. Beberapa jenis flavonoid penting yang bisa diisolasi dari buah tanaman Citrus antara lain naringin, naringenin, nobelitin, narirutin dan hesperidin. Jenis jenis flavonoid tersebut diketahui mempunyai efek antioksidan serta anti inflamasi yang kuat (Tripoli et al, 2007 cit. Alam et al, 2014). Sebagai : 1. Antioksidan dan anti inflamasi Efek 2. Hipoglemik dan anti diabetes 3.Kardioprotektif dan anti hipertensi Efek 4. Hipolipidemik dan hepatoprotektif 5. Mencegah obesitas Regulator energi AMPK PPARs PCG-1α Petanda inflamasi TNF-α IL-6 MCP-1 NF K -B

12 44 Tabel 10 dan tabel 11 menunjukkan kadar SGOT dan SGPT kelompok P2 paling tinggi dibandingkan dengan kelompok yang lain (p<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mostafa pada tahun Penelitian tersebut dilakukan pada tikus yang diinduksi paracetamol dan diberikan ekstrak, yaitu ekstrak kulit jeruk manis, kulit jeruk lemon dan kulit jeruk mandarin, menunjukkan hasil bahwa ekstrak kulit jeruk dapat berfungsi sebagai anti-hepato-nephrotoxic melawan kerusakan pada hepar dan ginjal. Efek hepatoprotektif tersebut disebabkan oleh adanya phyto-constituents seperti senyawa phenolic terutama karakteristik flavanone glycosides yang kebanyakan termasuk naringin, hesperidin, narirutin, dan neohesperidin (Mostafa et al, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Pantsulaia et al pada tahun 2014 juga membuktikan bahwa pemberian ekstrak kulit jeruk dapat memberikan efek protektif pada hepar yang diinduksi Concanavalin A. Nikotin yang terkandung dalam rokok menghambat proliferasi dan diferensiasi, serta menekan sel yang membentuk antibodi. Merokok mempengaruhi cell-mediated maupun respon imun humoral dan merangsang apoptosis sel limfosit serta menginduksi elevasi CD8 + T-cytotoxiclymphocytes, menurunkan sel CD4 +, aktivitas sel NK terganggu dan meningkatkan produksi sitokin pro-inflammatory (IL-1, IL-6, TNF-α) yang dapat menyebabkan kerusakan hepar. Ekstrak kulit jeruk yang diberikan bekerja dengan cara menurunkan kadar sitokin, baik TNF-α maupun IFN-γ, serta meningkatkan kadar IL-10 dan menunjukkan efek hepatoprotektif yang berujung pada

13 45 penghambatan produksi TNF-α dan IFN-γ (El-Zayadi, 2006; Pantsulaia, 2014). Tabel 8 dan tabel 9 menunjukkan bahwa dosis yang paling efektif bekerja sebagai hepatoprotektif adalah pada pemberian ekstrak kulit jeruk manis (Citrus sinensis) dengan dosis 112,5 mg/kgbb, karena didapatkan selisih peningkatan kadar SGOT sebesar 0,29 dan untuk kadar SGPT sebesar 2,13 (p = 0,0). Penelitian pantsulaia et al., 2014 digunakan dua dosis ekstrak kulit jeruk yaitu 75 mg/kg dan 150 mg/kg, kemudian setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil bahwa dosis ekstrak kulit jeruk yang mempunyai efek protektif terhadap hepar adalah pada dosis 75 mg/kg. Dijelaskan bahwa pada dosis ekstrak kulit jeruk 150 mg/kg tidak didapatkan adanya penghambatan peningkatan SGOT dan SGPT dikarenakan munculnya efek samping atau efek toksik pada dosis tersebut. Penelitian yang dilakukan Mostafa et al., 2015 menggunakan dosis 50 mg/kgbb dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak kulit jeruk terlebih dahulu sebelum diberi paracetamol hasilnya signifikan mengurangi peningkatan kadar SGOT dan SGPT dibandingkan kelompok yang hanya diberi paracetamol. Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al pada tahun 2013 menunjukkan bahwa pemberian air ekstrak kulit jeruk manis pada dosis 10 serta 100 mg/kgbb selama 28 hari menunjukkan efek protektif yang signifikan dengan menurunkan kadar SGOT dan SGPT serta memperbaiki gambaran histologi hepar tikus. Hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa

14 46 kadar hepatic glutathione rendah pada tikus yang di beri CCl 4 yang berperan sebagai hepatotoksik, dan dengan pemberian air ekstrak kulit jeruk manis dapat menormalkan kadar glutathione yang sebelumnya turun karena injeksi CCl 4. Beberapa studi menunjukkan bahwa kadar glutathione pada sel meningkat dengan adanya senyawa phenolic alami (Yu et al., 2007 cit. Chen et al., 2013). Pada penelitian kali ini didapatkan bahwa tikus yang diinduksi asap rokok kadar SGOT dan SGPT nya lebih tinggi daripada tikus yang tidak diinduksi asap rokok, kemudian pada kelompok yang diberi perlakuan berupa induksi asap rokok dan pemberian ekstrak kulit jeruk manis (Citrus sinensis) kadar SGOT dan SGPT nya lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberi induksi asap rokok saja. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit jeruk manis(citrus sinensis) berpengaruh terhadap kadar SGOT dan SGPT pada tikus yang diinduksi asap rokok.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pretest dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok saat ini menjadi masalah yang terus - menerus dibicarakan di berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health Organization (2012), Indonesia menduduki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit seperti kanker paru dan tumor ganas lainnya, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan kardiovaskular.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dengan nomor 19/Ka.Kom.Et/70/KE/III/2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan sehingga menjadi masalah kesehatan dunia. 1 Menurut data dari WHO melalui Global Tobaco Epidemic tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian mengenai efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus Diabetes Melitus yang

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi BAB 5 PEMBAHASAN Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi kadar SGOT dan SGPT yang diukur dengan metode fotometri dan dinyatakan dalam satuan U/l. Sebelumnya akan disampaikan

Lebih terperinci

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) OLEH : S. A n d h i J u s u p, d r, M. K e s S e t y o S r i R a h a r j o, d r. M K e s F A K U L T A S K E D O K T E R A

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dari bulan September Nopember 2010 di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Terpadu-Layanan Penelitian Pra Klinik Pengembangan Hewan Percobaan (LPPT-LP4HP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki iklim tropis dan merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi penyakit yang ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tembakau merupakan salah satu komuditas perkebunan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tembakau merupakan salah satu komuditas perkebunan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komuditas perkebunan dan perdagangan yang penting di Indonesia. Produk utama yang diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok. Industri

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit Jumlah total leukosit sebelum diberikan perlakuan pada kelompok kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey pada tahun 2007 menyatakan terjadi peningkatan konsumsi MSG, di negara-negara Eropa, rata-rata 0,3-0,5 g/hari sedangkan di Asia dapat mencapai 1,2-1,7 g/hari.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar BAB V HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk menganalisis efektivitas ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar sitokin IFN- γ pada penderita

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Deskripsi subjek penelitian Subjek penelitian adalah tikus putih galur Wistar (Rattus Norvegicus) jantan usia sekitar 3 bulan dengan berat badan 120-220 gram.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian tentang perbedaan kadar SGOT-SGPT sebelum dan sesudah pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru) Ngadinegaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu. program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu. program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahan

Lebih terperinci

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN MADU PERSONDE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI METANOL

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN MADU PERSONDE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI METANOL PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN MADU PERSONDE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI METANOL SKRIPSI Oleh Derry Herdhimas NIM 102010101025 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNII) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR, KADAR SGOT DAN SGPT DARAH MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI PARACETAMOL LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Seseorang yang telah lama merokok mempunyai prevalensi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Radikal bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Radikal bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malondialdehid (MDA) adalah salah satu marker radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan oksidatif. 1 Malondialdehid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superoxide Dismutase (SOD) adalah enzim pertama dalam mekanisme pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide Dismutase tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian paparan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada mencit galur DDY selama 90 hari adalah sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian parasetamol sangat luas di dunia kedokteran karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian parasetamol sangat luas di dunia kedokteran karena merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian parasetamol sangat luas di dunia kedokteran karena merupakan salah satu analgesik-antipiretik yang efektif dan obat bebas yang mudah didapat dimana saja baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai proteksi kerusakan sel-sel ginjal. Bawang putih diperoleh dari Superindo dan diekstraksi di Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia masalah penyakit hepar masih menjadi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 1999). Kerusakan sel hepar dan fungsi hepar disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, perilaku merokok terus meningkat dan telah menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200 62 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil uji pendahuluan Uji pendahuluan pada penelitian ini ada 2 macam, meliputi penentuan waktu yang diperlukan untuk hewan uji mencapai DM setelah diinduksi STZ ip dosis 40 mg/kgbb,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. 1 Aktivitas fisik dapat memberi pengaruh positif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama bulan November 2012 di LPPT UGM

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama bulan November 2012 di LPPT UGM BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan selama bulan November 2012 di LPPT UGM Yogyakarta. Sampel penelitian pada awal penelitian berjumlah 30 ekor tikus Sprague dawley, dan pada akhir penelitian berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6

Lebih terperinci

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK SKRIPSI Oleh Tita Swastiana Adi NIM 102010101098 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN Apium graviolens TERHADAP PERUBAHAN SGOT/SGPT TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR KARBON TETRAKLORIDA

PENGARUH EKSTRAK DAUN Apium graviolens TERHADAP PERUBAHAN SGOT/SGPT TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR KARBON TETRAKLORIDA PENGARUH EKSTRAK DAUN Apium graviolens TERHADAP PERUBAHAN SGOT/SGPT TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR KARBON TETRAKLORIDA ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah China, USA dan Rusia. Jumlah batang rokok yang dikonsumsi di Indonesia terutama rokok kretek

Lebih terperinci

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes. ABSTRAK EFEK SAMPING JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR SGPT (SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE) TIKUS JANTAN GALUR Wistar Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN BAB IV HASIL DAN PEMBASAN 4.1 Pengaruh Infusa Daun Murbei (Morus albal.) Terhadap Jumlah sel pyramid Hipokampus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Diabetes Melitus Kronis yang Diinduksi Aloksan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di zaman yang modern sekarang ini radikal bebas tersebar di mana mana,

I. PENDAHULUAN. Di zaman yang modern sekarang ini radikal bebas tersebar di mana mana, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang modern sekarang ini radikal bebas tersebar di mana mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak, pembakaran bahan bakar pada mesin dan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deksametason merupakan salah satu obat golongan glukokortikoid sintetik

BAB I PENDAHULUAN. Deksametason merupakan salah satu obat golongan glukokortikoid sintetik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deksametason merupakan salah satu obat golongan glukokortikoid sintetik dengan kerja lama. Deksametason (16 alpha methyl, 9 alpha fluoro-prednisolone) dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA), BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan tikus jantan strain Sprague dawley dengan berat badan > 150 gram dan umur 2 bulan. Sebanyak 30 tikus diadaptasi selama 3 hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Paru merupakan suatu organ respiratorik yang memiliki area permukaan alveolus seluas 40 m 2 untuk pertukaran udara antara O 2 dengan CO 2. 1 Kelainan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini

BAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut hati (Marchantia polymorpha L.) merupakan tumbuhan yang tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini masih sangat kurang. Kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini masyarakat tertarik pada usaha untuk mengobati diri sendiri ketika merasa mengalami keluhan kesehatan yang bersifat ringan. Dalam kurun waktu tahun 2000 hingga

Lebih terperinci

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria sp.) PADA KERUSAKAN OKSIDATIF HEPAR MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DENGAN INDIKATOR KADAR SGPT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Telah dilakukan eksperimen penelitian efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Kolesterol dan Trigliseride pada tikus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula BAB V HASIL 5.1. Hasil 5.1.1 Ekstraksi Bawang putih (Allium sativum) Penelitian ini, menggunakan menggunakan 573gram Bawang putih basah (Allium sativum) yang kemudian dikeringkan, diperoleh 208 gram serbuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian dunia kedokteran terhadap oksidan semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh karena timbulnya kesadaran bahwa oksidan dapat menimbulkan kerusakan sel, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan the post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus novergicus) berkelamin jantan galur Sprague dawley

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus novergicus) berkelamin jantan galur Sprague dawley BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 26 hari menggunakan hewan uji tikus putih (Rattus novergicus) berkelamin jantan galur Sprague dawley sejumlah 30 ekor usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Drug Induced Liver Injury Tubuh manusia secara konstan dan terus menerus selalu menerima zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan ancaman besar bagi kesehatan di dunia (Emmons, 1999). Merokok memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan.

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan. ABSTRAK Penelitian yang bertujuan mengetahui kualitas spermatozoa tikus putih jantan dewasa (Rattus sp.) setelah diberikan paparan asap rokok dan ekstrak buah juwet (Syzygium cumini L.) telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani. mencegah kekambuhan, tetapi memerlukan waktu terapi yang lama.

BAB I PENDAHULUAN. Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani. mencegah kekambuhan, tetapi memerlukan waktu terapi yang lama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani berbagai macam gangguan psikosis, seperti bipolar, mania, gangguan waham, dan yang paling sering adalah skizofrenia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan sebagai ketidakmampuan terjadinya konsepsi spontan pada pasangan yang aktif secara seksual tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi sel. Sel hati

Lebih terperinci

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) pada struktur mikroanatomi hepar dan kadar glutamat piruvat transaminase (gpt) serum tikus putih (Rattus norvegicus L.) setelah pemberian karbon tetraklorida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium 49 BAB 5 PEMBAHASAN Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Biokimia Universitas Muhammdiyah Jogjakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes tipe 2 merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan menurunnya kerja insulin secara progresif (resistensi insulin), yang diikuti dengan ketidakmampuan

Lebih terperinci

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum Pengaruh FRAKSI HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) terhadap serum glutamate piruvat transaminase PADA TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Untuk menjawab tujuan dan membuktikan hipotesis, pada penelitian ini menggunakan 72 ekor hewan, dikelompokkan ke dalam 3 kelompok waktu perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health Organizaton (WHO) pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 4 juta orang, jumlah tersebut diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara berkembang seperti Indonesia masih disebabkan oleh penyakit infeksi. 1 Penyakit infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis dengan uji one way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test membuktikan bahwa adanya perbedaan pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan dan jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan sebagai

Lebih terperinci