BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha
|
|
- Sugiarto Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Berwirausaha 1. Definisi Minat Berwirausaha a. Minat Minat adalah suatu rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh untuk melakukanya, minat pada dasarnya suatu penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, semakin dekat hubungan tersebut akan menumbuhkan minat yang besar (Slameto, 2010). Menurut Djaali (2009), mengatakan minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Djaali (2009), juga menyimpulkan bahwa minat memiliki unsur afeksi, kesadaran sampai pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi dan kecenderungan hati. Minat merupakan aspek psikologis yang berpengaruh pada kesuksesan seseorang dalam melakukan suatu tugas, seseorang akan berkemauan keras untuk mencapai apa yang diinginkan jika memiliki minat, minat merupakan sesuatu hal yang penting dalam melakuan tugas didalam berwirausaha (Fatmawati, 2005). Menurut Hurlock (1978), Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni oleh seseorang, bila seseorang berminat pada suatu kegiatan, pengalaman seseorang tesebut akan jauh lebih menyenangkan dari pada bila mereka merasa bosan. Hurlock (1978) juga mengatakan bahwa 13
2 14 minat itu tidak dibawa sejak lahir, tetapi minat berkembang dari pengalaman individu itu sendiri. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah keinginan, ketertarikan pada sesuatu, karena individu tersebut merasa senang dan suka terhadap aktivitas yang diminatinya, dan tanpa ada paksaan apapun melainkan minat itu muncul dari diri individu itu sendiri. b. Wirausaha Wirausaha menurut Hendro (2011) adalah petualang, pengambil resiko, orang-orang yang mengusahakan pekerjaan tertentu dan pencipta yang menjual hasil ciptaanya. Menurut kasmir (2009), wirausaha adalah suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha yang memerlukan adanya kreatifitas dan inovasi yang terus-menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari sesuatu yang sudah ada. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan wirausaha adalah orang-orang yang mengusahakan pekerjaan tertentu serta memiliki kemampuan dalam menciptakan kegiatan usaha yang kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru. c. Minat Berwirausaha Minat berwirausaha adalah pemusatan perhatian, keinginan, ketertarikan, serta kesediaan individu pada bidang wirausaha untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya
3 15 tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan (Wulandari, 2013). Santoso (1993), menyatakan bahwa minat berwirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang, karena membawa manfaat bagi dirinya maupun orang lain. Menurut pengertian diatas, yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan individu melalui ide-ide yang dimiliki untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, dapat menerima tantangan, percaya diri, kreatif dan inovatif serta mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan. 2. Aspek-aspek Minat Menurut Hurlock (1978), minat memiliki dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. a. Aspek kognitif Berdasarkan pada konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Aspek kognitif minat ini berkisar sekitar pertanyaan apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh dari minat itu. Konsep yang membangun aspek kognitif ini didasarkan atas proses pengalaman dan apa yang dipelajari dilingkungan sekitar.
4 16 b. Aspek afektif Suatu bobot emosional positif dari minat memperkuat minat itu dalam tindakan dan begitu pula sebaliknya. Minat adalah sebuah aspek psikologis yang dipengaruhi oleh pengalaman afektif yang berasal dari minat itu sendiri. 3. Aspek-aspek minat berwirausaha Aspek-aspek minat berwirausaha dijelaskan oleh Pintrich dan Schunk (1996) sebagai berikut: a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity), yaitu perasaan suka tidak suka, setuju tidak setuju dengan aktivitas, umumnya terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas. b. Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas ( specivic conciused for or living the activity), yaitu memutuskan untuk menyukai suatu aktivitas atau objek. c. Merasa senang dengan aktivitas ( enjoyment of the activity), yaitu individu merasa senang dengan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas yang diminatinya. d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu ( personal importence or significance of the activity to the individual). e. Adanya minat intriksik dalam isi aktivitas (intrinsic interes in the content of the activity), yaitu emosi yang menyenangkan yang berpusat pada aktivitas itu sendiri.
5 17 f. Berpartisipasi dalam aktivitas ( reported choise of or participant in the activity) yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam aktivitas. Aspek-aspek minat menimbulkan daya ketertarikan dibentuk oleh dua aspek yaitu kognitif dan afektif berupa berupa sikap, kesadaran individual, perasaan senang, arah kepentingan individu, adanya ketertarikan yang muncul dari dalam diri, dan berpartisipasi terhadap apa yang diminati. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Berwirausaha Koranti (2013), menyatakan terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha yaitu: a. Faktor eksternal (keluarga dan lingkungan sekitar) 1) Orang tua yang memiliki usaha secara tidak langsung akan memberikan praktek kepada anaknya bagaiman cara usaha yang baik, ketika anak melihat usaha yang dijalani oleh keluarganya berhasil, maka anak akan berminat untuk meneruskan usaha yang dilakukan oleh keluarganya. 2) Lingkungan sekitar, ketika individu berada pada lingkungan orang-orang berwirausaha dan merasa lingkungan yang ada tersebut cocok untuk membuka usaha baru, maka akan menumbuhkan minat yang tinggi untuk membuka usaha baru, namun hal itu tidak terlepas dari pertimbangan usaha apa yang cocok dengan lingkungan yang ada. b. Faktor internal (motivasi) Motivasi dianggap sebagai faktor penting dalam minat berwirausaha karena motivasi dapat menyebabkan minat positif ataupun negatif, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias.
6 18 Menurut Robinson (1991), beberapa karakteristik Psikologis internal sebagai penentu dari minat berwirausaha yaitu: 1) Harga diri Harga diri adalah bagaimana individu menilai dirinya sendiri berdasarkan evaluasi yang positif ataupun negatif tentang kemampun, kebehargaan, penting dan dapat diterima oleh orang lain. Harga diri dapat menumbuhkan minat berwirausaha pada individu, dimana individu yang memiliki harga diri yang tinggi, menilai dirinya berharga, akan mampu melakukan sesuatu dalam berwirausaha, sehingga minat individu juga akan tinggi terhadap wirausaha begitu sebaliknya. 2) Inovatif Seseorang yang berwirausaha tidak terlepas dari istilah inovasi, karena inovasi merupakan sesuatu modal awal yang harus dimiliki oleh seseorang wirausaha, seseorang yang memiliki inovasi yang tinggi, akan melihat pasaran produk terbaru, menciptakan ide-ide baru yang baru demi kemajuan usahanya. Sedangkan menurut Indarti (2008 ), faktor karakteristik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain: a. Faktor kepribadian (efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi) 1) Efikasi diri adalah suatu keyakinan ataupun kepercayaan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan yang dimiliki dan merasa percaya bahwa tugas yang dilakukan itu berpeluang sangat besar terhadap keberhasilan, dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut pandangan Indarti
7 19 (2008) menyatakan bahwa, efikasi diri dapat berpengaruh terhadap minat berwirausaha, dimana individu yang memiliki keyakinan dan kepercayaan yang tinggi terhadap peluang usaha dan yakin akan berhasil maka akan memiliki minat terhadap wirausaha, dan akan mampu untuk melakukan berwirausaha. 2) Kebutuhan akan prestasi merupakan salah satu karaktristik kepribadian yang akan mendorong seseorang untuk memiliki minat berwirausaha yang tinggi, dengan kata lain kebutuhan prestasi akan menguatkan seseorang untuk mengambil resiko atau peluang yang ada dalam berwirausaha. b. Faktor lingkungan (akses kepada modal ) Akses modal yang diberikan pemerintah akan menentukan minat berwirausaha pada seseorang, studi empiris menyebutkan bahwa kesulitan dalam mendapatkan akses modal akan menurunkan minat berwirausaha pada individu yang baru akan memulai usaha. c. Faktor demografis (latar belakang pendidikan) Latar belakang pendidikan berkaitan terhadap minat berwirausaha, Indarti (2008) mengatakan, individu yang memiliki pend idikan dalam bidang yang berhubungan dengan wirausaha, akan lebih cenderung untuk mengaplikasikan apa yang didapat pada saat pendidikan. 5. Karakteristik seorang Berwirausaha Banyak orang yang ingin berwirausaha, namun mereka terkadang berhenti ditengah jalan atau bahkan mundur sebelum memulainya. Mereka
8 20 tidak tahu bagaimana caranya, atau takut mengalami kegagalan. Menurut Hendro (2011), sisi kekuatan karakter emosilah yang membedakan seorang wirausaha dengan orang biasa, kerakter tesebut ialah: a. Pandai mengelola ketakutan Orang yang pandai mengelola ketakunya ini akan mengubah ketakutan menjadi sesuatu yang hati-hati dalam bertindak dan membangkitkan keberanian dan percaya diri dalam menghadapi resiko. b. Mempunyai iris mata yang berbeda dengan orang lain Iris mata adalah cara seseorang memandang sesuatu masalah, kesulitan, perubahan, diri sndiri, lingkungan, tren dan kejadian untuk memunculkan ide-ide, gagasan dan konsep yang diinginkan demi memajukan usahanya. c. Mempunyai keteguhan hati yang tinggi Keteguhan hati membuat seseorang berbeda didalam memandang suatu kegagalan, orang-orang yang memiliki keteguhan hati kegagalan itu tidak ada, yang ada hanyalah suatu rintangan besar, sangat besar dan kecil. d. Tidak merima apa yang ada didepannya dan selalu mencari yang terbaik Seseorang yang berkarakter wirausaha harus mampu memberikan yang terbaik untuk pelanggannya, anggapannya adalah jika memberikan sesuatu yang buruk kepada pelanggan maka akan berdampak buruk pada dirinya sendiri, dan berakibat fatal pada usahanya. Minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha memenuhi
9 21 kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan (Wulandari, 2013). B. Harga Diri 1. Definisi Harga Diri Coopersmith (dalam Burn, 1993) mendefinisikan mengenai harga diri itu mengacu kepada evaluasi seseorang tentang dirinya sendiri, baik positif maupun negatif dan menunjukkan tingkat dimana individu menyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting, berhasil dan berharga. Menurut Christia (2007), harga diri adalah evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap kualitas-kualitas yang ada dalam dirinya sendiri, yang dapat menimbulkan sikap yang favorable atau unfavorable terhadap dirinya sendiri. Perasaan harga diri dalam hubungannya dengan evaluasi diri mengacu kepada pembuatan suatu penilaian kesadaran berkenaan dengan arti dan nilai pentinganya seseorang atau segi-segi dari seseorang (Burn. 1993). Pandangan klasik yang dikemukakan oleh james (dalam Burn, 1993) tentang perasaan harga diri sebagai ratio antara hasil-hasil yang sebenarnya dan aspirasi-aspirasi merupakan suatu pernyataan dari titik acuan yang utama didalam evaluasi diri, aktualisasi diri dari titik acuan utama didalam evaluasi diri adalah cita-cita. Senada dengan Rosenberg (d alam Burn, 1993) menyatakan harga diri sebagai suatu sikap positif atau negatif terhadap sutau objek khusus yaitu diri, perasaan harga diri yang tinggi menyatakan bahwa individu yang bersangkutan merasakan bahwa diri seseorang tersebut berharga dan
10 22 menghargai diri sendiri yang positif, perasaan harga diri yang rendah memaknai penolakan diri, penghinaan diri dan evaluasi yang negatif. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, harga diri adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri, baik itu penilaian yang positif ataupun negatif yang akan mengarahkan sikap kepada harga diri yang tinggi ataupun harga diri yang rendah, tergantung bagaimana individu menilai dirinya sendiri. 2. Aspek-Aspek Harga Diri Coopersmith (1967) menyatakan aspek-aspek harga diri, yaitu: a. Kekuasaan (power) Merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta mendapat pengakuan tingkah laku tersebut dari orang lain. Ditandai dengan pengakuan dan penghormatan yang diterima dari orang lain dan adanya kualitas dari pendapat yang diutarakan oleh individu yang nantinya mendapat pengakuan dari orang lain. b. Keberartian (signivicance) Adanya kepedulian, penilaian dan afeksi yang diterima individu dari orang lain yang menunjukkan penerimaan dan popularitas individu dari lingkungan sosial. Ditandai dengan adanya kehangatan, respon yang baik dari lingkungan, adanya ketertarikan lingkungan terhadap individu dan lingkungan menerima individu tersebut apa adanya.
11 23 c. Kemampuan (competence) Menunjuk pada adanya evaluasi kualitas-kualitas dalam diri dan performansi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan mencapai prestasi (need for achievement). 3. Karakteristik Individu Berdasarkan Harga Diri Coopersmith ( dalam Burns, 1993), membagi tingkat harga diri individu menjadi dua golongan yaitu: a. Individu dengan harga diri tinggi, yaitu: 1) Aktif dan mengekspresikan diri dengan baik 2) Lebih suka memimpin dan mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya 3) Tidak takut menghadapi pertentangan atau perdebatan 4) Peka terhadap kritik, kritik dijadikan pijakan demi kemajuannya 5) Peduli dengan fenomena sosial, tidak sibuk dengan urusan pribadinya 6) Memiliki keyakinan dapat meraih kesuksesan 7) Bersikap terbuka kepada orang lain 8) Optimis dengan mengetahui bakatnya, kemampuan sosialnya dan kualitas pribadinya. b. Individu dengan harga diri rendah, yaitu: 1) Sering merasa putus asa 2) Tidak mampu mempertahankan diri sehingga sering mengalah 3) Tidak mampu menyingkapi kelemahannya 4) Takut akan menarik perhatian, lebih senang menarik diri dari pergaulan 5) Cenderung menutup diri
12 24 6) Hanya menjadi pendengar dalam kelompok diskusinya 7) Peka dengan kritik orang lain, mudah merasa putus asa dan tidak mau melangkah lagi 8) Pemalu dan sibuk dengan persoalan pribadinya 4. Sumber yang Membentuk Harga Diri Sumber-sumber terpenting dalam pembentukan dan pengembangan harga diri adalah dengan adanya pengalaman dalam keluarga, umpan balik terhadap performance dan pembanding sosial. Coopersmith (dala m Burn 1993) menyimpulkan ada empat tipe perilaku orang tua yang dapat meningkatkan harga diri, yakni: a. Menunjukkan penerimaan, afeksi, minat dan keterlibatan pada kejadiankejadian atau kegiatan yang dialami oleh anak b. Menerapkan batasan-batasan yang jelas pada perilaku anak secara teguh dan konsisten c. Memberikan kebebasan dalam batas-batas dan menghargai inisiatif d. Bentuk disiplin yang tak memaksa (menghindari hak -hak istimewa dan mendiskusikan alasan-alasan daripada memberikan hukuman fisik). 5. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Burn (1993) adalah: a. Jenis Kelamin Beberapa penelitian menunjukan bahwa wanita mudah terkena gangguan citra diri dibandingkan dengan pria. Sebagai contoh wanita lebih sensitif
13 25 tentang diri mereka, merasa khawatir tentang kemampuan mereka, menerima kekurangan diri dan peka terhadap penilaian orang lain. b. Kelas Sosial Kelas sosal mempengaruhi perkembangan harga diri seseorang. Secara umum individu yang berasal dari strata sosial bawah mempunyai harga diri yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang berasal dari sosial atas. Secara umum menunjukan bahwa, pekerjaan, pendidikan penghasilan orang tua merupakan penentu paling terpenting dari harga diri individu. c. Lingkungan Lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan harga diri indivdu. Dalam penjelasan ini, lingkungan terbagi dua yaitu lingkungan rumah dan lingkungan pergaulan. Notman (dalam Burn 1993), mengatakan bahwa lingkungan pergaulan mendorong wanita untuk menekan, menyembunyikan perasaan agresi dan mengakibatkan kepasifan sehingga harga diri rendah. Sedangkan lingkungan rumah berpengaruh pada perkembangan harga diri individu, individu yang diasuh dengan kekerasan fisik yang tujuannya untuk disiplin, malah bisa menyebabkan harga diri anak menjadi rendah. C. Efikasi Diri 1. Definisi Efikasi Diri Efikasi diri diartikan oleh Bandura (1997), sebagai keyakinan terhadap kemampuan dalam mengorganisasikan dan menampilkan tindakan yang
14 26 dibutuhkan untuk menghasilkan kecakapan tertentu. Baron dan Byrne (dalam Ghufron & Risnawati, 2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. a. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi Adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. b. Ekspektasi hasil Adalah perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan individu mengenai terhadap peluang dan penilaian terhadap kemampuan-kemampuan diri dalam mengatasi beraneka ragam situasi yang muncul dalam kehidupannya. 2. Aspek-aspek Efikasi Diri Menurut Bandura ( 1997), menyebutkan tiga dimensi efikasi diri, diantaranya adalah: a. Dimensi Magnitude atau Level Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau
15 27 bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada diluar batas kemampuan yang di rasakannya. b.dimensi Generalisasi (generality) Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi. Penilaian ini berkaitan dengan perilaku dan konteks situasi yang mengungkapkan keyakinan individu terhadap keberhasilan mereka. Keyakinan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan manajemen diri. c. Dimensi Kekuatan (strength) Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
16 28 Bandura (dalam Luthans, 2006) menekankan bahwa efikasi diri juga memainkan peranan vital dalam menentukan kinerja manusia lainnya seperti aspirasi tujuan, insentif hasil, dan kesempatan yang dirasakan terhadap suatu proyek. Apapun tingkat tujuan yang dipilih, seberapa banyak usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tertentu, dan bagaimana reaksi atau ketahanan seseorang saat mengahadapi masalah dalam proses pencapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh efikasi diri. Begitu pula dengan insentif hasil yang diantisipasi seseorang. Orang dengan efikasi diri tinggi mengharapkan keberhasilan dan mendapat yang diinginkan, dan insentif hasil yang positif, sementara orang dengan efikasi diri rendah mengharapkan kegagalan dan memikirkan dis-insentif hasil yang negatif (misalnya, saya ti dak akan menyelesaikan apapun ). 3. Faktor-faktor Efikasi Diri Faktor-faktor efikasi diri menurut Luthans (2006) terdiri dari empat sumber utama yaitu sebagai berikut: a. Pengalaman penguasaan (mastery experience) atau pencapaian kinerja. Inilah yang paling kuat dalam membentuk keyakinan efikasi, karena merupakan informasi langsung mengenai kesuksesan. Akan tetapi, sekali lagi, perlu ditekankan bahwa pencapaian kinerja tidak berarti sama dengan efikasi diri. Proses situasi maupun kognitif (persepsi kemampuan seseorang) yang berkaitan dengan kinerja akan mempengaruhi penilaian dan keyakinan efikasi diri. Bandura juga menunjukkan bahwa pengalaman
17 29 yang diperoleh melalui usaha terus-menerus dan kemampuan untuk belajar membentuk efikasi yang kuat dan fleksibel. b. Pengalaman pribadi atau pemodelan. Seperti halnya individu yang tidak perlu mengalami secara langsung perilaku personal yang memperkuat pembelajaran (mereka belajar sendiri dengan mengamati dan melihat orang lain yang relevan), hal yang sama juga terjadi pada pencapaian efikasi. Perlu ditekankan bahwa semakin mirip modelnya (misalnya, aspek -aspek demografi seperti umur, jenis kelamin, karakteristik fisik, pendidikan, dan status serta pengalaman) dan semakin relevan tugas yang dilakukan semakin besar pengaruh pada proses efikasi pengamat. Sumber informasi pribadi ini penting untuk orang dengan pengalaman langsung (misalnya, tugas baru) dan sebagai strategi praktik untuk meningkatkan efikasi seseorang melalui pelatihan dan perkembangan. c. Persuasi sosial Persuasi sosial dapat dipilih dan diproses untuk membentuk efikasi dengan memberikan informasi objektif dan melakukan berbagai tindakan tindak lanjut untuk membentuk kesuksesan seseorang. Persuasi sosial lebih berguna untuk menghapus kesenjangan saat orang mulai berjuang atau ragu pada diri sendiri ketika mereka melakukan tugas, daripada dilakukan untuk membangun efikasi pada tugas baru.
18 30 d. Peningkatan fisik dan psikologi Orang sering mengandalkan perasaan merek, secara fisik dan emosi, untuk menilai kapabilitas mereka. Lebih dari sumber informasi lainnya, jika ada hal-hal negatif (misalnya, orang sangat lelah dan atau tidak sehat secara fisik atau cemas/depresi dan atau merasa tertekan), maka hal tersebut akan sangat mengurangi efikasi. Pada sisi lain, jika keadaan fisik dan mental dalam keadaan baik, maka kondisi tersebut tidak perlu memberi kontribusi pada efikasi individu. Kesimpulannya, jika individu berada dalam kondisi mental dan fisik yang sehat, maka hal ini merupakan titik awal yang baik untuk membangun efikasi. Kondisi tersebut juga meningkatkan efikasi seseorang pada tugas yang menuntut kondisi fisik dan atau psikologis yang baik. Bandura mengatakan bahwa efikasi diri pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (dalam Ghufron & Risnawati, 2010). Individu yang memiliki efikasi diri tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian disekitarnya, sedangkan individu dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, individu dengan efikasi diri yang rendah cenderung akan mudah menyerah. Sementara individu dengan efikasi diri yang tinggi
19 31 akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada (dalam Luthans, 2006). D. Kerangka Berfikir Minat merupakan faktor pendorong yang menjadikan seseorang lebih giat bekerja dan memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan potensi yang tersedia. Minat tidak muncul begitu saja tetapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor faktor yang mempengaruhinya (Walgito, 2003). Minat berwirausaha dapat dimunculkan oleh banyak faktor, Robinson (1991) menyebutkan faktor utama yang dapat menentukan minat berwirausaha adalah harga diri. Sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Burn (1993), Harga diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif yang akhirnya menghasilkan perasaan yang membawa kepercayaan diri dan akan merasa senang dalam mejalani kehidupan. Harga diri merupakan suatu keyakinan menilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan yang terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain memperlakukan kita, individu dengan harga diri yang tinggi akan merasa dirinya berharga, mampu melakukan sesuatu, dan dapat diterima (Engko, 2008). Harga diri akan menentukan perasaan individu tersebut dalam melakukan tugasnya, ketika individu memiliki harga diri yang tinggi, maka akan membuat individu tersebut merasa mampu dalam melakukan tugas berwirausaha, namun sebaliknya ketika individu merasa harga dirinya rendah,
20 32 maka individu tersebut akan merasa tidak mampu dalam melakukan kegiatan berwirausaha, sehingga akan menimbulkan perasaan yang tidak suka atau senang untuk berwirausaha, dan perasaan tidak senang tersebut akan menurunkan minat seseorang untuk berwirausaha. Selain faktor harga diri yang dapat berpengaruh terhadap minat berwirausaha seseorang, efikasi diri juga menjadi komponen karakteristik psikologis internal yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha seseorang. Efikasi diri selalu berhubungan dan berdampak pada pemilihan perilaku, minat dan keteguhan individu dalam menghadapi setiap persoalan. Efikasi diri juga dapat memberikan pengaruh terhadap fungsi kognitif, minat, afeksi dan fungsi selektif individu yang diproyeksikan ke dalam pemilihan perilaku. Engko (2006), menyebutkan bahwa efikasi diri adalah keyakinan ataupun kepercayaan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu. Sedangkan menurut Myers (2012), dalam bukunya mengatakan efikasi diri mengarahkan seseorang pada sekumpulan target yang menantang dan untuk tidak menyerah mendapatkannya. Individu yang memiliki keyakinan yang tinggi terhadap peluang usaha dan yakin akan berhasil maka akan meningkatkan minat individu dalam berwirausaha (Indarti, 2008). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri yang tinggi akan menumbuhkan minat individu dalam berwirausaha, ketika seseorang merasa optimis dan penuh keyakinan yang tinggi terhadap peluang keberhasilan yang dimiliki oleh individu, bahwa usaha yang akan dilakukan
21 33 berhasil, maka indvidu tersebut akan mampu dan kuat menghadapi segala resiko yang akan terjadi dan tidak mudah menyerah untuk mendapatkan apa yang ingin dicapai. E. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, pada penelitian ini diajukan hipotesis penelitian dengan rumusan bahwa ada hubungan positif antara harga diri dan efikasi diri dengan minat berwirausaha siswa SMK Masmur Pekanbaru. Semakin tinggi harga diri dan efikasi diri maka semakin tinggi minat berwirausaha, dan semakin rendah harga diri dan efikasi diri, maka semakin rendah minat berwirausaha.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah berhenti di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi Indonesia, yaitu krisis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Minat Wirausaha. untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung
BAB II LANDASAN TEORI A. Minat Wirausaha 1. Pengertian minat Minat adalah suatu kecenderungan yang menetap dalam diri individu untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan analisis regresi ganda atau regresi linear, yaitu merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian deskriftif dengan menggunakan analisis regresi ganda atau regresi linear, yaitu merupakan penelitian yang memiliki
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Diri 2.1.1 Pengertian Harga Diri Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. B. Variabel Penelitian
38 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional yaitu merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengungkapan Diri. Menurut wheeles ( dalam Gainau, 2009) Pengungkapan diri didefinisikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengungkapan Diri 1. Definisi Pengungkapan Diri Menurut wheeles ( dalam Gainau, 2009) Pengungkapan diri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Efikasi diri 2.1.1. Pengertian Efikasi diri Dalam teori kognitif sosial, faktor-faktor internal atau personal salah satu yang terpenting adalah keyakinan diri atau efikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha. didasarkan atas disiplin keilmuan dan pandangan masing-masing. Diantara
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Berwirausaha 1. Pengertian minat Minat telah didefinisikan secara berbeda oleh para ahli, tetapi semuanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama, karena dimaklumi bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna baik secara jasmani maupun rohani. Kesempurnaan inilah yang dapat digunakan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik menghasilkan suatu barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Suatu prestasi atau achievement berkaitan erat dengan harapan (expection). Inilah yang membedakan motivasi berprestasi dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet
Lebih terperinciSikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3
Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Hal tersebut diungkapkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Rupublik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Istilah motivasi menurut Purwanto (2011) merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan
BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone
BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi self efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai prestasi dalam pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting individu untuk mencapai kesiapan yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1. Need for achievement (kebutuhan berprestasi) David McCelland telah memberikan pemahaman motivasi dengan tiga macam kebutuhan, yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus
Lebih terperinciBLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam
BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL Definisi Kematangan Vokasional Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Menurut NCTM (2000: 60) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan sebuah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006, p.3), manajemen sumber daya manusia adalah rancangan rancangan sistem formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) serta penerus cita perjuangan bangsa. Untuk mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapatkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. element. At perhaps the most fundamental level, the termindicates that one or
BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Aspirasi Pekerjan 2.1.1 Tingkat Aspirasi Pekerjaan Berbicara aspirasi adalah harapan dan tujuan hidup yang akan datang. Setiap orang memiliki aspirasi tersendiri. Karena setiap
Lebih terperinciSKALA I. 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam usaha saya. 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk usaha saya
SKALA I No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam 2 Kondisi perekonomian yang sulit menyebabkan usaha saya gagal 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk 4 Saya sendiri yang menentukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh
Lebih terperinciMOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK
MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK Materi pembelajaran 'Motivasi Berprestasi' bertujuan untuk membekali mahasiswa/i akan pengertian, pemahaman terhadap motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai
Lebih terperinciC A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015
S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: John Doe ID: HC243158 Tanggal: 29 Juli 2015 2 0 0 9 H O G A N A S S E
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri
BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan
Lebih terperinciInstrumen Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi-Sosial INSTRUMEN SKALA Variabel: Kepercayaan Diri
Instrumen Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi-Sosial INSTRUMEN SKALA Variabel: Kepercayaan Diri A. Skala Saifuddin Azwar (2012: xvii) mengemukakan bahwa, skala merupakan perangkat pertanyaan yang disusun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun Teori ini menegaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Konsep Teoritis 1. Pengertian Penetapan Tujuan (goal orientation) Teori orientasi tujuan (goal orientation) merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh
Lebih terperinciC A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017
S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: Sam Poole ID: HC560419 Tanggal: 23 Februari 2017 2 0 0 9 H O G A N A S
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciTeori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy
Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lebih terperinci