Eugenia Mardanugraha Dosen dan Peneliti Bidang Keuangan dan UKM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Eugenia Mardanugraha Dosen dan Peneliti Bidang Keuangan dan UKM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia"

Transkripsi

1 RIGIDITAS SUKU BUNGA KREDIT BANK KEPADA UMKM DALAM KERANGKA ANALISIS MAKROEKONOMI THE RIGIDITY OF BANK LENDING RATES TO SMES IN MACROENOMIC ANALYSIS FRAMEWORK Eugenia Mardanugraha Dosen dan Peneliti Bidang Keuangan dan UKM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Abstrak Target pemerintah agar UMKM dapat menikmati suku bunga rendah di bawah 10% pada akhir tahun 2016, diupayakan dengan memberikan subsidi suku bunga bagi bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR). Nampaknya upaya tersebut belum berhasil, hal ini ditunjukkan masih tingginya suku bunga pinjaman KUR/pinjaman non KUR? di Indonesia, yaitu sekitar 12% tertinggi jika dibandingkan dengan beberapa negara di Asia yang rata-rata 6%-8%. Akhir-akhir ini suku bunga pinjaman tersebut memiliki kecenderungan meningkat. Kekakuan atau rigiditas suku bunga pinjaman disebabkan oleh keengganan bank untuk meminjamkan kepada sektor UMKM (jika ada data terkini dapat dimunculkan porsi atau jumlah pinjaman KUR dan non KUR untuk KUKM) sehingga tambahan uang beredar dalam perekonomian belum cukup untuk membawa perekonomian pada pertumbuhan ekonomi tinggi dengan tingkat suku bunga rendah sesuai yang ditargetkan. Tulisan ini membahas rigiditas suku bunga dengan kerangka makroekonomi Keynesian. Rigiditas suku bunga dapat dikurangi dengan pemerintah mengintervensi secara langsung pasar kredit dengan mendirikan sebuah bank yang khusus meminjamkan kepada UMKM. Bank ini bekerja dengan lebih efisien daripada bank penyalur KUR yang ada saat ini, sehingga dapat menyalurkan kredit dengan bunga lebih rendah. Bank ini menjadi kepanjangan tangan pemerintah sehingga kebijakan fiskal ekspansi yang dijalankan mencapai target pertumbuhan ekonomi dan suku bunga yang diinginkan. Kata Kunci: Suku Bunga, Pertumbuhan Ekonomi, Subsidi, Kebijakan Fiskal, UKM Abstract The Indonesian government objective that SMEs can enjoy low-interest rates loan below 10% at the end of this year is stimulated by giving interest rate subsidy to the banks that channel Kredit Usaha Rakyat (KUR). This effort seems has not been successful yet. It is indicated by persistently high rates on loans in Indonesia. Currently, the Indonesian loan rate is about 12% while other Asian countries only 6%-8%. Lately, the trend of Indonesian interest rate is increasing. The rigidity of interest rate is caused by the refutation of commercial banks to lend SMEs. The additional money supply to the economy is not enough to decrease the interest rate and increase the economic growth as the government expects. This paper discusses the rigidity of interest rates using the Keynesian macroeconomic framework. The rigidity of interest rates can be eliminated by the government direct intervention to the credit market. The government should establish a special bank that only lend to the SMEs. This bank has a role as a government agent to supply more money to the economy especially to the SMEs. The bank operates more efficiently than existing commercial banks, so it needs not high-interest rate margin. Then SMEs can borrow 11

2 infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : money from this bank with the low-interest rate as targeted by the government, at the end, the targeted economic growth can be achieved as well. Key words: interest rate, economic growth, fiscal policy, subsidy, SME 1. Pengantar Dalam periode kepemimpinan presiden Jokowi, pemerintah sering sekali mengeluarkan kebijakan ekonomi terkait dengan UMKM. Fokus kebijakan adalah memudahkan akses kredit UMKM dan memberikan suku bunga rendah bagi UMKM. Targetnya suku bunga pinjaman di akhir tahun 2016 sebesar single digit atau di bawah 10 persen. Menurut Data Bank Indonesia terkini, suku bunga pinjaman berdasarkan jenis kredit dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini: Pada Gambar di atas dapat dilihat terjadinya penurunan cukup tajam di tahun 2012, namun pada tahun selanjutnya mengalami trend kenaikan. Suku bunga pinjaman masih berada pada level di atas 10%. Dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya, suku bunga pinjaman di Indonesia adalah yang tertinggi. Gambar 2 berikut ini menyajikan perbandingan suku bunga kredit di beberapa negara Asia. Gambar 1 Suku Bunga Pinjaman Perbankan untuk Berbagai Jenis Kredit 14,50 14,00 13,50 13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 Modal Kerja Investasi Konsumsi 10,50 10,00 Ags Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan Des Nov Okt Sep Ags Jul Jun Sumber: Bank Indonesia 12

3 Gambar 2 Suku bunga pinjaman negara-negara tetangga Singapore Philippines Malaysia Thailand China Japan Indonesia Sumber: World Bank Hampir semua negara maju dan berkembang di Asia memberikan suku bunga di bawah 10% atau 1 digit. Suku bunga di negara-negara tersebut cenderung untuk turun, sementara suku bunga di Indonesia cenderung meningkat. Pemerintah Indonesia berupaya dengan berbagai cara untuk dapat menurunkan tingkat suku bunga pinjaman pada tingkat yang rendah, khususnya bagi UMKM, sehingga meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Perbankan yang merupakan pelaku utama dalam pasar kredit kepada UMKM memiliki peranan terpenting dalam mewujudkan keinginan pemerintah menurunkan suku bunga. Tanpa dukungan perbankan, suku bunga kredit di Indonesia tidak dapat turun. Pada akhirnya, target pemerintah menumbuhkan perekonomian dan menurunkan suku bunga tidak tercapai. Analisis kebijakan pemerintah dan bank sentral dalam teori ekonomi, sampai saat ini dipelajari dengan menggunakan kerangka Keynesian, yang merupakan buah pikir John Maynard Keynes pada Tahun 1930 dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money. Kebijakan ekonomi digolongkan menjadi kebijakan fiscal dan moneter. Kebijakan fiscal adalah kebijakan pemerintah meningkatkan pengeluaran (ekspansi) atau mengurangi penerimaannya (kontraksi). Sedangkan kebijakan moneter adalah kebijakan bank sentral meningkatkan (ekspansi) atau menarik (kontraksi) uang beredar dalam perekonomian yang dilaksanakan oleh bank sentral. Dampak dari keempat tindakan otoritas, yaitu ekspansi fiscal, kontraksi fiscal, ekspansi moneter, dan kontraksi moneter terhadap perubahan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi suatu negara dianalisis dengan menggunakan kerangka pemikiran Keynes. Dalam sejarah pemikiran ekonomi disebut Keynesian. Dalam kerangka pemikiran ini, ekspansi fiscal tanpa disertai ekpansi moneter tidak menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang optimal. Sehingga, kebijakan fiskal harus diimbangi dengan tambahan uang beredar yang cukup dalam perekonomian. Tulisan ini mengulas kebijakan subsidi suku bunga kredit KUR kepada perbankan sebagai salah satu upaya pemerintah memperluas akses UMKM dalam pasar kredit. 13

4 infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : Subsidi suku bunga KUR merupakan bagian dari ekspansi fiskal yang dampaknya diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat suku bunga pinjaman di dalam negeri. Tulisan ini merupakan hipotesis penulis terhadap rigiditas atau kekakuan suku bunga kredit perbankan, yang perlu dilanjutkan dengan penelitian untuk membuktikan secara empiris. Rigiditas disebabkan oleh tidak cukupnya tambahan kredit yang disalurkan bank ke dalam perekonomian. Rigiditas ini menyebabkan target pemerintah menurunkan suku bunga kredit menjadi satu digit tidak tercapai. Pada bagian akhir tulisan ini terdapat analisis mengenai penyebab rigiditas suku bunga serta rekomendasi kepada pemerintah untuk melonggarkan rigiditas tersebut. 2. Kebijakan subsidi suku bunga KUR Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, terlebih pada pemerintahan Presiden Jokowi seringkali menerbitkan paket kebijakan yang bertujuan meningkatkan memberdayakan UMKM. Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan UMKMK mencakup 1) Peningkatan akses pada sumber pembiayaan; 2) Pengembangan kewirausahan; 3) Peningkatan pasar produk UMKM; dan 4) Reformasi regulasi UMKM. Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan antara lain dilakukan dengan memberikan penjaminan kredit bagi UMKMK melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR sudah diluncurkan sejak tanggal 5 November 2007, dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Adapun Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/ pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan, namun belum memenuhi persyaratan untuk dapat meminjam kredit komersial bank. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada usaha mikro, maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung, dimana usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana. Kredit KUR dijamin oleh perusahaan penjamin yaitu PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) dan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) serta perusahaan lainnya yang secara sukarela mengikatkan diri dan tunduk kepada Nota Kesepahaman Bersama untuk melakukan dan memberikan sebagian penjaminan kredit/pembiayaan secara otomatis bersyarat (conditional automatic cover) kepada Bank Pelaksana. Kredit Modal Kerja dan atau Kredit Investasi dengan plafon kredit sampai dengan Rp 500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin. Dengan adanya jaminan dari kedua perusahaan tersebut, bank pelaksana merasa lebih yakin untuk dapat meminjamkan kepada UMKM. Penjaminan merupakan salah satu upaya pemerintah agar bank pelaksana menambah besaran jumlah uang beredar di masyarakat, yaitu dengan menyalurkan kredit kepada UMKM. KUR bertujuan untuk 1) Meningkatkan akses pembiayaan UMKMK kepada Bank; 2) Pembelajaran UMKM untuk menjadi debitur yang bankable sehingga dapat dilayani sesuai ketentuan komersial perbankan pada 14

5 umumnya (Sebagai embrio debitur komersial). 3) agar usaha yang dibiayai dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan. Ketentuan kur di setiap bank berbedabeda, sesuai dengan kebijakan internal masingmasing bank pelaksana. Berikut ini adalah ketentuan KUR dari Bank Rakyat Indonesia, sebagai bank yang menyalurkan KUR terbanyak. 1) KUR Mikro. Calon debitur adalah individu yang melakukan usaha produktif yang layak memiliki legalitas yang lengkap, yaitu KTP / SIM, Kartu Keluarga (KK), Lama usaha minimal 6 bulan 2) KUR Ritel. Calon debitur adalah individu (perorangan / badan hukum), Kelompok, Koperasi yang melakukan usaha produktif yang layak Memiliki legalitas yang lengkap, yaitu: Individu: KTP / SIM, & KK, Kelompok: Surat Pengukuhan dari Instansi terkait atau Surat Keterangan dari Kepala Desa / Kelurahan atau Akte Notaris, Koperasi / Badan Usaha Lain: Sesuai ketentuan yang berlaku; Lama usaha minimal 6 bulan; Perijinan: Plafond kredit s/d Rp. 100 juta: SIUP, TDP & SITU arau Surat Keterangan Usaha dari Lurah/ Kepala Desa, Plafond kredit > Rp. 100 juta : Minimal SIUP atau sesuai ketentuan yang berlaku. 3) KUR Linkage Program (Executing). Calon debitur adalah BKD, Koperasi Sekunder, KSP/ USP, BPR/BPRS, Lembaga Keuangan Non Bank, Kelompok Usaha, LKM diperbolehkan mendapatkan fasilitas pembiayaan dari perbankan namun tidak sedang menikmati Kredit Program Pemerintah. Memiliki legalitas yang lengkap, yaitu: AD/ART, Memliki ijin usaha dari pihak yang berwenang, Pengurus aktif, Lama usaha minimal 6 bulan. 5) KUR Linkage Program (Channelling). Calon debitur adalah: End user, yang tidak sedang menikmati KMK (Kredit Modal Kerja) atau KI (Kredit Investasi) dan atau Kredit Pemerintah, namun Kredit Konsumtif diperbolehkan Lembaga Linkage, diperbolehkan sedang mendapatkan pembiayaan dari Perbankan maupun Kredit Program Pemerintah. Legalitas: end user, sesuai dengan ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel. Persyaratan kredit KUR pada bank BRI adalah sebagai berikut: 1) KUR Mikro. Plafond kredit maksimal Rp 20 juta, Suku bunga efektif maks 22% per tahun, Jangka waktu & jenis kredit: KMK: maksimal 3 tahun, KI: maksimal 5 tahun Dalam hal perpanjangan,suplesi dan restrukturisasi: KMK: maksimal 6 tahun, KI: maksimal 10 tahun. Agunan: Pokok: Dapat hanya berupa agunan Pokok apabila sesuai keyakinan Bank Proyek yang dibiayai cashflownya mampu memenuhi seluruh kewajiban kepada bank (layak). Tambahan: Sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana. 2) KUR Ritel. Plafond kredit > Rp 20 juta s/d Rp 500 juta, Suku bunga efektif maksimum 13 % per tahun, Jangka waktu & jenis kredit: KMK: maksimal 3 tahun, KI: maksimal 5 tahun Dalam hal perpanjangan,suplesi dan restrukturisasi KMK : maksimal 6 tahun, KI : maksimal 10 tahun. Agunan:Pokok: Dapat hanya berupa agunan Pokok apabila sesuai keyakinan Bank Proyek yang dibiayai cashflownya mampu memenuhi seluruh kewajiban kepada bank (layak), Tambahan: Sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana. 3) KUR Linkage Program (Executing). Plafond kredit: Plafond maks Rp. 2 Miliar, Pinjaman BKD, KSP/USP, BMT, LKM ke end user maks Rp. 100 juta. Jangka waktu & jenis kredit: KMK: maksimal 3 tahun, KI : maksimal 5 tahun. Dalam hal perpanjangan,suplesi dan restrukturisasi: KMK: maksimal 6 tahun, KI: maksimal 10 tahun, Suku bunga: Lembaga Linkage : Efektif maksimal 13 % per tahun. Dari Lembaga Linkage ke UMKM: Efektif maksimal 22 %, Agunan: Pokok: Piutang kepada nasabah, Tambahan: sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana. 4) KUR Linkage Program (Channelling). Plafond kredit sesuai dengan ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel. Jangka waktu & jenis kredit: KMK: maksimal 3 tahun, KI: maksimal 5 tahun. Dalam hal perpanjangan,suplesi dan restrukturisasi: KMK: maksimal 6 tahun, KI: maksimal 10 tahun, Suku bunga: sesuai dengan, ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel. Agunan: Pokok: Piutang kepada nasabah, Tambahan: sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana. 15

6 infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : Pemberian subsidi suku bunga KUR kepada bank pelaksana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1355/KMK.05/2015 Tentang Besaran Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat. Menetapkan besaran subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada Penyalur KUR dengan Ketentuan sebagai berikut: a. untuk KUR Mikro sebesar 10% (sepuluh persen); b. untuk KUR Ritel sebesar 4,5% (empat koma lima persen); c. untuk KUR Penempatan TKI sebesar 12% (dua belas persen). Dengan adanya peraturan ini diharapkan bank pelaksana dapat menyalurkan kredit KUR dengan bunga di bawah 10%, namun bank pelaksana masih dapat menerima return di atas 10%. Tabel 1 berikut ini menyajikan ilustrasi return yang bisa diperoleh bank pelaksana apabila mengenakan bunga kredit sebesar 9% untuk setiap jenis KUR. Tabel 1 Persentase Return dan Margin Bank Pelaksana KUR Jenis KUR Subsidi Return Margin Mikro 10% 19.00% 12% Ritel 4.50% 13.50% 6% Penempatan TKI 12% 21.00% 14% Bank pelaksana mempunyai kesempatan untuk memperoleh return cukup tinggi jika menyalurkan KUR. Return yang tinggi tersebut telah berada di atas suku bunga deposito. Artinya bank telah memperoleh profit margin yang cukup besar apabila menyalurkan KUR. Gambar 3 berikut ini menyajikan suku bunga deposito bank umum jangka waktu 3 bulan periode Januari 2010 sampai dengan September Rata-rata suku bunga pada periode tersebut adalah 7.3%. Gambar 3 Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 3 Bulan Bank Umum Periode Januari 2010-September Jan-10 Apr-10 Jul-10 Okt-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Okt-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Okt-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Okt-13 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Okt-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Sumber: Bank Indonesia 16

7 Bank pelaksana memiliki kesempatan untuk memperoleh interest margin sebesar 6%-14% jika menyalurkan KUR, seperti dapat dilihat pada Tabel 1 di atas. Artinya Jika dalam 1 tahun ditargetkan penyaluran KUR adalah sebesar 100 trilyun rupiah, maka kesempatan bank memperoleh profit margin adalah sebesar 6 14 trilyun rupiah dalam periode 1 tahun. Sebenarnya bagi perekomian Indonesia, jumlah ini tidak sedikit. Namun demikian bank masih memiliki berbagai alasan untuk menghidari menyalurkan kredit kepada UMKM. Alasan yang paling sering dikemukakan adalah risiko kegagalan bayar dari UMKM yang tinggi, meskipun sudah ada skema penjaminan dari PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Salah satu diantaranya adalah kredit yang disalurkan dalam skala kecil, sementara kredit kepada korporasi langsung disalurkan dalam skala besar. Alasan lainnya adalah UMKM tidak memiliki catatan keuangan, sehingga sulit bagi bank untuk mengukur kemampuan atau ketidakmampuan UMKM dalam mengembalikan kredit yang akan diberikan. Aturan lainnya mengenai subsidi suku bunga KUR terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 20 / PMK.05/2016 tentang tata cara pelaksanaan subsidi bunga untuk kredit usaha rakyat. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa subsidi bunga KUR yang selanjutnya disebut Subsidi Bunga adalah subsidi berupa bagian bunga yang menjadi beban pemerintah sebesar selisih antara tingkat bunga yang diterima oleh penyalur KUR dengan tingkat bunga yang dibebankan kepada penerima KUR. Dengan subsidi sebesar 10% untuk KUR mikro, maka bank penyalur KUR akan menerima bunga sebesar 19%, jika UMKM dikenakan bunga sebesar 9%. Dibandingkan dengan negaranegara Asia, seperti terdapat pada Gambar 2 di atas, tingkat bunga 9% sebenarnya masih tergolong tinggi. Negara-negara lainnya menerapkan suku bunga di bawah 8%. Dalam peraturan ini juga disebutkan bahwa subsidi bunga bertujuan untuk mendukung pelaksanaan program KUR kepada Penerima KUR. Subsidi Bunga dibayarkan oleh KPA mewakili pemerintah kepada Penyalur KUR. Dana Subsidi Bunga dialokasikan dalam APBN. Pemerintah memperbesar pengeluarannya, dengan demikian kebijakan subsidi bunga KUR adalah kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif. 3. Teori Makroekonomi dalam Analisis Kebijakan Teori makroekonomi yang sering digunakan dalam menganalisis kebijakan ekonomi adalah ide Keynes yang menjelaskan fluktuasi makroekonomi pada jangka pendek. Sejak pemikiran ini muncul di tahun 1930-an, sampai saat ini masih menjadi acuan berbagai negara dalam menganalisis kebijakan fiscal dan moneter, dan dampaknya bagi perekonomian suatu negara. Pengambil kebijakan mempertimbangkan kebijakan terbaik agar permintaan agregat dan pendapatan masyarakat meningkat. Permintaan agregat (aggregate demand AD) dibagi menjadi 2 bagian. Model IS (investment-saving) menggambarkan pasar barang dan jasa, dan model LM (liquidity money) menggambarkan pasar keuangan. Model IS-LM menggambarkan bagaimana perekonomian bekerja dalam jangka pendek. Harga diasumsikan tetap, sehingga penyebab perubahan pendapatan dan suku bunga yang dianalisis dalam model ini. Kurva IS menggambarkan hubungan antara tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan pada pasar barang dan jasa. Sedangkan kurva LM menggambarkan hubungan antara suku bunga dan tingkat pendapatan pada pasar keuangan. Karena tingkat suku bunga mempengaruhi investasi dan permintaan uang, maka variable tersebutlah yang menghubungkan antara kedua kurva. Model IS LM menunjukan interaksi antara kedua pasar ini, sehingga diperoleh keseimbangan tingkat pendapatan dalam jangka pendek. Keynes mengemukakan bahwa dalam jangka pendek total pendapatan sangat ditentukan oleh keingingan rumah tangga, 17

8 infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : perusahaan dan pemerintah untuk berbelanja. Semakin tinggi keinginan untuk berbelanja, semakin banyak barang dan jasa yang dapat dijual oleh perusahaan. Semakin banyak perusahaan dapat menjual, semakin banyak output yang mereka hasilkan dan semakin banyak pekerja yang mereka bayar. Sehingga menurut Keynes, masalah yang terjadi selama resesi dan depresi adalah kurangnya belanja. Kurva IS digunakan untuk menganalisis kebijakan fiscal. Perubahan dalam kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan barang dan jasa sehingga menggeser kurva IS ke kanan. Istilah lainnya dari kebijakan ini adalah ekspansi fiscal. Sementara perubahan kebijakan fiskal yang menurunkan permintaan bahrang dan jasa (kontraksi fiskal) menggeser kurva IS ke kiri. Kebijakan ekspansi fiscal berarti bahwa pemerintah menambah belanja barang dan jasa atau mengurangi pajak, sementara kebijakan kontraksi fiscal memiliki arti bahwa pemerintah mengurangi belanja barang dan jasa atau meningkatkan pajak untuk menambah penerimaan. Kebijakan kontraksi fiscal menggeser kurva IS ke kiri (ke bawah), sedangkan ekspansi fiscal menggeser kurva IS ke kanan (ke atas). Kurva LM digunakan untuk menganalisis kebijakan moneter, yaitu kebijakan bank sentral menarik atau menambah uang beredar dalam masyarakat (penawaran uang). Pergeseran kurva LM juga dapat disebabkan oleh perubahan pendapatan masyarakat (permintaan uang). Semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka masyarakat semakin banyak membutuhkan uang untuk kebutuhan transaksi. Kurva LM meringkas perubahan keseimbangan permintaan dan penawaran uang. Kebijakan bank sentral menarik uang beredar disebut juga kebijakan moneter kontraksi, sedangkan kebijakan menambah uang beredar disebut kebijakan moneter ekspansi. Kebijakan kontraksi moneter dilakukan bank sentral dengan menaikan suku bunga, untuk menarik masyarakat tidak memegang uang tunai untuk berbelanja, tetapi menyimpannya di bank. Sebaliknya, kebijakan ekspansi moneter menurunkan suku bunga. Kontraksi moneter menggeser kurva LM ke kiri (ke atas), sedangkan ekspansi moneter menggeser kurva LM ke kanan (ke bawah). Pergeseran kurva IS dan LM dapat dilihat pada penjelasan Gambar 4 pada bagian berikut ini. 4. Rigiditas Suku Bunga Kredit Perbankan Gambar 4 berikut ini menjelaskan perubahan pendapatan masyarakat (output) dan suku bunga yang terjadi sebagai dampak dari kebijakan subsidi suku bunga KUR dengan menggunakan kerangka IS-LM. Sebelum adanya kebijakan subsidi suku bunga perekonomian berada pada titik A, dimana tingkat pendapatan nasional adalah Y* dan tingkat suku bunga r*. Kebijakan subsidi suku bunga merupakan kebijakan ekspansi fiscal karena pemerintah menambah pengeluarannya. Kebijakan ini membuat perekonomian berpindah pada titik B, dimana tingkat pendapatan meningkat menjadi Y*1 demikian pula suku bunga meningkat pada r*1. Tujuan pemerintah memberikan subsidi suku bunga adalah mendorong agar bank menyalurkan kredit kepada UMKM dengan bunga yang rendah. Bertambahnya kredit yang disalurkan oleh bank, akan menambah uang beredar dalam masyarakat, atau menggeser kurva LM ke kanan. Harapan pemerintah adalah bank menyalurkan kreditnya sampai menggeser kurva LM ke LM atau perekonomian ke titik C. Kondisi ekonomi pada titik ini adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi Y*2 dan suku bunga yang rendah r*2. Pemerintah tidak menjelaskan berapa persentase tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, namun seringkali menyebutkan tingkat suku bunga kredit adalah satu digit atau kurang dari 10% pada akhir tahun

9 Gambar 4 Kurva IS-LM dan perubahannya akibat kebijakan subsidi suku bunga KUR LM LM LM Suku Bunga (R) r *1 r* r *2 A B D C IS IS Y* Y *1 Y *3 Y *2 Output / Pendapatan (Y) Namun demikan, kebijakan memberikan subsidi suku bunga kepada bank tidak serta merta membuat bank menambah penyaluran kreditnya kepada UMKM. Inilah yang saya maksud sebagai rigiditas suku bunga kredit perbankan. Langkah pemerintah mendorong perekonomian agar mencapai titik C dengan pertumbuhan ekonomi Y*2 dan suku bunga r*2 tidak didukung oleh perbankan. Perbankan hanya menambah penyaluran kreditnya sehingga menggeser kurva LM sampai pada LM, atau perekonomian pada titik D. Pada titik ini tingkat suku bunga tidak turun, tetap pada r* dan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai Y*3, tidak sesuai dengan target pemerintah yaitu Y*2. Suku bunga tidak bergerak turun atau rigit. 5. Kesimpulan dan Saran Pemerintah sangat sulit dalam mengupayakan agar suku bunga pinjaman di Indonesia menurun. Suku bunga pinjaman masih berada di atas 10% dan menunjukkan trend meningkat. Meskipun perbankan diberikan subsidi suku bunga oleh pemerintah apabila menyalurkan kredit kepada UMKM, tetap saja tambahan kredit yang disalurkan belum cukup untuk membawa suku bunga pinjaman pada trend yang menurun, terlebih lagi mencapai target yang diharapkan pemerintah yaitu 1 digit (di bawah 10%) pada akhir tahun Suku bunga pinjaman di Indonesia bersifat rigit. Rigiditas suku bunga kredit di Indonesia menunjukkan hilangnya otoritas pemerintah terhadap bank miliknya sendiri. Bank penyalur KUR yang merupakan bank-bank terbesar di Indonesia, belum mampu untuk mewujudkan keinginan pemerintah agar UMKM dapat memperoleh pinjaman dengan suku bunga rendah sesuai target. Penyaluran KUR belum cukup untuk menambah uang beredar di masyarakat sehingga dapat menurunkan suku bunga sekaligus meningkatkan pendapatan nasional sesuai dengan target. IS-LM menjelaskan persoalan ekonomi yang dihadapi suatu negara dengan cara yang terlalu sederhana, banyak sekali asumsi yang digunakan. Terlebih lagi untuk menjelaskan kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah 19

10 infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : untuk mendorong bertumbuhnya sektor UMKM. Namun dengan kerangka pemikiran Keynes ini dapat ditarik pelajaran bahwa harus adanya koordinasi yang kuat antara otoritas moneter dan otoritas fiscal. Di Indonesia, otoritas moneter adalah Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Sementara otoritas fiscal ada di tangan pemerintah, dalam hal ini kementerian keuangan. Kedua otoritas bersama dengan kementerian terkait harus menyadari pentingnya koordinasi. Tanpa adanya kebijakan moneter, kebijakan fiskal memperbesar pengeluaran melalui subsidi suku bunga tidak mencapai sasaran yang diinginkan. Studi selanjutnya mengenai rigiditas suku bunga perbankan di Indonesia perlu diuji secara empiris. Pemerintah harus dapat melakukan intervensi secara langsung pada pasar kredit ketika perbankan tidak dapat memenuhi harapan pemerintah untuk dapat menurunkan suku bunga. Caranya adalah dengan mendirikan bank khusus yang hanya meminjamkan kepada UMKM. Subsidi suku bunga hanya diberikan kepada bank ini, bank ini beroperasi secara lebih efisien sehingga dapat meminjamkan dengan suku bunga rendah. Pada akhirnya misi pemerintah untuk mencapai suku bunga rendah seperti di negara-negara maju dan berkembang lainnya tercapai. 20

11 Daftar Pustaka N. Gregory Mankiw, Macroeconomics, 8th Edition. Worth Publishers; June 1, ISBN-10: , ISBN-13: Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1355/KMK.05/2015 Tentang Besaran Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 20 /PMK.05/2016 tentang tata cara pelaksanaan subsidi bunga untuk kredit usaha rakyat Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia April 2016, Bank Indonesia. LEND 21

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket

Lebih terperinci

Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK).

Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK). 1 Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK). 1 Endik Hidayat 2 /1406518004 Universitas Indonesia Abstrak Tulisan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kondisi ini. Akibat adanya rasionalisasi maupun pemutusan hubungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dalam kondisi ini. Akibat adanya rasionalisasi maupun pemutusan hubungan kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terpuruknya perekonomian Indonesia yang terjadi mulai tahun 1997 mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan swasta baik di sektor industri, perdagangan maupun

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain petani perkebunan,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Rumah Sutera Alam memulai kegiatannya pada tahun 2001. Dengan bantuan beberapa karyawan, Bapak H. Tatang Godzali yang merupakan

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 JAKARTA, 15 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, hampir tidak satupun aspek kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh atau dipengaruhi oleh negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR [ Senin, 25 Februari 2013 09:41:20 Oleh : Administrasi] TANYA JAWAB TENTANG KUR 1. Apakah Kredit Usaha Rakyat itu? Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan Modal Kerja

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT http://www.siperubahan.com I. PENDAHULUAN Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dinyatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah memiliki keinginan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 SURABAYA, 8 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

Keseimbangan di Pasar Uang

Keseimbangan di Pasar Uang Keseimbangan di Pasar Uang Motivasi Memiliki Uang Motivasi spekulasi Motivasi transaksi Motivasi berjaga-jaga Kelembagaan Pasar Dibutuhkan untuk membantu interaksi antara pelaku-pelaku ekonomi Memiliki

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi didunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

NOMOR 22 /PMK05/2010 TENT ANG PERUBAHAN KEDUA AT AS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT

NOMOR 22 /PMK05/2010 TENT ANG PERUBAHAN KEDUA AT AS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT PERAtURAN MENTERIKEUANGAN SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 22 /PMK05/2010 TENT ANG PERUBAHAN KEDUA AT AS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT DENGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010] I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tingkat perekonomiannya sedang berkembang. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan perbankan yang didirikan, baik itu bank BUMN maupun

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL POKOK BAHASAN I II KONDISI UMKM PERBANKAN KOMITMEN III POLA PEMBIAYAAN UMKM IV KESIMPULAN I KONDISI UMKM PERBANKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama masalah dalam kemiskinan yang dialami oleh setiap negara,

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama masalah dalam kemiskinan yang dialami oleh setiap negara, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah universal yang hampir dialami oleh seluruh negara di dunia ini. Pembangunan yang tidak merata hampir menjadi penyebab utama masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan urat nadi perekonomian nasional. Salah satu peran penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu menjadi

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Suara Karya, 2007, Pertumbuhan Ekonomi Tidak Berkualitas, Jum at 13 Juli Dalam artikel

I. PENDAHULUAN. 1 Suara Karya, 2007, Pertumbuhan Ekonomi Tidak Berkualitas, Jum at 13 Juli Dalam artikel I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin membaik setelah krisis ekonomi tahun 1997, terutama sejak tahun 2000. Indikator makroekonomi nasional antara tahun 2000 sampai dengan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam memajukan perekonomian suatu Negara peranan Perbankan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam memajukan perekonomian suatu Negara peranan Perbankan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memajukan perekonomian suatu Negara peranan Perbankan sangat penting dalam mewujudkan perekonomian yang maju. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog: Pokok Bahasan 3 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id; syahza.almasdi@gmail.com Guru Besar Universitas Riau Pandangan Klasik, Keynes

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 1 Latar Belakang Dalam lima tahun mendatang Pemerintah mengupayakan peningkatan kontribusi UMKM dalam perekonomian. Tujuan KUR adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, keberhasilannya banyak ditopang oleh kegiatan usaha riil berskala kecil atau mikro. Hal itu

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Daerah Propinsi Maluku Triwulan II 2008 PERKEMBANGAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PERBANKAN DI MALUKU

Perkembangan Perekonomian Daerah Propinsi Maluku Triwulan II 2008 PERKEMBANGAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PERBANKAN DI MALUKU Boks 1 PERKEMBANGAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PERBANKAN DI MALUKU Peran perbankan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sangat diharapkan oleh berbagai pihak, baik pelaku usaha, masyarakat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk usaha agar usaha tersebut berjalan lancar. Sektor perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk usaha agar usaha tersebut berjalan lancar. Sektor perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak pelaku usaha yang sangat membutuhkan bantuan modal untuk usaha agar usaha tersebut berjalan lancar. Sektor perdagangan dengan skala mikro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Beberapa definisi mengenai Bank yaitu antara lain : 1. Bank adalah badan yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal bulan September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Kebijakan tersebut ditujukan kepada sektor

Lebih terperinci

BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU

BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU BAB I PEMBAHASAN KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO A. KESEIMBANGAN PASAR EKONOMI MIKRO INDIVIDU Dalam bentuk yang paling sederhana keseimbangan pasar digambarkan dengan kurva demand dari satu individu

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL,

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT

Lebih terperinci

PENANDATANGANAN MOU. Divisi Bisnis Usaha Kecil

PENANDATANGANAN MOU. Divisi Bisnis Usaha Kecil 1 PENANDATANGANAN MOU Senin 29 Februari 2016. Penandatanganan MoU Penyaluran KUR Linkage merupakan bentuk kepercayaan BNI kepada BPR sebagai Lembaga Linkage yang mampu untuk menyalurkan KUR kepada UMKM.

Lebih terperinci

Skema Pembiayaan Kelautan dan Perikanan

Skema Pembiayaan Kelautan dan Perikanan Jakarta, Februari 2017 Skema Pembiayaan Kelautan dan Perikanan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Divisi Bisnis Usaha Kecil This presentation has been prepared specifically for BNI. The content of

Lebih terperinci

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN 5. Berakhirnya Perjanjian Kredit...... 30 C. Tinjauan Umum Tentang Kredit Usaha Rakyat...37 1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat...37 2. Tujuan dan Lembaga Penjamin Kredit Usaha Rakyat...37 BAB III PEMBAHASAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM

BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM Tutoriasl PowerPoint Untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6. N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian Chapter Ten 1 Depresi Besar (Great Depression)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini menjadi negara yang masih tergolong miskin dan kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan maupun ekonomi. Permasalahan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa i Posisi Uang Beredar (M2) pada i tercatat sebesar Rp3.861,7 T, atau tumbuh 13,1% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan Mei (10,5%;yoy). Berdasarkan

Lebih terperinci

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu menyediakan

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Menurut ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran Uang

Permintaan dan Penawaran Uang Permintaan dan Penawaran Uang Teori Permintaan Uang 1. Quantity Theory of Money 2. Liquidity Preference Theory 3. Milton Friedman Theory Quantity Theory of Money...1 Dikembangkan oleh Irving Fisher Menjelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BUKU KUMPULAN PERATURAN TAHUN 2016 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) K R E D I T U S A H A R A K Y A T KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

BUKU KUMPULAN PERATURAN TAHUN 2016 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) K R E D I T U S A H A R A K Y A T KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Buku ini berisi kumpulan Peraturan yang dikeluarkan oleh Komite Kebijakan dalam rangka relaksasi kebijakan terkait Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan-peraturan dalam buku ini menjadi landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

% (yoy) Oct'15 Nov'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis, merupakan dunia yang ramai dibicarakan di berbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan masalah ini disebabkan,

Lebih terperinci

BAB III KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

BAB III KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) 28 BAB III KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) 3.1 Program KUR Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan skema pembiayaan/kredit yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dan koperasi yang usahanya layak (feasible) namun tidak

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN GCG DALAM BISNIS BPR DI MASA DATANG EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE

DAMPAK PENERAPAN GCG DALAM BISNIS BPR DI MASA DATANG EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE DAMPAK PENERAPAN GCG DALAM BISNIS BPR DI MASA DATANG EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE Secara sektoral, kenaikan pertumbuhan belum merata Kenaikan pertumbuhan terutama ditopang oleh sektor konstruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2006 jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 48.936.840 dimana 99,7% atau sebesar 48.822.925 merupakan Usaha Kecil

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

PERENCANAAN/PENGEMBANGAN USAHA UKM: AKSES PEMBIAYAAN. Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Jakarta, 29 Oktober 2013

PERENCANAAN/PENGEMBANGAN USAHA UKM: AKSES PEMBIAYAAN. Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Jakarta, 29 Oktober 2013 PERENCANAAN/PENGEMBANGAN USAHA UKM: AKSES PEMBIAYAAN Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Jakarta, 29 Oktober 2013 Overview Permasalahan UMKM A Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum B Kesenjangan

Lebih terperinci

2016, No dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015

2016, No dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 No.1701, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-PEREKONOMIAN/KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH. KUR. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pilar perekonomian suatu negara tidak lepas dari bagaimana Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjalankan perannya demi meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA YUSNIA RISANTI Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang berada dalam tahap membangun dan berkembang. Seiring dengan berjalannya pembangunan nasional, maka kehidupan masyarakatpun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia perbankan yang semakin meningkat baik di antara bank-bank umum nasional maupun dengan bank asing mendorong bank-bank menjadi semakin agresif

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

PEMBERIAN KREDIT RITEL KOMERSIAL DAN MENENGAH PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. JAKARTA PUSAT

PEMBERIAN KREDIT RITEL KOMERSIAL DAN MENENGAH PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. JAKARTA PUSAT PEMBERIAN KREDIT RITEL KOMERSIAL DAN MENENGAH PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. JAKARTA PUSAT NAMA : Esra Berliana Br. S NPM : 42213981 Dosen Pembimbing : Budi Santoso SE., MM. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa lepas peran jasa bank atau dunia perbankkan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai sektor yang menyerap 80 90% tenaga kerja, usaha Mikro Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR

Lebih terperinci

BI Rate KMK KK KI. Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BI Rate KMK KK KI. Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menerapkan BI Rate sebagai salah satu instrumen utama dalam menerapkan kebijakan moneter. Instrumen ini juga menjadi acuan utama oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014 ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014 Aditya Wardhana 1), Cut Irna Setiawati 2) 1) Administrsi Bisnis, Telkom University Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci