BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis"

Transkripsi

1 7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis Audit Internal 1. Definisi dan Tujuan Audit Internal Definisi Audit Internal adalah Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. (Sawyer et al., 2005: 10) Internal Auditing adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organiasasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. (Tugiman, 2006:11) Internal audit adakah aktivitas penilaian secara independen dalam suatu organisasi untuk meninjau secara kritis tindakan pembukuan keuangan dan tindakan lain sebagai dasar untuk memberikan bantuan bersifat proteksi (melindungi) dan konstruktif bagi pimpinan perusahaan. (Tunggal, 2012:51) Tujuan Pengendalian Internal adalah Meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi; kesesuaian denganberbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan; perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. (Tugiman, 2006:44) 7

2 8 Definisi ini tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi tersebut juga memadukan persyaratan signifikan yang ada di standar dan menangkap lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan risiko, tata kelola, dan kontrol. Tujuan pelaksanaan audit intern adalah membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut, auditor internal akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup usaha mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar. 2. Aktivitas Audit Internal Sawyer et al (2005:27) menunjukkan bahwa meskipun audit internal yang modern memiliki cakupan yang luas, tetapi bentuk praktik audit saat ini terbagi atas tiga kategori dasar, yaitu : a. Keuangan, analisis aktivitas ekonomi sebuah entitas yang diukur dan dilaporkan menggunakan metode akuntansi; b. Ketaatan, penelaahan atas kontrol keuangan dan operasi serta transaksi untuk melihat kesesuaiannya dengan aturan, standar, regulasi, dan prosedur yang berlaku: c. Operasional, telaah komprehensif atas fungsi yang bervariasi dalam perusahaan untuk menilai efisiensi dan ekonomi operasi serta efektivitas fungsi-fungsi tersebut dalam mencapai tujuannya.

3 9 Menurut Romney dan Steinbart (2004:389), garis besar daripada tanggung jawab auditor internal adalah : a. Melakukan tinjauan atas keandalan dan integritas informasi operasional dan keuangan, serta bagaimana hal tersebut diidentifikasi, diukur, diklasifikasi, dan dilaporkan; b. Menetapkan apakah sistim telah didesain untuk sesuai dengan kebijakan operasional dan pelaporan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang berlaku; c. Melakukan tinjauan mengenai bagaimana aset dijaga dan memverifikasi keberadaan aset tersebut; d. Mempelajari sumber daya perusahaan untuk menetapkan seberapa efektif dan efisien mereka digunakan; e. Melakukan tinjauan atas operasional dan program perusahaan untuk menetapkan apakah mereka telah dilaksanakan sesuai rencana dan apakah mereka dapat memenuhi tujuan-tujuan mereka. 3. Sifat Audit Internal Romney dan Steinbart (2004:389) menyatakan bahwa audit adalah sebuah proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai pernyataan perihal tindakan dan transaksi bernilai ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasil-hasilnya pada pemakai yang berkepentingan.

4 10 Audit membutuhkan pendekatan langkah per langkah yang dibentuk dengan perencanaan teliti serta pemilihan dan pelaksanaan teknik yang tepat dengan hati-hati. Dalam membuat rekomendasi, auditor internal membuat kriteria-kriteria, seperti prinsip-prinsip manajemen dan pengendalian. 4. Cara Auditor Internal Melayani Kebutuhan Manajemen Menurut Agung (2014:9) Kontribusi auditor internal menjadi semakin penting seiring dengan berkembang dan makin kompleksnya sistem usaha dan peraturan. Sayangnya, beberapa manajer tidak menyadari manfaat yang menanti mereka. Kadang kala auditor sendiri tidak memberi pengetahuan ke manajemen tentang manfaat mereka. Beberapa peran auditor untuk membantu manajemen meliputi : a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak; b. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko; c. Memvalidasi laporan ke manajemen senior; d. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis; e. Membantu proses pengambilan keputusan; f. Menganalisis masa depan; g. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan, dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan kontrol.

5 11 5. Tahap-tahap Audit Internal Pada dasarnya, tahap-tahap pada audit internal tidak jauh berbeda dengan audit pada umumnya. Perbedaanya hanya terletak dari pada program audit itu sendiri yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya nanti. Tahap-tahap ini meliputi : a. Pendahuluan. Pada tahap ini, auditor internal melakukan survei sekaligus mempelajari beberapa hal dasar yang ada di dalam suatu organisasi atau fungsi yang merupakan rujukan dan pedoman bagi anggota organisasi maupun anggota fungsional. Beberapa hal dasar tersebut di antaranya struktur organisasi, kebijakan akuntansi, kebijakan operasional, pengendalian internal, file permanen, dan lain-lainnya. Prosedur audit yang digunakan biasanyaadalah observasi, inspeksi, wawancara; b. Pelaksanaan. Setelah memperoleh gambaran umum serta mengasumsikan beberapa hal yang berpotensi menjadi risiko dan masalah ketika dilaksanakannya audit, auditor internal kemudian melakukan pengujian atas asumsi yang didapatnya pada tahap pendahuluan. Hal ini sekaligus berupaya untuk mengembangkan hasil asumsi yang telah didokumentasikan pada tahap pendahuluan. Prosedur audit yang dilakukan adalah berupa verifikasi, prosedur analitis, konfirmasi, inspeksi, dan wawancara; c. Pelaporan. Pada tahap ini, auditor menyerahkan hasil audit nya kepada manajemen perihal temuan audit, risiko dan potensi jika temuan tersebut terjadi, serta rekomendasi untuk mengeliminasi atau meminimalisasinya;

6 12 d. Evaluasi. Sehubungan dengan diserahkannya hasil audit kepada manajemen, maka auditor internal tetap harus melakukan pengawalan dan pengawasan atas hasil auditnya tersebut terlepas manajemen menanggapi secara lisan maupun tertulis perihal laporan hasil audit yang diterimanya. Hal ini dilakukan mengingat salah satu prinsip yang mendasari bahwa audit akan lebih efektif jika dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan. Berkesinambungan di sini, termasuk di dalamnya adalah sebagai representasi dari tahap evaluasi itu sendiri Siklus Aktivitas Bisnis 1. Definisi dan Jenis Siklus Aktivitas Bisnis Romney dan Steinbart (2004:472) menunjukkan bahwa siklus aktivitas bisnis adalah sekelompok proses bisnis yang saling berhubungan di mana di dalamnya terdapat lima siklus aktivitas bisnis utama, yaitu pendapatan, pembelian dan pengendalian sediaan, produksi, personalia, dan keuangan. 2. Aktivitas Bisnis Siklus Pendapatan Siklus pendapatan merupakan rangkaian aktivitas bisnis berulang dan pemrosesan informasi terkait, yang berhubungan dengan menyediakan barang dan pelayanan ke pelanggan dan menagih uang pembayaran untuk penjualan tersebut Romney dan Steinbart (2004:472). Empat aktivitas dasar bisnis yang sering dilakukan pada siklus pendapatan yakni :

7 13 a. Penerimaan pesanan dari para pelanggan 1) Mengambil pesanan pelanggan; 2) Persetujuan kredit; 3) Memeriksa ketersediaan persediaan; 4) Menjawab permintaan pelanggan; b. Pengiriman Barang; 1) Ambil dan mengepak pesanan; 2) Kirim pesanan. c. Penagihan dan piutang usaha 1) Penagihan; 2) Pemeliharaan data piutang usaha; 3) Pengecualian (penyesuaian rekening dan penghapusan). d. Penagihan kas 1) Menangani kiriman uang pelanggan; 2) Menyimpannya ke bank. Menurut Romney dan Steinbart (2004:7), tahap-tahap aktivitas bisnis dasar dalam siklus pendapatan, yaitu : a. Entri Pesanan Penjualan Siklus pendapatan dimulai dari penerimaan pesanan dari para pelanggan. Departemen bagian pesanan penjualan, melakukan proses memasukkan pesanan penjualan. Dokumen yang dibuat dalam proses memasukkan pesanan penjualan (sales order). Proses memasukkan pesanan penjualan mencakup tiga tahap :

8 14 1) Mengambil pesanan untuk pelanggan; 2) Memeriksa dan menyetujui kredit dari pelanggan; 3) Serta memeriksa ketersediaan persediaan. b. Pengiriman 1) Pengambilan dan pengepakan barang Kartu pengambilan barang yang dicetak sesuai dengan entri pesanan penjualan akan memicu proses pengambilan dan pengepakan. 2) Pengiriman Pesanan Departemen pengiriman membandingkan perhitungan fisik persediaan dengan jumlah yang ditentukan dalam pesanan penjualanyang dikirim secara langsung ke bagian pengiriman dari entri pesanan penjualan. c. Penagihan dan piutang usaha 1) Dokumen dasar yang dibuat dalam proses penagihan adalah faktur penjualan yang memberitahukan pelanggan mengenai jumlah yang harus dibayar dan kemana harus mengirimkan pembayaran. 2) Pemeliharaan data piutang usaha Fungsi piutang usaha yaitu menggunakan informasi dalam faktur penjualan untuk mendebit rekening pelanggan dan mengkredit rekening tersebut ketika pembayaran diterima. d. Penagihan kas Langkah terakhir dari siklus pendapatan adalah menerima pembayaran. Yang melakukan aktivitas ini adalah kasir. Tujuan utama dari siklus pendapatan adalah untuk menyediakan produk yang tepat di tempat dan

9 15 waktu yang tepat dengan harga yang sesuai. Guna mencapai tujuan, manajemen harus membuat beberapa keputusan penting berikut ini : 1) Sejauh apakah produk dapat dan harus disesuaikan dengan tiap kebutuhan dan keinginan pelanggan; 2) Seberapa banyak sediaan yang harus dimiliki, dan di manakah sediaan tersebut ditempatkan; 3) Bagaimana seharusnya barang dagangan dikirim kepada para pelanggan? Haruskah perusahaan melakukan fungsi pengiriman sendiri atau menggunakan pihak ketiga yang mengkhususkan diri dalam pengiriman; 4) Berapakah harga optimum untuk setiap produk atau jasa; 5) Haruskah kredit ditawarkan kepada pelanggan; 6) Berapa banyak kredit yang seharusnya diberikan kepada tiap pelanggan; 7) Apa syarat-syarat kredit yang seharusnya diberikan; 8) Bagaimana pembayaran pelanggan diproses memaksimalkan arus kas. Sumber: Mulyadi (2008) Gambar 1 Siklus Pendapatan

10 16 Siklus pendapatan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun tunai, retur penjualan, pencadangan kerugian piutang, dan penghapusan piutang. Dalam transaksi penjualan kredit, jika pesanan dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggan yang bersangkutan. Transaksi penjualan kredit dilakukan melalui sistem penjualan kredit. Dalam transaksi penjualan tunai, barang diserahkan oleh fungsi pengiriman kepada pelanggan atau jasa baru diserahkan jika fungsi penerimaan kas setelah menerima uang dari pelanggan. Transaksi ini dilakukan melalui sistem penjualan tunai. Pendapatan perusahaan dapat berkurang karena barang yang dijual dikembalikan oleh pelanggan ke penjual dan pencadangan kerugian akibat tidak tertagihnya piutang usaha. Piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat berkurang karena debitur tidak mampu melunasi utangnya. Transaksi penghapusan piutang ini dilakukan melalui sistem penghapusan piutang (Mulyadi, 2008:36). 3. Risiko dan Pengendalian dalam Siklus Pendapatan Romney dan Steinbart (2004:30) menyatakan bahwa di dalam siklus pendapatan, sistem dan prosedur yang didesain dengan baik harus menyediakan pengendalian yang memadai untuk memastikan bahwa tujuantujuan berikut ini tercapai : a. Semua transaksi telah diotorisasi dengan benar; b. Semua transaksi yang dicatat adalah valid (benar-benar terjadi); c. Semua transaksi yang valid dan disahkan, telah dicatat;

11 17 d. Semua transaksi dicatat dengan akurat; e. Aset (kas, sediaan, dan data) dijaga dari kehilangan, ataupun pencurian; f. Aktivitas bisnis dilaksanakan secara efektif dan efisien. Mengenai risiko dan pengendalian yang ada dalam siklus pendapatan, akan dijelaskan ke dalam tabel berikut :

12 18 Tabel 1 Daftar Risiko pada Siklus Pendapatan Proses atau aktivitas Risiko Prosedur Pengendalian yang Dapat Diterapkan Entri pesanan Penjualn 1 Pesanan pelanggan yang 1 Pemeriksaan edit entri data tidak lengkap atau tidak akurat 2 Penjualan secara kredit 2 Persetujuan kredit oleh manajer ke pelanggan yang bagian kredit; bukan oleh fungsi memiliki catatan kredit penjualan; catatan yang akurat buruk atas saldo rekening pelanggan 3 Legitimasi pesanan 3 Tanda tangan di atas dokumen kertas; tanda tangan digital dan sertifikat digital untuk e- Business 4 Habisnya sediaan, biaya 4 Sistem pengendalian sediaan penggudangan, dan pengurangan harga Pengiriman 1 Kesalahan pengiriman, 1 Rekonsiliasi pesanan penjualan barang dagangan yang dengan kartu pengambilan dan salah, Jumlah yang slip pengepakan, pemindai kode salah, Alamat yang salah garis, pengendalian entri data Penagihan dan 1 Kegagalan untuk 1 Pemisahan fungsi pengiriman piutang usaha menagih pelanggan dan penagihan, pemberian nomor terlebih dahulu ke semua dokumen pengiriman dan rekonsiliasi faktur secara periodik, rekonsiliasi kartu pengambilan dan dokumen pengiriman dengan pesanan penjualan 2 Kesalahan dalam 2 Pengendalian edit entri data daftar penagihan harga 3 Kesalahan dalam 3 Rekonsiliasi buku pembantu memasukkan data ketika piutang usaha dengan buku memperbarui piutang besar, laporan bulanan ke usaha pelanggan Penagihan kas 1 Pencurian kas 1 Pemisahan fungsi, minimalisasi penanganan kas, kesepakatan lockbox, konfirmasikan pengesahan dan penyimpanan semua penerimaan, rekonsiliasi periodik laporan bank dengan catatan seseorang yang tidak terlibat dalam pemrosesan penerimaan kas Sumber: Romney dan Steinbart (2004)

13 Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) 1. Pengertian Audit Berbasis Risiko Audit berbasis risiko adalah metodologi pemeriksaan yang dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi. Menurut Tunggal (2012:215) audit berbasis risiko adalah audit yang difokuskan dan diprioritaskan pada risiko bisnis dan prosesnya serta pengendalian terhadap risiko yang dapat terjadi. Dalam konsep audit berbasis risiko, semakin tinggi risiko suatu area, maka harus semakin tinggi pula perhatian dalam audit area tersebut. Untuk mengidentifikasi suatu risiko bisnis, auditor harus memahami aspek pengendalian dari bisnis yang bersangkutan. Pemahaman terhadap proses bisnis termasuk memahami risiko dan pengendalian dari sistem dalam mencapai sasaran atau tujuan organisasi. 2. Tujuan Pelaksanaan Audit Berbasis Risiko Tujuan secara umum adalah dalam rangka ; a. Mengurangi risiko, Dari audit risiko yang dilakukan dapat diungkapkan transaksi, produk sertaaktivitas perusahaan yang berisiko tinggi. Area yang berisiko tinggi tersebut dapat dilihat apa yang menjadi penyebabnya. Sebab risiko tinggi bisa terdapat pada proses, orang, sistem atau sebab dari luar. Dengan mengetahui penyebab suatu area berisiko tinggi, manajemen dapat mengurangi risiko dengan meniadakan atau mengurangi risiko tersebut.

14 20 b. Mengantisipasi risiko potensial yang dapat merugikan operasi perusahaan, Audit berbasis risiko juga mengungkapkan area mana yang berpotensi mempunyai risiko tinggi, yang mungkin belum disadari oleh auditee yang bersangkutan c. Melindungi perusahaan dari kejadian tak terduga yang diantisipasi sebelum kejadian tersebut benar-benar terjadi. Suatu kejadian yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan dapat terjadi secara mendadak dan perusahaan tidak siap menghadapinya. Akibat yang ditimbulkan mempunyai pengaruh yang besar pada perusahaan. Sebaliknya, apabila kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang merugikan perusahaan telah diperhitungkan sebelum terjadi, dampak yang ditimbulkan sudah diperkirakan dan pengaruh negatifnya dapat diminimalisasi. Penerapan audit berbasis risiko, lebih memungkinkan perusahaan bersiap menghadapi risiko sekaligus antisipasi melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang akan dialami (Tunggal, 2012: ) Perbedaan pendekatan audit berpeduli risiko dengan pendekatan audit konvensional adalah pada metodologi yang digunakan dimana auditor mengurangi perhatian pada pengujian transaksi individual dan lebih berfokus pada pengujian atas sistem dan proses bagaimana manajemen mengatasi hambatan pencapaian tujuan, serta berusaha untuk membantu manajemen mengatasi (mengalihkan) hambatan yang dikarenakan faktor risiko dalam pengambilan keputusan.

15 21 Menurut Tuanakotta (2013:198) menunjukkan bahwa dalam audit berbasis risiko, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai pedoman dalam melakukan audit ini. Aspek-aspek yang perlu dipahami auditor dalam melakukan pendekatan berbasis risiko adalah sebagai berikut: a. Kecukupan pengendalian, yang meliputi pemisahan fungsi, otorisasi dan sistem pencatatan, sumber daya manusia yang kompeten, praktik yang sehat (observasi, verifikasi, penomoran dokumen dan laporan, pengarsipan dokumen-dokumen perusahaan, sistem rotasi pegawai yang berada pada satu siklus aktivitas bisnis, dan pengadaan cuti); b. Kepatuhan terhadap sistem dan prosedur; c. Sasaran daripada audit itu sendiri. Selain itu, auditor juga harus dituntut untuk memiliki karakter atau hal dasar selama pemeriksaan dengan berpegang pada beberapa hal, meliputi : a. Professional judgement, yaitu sikap dasar yang diperlukan oleh seorangauditor dalam menanggapi temuan dan potensi risiko yang ada selama pemeriksaan. Bentuk daripada pertimbangannya berupa modifikasi prosedur audit, penambahan atau pengurangan bukti audit, perluasan lingkup audit, penentuan materialitas temuan audit. Professional judgement muncul ketika seorang auditor, di antaranya sudah mempunyai jam terbang yang cukup tinggi dan telah memahami seluk beluk objek dan sasaran audit beserta permasalahannya;

16 22 b. Skeptisisme profesional, yaitu ketidakmudahan untuk mempercayai apa yang telah ditemukan, meliputi bukti audit, informasi dari stakeholders, kepatuhan para personil terhadap sistem dan prosedur. Skeptisisme professional berbeda dengan kecurigaan. Perbedaan yang mendasar di antara dua sikap di atas adalah ada atau tidaknya landasan yang menyertai, di antaranya karakter, kejadian, motif dari sesuatu yang diamati dan terjadi sebelum atau bersamaan dengan objek audit yang sedang diperika; c. Principle based, yang merupakan pilihan lain selain penggunaan rules based.konsep dasar daripada principle based ini adalah fleksibilitas dalam menanggapi temuan audit yang ada, di samping mempertimbangkan konsep rules based. Di samping itu, konsep dasar principle based juga berguna dalammengenmbangkan standar, prosedur baku yang telah ditetapkan dalam pedoman audit yang merupakan wujud dari konsep rules based. 3. Konsep Audit Berbasis Risiko Konsep audit berbasis risiko secara tradisional bermula dari observasi dan analisis kontrol, kemudian berlanjut ke penentuan risiko yang berkaitan dengan operasi, dan akhirnya ke penentuan apakah aktivitas ini sesuai dengan tujuan-tujuan organisasi. Beberapa ahli menyatakan bahwa pendekatan ini tidak tepat karena adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan terlebih dahulu, tujuan merupakan dasar operasi dan tidak selalu berbentuk nyata, bisa bersifat fleksibel dan berorientasi ke masa depan. Para ahli tersebut merekomendasikan sebuah pendekatan yang mempertimbangkan terlebih

17 23 dahulu tujuan organisasi yang ditetapkan dan kemudian menentukan risiko melalui identifikasi, pengukuran, dan penempatan prioritas, dan akhirnya melakukan manajemen risiko dengan cara mengendalikan dan menerima risiko, menghindari atau mendiversifikasi risiko, atau membagi dan mentransfer bagian-bagian risiko ke unit-unit lainnya (Sawyer et al,2005:114). Sawyer et al (2005:114) juga menyatakan bahwa konsep manajemen risiko ini telah semakin diterima karena risiko tidak dapat dihindarkan di semua jenis operasi dan adanya kebutuhan untuk mengakomodasikannya melalui berbagai pilihan aktivitas. Pilihan-pilihan tersebut mencakup : a. Kontrol aktivitas organisasional untuk mengurangi elemen-elemen risiko baik dari segi besaran maupun jumlah; b. Penerimaan risiko dengan memperbolehkan risiko kehati-hatian yang diperlukan untuk kemajuan dan keuntungan; c. Penghindaran risiko yang melibatkan perancangan ulang proses bisnis untuk mengubah pola risiko; d. Pendiversifikasian risiko dengan menyebarkan total risiko ke operasioperasi yang terpisah. Contohnya adalah menggunakan berbagai pemasok untuk bahan baku yang penting; e. Pembagian dan pemindahan risiko dengan melibatkan perjanjian kontraktual dengan pihak ketiga untuk menerima sebagian atau semua risiko. Contohnya adalah asuransi.

18 24 Menurut Tuanakotta (2013: ), beberapa manfaat dari suatu auditberbasis risiko adalah sebagai berikut: a. Fleksibilitas waktu. Karena prosedur penilaian risiko tidak menguji transaksi dan saldo secara rinci, prosedur itu dapat dilaksanakan jauh sebelum akhir tahun (dengan asumsi, tidak ada perubahan operasional yang besar). Ini dapat menyeimbangkan beban kerja audit secara merata sepanjang tahun; b. Upaya tim audit terfokus pada area kunci. Dengan memahami di mana risiko salah saji material bisa terjadi dalam laporan keuangan, auditor dapat mengarahkan tin audit ke hal-hal berisiko tinggi dan mengurangi pekerjaan pada hal-hal yang berisiko rendah. Dengan demikian sumber daya atau staf audit dimanfaatkan sebaik-baiknya; c. Prosedur audit terfokus pada risiko. Prosedur audit selanjutnya dirancang untuk menanggapi risiko yang dinilai. Oleh karena itu, uji rincian yang hanya menanggapi risiko secara umum, akan dapat dikurangi secara signifikan atau bahkan sama sekali dihilangkan; d. Pemahaman atas pengendalian internal. Pemahaman terhadap pengendalian internal yang tepat, untuk menguji atau tidak menguji efektifnya pengendalian internal. Uji pengendalian sering mengurangi banyak pekerjaan, dibandingkan dengan pelaksanaan uji rincian secara ekstensif;

19 25 e. Komunikasi tepat waktu. Pemahaman terhadap pengendalian internal yang meningkat memungkinkan auditor mengidentifikasi kelemahan dalam pengendalian internal, yang sebelumnya tidak diketahui. 4. Pendekatan dan Tahapan Audit Berbasis Risiko Menurut Romney dan Steinbart (2004:394) terdapat empat tahap untuk evaluasi pengendalian internal, yang disebut juga pendekatan audit berbasis risiko,yaitu : a. Tentukan ancaman-ancaman (kesalahan dan ketidakberaturan) yang dihadapi sistem informasi akuntansi; b. Identifikasi prosedur pengendalian yang diimplementasikan untuk meminimalkan setiap ancaman dengan mencegah atau mendeteksi kesalahan dan ketidakberaturan; c. Evaluasi prosedur pengendalian. Meninjau dokumentasi sistem dan wawancara dengan personil yang tepat untuk menetapkan prosedur yangdibutuhkan ada atau tidak, disebut pula sebagai tinjauan sistem. Kemudian, uji pengendalian dilaksanakan untuk menetapkan apakah prosedur-prosedur tersebut telah diikuti dengan baik. Uji ini terdiri dari berbagai kegiatan seperti mengamati operasional sistem, memeriksa dokumen, catatan, dan laporan; memeriksa beberapa sampel input dan output sistem; serta menelusuri transaksi di sepanjang sistem; d. Evaluasi kelemahan (kesalahan dan ketidakberaturan yang tidak terungkap oleh prosedur pengendalian) untuk menetapkan pengaruhnya atas sifat atau keluasan prosedur audit dan saran pada klien. Langkah ini berfokus

20 26 pada risiko pengendalian dan apakah sistem pengendalian secara keseluruhan menangani hal-hal tersebut atau tidak. Apabila kekurangan pengendalian teridentifikasi, auditor menanyakan tentang pengendalian pengimbang atau prosedur-prosedur yang mengimbangi kekurangan tersebut. Kelemahan pengendalian di sebuah area mungkin dapat diterima apabila kelemahan tersebut diimbangi dengan kelebihan pengendalian di area lainnya. Hanafi (2009:10) menyatakan bahwa adapun tahapan dalam audit berbasis risiko tersebut adalah : a. Pendahuluan Pada tahap ini, auditor melakukan beberapa tahapan kerja di antaranya : 1) Menyusun tujuan audit, objek audit, dan sasaran audit. Tujuan audit menjadi pedoman dalam melakukan pekerjaan lapangan dan juga dengan prosedur audit yang akan digunakan; 2) Melakukan survei atas sistem dan prosedur beserta pengendalian intern yang berlaku; 3) Melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dan bertanggungjawab terkait dengan objek dan sasaran audit yang telah ditetapkan. b. Pelaksanaan Identifikasi dilakukan guna mempelajari kemungkinan-kemungkinan risiko yang dapat terjadi dengan melihat pengendalian internal dan faktor risiko.beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko

21 27 adalah metode laporan keuangan, analisis flow chart dan operasional perusahaan, analisis kontrak, dan wawancara kepada pemangku kepentingan (stakeholders), terutama yang berkaitan dengan manajemen risiko. Setelah melakukan tahap identifikasi risiko, maka tahap selanjutnya adalah membuat program audit di mana pada tahap ini auditor mempersiapkan prosedur-prosedur audit yang spesifik untuk audit yang akan dilakukan dan dilanjutkan dengan tahap pekerjaan lapangan (field work). Hasil daripada tahap pekerjaan lapangan ini akan didokumentasikan ke dalam laporan hasil audit yang isinya berupa temuan audit, kriteria atau standar prosedur yang seharusnya, dampak yang ditimbulkan, serta rekomendasi atas temuan tersebut guna meminimalisasi risiko serta dampak yang akan ditimbulkannya. Setelah identifikasi risiko dilakukan, auditor mengadakan pengukuran risiko (sesuai dengan program audit yang telah dirancang sebelumnya) yang pada dasarnya menganalisis seberapa besar kemungkinan terjadinya (likelihood) risiko tersebut dan besarnya dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut terjadi. Kemungkinan terjadinya risiko dipengaruhi oleh kecukupan pengendalian internal dan ada atau tidaknya kepatuhan terhadap sistem dan prosedur, terutama yang berkaitan dengan management override. Teknik-teknik dalam mengukur risiko sebetulnya bervariasi tergantung jenis risikonya. Teknik yang sebagian besar digunakan dan paling lazim digunakan adalah matriks frekuensi dan signifikansi (Hanafi, 2009: 57).

22 28 c. Pelaporan Setelah melakukan tahap field work dan mendokumentasikannya, maka temuan-temuan dan hasil pengujian-pengujian terhadap risiko-risiko yang telah dilakukan pada tahap pelaksanaan, dikomunikasikan kepada manajemen. Dari hasil komunikasi dengan manajemen tersebut, auditor berharap adanya evaluasi secara berkala berupa pengelolaan risiko sebagai syarat untuk melengkapi prinsip audit yang efekfif, yaitu komprehensif dan berkesinambungan. Sebagai wujud dari hasil komunikasi dengan manajemen akan melahirkan pilihan dalam menanggapi risiko yang terjadi, yaitu menghindari risiko, menahan atau menerima risiko, mendiversifikasikan risiko, melakukan transfer risiko, dan mengendalikan risiko (Hanafi,2009: 12). Penjelasan pemahaman diatas hal tersebut memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan rekoendasi pada pihak manajemen mengenai bagaimana system pengendalian pada system informasi akuntansi harus ditingkatkan. Setelah tahap pengukuran risiko dilakukan, kemudian auditor internal melakukan mapping (pemetaan) berdasarkan hasil penilaian risiko ke dalam kategori yang dikehendaki oleh auditor internal yang bisa berupa kategori rendah, sedang, dan tinggi. Pemasangan kategori tersebut dipengaruhi oleh professional judgement, corporate life cycle, skeptisisme, dan principle based.beberapa risiko yang menempati posisi rawan, akan dijadikan CriticalProblem Area. Dan risiko-risiko yang masuk ke dalam kategori Critical Problem Area tersebut menjadi prioritas dalam pengelolaan risiko nantinya.

23 29 5. Jenis Risiko Tuanakotta (2013: 312) menyatakan ada dua klasifikasi utama mengenai risiko, yakni risiko bisnis (business risk) dan risiko kecurangan (fraud risk). Dalam kedua risiko ada kemungkinan salah saji yang material. Perbedaannya ialah, risiko kecurangan mengandung unsur kesengajaan. Untuk tujuan pembahasan, kerentanan terhadap risiko (risk exposure) dikelompokkan menjadi risiko rendah (low risk), risiko sedang (moderate risk), dan risiko tinggi (high risk). Berikut adalah jenis risiko yang dibagi menjadi dua, yaitu: a. Risiko Bisinis Istilah risiko bisnis, tidak merupakan sekedar risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Risiko bisnis berasal dari kondisi, peristiwa, situasi, tindakan, bahkan tidak mengambil tindakan (inactions) yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan perusahaan mencapai tujuannya dalam melaksanakan strateginya. Termasuk di dalamnya, penetapan tujuan dan strategi yang tidak tepat. Risiko bisnis juga meliputi peristiwa yang timbul akibat perubahan, kompleksitas, atau gagal melihat kebutuhan untuk berubah. b. Risiko Kecurangan Risiko kecurangan berhubungan dengan peristiwa atau kondisi yang berindikasi adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau adanya peluang untuk melakukan kecurangan.

24 30 Tuanakotta (2013: 320) menyatakan segitiga kecurangan atau fraud triangle menjelaskan tiga kondisi yang dapat memberi petunjuk mengenai adanya kecurangan, yakni: a. Tekanan (pressure) Ini sering didorong oleh kebutuhan yang (sangat) mendesak, termasuk kebutuhan untuk sejajar dengan tetangganya atau rekan sekerja di perusahaan atau kantor. b. Peluang (opportunity) Peluang ini berhubungan dengan budaya korporasi dan pengendalian internal yang tidak mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi keadaan. c. Pembenaran (rationalization). Pembenaran adalah cara pelaku menentramkan diri, misalnya semua orang juga korupsi atau nanti juga saya kembalikan (jarahan saya). 6. Sumber-sumber Risiko Bisnis Menurut Tuanakotta (2013:315) lingkup pemahaman yang diperlukan auditor untuk mengidentifikasi risiko, dicakup dalam enam area inti atau enam sumber risiko, yaitu : a. Faktor eksternal, yang berkaitan dengan sifat industri, aturan perundangan dan regulator, dan kerangka pelaporan keuangan. b. Sifat entitas, yang berkaitan dengan pegawai operasional dan pegawai inti, kepemilikan dan tata kelola (governance), investasi, struktur, dan pembelanjaan.

25 31 c. Kebijakan akuntasi, yang berkaitan dengan masalah pemilihan dan penerapannya, alasan untuk mengubah, tepatnya kebijakan untuk entitas. d. Tujuan dan strategi entitas, yang berkaitan dengan rencana dan strategi bisnis, implikasi dan risiko keuangan terkait. e. Pengukuran atau reviu kinerja keuangan, yang berkaitan dengan pertanyaan apa yang diukur dan siapa yang mereviu kinerja keuangan. f. Pengendalian internal, yang berkaitan dengan segala proses dan pengendalian yang relevan untuk memitigasi risiko di tingkat entitas dan di tingkat transaksi. 7. Pengukuran Risiko Operasional Menurut Hanafi (2009:198) salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan dua klasifikasi berikut ini: a. Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko. b. Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut. Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, kita bisa membuat matriks frekuensi / tingkat keseriusan untuk risiko-risiko yang ada, termasuk risiko operasional. Berikut ini contoh aplikasi matriks tersebut untuk risiko gagal bayar (default) dan kesalahan pemrosesan transaksi. Dibawah ini menunjukkan matriks dengan dimensi frekuensi di sumbu horisontal dan dimensi severitypada sumbu vertikal.risiko-risiko bisa diklasifikasikan berdasarkan dimensi-dimensi tersebut. Sebagai contoh, risiko gagal bayar dari debitur perusahaan biasanya jarang terjadi. Karena itu risiko tersebut diklasifikasikan sebagai risiko dengan frekuensi rendah. Tetapi jika

26 32 terjadi, kerugian yang timbul bisa sangat besar. Karena itu risiko tersebut diklasifikasikan dengan severity tinggi. Gabungan antara frekuensi rendah dengan severity tinggi terlihat pada titik C pada bagian di atas. Sebaliknya, kesalahan pemrsoesan atau kesalahan pencatatan transaksi akan sering terjadi (apalagi jika proses pencatatan masih secara manual). Tetapi tingkat severity dari kesalahan tersebut tidak terlalu tinggi. Karena itu risiko kesalahan pemrosesan berada pada titik A dengan proses semacam itu, kita bisa memperoleh gambaran mengenai frekuensi dan severity dari suatu risiko, yang selanjutnya mempunyai implikasi pada bagaimana mengelola risiko tersebut. Sebagai contoh, berikut ini strategi menghadapi risiko berdasarkan matriks severity (significance) / frekuensi (likelihood). Severity C Gagal Bayar Debitur Besar A Kesalahan Pemrosesan Frequency B Rate Risk Sumber: Hanafi (2009:199) Gambar 2 Matriks Dengan Dimensi Frekuensi

27 33 Perhatikan bahwa matriks likelihood (frekuensi) dan signifikansi (severity) dikelompokkan ke dalam empat kuadran, yaitu: a. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah b. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah c. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi d. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa dilakukan melalui berbagai cara. Sebagai contoh, severity atau frekuensi yang lebih besar dibandingkan median atau rata-rata dari risiko yang ada (dalam daftar) dikelompokkan ke dalam severity atau frekuensi tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendah tersebut bisa dilakukan melalui perhitungan angka absolute atau bisa melalui survey terhadap manajer-manajer perusahaan. Significance High Low Quadrant II (Detect and Monitor) Quadrant IV (Low Control) Quadrant I (Prevent At Source) Quadrant III (Monitor) Low Likelihood High Sumber: Hanafi (2009: 200) Gambar 3 Risk Map

28 34 Melalui pertanyaan-pertanyaan seperti itu teridentifikasi letak masingmasing risiko berdasarkan dimensi signifikan dan kemungkinan. Selanjutnya, strategi yang tepat bisa dirumuskan untuk mengelola risiko tersebut. a. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah: low control Perusahaan bisa menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko pada kategori ini. Pengawasan yang terlalu berlebihan pada jenis risiko ini menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan manfaatnya, sehingga akan lebih optimal jika bank tidak perlu melakukan pengawasan yang berlebihan. b. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah: detect and monitor Tipe risiko seperti ini lebih menantang untuk dihadapi. Jika risiko seperti itu muncul, perusahaan bisa mengalami kerugian yang cukup besar, dan barangkali bisa mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi frekuensi risiko tersebut relatif jarang, sehingga tidak mudah ditemui atau dikenali oleh bank. Karena itu risiko tipe ini sulit dipahami karakteristiknya, dan sulit diprediksi kapan datangnya. Sebagai contoh, Baring gagal melakukan pengawasan terhadap trading yang di luar batas oleh seorang trader-nya, kemudian terjadi kerugian yang mengakibatkan kebangkrutan bank tersebut. Frekuensi risiko semacam itu relatif jarang ditemui.

29 35 c. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi: monitor Tipe risiko semacam ini sering muncul tetapi besarnya kerugian relatif kecil. Biasanya risiko semacam ini muncul sebagai akibat perusahaan menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, risiko semacam ini merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan bisnisnya. Sebagai contoh, untuk perusahaan supermarket, ada risiko pencurian oleh nasabah, pencurian oleh karyawan, barang dagangan rusak karena busuk atau karena botol pecah. Risiko semacam itu lebih mudah dikenal, dan perusahaan bsia menghitung risiko tersebut. Kemudian perusahaan bisa menganggapnya sebagai biaya dari kegiatan bisnis (cost of doing business), dan perusahaan bisa memasukkannya ke dalam komponen harga. d. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi: monitor Tipe risiko ini praktis tidak relevan lagi dibicarakan, karena jika situasi semacam ini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan risiko, dan bisa berakibat pada kebangkrutan. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan tidak bisa mengendalikan risiko penggelapan uang dalam jumlah besar oleh karyawannya (tipe risiko ini berada dalam kuadran frekuensi rendah/signifikan tinggi), maka ada kemungkinan risiko ini berubah menjadi kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi. Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan praktis akan bangkrut dalam waktu singkat. Dengan perspektif semacam itu, maka tugas manajemen risiko adalah mencegah migrasinya risiko-risiko yang ada ke dalam kuadran frekueni tinggi/signifikansi tinggi.

30 36 Severity Rendah Tinggi Wilayah 4 Wilayah 3 Wilayah 2 Wilayah 1 Dampak atas risiko (consequences) Sumber: Hanafi (2009: 202) Gambar 4 Frekuensi Strategi untuk menghadapi risiko untuk wilayah-wilayah tersebut adalah seperti berikut ini: Wilayah 1. Severity tinggi dan frekuensi tinggi: immediate action Untuk wilayah ini, perusahaan harus melakukan penanganan yang agresif dan segera (immediate action) Wilayah 2. Severity tinggi dan frekuensi agak tinggi: immediate attention Untuk wilayah ini, perusahaan harus segera mengawasi risiko ini (immediate attention) Wilayah 3. Severity agaktinggi dan frekuensi agak tinggi: periodic attention Untuk wilayah ini, perusahaan bisa melakuakan pengawasan secara berkala (periodic attention) Wilayah 4. Severity rendah dan frekuensi rendah: annual evaluation Untuk wilayah ini, perusahaan bisa lebih longgar, yaitu melakukan pengawasan dengan jangka waktu panjang, missal tahunan.

31 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang menghasilkan penelitian yang relevan dengan penulis yang kerjakan saat ini. Retno (2014) melakukan penelitian dengan judul Risk Based Audit Siklus Pengeluran pada PT. X dan dan Lusy (2014) dengan judul Risk Based Audit atas Penjualan Pada PT. X.dari penelitian tersebut diketahui metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan masih adanya temuan audit pada proses double check atas diterima atau tidaknya PO (purchase order) dari pembeli oleh supervisor marketing dan marketing, surat jalan yang tercetak setelah adanya nota jual, transaksi penjualan masih bisa berjalan meskipun saldo barang di laporan sediaan sudah menunjukkan angka 0 (nol), jarang dilakukannya konfirmasi tentang kebenaran identitas sekaligus eksistensinya, kecukupan saldo sediaan tidak dilakukan di awal sebelum diterbitkannya sales order, beberapa nota jual yang belum diberi cap LUNAS, dan uang hasil penjualan tunai via head office diterima oleh admin gudang. Kondisi-kondisi tersebut memungkinkan terjadinya risiko terhadap keamanan aset (piutang usaha, kas dan setara kas) serta efisiensi dan efektifitas fungsional (fungsi penjualan, fungsi gudang, fungsi keuangan).

32 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran disusun sebagai dasar tinjauan teoretis, untuk kemudian melakukan analisis dan pemecahan masalah yang dikemukakan di dalam penelitian.berikut adalah rerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Risk Based Audit atas Siklus Pendapatan pada PT. Supranusa Indogita Siklus Pendapatan Risiko Resiko Bisnis Audit Berbasis Resiko Pendahuluan Pendahuluan : : - Menyusun - Menyusun rencana rencana kerja; kerja; - Survei - terhadap Survei terhadap sistem dan sistem prosedur; dan; - Wawancara - Wawancara terhadap terhadap stakeholders. sta Pelaksanaan : - Identifikasi Risiko; - Mengukur Pelaksanaan Risiko; : - Mapping - Identifikasi Risiko; Risiko; - Usulan pengelolaan risiko. Pelaporan Pelaporan (Penyusunan Management Letter) (Penyusunan Management Letter) Sumber : Penulis Gambar 5 Rerangka Pemikiran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Audit Internal 2.1.1.1. Definisi dan Tujuan Audit Internal Sawyer et al (2005:10) menyatakan bahwa audit internal adalah sebuah penilaian yang sistimatis

Lebih terperinci

AKTIVITAS BISNIS SIKLUS PENDAPATAN

AKTIVITAS BISNIS SIKLUS PENDAPATAN AKTIVITAS BISNIS SIKLUS PENDAPATAN Siklus adalah rangkaian dua komponen atau lebih yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.siklus pendapatan (revenue cycle) adalah rangkaian

Lebih terperinci

Siklus Pendapatan: Penjualan dan Penagihan Kas. Pertemuan 11

Siklus Pendapatan: Penjualan dan Penagihan Kas. Pertemuan 11 Siklus Pendapatan: Penjualan dan Penagihan Kas Pertemuan 11 Aktivitas Bisnis Siklus Pendapatan Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang

Lebih terperinci

BAB VII SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENAGIHAN KAS

BAB VII SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENAGIHAN KAS BAB VII SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENAGIHAN KAS A. Aktivitas Bisnis Siklus Pendapatan Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang

Lebih terperinci

PERTEMUAN 11 : SIKLUS TRANSAKSI BISNIS : SIKLUS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

PERTEMUAN 11 : SIKLUS TRANSAKSI BISNIS : SIKLUS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERTEMUAN 11 : SIKLUS TRANSAKSI BISNIS : SIKLUS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengembangan sistem informasi akuntansi. Anda harus mampu:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. para pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan penjualan

BAB II LANDASAN TEORI. para pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan penjualan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Siklus Pendapatan Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegitan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang dengan menyediakan barang dan jasa ke para

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum efektif,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengauditan internal atas pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Pengertian system dan prosedur menurut Mulyadi (2001 : 5) adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab V Simpulan dan Saran 116 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pengendalian intern siklus penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, peranan sistem dalam kegiatan perusahaan sangatlah penting dalam membangun kepentingan perusahaan.

Lebih terperinci

AUDIT SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

AUDIT SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER AUDIT SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER N. Tri Suswanto Saptadi 5/11/2016 nts/sia 1 Sifat Pemeriksaan Asosiasi akuntansi Amerika mendefinisikan auditing sebagai berikut : Auditing adalah sebuah proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Audit Sistem Informasi

Konsep Dasar Audit Sistem Informasi Konsep Dasar Audit Sistem Informasi Sifat Pemeriksaan Asosiasi akuntansi Amerika mendefinisikan auditing sebagai berikut : Auditing adalah sebuah proses sistemeatis untuk secara obyektif mendapatkan dan

Lebih terperinci

BAB VI AUDIT SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

BAB VI AUDIT SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER BAB VI AUDIT SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER A. Sifat Audit Asosiasi akuntansi Amerika mendefinisikan auditing sebagai berikut : Auditing adalah sebuah proses sistemeatis untuk secara obyektif mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit eksternal. Faktor utama diperlukannya audit internal adalah meluasnya rentang kendali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan yang bermanfaat bagi para pemakainya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen dan teknologi yang keterkaitannya dirancang untuk mengumpulkan dan memproses

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Serta Penagihan Tujuan keseluruhan dari audit siklus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan BAB 4 HASIL DAN BAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit kecurangan terhadap fungsi penjualan dan penerimaan kas pada PT. Metaplas Harmoni. Dalam melaksanakan audit kecurangan diperlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi 1. Pengertian Sistem Dalam perusahaan suatu sistem dirancang untuk membantu kelancaran aktivitas kegiatan operasional perusahaan. Terdapat

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelian Pembelian dapat juga dikatakan sebagai procurement atau pangadaan barang. Mulyadi (2008:298) mengatakan bahwa Pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi. Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi. Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah: BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah Derasnya arus globalisasi menyebabkan pengaruh lingkungan usaha di tempat perusahaan beroperasi menjadi semakin luas dan kompleks, segala jenis perubahan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS

MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS SIA 4 MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS JUNAIDI, SE., MSA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2014 1 PENGENDALIAN INTERNAL SUATU PROSES, YANG DIPENGARUHI OLEH DEWAN DIREKSI

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu proses yang di pengaruhi oleh dewan direksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teori-teori tersebut memiliki pengertian yang sama diantaranya adalah :

BAB II LANDASAN TEORI. teori-teori tersebut memiliki pengertian yang sama diantaranya adalah : BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem, Informasi, Akuntansi 1. Pengertian Sistem Definisi sistem banyak sekali ditemukan penulis, namun pada prinsipnya teori-teori tersebut memiliki pengertian yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

Standar audit Sa 500. Bukti audit

Standar audit Sa 500. Bukti audit Standar audit Sa 500 Bukti audit SA paket 500.indb 1 Standar Audit Standar audit 500 BuKti audit (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENILAI KINERJA BAGIAN PENJUALAN PADA PT. OPTIMA INFOCITRA UNIVERSAL

BAB IV PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENILAI KINERJA BAGIAN PENJUALAN PADA PT. OPTIMA INFOCITRA UNIVERSAL BAB IV PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL UNTUK MENILAI KINERJA BAGIAN PENJUALAN PADA PT. OPTIMA INFOCITRA UNIVERSAL IV.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Sesuai dengan ruang lingkup pembahasan audit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS A. Aktivitas Bisnis Siklus Pengeluaran Siklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan. merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur organisasi

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan. merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur organisasi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas merupakan salah satu dari unsur pengendalian internal. Struktur

Lebih terperinci

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

Standar Audit SA 500. Bukti Audit SA 00 Bukti Audit SA paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 BUKTI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari suatu perusahaan pada umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Selain untuk mendapatkan keuntungan, tujuan lain dari suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masingmasing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. peneliti mengenai Risk Based Audit pada Siklus Pendapatan maka telah

BAB 5 PENUTUP. peneliti mengenai Risk Based Audit pada Siklus Pendapatan maka telah 89 BAB 5 PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dikemukakan oleh peneliti mengenai Risk Based Audit pada Siklus Pendapatan maka telah diperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Informasi Akuntansi Penyelenggaraan sistem akuntansi akan menyediakan informasi keuangan mengenai harta, kewajiban, dan modal perusahaan. Berdasarkan informasi-informasi

Lebih terperinci

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SPR 0 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 0 REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT. Valindo Global. Pembahasan tersebut dibatasi pada penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam melaksanakan audit

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA 0 Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA Paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan hasil analisis terhadap jawaban teknik dari obseravasi, wawancara dan teknik pengumpulan data arsipakan di uraikan mengenai pembahasannya. Responden dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamankan makna istilah sistem dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENUGASAN

PELAKSANAAN PENUGASAN PELAKSANAAN PENUGASAN STANDAR KINERJA STANDAR 2300 PELAKSANAAN PENUGASAN Auditor internal harusmengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasi informasi yang memadai untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA 0 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA paket 00.indb // 0:: AM STANDAR AUDIT 0 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI, TERMASUK ESTIMASI

Lebih terperinci

THE REVENUE CYCLE: SALES

THE REVENUE CYCLE: SALES JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNY CHAPTER 17 THE REVENUE CYCLE: SALES SIKLUS PENDAPATAN AND CASH COLLECTIONS AKTIVITAS BISNIS SIKLUS PENDAPATAN Siklus pendapatan adalah

Lebih terperinci

SEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM

SEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM Modul ke: 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS SEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM Dewi Rosaria, SE.,Msi.,Ak.,CA.,CPAI Program Studi AKUNTANSI Materi Definisi dan sejarah Internal Auditing Auditor ekstern

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran atau pertukaran yang siap dan bebas digunakan untuk

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. yang berfungsi dengan tujuan yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Sistem Nugroho Widjajanto (2001:2) mengartikan sistem sebagai sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia bisnis mendorong perusahaan untuk melakukan perubahan agar perusahaan tersebut dapat terus berada dan dikenal oleh masyarakat luas. Apabila sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis a. Pengertian Auditing dan Internal Auditing Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang artinya mendengar. Orang yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pengendalian Intern 2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perubahan terus terjadi, perusahaan pun ingin selalu tampil beda

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perubahan terus terjadi, perusahaan pun ingin selalu tampil beda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia bisnis, persaingan semakin ketat perubahan perubahan terus terjadi, perusahaan pun ingin selalu tampil beda dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia usaha semakin ketat. Untuk meningkatkan daya saingnya, perusahaan hendaknya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan saat ini, pentingnya sistem informasi hampir dirasakan berbagai jenis bidang usaha,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan saat ini, pentingnya sistem informasi hampir dirasakan berbagai jenis bidang usaha, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan saat ini, pentingnya sistem informasi hampir dirasakan berbagai jenis bidang usaha, baik perusahaan berskala kecil, menengah hingga besar

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Audit Operasional Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan perencanaan pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada Lei Garden Restaurant dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut American Accounting Association, internal audit adalah proses sistematis

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut American Accounting Association, internal audit adalah proses sistematis I. Pengertian Internal Auditing BAB II URAIAN TEORITIS Menurut American Accounting Association, internal audit adalah proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai

Lebih terperinci

RISK BASED AUDIT ATAS SIKLUS PENDAPATAN PADA PT. SUPRANUSA INDOGITA

RISK BASED AUDIT ATAS SIKLUS PENDAPATAN PADA PT. SUPRANUSA INDOGITA Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 7, Juli 2016 ISSN : 2460-0585 RISK BASED AUDIT ATAS SIKLUS PENDAPATAN PADA PT. SUPRANUSA INDOGITA Dimas Rahmadi dimas_rahmadi88@yahoo.com Sapari Sekolah

Lebih terperinci

Bab II Elemen dan Prosedur SIA

Bab II Elemen dan Prosedur SIA Bab II Elemen dan Prosedur SIA Pertanyaan Dalam Merancang SIA 1. Bagaimana mengorganisasi kegiatan agar aktivitas bisnis berjalan dengan efektif dan efisien? 2. Bagaimana mengumpulkan dan memproses data

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dihadapkan pada berbagai resiko. Paparan resiko (risk exposure)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dihadapkan pada berbagai resiko. Paparan resiko (risk exposure) BB PDHULU 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dihadapkan pada berbagai resiko. Paparan resiko (risk exposure) adalah ancaman terhadap aset dan kualitas informasi perusahaan akibat tidak memadainya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era pasar bebas dan globalisasi sekarang ini. Tingkat persaingan di dalam dunia usaha semakin tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis yang semakin berkembang memberikan kesempatan bagi semua jenis usaha yang bergerak di dalamnya. Perkembangan dunia bisnis semakin menuntut setiap

Lebih terperinci

Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas. Pertemuan 12

Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas. Pertemuan 12 Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas Pertemuan 12 Siklus Pengeluaran: Tujuan Utama Sikklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Tinjauan Sekilas Pengendalian diperlukan untuk mengurangi exposures. Exposure terdiri dari pengaruh potensi kerugian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. TEORI - TEORI 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas a. Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Perusahaan tentunya memiliki beragam kebutuhan untuk menunjang

BAB I PENDAHULAN. Perusahaan tentunya memiliki beragam kebutuhan untuk menunjang BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan tentunya memiliki beragam kebutuhan untuk menunjang berjalannya usaha tersebut dengan baik. Beberapa kebutuhan itu antara lain sistem pengendalian

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA 22 BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Kas Pengertian Kas Dalam bahasa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab V Simpulan dan Saran BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Penerapan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit 1. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT. Anugrah. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Anugrah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Gustina (2014) melakukan penelitian tentang sistem informasi akuntansi atas pengadaan dan penyaluran persediaan obat serta perlengkapan medis pada Rumah

Lebih terperinci

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENGATASI RISIKO PENJUALAN KREDIT

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENGATASI RISIKO PENJUALAN KREDIT PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENGATASI RISIKO PENJUALAN KREDIT Oleh: Christina Verawaty Situmorang, SE, M.Si Dosen UMI, Medan ABSTRAK Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan audit internal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal 2.1.1 Pengertian Audit Internal Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, penulis mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian Audit Internal. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tujuan Evaluasi Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus pendapatan pada PT Kartina Tri Satria sudah baik atau belum, dan mengetahui kelemahan-kelemahannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berikut adalah penelitian yang sejenis dengan apa yang akan diteliti: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti / tahun 1. Kriswanto

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS TRANSAKSI YANG TERLIBAT PENJUALAN TUNAI - PENJUALAN - DISKON DAN RETUR - PENERIMAAN KAS PENJUALAN KREDIT - PENJUALAN - DISKON DAN RETUR - PENCATATAN PIUTANG -

Lebih terperinci

Contoh Purchase Order PT.PPN

Contoh Purchase Order PT.PPN Contoh Purchase Order PT.PPN L1 Contoh invoice PT.PPN L2 Contoh Surat Jalan PT.PPN L3 Contoh Faktur Pajak PT.PPN L4 L5 Contoh salah satu produk PT.PPN OIL FILTRATION HP SERIES (High Pressure Series) LP

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan audit kecurangan, dilakukan

BAB IV PEMBAHASAN. fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan audit kecurangan, dilakukan BAB IV PEMBAHASAN IV. Tahap-Tahap Audit Kecurangan IV.1. Perencanaan Audit Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit kecurangan terhadap fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem O Brien, James A.(2010:32) mendefinisikan Sistem adalah sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk kesatuan Gelinas, U. J.

Lebih terperinci