BAB I PENDAHULUAN. yang bertugas untuk menjalankan fungsi tersebut yaitu Kepolisian Negara
|
|
- Doddy Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua negara di dunia membutuhkan lembaga yang bertugas untuk menyelenggarakan keamanan dan ketertiban umum. Indonesia memiliki lembaga yang bertugas untuk menjalankan fungsi tersebut yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Polri merupakan suatu lembaga yang mendapatkan tugas dan wewenangnya berdasarkan sistem ketatanegaraan Indonesia untuk menjaga keamanan negara dan menegakkan hukum yang berlaku dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Syafrika & Suyasa, 2004). Polri sebagai institusi, pengayom dan penegak hukum harus mampu berinteraksi dan berinterelasi dengan lingkungan sosialnya. Kleden (2001) menganggap polisi sebagai the strong hand of the society dan the soft hand of society. Polisi menghadapi dilema dalam menerapkan kedua peran tersebut. Sebagai penegak hukum, polisi harus selalu teratur dalam berbagai situasi dan dalam mengendalikan berbagai tingkah laku manusia. Meskipun polisi melaksanakan tugasnya dengan adil, baik, dan diplomatis pekerjaan mereka tetaplah bukan tugas yang mudah (Sullivan, 1977). Direktur utama ACLU, Ira Glasser (dalam Amaranto, 2003) menyatakan bahwa polisi adalah pekerjaan yang mencakup banyak aspek, sulit, berbahaya, dan stressfull. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hans Seyle (dalam Haines, 2003) yang menyatakan bahwa polisi adalah pekerjaan yang paling menyebabkan stres di Amerika, bahkan lebih stres daripada petugas pengawas lalu lintas udara.
2 2 Pernyataan-pernyataan di atas sesuai dengan hasil penelitian McShane dan Glinow (2003) yang menyatakan bahwa polisi adalah salah satu dari beberapa pekerjaan yang digolongkan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada pekerjaan-pekerjaan lainnya, seperti: akuntan, artis, manajer rumah sakit, kepala sekolah, dan lain-lain. Hal ini tampak dari gambar berikut: Accountant Artist Auto mechanic Forester Hospital manager Physician Psychologist School principal Police officer Telephone operator U.S. president Waiter/ waitress Low stress occupations Medium stress occupations High stress occupations Sumber: McShane & Glinow (2003) Gambar 1. Stressors In Occupations Menurut Berg dkk (dalam Nuzulia, 2005), pekerjaan polisi tidak saja merupakan pekerjaan yang membuat stres, tetapi juga, karakteristik pada stres yang dialami oleh polisi berbeda dengan pekerjaan lain. Beberapa hal yang menyebabkan stres pada polisi adalah pimpinannya, waktu kerja yang padat yang menyebabkan kurangnya waktu dengan keluarga, teman sekerja, dan warga masyarakat. Haines (2003) menyatakan beberapa faktor lain yang turut berperan sebagai penyebab stres pada polisi yaitu gaji yang rendah, waktu tidur yang tidak teratur, dan konflik dengan keluarga dan teman.
3 3 Demikian pula Kunarto (2001), seorang punawirawan Polri dalam bukunya Perilaku Organisasi POLRI, menyatakan bahwa terdapat 9 (sembilan) penyebab stres pada polisi, yaitu: 1. Beban kerja berlebihan. 2. Tekanan/desakan waktu. 3. Kualitas pelaksana yang buruk. 4. Iklim politik yang tidak baik. 5. Wewenang yang tidak memadai. 6. Konflik berkepanjangan. 7. Perbedaan nilai tugas antara pimpinan dan bawahan. 8. Perubahan-perubahan organisasi yang tak lazim seperti PHK. 9. Frustrasi. Selain hal-hal tersebut di atas, Meliala (2001) menyatakan bahwa polisi juga mendapat tekanan dari masyarakat sipil. Kegusaran masyarakat, konon semakin dirasakan oleh polisi di banyak negara Barat maupun di Indonesia sebagai momok yang menghantui polisi. Para polisi mendapat kritikan ketika ingin menetapkan proses peradilan yang cepat. Sebaliknya, ketika ingin menerapkan peradilan yang tuntas dan optimal (lambat), mereka juga akan mendapat kritikan. Menurut Meliala (2001), hal ini ada kaitannya dengan sikap tanggung gugat (accountability) yang cenderung meningkat di kalangan polisi. Tanggung gugat merujuk pada kesediaan bertanggung jawab atas sesuatu yang secara tidak langsung dilakukan.
4 4 Polisi dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai penegak hukum dan keadilan memiliki beberapa tugas, yaitu sebagai petugas patroli, detektif, polisi remaja, polisi lalu lintas, petugas training, petugas identifikasi, dan petugas laboratorium (kriminal) (Sullivan, 1977). Adapun di Indonesia, berdasarkan website resmi Polda DIY (2008), Kepolisian Republik Indonesia (Polri) diklasifikasikan menjadi 9 (sembilan) bagian, atau yang disebut dengan direktorat, yaitu: 1. Direktorat Intelkam 2. Direktorat Polair 3. Direktorat Narkoba 4. Detasemen Direktorat Lantas 6. Direktorat Samapta 7. Satuan Brimob 8. Direktorat Pampar 9. Direktorat Reskrim Menurut Sullivan (1977), apabila dibandingkan dari kedelapan bidang kepolisian lainnya, polisi kriminal atau yang dikenal dengan Direktorat Reserse Kriminal (Dit. Reskrim) di Indonesia dianggap sebagai urat nadi kepolisian. Berdasarkan website resmi Polda DIY (2008), Dit. Reskrim merupakan unsur pelaksana utama Kepolisian Daerah (Polda) yang bertugas membina fungsi dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana termasuk fungsi Identifikasi dan fungsi Laboratorium Forensik lapangan dalam
5 5 rangka penegakan hukum, koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan sesuai ketentuan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.pe Dit. Reskrim bertugas untuk menindak segala jenis perilaku kriminal. Kriminal adalah suatu bentuk perilaku yang melanggar hukum. Kriminalitas adalah suatu tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum yang berlaku di masyarakat ( Lectric Law Library, 2008). Setiap anggota polisi kriminal dituntut untuk menguasai berbagai cabang ilmu untuk memberi solusi terhadap kasus yang belum terpecahkan. Kesaksian mereka juga dibutuhkan di persidangan (Sullivan, 1977). Bersaksi di persidangan menimbulkan tekanan tersendiri. Tekanan tersebut berasal dari kehadiran keluarga tersangka dan pihak pers yang menghadiri persidangan tersebut (Schmalleger, 1997). Tekanan lain yang dirasakan polisi, khususnya polisi kriminal adalah waktu. Mereka dituntut untuk selalu siaga selama 24 jam (Sullivan, 1977). Menurut Meliala (2001), polisi kriminal sering menghadapi jenis bahaya yang berbeda, yaitu harus senantiasa mewaspadai perlawanan pelaku kejahatan yang dapat mengancam keselamatan jiwa polisi yang hendak menangkapnya ataupun keselamatan masyarakat lainnya. Sarwono (dalam Pratama, 2008) menyatakan bahwa polisi kriminal terkadang harus menghadapi situasi hidupmati, menembak atau ditembak, dan melihat rekan kerja mereka tewas. Akibatnya, polisi kriminal lebih rentan mengalami Post-Traumatic Syndrome Disorder, yaitu mengalami gejala stres yang sangat berat setelah mengalami suatu peristiwa traumatik.
6 6 Nuzulia (2005) juga menemukan bahwa bekerja pada komunitas yang besar dilaporkan lebih stres daripada yang berada pada komunitas kecil. Hal ini berhubungan dengan aspek-aspek pekerjaan polisi kota, termasuk tindak kriminal yang lebih tinggi. Fisher (dalam Bell, 1996) menyatakan bahwa tingkat kriminalitas lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan. Tingkat kekerasan mencapai hampir 8 (delapan) kali lebih besar dan tingkat pembunuhan 3 (tiga) kali lebih besar di kota besar dibandingkan dengan daerah pedesaan (Bell, 1996). Salah satu kota terbesar di Indonesia adalah Medan. Kota Medan memiliki populasi penduduk yang berjumlah 4 juta orang, Medan merupakan salah satu kota terpenting bagi industri dan perdagangan Indonesia (PT. Medan Mas Karimun, 2008).polda. Kota Medan saat ini telah menjadi Kota Koboi. Pasalnya, dalam beberapa waktu belakangan ini, aksi tindak kriminal baik perampokan dan penembak misterius semakin bergentayangan dan ironisnya tidak satupun terungkap (Samosir, 2006). Misalnya saja perampokan Rp. 500 juta gaji karyawan PTP II dan tewasnya anggota Polsek jajaran Poltabes Medan. Lebih uniknya lagi kawanan penjahat ini menggunakan senjata api dalam aksinya. Sementara itu, pelajar SD tewas terapung di dalam goni plastik di sungai Deli Medan baru-baru ini (Badan Informasi dan Komunikasi, 2005). Media massa dapat bertindak sebagai pengawas terhadap kasus-kasus yang belum terungkap, yang mengingatkan polisi untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Ketika hukum tidak memungkinkan polisi meneruskan kasus, maka pada umumnya pers akan cepat sekali sampai pada kesimpulan bahwa polisi telah
7 7 berkolusi dengan tersangka. Di mata polisi, pengawasan oleh media massa tersebut dirasakan sebagai campur tangan dan tekanan (Meliala, 2001). Menurut Rice (1992), kondisi tertekan ini disebut dengan stres. Lazarus dan Folkman (1980) berpendapat bahwa kondisi ketertekanan individu dapat disebabkan oleh stimulus internal dan eksternal. Menurut Sarafino (2006), stres adalah suatu kondisi yang diakibatkan adanya transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu mempersepsikan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan dirinya. Stres memiliki pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif dari stres adalah dapat mengaktifkan dan memotivasi individu sehingga dia dapat mencapai tujuannya, merubah lingkungannya, dan meraih kesuksesan dalam hidupnya. Pengaruh negatif dari stres disebabkan oleh tingkat stres yang terlalu tinggi dan individu merasa tidak sanggup untuk menghadapinya (Nuzulia, 2005). Pengalaman ini mengakibatkan gangguan fisiologis, psikologis dan tingkah laku. Menurut McShane dan Glinow (2003), gangguan-gangguan tersebut antara lain: sakit jantung, tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan penyakit-penyakit lainnya, ketidakpuasan kerja, depresi, burnout, penurunan performance kerja, tingginya absensi, agresi, dan lain-lain. Setiap individu diharuskan memiliki kemampuan coping yang baik untuk menghindari konsekuensi negatif ini, tidak perduli apakah individu tersebut mampu atau tidak (Duffy & Wong, 2003). Menurut Nuzulia (2005), coping adalah cara individu untuk mengatasi masalahnya. Folkman dan Lazarus (1980) memberikan definisi yang cukup jelas mengenai coping, yaitu segala upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi,
8 8 mengurangi, dan bersikap sabar dalam menghadapi tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan tersebut dapat berupa eksternal dan internal. Berdasarkan definisi ini, Matheny (1986) memberikan definisi coping sebagai segala usaha secara sehat maupun tidak sehat, sadar ataupun tidak, untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi efek stressor, atau untuk sabar menghadapi dampak negatif yang ditimbulkan oleh stressor tersebut (dalam Rice, 1992). Menurut Lazarus, Folkman, dkk (1986), ada 8 (delapan) cara dalam mengatasi stres, atau yang disebut dengan faktor-faktor coping, yaitu: confrontive coping, distancing, self-controlling, seeking social support, accepting responsibility, escape-avoidance, planful problem-solving, dan positive reappraisal. Menurut Lazarus, Folkman, dkk (1986) faktor-faktor coping tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam fungsi, yaitu: a. Problem-Focused Coping Strategi yang dibuat individu untuk mengembangkan perencanaan tindakan yang jelas terhadap stressor dan mengontrolnya sebisa mungkin. b. Emotion-Focused Coping Usaha yang dilakukan individu untuk mengontrol dan membebaskan perasaan-perasaan negatif (seperti amarah, frustrasi, rasa takut) yang disebabkan oleh tekanan yang diterimanya. Menurut Smet (1994), salah satu faktor yang mempengaruhi coping stress adalah karakteristik kepribadian. Rice (1992) berpendapat bahwa orang-orang
9 9 yang bersifat terbuka, aktif dalam hubungan sosial, dan sering mengekspresikan emosi akan merespon situasi stres dengan lebih baik dibandingkan dengan orangorang yang tertutup, menarik diri, dan jarang mengekspresikan emosinya. Orang yang tertutup atau introvert biasanya akan menyelesaikan masalahnya sendiri, tanpa meminta bantuan orang lain. Sarafino (2006) juga menambahkan bahwa semakin besar jaringan sosial dan intensitas hubungan interpersonal seseorang, maka semakin sering ia memberi dukungan dan mencari dukungan sosial ketika menghadapi masalah. Orang-orang yang bersifat terbuka akan lebih mau menerima saran dan informasi dari orang lain untuk menyelesaikan masalahnya. Menurut Costa dan McRae (dalam Pervin, 2005), orang-orang dengan kepribadian Neuroticism lebih sering merespon situasi stres dengan cara yang tidak tepat. Gordon Allport dan Raymond Cattell adalah orang-orang yang memulai meneliti tentang kepribadian dan mereka yakin bahwa faktor bawaan sangat berperan dalam membentuk kepribadian, sama halnya dengan faktor lingkungan (dalam Shultz & Schultz, 1994). Menurut Allport (dalam Suryabrata, 2002), kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis di dalam individu, sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya (McAdams dalam John & Srivastava, 1999). Masing-masing tingkatan ini memiliki keunikan dalam memahami perbedaan individu dalam perilaku dan pengalamannya. Namun,
10 10 jumlah sifat kepribadian dan skala kepribadian tetap dirancang tanpa hentihentinya (Goldberg dalam John & Srivastava, 1999). Eysenck (1981) setuju dengan pendapat Cattell (1977) yang menyatakan bahwa kepribadian merupakan kumpulan dari sifat-sifat yang saling berkombinasi yang disebut dengan superfactors (dalam Schultz & Schultz, 1994). Eysenck (1985) membagi kepribadian menjadi 3 (tiga) dimensi, yaitu: 1. Extraversion vs Introversion (E). 2. Neuroticism vs Emotional Stability (N). 3. Psychoticism vs Impulse Control (P). Namun peneliti-peneliti selanjutnya merasa tidak puas dengan teori tersebut. Menurut mereka teori-teori sebelumnya terlalu sederhana, hanya mencakup sedikit aspek dan rumit (dalam Schultz & Schultz, 1994). Setelah beberapa dekade, cabang psikologi kepribadian memperoleh suatu pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu The Big Five Personality (John & Srivastava, 1999). Kerangka berpikir Big Five merupakan suatu model hirarki kepribadian dengan lima faktor yang setiap faktornya menjelaskan kepribadian dengan jelas dan sangat luas. Pandangan Big Five menyatakan bahwa setiap perbedaan individu dalam kepribadiannya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bagian secara empiris (Gosling, Rentfrow, & Swann Jr, 2003). Istilah Big Five pertama kali dicetuskan oleh Lew Goldberg (1981). Menurut Srivastava (2008), Big Five merupakan 5 (lima) faktor atau dimensi sifat kepribadian yang meluas.
11 11 Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Extraversion (Surgency). Dimensi ini terdiri dari sifat-sifat seperti: talkative, berenergi, dan asertif. 2. Agreeableness. Dimensi ini mencakup sifat-sifat, seperti simpati, baik hati, dan berperasaan. 3. Conscientiousness. Orang dengan dimensi ini cenderung teratur, teliti, dan terencana. 4. Neuroticism (terkadang terbalik dan disebut dengan Emotional Stability). Dikarakteristikkan dengan sifat tegang, moody, dan cemas. 5. Openness to Experience (terkadang disebut dengan Intelect atau Intelect/ Imagination). Dimensi ini mencakup sifat-sifat seperti rasa ketertarikan yang luas, imaginatif, dan berwawasan luas. Beberapa peneliti lain, seperti Paul Costa dan Robert (Jeff) McRae menyebut pendekatan Big Five dengan istilah Five Factor Model atau Five Factor Theory. Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada faktor biologis yang menganggap bahwa faktor belajar dan pengalaman hanya memberikan pengaruh yang kecil dalam membentuk kepribadian (Srivastava, 2008). Faktor kepribadian Big Five atau Five Factor Model merupakan salah satu pendekatan yang lebih sederhana dan deskriptif dalam menggambarkan kepribadian manusia (Pervin, 2005). Hasil yang konsisten mengenai teori ini juga telah diperoleh dari berbagai teknik pengukuran. Kelima faktor ini telah ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa. Berdasarkan studi longitudinal
12 12 selama 6 (enam) tahun diperoleh kestabilan sifat pada subjek yang sama (dalam Schultz & Schultz, 1994). Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dinyatakan sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian big five personality dengan coping stress pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan. B. PERTANYAAN PENELITIAN Dari penjelasan di atas maka pertanyaan yang diajukan peneliti adalah bagaimana hubungan antara tipe kepribadian big five personality dengan coping stress pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan? Pertanyaan tambahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran coping stress dan kepribadian big five personality pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan? dan apakah ada perbedaan coping stress pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan bila ditinjau dari faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan suku subjek penelitian? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian big five personality dengan coping stress pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.
13 13 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat pada ilmu Psikologi Sosial terutama mengenai hubungan tipe kepribadian big five personality dengan coping stress pada polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan. b. Penelitian ini diharapkan agar menjadi pemicu munculnya penelitianpenelitian lain terhadap polisi yang memang masih jarang dijumpai saat ini. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi Direktorat Reserse Kriminal Poltabes Medan, seperti seleksi, penempatan, dan lain-lain. b. Memberi informasi mengenai hubungan antara tipe kepribadian big five personality dengan coping stress pada polisi reserse kriminal Poltabes Medan. E. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I : Pendahuluan berisikan uraian latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian ini.
14 14 Bab II : Landasan teori berisikan teori-teori yang berkaitan dengan big five personality, coping stress, dan direktorat reserse kriminal. Pada bab ini juga dijelaskan hubungan antar variabel dan hipotesa. Bab III : Metode penelitian, berisi uraian mengenai metode yang digunakan untuk penelitian ini, seperti pendekatan yang digunakan, sampel, cara pengambilan sampel, dan alat ukur penelitian. Bab IV : Analisa data berisi uraian hasil penelitian dan interpretasi data. Bab V : Kesimpulan, diskusi, dan saran.
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya (McAdams dalam John &
15 BAB II LANDASAN TEORI A. BIG FIVE PERSONALITY 1. Definisi Big Five Personality Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya (McAdams
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan
Lebih terperinci1. Bagaimana gambaran burnout pada anggota. 2. Mengapa terjadi burnout pada anggota polisi. 3. Bagaimana dampak burnout pada anggota
BURNOUT PADA ANGGOTA POLISI BAGIAN RESERSE DI POLSEK BOGOR Nama : Rizka Fadilla Khaerunnisa NPM : 10508201 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Anugriaty Indah Asmarany, S.Psi.,., Msi. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan otomotif khususnya mobil, akan terus berusaha untuk memproduksi unit-unit mobil dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana
BAB II LANDASAN TEORI A. PEMBELIAN IMPULSIF Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang memungkinkan masyarakat memiliki kebebasan untuk dapat menyampaikan aspirasinya tanpa perlu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping Coping berasal dari kata cope yang dapat diartikan menghadang, melawan ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.
Lebih terperinciKesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kekerasan maupun pembunuhan bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat, sudah banyak tindak kriminalitas yang terjadi di jaman sekarang ini. Pelakunya pun tak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five
35 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang menggunakan sumber daya manusia. Peran sumber daya manusia sangat dibutuhkan di dalam proses berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap
Lebih terperinciTRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: 13 Yoanita Fakultas PSIKOLOGI TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG Eliseba, M.Psi Program Studi Psikologi HANS EYSENCK Dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja
BAB II LANDASAN TEORI A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai
Lebih terperinciPSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress
PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak berpisahnya Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dari tubuh organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan Departemen Pertahanan dan Keamanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hidayat (2013) pendidikan adalah suatu upaya sadar yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dianugrahkan tuhan kepada manusia dan diarahkan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelayanan masyarakat (public service) (Maslach dalam Jones,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stres kerja merupakan hasil reaksi emosi dan fisik akibat kegagalan individu beradaptasi pada lingkungan kerja, dimana terjadi ketidak sesuaian antara harapan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinciSTRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG (Studi Kasus di Polrestabes Kota Semarang) Tri Yuli Arfianto Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi oleh dunia bisnis yang semakin kompleks. Ditandai dengan adanya perubahan lingkungan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pertikaian sangat sering terjadi di Indonesia, ada yang mengatasnamakan kelompok bahkan personal. Tiga hal utama yang dapat menimbulkan pertikaian adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian anak sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, setiap anak berhak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana individu memperoleh ilmu mengenai kepemimpinan yang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu universitas swasta di Indonesia yang berfokus pada kajian disiplin ilmu manajemen, Universitas Widyatama merupakan tempat dimana individu memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai berbagai macam teknologi yang dapat membantu manusia dalam membuat, menyusun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia seperti sekarang ini, tatkala persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menyebut orang yang menjadi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polisi 2.1.1 Pengertian Polisi Menurut Rianegara (2010), polisi berasal dari kata Yunani Politea. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga negara
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY DENGAN COPING STRESS PADA POLISI RESERSE KRIMINAL POLTABES MEDAN
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY DENGAN COPING STRESS PADA POLISI RESERSE KRIMINAL POLTABES MEDAN Skripsi Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Disusun oleh: Bima Sandro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era modern masa kini, banyak ditemukannya permasalahan yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak sesuai dengan rencana. Segala permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan sangatlah penting dalam setiap sendi
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia
10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) mengharuskan suatu organisasi melakukan usaha peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas segala kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupannya. Seringkali hal ini yang mendasari berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang terancam mengalami kebangkrutan karena tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia dihadapkan pada masalah krisis global. Akibat dari krisis global yang melanda sebagian besar negara di dunia ini adalah banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sepatu. PT. Pratama Abadi Industri adalah PMA Korea yang berdiri semenjak tahun 1989 dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. gunakan dalam menghadapi situasi stressfull (dalam Smet, 1994).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Coping stress menurut Lazarus dan Folkman (1984) adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, Polri sebagai salah satu organ pemerintahan dan alat negara penegak hukum mengalami beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemungkinan terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat yang dapat. mengenai pembegalan yang meresahkan masyarakat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini dengan semakin bertambahnya penduduk, berkembangnya teknologi, bertambahnya sarana/prasarana dan perkembangan ekonomi di negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana semboyan Tribrata
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kepolisian Indonesia adalah suatu lembaga hukum yang siap membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana pada setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda. Belakangan ini tak jarang dari beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penderita penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian kini mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, HIV/AIDS,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat umum akhir-akhir ini. Stres dapat diartikan sebagai perasaan tidak dapat mengatasi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertaruhkan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan sebuah dunia dimana banyak orang yang mempertaruhkan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Dunia kerja merupakan perwujudan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang sehat, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua negara di dunia pasti memiliki institusi yang bertugas sebagai badan pertahanan dan keamanan negara, tak terkecuali Indonesia. Sebelum reformasi, Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Secondary Traumatic Stress Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan trauma sekunder yang sering diartikan dengan salah. Walau terlihat mirip akan tetapi memiliki definisinya
Lebih terperinciGAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION
GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: HILMAYANI NASUTION 041301009 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait
9 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah kemacetan, stressor, stres, penyesuaian diri terhadap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing
67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. STRES 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah suatu kondisi yang dialami manusia selama hidupnya, dan dalam setiap kegiatan manusia berupa tekanan mental,yang dapat mengganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang wanita dalam kehidupan berkeluarga memiliki peran sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Fear Of Crime 1. Pengertian Fear Of Crime Salah satu masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat adalah timbulnya tindak kejahatan. Berbagai tindak kejahatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa madya, dan dewasa akhir. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun
18 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Locus Of Control 2.1.1 Definisi Locus Of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi polisi oleh hampir seluruh peneliti dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang sangat rawan stres (Ahmad, 2004). Stres yang dialami oleh polisi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Inovasi ini dimulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dalam pelaksanannya terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pemerintah dalam
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan di sektor ekonomi. Agar dapat bersaing antar bangsa, Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri di Indonesia kini tumbuh dan berkembang dengan pesatnya, seiring dengan rencana pembangunan pemerintah yang saat ini lebih menitikberatkan pada
Lebih terperinciGAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik Indonesia seringkali mendapat ancaman baik dari luar maupun dari dalam seperti adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menyebutkan bahwa kondisi
BAB II LANDASAN TEORI A. STRES 1. Definisi Stres Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menyebutkan bahwa kondisi fisik dan lingkungan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stress disebut stressor.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, serta merupakan sarana untuk mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Polisi lalu lintas (Polantas) secara fungsional dapat dianggap sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polisi lalu lintas (Polantas) secara fungsional dapat dianggap sebagai etalase. Polisi yang secara langsung berhadapan dengan kepentingan masyarakat banyak yang sehari-harinya
Lebih terperinciBab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran
Bab 5 Simpulan, Diskusi dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga bahagia merupakan dambaan bagi semua keluarga. Untuk menjadi keluarga bahagia salah satu syaratnya adalah keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga
Lebih terperinciKesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental Mengatasi Stress/Coping Stress Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK61112 Aulia Kirana, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan
Lebih terperinci