IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE-KABUPATEN PATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE-KABUPATEN PATI"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE-KABUPATEN PATI SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling Oleh Novi Nurfitasari JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

2

3

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: Cintailah dirimu seperti engkau mencintai pekerjaanmu dan bersungguh-sungguhlah karena ALLAH SWT akan senantiasa menunjukkan jalan-nya PERSEMBAHAN: Seiirng rasa syukur dan atas Ridho-Mu, skripsi ini kupersembahkan kepada: Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat serta perhatian yang untuk selalu berusaha dan tawakal. Adikku Khoirul Fu ad Yudha, yang selalu memberikan semangat dan selalu berada disampingku Almamater iv

5 KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas berkat rahmat dan ridho-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan motivasi yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan pembinaan dan motivasi dalam skripsi ini. 3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi, petunjuk dan saran saran kepada penulis. 4. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons., Pembimbing II yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Kepala Sekolah dan Konselor SMPN se-kabupaten Pati yang telah membentu memperlancar pelaksanaan penelitian. v

6 7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan dorongan baik mental maupun moral kepada penulis. 8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat selesai. Semoga Allah SWT memberikan balasan rahmat sesuai dengan amal dan kebaikan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa bimbingan dan konseling pada khususnya. Semarang, Desember 2013 Penulis vi

7 ABSTRAK Nurfitasari, Novi Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons. dan Pembimbing II Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons.. Kata kunci: Implementasi, layanan konseling kelompok Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pelayanan konseling kelompok kurang optimal. Perencanaan layanan layanan konseling kelompok kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan prosedur pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang melebihi batas maksimal pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok yang kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya, tahapan pelaksanaan terkadang melupakan tahap pembentukan dan tahap peralihan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok terkadang terlupakan oleh konselor. Tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh konselor di SMPN se- Kabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Penelitian mengambil sampel 40 dari keseluruhan populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Analisis data menggunakan analisis deskriptif presentase. Hasil analisis deskriptif presentase diperoleh data implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati termasuk dalam kategori baik (73.3%). Pencapaian presentase pada sub variabel secara keseluruhan tergolong baik yaitu Perencanaan (74.1%); Pelaksanaan (72.2%); Evaluasi (71.4%); Analisis hasil evaluasi (75%); Tindak Lanjut (77.5%); Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat (76.3%). Simpulan penelitian ini yakni konselor di SMPN se-kabupaten Pati sudah mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan kriteria baik. Adapun saran yang diajukan kepada konselor untuk senantiasa meningkatkan kemampuan professional khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi layanan konseling kelompok dan kepada pihak sekolah untuk memfasilitasi dan mendorong guru BK dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah sehingga dapat meningkatkan kualitas professional konselor dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok. vii

8 DAFTAR ISI JUDUL... i PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Teoretis Praktis Garis Besar Sistematika Skripsi... 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Implementasi Perencanaan Pengorganisasian Pemimpin Pengawasan Layanan Konseling Kelompok Pengertian Layanan Konseling Kelompok Tujuan Layanan Konseling Kelompok Etika dalam Layanan Konseling Kelompok Kelebihan Layanan Konseling Kelompok Pemimpin Kelompok Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif Tugas Pemimpin Kelompok Fungsi Pemimpin Kelompok Ciri - Ciri Kepemimpinan Kelompok Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok Implementasi Layanan Konseling Kelompok BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian viii

9 3.2 Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Definisi Operasional Populasi dan Sampel Populasi Sampel Prosedur Penyusunan Instrumen Validitas dan Reliabilitas Validitas Reliabilitas Teknik Pengumpulan Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Hasil Uji Coba Validitas Hasil Uji Coba Reliabilitas Teknik Analisis Data BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara Keseluruhan Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada Sub Variabel Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok Pembahasan Hasil Penelitian Keterbatasan Peneliti BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 3.1 SMPN se-kabupaten Pati Tabel 3.2 Sampel Penelitian di SMPN se-kabupaten Pati Tabel 3.3 Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok Tabel 3.4 Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok Tabel 4.1 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Tabel 4.2 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik Tabel 4.3 Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok Tabel 4.4 Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Tabel 4.5 Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Tabel 4.6 Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Tabel 4.7 Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok Tabel 4.8 Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Gambar 4.2 Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Gambar 4.3 Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok Gambar 4.4 Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Gambar 4.5 Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Gambar 4.6 Grafik Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Gambar 4.7 Grafik e Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok Gambar 4.8 Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1 Daftar konselor yang mengikuti try out Lampiran 2 Kisi kisi dan angket implementasi layanan konseling kelompok sebelum try out Lampiran 3 Kisi kisi dan angket implementasi layanan konseling kelompok setelah try out Lampiran 4 Hasil try out angket implementasi layanan konseling kelompok Lampiran 5 Perhitungan validitas angket implementasi layanan konseling kelompok Lampiran 6 Perhitungan reliabilitas angket implementasi layanan konseling kelompok Lampiran 7 Daftar konselor yang menjadi sampel penelitian Lampiran 8 Analisis presentase implementasi layanan konseling kelompok se-kabupaten Pati Lampiran 9 Surat ijin penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan Lampiran 10 Surat keterangan telah melakukan penelitian dari sekolahsekolah xii

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar dan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis layanan, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (Natawidjaya dalam Wibowo 2005: 32). Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing masing anggota kelompok. Sejumlah siswa yang tergabung dalam kelompok akan saling memberikan bantuan secara psikologis. Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan mampu meningkatkan 1

14 2 kemauan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah masalah pribadi, terampil dalam mengambil alternatif dalam memecahkan masalah serta memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain (Wibowo 2005: 20). Konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor sebagai seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah seorang yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional (Prayitno 2004: 4). Dalam konseling kelompok terdapat sosok seorang pemimpin kelompok (konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan tersebut. Secara khusus pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu menghidupkan dinamika kelompok diantara anggota kelompok yang mampu mengarahkan tujuan umum dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok. Idealnya konselor mampu memberikan layanan konseling kelompok secara optimal sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok yang meliputi perencanaan, pembentukan kelompok, pemimpin kelompok, pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok. Berdasarkan wawancara dan observasi di SMPN 1 Winong dan SMPN 2 Jakenan diperoleh informasi sebagai berikut : perencanaan layanan layanan konseling kelompok kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling

15 3 kelompok, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan prosedur pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang melebihi batas maksimal pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok yang kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya, tahapan pelaksanaan layanan kelompok terkadang melupakan tahap pembentukan dan tahap peralihan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok terkadang terlupakan oleh konselor sehingga layanan konseling kelompok kurang optimal. Perencanaan layanan konseling kelompok yang kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat dilihat dari sarana dan prasarana serta janji kerahasiaan. Sarana dan prasarana untuk melaksanakan layanan konseling kelompok kurang diperhatikan oleh konselor terutama dari tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok yang sebagian besar masih menggunakan ruang kelas. Mengikrarkan janji kerahasiaan merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kerahasiaan dari masing masing anggota kelompok yang sudah menyampaikan masalah dan anggota kelompok yang masalahnya dibahas. Konselor (pemimpin kelompok) terkadang mengabaikan janji kerahasiaan tersebut karena sudah terbawa emosi dengan semangat anggota kelompok yang bersedia menyampaikan masalah pribadinya untuk dibahas secara kelompok. Proses pembentukan kelompok terkadang konselor (pemimpin kelompok) kurang memenuhi syarat besarnya kelompok. Dalam perekrutan anggota kelompok sebaiknya pemimpin kelompok hendaknya memberikan pengumuman yang sederhana secara professional yang memberikan gambaran secara akurat

16 4 tentang kelompok apa yang akan mereka masuki (Prayitno 1995: 32). Besarnya kelompok sangat berpengaruh terhadap dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan suasana yang hidup, yang bergerak dan berkembang yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Pelaksanaan layanan konseling kelompok yang melebihi batas maksimal 10 anggota kelompok ditemukan di sebagian besar SMPN. Di SMPN 1 Winong dan SMPN 2 Jakenan, pelaksanaan layanan konseling kelompok lebih sering dilaksanakan secara klasikal atas pertimbangan tidak ada kegiatan lain bagi siswa yang tidak menjadi anggota kelompok dan keterbatasan pelaksanaan layanan konseling kelompok pada jam pelajaran di kelas. Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan jumlah anggota kelompok yang besarnya melebihi standar maksimal anggota kelompok sangat mempengaruhi kerja dari kelompok tersebut. Anggota kelompok belum bisa menjalankan perannya secara baik karena masih ada sebagian anggota kelompok yang mendominasi sehingga tidak muncul dinamika kelompok. Pelaksanaan layanan konseling kelompok sangat dipengaruhi oleh peranan pemimpin kelompok atau konselor, dalam menjalankan peranannya sebagai pemimpin kelompok kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya untuk melaksanakan layanan konseling kelompok. Pemimpin kelompok hendaknya mampu menghidupkan dinamika kelompok yang kondusif dan mampu mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai bersama. Pada umumnya tiap layanan bimbingan dan konseling memiliki tahaptahap yang harus dijalankan, dalam layanan konseling kelompok terdapat

17 5 beberapa tahapan antara lain tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Setiap tahapan dalam layanan konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya. Pemimpin kelompok terkadang melupakan tahapan- tahapan dalam layanan konseling kelompok terutama dalam tahap pembentukan dan tahap peralihan. Selain itu ditemukan bahwa konselor terkadang melupakan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang hendak dicapai dalam kelompok dan memberikan umpan balik, apakah perlu mendapatkan layanan konseling lanjutan atau tidak. Tidak adanya evaluasi dalam layanan konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya, karena dengan tidak adanya evaluasi maka tidak adapula tingkat ketercapaian dalam mencapai tujuan kelompok dan tidak ada refleksi diri untuk konselor itu sendiri serta tidak ada umpan balik untuk permasalahan anggota kelompok yang dibahas dalam layanan konseling kelompok. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anggota kelompok yang masalahnya dibahas. Permasalahan implementasi layanan konseling kelompok yang tidak sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat mempengaruhi perkembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang berdampak kurang baik karena tidak mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari siswa untuk terus memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se Kabupaten Pati.

18 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu : 1. Bagaimana implementasi perencanaan layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati? 2. Bagaimana implementasi tahap - tahap layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati? 3. Bagaimana implementasi evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati? 4. Bagaimana implementasi analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati? 5. Bagaimana implementasi tindak lanjut layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati? 6. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh data empiris tentang : 1. Perencanaan layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. 2. Tahap-tahap layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. 3. Evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati.

19 7 4. Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se- Kabupaten Pati. 5. Tindak lanjut layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. 6. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. 1.4 Manfaat Penelitian Teoretis Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yaitu implementasi layanan konseling kelompok Praktis 1. Konselor Bagi konselor sekolah bermanfaat sebagai evaluasi diri terhadap kinerja dalam memberikan layanan konseling kelompok dan mampu meningkatkan kinerja konselor sekolah terutama kompetensi professional konselor sehingga mampu memberikan layanan konseling kelompok di sekolah secara optimal. 2. Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kompetensi sebagai kepala sekolah dalam memfasilitasi konselor dan pelayanan konseling kelompok.

20 8 3. Penulis Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam layanan konseling kelompok. 1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi Pada bagian skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya serta penutup. Bab I Pendahuluan, berisi tentang tentang latar belakang masalah terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, permasalahan yang ada, tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dan garis besar sistematika skripsi. BAB II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini diuraikan tentang layanan konseling kelompok yang meliputi(1) Implementasi, (2) Pengertian layanan konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok, (4) Etika dalam layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling kelompok, (6) Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling kelompok, (8) Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah. Bab III Metode penelitian, Pada bab ini dijelaskan metode penelitian antara lain meliputi: jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel, prosedur penyusunan instrumen, validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

21 9 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan peneliti. Bab V Penutup, dalam bab ini memuat penyajian simpulan dan penyajian saran atas dasar temuan dan hasil penelitian.

22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu sebelum membahas lebih jauh tinjauan pustaka yang melandasi penelitian implementasi layanan konseling kelompok di SMPN yang meliputi antara lain (1) Implementasi, (2) Pengertian layanan konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok, (4) Etika dalam layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling kelompok, (6) Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling kelompok, (8) Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah. 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti dengan mendapatkan hasil yang empiris. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut : Fatmawati, Dwi Arti (2010) tentang studi pelaksanaan layanan konseling kelompok berdasarkan pendekatan sistem di SMP Negeri se-kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok pada sistem input tidak berjalan secara berkesinambungan, untuk komponen proses tidak memenuhi aspek yang 10

23 11 seharusnya ada dalam proses konseling kelompok, untuk output tidak memberikan hasil pada siswa, sedangkan untuk komponen balikan tidak memberikan evaluasi dan monitoring yang mendalam untuk seperangkat sistem dalam layanan konseling kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMP Negeri se-kecamatan Kalimanah kabupaten Purbalingga tidak berjalan sesuai dengan layanan konseling kelompok sebagai suatu sistem yang menjadi satu kesatuan yang berkesinambungan untuk memperoleh keberhasilan dalam pelaksanaan konseling kelompok secara optimal Santoso, Eko (2012) tentang studi deskriptif pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-kabupaten Batang dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-kabupaten Batang sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan operasionalisasi tahap pelaksanaan layanan dengan menunjukkan hasil pelaksanaan layanan konseling kelompok memperoleh presentase 62% dengan kategori baik. Sutrisno (2012) tenatang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-kabupaten Pemalang dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang secara umum sudah berjalan dengan baik, lancar dan kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan presentase rata rata pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang dalam kategori tinggi.

24 12 Dari berbagai penjelasan diatas merupakan suatu langkah awal untuk diadakannya suatu penelitian tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. 2.2 Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006: 93). Dalam proses penerapan terdapat suatu manajemen, manajemen sendiri merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien (Fattah 2013: 1) Perencanaan Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapakan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefisien dan seefektif mungkin (Roger A. Kauffman dalam Fattah 2013: 49). Perencanaan yang matang maka akan tujuan yang hendak dicapai akan tercapai secara optimal. Dalam merencanakan program bimbingan dan konseling, seorang konselor hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Sugiyo 2011: 36) : a) Analisis kebutuhan/permasalahan siswa b) Penentuan tujuan yang ingin dicapai c) Analisis situasi dan kondisi sekolah d) Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan e) Penentuan teknik dan strategi kegiatan f) Penentuan personel-personel yang akan melaksanakan

25 g) Perkiraan biaya dan fasilitas yang digunakan h) Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling i) Waktu dan tempat artinya kapan kegiatan dilakukan dan dimana kegiatan itu dilakukan Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan suatu proses membagi kerja ke dalam tugastugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas kepada orang yang sesuai dengan kemampuan, mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikan dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan (Fattah 2013: 71). Dalam organisasi dibentuk kelompok-kelompok dengan tujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan. Efektifitas suatu kelompok sangat bergantung pada individu dalam kelompok tersebut Pemimpin Pada hakikatnya pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Menurut H. Jodeph Reitz (dalam Fattah 2013: 98) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin, antara lain: a. Kepribadian, pengalaman, masa lalu, dan harapan b. Harapan dan perilaku atasan c. Karakteristik, harapan, dan perilaku bawaan d. Kebutuhan tugas e. Iklim dan kebijakan organisasi f. Harapan dan perilaku rekan

26 2.2.4 Pengawasan 14 Menurut Mudick (dalam Fattah 2013: 101) pengawasan adalah suatu proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari tiga tahap antara lain (Fattah 2013: 101): (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar dan (3) menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana. 2.3 Layanan Konseling Kelompok Pengertian Layanan Konseling Kelompok Konseling kelompok dikenal sebagai kelompok pemecahan masalah antarpribadi untuk memecahkan masalah kehidupan yang umum melalui dukungan antarpribadi dan pemecahan masalah (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang berpusat pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutis, berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya, mempercayai, ada pengertian, penerimaan dan bantuan (Wibowo 2005: 18). Menurut Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti (2007: 589), konseling kelompok merupakan wawancara konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu

27 15 konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan kepribadian sehari hari. Menurut Natawidjaya, konseling kelompok merupakan upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (dalam Wibowo 2005: 32). Prayitno dan Erman Amti (2004: 311) mengemukakan bahwa konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok. Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing masing anggota kelompok Tujuan Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu peserta mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan masalah antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah pribadinya di kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Prayitno mengemukakan bahwa tujuan layanan konseling kelompok hampir sama dengan tujuan layanan bimbingan kelompok yaitu ada tujuan umum dan ada tujuan khusus (2004: 2). a. Tujuan umum Tujuan umum dalam layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa.

28 b. Tujuan Khusus 16 Adapun tujuan khusus dalam layanan konseling kelompok adalah fokus pada permasalahan pribadi anggota. Layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah, anggota kelompok memperoleh dua tujuan sekaligus yaitu : 1. Berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi. 2. Terpecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas dan bagi anggota kelompok yang memperoleh dampak positif dari pemecahan masalah tersebut. Menurut Gazda (dalam Wibowo 2005: 33) mengemukaan bahwa layanan konseling kelompok dapat membantu individu dalam menyelesaikan tugas tugas perkembangan dalam tujug bidang antara lain psikososial, vokasional, kognitif, fisik, seksual, moral dan afektif. Sedangkan Mahler ( dalam Wibowo 2005: 35) mengemukakan tujuan konseling kelompok erat kaitannya dengan sejumlah kemampuan yang dikembangkan yaitu : 1. Pemahaman tentang diri yang mendukung penerimaan diri dan perasaan diri yang berharga. 2. Hubungan social khususnya hubungan antarpribadi serta menjadi efektif untuk situasi situasi sosial. 3. Pengambilan keputusan dan pengarahan diri. 4. Sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati. 5. Perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya.

29 17 Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui layanan konseling kelompok dalam penelitian ini adalah memperoleh data empiris tentang implementasi layanan konseling kelompok di SMPN Etika dalam Layanan Konseling Kelompok Etika kerja kelompok adalah etika etika yang disetujui yang konsisten dengan komitmen etika dalam arti yang lebih luas (politik, moral dan agama) yang dianggap masuk akal dan yang bisa diterapkan oleh klien maupun pihak pemberi bimbingan (Wibowo 2005: 341). Etika dalam kelompok bersifat fleksibel yang artinya bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Wibowo (2005: 342) etika dalam konseling kelompok meliputi : 1) Kepemimpinan kelompok a. Pemimpin Kelompok Dalam memimpin suatu kelompok terdapat beberapa petunjuk yang dapat membantu efektivitas kerja pemimpin kelompok dalam layanan konseling kelompok, antara lain : a) Pemimpin kelompok memiliki kode etik standar pelaksanaan layanan konseling kelompok. b) Pemimpin kelompok pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan. c) Pemimpin kelompok memiliki data keefektivan pelaksanaan layanan konseling kelompok yang dilihat dari data sebelum diberikan layanan konseling kelompok dengan data sesudah diberikan layanan konseling kelompok.

30 18 d) Pemimpin kelompok memiliki model secara konseptual untuk melakukan perubahan tingkah laku. e) Pemimpin kelompok memiliki sertifikat, surat ijin dan bukti yang dapat diterima secara umum terkait dengan layanan konseling kelompok. f) Pemimpin kelompok yang tidak memiliki surat mandat kerja melaksanakan tugas dibawah pengawasan (supervisi) seseorang yang berkualitas dalam layanan konseling kelompok. g) Pemimpin kelompok mengikuti pelatihan pelatihan, lokakarya dan sebagainya untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian serta mendapatkan evaluasi tentang keterampilan dan kerja. h) Pemimpin kelompok memiliki serangkaian aturan dasar yang jelas dalam melaksanakan layanan konseling kelompok. i) Pemimpin kelompok sudah paham tentang undang undang dan hukum hukum yang mengatur kerahasiaan. j) Pemimpin kelompok bersikap adil dengan tidak memihak salah satu anggota kelompok. k) Pemimpin kelompok paham dengan jelas hak hak dan kewajiban anggota kelompok l) Pemimpin kelompok menggali informasi terkait harapan dari masing masing anggota kelompok dan keiikutsertaan serta kerahasiaan dalam kelompok.

31 19 m) Pemimpin kelompok mengidentifikasi dan memberikan intervensi dengan jelas sesuai dengan permasalahan. b. Rekrutmen peserta kelompok Berikut petunjuk rekrutmen peserta kelompok dengan latar belakang institusi yang bersifat tidak begitu eksplisit : a) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tujuan kelompok, jangka dan panjang waktu serta jumlah peserta. b) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang kualifikasi pemimpin kelompok. c) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang honor pemimpin dengan rician jasa kerja d) Anggota kelompok dipaksa untuk masuk dalam suatu kelompok. e) Pernyataan ketidakpuasan seharusnya tidak dibuat karena tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. c. Penyaringan peserta kelompok Prosedur penyaringan peserta kelompok dilakukan untuk menyeleksi calon anggota kelompok, berikut petunjuk penyaringan peserta kelompok : a) Calon anggota kelompok dihargai atas kemampuannya dan anggota kelompok yang tidak potensial dalam kelompok lebih baik tidak dimasukkan ke dalam kelompok tetapi dibentuk kelompok tersendiri. b) Calon anggota kelompok diinformasikan bahwa keiikutsertaanya bersifat sukarela.

32 20 c) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang harapan, resiko dan teknik yang digunakan pemimpin kelompok. d) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk keluar dari kelompok. e) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk menolak saran dari pemimpin dan anggota kelompok. f) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa kerahasian merupakan bagian dari syarat keanggotaan atau tidak. g) Calon anggota kelompok diberitahukan secara jelas tentang hal hal apa yang pemimpin kelompok nyatakan sebagai hal yang tidak rahasia. h) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang penelitian ang dilakukan terhadap kelompok tersebut. i) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang adanya perekaman. j) Calon anggota kelompok seharusnya disangsikan untuk menentukan apakah dalam perlakuan yang sama atau tidak. k) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pemimpin kelompok dapat memindahkan anggota kelompok yang dianggap mengganggu ke dalam kelompok yang lain. l) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pengelompokan menyesuaikan dengan keadaan Calon anggota kelompok. m) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang kapan anggota kelompok harus berkonsentrasi penuh untuk mencapai tujuan yang diharapkan, mengenali resiko dan batasan batasan.

33 21 n) Kelompok dengan anggota yang belum dewasa memerlukan perhatian yang khusus dan perlunya peranan orang tua. 2) Kerahasiaan Kerahasiaan sebagai syarat pengembangan kepercayaan, kohesi dan kerja produktif dalam konseling kelompok, berikut beberapa petunjuk umum tentang kerahasiaan : a. Pemimpin kelompok mampu menahan diri dan membuka data anggota kelompok hanya dal kelompok tersebut. b. Data yang diperoleh dari anggota kelompok untuk tujuan penelitian harus mendapatkan ijin tertulis dari anggota kelompok. c. Pemimpin kelompok menyamarkan semua data yang mengidentifikasikan anggota kelompok. d. Pemimpin kelompok secara berkala mengingatkan anggota kelompok tentang pentingnya kerahasiaan. e. Pemimpin kelompok menjelaskan batasan batasan hukum kerahasiaan pemimpin dan anggota kelompok. f. Pemimpin kelompok bertanggungjawab penuh terhadap rekaman data. g. Pemimpin kelompok memastikan anggota kelompok telah membuat catatan secara tertulis dan prosedur apa yang digunakan konseli untuk membuat catatan. h. Catatan tidak disebarluaskan tanpa pemberitahuan dan ijin konseli. i. Penyimpanan data dengan menggunakan teknologi misalnya penggunaan komputer harus dijaga benar kerahasiaannya.

34 j. Tidak memberikan informasi lengkap. 22 k. Pastikan untuk merusak atau menghapus auditape atau videotape. l. Pemimpin kelompok memahami tingkat kerahasiaan yang dijanjikan pada anak yang belum menginjak dewasa. 3) Penghentian dan tindak lanjut Pentunjuk petunjuk untuk penghentian dan tindak lanjut adalah sebgai berikut : a. Pemimpin kelompok merencanakan upaya tindak lanjut bagi kelompok jangka pendek yang terbatas waktu. b. Pemimpin kelompok mengetahui dan memiliki komitmen dari seorang professional untuk mengarahkan anggota kelompok. c. Anggota kelompok diberitahukan tentang narasumber yang berkompeten sehingga mereka bisa datang kembali apabila mereka membutuhkan bantuan. 4) Kelompok tanpa pemimpin Liberman, Yalom, dan Miles (dalam Wibowo 2005:348) menyebutkan bahwa kelompok tanpa pemimpin bisa efektif. 5) Prosedur umum untuk menangani tindakan yang tercela, yang tidak sesuai dengan kode etik Kode etik merupakan standar etika yang mengatur para professional untuk mengetahui tanggungjawab etikanya dan menjalankan dengan baik. Secara umum, seorang profesioanl menganggap konseli sebagai orang yang tidak bermasalah dalam jangka waktu tertentu dan memberitahukan secara perlahan atas tindakan

35 yang dianggap tidak etis dan diminta untuk memperbaikinya Kelebihan Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan yang sedang berkembang dan memiliki kelebihan kelebihan yang tidak dimiliki oleh layanan lain. Berikut beberapa kelebihan layanan konseling kelompok menurut Wibowo (2005: 41) : 1) Konseling kelompok memiliki waktu yang realtif singkat untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam suasana kelompok yang berkaitan dengan pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah. 2) Konseling kelompok merupakan mikrokosmik social yang artinya jika seseorang mampu menunjukkan perubahan dalam kelompok maka diharapkan dapat berubah pula di masyarakat, dalam suasana kelompok dimanfaatkan untuk latihan pembentukan perilaku baru. 3) Konseling kelompok memungkinkan anggota kelompok berkomunikasi aktif dengan anggota kelompok lainnya, dimana anggota kelompok dapat mengekspresikan perasaan, memberikan perhatian, berbagi pengalaman dan belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri. 4) Konseling kelompok memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk mempelajari keterampilan sosial, dimana anggota kelompok akan meniru anggota kelompok yang lain yang sudah terampil, dapat belajar memberikan umpan balik dan belajar memimpin kelompok.

36 24 5) Konseling kelompok memberikan kesempatan untuk saling memberi bantuan dan berempati dalam kelompok. Hal ini akan menumbuhkan harga diri, keyakinan diri dan suasana positif dalam kelompok. 6) Dengan konseling kelompok mampu menumbuhkan motivasi dan interaksi antar anggota kelompok. 7) Setiap usaha untuk mengubah perilaku manusia di luar lingkungan dimana individu bekerja dan hidup sangat tergantung pada efektifitas tingkat transfer pelatihan yaitu perilaku perilaku baru, pemahaman dan sikap yang baru ditransfer secara sukses dari setting konseling kelompok. 8) Konseling kelompok sebagai miniature situasi social yang tidak hanya mempelajari perilaku perilaku baru tetapi bisa mencoba. 9) Dengan konseling kelompok individu individu mencapai tujuannya dan hubungan antar individu yang produktif dan inovatif (McClure 1990 dalam Wibowo 2005: 43). 10) Konseling kelompok lebih sesuai untuk siswa yang membutuhkan belajar lebih memahami orang lain dan lebih menghargai kepribadian orang lain, bertukar pikiran dan berbagi perasaan dengan orang lain. 11) Dalam konseling kelompok interaksi antar anggota kelompok merupakan ciri khas dalam konseling kelompok. 12) Konseling kelompok merupakan daerah awal untuk anggota kelompok memasuki konseling individual. Kekuatan dalam konseling kelompok salah satunya adalah konseling

37 25 kelompok memungkinkan anggota kelompok berkomunikasi aktif dengan anggota kelompok lainnya mengenai segala kebutuhan yang terfokus pada pengembangan diri, pencegahan, pengentasan masalah yang dialami oleh setiap anggota kelompok sehingga mampu melatih anggota kelompok untuk dapat mengekspresikan perasaan dan saling terbuka, memberikan perhatian, berbagi pengalaman, belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri dengan mengungkapkan saran, ide maupun kritikan gunan membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh anggota kelompok Pemimpin Kelompok Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih dan berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional (Prayitno 2004: 4). Dalam konseling kelompok, konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok yang tidak terlalu aktif hanya memberikan pengarahan dalam pemecahan masalah yang sedang dialami oleh salah satu anggota kelompok. Kemudian muncul komunikasi antar pribadi diantara anggota kelompok serta menggali lebih dalam pribadi dari masing masing anggota kelompok. Pemimpin kelompok dilihat sebagai pribadi dan sebagai professional dalam kelompok (Corey dalam Wibowo 2005: 110). 1. Kepribadian dan karakter Corey (dalam Wibowo 2005: 118) mengemukakan bahwa ciri ciri pribadi sangat berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif : kehadiran, kekuatan pribadi, keberanian, kemauan untuk mengkonfrontasi diri

38 26 sendiri, kesadaran diri, kesungguhan atau ketulusan, keaslian, mengerti identitas, keyakinan atau kepercayaan dalam proses kelompok, kegairahan (antusiasme), daya cipta dan kreativitas, daya tahan (stamina). 2. Pemimpin sebagai seorang professional Syarat pemimpin kelompok akan dilihat dari keterampilan dalam memimpin kelompok, dengan keterampilan akan terlihat keefektifannya sebagai pemimpin, gaya kepemimpinan dan peranannya sebagai pemimpin kelompok. Keterampilan dasar dalam konseling antara lain : aktif mendengar, refleksi, menguraikan dan menjelaskan pertanyaan, meringkas, penjelasan singkat dan pemberian informasi, mendorong dan mendukung, pengaturan nada suara, pemberian model dan menyingkap diri, penggunaan mata (Wibowo 2005: 123). Adapun karakteristik pemimpin kelompok dalam menjalankan tugas dan kewajiban professional sebagai pemimpin kelompok, antara lain (Prayitno 2004: 5): 1. Mampu membentuk dan mengarahkan kelompok sehingga muncul dinamika kelompok dengan interaksi antar anggota kelompok. 2. Berwawasan luas sehingga mampu menjembatani bahasan dalam aktifitas kelompok. 3. Memiliki kemampuan hubungan antarpersonal. Empat karakteristik pemimpin kelompok yang efektif menurut Yalom (dalam Gladding, Samuel T. 2012:317), yaitu : (1) Perhatian, semakin banyak perhatian semakin baik kelompok yang dipimpinnya; (2) Hubungan yang bermakna termasuk penjelasan, klarifikasi dan memberikan kerangka kerja

39 27 kognitif untuk perubahan perilaku; (3) Rangsangan emosional yang meliputi aktifitas, tantangan, pengambilan resiko dan pengungkapan diri; (4) Fungsi eksekutif meliputi pengembangan norma norma, struktur dan prosedur. Pemimpin kelompok mampu menempatkan diri antara dua kutup, antara rangsangan emosional dan fungsi eksekutif sehingga dapat membantu perkembangan optimal anggota kelompok. Pemimpin kelompok yang efektif adalah pemimpin yang mampu memahami kekuatan kelompok, mengambil langkah langkah untuk mengelola kelompok dengan baik atas bantuan anggota kelompok (Kottler dalam Gladding, Samuel T. 2012:318) Tugas Pemimpin Kelompok Pemimpin kelompok memiliki beberapa tugas dalam memimpin kelompok, berikut tugas tugas pemimpin kelompok menurut Yalom (dalam Wibowo 2005: 107): 1. Membuat dan mempertahankan kelompok Kelompok dibentuk melaui seleksi yang dilakukan oleh pemimpin kelompok untuk menentukan anggota kelompok, setelah kelompok terbentuk pemimpin kelompok harus memperhatikan hal hal yang mempengaruhi kohesivitas kelompok. Pemimpin kelompok harus mampu menciptakan sistem social dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam kelompok. 2. Membentuk budaya dalam kelompok Pemimpin kelompok memiliki tugas untuk membawa kelompok dari satu faktor kuratif ke faktor kuratif yang lainnya melalui pembentukan budaya kelompok.

40 3. Membentuk norma norma dalam kelompok 28 Norma norma dalam kelompok dibentuk berdasarkan harapan harapan anggota kelompok. Pemimpin kelompok menjadi pusat perhatian dari anggota kelompok yang mengharapkan adanya pengarahan Fungsi Pemimpin Kelompok Menurut Bates (dalam Wibowo 2005: 154) mengemukakan bahwa ada empat fungsi utama pemimpin kelompok, antara lain: 1. Sebagai pengatur lalu lintas Pemimpin kelompok harus mampu mengatur jalannya konseling kelompok, misalnya dalam memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk mengungkapkan pendapatnya. 2. Sebagai model perilaku yang sesuai Pemimpin kelompok mampu menjadi teladan atau contoh perilaku yang sesuai dengan norma norma kehidupan bagi anggota kelompok yang dipimpinnya sehingga tujuan dalam konseling kelompok dapat tercapai. 3. Sebagai katalisator interaksi Pemimpin kelompok mampu menumbuhkan suasana dinamika kelompok sehingga terjadi interaksi saling membantu untuk memecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas. 4. Sebagai fasilitator komunikasi Pemimpin kelompok mampu merangkum kembali pendapat dari masing masing anggota kelompok sehingga muncul pemahaman yang sama dalam membantu mengentaskan masalah.

41 Ciri-Ciri Kepemimpinan Kelompok 29 Ciri ciri kepemimpinan kelompok sangat berpengaruh terhadap kehidupan kelompok (Prayitno 1995: 37) : 1. Tut Wuri Handayani Pemimpin kelompok bersifat tut wuri handayani adalah mengikuti kegiatan dengan cermat, ikut serta dalam suasana kelompok dan memberikan bantuan secara tepat sehingga tujuan konseling kelompok dalam mengentaskan masalah anggota kelompok dapat optimal. 2. Mengayomi vs mengawasi Mengayomi bukan berarti pemimpin berada diatas anggota kelompok melainkan mengutamakan kepentingan anggota kelompok. Pemimpin kelompok mampu masuk dalam suasana kelompok dan menjadi bagian dari kelompok serta mampu menerima segala hal yang disampaikan oleh anggota kelompok. 3. Pemimpin kelompok sebagai tokoh Pemimpin kelompok sangat berpengaruh terhadap proses, kegiatan, suasana dan keberhasilan kelompok, sebagai pemimpin kelompok harus mampu menjadi contoh yang baik bagi anggota kelompok Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok Setiap layanan dalam bimbingan dan konseling terdapat tahap tahap yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Dalam layanan konseling kelompok ada empat tahapan, yaitu: a. Tahap Permulaan (Beginning Stage) Pada tahap ini, pemimpin kelompok mempersiapkan upaya untuk

42 menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok yang meliputi pemberian penjelasan tentang adanya layanan konseling kelompok bagi anggota kelompok, penjelasan pengertian, tujuan dan kegunaan konseling kelompok (Wibowo 2005: 86). Dalam tahap pengenalan ini, umumnya para anggota saling memperkenalkan diri. Pemimpin kelompok melakukan kesepakatan waktu, seberapa lama konseling kelompok akan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama. Menurut Corey (dalam Wibowo 2005: 86), terdapat beberapa hal penting yang perlu dibahas konselor untuk mempersiapkan anggota kelompok memasuki kelompok, antara lain : (1) Pernyataan yang jelas tentang tujuan kelompok (2) Deskripsi tentang bentuk kelompok, prosedur dan peraturan peraturan mainnya (3) Kecocokan proses kelompok dengan kebutuhan peserta (4) Kesempatan mencari informasi tentang kelompok yang akan dimasuki, mengajukan pertanyaan dan menjajagi hal hal yangmenarik dalam kegiatan kelompok itu (5) Pernyataan yang menjelaskan pendidikan, latihan, dan kualifikasi pemimpin kelompok (6) Informasi biaya yang harus ditanggung peserta dan apakah biaya itu mencakup kegiatan lanjut, disamping juga informasi tentang besarnya kelompok, banyaknya pertemuan, lama pertemuan, arah pertemuan, serta teknik teknik yang digunakan (7) Informasi tentang resiko psikologis dalam kegiatan kelompok itu (8) Pengetahuan tentang keterbatasan kerahasiaan dalam kelompok yaitu pengetahuan tentang keadaan dimana kerahasiaan itu harus dilanggar karena kepentingan bersama dan karena alasan hokum, etis dan professional (9) Penjelasan tentang layanan yang dapat diberikan dalam kegiatan kelompok itu (10) Bantuan dari pimpinan kelompok dalam mengembangkan tujuan tujuan pribadi peserta (11) Pemahaman yang jelas mengenai pembagian tanggungjawab antara pemimpin kelompok dan peserta dan (12) Diskusi mengenai hak dan kewajiban anggota kelompok. 30

43 31 Setelah pembentukan, pemimpin kelompok melakukan hal hal sebagai berikut (Wibowo 2005: 88) : 1. Perkenalan Hal pertama yang perlu dilakukan oleh pemimpin kelompok adalah memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada anggota kelompok kemudian pemimpin kelompok meminta masing masing anggota kelompok untuk memperkenalkan diri. Jika masing masing anggota kelompok sudah saling mengenal, pemimpin kelompok perlu meningkatkan kualitas hubungan antar anggota kelompok sehingga muncul sikap saling percaya, saling menghargai, saling menghormati, saling menghargai, saling mengerti dan rasa kebersamaan dalam kelompok. 2. Pelibatan Diri Pemimpin kelompok memunculkan dirinya sebagai seorang pemimpin dalam kelompok yang mengandung penghormatan kepada anggota kelompok, ketulusan hati, kehangatan dan empati. Pemimpin kelompok mampu memunculkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana kelompok yang diharapkan dan mampu mebangkitkan minat, kebutuhan dan rasa berkepentingan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok. 3. Agenda Setelah anggota kelompok mampu memasuki suasana kelompok, pemimpin kelompok memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk menentukan agenda. Agenda adalah tujuan yang hendak dicapai dalam kelompok. Agenda dapat dibagi menjadi dua yaitu agenda jangka panjang dan agenda jangka

44 32 pendek, aagenda jangka panjang yaitu tujuan yang hendak dicapai anggota kelompok setelah kelompo selesai. Agenda jangka pendek yaitu agenda untuk pertemuan hari itu juga. 4. Norma Kelompok Norma kelompok pertama kali yang sangat penting adalah kerahasiaan. Rochman Natawidjaya (dalam Wibowo 2005:89) mengemukakan bahwa kerahasian merupakan persoalan pokok yang paling penting dalam konseling kelompok. Selain itu kehadiran dan absensi merupakan hal yang sangat penting, diharapkan setiap anggota kelompok memberikan informasi atas ketidakhadirannya dalam kelompok. 5. Penggalian Ide dan Perasaan Dalam pertemuan ini perlu digali lebih dalam terkait ide ide dan perasaan yang muncul sehingga perasaan yang mengganjal dapat terungkap sebelum dilanjutkan pada tahap berikutnya. Pertemuan awal dapat digunakan sebagai prediksi tentang komitmen dari masing masing anggota kelompok. b. Tahap Transisi (Transition Stage) Tahap peralihan disebut juga tahap transisi (Transition Stage). Tahap peralihan diawali dengan masa badai, dimana anggota kelompok bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan tempat dalam kelompok. Masa badai merupakan masa munculnya suatu konflik dari ketegangan primer ke ketegangan sekunder (Wibowo 2005: 90) Dalam tahap ini, terjadi awal pembentukan suatu hubungan sosial yang dicirikan dengan adanya tanggapan yang negatif dan kritikan dari anggota baik terhadap semua anggota maupun terhadap pemimpin kelompok.

45 33 Di tahap ini dimungkinkan anggota kelompok akan menolak untuk mengekspresikan perasaan negatifnya karena belum terjadi saling hubungan satu sama lain dan mungkin juga membentuk suatu kelompok lain yang disebut subkelompok. Hal ini terjadi karena adanya reaksi negatif sehingga angota membuat kesepakatan di luar kelompok dan mereka akan pasif dalam pertemuan kelompok yang sedang di bangun. Tugas konselor atau pemimpin kelompok adalah membentu anggota kelompok mengenal dan mengatasi halangan, kegelisahan, keengganan, sikap mempertahankan diri dan tidak sabar (Gladding dalam Wibowo 2005: 94). Masa ini merupakan masa produktif bagi anggota kelompok untuk memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat pengalaman pengalaman yang baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok (Wibowo 2005:94). Dalam hal ini sangat diperlukan kepekaan pemimpin kelompok untuk mengelola kelompok dan mengenali suasana kelompok, misalnya kepekaan waktu dalam memberikan intervensi yang disertai dengan adanya pengamatan yang akurat. c. Tahap Kegiatan (Working Stage) Wibowo (2005: 94) mengemukakan bahwa tahap kegiatan merupakan tahap kehidupan konseling kelompok yang sebenarnya yaitu ketika anggota kelompok memusatkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai dengan mempelajari materi baru, berdiskusi berbagai topik, menyelesaikan tugas dan mempraktekan perilaku baru. Anggota kelompk belajar hal hal yang baru, melakukan diskusi tentang berbagai topik atau saling berbagi pengalaman dan

46 34 mengungkapkan diri serta masalah pribadinya. Kelompok benar benar diarahkan untuk pencapaian tujuan yaitu memecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas. Hal yang menjadi perhatian khusus dalam konseling kelompok adalah sifat isi dari pembicaraan. Sebagaimana dalam konseling perorangan, konseling kelompok menghendaki agar anggota kelompok mampu mengungkapkan keadaan diri masing masing secara terbuka. Sikap pemimpin kelompok dan anggota kelompok serta suasana kelompok harus sejalan dengan asas kerahasiaan, sehingga muncul kepercayaan bagi anggota kelompok untuk mengungkapkan hal apa yang menjadi masalah dalam dirinya dan sedang dialami sekarang. Santoso (2004: 5) mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Dinamika kelompok bermanfaat untuk mencapai tujuan konseling kelompok, dengan dinamika kelompok mampu menciptakan hubungan interpersonal antar anggota kelompok. Dinamika kelompok pada dasarnya sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas hubungan antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok (Wibowo 2005: 62). Faktor faktor dalam dinamika kelompok yang erat kaitannya dengan konseling kelompok yaitu (Wibowo 2005: 65) : a) Pembinaan harapan Pembinaan harapan dalam konseling kelompok sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan anggota kelompok. Semakin tinggi harapan dan

47 35 kepercayaan akan keberhasilan maka akan semakin tinggi pula perubahan yang akan terjadi, dalam hal ini perubahan yang positif. b) Universalitas Kesamaan masalah dan penerimaan yang penuh dari seluruh anggota kelompok disertai dengan penerimaan secara emosional disebut universalitas. Perasaan senasib yang dialami akan menumbuhkan rasa satu dan akan meningkatkan kepercayaan terhadap kelompok. c) Pemberian informasi Pemberian informasi dalam kelompok bersifat dikdaktis yang dapat diberikan oleh professional maupun anggota kelompok. Instruksi didaktis dapat digunakan untuk emberikan informasi, menyusun kelompok, dan membentuk norma. d) Altruisme Altruisme adalah rasa ingin membantu. Altruisme mendorong individu untuk lebih menghargai dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain. Dalam konseling kelompok hubungan antar anggota kelompok akan menimbulkan rasa untuk saling membantu. e) Pengulangan korektif keluarga awal Konseling kelompok yang dalam akan menumbuhkan rasa persaudaraan antar anggota kelompok sehingga menimbulkan susunan keluarga asal, dengan susunan keluarga asal memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk mengulang konflik.

48 d. Tahap Pengakhiran (Termination Stage) 36 Kegiatan dalam suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus tanpa berhenti. Setelah tahap ketiga di mana kegiatan kelompok memuncak, kegiatan kelompok tersebut kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Secara umum dikatakan bahwa pengakhiran kegiatan konseling kelompok tepat dilakukan pada saat tujuan individual anggota kelompok dan tujuan kelompok telah dicapai dan perilaku baru dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari hari diluar kelompok (Wibowo 2005: 99). Peranan pemimpin kelompok di sini adalah memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok. Terkadang dalam suatu kelompok tertentu ada anggota kelompok yang keluar atau berhenti mengikuti kegiatan kelompok sebelum kelompok tersebut secara keseluruhan menghentikan kegiatan. Anggota-anggota yang berhenti sebelum waktunya, dapat menghentikan berhasilnya kelompok. Dalam hal ini, pemimpin kelompok perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali (sejak awal) anggota-anggota yang nantinya akan berhenti sebelum waktunya. Pemimpin kelompok memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok khususny keikutsertaan secara aktif anggota kelompok dan hasil hasil yang telah dicapai masing masing anggota kelompok. Dapat dikatakan bahwa pemimpin kelompok dituntut

49 37 agar menjadikan kelompoknya lebih menarik dan lebih bermanfaat bagi anggota kelompok. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok tersebut. Sedangkan menurut Winkel (2006: 614) mengemukakan bahwa ada lima fase dalam layanan konseling kelompok, antara lain : (1) Pembukaan, dalam kegiatan pembukaan ini adalah membangun hubungan pribadi konselor dengan anggota kelompok; (2) Penjelasan masalah, dalam kegiatan ini pemimpin kelompok menerima ungkapan masing masing anggota kelompok, menunjukkan penghayatan dan membantu mengungkapkan diri secara memadai; (3) Penggalian latar belakang masalah, dalam kegiatan ini pemimpin kelompok membantu mengungkakan latar belakang masalah yang dihadapi anggota kelompok; (4) Penyelesaian masalah,dalam kegiatan ini pemimpin kelompok membantu anggota kelompok dalam menentukan cara penyesuaian yang tepat; (5) Penutup, dalam kegiatan ini pemimpin kelompok mengakhiri proses layanan konseling kelompok. Tahap tahap pelaksanaan layanan konseling kelompok diatas didukung oleh Prayitno (1995: 40) yang mengemukakan bahwa tahap layanan konseling kelompok sebagai berikut : a. Tahap awal (Pembentukan) Dalam tahap awal ini, umumnya para anggota saling memperkenalkan diri, melakukan orientasi dan penggalian meliputi penentuan struktur kelompok, pengenalan dan penggalian harapan. Pemimpin kelompok melakukan kesepakatan waktu, seberapa lama konseling kelompok akan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama. Peranan pemimpin kelompok pada tahap awal yaitu : (1)

50 38 Menampilakan diri secara utuh dan terbuka; (2) Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati; (3) Bertindak sebagai contoh. Rekrutmen anggota kelompok dilakukan dengan pengumpulan individu berdasarkan (Prayitno 2004: 16) : 1) Satu kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok. 2) Kelas kelas yang berbeda dijadikan satu kelompok. 3) Lokasi dan kondisi yang berbeda dikumpulkan menjadi satu kelompok. b. Tahap kedua (Peralihan) Dalam tahap ini, terjadi awal pembentukan suatu hubungan sosial yang dicirikan dengan adanya tanggapan yang negatif dan kritikan dari anggota baik terhadap semua anggota maupun terhadap pemimpin kelompok. Di tahap ini dimungkinkan anggota kelompok akan menolak untuk mengekspresikan perasaan negatifnya karena belum terjadi saling hubungan satu sama lain dan mungkin juga membentuk suatu kelompok lain yang disebut sub-kelompok. Hal ini terjadi karena adanya reaksi negatif sehingga angota membuat kesepakatan di luar kelompok dan mereka akan pasif dalam pertemuan kelompok yang sedang di bangun. Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu : (1) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka; (2) Tidak mempergunakan cara cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya; (3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan; (4) Membuka diri sebagai contoh dan empati.

51 c. Tahap ketiga (Kegiatan) 39 Tahap ketiga merupakan tahap kegiatan atau ini dalam kegiatan layanan konseling kelompok sehingga aspek isi yang menjadi pengiringnya cukup banyak. Hal yang menjadi perhatian khusus dalam konseling kelompok adalah sifat isi dari pembicaraan. Sebagaimana dalam konseling perorangan, konseling kelompok menghendaki agar anggota kelompok mampu mengungkapkan keadaan diri masing masing secara terbuka. Sikap pemimpin kelompok dan anggota kelompok serta suasana kelompok harus sejalan dengan asas kerahasiaan, sehingga muncul kepercayaan bagi anggota kelompok untuk mengungkapkan hal apa yang menjadi masalah dalam dirinya dan sedang dialami sekarang. Anggota kelompok berperan aktif dalam proses konseling dalam menyampaikan pendapatnya tentang solusi suatu masalah yang dibahas dalam kelompok. Prayitno (1995: 32) menyebutkan bahwa ada beberapa peranan anggota kelompok dalam menumbuhkan dinamika kelompok, antara lain : 1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam kelompok antar anggota kelompok. 2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok. 3) Berusaha agar yang dilakukannya untuk mencapai tujuan bersama. 4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik. 5) Benar benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

52 6) Mampu berkomunikasi secara terbuka. 40 7) Berusaha membantu anggota kelompok lain untuk mengentaskan masalah yang sedang dihadapi. 8) Memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk mengungkapkan pendapat. 9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu. Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu : (1) Sebagai pengatur lalu lintas atas jalannya kegiatan secara sabar dan terbuka; (2) Aktif tetapi tidak banyak cerita; (3) Memberikan dorongan serta penguatan dengan penuh empati. d. Tahap keempat (Pengakhiran) Kegiatan dalam suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus tanpa berhenti. Setelah tahap ketiga di mana kegiatan kelompok memuncak, kegiatan kelompok tersebut kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Peranan pemimpin kelompok di sini adalah memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasilhasil yang telah dicapai oleh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok. Terkadang dalam suatu kelompok tertentu ada anggota kelompok yang keluar atau berhenti mengikuti kegiatan kelompok sebelum kelompok tersebut secara keseluruhan menghentikan kegiatan. Anggota-anggota yang berhenti sebelum waktunya, dapat menghentikan berhasilnya kelompok. Dalam hal ini, pemimpin kelompok perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

53 41 mengenali (sejak awal) anggota-anggota yang nantinya akan berhenti sebelum waktunya. Pemimpin kelompok memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok khususnya keikutsertaan secara aktif anggota kelompok dan hasil hasil yang telah dicapai masing masing anggota kelompok. Dapat dikatakan bahwa pemimpin kelompok dituntut agar menjadikan kelompoknya lebih menarik dan lebih bermanfaat bagi anggota kelompok. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok tersebut. Dari beberapa pendapat tentang tahapan dalam proses layanan konseling kelompok dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan, perlibatan diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung.

54 2.4 Implementasi Layanan Konseling Kelompok di Sekolah 42 Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing masing anggota kelompok. Dalam Persiapan dan pelaksanaan layanan konseling kelompok terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan meliputi perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan meliputi (a) persiapan pelaksanaan; (b) pelaksanaan tahap kegiatan, evaluasi kegiatan, analisis dan tindak lanjut (Prayitno 1995: 76). (1) Perencanaan Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap perencanaan yang matang. Perencanaan kegiatan layanan konseling kelompok,meliputi : a. Materi layanan Materi layanan dalam layanan konseling kelompok menyesuaikan dengan permasalahan anggota kelompok. b. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok Hal hal yang sudah menjadi fokus utama dalam proses pemberian layanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta permasalahan dari anggota kelompok yang masalahnya sedang dibahas. c. Sasaran kegiatan yaitu kelompok yang dimaksud Pengelompokan peserta menyesuaikan dengan kebutuhan dan masalah.

55 43 Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan dinamika kelompok dan komunikasi yang efektif dalam kelompok. d. Bahan atau sumber tertentu yang dipersiapkan oleh konselor Materi layanan adalah suatu bahan pemberian layanan yang diambil dari sumber sumber yang dapat dipercaya, misalnya dari buku buku yang merupakan hasil dari penelitian. e. Rencana penilaian Perencanaan penilaian dilakukan dengan melihat aspek aspek pelaksanaan layanan konseling kelompok, misal dari keaktifan anggota kelompok, dinamika kelompok yang muncul, dll. f. Waktu dan tempat Perencanaan waktu dan tempat harus dipersiapkan dengan baik, untuk waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi konselor dan peserta atas kesepakan bersama sedangkan untuk tempat layanan konseling kelompok disediakan ruangan khusus yang kedap suara sehingga permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok tidak terdengar dari luar. (2) Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan pelaksanaan dan pelaksanaan tahapan kegiatan layanan konseling kelompok. a. Persiapan pelaksanaan Persiapan pelaksanaan layanan konseling kelompok meliputi : a) Persiapan Menyeluruh 1. Persiapan fisik meliputi tempat dan kelengkapan sarana dan prasarana

56 44 Persiapan fisik dilakukan untuk menyiapkan hal hal yang menjadi kelengkapan layanan konseling kelompok, seperti halnya penataan tata ruang untuk layanan konseling kelompok. 2. Persiapan bahan atau sumber bahan tertentu Persiapan bahan pemberian layanan konseling kelompok menyesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan peserta. 3. Persiapan keterampilan Persiapan keterampilan dilakukan untuk memberikan tanggapan yang tepat dalam proses pemberian layanan konseling kelompok. 4. Persiapan administrasi meliputi daftar hadir, janji kerahasiaan,dll. Persiapan administrasi sangat diperlukan untuk kelangsungan proses pemberian layanan sehingga dapat berjalan dengan lancar dan efektif b) Persiapan keterampilan Persiapan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok diharapkan konselor mampu menerapkan teknik sebagai berikut : 1. Teknik umum : 1) Tiga M yaitu mendengarkan dengan baik, memahami secara utuh dan memberikan respon secara tepat dan positif 2) Dorongan minimal 3) Penguatan 4) keruntutan 2. Keterampilan memberikan tanggapan : 1) Mengenal perasaan peserta

57 45 Konselor dituntut untuk mampu mengenali keadaan seluruh peserta sehingga proses layanan konseling kelompok tidak hanya terfokus pada satu peserta. 2) Mengungkapkan perasaan sendiri Konselor mampu menyampaikan pendapat dengan jelas dan bisa dipahami oleh seluruh peserta sehingga proses pemberian layanan dapat berjalan dengan efektif. 3) Merefleksikan Konselor mampu merasakan permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok dan mampu membawa diri seperti masalah yang sedang dibahas. 3. Keterampilan memberikan pengarahan : 1) Memberikan informasi 2) Memberikan nasehat 3) Bertanya secara langsung dan terbuka 4) Memperngaruhi dan mengajak 5) Menggunakan contoh pribadi 6) Memberikan penafsiran 7) Mengkonfrontasikan 8) Mengupas masalah 9) Menyimpulkan c) Asas Kerahasiaan Segala sesuatu yang dibicarakan oleh anggota kelompok tidak boleh disampaikan pada orang lain terlebih hal atau kepentingan yang tidak boleh atau

58 46 tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasiaan merupakan kunci dalam konseling kelompok agar pemimpin kelompok mendapat kepercayaan dari anggota kelompok. b. Pelaksanaan tahapan kegiatan Pelaksanaan tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan, perlibatan diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung. (3) Evaluasi Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat diarahkan secara khusus pada anggota kelompok yang masalah yang dibahas. Penilaian dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik menggunakan essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara lisan dapat dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan secara langsung hal-hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama kegiatan berlangsung.

59 47 Penilaian terhadap layanan konseling kelompok lebih bersifat penilaian dalam proses yang dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung. 2. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas. 3. Mengungkapkan manfaat layanan dan hasil dari keikutsertaan dalam kelompok. 4. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kegiatan lanjutan. 5. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana pelaksanaan kegiatan. (4) Analisis Dari hasil evaluasi atau penilaian perlu dilakukan analisis lebih mendalam untuk mengetahui kemajuan anggota kelompok dan pelaksanaan kegiatan layanan konseling kelompok. Konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau kembali secara cermat tentang jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas sebagai peserta, homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok, kedalam dan keluasan pembahasan, kemungkian keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah yang muncul dalam kelompok, dampak pemakaian teknik oleh pemimpin kelompok dan keyakinan pemakaian teknik baru, masalah waktu, tempat, bahan acuan, narasumber dan sebagainya. (5) Tindak Lanjut Tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis, tindak lanjut dapat dilakukan melalui konseling kelompok lanjutan atau bentuk layanan lainnya.

60 48 Tindak lanjut yang berupa kegiatan layanan atau lainnya memerlukan perencanaan dan persiapan tersendiri dengan mengikutsertakan secara aktif anggota kelompok yang bersangkutan dan sumber-sumber lain yang diperlukan.

61 BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah yang harus ditempuh dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik apa dan prosedurnya bagaimana suatu penelitian itu dilakukan. Peneliti harus memahami dan menguasai metode penelitian agar hasil dari penelitian tidak diragukan. Hal terpenting yang perlu diperhatikan bagi peneliti adalah penggunaan metode yang sesuai dengan obyek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Metode penelitian yang digunakan harus tepat sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Dalam metode penelitian ditetapkan langkah langkah untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menganalisis data dan menyimpulkan. Langkah langkah yang digunakan adalah menetukan jenis penelitian, menetapkan variabel yang akan diteliti, menentukan populasi dan sampel yang akan digunakan, menentukan metode dan alat pengumpul data, perhitungan validitas dan reliabilitas serta teknik analisis data. Langkah langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut : 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini berjudul Implementasi Layanan Konseling Kelompok di 49

62 50 SMPN se Kabupaten Pati. Berdasarkan judul tersebut, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan kenyataan atau kejadian sebagaimana di lapangan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan, berbagai kondisi, situasi, fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun rekayasa manusia (Sukmadinata 2009: 72). Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk kuantitatif deskriptif untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Jenis penelitian deskriptif pada penelitian ini berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian yaitu ingin mendapatkan data empiris tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. 3.2 Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Sutrisno Hadi (dalam Arikunto 2010: 159) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi sedangkan menurut Sugiyono (2009 : 61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan salah satu komponen penting dalam penelitian karena konsep-konsep dapat diteliti secara empiris jika mereka dioperasionalisasikan menjadi sebuah variabel

63 51 sehingga dapat diukur secara kuantitatif. Hasil pengukuran bisa konstan ataupun berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Berhubung dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka tidak terdapat variabel terikat dan variabel bebas. Variabel penelitian ini adalah implementasi layanan konseling kelompok. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal sehingga tidak ada variabel terikat maupun variabel bebas Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional merupakan suatu definisi yang didasarkan atas sifatsifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah implementasi layanan konseling kelompok. Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing masing anggota kelompok. Implementasi layanan konseling kelompok meliputi : (6) Perencanaan g. Materi layanan h. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok i. Sasaran kegiatan yaitu kelompok yang dimaksud j. Bahan atau sumber tertentu yang dipersiapkan oleh konselor k. Rencana penilaian l. Waktu dan tempat

64 (7) Pelaksanaan 52 c. Tahap permulaan d. Tahap transisi e. Tahap kegiatan f. Tahap pengakhiran (8) Evaluasi a. Penilaian hasil b. Penilaian proses (9) Analisis Hasil Evaluasi a. Diagnosis b. Prognosis (10) Tindak Lanjut (11) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat a. Komponen Sekolah b. Fasilitas 3.3 Populasi dan Sampel Populasi Menurut Azwar (2004:77), populasi adalah ialah keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang sama yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi adalah seluruh objek penelitian (Arikunto, 2010:173). Dari pengertian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek yang akan diteliti dengan sifat

65 yang relatif sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konselor di SMPN se kabupaten Pati. Tabel 3.1 SMPN se-kabupaten Pati No. Nama Sekolah Alamat Konselor 1. SMPN 1 Batangan Jl. Raya Batangan Jaken Km SMPN 2 Batangan Ds. Bumimulyo Kec. Batangan 2 3. SMPN 1 Cluwak Jl. Raya -Tayu Jepara Km SMPN 1 Dukuhseti Ds. Alasdowo 2 5. SMPN 2 Dukuhseti Jl. Tpi Puncel 2 6. SMPN 1 Gabus Jl. Gabus Tologoayu Kec. Gabus 3 7. SMPN 2 Gabus Jl. Raya Pati Gabus Km SMPN 1 Gembong Jl. Raya Pati Gembong Km SMPN 1 Gunungwungkal Jl. Raya Gunungwungkal SMPN 2 Gunungwungkal Jl. Raya Sumberejo SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan Jaken Km SMPN 2 Jaken Ds. Sidoluhur Kec. Jaken SMPN 1 Jakenan Jl. Juana - Pucakwangi SMPN 2 Jakenan Jl. Ds. Glonggong - Jakenan SMPN 1 Juwana Jl. Silugonggo No. 46 Juwana SMPN 2 Juwana Jl. Juwana Tayu Km 02 Juwana SMPN 3 Juwana Jl. Hangtuah Desa Kudukeras Kec. 2 Juwana 18. SMPN 4 Juwana Jl. Raya Tluwah - Juwana SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati SMPN 2 Kayen Jl. Raya Pati Kayen Km SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo SMPN 2 Margorejo Jl. Ds. Badegan SMPN 1 Margoyoso Jl. Kiai Cebolang 17 Margoyoso SMPN 2 Margoyoso Jl. Tambakbuntu-Purworejo SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati SMPN 2 Pati Jl. Ronggowarsito Gang 7 Pati SMPN 3 Pati Jl. Kol.R.Sugiyono No.17 Pati SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati SMPN 5 Pati Jl. P. Sudirman Pati SMPN 6 Pati Jl. Kustin SMPN 7 Pati Jl. Pati Tayu Km SMPN 8 Pati Jl. Ra. Kartini No. 1 Pati SMPN 1 Pucakwangi Jl. Raya Pucakwangi No SMPN 2 Pucakwangi Ds. Kepohkencono SMPN 1 Sukolilo Jl. Sunan Prawoto No SMPN 2 Sukolilo Jl. Sunan Prawoto Km SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo Pati 5 53

66 38. SMPN 2 Tambakromo Jl. Tambakromo - Maitan Km SMPN 3 Tambakromo Jl. Tambakromo - Kayen Km SMPN 1 Tayu Jl. Ra. Kartini 50 Tayu SMPN 2 Tayu Jl. Luwang,Tayu SMPN 1 Tlogowungu Pati - Gunungrowo SMPN 2 Tlogowungu Jl. Lahar-Pasucen Ds. Lahar SMPN 1 Trangkil Ds. Ketanen SMPN 2 Trangkil Jl. Juwana-Tayu Km SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar SMPN 2 Wedarijaksa Ds. Kepoh SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km SMPN 2 Winong Ds. Danyangmulyo Kec. Winong 3 Jumlah 141 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Pati dan masing masing SMPN Sampel Menurut Arikunto (2010: 174), sampel adalah sebagian objek penelitian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi yang diteliti. Maka, sampel penelitian yang baik adalah sampel yang benar benar mampu mewakili sifat sifat populasi. Semakin mendekati sifat populasi, semakin baik sampel yang diambil sehingga hasil penelitian semakin akurat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konselor di SMPN se kabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan sampel dari populasi dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2009: 124). Penelitian ini mengambil sampel 40 konselor dari keseluruhan populasi. Tabel 3.2 Sampel Penelitian di SMPN se Kabupaten Pati No. Nama Sekolah Alamat Konselor 1. SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati 4 2. SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati 4 3. SMPN 8 Pati Jl. RA. Kartini No. 1 Pati 4

67 4. SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo - Pati 5 6. SMPN 1 Jakenan Jl. Juwana - Pucakwangi 4 7. SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar 5 8. SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan Jaken Km SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo 2 Jumlah 40 Sumber : masing masing SMPN Prosedur Penyusunan Instrumen Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian melalui beberapa tahap. Menurut Arikunto (2010: 1), prosedur yang ditempuh adalah perencanaan, penulisan butir soal, penyuntingan, uji coba, analisis hasil, revisi dan instrumen jadi. Sedangkan dalam penelitian ini, langkah langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam pengadaan instrumen antara lain : membuat kisi kisi instrumen, kemudian dikonsultasikan, hasil konsultasi direvisi jika perlu, instrumen yang telah direvisi diujicobakan kemudian direvisi dan instrumen jadi yang siap disebarkan. Untuk lebih jelasnya, langkah langkah yang ditempuh oleh peneliti dapat dilihat pada bagan berikut : Teori Kisi kisi Instrumen Instrumen Uji Coba Revisi Instrumen Jadi Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen

68 56 Langkah langkah dalam menyusun instrumen dilakukan dalam beberapa tahap. Dalam pembuatan maupun uji coba, peneliti menyusun kisi kisi pengembangan instrumen yang meliputi variabel, subvariabel, indikator, deskriptor dan nomor item. Tahap pertama, instrumen diujicobakan kemudian dioleh validitas dan reliabilitasnya. Setelah itu direvisi dan kemudian menjadi hasil revisian yang siap untuk diberikan kepada konselor sekolah. 3.5 Validitas dan Reliabilitas Validitas Jenis validitas yang digunakan peneliti adalah jenis validitas konstruk. Validitas konstruk merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen mengukur trait atau konstruk teoritik yang hendak diukur (Allen&Yen dalam Azwar 2012: 45). Uji validitas yang digunakan dalam uji validitas konstruk menggunakan rumus product moment. Alasan penggunaan formula product moment dalam pengujian validitas instrumen dikarenakan instrumen yang dibuat berskala interval. Skala dikatakan valid jika r xy > r tabel dengan taraf signifikansi sebesar 5 %. Rumus Product Moment : Keterangan : r xy N XY - ( X )( Y) N X 2 ( X 2 ) N Y 2 - ( Y) 2 r xy X 2 X : Koefisien korelasi product moment : Jumlah skor seluruh responden : Jumlah skor seluruh responden skala dikuadratkan

69 Y 2 Y XY : Jumlah skor seluruh aitem skala : Jumlah skor seluruh aitem skala dikuadratkan : Jumlah skor seluruh responden dikalikan jumlah skor seluruh aitem 57 N : Jumlah responden pengisi skala (Arikunto 2010: 213) Reliabilitas Reliabilitas dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Jadi reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran tetap dipercaya. Estimasi reliabilitas kedua skala dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yang didasarkan pada data dari sekali pengenaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek (Azwar 2004: 182). Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan formula Alpha. Data dalam perhitungan koefisien reliabilitas Alpha diperoleh lewat pengujian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok responden. Perhitungan dalam instrumen ini dilakukan dengan membelah data menjadi sebanyak jumlah aitem. Formula Alpha yang digunakan dalam pembelahan data adalah sebagai berikut: r = ( k 11 ) ( 1 σ b ² k 1 σ ² t ) Keterangan : r 11 k σ b 2 = Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir

70 Σ 2 t = Varians total (Arikunto 2010: 239) 58 Alasan penggunaan Alpha dalam penghitungan reliabilitas instrumen ini dikarenakan data yang dihasilkan memiliki ciri : a. Data rating skala (1,2,3, dan 4 ) b. Bisa digunakan untuk jumlah item ganjil maupun genap Besar kecilnya koefisien mengidentifikasikan kuat dan lemahnya hubungan yang ada. r hitung yang besarnya lebih dari r tabel menunjukkan bahwa instrumen semakin reliabel. Sedangkan jika r hitung < r tabel berarti instrumen semakin berkurang reliabilitasnya. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu langkah yang standar dan sistematis untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian. Agar diperoleh data yang lengkap maka harus digunakan teknik pengumpulan data yang tepat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat dan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu menggunakan angket (kuesioner). Angket merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (Sukmadinata 2009: 219). Sedangkan menurut Sutoyo (2009 : 167), Angket atau kuesioner didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden.

71 59 Dilihat dari bentuknya angket ada dua yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup merupakan angket dengan pertanyaan tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban dari alternatif alternatif jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian responden tinggal memilih jawaban yang ada sehingga responden tidak bebas menjawab pertanyaan pertanyaan. Angket terbuka yaitu angket yang mengandung pertanyaan pertanyaan yang sifatnya terbuka dalam arti responden dapat menjawab dengan bebas pertanyaan yang ada dalam angket tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup karena jawabannya sudah ada dalam pertanyaan. Dilihat dari pelaksanaannya angket ada dua macam yaitu angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung yaitu angket yang diberikan langsung kepada responden yang dikenainya tanpa menggunakan perantara, sedangkan angket tidak langsung adalah angket yang menggunakan perantara dalam menjawab sehingga jawaban tidak diperoleh dari sumber yang pertama tetapi dari sumber kedua atau sumber perantara. Peneliti menggunakan angket langsung dalam penelitian ini karena dapat dibagikan secara serentak dan hasilnya dapat langsung diambil. Kelebihan menggunakan metode pengumpulan data dengan angket yaitu (Arikunto 2010: 195): 1. Tidak memerlukan hadirnya penelitti 2. Dapat dibagi serentak kepada seluruh responden 3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan dan waktu senggang 4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dalam menjawab

72 60 5. Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar benar sama. Selain terdapat kelebihan menggunakan angket, terdapat pula kelemahan menggunakan angket yaitu (Arikunto 2010: 195): 1. Sukar dicari validitasnya 2. Meskipun dibuat anonim, terkadang resonden tidak bisa menjawab dengan jujur sesuai dengan keadaan diri responden 3. Sering tidak kembali terutama jika dikirim lewat pos 4. Waktu pengembalian tidak serempak sama Untuk mengatasi kelemahan kelemahan angket atau kuesioner di atas, maka peneliti berusaha untuk menekan sekecil mungkin kelemahan kelemahan tersebut, antara lain : 1. Penyebaran dilaksanakan secara langsung dan peneliti diupayakan hadir sehingga apabila ada kesulitan dari responden peneliti dapat menjelaskan. 2. Menggunakan angket tertutup untuk menghindari jawaban responen yang terlalu melebar 3. Memberikan penjelasan sebelum menyebarkan angket sehingga responden bersedia mengisi angket tanpa adanya perasaan terpaksa. 4. Memberikan petunjuk petunjuk dengan singkat dan lengkap untuk menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengisian angket agar responden dapat memberikan jawaban jujur. 5. Dalam penyusunan angket, peneliti melakukan uji validitas dengan

73 cara melakukan uji coba (Try out) Dalam uji coba (Try out) responden diberikan kesempatan untuk memberikan saran saran, perbaikan bagi angket yang diujicobakan. 7. Mengamati dan meneliti kembali jawaban yang telah diisi oleh responden agar tidak ada pertanyaan yang terlewati atau belum dijawab. Dengan demikian pemilihan angket sebagai instrumen sangat membantu peneliti dalam memperoleh data tentang implementasi layanan konseling kelompok. Dalam menyusun angket menggunakan skala likert dengan interval sebagai berikut: Tabel 3.3 Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok No. Kategori Jawaban Positif Skor No. Kategori Jawaban Negatif Skor 1. Sangat Sesuai (SS) 4 1. Sangat Sesuai (SS) 1 2. Sesuai (S) 3 2. Sesuai (S) 2 3. Tidak Sesuai (TS) 2 3. Tidak Sesuai (TS) 3 4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 4 Untuk mengatasi kecenderungan kebanyakan responden memilih jawaban setuju, maka dalam penyusunan butir pernyataan dibuat pernyataan positif dan pernyataan negatif. 3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Hasil Uji Coba Validitas Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila instrumen tersebut mampu

74 62 mengukur data dari variabel secara tepa. Hasil uji coba dianalis validitasnya dengan menggunakan rumus Product Moment. Butir angket dinyatakan valid jika r xy r tabel. Dari 74 butir pernyataan, diperoleh 9 butir pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 10, 12, 16, 18, 23, 58, 62, 70, 74. Butir pernyataan tersebut memiliki koefisien korelasi yang kurang dari r tabel pada α = 5% dengan n=20 yaitu Selanjutnya butir pernyataan yang tidak valid tidak dilakukan perbaikan, karena dari 65 pernyataan yang valid sudah mewakili masing masing indikator dari variabel penelitian Hasil Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan formula Alpha dengan pertimbangan bahwa skor dalam penelitian ini merupakan rentangan dari 1-4. Hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar (r tabel pada α = 5% dengan n=20), sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel. 3.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai data menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenaran sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan deskriptif persentase. Analisis data dalam penelitian ini memakai distribusi frekuensi yaitu

75 menganilisis data dengan melihat jawaban responden dalam jawaban kuesioner. Adapun rumus yang digunakan yaitu : 63 N = SN SI X100% Keterangan: N SN = Skor dalam presentase = Jumlah skor nyata/ jawaban SI = Jumlah skor ideal (Arikunto 2010: 286) Dalam mendeskripsikan implementasi layanan konseling kelompok yang memiliki rentangan skor 1 4, dibuat interval kriteria nilai implementasi yang ditentukan dengan cara sebagai berikut : 1) Menghitung persentase maksimum 4 4 x 100% = 100% 2) Menghitung persentase minimum 1 4 x 100% = 25% 3) Menghitung range = 100% - 25% = 75% 4) Menentukan interval kelas persentase = Range : Banyak kelas = 75% : 4 = 18.75%

76 Berdasarkan panjang interval kelas tersebut maka kriteria tingkat implementasi layanan konseling kelompok dapat disusun sebagai berikut : Tabel 3.4 Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok Interval Kriteria 81.25% % 100% Sangat Baik 62.25% % < 81.25% Baik 43.75% % < 62.25% Cukup Baik % < % Kurang Baik 64

77 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan penjelasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disertai dengan analisis data secara deskriptif dan pembahasannya tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati. 4.1 Hasil Penelitian Pada sub bab hasil penelitian ini akan diuraikan tentang hasil analisis deskripstif presentase data penelitian secara keseluruhan dan hasil analisis deskriptif presentase pada sub variabel Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara Keseluruhan Hasil analisis deskriptif presentase implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati menggunakan kriteria presentase instrumen angket. Hasil analisis data penelitian secara keseluruhan tentang implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati menunjukkan bahwa dari 40 responden diperoleh data 3 konselor (7.5%) diantaranya memiliki tingkat implementasi layanan konseling kelompok pada kriteria sangat baik. Sedangkan 37 konselor (92.5%) diantaranya memiliki tingkat implementasi layanan konseling kelompok pada kriteria baik. 65

78 keseluruhan: Berikut ini adalah diagram frekuensi hasil analisis data penelitian secara 66 Sangat Baik, 7.5% (3 Orang) Baik, 92.5% (37 Orang) Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Secara keseluruhan hasil penelitian mengenai implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati dengan responden konselor secara keseluruhan disajikan pada table berikut ini : Tabel 4.1 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Responden Sub Variabel Skor % Kriteria Konselor 1. Perencanaan Baik 2. Pelaksanaan Baik 3. Evaluasi Baik 4. Analisis hasil evaluasi Baik 5. Tindak Lanjut Baik 6. Faktor Pendukung dan Faktor Baik Penghambat Presentase rata-rata Baik

79 Berikut grafik implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se- Kabupaten Pati: % 77.00% 76.00% 77.50% 76.30% 75.00% 74.00% 73.00% 72.00% 71.00% 75% 74.10% 73.30% 73.30% 73.30% 73.30% 73.30% 73.30% 72.20% 71.40% 70.00% 69.00% 68.00% Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Analisis hasil evaluasi Tindak Lanjut Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Sub variabel Rata -rata Gambar 4.2 Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing masing anggota kelompok. Berdasarkan tabel 4.1 hasil analisis deskriptif presentase implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati secara keseluruhan mendapatkan kriteria baik dengan hasil presentase sebesar 73.3%. Hal tersebut

80 menggambarkan bahwa konselor telah menjalankan perannya dalam implementasi layanan konseling kelompok dengan kriteria baik, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, faktor pendukung dan faktor penghambat. Namun terdapat dua subvariabel yang berada dibawah ratarata dari keseluruhan subvariabel yaitu pelaksanaan dan evaluasi. Meskipun hasil presentase untuk setiap sub variabel sudah menunjukkan hasil baik, tetapi masih terdapat beberapa indikasi yang belum mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan baik. Hal tersebut dapat ditinjau dari hasil indikator: Tabel 4.2 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik Responden Indikator % Frekuensi Kriteria Konselor 1. Materi layanan Cukup Baik 2. Tujuan yang ingin dicapai Sasaran kegiatan 15 6 Cukup Baik Kurang Baik 4. Bahan atau sumber tertentu 15 6 Cukup Baik Kurang Baik 5. Rencana penilaian 5 2 Cukup Baik 6. Waktu dan tempat 5 2 Cukup Baik Kurang Baik 7. Tahap permulaan Tahap transisi Cukup Baik 9. Tahap kegiatan Cukup Baik 10. Tahap pengakhiran Penilaian hasil 5 2 Cukup Baik 12. Penilaian proses Cukup Baik 13. Diagnosis 5 2 Cukup Baik 14. Prognosis Tindak lanjut 5 2 Cukup Baik 16. Komponen sekolah Fasilitas Cukup Baik 68

81 69 Dari hasil angket, untuk indikator materi layanan diperoleh presentase sebesar 2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan penentuan materi layanan dalam layanan konseling kelompok dengan baik sehingga hanya diperlukan sedikit perbaikan dan peningkatan pelaksanaan menjadi lebih baik. Untuk indikator tujuan yang ingin dicapai tidak terdapat kriteria cukup baik atau kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah menerapkan tujuan yang ingin dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan baik sehingga hanya perlu peningkatan kualitas konselor dalam menerapkan tujuan layanan konseling kelompok. Adapun indikator sasaran kegiatan diperoleh presentase sebesar 15% dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Hal ini dapat menggambarkan bahwa konselor masih belum sepenuhnya mampu menentukan sasaran layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan hasil tersebut, konselor diharapkan mendapatkan materi dan pelatihan kembali tentang layanan konseling kelompok khususnya sasaran kegiatan layanan konseling kelompok. Pada indikator bahan atau sumber tertentu diperoleh presentase sebesar 15% dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Dari hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa konselor masih belum sepenuhnya siap untuk melaksanakan layanan konseling kelompok dengan baik sehingga sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan cara mengatasi berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari hari khususnya perkembangan masa remaja.

82 70 Untuk indikator rencana penilaian diperoleh presentase sebesar 5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mempersiapkan dengan sangat baik rencana penilaian layanan konseling kelompok. sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitas perencanaan penilaian layanan konseling kelompok. Untuk indikator waktu dan tempat diperoleh presentase sebesar 5% dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Hal ini menggambarkan bahwa konselor sudah sangat baik dalam kesepakatan penentuan waktu dan tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok. Pada indikator tahap permulaan tidak terdapat kriteria cukup baik atau kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah menerapkan tahap permulaan dalam layanan konseling kelompok dengan baik sehingga hanya perlu peningkatan kualitas konselor dalam menerapkan tahap permulaan layanan konseling kelompok. Adapun indikator tahap transisi diperoleh presentase sebesar 22.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini dapat menggambarkan bahwa konselor masih belum sepenuhnya menerapkan tahap transisi dengan baik. Berdasarkan hasil tersebut, konselor diharapkan mendapatkan materi dan pelatihan kembali tentang layanan konseling kelompok khususnya pentingnya tahap transisi dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok. Kemudian pada indikator tahap kegiatan diperoleh presentase sebesar 2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah melaksanakan dengan baik tahapan yang merupakan inti dari

83 71 layanan konseling kelompok. sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitas tahap kegiatan layanan konseling kelompok. Untuk indikator tahap pengakhiran tidak terdapat kriteria cukup baik atau kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah menerapkan dengan baik tahap pengakhiran dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok sehingga perlu ditingkatkan untuk memberikan kesan yang baik terkait layanan konseling kelompok. Pada indikator penilaian hasil diperoleh presentase sebesar 5% dengan kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah melaksanakan penilaian dengan baik terkait hasil pemecahan masalah dalam kelompok. Dalam hal ini, konselor perlu meninjau kembali kesesuaian antara hasil layanan konseling kelompok dengan permasalahan yang sedang dialami anggota kelompok dan menyesuaikan dengan kondisi anggota kelompok yang masalahnya dibahas. Kemudian untuk indikator penilaian proses diperoleh presentase sebesar 2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini dapat menggambarkan bahwa konselor masih belum sepenuhnya melaksanakan penilaian proeses dengan baik. Berdasarkan hasil tersebut, konselor diharapkan melaksanakan penilaian proses setelah pelaksanaan layanan konseling kelompok. Adapun dalam indikator diagnosis diperoleh presentase sebesar 5% dengan kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar konselor sudah melaksanakan diagnosis berdasarkan hasil evaluasi

84 72 pelaksanaan layanan konseling kelompok sehingga diharapkan konselor selalu melakukan diagnosis hasil evaluasi. Untuk indikator prognosis tidak terdapat kriteria cukup baik atau kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor sudah melaksanakan prognosis atau perencanaan layanan lanjutan. Perencanaan layanan lanjutan sangat diperlukan untuk pemecahan masalah secara tuntas sehingga siswa dapat berkembang secara optimal sesuai masa perkembangannya. Pada indikator tindak lanjut diperoleh presentase sebesar 5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini menggambarkan bahwa konselor sudah memberikan layanan lanjutan sebagai tindak lanjut dari pemecahan masalah yang belum tuntas ketika menggunakan layanan konseling kelompok. Untuk indikator komponen sekolah tidak terdapat kriteria cukup baik atau kurang baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar komponen sekolah yang meliputi kepala sekolah, staff guru dan warga sekolah lainnya mendukung pemberian layanan konseling kelompok. Dalam layanan konseling kelompok diharapkan seluruh komponen sekolah memiliki peran aktif untuk keberhasilan pemberian layanan konseling kelompok. Kemudian indikator fasilitas diperoleh presentase sebesar.5% denagn kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar SMPN sudah memenuhi syarat fasilitas pelaksanaan layanan konseling kelompok sehingga diharapkan di setiap SMPN memiliki fasilitas baik untuk menunjang pelaksanaan layanan konseling kelompok secara optimal.

85 4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada Sub Variabel Penjelasan mengenai hasil analisis deskriptif presentase data penelitian pada sub variabel meliputi: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) evaluasi; 4) analisis hasil evaluasi; 5) tindak lanjut; 6) faktor pendukung dan faktor penghambat Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap perencanaan yang matang. Seorang konselor hendaknya melakukan perencanaan yang matang sebelum memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa. Hal ini erat keitannya dengan ketercapaian tujuan yang henak dicapai dengan layanan tersebut. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel perencanaan layanan konseling kelompok terbagi ke dalam enam indikator yang meliputi materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber tertentu, rencana penilaian, waktu dan tempat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok Responden Indikator Skor % Kriteria Konselor 1. Materi layanan Baik 2. Tujuan yang ingin dicapai Baik 3. Sasaran kegiatan Cukup Baik 4. Bahan atau sumber tertentu Baik 5. Rencana penilaian Sangat Baik 6. Waktu dan tempat Sangat Baik Presentase rata - rata Baik 73

86 Berikut grafik subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok: % 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Materi layanan 83.80% 83.80% 80.90% 77.50% 74.10% 74.10% 74.10% 74.10% 74.10% 74.10% Tujuan yang ingin dicapai Sasaran kegiatan 61.90% 66% Bahan atau sumber tertentu Rencana penilaian Waktu dan tempat Gambar 4.3 Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata hasil presentase menunjukkan hasil presentase sebesar 74.1% dengan kriteria baik, yang menggambarkan konselor menilai diri telah mengimplementasikan perencanaan layanan konseling kelompok meliputi materi layanan, tujuan yang ingn dicapai, sasaran kegiatan, bahan dan sumber tertentu, rencana penilaian, waktu dan tempat. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel perencanaan, diantaranya sebagai berikut: 1) Materi layanan Indikator Rata -rata Hasil analisis deskriptif presentase indikator materi layanan menunjukkan presentase sebesar 80.9% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat

87 75 dideskripsikan bahwa konselor dapat mengeimplementasikan penentuan materi layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator materi layanan berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Materi dalam layanan konseling kelompok bersifat pribadi dan berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengangakat permasalahan yang sedang dialami oleh salah satu anggota kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan penentuan materi layanan dalam layanan konseling kelompok dengan baik sehingga diperlukan sedikit perbaikan dan peningkatan pelaksanaan menjadi lebih baik. 2) Tujuan yang ingin dicapai Hasil analisis deskriptif presentase indikator tujuan yang ingin dicapai diperoleh presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa konselor sudah mengimplementasikan tujuan yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan baik. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok menjadi fokus utama dalam proses pemberian layanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta permasalahan dari anggota kelompok yang masalahnya sedang dibahas. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator tujuan yang ingin dicapai berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan tujuan yang ingin dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan baik yaitu membantu

88 76 mengentaskan permasalahan pribadi siswa dengan suasana kelompok sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan pengetahuan tentang tujuan yang ingin dicapai dengan layanan konseling kelompok. 3) Sasaran kegiatan Hasil analisis deskriptif presentase indikator sasaran kegiatan menunjukkan presentase sebesar 61.9% dengan kriteria cukup baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa dalam rekrutmen anggota kelompok kurang sesuai dengan kriteria rekrutmen anggota kelompok dalam layanan konseling kelompok, dalam rekrutmen anggota kelompok semestinya berdasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan siswa sehingga proses pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik. Pengelompokan perserta menyesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahannya. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan dinamika kelompok dan komunikasi yang efektif dalam kelompok. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator sasaran kegiatan berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat konselor yang belum menerapkan sasaran layanan konseling kelompok dengan baik. Ketidaksesuaian sasaran kegiatan berawal dari pengelompokan atau perekrutan anggota kelompok yang tidak sesuai dengan hasil identifkasi kebutuhan siswa sehingga berpengaruh terhadap kelancaran proses pelaksanaan layanan konseling kelompok. Seyogyanya konselor perlu mendalami tentang sasaran yang tepat dan sesuai dalam layanan konseling kelompok.

89 4) Bahan dan sumber tertentu 77 Hasil analisis deskriptif presentase indikator bahan dan sumber tertentu menunjukkan presentase sebesar 66.3% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa sebelum memberikan layanan konseling kelompok pada siswa, konselor sudah mempelajari permasalahan dalam kehidupan remaja. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator bahan dan sumber tertentu berada dibawah ratarata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini disebabkan kurangnya partisipasi aktif konselor untuk meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan-permasalahan yang umum dialami oleh siswa di era globalisasi dengan pesatnya kemajuan teknologi. Seorang konselor hendaknya membaca referensi contoh permasalahan dalam kehidupan remaja dan cara mengatasinya sehingga konselor dapat mengarahkan kelompok dalam pemecahan masalah dengan baik. 5) Rencana penilaian Hasil analisis deskriptif presentase indikator rencana penilaian menunjukkan presentase sebesar 83.8% dengan kriteria sangat baik, dapat dimaknai bahwa konselor telah sangat baik dalam merencanakan penilaian layanan konseling kelompok. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator rencana penilaian berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan perencanaan penilaian. Perencanaan penilaian dilakukan

90 78 dengan melihat aspek-aspek pelaksanaan layanan konseling kelompok, misal dari keaktifan anggota kelompok, dinamika kelompok yang muncul, dll. Melalui perencanaan penilaian, konselor dapat mengetahui seberapa besar keberhasilan pemberian layanan konseling kelompok terhadap masing-masing anggota kelompok. Selain itu, konselor dapat mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok sehingga dapat segera ditindak lanjuti dengan pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan. Seyogyanya seorang konselor senantiasa meningkatkan kualitas professional. 6) Waktu dan tempat Hasil analisis deskriptif presentase indikator waktu dan tempat menunjukkan presentase sebesar 83.8% dengan kriteria sangat baik. Dari hasil tersebut dapat menggambarkan bahwa dalam perencanaan waktu dan tempat pemberian layanan sudah sangat baik sesuai dengan layanan yang diberikan yaitu layanan konseling kelompok. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator waktu dan tempat berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah tepat dan sesuai dengan kriteria dalam perencanaan waktu sesuai dengan kesepakan bersama dan tempat disediakan ruangan khusus yang kedap suara sehingga permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok tidak terdengar dari luar sehingga perlu ditingkatkan pengetahuan tentang perencanaan tempat dan waktu dalam layanan konseling kelompok.

91 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan konseling kelompok terbagi ke dalam empat indikator yang meliputi tahap permulaan, tahap transisi, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Responden Indikator Skor % Kriteria Konselor 1. Tahap permulaan B 2. Tahap transisi B 3. Tahap kegiatan B 4. Tahap pengakhiran B Presentase rata-rata B Berikut grafik subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok: % 74.00% 73.00% 72.00% 71.00% 70.00% 69.00% 68.00% 67.00% 66.00% 65.00% 64.00% 74.00% 74% 73% 72.00% 72.00% 72.00% 72.00% 68.00% Tahap permulaan Tahap transisi Tahap kegiatan Tahap pengakhiran Indikator Rata -rata Gambar 4.4 Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

92 80 Berdasarkan tabel 4.4 rata rata hasil presentase menunjukkan hasil presentase sebesar 72% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor telah mengimplementasikan dengan baik yang meliputi tahap permulaan, tahap transisi, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Namun berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa terdapat satu indikator yaitu tahap transisi yang masih berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok, hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi untuk kelancaran tahap selanjutnya. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel pelaksanaan, diantaranya sebagai berikut: 1) Tahap permulaan Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap permulaan menunjukkan presentase sebesar 74% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa konselor dalam tahap permulaan telah melaksanakan dengan baik yang meliputi mengungkapan pengertian dan tujuan layanan konseling kelompok, tata cara dalam konseling kelompok, menggunakan teknik khusus dan menggunakan permainan untuk lebih mengakrabkan diri dengan anggota kelompok. Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap permulaan berada diatas ratarata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling

93 81 kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan tahap permulaan dengan baik sehingga untuk konselor yang masih kurang baik perlu mempelajari dan memahami kembali hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam tahap permulaan. 2) Tahap transisi Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap transisi menunjukkan presentase sebesar 68% dengan kriteria baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa konselor sudah melaksanakan tahap transisi dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan baik. Tahap transisi merupakan tahap dimana konselor sebagai pemimpin kelompok menjelaskan tahapan selanjutnya, menawarkan dan mengamati kesiapan anggota kelompok untuk tahap selanjutnya, menjelaskan suasana kelompok dan meningkatkan kemampuan keiikutsertaan anggota kelompok serta menjelaskan kembali aspek-aspek dalam tahap permulaan. Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap transisi berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat sebagian konselor yang belum mengimplementasikan tahap transisi dengan baik, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya tahap transisi untuk kelancaran pada tahap selanjutnya sehingga konselor perlu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi dalam layanan konseling kelompok. 3) Tahap kegiatan Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap kegiatan menunjukkan

94 82 presentase sebesar 74% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa konselor dalam tahap kegiatan atau yang menjadi tahap inti layanan kosneling kelompok telak dilaksanakan dengan baik. Konselor sudah dengan baik memberikan kesempatan kepada masing masing anggota kelompok untuk mengemukakan masalah pribadi yang sedang dihadapi, kemudian dalam penetapan masalah yang hendak dibahas berdasarkan atas kesepatan bersama, memberikan kesempatan anggota kelompok yang masalahnya dibahas untuk menggambarkan masalah yang dialami, membahas masalah dengan memberikan kesempatan dan mengarahkan anggota kelompok yang lain untuk ikut aktif dalam membantu pemecahan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas. Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap kegiatan berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan tahap kegiatan dengan baik. Namun masih terdapat beberapa konselor yang perlu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai implementasi tahap kegiatan dengan baik dalam layanan konseling kelompok. 4) Tahap pengakhiran Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap pengakhiran menunjukkan presentase sebesar 73% dengan kriteria baik. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa dalam mengakhiri layanan konseling kelompok, refleksi pengalaman, membahas kegiatan lajutan dan memberikan penguatan kepada

95 83 anggota kelompok secara keseluruhan konselor sudah melaksanakan dengan baik. Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap pengakhiran berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan tahap kegiatan dengan baik. Namun masih terdapat beberapa konselor yang belum mengimplementasikan tahap pengakhiran dengan baik. Hal ini disebabkan ada aspek-aspek dalam tahap pengakhiran yang terlupakan sehingga akan berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya. Konselor hendaknya senantiasa menambah wawasan pengetahuan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap pengakhiran dan kemudian mengimplementasikannya dengan baik Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik menggunakan essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara lisan dapat dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan secara langsung hal hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama kegiatan berlangsung. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi penilaian hasil dan penilaian proses.

96 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : 84 Tabel 4.5 Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Responden Indikator Skor % Kriteria Konselor 1. Penilaian hasil B 2. Penilaian proses B Presentase rata - rata B Berikut grafik subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok: 75.00% 74.00% 74.10% 73.00% 72.00% 71.00% 70.00% 71.40% 71.40% 70.00% 69.00% 68.00% 67.00% Penilaian hasil Penilaian proses Indikator Rata -rata Gambar 4.5 Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Berdasarkan tabel 4.5 rata rata hasil presentase menunjukkan hasil presentase sebesar 71.4% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan evaluasi layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor sudah melaksanakan dengan baik meliputi penilaian hasil dan penilaian proses. Namun berdasarkan gambar 4.5 dalam grafik masih terdapat indikator yang berada di

97 85 bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu penilaian proses. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel evaluasi, diantaranya sebagai berikut: 1) Penilaian hasil Hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian hasil menunjukkan presentase sebesar 74.1% dengan kriteria baik. Penilaian hasil digunakan untuk melihat sejauhmana keputusan pemecahan masalah dalam layanan konseling kelompok sudah sesuai dan mampu membantu siswa mengentaskan permasalahannya atau belum. Penilaian hasil sudah dilaksanakan dengan baik oleh sebagian besar konselor. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif yang mendeskripsikan bahwa konselor dalam melakukan penilaian hasil layanan konseling kelompok sudah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan gambar 4.5 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian hasil berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan penilaian hasil dengan baik tetapi masih terdapat konselor yang belum mengimplementasikan dengan baik sehingga perlu mendapatkan pengetahuan dan pelatihanlebih lanjut. 2) Penilaian proses Hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian proses menunjukkan presentase sebesar 70% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut

98 86 dapat dideskripsikan bahwa konselor dalam penilaian proses telah melaksanakan dengan baik. Penilaian proses digunakan untuk melihat apakah pelaksanaan layanan konseling kelompok sudah berjalan dengan baik atau belum, yang menyesuaikan dengan kondisi kelompok. Berdasarkan gambar 4.5 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian proses berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian konselor yang belum melakukan penilaian proses. Hal tersebut bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman konselor mengenai pentingnya penilaian terhadap proses pelaksanaan layanan konseling kelompok Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Dari hasil evaluasi atau penilaian perlu dilakukan analisis lebih mendalam untuk mengetahui kemajuan anggota kelompok dan pelaksanaan kegiatan layanan konseling kelompok. Konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau kembali secara cermat tentang jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas sebagai peserta, homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok, kedalam dan keluasan pembahasan, kemungkian keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah yang muncul dalam kelompok, dampak pemakaian teknik oleh pemimpin kelompok dan keyakinan pemakaian teknik baru, masalah waktu, tempat, bahan acuan, narasumber dan sebagainya.

99 Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi diagnosis dan prognosis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Responden Indikator Skor % Kriteria Konselor 1. Diagnosis B 2. Prognosis B Presentase rata - rata B 87 kelompok: Berikut grafik subvariabel analisis hasil evaluasi layanan konseling 78.00% 77.00% 77.50% 76.00% 75.00% 74.00% 73.00% 75.00% 75.00% 73.80% 72.00% 71.00% Diagnosis Prognosis Indikator Rata -rata Gambar 4.6 Grafik Sub Variabel Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok Berdasarkan tabel 4.6 rata rata hasil presentase menunjukkan hasil presentase sebesar 75% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

100 88 analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor telah mengimplementasikan dengan baik. Namun berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu prognosis. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel analisis hasil evaluasi, diantaranya sebagai berikut: 1) Diagnosis Hasil analisis deskriptif presentase indikator diagnosis menunjukkan presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat menggambarkan bahwa konselor telah melakukan diagnosis dari hasil evaluasi layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator diagnosis berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah melaksanakan diagnosis dengan baik. Diagnosis digunakan untuk melakukan analisis sebab yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan pemberian layanan konseling kelompok. 2) Prognosis Hasil analisis deskriptif presentase indikator prognosis menunjukkan presentase sebesar 73.8% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa konselor sudah memprekdisikan layanan-layanan yang sesuai hasil evaluasi dan diagnosis dengan baik. Berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik

101 menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator prognosis berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian konselor sudah mengimplementasikan prognosis dengan baik tetapi masih terdapat konselor yang belum mengimplementasikan dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan layanan konseling kelompok yang hanya terbatas pada pelaksanaan. Prognosis dilaksanakan setelah proses pelaksanaan selesai yang kemudian dilakukan evaluasi dan analisis hasil evaluasi yang di dalamnya terdapat diagnosis dan prognosis. Prognosis merupakan prediksi pemberian layanan lanjutan yang berdasarkan hasil evaluasi dan diagnosis layanan koseling kelompok. Prognosis tidak selalu dilakukan melainkan menyesuaikan dengan ketuntasan permasalahan siswa. Jika permasalahan siswa sudah selesai dan tuntas dengan layanan konseling kelompok maka tidak ada prediksi untuk layanan lanjutan Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan konseling kelompok terbagi ke dalam satu indikator yaitu tindak lanjut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok Responden Indikator Skor % Kriteria Konselor 1. Tindak lanjut B Presentase rata - rata B 89

102 Berikut grafik subvariabel tindak lanjut layanan konseling kelompok: % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 77.50% Tindak lanjut Indikator Rata -rata Gambar 4.7 Grafik Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok Berdasarkan tabel 4.7 rata rata hasil presentase menunjukkan hasil presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil indikator tindak lanjut, dapat menggambarkan bahwa konselor telah melaksanakan tindak lanjut dari analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok dengan baik. Pemecahan permasalahan siswa terkadang tidak bisa diselesaikan dengan layanan konseling kelompok melainkan harus menggunakan pendekatan individual karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam memberikan layanan tidak bisa disamaratakan. Tindak lanjut diberikan untuk membantu siswa yang permasalahannya tidak teratasi dengan layanan konseling kelompok dan untuk mengoptimalkan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling sehingga siswa dapat mencapai kehidupan efektif sehari hari (KES). Tindak lanjut yang erat kaitannya dengan layanan konseling kelompok adalah layanan konseling individu, dimana konselor lebih memahami dan menyelami permasalahan yang sedang dialami oleh siswa sehingga siswa menemukan titik pemecahan masalah yang tepat dan sesuai dengan keadaan dan kemampuan diri.

103 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi komponen sekolah dan fasilitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok Responden Indikator Skor % Kriteria Konselor 1. Komponen sekolah B 2. Fasilitas B Presentase rata - rata B 91 Berikut grafik subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok: 80.00% 79.50% 78.00% 76.00% 74.00% 72.00% 76.30% 76.30% 73.00% 70.00% 68.00% Komponen Sekolah Fasilitas Indikator Rata -rata Gambar 4.8 Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok

104 92 Berdasarkan tabel 4.8 rata rata hasil presentase menunjukkan hasil presentase sebesar 76.3% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam implementasi layanan konseling kelompok telah terlaksana dengan baik, yang ditunjukkan dengan presentase faktor pendukung lebih besar dibandingkan dengan presentase faktor penghambat sehingga pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik. Namun berdasarkan gambar 4.8 dalam grafik masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok yaitu fasilitas. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel faktor pendukung dan faktor penghambat, diantaranya sebagai berikut: 1) Komponen sekolah Hasil analisis deskriptif presentase indikator komponen sekolah menunjukkan presentase sebesar 79.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar dari komponen sekolah memberikan kontribusi dan dukungan yang besar dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok. Berdasarkan gambar 4.8 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator komponen sekolah berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa komponen sekolah yang meliputi: kepala sekolah, guru, staff TU dan warga sekolah lainnya mendukung pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal tersebut bisa dilihat

105 93 dari kebijakan kepala sekolah yang memberikan wewenang dan tanggungjawab penuh untuk melaksanakan layanan konseling kelompok diluar jam pelajaran atau setelah pulang sekolah. Sedangkan untuk guru mata pelajaran sangat mendukung dan saling kerjasama untuk membantu mengentaskan permasalahan siswa. 2) Fasilitas Hasil analisis deskriptif presentase indikator fasilitas menunjukkan presentase sebesar 73% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa fasilitas layanan konseling kelompok sudah tersedia dengan baik. Sebagian besar sekolah, pelaksananan layanan konseling kelompok sudah menggunakan fasilitas yang sesuai dengan kriteria fasilitas layanan konseling kelompok sehingga mendukung keberhasilan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok. Meskipun termasuk dalam kriteria baik, berdasarkan gambar 4.8 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator fasilitas berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat sekolah yang belum memfasilitasi dengan baik untuk layanan konseling kelompok. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Pada hakikatnya manusia dan segenap dimensi kehidupannya perlu dikembangkan yaitu dimensi kehidupan spiritual dan psikologis, sosio-emosional, fisik serta segenap tujuan dan tugas kehidupan menjadi landasan layanan konseling kelompok. Di sekolah siswa dihadapkan dengan banyak masalah yang

106 94 perlu mendapatkan penanganan khusus. Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing masing anggota kelompok. Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan kepribadian sehari hari. Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan mampu meningkatkan kemampuan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah masalah pribadi, terampil dalam mengambil alternatif dalam memecahkan masalah serta memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu peserta mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan masalah antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah pribadinya di kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Layanan konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor sebagai seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah seorang yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional (Prayitno 2004: 4). Dalam layanan konseling kelompok terdapat sosok seorang pemimpin kelompok (konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan

107 95 tersebut. Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih dan berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional (Prayitno 2004: 4). Secara khusus pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu menghidupkan dinamika kelompok diantara anggota kelompok yang mampu mengarahkan tujuan umum dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006: 93). Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing masing anggota kelompok. Dalam implementasi layanan konseling kelompok terdapat beberapa subvariabel diantaranya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, faktor pendukung dan faktor penghambat. Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap perencanaan yang matang. Seorang konselor hendaknya melakukan perencanaan yang matang sebelum memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa. Hal ini erat keitannya dengan ketercapaian tujuan yang henak dicapai dengan layanan tersebut. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel perencanaan layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam enam indikator yang meliputi materi layanan, tujuan yang

108 96 ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber tertentu, rencana penilaian, waktu dan tempat. Dalam subvariabel perencanaan masih terdapat dua indikator yang berada dibawah rata-rata yaitu sasaran kegiatan dan bahan atau sumber tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat konselor yang belum menerapkan sasaran layanan konseling kelompok dengan baik. Ketidaksesuaian sasaran kegiatan berawal dari pengelompokan atau perekrutan anggota kelompok yang tidak sesuai dengan hasil identifkasi kebutuhan siswa sehingga berpengaruh terhadap kelancaran proses pelaksanaan layanan konseling kelompok. Seyogyanya konselor perlu mendalami tentang sasaran yang tepat dan sesuai dalam layanan konseling kelompok. Sedangkan dalam indikator sumber dan bahan tertentu menunjukkan bahwa konselor kurang aktif untuk meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan-permasalahan yang umum dialami oleh siswa di era globalisasi dengan pesatnya kemajuan teknologi. Seorang konselor hendaknya membaca referensi contoh permasalahan dalam kehidupan remaja dan cara mengatasinya sehingga konselor dapat mengarahkan kelompok dalam pemecahan masalah dengan baik. Pelaksanaan tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan, perlibatan diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap

109 97 kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam empat indikator yang meliputi tahap permulaan, tahap transisi, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Namun terdapat satu indikator yaitu tahap transisi yang masih berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi untuk kelancaran tahap selanjutnya sehingga konselor perlu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi dalam layanan konseling kelompok. Tahap peralihan disebut juga tahap transisi (Transition Stage). Tahap peralihan diawali dengan masa badai, dimana anggota kelompok bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan tempat dalam kelompok. Masa badai merupakan masa munculnya suatu konflik dari ketegangan primer ke ketegangan sekunder (Wibowo 2005: 90). Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat diarahkan secara khusus pada anggota kelompok yang masalah yang dibahas. Penilaian dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik menggunakan essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara

110 98 lisan dapat dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan secara langsung hal hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama kegiatan berlangsung. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel evaluasi layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi penilaian hasil dan penilaian proses. Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu penilaian proses. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian konselor yang belum melakukan penilaian proses. Hal tersebut bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman konselor mengenai pentingnya penilaian terhadap proses pelaksanaan layanan konseling kelompok. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi diagnosis dan prognosis.. Hal ini menunjukkan bahwa dalam analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor telah mengimplementasikan dengan baik. Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu prognosis. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan layanan konseling kelompok yang hanya terbatas pada pelaksanaan. Prognosis dilaksanakan setelah proses pelaksanaan selesai yang kemudian dilakukan evaluasi dan analisis hasil evaluasi yang di dalamnya terdapat diagnosis dan

111 99 prognosis. Prognosis merupakan prediksi pemberian layanan lanjutan yang berdasarkan hasil evaluasi dan diagnosis layanan koseling kelompok. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel tindak lanjut layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam satu indikator yaitu tindak lanjut. Pemecahan permasalahan siswa terkadang tidak bisa diselesaikan dengan layanan konseling kelompok melainkan harus menggunakan pendekatan individual karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam memberikan layanan tidak bisa disamaratakan. Tindak lanjut diberikan untuk membantu siswa yang permasalahannya tidak teratasi dengan layanan konseling kelompok dan untuk mengoptimalkan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling sehingga siswa dapat mencapai kehidupan efektif sehari hari (KES). Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi komponen sekolah dan fasilitas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam implementasi layanan konseling kelompok telah terlaksana dengan baik, yang ditunjukkan dengan presentase faktor pendukung lebih besar dibandingkan dengan presentase faktor penghambat sehingga pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik. Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok yaitu fasilitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa

112 100 masih terdapat sekolah yang belum memfasilitasi dengan baik sehingga perlu adanya sosialisasi kepada kepala sekolah sebagai pihak yang memiliki wewenang yang tingggi di sekolah tentang penting fasilitas untuk mendung pelaksanaan layanan konseling kelompok. Berdasarkan hasil penelitian implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati diperoleh hasil presentase deskriptif secara keseluruhan menunjukkan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor sudah mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan baik sesuai dengan aturan dan kaidah kaidah dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor sudah jelas disebutkan bahwa untuk menjadi seorang konselor professional harus dapat memenuhu standar kualifikasi dan kompetensi konselor. Ditinjau dari hasil penelitian dengan kriteria baik menunjukkan bahwa konselor di SMPN se-kabupaten Pati sudah dapat memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi profesi konselor khususnya dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok. 4.3 Keterbatasan Peneliti Penelitian ini telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, tetapi penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pengisian angket terdapat kemungkinan jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket tertutup dengan pernyataan yang memiliki kemungkinan untuk bias karena adanya kecenderungan untuk

113 101 menilai diri sendiri lebih baik dari kondisi sebenarnya, yang tidak sesuai dengan keadaan diri sebenarnya. Meskipun demikian, peneliti sudah berupaya untuk menjelaskan kepada responden dari sampel penelitian untuk jujur dalam menjawab pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Selain itu, dalam penelitian ini terdapat kekurangan dalam pengumpulan data yang masih terbatas pada penggunaan angket sehingga informasi yang diperoleh masih terbatas presentase hasil. Dalam penelitian ini, peneliti sudah berupaya dengan maksimal untuk mendeskripsikan hasil yang diperoleh dari penelitian di SMPN se- Kabupaten Pati.

114 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-kabupaten Pati dapat disimpulkan sebagai berikut: Perencanaan layanan konseling kelompok sudah merencanakan layanan konseling kelompok dengan baik Pelaksanaan layanan konseling kelompok sudah baik dan berjalan sesuai dengan perencanaan layanan konseling kelompok Evaluasi layanan konseling kelompok sudah dilaksanakan dengan baik dengan menilai hasil dan proses layanan konseling kelompok Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok sudah terlaksana dengan baik yaitu dengan melakukan diagnosis dan prognosis Tindak Lanjut layanan konseling kelompok sudah terlaksana dengan baik yaitu dengan menggunakan pendekatan individual Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat layanan konseling kelompok sudah terlaksana dengan baik, yang ditunjukkan dengan besarnya faktor pendukung dibandingkan dengan faktor penghambat sehingga pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konselor di SMPN se- Kabupaten Pati sudah mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan 102

115 103 kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor SMPN se-kabupaten Pati berkompeten dalam memberikan layanan konseling kelompok yang optimal dan berkualitas. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan maka disimpulkan saran bagi SMPN se-kabupaten Pati diantaranya: Kepada konselor, untuk senantiasa meningkatkan kemampuan professional dalam hal implementasi layanan konseling kelompok khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi dengan mengikuti kegiatan kegiatan ilmiah workshop, pelatihan, pendidikan profesi konselor, dll Kepada kepala sekolah untuk memfasilitasi konselor dalam mengikuti kegiatan kegiatan ilmiah seperti workshop, pelatihan, pendidikan profesi konselor, dll. serta menyediakan sarana dan prasarana layanan konseling kelompok dapat meningkatkan kualitas professional konselor dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok Kepada penulis untuk senantiasa melakukan penelitian yang berkelanjutan guna menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam layanan konseling kelompok.

116 DAFTAR PUSTAKA Adaptasi dari: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor Azwar, Syaifuddin Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar Azwar, Saifuddin Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta. Fatmawati, Dwi Arti Studi Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Berdasarkan Pendekatan Sistem di SMP Negeri se-kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Semarang: Jurusan BK FIP UNNES Fattah, Nanang Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Gibson, Robert L. dan Marianne H. Mitchell Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Gladding, Samuel T Konseling Profesi yang Menyeluruh Edisi keenam.jakarta: PT. Indeks Mulyasa Stándar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:Remaja Rosda Karya Prayitno Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia Prayitno & Erman Amti Dasar Dasar Bimbingan dan konseling. Jakarta: Rineka Cipta 104

117 105 Prayitno Layanan Bimbingan dan Konseling (seri layanan). Padang: Universitas Negeri Padang Santoso, Slamet Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara Santoso, Eko Studi Deskriptif Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri se-kabupaten Batang. Skripsi. Semarang: Jurusan BK FIP UNNES Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta Sugiyo Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya Sukmadinata, Nana Syaodih Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sukardi, Dewa ketut Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Sutoyo, Anwar Pemahaman Individu (Observasi, Checklist, Kuesioner,&Sosiometri). Semarang: Widya Karya Sutrisno Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri se-kabupaten Pemalang. Skripsi. Semarang: Jurusan BK FIP UNNES Wibowo, Mungin Eddy Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

118

119 Lampiran DAFTAR KONSELOR YANG MENGIKUTI TRY OUT No. Nama Sekolah Alamat Konselor 1. SMPN 2 Winong Ds. Danyangmulyo Kec. Winong 3 2. SMPN 2 Pati Jl. Ronggowarsito Gang 7 Pati 2 3. SMPN 3 Pati Jl. Kol.R.Sugiyono No.17 Pati 4 4. SMPN 5 Pati Jl. P. Sudirman Pati 4 5. SMPN 6 Pati Jl. Kustin 3 6. SMPN 7 Pati Jl. Pati Tayu Km. 3 4 Jumlah 20

120

121 Lampiran Kisi Kisi Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok Sebelum Try Out Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor Layanan Konseling Kelompok No. Item + - Perencanaan Materi layanan Materi layanan menyesuaikan 1 2 dengan permasalahan anggota kelompok Tujuan yang Fokus utama pemberian layanan 3 4 ingin dicapai Sasaran Rekrutmen anggota kelompok 5 6 Pelaksanaan kegiatan Bahan sumber tertentu Rencana penilaian Waktu tempat Tahap permulaan atau dan Tahap transisi Menyiapkan sumber layanan dari hasil penelitian terdahulu 7 8 Penilaian hasil dan penilaian 9 10 proses Merencanakan waktu dan tempat Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok Menjelaskan tata cara dalam kelompok Menjelaskan asas- asas kegiatan kelompok Menggunakan teknik khusus Permainan untuk pengakraban Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap selanjutnya Menawarkan dan mengamati kesiapan anggota kelompok untuk tahap selanjutnya Menjelaskan suasana yang terjadi Meningkatkan kemampuan keiikutsertaan anggota kelompok Menjelaskan aspek aspek dalam tahap pertama Tahap kegiatan Memberikan kesempatan anggota kelompok untuk mengemukakan masalah pribadi Menetapkan masalah yang hendak dibahas Memberikan kesempatan anggota kelompok yang masalahnya dibahas untuk menggambarkan masalah yang dialami Membahas masalah melalui berbagai cara

122 Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor Tahap pengakhiran No. Item + - Memberikan kesempatan untuk merespon Mengemukakan kegiatan akan segera diakhiri Merefleksikan pengalaman Membahas kegiatan lanjutan Memberikan penguatan atau instrumen Melakukan pengamatan Membuat catatan pelaksanaan Evaluasi Penilaian hasil Melakukan penilaian secara lisan Analisis hasil evaluasi Tindak Lanjut Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat 108 Penilaian proses Diagnosis Melakukan diagnosis Prognosis Memprediksikan layanan selanjutnya Tindak Lanjut Memberikan informasi tindak lanjut Melakukan tindak lanjut Komponen Kepala Sekolah Sekolah Staff Guru Fasilitas Ruang Konseling Alat pengumpul data Kepustakaan 73 74

123 109 A. Pengantar Dalam rangka menyusun skripsi, saya ingin mengetahui informasi tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se - Kabupaten Pati. Oleh karena itu saya mengharapkan kesediaan bapak dan ibu untuk memberikan informasi. Saya ingin mengetahui implementasi layanan konseling kelompok di sekolah menengah pertama negeri. Di bawah ini tersedia 74 butir pernyataan, oleh karena itu bapak dan ibu dimohon memberikan jawaban atas pernyataan tersebut. Jawaban bapak dan ibu bersifat pribadi dan rahasia. Atas perhatian, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan terimakasih. Penulis B. Petunjuk Pengisian 1. Isilah terlebih dahulu identitas Bapak/Ibu. Nama : Asal Sekolah : Pendidikan terakhir : 2. Berilah jawaban dengan memberikan tanda cek ( ) pada jawaban yang telah tersedia sesuai pilihan bapak/ibu. Keterangan : SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai anda lakukan (SS) S : Jika pernyataan tersebut Sesuai anda lakukan (S) TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai anda lakukan ( TS ) STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai anda lakukan ( STS ) Contoh : No. Pernyataan SS S TS STS 1 Saya menyusun satuan layanan sebelum melaksanakan layanan. 3. Jawablah pernyataan yang ada sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya bapak/ibu lakukan. Selamat Mengerjakan

124 110 No. Pernyataan SS S TS STS 1 Materi layanan yang sedang dibahas menyesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok. 2 Materi layanan sudah saya tentukan sebelum pemberian layanan konseling kelompok. 3 Tujuan konseling kelompok adalah membantu penyelesaian permasalahan pribadi. 4 Saya menetapkan permasalahan anggota kelompok yang akan dibahas. 5 Jumlah anggota kelompok akan berpengaruh terhadap kinerja kelompok. 6 Rekrutmen anggota kelompok dilakukan berdasarkan hasil need assesment. 7 Saya membaca baca kembali contoh masalah dan pemecahannya dari penelitian terdahulu. 8 Pelaksanaan konseling kelompok berjalan apa adanya. 9 Saya menyiapkan rencana penilaian hasil dan penilaian proses. 10 Saya membuat rencana penilaian jika ada pengawas. 11 Konseling kelompok dilaksanakan di ruang khusus untuk pemberian layanan kelompok. 12 Saya yang menentukan waktu pelaksanaan konseling kelompok. 13 Saya mengungkapkan tujuan pemberian layanan. 14 Saya mengungkapkan pengertian konseling kelompok apabila ada yang bertanya. 15 Menjelaskan tata cara dalam kelompok berpengaruh terhadap keberhasilan konseling kelompok. 16 Anggota kelompok berhak menyampaikan pendapat sesuka hatinya. 17 Saya menjelaskan asas - asas dalam konseling kelompok. 18 Penjelasan asas dalam konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok.

125 111 No. Pernyataan SS S TS STS 19 Penggunaan teknik khusus sangat berperan untuk keberhasilan konseling kelompok. 20 Konseling kelompok berlangsung sesuai dengan kondisi kelompok. 21 Saya menggunakan permainan untuk menumbuhkan dinamika kelompok. 22 Saya menggunakan permainan kelompok pada pertemuan pertama. 23 Saya menjelaskan tahap kegiatan karena memiliki peran pada keberhasilan tahap kegiatan. 24 Setelah tahap permulaan saya melanjutkan ke tahap kegiatan. 25 Saya memasuki tahap kegiatan setelah tidak terjadi resistensi. 26 Saya mengikutsertakan semua anggota kelompok untuk tahap kegiatan. 27 Saya melakukan pengamatan dinamika kelompok. 28 Saya menjelaskan suasana kelompok jika kelompok kurang kondusif. 29 Saya mendorong anggota kelompok untuk aktif dalam mengeluarkan pendapat. 30 Saya menyamaratakan kemampuan anggota kelompok. 31 Saya mengamati anggota kelompok dalam memahami aspek aspek dalam tahap permulaan. 32 Saya berusaha mempersingkat waktu menuju tahap kegiatan. 33 Saya ikut memberikan pemikiran pada waktu yang diperlukan. 34 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok yang saya kenal untuk mengungkapkan permasalahannya. 35 Penetapan permasalahan berdasarkan kesepakatan bersama.

126 112 No. Pernyataan SS S TS STS 36 Semua permasalahan yang diungkapkan anggota kelompok akan dibahas dalam pertemuan tersebut. 37 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang permasalahannya dibahas untuk menceritakan permasalahannya. 38 Saya menceritakan permasalahan anggota kelompok berdasarkan hasil pengamatan di sekolah. 39 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok yang lain untuk mencari tahu lebih dalam permasalahan yang sedang dibahas. 40 Saya membatasi anggota kelompok yang lain untuk membantu memecahkan permasalahan. 41 Saya memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota kelompok. 42 Saya mendominasi pembahasan permasalahan. 43 Saya menyampaikan kepada anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil pembahasan. 44 Saya mengakhiri konseling kelompok tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. 45 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang masalahnya dibahas untuk menyimpulkan hasil pembahasan. 46 Saya menyimpulkan sendiri hasil pembahasan. 47 Saya menawarkan kepada anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan lanjutan. 48 Saya membahas kegiatan lanjutan jika dibutuhkan. 49 Saya memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk menyampaikan pesan dan harapannya. 50 Pesan dan harapan disampaikan oleh perwakilan anggota kelompok. 51 Saya menggunakan laiseg (penilaian segera) untuk penilaian hasil.

127 113 No. Pernyataan SS S TS STS 52 Penilaian hasil dilakukan jika dirasa perlu. 53 Saya melakukan pengamatan kelancaran proses pemecahan masalah. 54 Saya mengamati suasana kelompok jika kelompok kurang kondusif. 55 Saya menyusun catatan hasil pengamatan. 56 Saya menyusun catatan hasil pengamatan jika belum ditemukan hasil pembahasan dalam satu pertemuan. 57 Saya melakukan analisis sebab dari hasil evaluasi dalam membantu memecahkan permasalahan. 58 Analisis sebab dilakukan ketika proses pemberian layanan terjadi perselisihan. 59 Saya memprediksikan layanan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi. 60 Prediksi layanan lanjutan digunakan sebagai formalitas kerja. 61 Saya menyusun data siswa yang berhak mendapatkan layanan lanjutan. 62 Saya melakukan tindak lanjut jika permasalahan siswa sudah diketahui oleh kepala sekolah. 63 Saya mencari kesepakatan terkait tempat dan waktu dengan siswa. 64 Saya membatasi siswa yang mendapatkan layanan lanjutan. 65 Kepala sekolah mendukung pelaksanaan konseling kelompok. 66 Kepala sekolah membatasi waktu pelaksanaan konseling kelompok sampai jam pulang sekolah. 67 Wali kelas berkonsultasi tentang perkembangan anak walinya. 68 Staff guru beranggapan bahwa konseling kelompok itu kurang penting.

128 114 No. Pernyataan SS S TS STS 69 Untuk layanan konseling kelompok sudah tersedia ruangan khusus. 70 Ruang kelas dijadikan sebagai tempat yang cocok untuk konseling kelompok. 71 Alat pengumpulan data menggunakan yang sudah teruji validitasnya. 72 Alat pengumpulan data disusun secara manual. 73 Pihak sekolah memfasilitasi kelengkapan koleksi perpustakaan tentang konseling kelompok. 74 Tersedia perpustakaan pribadi tentang konseling kelompok. Terimakasih atas Partisipasi Bapak dan Ibu.

129 Lampiran Kisi Kisi Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok Setelah Try Out Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor Layanan Konseling Kelompok No. Item + - Perencanaan Materi layanan Materi layanan menyesuaikan 1 2 dengan permasalahan anggota kelompok Tujuan yang Fokus utama pemberian layanan 3 4 ingin dicapai Sasaran Rekrutmen anggota kelompok 5 6 Pelaksanaan kegiatan Bahan sumber tertentu Rencana penilaian Waktu tempat Tahap permulaan atau dan Tahap transisi Menyiapkan sumber layanan dari hasil penelitian terdahulu 7 8 Penilaian hasil dan penilaian 9 - proses Merencanakan waktu dan tempat 10 - Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok Menjelaskan tata cara dalam 13 - kelompok Menjelaskan asas- asas kegiatan 14 - kelompok Menggunakan teknik khusus Permainan untuk pengakraban Menjelaskan kegiatan yang akan - 19 ditempuh pada tahap selanjutnya Menawarkan dan mengamati kesiapan anggota kelompok untuk tahap selanjutnya Menjelaskan suasana yang terjadi Meningkatkan kemampuan keiikutsertaan anggota kelompok Menjelaskan aspek aspek dalam tahap pertama Tahap kegiatan Memberikan kesempatan anggota kelompok untuk mengemukakan masalah pribadi Menetapkan masalah yang hendak dibahas Memberikan kesempatan anggota kelompok yang masalahnya dibahas untuk menggambarkan masalah yang dialami Membahas masalah melalui berbagai cara

130 Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor Tahap pengakhiran No. Item + - Memberikan kesempatan untuk merespon Mengemukakan kegiatan akan segera diakhiri Merefleksikan pengalaman Membahas kegiatan lanjutan Memberikan penguatan atau instrumen Melakukan pengamatan Membuat catatan pelaksanaan Evaluasi Penilaian hasil Melakukan penilaian secara lisan Analisis hasil evaluasi Tindak Lanjut Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat 116 Penilaian proses Diagnosis Melakukan diagnosis 52 - Prognosis Memprediksikan layanan selanjutnya Tindak Lanjut Memberikan informasi tindak - 55 lanjut Melakukan tindak lanjut Komponen Kepala Sekolah Sekolah Staff Guru Fasilitas Ruang Konseling 62 - Alat pengumpul data Kepustakaan 65 -

131 117 A. Pengantar Dalam rangka menyusun skripsi, saya ingin mengetahui informasi tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se - Kabupaten Pati. Oleh karena itu saya mengharapkan kesediaan bapak dan ibu untuk memberikan informasi. Saya ingin mengetahui implementasi layanan konseling kelompok di sekolah menengah pertama negeri. Di bawah ini tersedia 65 butir pernyataan, oleh karena itu bapak dan ibu dimohon memberikan jawaban atas pernyataan tersebut. Jawaban bapak dan ibu bersifat pribadi dan rahasia. Atas perhatian, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan terimakasih. Penulis B. Petunjuk Pengisian 1. Isilah terlebih dahulu identitas Bapak/Ibu. Nama : Asal Sekolah : Pendidikan terakhir : 2. Berilah jawaban dengan memberikan tanda cek ( ) pada jawaban yang telah tersedia sesuai pilihan bapak/ibu. Keterangan : SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai anda lakukan (SS) S : Jika pernyataan tersebut Sesuai anda lakukan (S) TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai anda lakukan ( TS ) STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai anda lakukan ( STS ) Contoh : No. Pernyataan SS S TS STS 1 Saya menyusun satuan layanan sebelum melaksanakan layanan. 3. Jawablah pernyataan yang ada sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya bapak/ibu lakukan. Selamat Mengerjakan

132 118 No. Pernyataan SS S TS STS 1 Materi layanan yang sedang dibahas menyesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok. 2 Materi layanan sudah saya tentukan sebelum pemberian layanan konseling kelompok. 3 Tujuan konseling kelompok adalah membantu penyelesaian permasalahan pribadi. 4 Saya menetapkan permasalahan anggota kelompok yang akan dibahas. 5 Jumlah anggota kelompok akan berpengaruh terhadap kinerja kelompok. 6 Rekrutmen anggota kelompok dilakukan berdasarkan hasil need assesment. 7 Saya membaca baca kembali contoh masalah dan pemecahannya dari penelitian terdahulu. 8 Pelaksanaan konseling kelompok berjalan apa adanya. 9 Saya menyiapkan rencana penilaian hasil dan penilaian proses. 10 Konseling kelompok dilaksanakan di ruang khusus untuk pemberian layanan kelompok. 11 Saya mengungkapkan tujuan pemberian layanan. 12 Saya mengungkapkan pengertian konseling kelompok apabila ada yang bertanya. 13 Menjelaskan tata cara dalam kelompok berpengaruh terhadap keberhasilan konseling kelompok. 14 Saya menjelaskan asas - asas dalam konseling kelompok. 15 Penggunaan teknik khusus sangat berperan untuk keberhasilan konseling kelompok. 16 Konseling kelompok berlangsung sesuai dengan kondisi kelompok. 17 Saya menggunakan permainan untuk menumbuhkan dinamika kelompok.

133 119 No. Pernyataan SS S TS STS 18 Saya menggunakan permainan kelompok pada pertemuan pertama. 19 Setelah tahap permulaan saya melanjutkan ke tahap kegiatan. 20 Saya memasuki tahap kegiatan setelah tidak terjadi resistensi. 21 Saya mengikutsertakan semua anggota kelompok untuk tahap kegiatan. 22 Saya melakukan pengamatan dinamika kelompok. 23 Saya menjelaskan suasana kelompok jika kelompok kurang kondusif. 24 Saya mendorong anggota kelompok untuk aktif dalam mengeluarkan pendapat. 25 Saya menyamaratakan kemampuan anggota kelompok. 26 Saya mengamati anggota kelompok dalam memahami aspek aspek dalam tahap permulaan. 27 Saya berusaha mempersingkat waktu menuju tahap kegiatan. 28 Saya ikut memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk mengemukakan permasalahan secara bebas. 29 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok yang saya kenal untuk mengungkapkan permasalahannya. 30 Penetapan permasalahan berdasarkan kesepakatan bersama. 31 Semua permasalahan yang diungkapkan anggota kelompok akan dibahas dalam pertemuan tersebut. 32 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang permasalahannya dibahas untuk menceritakan permasalahannya. 33 Saya menceritakan permasalahan anggota kelompok berdasarkan hasil pengamatan di sekolah.

134 120 No. Pernyataan SS S TS STS 34 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok lain untuk ikut aktif terlibat dalam pembahasan masalah. 35 Saya membatasi anggota kelompok yang lain untuk membantu memecahkan permasalahan. 36 Saya memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota kelompok. 37 Saya mendominasi pembahasan permasalahan. 38 Saya menyampaikan kepada anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil pembahasan. 39 Saya mengakhiri konseling kelompok tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. 40 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang masalahnya dibahas untuk menyimpulkan hasil pembahasan. 41 Saya menyimpulkan sendiri hasil pembahasan. 42 Saya menawarkan kepada anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan lanjutan. 43 Saya membahas kegiatan lanjutan jika dibutuhkan. 44 Saya memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk menyampaikan pesan dan harapannya. 45 Pesan dan harapan disampaikan oleh perwakilan anggota kelompok. 46 Saya menggunakan laiseg (penilaian segera) untuk penilaian hasil. 47 Penilaian hasil dilakukan jika dirasa perlu. 48 Saya melakukan pengamatan kelancaran proses pemecahan masalah. 49 Saya mengamati suasana kelompok jika kelompok kurang kondusif. 50 Saya menyusun catatan hasil pengamatan. 51 Saya menyusun catatan hasil pengamatan jika belum ditemukan hasil pembahasan dalam satu pertemuan.

135 121 No. Pernyataan SS S TS STS 52 Saya melakukan analisis sebab dari hasil evaluasi dalam membantu memecahkan permasalahan. 53 Saya memprediksikan layanan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi. 54 Prediksi layanan lanjutan digunakan sebagai formalitas kerja. 55 Saya melakukan tindak lanjut jika permasalahan siswa sudah diketahui oleh kepala sekolah. 56 Saya mencari kesepakatan terkait tempat dan waktu dengan siswa. 57 Saya membatasi siswa yang mendapatkan layanan lanjutan. 58 Kepala sekolah mendukung pelaksanaan konseling kelompok. 59 Kepala sekolah membatasi waktu pelaksanaan konseling kelompok sampai jam pulang sekolah. 60 Wali kelas berkonsultasi tentang perkembangan anak walinya. 61 Staff guru beranggapan bahwa konseling kelompok itu kurang penting. 62 Untuk layanan konseling kelompok sudah tersedia ruangan khusus. 63 Alat pengumpulan data menggunakan yang sudah teruji validitasnya. 64 Alat pengumpulan data disusun secara manual. 65 Pihak sekolah memfasilitasi kelengkapan koleksi perpustakaan tentang konseling kelompok. Terimakasih atas Partisipasi Bapak dan Ibu.

136

137 Lampiran Hasil Try Out Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok No Kode Responden Implementasi Layanan Konseling Kelompok UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC ƩΧ ƩΧ² ƩΧΥ rxy rtabel kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid σb²

138 Implementasi Layanan Konseling Kelompok Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

139 Implementasi Layanan Konseling Kelompok Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid

140 125 Y Y² Reliabel k = Ʃσ²b = σ²t = Valid Tidak r₁₁ =

141

142 Lampiran 5 Penghitungan Validitas Angket 126 Rumus : r xy N XY - ( X )( Y) N X 2 -( X 2 ) N Y 2 - ( Y) 2 Kriteria : Butir aitem valid jika r xy > r tabel Perhitungan : Berikut ini contoh perhitungan validitas aitem pada butir no 1 No Kode X Y X 2 Y 2 XY UC-1 UC-2 UC-3 UC-4 UC-5 UC-6 UC-7 UC-8 UC-9 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh : r xy 20(12101) 20 (180) -(56) (56) (4257) ) -(4257) Padaα = 5 % dengan n = 20 diperoleh r tabel = Karena r xy > r tabel, maka butir no 1 tersebut valid.

143 Lampiran 6 Penghitungan Reliabilitas Angket 127 Rumus : r 11 = ( k k 1 Kriteria : Apabila r 11 > r tabel maka instrument tersebut reliable. Perhitungan : 1. Varians total ) ( 1 σ b ² σ ² t ) σ ² t σ ² t ( Y )² Y² N = N (4257 )² 20 = = Varians butir σ ² b σ ² b₁ σ ² b ₂ = σ ² b ₃ = σ ² b₇₄ ( X )² X² N = N (56)² = (62)² (57)² (47)² = 20 σ b ² = = Koefisien reliabilitas = = = = r = ( ) ( ) = Padaα = 5 % dengan n = 20 diperoleh r tabel = Karena r xy > r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut reliabel.

144 Lampiran DAFTAR KONSELOR YANG MENJADI SAMPEL PENELITIAN No. Nama Sekolah Alamat Konselor 1. SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati 4 2. SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati 4 3. SMPN 8 Pati Jl. RA. Kartini No. 1 Pati 4 4. SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo - Pati 5 6. SMPN 1 Jakenan Jl. Juwana - Pucakwangi 4 7. SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar 5 8. SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan Jaken Km SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo 2 Jumlah 40

145

146 Lampiran Analisis Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Responden Konselor Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati No Kode Materi Tujuan yang Sasaran Resp Bahan atau Rencana layanan Skor % Kriteria ingin dicapai Skor % Kriteria Kegiatan Skor % Kriteria sumber tertentu Skor % Kriteria penilaian Skor % Kriteria R SB SB B B SB 2 R SB SB B B B 3 R B SB B B B 4 R B B B B B 5 R SB B B B B 6 R B B CB B SB 7 R SB B B KB B 8 R SB B B B B 9 R B SB B B SB 10 R B B B B B 11 R SB B B B CB 12 R SB SB B B SB 13 R B B B B B 14 R SB B B B SB 15 R SB SB B B B 16 R SB B B B SB 17 R SB SB B B SB 18 R B B B CB B 19 R B B B B CB 20 R SB B B B SB 21 R B B B B SB 22 R SB SB B B SB 23 R SB SB B B SB 24 R SB SB B B SB 25 R SB SB B B SB 26 R SB SB B B SB 27 R SB SB B CB B 28 R B B B B B 29 R CB B KB CB B 30 R SB B CB B B 31 R B B CB CB B 32 R B SB CB B SB 33 R SB B SB SB B 34 R B SB B SB B 35 R B B B B B 36 R SB B CB CB B 37 R SB SB CB B SB 38 R B B B B B 39 R B B B CB B 40 R B B B B B Jumlah B B CB B SB

147 No Kode Resp Waktu dan tempat Skor % Kriteria Tahap permulaan Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Skor % Kriteria Tahap transisi Skor % Kriteria Tahap kegiatan R SB B B R B SB B R SB SB B R SB B CB R B B B R SB SB B R B B B R B B B R B SB B R B B CB R B B CB R B SB B R B B B R SB B B R SB B B R SB B B R B B B R B B CB R CB B B R SB B CB R B B B R KB B B R SB SB B R SB SB B R SB SB B R SB B B R B B B R SB B B R CB B CB R SB B B R B B CB R SB B B R B B B R SB B B R SB B B R B B B R SB B B R B B CB R B B CB R B B B Jumlah SB B B 130

148 131 No Kode Resp Tahap kegiatan Skor % Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Tahap pengakhiran Skor % Kriteria penilaian hasil Skor % Kriteria penilaian proses R B B SB R SB SB SB R B B B R B B B R B B B R B B SB R B B CB R B B CB R B B B R B B B R B B B R B B B R B B B R B B SB R B B B R B B B R B B SB R CB B B R B B B R SB B SB R B B B R B B SB R SB B B R SB B B R SB B B R SB B B R B B B R B B B R SB SB SB R B B B R B B B R B B B R B B B R B B SB R B B B R B B B R SB SB B R B B B R B B B R B B B Jumlah B B B Skor %

149 No Kode Resp Kriteria Diagnosis Skor % Kriteria Prognosis Skor % Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Tindak lanjut Skor % Kriteria Komponen sekolah Skor % Kriteria Fasilitas Skor % Kriteria R-1 B B B SB SB B 2 R-2 CB SB SB B SB SB 3 R-3 B B B SB B B 4 R-4 B B B CB B B 5 R-5 B B B B SB B 6 R-6 SB SB SB SB SB SB 7 R-7 B B B B SB B 8 R-8 B B B B SB B 9 R-9 B B B B B B 10 R-10 B B B B B B 11 R-11 B CB B SB B SB 12 R-12 B B B SB B B 13 R-13 B B B B B B 14 R-14 B SB B SB SB B 15 R-15 B B B B B B 16 R-16 B B B B B B 17 R-17 B B B SB B B 18 R-18 B SB B B B SB 19 R-19 B B B B B B 20 R-20 B SB B SB SB B 21 R-21 B B B B SB B 22 R-22 B B B B B B 23 R-23 SB B SB SB SB SB 23 R-23 SB B SB SB SB SB 23 R-23 SB B SB SB SB SB 26 R-26 SB B B SB SB SB 27 R-27 B B B SB SB SB 28 R-28 SB CB B B SB B 29 R-29 B B B SB B CB 30 R-30 B SB B CB B B 31 R-31 B B B B SB B 32 R-32 B B SB SB SB SB 33 R-33 B B B B B B 34 R-34 B B B B SB SB 35 R-35 B B B B B B 36 R-36 B B B B B B 37 R-37 B B B B SB SB 38 R-38 B B B B SB B 39 R-39 B B B B B CB 40 R-40 B B B B B CB Jumlah B B B B B B 132

150 133 No Kode Resp Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-kabupaten Pati Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Analisis hasil evaluasi Tindak Lanjut Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat SKOR TOTAL % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria 1 R SB B B 9 75 B SB SB B 2 R B SB B SB B SB B 3 R B B B 9 75 B SB B B 4 R B B B B CB B B 5 R B B B 9 75 B 9 75 B B B 6 R B B SB SB SB SB B 7 R B B B 9 75 B 9 75 B B B 8 R B B B 9 75 B 9 75 B B B 9 R B B B B 9 75 B B B 10 R B B B 9 75 B 9 75 B B B 11 R B B B CB SB B B 12 R SB B B B SB B B 13 R B B B 9 75 B B B B 14 R B B B SB SB B B 15 R SB B B 9 75 B 9 75 B B B 16 R B B B 9 75 B B B B 17 R B B B 9 75 B SB B B 18 R B B B SB 9 75 B B B 19 R CB B B 9 75 B 9 75 B B B 20 R B B B SB SB B B 21 R B B B B 9 75 B B B 22 R B B B B 9 75 B B B 23 R SB B B SB SB SB SB 24 R SB B SB SB SB SB SB 25 R SB B B SB SB SB SB 26 R SB B B 9 75 B SB SB B 27 R B B B 9 75 B SB SB B 28 R B B B CB 9 75 B B B 29 R CB B B 9 75 B SB CB B 30 R B B B SB CB B B 31 R B B B 9 75 B 9 75 B B B 32 R B B B SB SB SB B 33 R SB B B 9 75 B 9 75 B B B 34 R B B B 9 75 B 9 75 B SB B 35 R B B B 9 75 B B B B 36 R B B B 9 75 B 9 75 B B B 37 R SB B B B 9 75 B SB B 38 R B B B B B B B 39 R B B B B B B B 40 R B B B 9 75 B 9 75 B B B Jumlah B B B B B B B

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE- KABUPATEN PATI Novi

Lebih terperinci

FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015

FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

HAMBATAN PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SE-KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013

HAMBATAN PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SE-KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 HAMBATAN PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SE-KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan persepsi guru tentang efektivitas kepemimpinan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang PENETAPAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Sesuai dengan hakikat pekerjaan bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran pelayanan bimbingan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMP NEGERI 5 SUBANG. Drs. Us Us Ridwan Kusmayadi SMP Negeri 5 Subang

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMP NEGERI 5 SUBANG. Drs. Us Us Ridwan Kusmayadi SMP Negeri 5 Subang MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMP NEGERI 5 SUBANG Drs. Us Us Ridwan Kusmayadi SMP Negeri 5 Subang ABSTRAK Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS).

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI GAYA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN (JOYFULL LEARNING) PADA SISWA KELAS VIII B SMPLB YPSLB-C KERTEN SURAKARTA

Lebih terperinci

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan di Taman Kanak-kanak 47 PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Bimbingan perkembangan merupakan suatu bentuk layanan bantuan yang

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina Tri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu:

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH

MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua pekerjaan yang ada di dalam setiap organisasi diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan baik antar rekan kerja harus dibina.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PEMILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII-A MTs TARIS SOKOPULUHAN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII-A MTs TARIS SOKOPULUHAN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII-A MTs TARIS SOKOPULUHAN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 11, 2013; Revised Nopember 11, 2013; Accepted December 30, 2013 Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI MENGAJAR GURU DAN KREATIFITAS GURU DALAM PEMILIHAN MEDIA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI KELAS X SMA N 1

PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI MENGAJAR GURU DAN KREATIFITAS GURU DALAM PEMILIHAN MEDIA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI KELAS X SMA N 1 PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI MENGAJAR GURU DAN KREATIFITAS GURU DALAM PEMILIHAN MEDIA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI KELAS X SMA N 1 KAYEN PATI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII G SEMESTER 2 SMP NEGERI 2 TOROH GROBOGAN 1 Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh MARINA DWI ARIANI A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh MARINA DWI ARIANI A PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH PURWODADI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Tergantung Variabel Bebas : Kohesivitas kelompok : Konseling Kelompok B. Definisi operasional 1. Kohesivitas Kelompok Kohesivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi PENGARUH KEMAMPUAN AWAL TENTANG AKUNTANSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI (Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UMS) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Kustanti Prasetyaningtyas SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Kustanti Prasetyaningtyas SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 215 ISSN 854-2172 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A PENGARUH KOMUNIKASI SEKOLAH DENGAN ORANG TUA DAN PERAN ORANG TUA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MUATAN MATEMATIKA SEMESTER GASAL PADA KELAS RENDAH DI SD NEGERI 1 JAGOAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MENDUKUNG KELANCARAN PROGRAM PPL MAHASISWA PPKHB PENJAS ORKES FIK UNY DI KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

FAKTOR YANG MENDUKUNG KELANCARAN PROGRAM PPL MAHASISWA PPKHB PENJAS ORKES FIK UNY DI KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI FAKTOR YANG MENDUKUNG KELANCARAN PROGRAM PPL MAHASISWA PPKHB PENJAS ORKES FIK UNY DI KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

: SRI HARTANTI A

: SRI HARTANTI A PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARTASURA

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN KOPERASI SIMPAN PINJAM KARYA KABUPATEN PATI SKRIPSI

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN KOPERASI SIMPAN PINJAM KARYA KABUPATEN PATI SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN KOPERASI SIMPAN PINJAM KARYA KABUPATEN PATI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian. menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian. menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Penelitian ini akan menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian kualitatif berupaya untuk memahami

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN CONCEPT MAPPING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA MENURUT TAKSONOMI BLOOM (Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 4 Wonogiri Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

: NUR LAILI ROHMATIN NIM

: NUR LAILI ROHMATIN NIM STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENANGANI SISWA YANG SERING MEMBOLOS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI MA DARUL ULUM JAKEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh : NUR LAILI ROHMATIN

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN

PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN PERAN GURU SOSIOLOGI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 SEYEGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta SIMPOSIUM GURU JUDUL : Upaya Meningkatkan Kesehatan Mental Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas X TS A SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING Yan Ermawan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

Bimbingan dan Konseling Kelompok adalah salah satu bentuk teknik bimbingan Merupakan layanan bimbing terhadap individu melalui setting kelompok

Bimbingan dan Konseling Kelompok adalah salah satu bentuk teknik bimbingan Merupakan layanan bimbing terhadap individu melalui setting kelompok EVA IMANIA ELIASA, M.Pd Bimbingan dan Konseling Kelompok adalah salah satu bentuk teknik bimbingan Merupakan layanan bimbing terhadap individu melalui setting kelompok Sasaran BK Kelompok adalah konseli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya didunia ini. Pendidikan sangat berperan dalam upaya menjamin kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

DESY NUR ROHMAWATI A

DESY NUR ROHMAWATI A PENGARUH FREKUENSI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR KELAS VSD NEGERI 01 POTRONAYAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI 2 JUWIRING TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI 2 JUWIRING TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI 2 JUWIRING TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Usia remaja merupakan saat pengenalan/ pertemuan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan dan Konseling memiliki layanan untuk

Lebih terperinci

DENGAN MINAT SISWA DALAM SKRIPSII. Bahasa dan. Oleh Santoso

DENGAN MINAT SISWA DALAM SKRIPSII. Bahasa dan. Oleh Santoso HUBUNGANN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA DALAM BERMUSIK DI SMP N 5 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSII Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tercapai atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan yang dilaksanakan secara baik dan dikelola dengan perencanaan yang matang akan menciptakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

Oleh SRI WAHYUNI NIM

Oleh SRI WAHYUNI NIM PENERAPAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS III SD 2 TELUK WETAN WELAHAN JEPARA PADA SEMESTER GENAP TAHUN 2011/2012 Oleh SRI WAHYUNI NIM. 200731032 PROGRAM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 1 UNGARAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 1 UNGARAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 1 UNGARAN Disusun oleh Nama : Cahya Dewi Rizkiwati NIM : 1301409045 Jurusan : Bimbingan dan Konseling FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING REALITAS UNTUK MENGATASI RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP 3 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING REALITAS UNTUK MENGATASI RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP 3 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING REALITAS UNTUK MENGATASI RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP 3 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh YENI VERAYANTI NIM. 200831091 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KEDAWUNG 2

PENGARUH POLA ASUH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KEDAWUNG 2 PENGARUH POLA ASUH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KEDAWUNG 2 TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KONSELING REALITA UNTUK MENGATASI SISWA MEMBOLOS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS XI IPS 3 SMA N 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN

PENERAPAN MODEL KONSELING REALITA UNTUK MENGATASI SISWA MEMBOLOS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS XI IPS 3 SMA N 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL KONSELING REALITA UNTUK MENGATASI SISWA MEMBOLOS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS XI IPS 3 SMA N 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh TRI ISTIKA SARI NIM 200831094 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH PENETAPAN HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI ASSALAAM HYPERMARKET KARTASURA

PENGARUH PENETAPAN HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI ASSALAAM HYPERMARKET KARTASURA PENGARUH PENETAPAN HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI ASSALAAM HYPERMARKET KARTASURA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGAJARAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA JURUSAN OTOMOTIF PADA MATA PELAJARAN MOTOR BENSIN DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA

PENGARUH METODE PENGAJARAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA JURUSAN OTOMOTIF PADA MATA PELAJARAN MOTOR BENSIN DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA PENGARUH METODE PENGAJARAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA JURUSAN OTOMOTIF PADA MATA PELAJARAN MOTOR BENSIN DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI. Oleh: Agus Yuliyanto K

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI. Oleh: Agus Yuliyanto K IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI Oleh: Agus Yuliyanto K1210003 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan HASIL BELAJAR SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA PELAJARAN TUNE UP MOTOR BENSIN KELAS X JURUSAN MEKANIK OTOMOTIF DI SMK MUHAMMADIYAH CAWAS KLATEN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGUASAAN MATA DIKLAT PRODUKTIF DAN MINAT PRAKTIK TERHADAP KEBERHASILAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP MANDIRI DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN PT. NOHHI INDONESIA GROGOL SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH SIKAP MANDIRI DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN PT. NOHHI INDONESIA GROGOL SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH SIKAP MANDIRI DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN PT. NOHHI INDONESIA GROGOL SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 2 PADA MAHASISWA

PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 2 PADA MAHASISWA PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 2 PADA MAHASISWA ANGKATAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X SMK NU MA ARIF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

UPAYA MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X SMK NU MA ARIF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UPAYA MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X SMK NU MA ARIF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh ATIKA NOOR AINI 200831040 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENERAPAN STRATEGI GALLERY OF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing.

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BIMBINGAN. Cecep Kustandi KONSELING

BIMBINGAN. Cecep Kustandi KONSELING BIMBINGAN & Cecep Kustandi KONSELING PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna memperoleh Derajat Sarjana Pendidikan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna memperoleh Derajat Sarjana Pendidikan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh : STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA ANTARA PENERAPAN METODE DISKUSI DENGAN METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BANYUAGUNG 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Oleh RIZKY FERDIYANTI A

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Oleh RIZKY FERDIYANTI A PENGARUH KUALITAS PELAYANAN INTERNET KAMPUS DAN PENUGASAN DOSEN TERHADAP MINAT BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN 2012 FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMPN 45 Bandung yang terletak di Jalan Yogyakarta No. 1 Bandung. Sekolah ini memiliki latar belakang ekonomi, dan sosial

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI. Bab V. Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi (Pasal 23-27) Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog.

KODE ETIK PSIKOLOGI. Bab V. Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi (Pasal 23-27) Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Bab V. Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi (Pasal 23-27) Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A PRESTASI BELAJAR TEORI AKUNTANSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Budaya Kerja Humas yang Efektif Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Professional Image Modul - 10 Syerli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM :

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM : SKRIPSI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) MATERI CINTA TANAH AIR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING SISWA KELAS IV SDN 3 BADEGAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

MEMBIMBING MAHASISWA. Agus Taufiq Jurusan PPB FIP UPI 2010

MEMBIMBING MAHASISWA. Agus Taufiq Jurusan PPB FIP UPI 2010 MEMBIMBING MAHASISWA MELALUI STATEGI KELOMPOK Agus Taufiq Jurusan PPB FIP UPI 2010 Hakikat Bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 2015 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB Turiyah SMP 3 Kesesi Kabupaten Pekalongan Jawa

Lebih terperinci