ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT"

Transkripsi

1 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 2 RINGKASAN ERIKA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Meubel Kayu Indonesia ke Amerika Serikat (dibimbing oleh SRI MULATSIH). Setiap tahun volume ekspor meubel kayu tumbuh seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan perkapita dunia. Amerika Serikat adalah negara importir terbesar di dunia untuk meubel kayu selain itu juga Amerika Serikat adalah pangsa pasar terbesar Indonesia untuk meubel kayu. Jumlah penduduk dan pendapatan per kapita Amerika Serikat adalah faktor yang sangat mendukung bagi ekspor meubel kayu Indonesia. Tetapi hal tersebut tidak menjadi keuntungan yang berarti bagi Indonesia karena jumlah ekspor meubel kayu Indonesia hanya mengusai pasar Amerika yang relatif kecil. Tahun 2007 pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat sebesar 29,05 persen. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat dan menganalisis potensi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor meubel kayu Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang merupakan data sekunder, berupa data deret waktu (time series) dari tahun tahun Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis potensi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor meubel kayu Indonesia yang diolah menggunakan Microsoft Excel Sedangkan metode kuantitatif diolah dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan program Eviews 4.1. Berdasarkan hasil penelitian variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen terhadap ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat adalah harga ekspor meubel kayu, harga meubel kayu di Amerika Serikat, jumlah penduduk Amerika Serikat, pendapatan per kapita Amerika Serikat, dan variabel dummy yang menjelaskan kondisi perekonomian sebelum dan setelah krisis. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata yaitu variabel nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika dan harga meubel kayu di Indonesia. Harga meubel kayu AS tidak sesuai dengan hipoteisis diduga karena meubel kayu Indonesia memiliki daya saing yang rendah dibandingkan produk dari China. Daya saing yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: ekonomi biaya tinggi, rendahnya investasi, dan minimnya teknologi yang digunakan para pengusaha terutama teknologi pada tahap finishing. Potensi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor meubel kayu Indonesia dilihat dari Gross Domestic Product Amerika Serikat, jumlah penduduk Amerika Serikat, dan nilai tukar mata uang. GDP Amerika Serikat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pertumbuhan rata-rata GDP Amerika Serikat dari tahun 1993 sampai tahun 2007 sebesar 3,17 persen. Jumlah penduduk Amerika Serikat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Penduduk Amerika Serikat terhadap penduduk dunia rata-rata yaitu sebesar 4,23 persen dari tahun 1996 sampai tahun Nilai tukar dollar Amerika akan mempengaruhi volume ekspor meubel kayu sebab harga meubel kayu yang diperdagangkan di pasar dunia menggunakan satuan dollar Amerika. Hal ini secara tidak langsung telah menciptakan suatu potensi pasar terhadap ekspor meubel kayu Indonesia.

3 3 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

4 4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Erika Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul :Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Meubel Kayu Indonesia ke Amerika Serikat dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan:

5 5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, 13 Agustus 2008 Erika H

6 6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tiga Binanga pada tanggal 12 Juli 1986 dari ayah Ir. Raden Sukesmi dan ibu Rosmawati. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Penulis pernah mengenyam pendidikan di SD Negeri 02 Padang Sidimpuan, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 05 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 03 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kampus seperti Sharia Economics Student Club (SES-C) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Disamping organisasi kampus, penulis juga aktif di organisasi mahasiswa daerah yaitu Himpunan Mahasiswa Tapanuli Selatan-Bogor (IMATAPSEL-BOGOR).

7 7 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Meubel Kayu Indonesia ke Amerika Serikat. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis haturkan kepada: 1. Ayahanda Raden Sukesmi dan Ibunda Rosmawati tercinta, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M Sc, Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Idqan Fahmi M.Ec selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik. 4. Tony Irawan, M.App.Ec selaku komisi pendidikan yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Semua staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah memberikan bantuan sehingga memudahkan penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Para peserta seminar yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulisan skripsi ini. 7. Adikku tersayang Fitriani, Ainul Arif, dan Doan Lesmana terima kasih atas dukungannya selama penulis melakukan penelitian. Kekasiku Abdul Manan yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Saudari Dwi Endah K, Vebriani Z, Sinta A, Wenda Y, Rian A, Yulia Novika J, dan seluruh teman-teman di Ima Tapsel Bogor terima kasih atas bantuan dan dukungannya kepada penulis.

8 8 Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan masyarakat serta dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam Ilmu Ekonomi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya. Penulis menghaturkan maaf apabila terdapat hal yang kurang berkenan selama penulisan skripsi ini. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Bogor, 13 Agustus 2008 Erika H

9 9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Tahap dalam Proses Produksi Meubel Kayu Teori Perdagangan Internasional Ekspor Harga Pendapatan Nilai Tukar Populasi Regresi Berganda Variabel Dummy Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Konseptual Hipotesis IV. METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data... 32

10 Metode Analisis dan Pengolahan Data Perumusan Model Definisi Operasional Pengujian Hipotesis Kriteria Uji Statistik Kriteria Uji Ekonometrika Masalah Pengujian Model Regresi V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MEUBEL KAYU Industri Meubel Kayu Indonesia Ekspor Meubel Kayu Indonesia Tren Perkembangan Ekspor dan Impor Meubel Kayu Indonesia Ekspor Meubel Kayu Indonesia berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Industri Meubel Kayu Indonesia Jumlah Investasi Industri Meubel Kayu Indonesia Permasalahan Industri Meubel Kayu Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Meubel Kayu Indonesia ke Amerika Serikat Analisis Statistik dan Pengujian Hipotesis Uji Ekonometrika Interpretasi Variabel Eksogen Potensi Amerika Serikat sebagai Negara Tujuan Ekspor Meubel Kayu Indonesia Gross Domestic Product (GDP) Jumlah Penduduk Nilai Tukar VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN... 75

11 11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Ekspor Non Migas Utama Menurut Sektor (Juta US$) Sumbangan Sektor Kehutanan terhadap Perolehan Devisa Indonesia (US$ Juta) Negara Eksportir Meubel Kayu Terbesar di Dunia (US$ Juta) Negara Tujuan Utama Ekspor Meubel Kayu Indonesia Tahun Jenis dan Sumber Data Penelitian Klasifikasi Meubel Kayu Perkembangan Ekspor Meubel Kayu Indonesia Volume Ekspor Meubel Kayu Indonesia berdasarkan Negara Tujuan Tahun Performance Perkembangan Industri Meubel Kayu Indonesia Perkembangan Kapasitas dan Produksi Meubel Kayu (Ribu M3) Jumlah Investasi Industri Hasil Hutan (Rp miliar) Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Meubel Kayu Indonesia ke Amerika Serikat Negara Utama Tujuan Ekspor NonMigas Indonesia (Juta US$) Nilai dan Pangsa Pasar Meubel Kayu Indonesia di Amerika Serikat Pertumbuhan Gross Domestic Product Amerika Serikat Jumlah Penduduk Terbanyak di Dunia Persentase Penduduk Amerika Serikat terhadap Penduduk Dunia Perubahan Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Dollar AS (Rp/US$)... 70

12 12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Nilai Perdagangan Meubel Dunia (US$ Miliar) Kurva Perdagangan Internasional Kurva Kemungkinan Produksi Hubungan Nilai tukar Riil dengan Ekspor Bersih Analisis Parsial Pertambahan Populasi Kerangka Pemikiran Konseptual Ekspor Meubel Indonesia berdasarkan Bahan Baku Proporsi Ekspor Meubel Kayu Indonesia, Perkembangan Ekspor dan Impor Meubel Kayu Indonesia... 46

13 13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data IHK Amerika Serikat, IHK Indonesia, dan IHPB Tahun Dasar 2000 (2000=100) Data Hasil Estimasi dalam Persamaan OLS Hasil Estimasi Persamaan OLS Uji Normalitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas... 81

14 14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman secara bertahap membuat struktur ekonomi berubah dari yang semula didominasi oleh pertanian tradisional ke arah kegiatan ekonomi yang lebih modern dengan penggerak sektor industri. Pada tahun 80-an, terjadi perubahan struktur ekspor dari yang semula didominasi oleh ekspor migas menjadi ekspor nonmigas. Ekspor merupakan salah satu komponen atau bagian dari pengeluaran agregat. Makin banyak jumlah barang yang diekspor, makin besar pengeluaran agregat, dan makin tinggi pula pendapatan nasional negara yang bersangkutan. Peranan ekspor dalam pertumbuhan ekonomi sebuah negara berkembang seperti Indonesia adalah penting. Pertambahan jumlah ekspor dapat meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri, situasi tersebut akan mempunyai dampak terhadap perluasan kesempatan kerja dan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan devisa. Ekspor Indonesia tahun 2006 mencapai US$ 100,7 miliar atau naik 17,55 persen dibanding tahun Pada tahun yang sama ekspor nonmigas mencapai US$ 79,5 miliar atau naik 19,68 persen. Ekspor hasil industri mencapai US$ 64,9 miliar atau naik 16,72 persen (Departemen Perindustrian, 2007). Tabel 1. Ekspor NonMigas Utama Menurut Sektor (Juta US$) No. Sektor Pertanian 2.589, , , , ,50 2. Industri , , , , ,20 3. Pertambangan 3.743, , , , ,50 4. Lain-lain 4,50 5,20 4,40 7,80 8,90 Sumber: BPS, diolah Departemen Perindustrian (2007)

15 15 Ekspor hasil industri dari total ekspor nonmigas adalah yang terbesar daripada sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor lainnya. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sektor industri dari tahun 2002 sampai tahun 2006 mengalami pertumbuhan dan memberikan sumbangan terbesar terhadap sektor nonmigas. Sebagai negara yang memiliki wilayah hutan yang luas maka industri hasil hutan mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan terutama jika pengembangannya direncanakan dan dikelola dengan baik. Salah satu industri pengolahan hasil hutan tersebut yaitu industri meubel kayu. Industri meubel kayu merupakan industri agribisnis yang berasal dari industri kerajinan tangan. Industri meubel kayu penting dan bisa menjadi salah satu andalan ekspor karena didukung oleh besarnya potensi sumber daya manusia khususnya dalam hal mengukir dan upah yang murah. Usaha meubel telah lama dikenal di Indonesia dan merupakan budaya turun-temurun. Masih prospektifnya industri meubel kayu karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif daripada negara lain dalam memproduksi kayu. Hutan tanaman di Indonesia umur 7 tahun sudah bisa dipanen sedangkan di Eropa baru bisa dipanen umur tahun (Departemen Kehutanan, 2006). Tabel 2 menunjukkan nilai ekspor meubel kayu cenderung meningkat kecuali pada tahun 1997 dan tahun Tahun 1999 sampai tahun 2004 nilai ekspor meubel kayu semakin besar akibat nilai tukar dollar yang semakin tinggi. Total ekspor kayu olahan cenderung meningkat dengan rata-rata per tahun di atas US$ 1 miliar. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh kenaikan nilai, bukan karena kenaikan volume ekspor. Sebaliknya, volume ekspor meubel kayu Indonesia ratarata per tahun cenderung tetap tidak melebihi 600 ton (Asmindo, 2006).

16 16 Tabel 2. Sumbangan Sektor Kehutanan terhadap Perolehan Devisa Indonesia (US$ Juta) Thn Kayu Lapis Pulp& Kertas Meubel Kayu Meubal Rotan Kayu Gergajian Kayu Olahan lainnya Total % Ttl Devisa , ,00 458,60 386,20 1, , ,50 15, , ,80 545,60 337,10 0, , ,30 14, , ,80 527,20 194,90 0, , ,30 13, , ,40 252,10 64,40 62,20 696, ,00 11, , ,60 854,00 294,00 78,70 719, ,80 14, , , ,10 313,30 97,20 597, ,80 12, , , ,80 290,30 162,70 478, ,30 11, , , ,50 302,10 * 897, ,90 12, , , ,70 313,50 * 1.280, ,00 12, , , ,20 336,90 * 1.436, ,10 10,60 Catatan: * tidak ada data Sumber: Dept. Perdagangan dan Dept. Perindustrian (2006) Perdagangan meubel merupakan salah satu komponen penting didalam perdagangan dunia untuk kategori produk-produk manufaktur. Setiap tahun volume ekspornya tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan perkapita dunia. Pada tahun 1997 nilai perdagangan meubel dunia tercatat sekitar US$ 41 miliar dan pada tahun 2005 nilainya mencapai US$ 80 miliar (Gambar 1). Miliar US$ Gambar 1. Nilai Perdagangan Meubel Dunia (US$ Miliar) Sumber: Asmindo (2006)

17 17 Nilai ekspor selama periode tahun 1996 sampai tahun 2004, dari 12 negara eksportir meubel kayu terbesar di dunia dapat dilihat pada Tabel 3. Indonesia berada pada posisi paling bawah, sedangkan China pada posisi ke dua setelah Italia. Tabel 3. Negara Eksportir Meubel Kayu Terbesar di Dunia (US$ Juta) Negara Periode Italia China Jerman Polandia Kanada AS Denmark Perancis Austria Malaysia Belgia Indonesia Sumber: Asmindo (2006) Walaupun hingga saat ini Indonesia masih berada pada posisi sangat lemah dibandingkan China dalam ekspor meubel kayu. Indonesia tetap mempunyai prospek jangka panjang yang bagus. Ini disebabkan negara-negara tujuan utama ekspor meubel kayu Indonesia saat ini masih didominasi Amerika Serikat sebesar 29,05 persen, Jepang sebesar 9,63 persen, dan UE hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Amerika Serikat adalah negara importir terbesar di dunia untuk meubel kayu. Amerika Serikat juga merupakan mitra dagang penting Indonesia bukan hanya untuk meubel tetapi juga untuk produk-produk lainnya. Ini artinya, sebenarnya tidak ada rintangan kultur, budaya atau selera dari negara tersebut terhadap produk-produk dari Indonesia terkecuali hambatan-hambatan teknis untuk produk-produk tertentu (non-tariff barries; NTBs).

18 18 Tebel 4. Negara Tujuan Utama Ekspor Meubel Kayu Indonesia Tahun 2007 No. Negara Pangsa Pasar (%) 1. Amerika Serikat 29,05 2. Jepang 9,63 3. Belanda 6,73 4. Inggris 5,87 5. Perancis 5,52 6. Jerman 5,32 7. Belgia 4,47 8. Spanyol 3,90 9. Italia 3, Australia 3, Lainnya 18,91 Total 100,00 Sumber: Asmindo (2008) Komoditas meubel kayu telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10 komoditas andalan ekspor. Meskipun industri meubel kayu di Indonesia dihadapkan pada berbagai kesulitan, baik akibat krisis ekonomi maupun akibat illegal logging dan illegal trading, tetapi nilai ekspor produk meubel kayu Indonesia masih tetap mengalami pertumbuhan dan mampu memberikan sumbangan devisa yang besar terhadap negara. Peningkatan nilai ekspor ini sangat penting artinya bagi perekonomian nasional, mengingat sektor ini melibatkan ribuan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mampu bertahan sampai sekarang. Sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja 4 sampai 5 juta orang sehingga dapat mengurangi pengangguran dan menghasilkan nilai tambah yang cukup signifikan pada industri kayu olahan.

19 Perumusan Masalah Saat krisis moneter Juli tahun 1997 yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah sehingga terjadi krisis multidimensi dan berdampak pada industri meubel kayu. Akibat krisis moneter pemerintah menurunkan pajak ekspor kayu bulat menjadi maksimum 10 persen sebelum akhir Desember tahun 2000 dan 0 persen pada tahun Perubahan kebijakan dan krisis moneter tersebut ternyata sangat berpengaruh terhadap komposisi ketersediaan bahan baku terutama bagi industri meubel kayu. Pada tahun 2003, Perhutani hanya mengeluarkan jatah tebang jati 900 ribu m3, padahal kebutuhan industri meubel kayu mencapai 2 juta m3. Total kebutuhan semua jenis kayu industri meubel sebanyak 4 juta sampai 4,5 juta m3. Selain itu pembatasan jatah tebang juga langsung menaikkan harga kayu jati dari Rp 8 juta/m3 menjadi Rp 10 juta/m3 atau naik sekitar 27 persen (Asmindo, 2006). Dengan demikian, kenaikan harga bahan baku kayu menyebabkan kenaikan biaya produksi sebesar 13,5 sampai 16,2 persen. Padahal 60 persen bahan baku meubel adalah kayu yang tentu saja berakibat pada meningkatnya biaya produksi. Dari segi harga, produk Indonesia sulit bersaing akibat biaya produksi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan harga bahan baku kayu yang lebih mahal maupun berbagai pungutan yang dibebani kepada pengusaha. Salah satu pungutan yang dibebankan adalah Pungutan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dikutip oleh Bea Cukai. Nilainya sebesar Rp Rp /dokumen ekspor (Asmindo, 2006).

20 20 Dari sisi material, produk meubel kayu Indonesia jauh lebih baik dibandingkan produk impor. Namun harga produk impor lebih rendah sekitar 25 sampai 30 persen dan memiliki desain yang lebih modern dan kontemporer. Alasan tersebut menyebabkan meubel kayu impor digemari konsumen kelas menengah ke atas. Sampai saat ini sebagian besar desain produk meubel kayu Indonesia yang diekspor ke berbagai negara masih ditentukan para pembeli dan hal ini merugikan para produsen dalam hal kreatifitas dan harga. Jumlah penduduk dan pendapatan per kapita Amerika Serikat adalah faktor yang sangat mendukung bagi ekspor meubel kayu Indonesia. Data International Financial Statistics dan Census Bureau tahun 2007 menunjukkan jumlah penduduk Amerika Serikat sebesar jiwa dengan pendapatan domestik bruto sebesar US$ ,8 miliar. Hal tersebut tidak menjadi keuntungan yang berarti bagi Indonesia karena jumlah ekspor meubel kayu Indonesia hanya mengusai pasar Amerika yang relatif kecil yaitu sebesar 29,05 persen pada tahun Berdasarkan penjelasan di atas maka perumusan masalah yang dapat diambil yaitu sebagai berikut: 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat? 2. Bagaimana potensi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor meubel kayu Indonesia?

21 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat. 2. Menganalisis potensi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor meubel kayu Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Merupakan sarana dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari di bangku perkuliahan, khususnya di bidang ilmu ekonomi. 2. Merupakan wahana informasi pemikiran dan sumber tambahan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama. 3. Merupakan bahan masukan dalam hal kebijakan pengembangan industri meubel kayu di Indonesia. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya meneliti kayu dalam bentuk barang jadi (meubel kayu). Sedangkan produk kayu lainnya seperti kayu mentah (bulat) dan kayu setengah jadi tidak dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan, kebijakan, tarif, dan pembebanan biaya yang diberlakukan dalam perdagangan. Produk meubel kayu yang dianalisis yaitu berdasarkan Harmonized System dengan kode (Wooden Furniture). Bahan baku meubel kayu yang dianalisis dalam penelitian ini bukan hanya bahan baku meubel yang terbuat dari kayu Jati, tetapi terdapat beberapa jenis kayu lainnya.

22 22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap dalam Proses Produksi Meubel Kayu Proses produksi dapat berbeda dari satu produsen meubel kayu dengan produsen lain berdasarkan bahan baku yang dibutuhkan, jenis produk yang dibuat serta alat produksi yang dipakai dalam proses produksi. Meskipun begitu, tahaptahap utama dalam proses produksi adalah sebagai berikut ( a. Bahan baku, yaitu kayu gelondongan maupun papan ditentukan kualitasnya (disortir) sesuai dengan kebutuhan produk jadi, yaitu sesuai jenis-jenis kayu serta ukuran panjang, tebal, dan lebar kayu yang dibutuhkan dalam proses produksi. b. Kayu gelondongan dibelah menjadi papan dengan menggunakan mesin band saw/dimension saw ukuran besar. c. Selanjutnya kayu papan dikeringkan. Proses pengeringan kayu dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pengeringan secara alam atau pengeringan melalui klin dryer. d. Sebelum kayu dikeringkan di dalam kiln dryer kedua ujung kayu biasanya ditutup dengan lapisan (coating), yaitu campuran antara lem kayu dan semen putih, supaya kayu tersebut tidak melengkung pada proses pengeringan. e. Kayu yang dilapis selanjutnya masuk dalam ruang pengeringan (kiln dryer) kurang lebih selama 3 sampai 7 hari sampai mencapai kadar basah kayu (moisture content) antara 10 sampai dengan 14 persen.

23 23 f. Kayu yang sudah keluar dari kiln dryer kemudian disiapkan di gudang dan dibiarkan untuk beberapa waktu agar ada penyesuaian dengan udara di luar kiln dryer. g. Selanjutnya papan kering dipotong-potong sesuai dengan ukuran dan arah yang diinginkan yaitu pemotongan vertikal dengan mesin belah (rip-saw) dan pemotongan horisontal dengan mesin potong (cross cut saw). h. Tahap berikut dalam proses produksi adalah proses pembuatan macammacam komponen untuk meubel kayu yang diproduksi. Pembuatan komponen dilakukan dengan menggunakan beberapa mesin seperti mesin planner, mesin tenonner, mesin morticer, mesin spidle moulder, mesin router, mesin lathe, mesin bubut, mesin auto shaping, mesin circular saw, mesin rip saw, mesin radial arm saw, mesin cut off saw, laminating flat press, frame press, dan rotary frame press. i. Beberapa usaha kecil produsen meubel membuat ukiran pada jenis-jenis komponen yang ditetapkan pada permukaan atau bagian depan produknya. Biasanya ukiran tersebut dibuat oleh tenaga ahli yang berpengalaman di bidang ini. j. Sesudah semua komponen selesai dibuat, tahap berikutnya adalah penghalusan komponen-komponen oleh tenaga yang memakai berbagai jenis mesin planner dan sander. k. Sebagian dari meubel akan dilapis dengan cat, vernis maupun lacquer. Proses pelapisan dapat dilaksanakan pada komponen maupun pada perabot dan barang jadi sebelum maupun setelah semua komponen dirakit.

24 24 l. Proses perakitan komponen-komponen menjadi barang jadi adalah satu tahap yang cukup penting. Pada tahap ini para produsen harus melakukan inspeksi pengendalian mutu atau quality control, yaitu mencek berulangulang komponen maupun barang jadi yang dibuat. Dalam rangka mempertahankan kualitas atas produk yang dibuat pengendalian kualitas harus dilakukan pada setiap tahap dalam proses produksi, mulai dengan pemilihan bahan baku, pemilihan papan maupun melakukan inspeksi atas komponen-komponen di masing-masing tahap atau work station akan tetapi inspeksi terakhir atas barang jadi merupakan inspeksi yang tidak boleh diabaikan. m. Proses terakhir pada tahap finishing adalah untuk memberikan merk label serta membungkus produk jadi untuk melindungi produknya dari air, kotoran udara maupun kerusakan selama meubel disimpan dalam gudang atau selama diangkut dari produsen kepada para pembeli didalam maupun di luar negeri. 2.2 Teori Perdagangan Internasional Pada abad ke 19 perdagangan luar negeri sudah membuktikan peranannya yang sangat penting dalam pembangunan negara-negara yang kini sudah maju (Kindleberger, 1997). Menurut pandangan kaum klasik dan neo-klasik, alasan utama terjadinya perdagangan internasional adalah terciptanya keuntungan bagi kedua negara yang melakukan perdagangan. Perdagangan suatu negara dengan negara lain terjadi karena kedua negara tersebut mengharapkan dapat memperoleh keuntungan berupa peningkatan efisiensi produksi. Oleh karena itu dengan melakukan perdagangan, suatu negara dapat membeli dengan harga yang lebih

25 25 rendah dibandingkan apabila memproduksi sendiri dan mungkin dapat menjual ke luar negeri pada tingkat harga yang relatif tinggi (Salvatore, 1997). Gambar 2 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi ekuilibrium dengan adanya perdagangan, ditinjau dari keseimbangan parsial. Panel A memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P1. Negara 2 akan berproduksi dan berkonsumsi di titik A berdasarkan harga relatif P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar antara P1 dan P3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan ekonominya. Apabila harga yang berlaku di atas P1, maka negara 1 akan memasok atau memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor (lihat panel A) ke negara 2. Di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X itu dari negara 1 (lihat panel C). Negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X (Panel A) karena Px/Py lebih besar dari P1, sehingga kurva penawaran ekspornya atau S mengalami peningkatan (Panel B). Di lain pihak, karena Px/Py lebih rendah dari P3, maka negara 2 mengalami kelebihan permintaan untuk komoditi X (Panel C) dan ini mengakibatkan permintaan impor negara 2 terhadap komoditi X atau D, mengalami kenaikan (Panel B). Panel B juga menunjukkan bahwa hanya pada

26 26 tingkat harga P2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 akan persis sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh negara 1. Dengan demikian P2 merupakan Px/Py atau harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan diantara kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya atau Px/Py, sehingga pada akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P2. Sebaliknya jika Px/Py lebih kecil daripada P2, maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X yang selanjutnya akan menaikkan Px/Py sehingga akan sama dengan P2. Px/Py Panel A Pasar di Negara 1 untuk komoditi X Px/Py Panel B Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X Px/Py Panel C Pasar di Negara 2 untuk Komoditi X S x A" S P 3 A' P 2 P 1 B Ekspor E A D x S x A * B* E* D B Impor E' D x 0 X 0 X 0 X Gambar 2. Kurva Perdagangan Internasional Sumber: Salvatore (1997)

27 Ekspor Penawaran ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi dikurangi dengan konsumsi atau permintaan domestik ditambah dengan stok tahun sebelumnya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: QXt = QPt QDt + St-1 Dimana: QXt = Jumlah ekspor komoditi pada tahun ke-t QPt = Jumlah produksi pada tahun ke-t QDt = Jumlah konsumsi / permintaan domestik pada tahun ke-t St-1 = Stok tahun sebelumnya Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor adalah stok tahun sebelumnya (St-1). Stok adalah sisa penawaran yang tidak terjual dan masuk menjadi penawaran tahun ini. Namun dikarenakan faktor tersebut nilainya relatif konstan sehingga peubah tersebut dapat dikeluarkan dari model. Maka rumusnya menjadi sebagai berikut: QXt = QPt QDt Jumlah produksi dapat ditentukan oleh harga, jika harga naik maka kemungkinan produsen akan meningkatkan produksinya. Produksi yang dihasilkan sebagian akan dikonsumsi dalam negeri baru sisanya digunakan untuk ekspor dan jika lebih maka akan menjadi stok. Ekspor akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan perekonomian, karena pengeluaran dari negara lain atas barang dan jasa yang dihasilkan didalam negeri. Faktor utama yang menentukan kemampuan mengekspor ke luar negeri antara lain:

28 28 1. Daya saing dan keadaan ekonomi negara-negara lain, kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang yang bermutu dan dengan harga yang murah akan menentukan tingkat ekspor yang dicapai suatu negara, 2. Proteksi di negara-negara lain, karena kebijakan proteksi di negara maju akan memperlambat perkembangan ekspor di negara-negara sedang berkembang, 3. Nilai tukar valuta asing, seorang pengusaha akan menentukan untuk mengekspor barang setelah melihat pertimbangan nilai tukar valuta asing Harga Menurut Lipsey (1995) harga dan kuantitas permintaan suatu komoditi berhubungan secara negatif. Artinya jika harga semakin rendah maka jumlah yang diminta akan semakin tinggi, dengan faktor lain tetap. Harga barang lainnya dalam fungsi permintaan terbagi menjadi dua yaitu harga barang subtitusi dan harga barang komplementer. Harga barang subtitusi yaitu jika harga barang tersebut naik maka permintaan komoditas subtitusinya akan meningkat. Sedangkan untuk harga barang komplementer terjadi hal sebaliknya yaitu jika harganya naik maka permintaan akan turun. Populasi juga dapat mempengaruhi harga, peningkatan populasi akan meningkatkan kuantitas permintaan. Lipsey (1995) menyatakan satu hipotesis ekonomi yang mendasar sebagian besar untuk kebanyakan komoditi, harga yang ditawarkan berhubungan secara positif dengan jumlah yang ditawarkan. Dengan kata lain semakin besar harga komoditi maka akan semakin banyak kuantitas komoditi tersebut yang ditawarkan.

29 Pendapatan Gross Domestic Product (GDP) adalah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produk barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2003). Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menghitung GDP yaitu; pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran (Deliarnov, 1995). Berdasarkan pendekatan produksi, GDP adalah total nilai tambah dari seluruh sektor kegiatan ekonomi. Dengan pendekatan produksi, GDP diformulasikan sebagai berikut : GDP = N T Dimana : NT = nilai tambah dari seluruh kegiatan usaha dalam perekonomian GDP juga dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pendapatan, yaitu dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh produsen dalam negeri. Dengan pendekatan ini GDP dapat dirumuskan sebagai berikut : GDP = W + OS + TSP Dimana : W = komponen tenaga kerja (upah, gaji, dan tenaga kerja lain seperti kontribusi sosial) OS = gross operating surplus perusahaan seperti keuntungan, bunga, sewa, dan penyusutan TSP = pajak setelah dikurangi subsidi Sedangkan untuk pendekatan pengeluaran GDP dapat dirumuskan sebagai berikut : GDP = C + I + G + (X-M) Dimana : C = konsumsi rumah tangga konsumen I = investasi (pembentukan modal bruto) X = ekspor

30 30 Kapasitas perekonomian suatu negara terbuka dapat diketahui berdasarkan kurva batas kemungkinan produksinya. Batas kemungkinan produksi adalah sebuah kurva yang memperlihatkan berbagai alternatif kombinasi dua komoditi yang dapat diproduksi oleh suatu negara dengan menggunakan semua sumberdayanya dengan teknologi terbaik yang dimiliki. Y KI KKP 2 KKP 1 E' E X 1 X 2 X 3 X Gambar 3. Kurva Kemungkinan Produksi Sumber: Salvatore (1997) Pada Gambar 3 terdapat dua kurva kemungkinan produksi, KKP1 dan KKP2. Dengan asumsi negara memproduksi komoditi ekspor X, maka apabila terjadi kenaikan GDP negara akan menambah kapasitas untuk memproduksi komoditi ekspor dan menggeser kurva KKP1 menjadi KKP2. Besar perubahan KKP tergantung pada besar perubahan GDP yang terjadi dan pergeseran ini menggambarkan pertambahan produksi domestik suatu negara. Sesudah terjadi pergeseran dengan asumsi konsumsi masyarakat sama dan negara mengekspor komoditi X, ekspor meningkat sebesar X1X2 menjadi X1X3.

31 Nilai Tukar Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang antar kedua negara. Nilai tukar riil menyatakan dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang lain. Hubungan yang terjadi antara nilai tukar nominal dan nilai tukar riil adalah bahwa nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi maka barang luar negeri relatif lebih murah dan barang domestik relatif lebih mahal. Apabila hal tersebut terjadi maka penduduk akan berkeinginan untuk membeli barang-barang impor sehingga ekspor netto menjadi lebih rendah. Ekspor netto adalah nilai ekspor dikurangi nilai impor. Jadi hubungan antara nilai tukar dengan ekspor netto adalah hubungan yang terbalik. Gambar 5 menunjukkan hubungan negatif antara perdagangan dengan nilai tukar riil Nilai tukar riil, NX ( ) 0 Ekspor Bersih, NX Pendapatan Gambar 5. Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Ekspor Bersih Sumber: Mankiw (2003)

32 Populasi Pertambahan populasi dapat mempengaruhi ekspor melalui dua sisi yaitu penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran pertambahan populasi yaitu pertambahan tenaga kerja untuk melakukan produksi komoditi ekspor. Kenaikan kepemilikan tenaga kerja di suatu negara dari waktu ke waktu akan mendorong ke atas kurva-kurva batas kemunginan produksi negara yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu kurva kemungkinan produksi. Px/Py Px/Py Px/Py S x S 1 A" S P 3 A' P 2 Ekspor E S x P 4 B* E* B 1 B Impor E" E' P 1 A Dx D x A D D x 0 X 0 X 2 X 1 X 0 X Pasar di Negara 1 untuk komoditi X Hubungan perdagangan Internasional komoditi X dengan bertambahnya populasi Pasar di Negara 2 untuk komoditi X Gambar 5. Analisis Parsial Pertambahan Populasi Sumber: Salvatore (1997)

33 33 Kondisi awal kemungkinan produksi adalah KKP1. Adanya pertambahan populasi disisi penawaran maka akan terjadi pergeseran dari KKP1 menjadi KKP2. Hal ini menggambarkan peningkatan produksi domestik negara. Pertumbuhan populasi dari sisi permintaan akan menyebabkan bertambah besarnya permintaan domestik. Dapat dilihat pada Gambar 5, pertambahan permintaan domestik pada negara eksportir akan menurunkan jumlah ekspor yang dilakukan oleh negara 1. Keseimbangan yang berlaku pada pasar internasional berada pada tingkat harga P4 dan jumlah komoditi yang diperdagangkan sebesar X2. Negara 2 akan menerima komoditi X2 lebih sedikit dengan tingkat harga yang lebih besar daripada sebelum terjadi pertambahan populasi. 2.4 Regresi Berganda Analisis regresi merupakan studi yang menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara satu peubah endogen dengan beberapa peubah eksogen, dengan tujuan untuk mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai peubah bebas yang diketahui (Gujarati, 1997). Hubungan antara peubah-peubah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan: Yi = 0 + 1X1i + 2X2i pxpi + i i = 1, 2, 3,..., n Dimana: Y = peubah tidak bebas 0 = intersep 1 sampai p = koefisien kemiringan parsial = unsur gangguan (disturbance) stokhastik i = observasi ke-i

34 34 Menyatakan kuat tidaknya hubungan linear antara peubah endogen dan peubah eksogen dapat diukur dari koefisien korelasi atau r. Melihat besarnya pengaruh dari variabel eksogen terhadap perubahan endogen dapat dilihat dari koefisien R2. Model dalam penelitian ini diduga dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square = OLS). Dalam menganalisis model persamaan digunakan program Eviews 4.1. Metode OLS yang digunakan juga memiliki kelemahan yaitu seluruh asumsi-asumsi yang terdapat didalamnya harus terpenuhi. Apabila salah satu asumsi tidak terpenuhi, maka akan timbul masalah normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi, yang dapat merusak sifat kestabilan penduga OLS. Oleh karena itu diperlukan pengujian terhadap model tersebut. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi jika menduga model dengan metode OLS adalah (Gujarati, 1997): 1. Normalitas, nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E (ei) = 0, untuk i = 1, 2, 3,...n 2. Homoskedastisitas, varian (ej) = E (ej) + 2, sama untuk semua kesalahan pengganggu. 3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian (ei, ej) = 0, dimana i j 4. Variabel bebas X1, X2,...Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi, ei) = Tidak ada kolinearitas ganda antara variabel bebas X.

35 35 Gujarati (1997) menyatakan bila asumsi-asumsi tersebut dapat dipenuhi maka dengan metode penduga OLS akan menghasilkan koefisien regresi yang memenuhi sifat-sifat BLUE yaitu: Best = Efisien yang berarti ragam atau variannya minimum dan konsisten yang bararti walaupun menambah jumlah sampel maka nilai sampel estimasi yang diperoleh tidak akan berbeda jauh di parameternya. Linear = Koefisien regresinya linear Unbiased = Tidak bias, nilai estimasi dari sampel akan mendekati nilai populasi Estimator = Penduga parameter 2.5 Variabel Dummy Analisis regresi linear berganda dengan variabel terbuka adalah analisis regresi linear berganda dimana salah satu atau beberapa variabel bebasnya atau variabel eksogennya merupakan variabel boneka (Firdaus, 2004). Nama lain dari variabel boneka adalah variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel dengan skala nominal. Dalam analisis regresi, variabel dummy ini menggunakan nomor kode 1 untuk pengamatan yang masuk satu kategori dan nomor 0 untuk pengamatan yang masuk kategori lainnya. Penelitian ini menggunakan kode 0 untuk menjelaskan perekonomian pada saat sebelum terjadi krisis, dan kode 1 untuk menjelaskan keadaan perekonomian pada saat setelah terjadi krisis.

36 Penelitian Terdahulu Turnip (2002) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor menggunakan model regresi linear berganda dan dianalisis dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia adalah produksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, harga kopi domestik, harga ekspor kopi dan volume ekspor tahun sebelumnya. Sedangkan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kopi Indonesia ditemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kopi Indonesia adalah pendapatan per kapita, jarak tempuh dan jumlah penduduk negara tujuan ekspor. Variabel harga impor dan nilai tukar tidak mempengaruhi aliran perdagangan kopi Indonesia. Selo Sambudi (2004) menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor kopi arabika Indonesia. Pada model penawaran ekspor digunakan model fungsi linear dan pada model penawaran produksi digunakan model fungsi Cobb-Douglas. Kedua model tersebut diduga dengan menggunakan metode OLS. Hasil analisis regresi pada model produksi menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi produksi kopi arabika Indonesia secara nyata adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, dan peptisida. Variabel trend waktu dan dummy tahun krisis tidak berpnegaruh nyata. Hasil analisis pada model ekspor menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika Indonesia yang berpengaruh nyata adalah harga ekspor, harga domestik, nilai tukar, produksi, dan dummy.

37 37 Feisal (2004) menganalisis permintaan ekspor CPO Indonesia dengan munggunakan motode analisis Error Corection Model (ECM). Hasil penelitian menujukkan variabel yang berpengaruh terhadap permintaan CPO Indonesia yaitu harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, dummy yang menjelaskan pajak ekspor, dan permintaan ekspor pada tahun sebelumnya. Hasil analisis dengan menggunakan Error Corection Model yaitu memperlihatkan pada jangka pendek variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan CPO Indonesia adalah harga domestik, lag 3 harga ekspor, dan lag 2 nilai tukar. Sedangkan untuk jangka panjang yang mempengaruhi permintaan CPO Indonesia yaitu pertumbuhan harga domestik dan harga ekspor. Prihartini (2004) menganalisis potensi Singapura sebagai negara tujuan ekspor tekstil Indonesia dan mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ekspor tekstil Indonesia ke Singapura dan menganalisis seberapa besar pengaruhnya. Metode analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Secara parsial variabel harga riil di Indonesia dan dummy tidak nyata mempengaruhi ekspor benang tekstil Indonesia ke Singapura. Sedangkan variabel harga riil di Singapura, pendapatan per kapita singapura, dan nilai tukar riil Indonesia Singapura mempengaruhi ekspor benang tekstil Indonesia ke Singapura secara nyata. Namun variabel harga riil di Indonesia, harga riil di Singapura, dan nilai tukar tidak nyata mempengaruhi ekspor kain tenun kapas. Sedangkan variabel pendapatan per kapita Singapura dan dummy mempengaruhi ekspor kain tenun kapas Indonesia ke Singapura secara nyata.

38 38 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada komoditi yang dianalisis yaitu komoditi meubel kayu. Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat yaitu harga riil ekspor meubel kayu, harga meubel kayu di Indonesia, harga riil meubel kayu di Amerika Serikat, nilai tukar riil, pendapatan per kapita Amerika Serikat, jumlah penduduk Amerika Serikat dan variabel dummy (kondisi sebelum krisis dan setelah krisis).

39 39 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Industri meubel kayu merupakan salah satu industri yang dapat memberikan sumbangan terhadap devisa negara dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Selain itu industri meubel kayu termasuk 10 kategori industri yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hasil meubel kayu Indonesia sudah sangat terkenal di dunia internasional dan permintaan terhadap produk tersebut cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil menyebabkan ekspor meubel kayu mengalami naik turun dalam jumlah nilai maupun volumenya. Meskipun dalam beberapa tahun ekspor Indonesia mengalami peningkatan permintaan karena didukung dengan kualitas yang baik. Peningkatan tersebut masih sangat kurang dari yang diharapkan. Adanya permintaan dari berbagai negara menyebabkan terjadinya perdagangan produk dari Indonesia sebagai negara pengekspor ke negara tujuan. Tujuan ekspor utama meubel kayu Indonesia yaitu Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara pengimpor meubel kayu terbesar di dunia dan pasar yang sangat potensial karena didukung oleh jumlah penduduk yang banyak, pertumbuhan ekonomi yang maju, dan merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia dalam berbagai produk bukan hanya meubel kayu tetapi produk-produk lainnya. Potensi ekonomi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor meubel kayu Indonesia dapat dilihat dari tiga indikator ekonominya yaitu Gross Domestic

40 40 Product Amerika Serikat, jumlah penduduk Amerika Serikat, dan nilai tukar. Sehingga dari ketiga indikator tersebut dapat diketahui seberapa besar potensi Amerika Serikat sebagai negara importir meubel kayu Indonesia. Potensi Amerika Serikat dianalisis menggunakan metode deskriptif yaitu hanya berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1992). Variabel ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat dalam penelitian ini meliputi tujuh variabel yang semuanya sesuai dengan teori ekonomi. Variabelvariabel tersebut antara lain: harga riil ekspor meubel kayu Indonesia di pasar internasional, harga riil meubel kayu di Indonesia, harga riil meubel kayu di Amerika Serikat, nilai tukar riil, pendapatan per kapita Amerika Serikat, jumlah penduduk Amerika Serikat, dan variabel dummy yang menjelaskan peristiwa perekonomian sebelum dan setelah krisis. Peningkatan harga riil ekspor meubel kayu Indonesia di pasar internasional akan menyebabkan volume ekspor meubel kayu ke Amerika Serikat mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan perusahaan-perusahaan akan lebih giat untuk berproduksi karena adanya peningkatan harga ekspor meubel kayu dunia sehingga keuntungan yang diperoleh juga akan meningkat. Peningkatan harga meubel kayu di Indonesia akan menyebabkan volume ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat akan mengalami penurunan. Hal ini diduga karena naiknya harga meubel kayu menyebabkan para importir yang dalam hal ini Amerika Serikat akan membayar lebih mahal untuk produk meubel kayu yang dibeli di Indonesia sehingga ekspor menurun.

41 41 Peningkatan harga meubel kayu di Amerika Serikat diharapkan dapat meningkatkan ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat. Hal ini diduga karena tingginya harga meubel kayu di AS menyebabkan permintaan meubel kayu AS akan mengalami penurunan. Sehingga ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor meubel kayunya ke Amerika Serikat. Pertambahan penduduk Amerika Serikat akan meningkatkan permintaan terhadap komoditi ekspor, sehingga volume ekspor meubel kayu Indonesia juga mengalami kenaikan. Sedangkan perubahan pada pendapatan masyarakat akan berpengaruh pada permintaan suatu komoditi. Jika pendapatan per kapita meningkat maka permintaan terhadap suatu komoditi akan bertambah (Lipsey, 1995) Nilai tukar mata uang suatu negara lain dijadikan pertimbangan untuk mengukur nilai pembelian barang yang harus dikeluarkan dari luar negeri. Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar Indonesia terhadap dollar Amerika. Apabila nilai tukar Indonesia terdepresiasi maka ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat diharapkan akan mengalami kenaikan. Fluktuatifnya ekspor meubel kayu tersebut menjadi hal yang penting untuk menganalisis mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat. Analisis ekspor meubel kayu menggunakan persamaan regresi berganda. Data diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Persamaan untuk melihat faktor mana yang berpengaruh nyata pada variabel endogennya dan juga untuk mengetahui apakah pengaruh yang diberikan dari tiap variabel eksogen tersebut signifikan pada taraf nyata yang digunakan dan sesuai dengan hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Dari hasil

42 42 analisis tersebut, diharapkan dapat memberikan strategi untuk meningkatkan ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat. Kerangka pemikiran konseptual dapat digambarkan dalam bentuk skema yang diperlihatkan pada Gambar 6. Industri Meubel Kayu Indonesia Ekspor Meubel Kayu Fluktuatif Amerika Serikat Regresi Berganda 1. Harga rill Ekspor 2. Harga riil meubel kayu di AS 3. Harga riil meubel kayu di Indonesia 4. Nilai Tukar Riil 5. Pendapatan per Kapita AS 6. Jumlah Penduduk AS 7. Dummy = sebelum dan setelah krisis Potensi Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor meubel kayu Ordinary Least Square (OLS) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Meubel Kayu ke AS Strategi Meningkatkan Ekspor Meubel Kayu Indonesia ke AS Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H14053975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE 1983 2005 (PendekatanTotal Factor Productivity) OLEH ATERIS BILADA H14104021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT OLEH : AHMAD HERI FIRDAUS H14103079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA 1976 2006 OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H 14104067 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 12 1.3. Tujuan Penelitian... 14 1.4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA OLEH : RATIH NURALITHA PRATIKA H14103051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkayuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perolehan devisa dan pembangunan ekonomi negara. Perkembangan industri kayu di Indonesia dimulai pada

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Oleh : RADIX ADININGAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H14053143 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional merupakan dua arus yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Globalisasi ekonomi dapat membuka kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H14102021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN EDI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H14104059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh DEKY KURNIAWAN H14103122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1.2. Rumusan Masalah... 1.3. Tujuan dan Manfaat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA: APLIKASI HUKUM OKUN OLEH REINHARD JANUAR SIMAREMARE H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA: APLIKASI HUKUM OKUN OLEH REINHARD JANUAR SIMAREMARE H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA: APLIKASI HUKUM OKUN OLEH REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H14102035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA 9 # ts ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL OIeh SOHAR THOMAS GUBTOM A26.0308 JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTAIPIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTAWlAfU

Lebih terperinci

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA 9 # ts ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL OIeh SOHAR THOMAS GUBTOM A26.0308 JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTAIPIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTAWlAfU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR PULP DAN KERTAS INDONESIA OLEH AGUSTINA WIDI PALUPI NINGRUM H

ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR PULP DAN KERTAS INDONESIA OLEH AGUSTINA WIDI PALUPI NINGRUM H ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR PULP DAN KERTAS INDONESIA OLEH AGUSTINA WIDI PALUPI NINGRUM H14102020 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS PERMINTAAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR KOPI SUMATERA UTARA SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR KOPI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR KOPI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : WILDA KARTIKA 090304095 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H14103094 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H14103002 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series, yang merupakan data bulanan dari tahun 005 sampai 008, terdiri dari

Lebih terperinci