BAB II ASESMEN KESULITAN BELAJAR SISWA UNTUK MENILAI KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI KONSEP KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ASESMEN KESULITAN BELAJAR SISWA UNTUK MENILAI KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI KONSEP KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN"

Transkripsi

1 BAB II ASESMEN KESULITAN BELAJAR SISWA UNTUK MENILAI KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI KONSEP KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN A. Konsep dan Penguasaan Konsep Pengertian konsep menurut Rosser (dalam Dahar, 1996) adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatankegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Sementara itu Klausmier (Rustaman et al., 2003) mendefinisikan konsep sebagai pembentukan mental dalam mengelompokkan kata-kata dengan penjelasan tertentu yang dapat diterima secara umum. Penguasaan konsep merupakan salah satu bentuk dari hasil belajar yang mengungkap pemahaman siswa terhadap suatu materi yang diajarkan dalam proses belajar. Pemahaman siswa dalam domain/ranah kognitif sangat penting dimiliki oleh siswa mengingat dalam proses belajar mengajar, memahami dan mencamkan isi pelajaran merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru (Sagala, 2003; Runanda, 2010). Penguasaan konsep siswa termasuk kedalam ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam jenjang berdasarkan Taksonomi Bloom revisi, yaitu mengingat, mengerti, menerapkan, menguraikan, menilai, dan mencipta. Rincian kemampuan masing-masing jenjang menurut Anderson & Kratwohl (Runanda, 2010) beserta indikatornya dituangkan pada Tabel 2.1: 8

2 9 Tabel 2.1 Indikator Menurut Jenjang Kognitif Bloom Revisi No Kemampuan Indikator 1 Mengingat Kemampuan menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif, yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling). 2 Mengerti Kemampuan mengonstruksi makna berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam skema yang telah ada dalam pikiran. Kategori ini meliputi menafsirkan (interpretting), memberikan contoh (examplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). 3 Menerapkan Kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori menerapkan meliputi menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing). 4 Menguraikan Kemampuan menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antara unsur-unsur tersebut. Kategori ini mencakup tiga macam proses kognitif, yaitu menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributing). 5 Menilai Kemampuan membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Kemampuan menilai meliputi kemampuan memeriksa (checking) dan mengkritik (qritiquing). 6 Mencipta Kemampuan menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu kesatuan. Kemampuan ini meliputi membuat (generating), merencanakan (planning), dan menciptakan (producing). B. Asesmen Pembelajaran Kedudukan asesmen dalam dunia pendidikan seperti dalam kegiatan pembelajaran sangat penting, seperti yang dikemukakan oleh James bahwa asesmen merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan dari seluruh jenjang pendidikan mulai dari pendidikan awal sampai pendidikan tinggi (Conner, 1999: 9; Darmiyati, 2009). Oleh karena itu, asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan (Popham, 1995; Wulan, 2007).

3 10 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Nitko bahwa asesmen merupakan proses pengumpulan informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan tentang siswa, kurikulum dan program serta kebijakan dalam pendidikan. Keputusan tersebut meliputi pengelolaan pembelajaran di kelas, penempatan pemberian bimbingan dan arahan bagi yang bermasalah, pemilihan yang mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih menantang, dan pemberian sertifikat tentang kompetensi (Darmiyati, 2009). Penilaian atau tes menurut Arikunto (2003) ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Tes diagnostik, adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahankelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. 2. Tes formatif, tes yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. 3. Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada setiap akhir semester. Dalam tes formatif maupun sumatif sering ditemukan siswa yang belum tuntas belajarnya karena nilainya tidak mencapai standar minimal sehingga ia

4 11 harus mengikuti remidial. Agar remidial tepat sasaran perlu dilakukan suatu tes yang dapat mendiagnosis kemungkinan-kemungkinan sumber masalah yang menyebabkan siswa kesulitan belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Linn dan Gronlund (Darmiyati, 2009) bahwa asesmen diagnostik disusun untuk mengkaji kesulitan pembelajaran yang belum terpecahkan dengan asesmen formatif. Oleh karena itu, fungsi asesmen formatif maupun sumatif berhubungan dengan fungsi diagnostik, seperti yang dikemukakan oleh Ecclestone bahwa asesmen terkait pula dengan diagnosa belajar menyediakan informasi terutama untuk siswa dan guru dalam membantu proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan pengalaman sebelumnya dan kemampuan-kemampuan yang diperoleh sebelum memulai program (Ecclestone, 1996: 10; Darmiyati, 2009). C. Kesulitan Belajar Siswa Kesulitan belajar didefinisikan oleh Blassic dan Jones (Warkitri et al., 1990; Kuntjojo, 2009) bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya. Sementara itu Ashlock (Wulan et al., 2010) menyatakan bahwa siswa yang selalu memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar

5 12 siswa dapat ditunjukkan dari kegagalan menyelesaikan suatu masalah/pertanyaan serta dari pola jawaban yang diberikan. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dikenali dari gejala-gejala yang terjadi pada dirinya, seperti yang dikemukakan oleh Warkitri et al. (Kuntjojo, 2009) sebagai berikut: 1) hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya; 2) hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding sebelumnya; 3) hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan; 4) lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar; 5) menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal dan sebagainya; 6) menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya dan seterusnya; 7) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif dan lain-lain. Gejala-gejala kesulitan belajar yang dialami siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Burton (Abin, 2002: ; Kuntjojo, 2009) mendeskripsikan faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian. Faktor kejiwaan, antara lain: 1) minat terhadap mata pelajaran kurang; 2) motivasi belajar rendah; 3) rasa percaya diri kurang; 4) disiplin pribadi rendah; 5) sering meremehkan persoalan; 6) sering mengalami konflik psikis; dan 7) integritas

6 13 kepribadian lemah. Adapun yang termasuk faktor kejasmanian, antara lain: 1) keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit); 2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan; 3) adanya gangguan pada fungsi indera; dan 4) kelelahan secara fisik. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor instrumental dan faktor lingkungan. Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa antara lain: 1) kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai; 2) kurikulum yang terlalu berat bagi siswa; 3) program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik; dan 4) fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain: 1) disintegrasi atau disharmonisasi keluarga; 2) lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif; 3) teman-teman bergaul yang tidak baik; dan 4) lokasi sekolah yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan. D. Asesmen Kesulitan Belajar Untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa diperlukan suatu model asesmen yang dapat mengungkap kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa dalam belajar, menganalisisnya dan kemudian dirumuskan pemecahannya, untuk keperluan ini diperlukan tes diagnostik. Tes diagnostik dapat didefinisikan

7 14 sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat sesuai dengan kelemahan yang dimiliki oleh siswa (Depdiknas, 2007). Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama (Depdiknas, 2007: 4) sebagai berikut: 1) mengindentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa; dan 2) merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Dalam mengembangkan tes diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan tes diagnostik adalah sebagai berikut: 1. Mengindentifikasi Kompetensi Dasar yang Bermasalah Untuk mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya sejumlah indikator, karena itu bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak dapat dimunculkan. Mungkin saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu, maka pada indikator-indikator itulah disusun tes diagnostik yang sesuai. 2. Menentukan Kemungkinan Sumber Masalah Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi, mulai ditemukan kemungkinan sumber masalahnya. Contohnya dalam pembelajaran sains terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan masalah, yaitu: 1) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; 2) terjadinya miskonsepsi; dan 3) rendahnya kemampuan memecahkan masalah.

8 15 3. Menentukan Bentuk dan Jumlah Soal yang Sesuai Perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan ganda, essay, maupun kinerja sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada dimensi mana masalah tersebut terjadi. 4. Menyusun Kisi-kisi Soal Sebelum menulis butir soal dalam tes diagnostik maka harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya. Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: 1) kompetensi dasar beserta indikator yang diduga bermasalah; 2) materi pokok yang terkait; 3) dugaan sumber masalah; 4) bentuk dan jumlah soal; dan 5) indikator soal. 5. Menulis Soal Soal tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes yang lain. Jawaban atau respon yang diberikan siswa harus memberikan informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialami siswa. Misalnya untuk soal pilihan ganda, untuk menghindari kemungkinan siswa menebak jawaban, maka sebaiknya digunakan pilihan ganda beralasan. 6. Mereviu Soal Butir soal yang baik tentu memiliki validitas isi. Validitas isi adalah kejituan suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan (Nurkancana dan Sunartana, 1981: 124). Oleh karena itu sebaiknya soal yang telah ditulis guru

9 16 divalidasi terlebih dahulu sebelum diteskan ke siswa, bisa divalidasi oleh dosen ahli atau guru-guru sejenis dalam MGMP. 7. Menyusun Kriteria Penilaian Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery (sudah menguasai kompetensi dasar) atau belum mastery (belum menguasai kompetensi dasar tertentu). Bisa pula berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah type error tertentu siswa yang bersangkutan dinyatakan ber penyakit sehingga harus diberikan perlakuan yang sesuai (Depdiknas, 2007: 7-9). Sementara itu Stanley (Darmiyati, 2009) menyatakan secara rinci langkahlangkah diagnosis kesulitan belajar sebagai berikut: 1) identifikasi kasus; 2) lokalisasi jenis dan sifat kesulitan; 3) menemukan faktor penyebabnya, faktor internal dan eksternal; 4) prognosis, yaitu langkah untuk mengestimasi, memperkirakan apakah kesulitan tersebut dapat dibantu atau tidak; dan 5) terapi, yaitu langkah untuk menemukan berbagai alternatif kemungkinan cara yang dapat ditempuh dalam rangka penyembuhan kesulitan tersebut meliputi pengajaran remidial, transfer atau referral. Wulan et al. (2010) mengungkapkan bahwa untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa secara lebih mendalam, dimulai dengan menguraikan semua indikator untuk Kompetensi Dasar (KD) tertentu mulai dari indikator kemampuan terendah sampai indikator kemampuan tertinggi. Kemudian disusun soal untuk setiap indikator tersebut. Dengan demikian dapat ditelusuri informasi pada tingkat kemampuan manakah siswa mengalami kesulitan dalam mencapai KD tertentu.

10 17 Model pengembangann tes kesulitan belajar yang dikembangkan digambarkan pada Gambar 2.1: Gambar 2.1 Model Pengembangan Tes Kesulitan Belajar (Wulan et al., 2010) E. Tinjauan Pembelajaran dan Asesmen Konsep Keanekaragaman Tumbuhan Analisis materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran haruslah mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum. Materi keanekaragaman makhluk hidup merupakan salah satu konsep yang harus dimiliki siswa SMP kelas VII semester genap. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terkait dengan keanekaragaman makhlukk hidup disajikan pada Tabel 2.2:

11 18 Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP Kelas VII Semester Genap Standar Kompetensi 6.Memahami keanekaragaman makhluk hidup Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup 6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki 6.3 Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme (Sumber: BSNP-KTSP, 2006) Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, materi keanekaragaman makhluk hidup yang terkait dengan klasifikasi tumbuhan adalah kompetensi dasar yang kedua yaitu mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Kompetensi dasar tersebut menuntut siswa untuk dapat mengklasifikasikan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitarnya berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Dalam mengajarkan konsep klasifikasi, guru sebaiknya mengutamakan pengalaman belajar para siswa secara langsung dengan tumbuhan dan atau hewan di lingkungan sekitarnya. Menurut Rustaman (Astagini, 2010) sebaiknya siswa tidak disuruh menghafal ciri-ciri hewan tanpa melihat sendiri makhluk hidup atau tiruannya, apalagi menghafal pembagian makhluk hidup menjadi kelompokkelompok dan nama ilmiahnya. Dengan melakukan demikian, siswa tidak menyenangi belajar IPA, khususnya biologi yang berkenaan dengan keanekaragaman. Langkah-langkah yang perlu dilakukan guru menurut Rustaman (Astagini, 2010) bila mengajarkan konsep keanekaragaman, khususnya keanekaragaman tumbuhan adalah:

12 19 a. Menyuruh siswa membawa sendiri macam-macam makhluk hidup yang akan dibahas; b. Menyuruh siswa belajar dalam kelompok untuk mengamati bersama-sama ciriciri dari masing-masing makhluk hidup yang diamati; c. Menanyakan persamaan dan perbedaan antara makhluk hidup yang diamati tersebut; d. Melakukan diskusi kelas untuk menyamakan pendapat. Kegiatan penilaian yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran konsep klasifikasi tumbuhan sebaiknya menilai proses dan hasil belajar siswa, tidak hanya hasil belajar saja. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rustaman (2003) bahwa aspek keterampilan (proses) yang diperoleh sebagai hasil belajar (termasuk praktikum dan kerja ilmiah) dituntut untuk dikembangkan dan dinilai dalam pembelajaran IPA/biologi, selain aspek konsep. Sebagian besar konsep yang terdapat pada materi klasifikasi tumbuhan dianggap sulit oleh siswa, ini tak lepas dari banyaknya hafalan dan istilah dalam bahasa Latin yang semakin membuat siswa kesulitan, selain itu pula kurang tepatnya model dan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hidayat (Puspitasari, 2006), bahwa pemahaman siswa tentang biologi sebagai ilmu, diasumsikan sebagai ilmu hafalan dan tidak ada manfaatnya dalam kehidupan keseharian juga akibat pengalaman belajar yang bersifat verbalistis dan tidak pernah diajak belajar di luar kelas. Model pembelajaran yang memisahkan konsep dengan realitas kehidupan sehari-hari, semakin menjauhkan pemahaman

13 20 hubungan ilmu biologi dengan alam sekitar dan kehidupan siswa. Suatu kondisi yang kemudian menimbulkan persepsi yang keliru dan melepaskan relevansi ilmu biologi dengan realitas kehidupan siswa. Salah satu konsep yang dianggap sulit oleh siswa adalah konsep tumbuhan paku. Hastuti (2008) dalam penelitiannya tentang proses pembelajaran mata pelajaran biologi konsep tumbuhan paku (Pteridophyta) pada siswa kelas VII B di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta, menunjukkan hasil yang kurang memuaskan dari segi pencapaian nilai atau prestasi akademik. Berdasarkan hasil pengamatan guru, salah satu penyebab yaitu sulitnya hafalan sehingga siswa mudah lupa, siswa jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering meminta siswa agar bertanya, keaktifan siswa kurang dalam mengerjakan soal soal, siswa sibuk dengan sendirinya, sehingga siswa tidak paham apa yang disampaikan guru, perhatian siswa pada materi yang diajarkan kurang, selain itu metode belajar mengajar yang diterapkan oleh guru biasanya metode ceramah, sehingga terasa membosankan siswa didik. Dengan demikian, metode pembelajaran berupa ceramah yang hanya menekankan siswa agar menghafal, daripada memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan praktikum mengamati tumbuhan di sekitarnya, membuat siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan. Hal ini semakin diperburuk dengan penilaian yang dilakukan guru yang hanya menilai hasil belajar siswa, tanpa disertai dengan menilai proses belajarnya. Sehingga siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat memenuhi kriteria minimal

14 21 yang disyaratkan kurikulum dan kesulitan belajarnya tidak dapat terdeteksi akibat dari penilaian yang kurang tepat yang dilakukan oleh guru. Materi di sekolah yang dipelajari mengacu pada kompetensi dasar yang meliputi: 1) dasar-dasar klasifikasi makhluk hidup; 2) Kingdom Plantae; 3) tumbuhan lumut; 4) tumbuhan paku; dan 5) tumbuhan berbiji. Adapun uraian materi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Dasar-dasar Klasifikasi Makhluk Hidup Klasifikasi merupakan suatu cara pengelompokan (penggolongan) dan pemberian nama makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan ciricirinya. Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut: 1) mempermudah dalam mempelajari dan mengenal berbagai macam makhluk hidup; 2) mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup; 3) mengetahui manfaat makhluk hidup untuk kepentingan manusia; dan 4) mengetahui adanya saling ketergantungan antara makhluk hidup (Sugiyarto dan Ismawati, 2008). 2. Kingdom Plantae Kingdom Plantae meliputi berbagai jenis tumbuhan, meliputi lumut, paku, dan tumbuhan berbiji. Semua tumbuhan adalah eukariota multiseluler yang merupakan autotrof fotosintetik. Sel-sel tumbuhan memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa, dan tumbuhan menyimpan kelebihan karbohidratnya dalam bentuk pati. Dalam sistem klasifikasi, tumbuhan terdiri dari sebelas divisi di dalam Kingdom Plantae (Campbell et al., 2003). Kesebelas divisi tumbuhan tersebut tercantum dalam Tabel 2.3:

15 22 Tabel 2.3 Klasifikasi Sebelas Divisi di dalam Kingdom Plantae No. Divisi Tumbuhan Nama Umum Perkiraan Jumlah Spesies yang Masih Hidup 1 Divisi Bryophyta Lumut daun Divisi Hepatophyta Lumut hati Divisi Anthocerophyta Lumut tanduk Divisi Lycophyta Likofita Divisi Sphenophyta Ekor kuda 15 6 Divisi Pterophyta Pakis Divisi Coniferophyta Konifer Divisi Cycadophyta Sikad Divisi Ginkgophyta Ginkgo 1 10 Divisi Gnetophyta Gnetae Divisi Anthophyta Tumbuhan berbunga (Sumber: Campbell et al., 2003) Kingdom Plantae berdasarkan ada atau tidaknya jaringan vaskuler, dibagi menjadi dua macam, yaitu tumbuhan nonvaskuler dan vaskuler. Tumbuhan nonvaskuler tidak memiliki jaringan vaskuler. Tumbuhan nonvaskuler mencakup sebagian besar golongan lumut. Tumbuhan vaskuler sebagian besar tubuhnya berdiferensiasi menjadi sistem akar di bawah permukaan tanah, yang menyerap air dan mineral, dan sistem tunas batang dan daun di atas permukaaan tanah tempat fotosintesis berlangsung. Tumbuhan vaskuler memiliki dua jaringan vaskuler, yaitu xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis. Sel-sel berbentuk tabung pada pembuluh kayu membawa air dan mineral ke atas dari akar. Pembuluh tapis adalah suatu jaringan hidup dengan sel-sel pengantar makanan yang tersusun menjadi saluran yang mendistribusikan gula, asam amino, dan zatzat hara organik lainnya ke seluruh bagian tumbuhan tersebut. Golongan tumbuhan yang tergolong vaskuler adalah tumbuhan paku (vaskuler tak berbiji) dan tumbuhan berbiji (Campbell et al., 2003).

16 23 3. Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Tubuh tumbuhan lumut berupa talus seperti lembaran-lembaran daun, atau telah mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang dan daun-daunnya, tetapi padanya belum terdapat akar yang sesungguhnya, melainkan hanya rhizoidrhizoid yang berbentuk benang-benang atau kadang-kadang memang telah menyerupai akar (Tjitrosoepomo, 1994). Lumut mengalami pergiliran keturunan dalam perkembangbiakannya, gametofit haploid merupakan generasi dominan pada lumut dan Bryophyta lainnya. Sporofit umumnya lebih kecil dan hidupnya lebih pendek. Gamet pada lumut berkembang di dalam gametangia. Gametangia jantan dikenal sebagai anteridium, menghasilkan sperma berflagela. Setiap gametangium betina atau arkegonium menghasilkan satu telur (ovum). Tumbuhan lumut terbagi kedalam tiga divisi, yaitu Divisi Bryophyta, Hepatophyta, dan Anthocerophyta. Divisi Bryophyta (lumut daun), menyerupai keset berupa hamparan dan melekat pada substrat dengan sel yang memanjang atau filamen seluler yang disebut rhizoid; akan tetapi, batang, daun, dan akar (rhizoid) lumut daun tidak homolog dengan struktur yang sama pada tumbuhan vaskuler (Campbell et al., 2003). Divisi Hepatophyta (lumut hati) dinamakan demikian karena penampakannya yang datar dan seperti lobus, mirip dengan lobus hati. Divisi Anthocerophyta (lumut tanduk) memperoleh namanya dari sporofitnya yang berbentuk seperti tanduk dan tumbuh dari gametofit yang datar (Fried dan Hademenos, 2005).

17 24 4. Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Tumbuhan paku merupakan suatu tumbuhan yang anggotanya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang, dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji (Tjitrosoepomo, 1994). Oleh karena itu, tumbuhan paku disebut juga sebagai tumbuhan vaskuler tak berbiji. Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan dengan generasi sporofit diploid adalah tumbuhan yang lebih besar dan kompleks dalam pergiliran generasi tersebut (Campbell et al., 2003). Tumbuhan paku terbagi kedalam beberapa divisi, yaitu Lycophyta, Sphenophyta, dan Pterophyta. Divisi Lycophyta batang dan akarnya bercabangcabang menggarpu; daun kecil-kecil, tidak bertangkai, dan selalu bertulang satu saja. Divisi Sphenophyta umumnya berupa terna yang menyukai tempat lembab; batangnya kebanyakan bercabang-cabang berkarang dan jelas kelihatan berbukubuku dan beruas-ruas; daun-daun kecil, seperti selaput, dan tersusun berkarang. Divisi Pterophyta dikenal sebagai tumbuhan paku atau pakis yang sebenarnya; termasuk tumbuhan higrofit, karena banyak tumbuh di tempat teduh dan lembab; mempunyai daun-daun besar (makrofil), bertangkai, mempunyai banyak tulangtulang; waktu masih muda daun itu tergulung pada ujungnya, dan pada sisi bawah mempunyai banyak sporangium.

18 25 5. Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) Menurut Rustaman (Astagini, 2010) tumbuhan berbiji adalah tumbuhan yang telah memiliki akar, batang, dan daun sejati, memiliki pembuluh, dan menghasilkan biji. Tumbuhan berbiji mempunyai bunga yang kemudian menghasilkan biji setelah mengalami penyerbukan dan pembuahan. Tumbuhan berbiji terbagi menjadi dua macam berdasarkan letak bijinya, yaitu Gymnospermae dan Angiospermae. Gymnospermae (istilah tersebut berarti biji telanjang/terbuka ) tidak memiliki ruangan pembungkus (ovarium) tempat biji Angiospermae berkembang. Gymnospermae terbagi kedalam empat divisi, yaitu: 1) Divisi Cycadophyta, menyerupai palem, memiliki biji terbuka yang terdapat dalam sporofil, yaitu daun yang terspesialisasi untuk reproduksi; 2) Divisi Ginkgophyta, memiliki daun seperti kipas yang warnanya berubah keemasan dan rontok pada musim gugur; 3) Divisi Coniferophyta, sebagian besar diantaranya pohon besar, memiliki konus yang merupakan kumpulan sporofil yang menyerupai sisik, hampir semua konifer adalah evergreen (selalu hijau sepanjang tahun) (Campbell et al., 2003); dan 4) Divisi Gnetophyta, memiliki daun yang agak lebar dengan tulang daun menyirip (Syamsuri et al., 2007). Angiospermae memiliki bakal biji yang berkembang menjadi biji setelah fertilisasi dan terlindung dalam ovarium. Semua Angiospermae ditempatkan dalam sebuah divisi tunggal Anthophyta. Para ahli taksonomi membagi tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) menjadi dua kelas, yaitu Monokotil, dinamai demikian karena kotiledonnya (keping bijinya) hanya ada satu, dan Dikotil,

19 26 karena memiliki dua kotiledon (Campbell et al., 2003). Perbedaan monokotil dan dikotil dapat dilihat pada Tabel 2.4: Tabel 2.4 Perbedaan Karakter antara Kelas Monokotil dan Dikotil Karakter Monokotil Dikotil Embrio Memiliki satu keping biji Memiliki dua keping biji Susunan tulang daun Pada umumnya paralel/sejajar Pada umumnya menjari/menyirip Batang Berkas vaskuler umumnya tersusun secara kompleks dan tidak berkambium Berkas vaskuler umumnya tersusun dalam bentuk lingkaran dan memiliki kambium Akar Sistem akar serabut Sistem akar umumnya tunggang Bunga Bagian-bagian bunga umumnya kelipatan tiga Bagian-bagian bunga umumnya kelipatan empat atau lima (Sumber Campbell et al., 2003)

SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi

SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi Berkelas BAB 7 KINGDOM PLANTAE SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi CIRI-CIRI Multiseluler,

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu : Menjelaskan ciri khas tumbuhan lumut, paku dan tumbuhan

Lebih terperinci

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24 DUNIA TUMBUHAN CIRI-CIRI TUMBUHAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN A.TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH B.TUMBUHAN BERPEMBULUH B.1.TIDAK BERBIJI B.2.BERBIJI B.2.1.GYMNOSPERMAE B.2.2.ANGIOSPERMAE Plant 1. 1/24 CIRI-CIRI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian. Bagian pertama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Dalam rangka menghindari kesalahpahaman dari judul yang dikemukakan, maka diperlukan penjelasan berikut ini. 1. Perubahan konsepsi siswa yang dimaksud

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran itu sendiri adalah suatu kerangka konseptual yang. pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran itu sendiri adalah suatu kerangka konseptual yang. pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran itu sendiri adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

Lebih terperinci

KINGDOM PLANTAE/TUMBUHAN ANIMALIA/HEWAN

KINGDOM PLANTAE/TUMBUHAN ANIMALIA/HEWAN 7 KINGDOM PLANTAE/TUMBUHAN ANIMALIA/HEWAN 7 KINGDOM PLANTAE SUPER DIVISIO 1. THALOPHYTA 2. KORMOFITA FUNGI ALGAE LICHENES BERSPORA BERBIJI 7 ALGAE 1. DIVISIO : CYANOPHYTA Ganggang biru-hijau, contoh Oscilatoria

Lebih terperinci

Bab VII TUJUAN PEMBELAJARAN. Dunia Tumbuhan (Kingdom Dunia Tumbuhan Plantae) 157. Dunia Tumbuhan

Bab VII TUJUAN PEMBELAJARAN. Dunia Tumbuhan (Kingdom Dunia Tumbuhan Plantae) 157. Dunia Tumbuhan Bab VII Dunia Tumbuhan Sumber: Tetumbuhan TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, siswa dapat: 1. mengidentifikasi, membedakan, dan mengomunikasikan ciri-ciri divisi dalam kingdom Plantae; 2.

Lebih terperinci

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta)

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Defenisi Operasional Untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya defenisi operasional mengenai istilah-istilah

Lebih terperinci

PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)

PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku) PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku) Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang

Lebih terperinci

KINDOM PLANTAE. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013

KINDOM PLANTAE. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013 KINDOM PLANTAE Drs. Refli., MSc Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua 16-25 Juli 2013 Ciri-ciri Kingdom Plantae?? (10 mnt) eukariotik multiseluler sel-sel diferensiasi dan

Lebih terperinci

DUNIA TUMBUHAN. - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik

DUNIA TUMBUHAN. - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik DUNIA TUMBUHAN Ciri-ciri tumbuhan : - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik - Beradaptasi terhadap lingkungan darat - Mempunyai pergiliran keturunan : - Generasi saprofit

Lebih terperinci

BAB VIII DUNIA TUMBUHAN

BAB VIII DUNIA TUMBUHAN BAB VIII DUNIA TUMBUHAN PENDAHULUAN CIRI-CIRI TUMBUHAN = 1. Memiliki akar, batang, dan daun. 2. Eukariotik, Multiseluler. 3. Dinding sel Selulosa (keras dan kaku) 4. Autotrof Fotosintesis (kloroplas) 5.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Eksperimen Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen

Lebih terperinci

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi Analisis Materi Pembelajaran (AMP). RPP MATERI INDIKATOR Untuk mempermudah dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, manusia melakukan pengelompokkan makhluk hidup. Pengelompokan makhluk hidup itu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 3 MALANG

PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 3 MALANG PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 3 MALANG Jl. Sultan Agung Utara No.7 Telp (0341)324768, Fax (0341)341530 Website : www.sman3malang.sch.id E - mail : snbi@sman3malang.sch.id Lampiran

Lebih terperinci

Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga.

Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga. Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga. Pada proses pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel-sel

Lebih terperinci

SET 19 TUMBUHAN BERSPORA (CRYPTOGAMIE)

SET 19 TUMBUHAN BERSPORA (CRYPTOGAMIE) 19 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 19 TUMBUHAN BERSPORA (CRYPTOGAMIE) A. DIVISIO BRYOPHYTA (LUMUT) a. Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut Bryophyta adalah tumbuhan tidak berpembuluh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi v DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

Lumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati

Lumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati Lumut/Bryophyta 1. Ciri-ciri dan sifat lumut Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan yang hidup di air. Padahal

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH IPA KLASIFIKASI MAHLUK HIDUP. Disusun oleh: DYAH AYU WORO SCHINDY WIJAYANTI SMP NEGERI 1 SLAWI

TUGAS MAKALAH IPA KLASIFIKASI MAHLUK HIDUP. Disusun oleh: DYAH AYU WORO SCHINDY WIJAYANTI SMP NEGERI 1 SLAWI TUGAS MAKALAH IPA KLASIFIKASI MAHLUK HIDUP Disusun oleh: DYAH AYU WORO SCHINDY WIJAYANTI SMP NEGERI 1 SLAWI TAHUN 2015/2016 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. alhamdulillahirabbilalamin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka dalam penilaian belajar biologi pun terdapat penilaian produk atau hasil belajar dan proses belajar.

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE DISUSUN OLEH: PREKDI S. BERUTU NIM: 160301034 Mata Kuliah : Teknologi Benih Dosen Pengampu : Risky Ridha, SP., MP PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TUMBUHAN BAYU ARISSAPUTRA XII IPA 3

TUMBUHAN BAYU ARISSAPUTRA XII IPA 3 TUMBUHAN BAYU ARISSAPUTRA XII IPA 3 Pendahuluan Istilah tumbuh-tumbuhan digunakan karena tumbuhnya liar dan bersifat alami, sedangkan tanaman untuk jenis yang dibudidayakan. Dari dua istilah tersebut,

Lebih terperinci

Lecture 2 Tatap Muka 3 (diambil dari Campbell et al., 2009)

Lecture 2 Tatap Muka 3 (diambil dari Campbell et al., 2009) 15/19 Maret 2010 Lecture 2 Tatap Muka 3 (diambil dari Campbell et al., 2009) Biological Diversity II A. Plantae B. Animalia Kompetensi: 1. Mahasiswa mampu menerangkan diversitas tumbuhan 2. Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

TES (ASPEK KOGNITIF)

TES (ASPEK KOGNITIF) TES (ASPEK KOGNITIF) 1. Berdasarkan pernyataan di bawah ini manakah yang bukan merupakan karakteristik pada semua tumbuhan berbunga? a. fertilisasi ganda b. adanya scutellum c. embrio tumbuhan dilindungi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP N 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP N 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP N 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem

Lebih terperinci

Skripsi. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Skripsi. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi EFEKTIVITAS MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN MODUL BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup? Apa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan? Apakah metamorfosisi itu? Apakah

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.3 1. Berikut ini organ penyusun sistem transportasi adalah... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.3 Kunci Jawaban : A Organ penyusun sistem transportasi atau peredaran darah

Lebih terperinci

LEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN. KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup

LEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN. KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup LEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN Anggota kelompok : KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup Kerjakanlah berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

Copyright Provide Free Tests and High Quality

Copyright Provide Free Tests and High Quality BAB - 1 KLASFKAS MAHLUK HDUP KNGDM Virus Monera Protista Mycota/fungi Plantae/ tumbuhan Animalia/hewan KETEANGAN Virus dapat digolongkan kep makhluk hidup karena mampu berproliferasi/berkembangbiak p sel/jaringan

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN ANTARA PROJECT BASED LEARNING, PENGUASAAN KONSEP DAN MOTIVASI SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

BAB II MODEL PEMBELAJARAN ANTARA PROJECT BASED LEARNING, PENGUASAAN KONSEP DAN MOTIVASI SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP BAB II MODEL PEMBELAJARAN ANTARA PROJECT BASED LEARNING, PENGUASAAN KONSEP DAN MOTIVASI SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP A. Pembelajaran Project Based Learning 1. Project Based Learning (PjBL)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. deskriptif diperoleh hasil penelitian yaitu rata-rata reliabilitasnya 97,5%, 41,6 dan U2 yaitu 85 (terjadi peningkatan sebesar 43,4).

BAB V PENUTUP. deskriptif diperoleh hasil penelitian yaitu rata-rata reliabilitasnya 97,5%, 41,6 dan U2 yaitu 85 (terjadi peningkatan sebesar 43,4). BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw pada materi Kingdom Plantae dapat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas X SMU Swasta

Lebih terperinci

LEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN. KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup

LEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN. KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup LEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN Anggota kelompok : KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup Kerjakanlah berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Penilaian Proses dan Hasil Belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar Oleh: Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd. FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001) Taksonomi Bloom C1 (Pengetahuan)

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN. Jenis sekolah. Kurikulum : 2013

3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN. Jenis sekolah. Kurikulum : 2013 3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN Jenis sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester : SMA : Biologi : XI / 2 (dua) Kurikulum : 2013 Kompetensi Dasar : 3.3 Menerapkan konsep tentang keterkaitan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLATIHAN SOAL. Pernyataan yang merupakan ciri dari pertumbuhan ditunjukkan oleh nomor...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLATIHAN SOAL. Pernyataan yang merupakan ciri dari pertumbuhan ditunjukkan oleh nomor... 1. Perhatikan pernyataan di bawah ini 1). Bersifatreversible 2). Bersifat irreversible 3). Menuju ke arah dewasa 4). Jumlah dan ukuran sel semakinmeningkat 5). Perubahan dari kecil jadi besar SMP kelas

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.6. Gamet haploid. Gamet diploid. Spora. Hifa

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.6. Gamet haploid. Gamet diploid. Spora. Hifa SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.6 1. Pada metagenesis terjadi pergiliran keturunan antara fase gametofit dan fase sporofit. Fase sporofit adalah fase yang menghasilkan...

Lebih terperinci

10/21/2013. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

10/21/2013. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2013/2014 Pokok Bahasan : Keanekaragaman Tumbuhan

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Klasifikasi Makhluk Hidup dan Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

Ciri-ciri Spermatohyta

Ciri-ciri Spermatohyta Ciri-ciri Spermatohyta Memiliki biji Memiliki jaringan pengangkut (xylem dan Floem) Dibedakan atas Gymnospermae (berbiji terbuka), dan Angiospermae (Berbiji tertutup) Gymnospermae (berbiji terbuka) berbiji

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang

Lebih terperinci

10/8/2014. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung

10/8/2014. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Keanekaragaman Tumbuhan

Lebih terperinci

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5 ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN Pertemuan Ke-5 Bunga Buah Biji Daun Akar Batang AKAR Mengokohkan tegaknya tumbuhan Menyerap air dan garam mineral serta mengalirkannya ke batang dan daun Menyimpan

Lebih terperinci

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pengertian pertumbuhan adalah Proses pertambahan volume dan jumlah sel sehingga ukuran tubuh makhluk hidup tersebut bertambah besar. Pertumbuhan bersifat irreversible

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. BAGIAN TUBUH TUMBUHAN/HEWAN DAN FUNGSINYA SERTA DAUR HIDUP HEWAN Latihan soal 11.1

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. BAGIAN TUBUH TUMBUHAN/HEWAN DAN FUNGSINYA SERTA DAUR HIDUP HEWAN Latihan soal 11.1 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. BAGIAN TUBUH TUMBUHAN/HEWAN DAN FUNGSINYA SERTA DAUR HIDUP HEWAN Latihan soal 11.1 1. Berikut ini merupakan beberapa fungsi daun pada tumbuhan, kecuali Tempat

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Topik Sub Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : Kelas VII / Semester I : Klasifikasi Makhluk Hidup : Tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP N 1 Berbah Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / I Alokasi Waktu : 80 menit (1 x pertemuan) A. Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup A. Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan Pertumbuhan dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot. Satu sel zigot akan tumbuh dan berkembang hingga terbentuk

Lebih terperinci

TUMBUHAN PINUS. Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut :

TUMBUHAN PINUS. Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut : TUMBUHAN PINUS Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut : -Kerajaan : Plantae - Divisi : Spermatophyta - Anak Divisi : Gymnospermae - Kelas : Coniferae atau Coniferinae -

Lebih terperinci

DUNIA TUMBUHAN TUMBUHAN. mencakup. Tumbuhan tak berpembuluh (Atracheophyta) Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)

DUNIA TUMBUHAN TUMBUHAN. mencakup. Tumbuhan tak berpembuluh (Atracheophyta) Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) DUNIA TUMBUHAN A. Pendahuluan Sejauh mata memandang yang terlihat adalah hamparan hijau. Itulah pemandangan di daratan yang dipenuhi oleh berbagai macam tumbuhan. Berbagai tumbuhan sering kamu jumpai di

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. B. Kompetensi Dasar KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. B. Kompetensi Dasar KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Topik Subtopik Alokasi waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : VII/1 : Klasifikasi makhluk hidup : Klasifikasi tumbuhan

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Perkembangbiakan pada Tumbuhan

Pertumbuhan dan Perkembangbiakan pada Tumbuhan Pertumbuhan dan Perkembangbiakan pada Tumbuhan Pada kegiatan belajar ini, Anda akan mempelajari pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

Analisis Artikel Tumbuhan Lumut

Analisis Artikel Tumbuhan Lumut Analisis Artikel Tumbuhan Lumut Pendahuluan Lumut merupakan tumbuhan kecil, lembut. Mereka tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun yang sederhananya menutupi batang liat yang tipis. Tumbuhan lumut

Lebih terperinci

Bab 7: Kingdom Plantae Dunia Tumbuhan 1

Bab 7: Kingdom Plantae Dunia Tumbuhan 1 Bab 7: Kingdom Plantae Dunia Tumbuhan 1 Pendahuluan... 2 Bryophyta... 2 Pteridophyta... 9 Spermatophyta... 14 Kegiatan... 25 Latihan Soal Kingdom Plantae... 26 Lampiran... 34 Daftar Pustaka... 36 Bab 7:

Lebih terperinci

KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI

KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI Daftar Isi.. 1 Kata Pengantar.. 2 Standar Kompetensi. 3 Indikator Pembelajaran... 4 Tujuan Pembelajaran. 4 Bagian-bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa

II. TINJAUAN PUSTAKA. pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pencocokan Kartu Indeks Salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa

Lebih terperinci

Mengenal Dunia Tumbuhan (Plantae)

Mengenal Dunia Tumbuhan (Plantae) Bab7 Mengenal Dunia Tumbuhan (Plantae) Coba kalian lihat indahnya bunga yang mekar, mencium aroma basah di pagi hari saat embun menempel pada dedaunan. Tumbuhan memberi warna pada dunia. Tumbuhan beraneka

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.1 1. SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.1 Perhatikan gambar jaringan tumbuhan berikut http://primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/zzzzzzzzzzzzzzzzzzzz.png

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.Si. Dr. Ning Setiati, M.Si. KEMENTERIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Representasi Matematika Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) mengatakan bahwa secara naluriah manusia menyampaikan, menerima,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) SDN 2 Gunungputri yang di dalamnya terdapat program pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, guru di tuntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Siswa masuk ke dalam kelas tidak seperti papan tulis kosong, namun dengan sebuah pengetahuan awal yang tidak semuanya benar (Wenning, 2005). Pengetahuan awal atau konsepsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2011 di SMA Persada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2011 di SMA Persada 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2011 di SMA Persada Bandar Lampung. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Tumbuhan tidak berpembuluh (Atracheophyta) Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)

Tumbuhan tidak berpembuluh (Atracheophyta) Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) =====================================Plantae=================================== A. Ciri Umum Kingdom Plantae 1. Eukariotik 2. Multiseluler 3. Memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa 4. Autotrof

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PENYELESAIAN PROYEK AKHIR BAGI MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA 3 JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNY

PROBLEMATIKA PENYELESAIAN PROYEK AKHIR BAGI MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA 3 JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNY PROBLEMATIKA PENYELESAIAN PROYEK AKHIR BAGI MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA 3 JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNY Tawardjono Us., Sudiyanto, dan Kir Haryono (Dosen Jurdiknik Otomotif FT UNY) ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

Pembahasan Soal-soal

Pembahasan Soal-soal Pembahasan Soal-soal 1. Contoh tumbuhan paku yang termasuk jenis tumbuhan paku heterospora adalah... a. Platycerium sp. b. Lycopodium sp. c. Marsilea sp. d. Asplenium nidus e. Equisetum sp. Pembahasan

Lebih terperinci

Pertemuan IX: DUNIA TUMBUHAN. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Pertemuan IX: DUNIA TUMBUHAN. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan IX: DUNIA TUMBUHAN Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 DUNIA TUMBUHAN Pokok Bahasan: Asal-usul dan karakter tumbuhan Keanekaragaman tumbuhan Siklus hidup dan pergiliran generasi Tumbuhan

Lebih terperinci

F. MATERI PEMBELAJARAN 1. Organ-organ tumbuhan 2. Proses pengangkutan pada tumbuhan

F. MATERI PEMBELAJARAN 1. Organ-organ tumbuhan 2. Proses pengangkutan pada tumbuhan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nomor : 03 Sekolah : SMP N 1 KOTA MUNGKID Mata Pelajaran : IPA/ Biologi Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Materi : Struktur Dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Alokasi Waktu : 5 Jam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesulitan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Bagian-bagian Tumbuhan SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Mars Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Bagian-bagian Tumbuhan Tumbuh-tumbuhan banyak ditemui di lingkungan sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasna Nuraeni, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasna Nuraeni, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains berperan penting dalam upaya pembangunan Indonesia seutuhnya melalui pencapaian tujuan proses pembelajarannya. Namun kondisi pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh : PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP PADA SISWA KELAS VII SMP N 4 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling

BAB II KAJIAN PUSTAKA. divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tumbuhan Paku (Pteridophyta ) Dunia tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU BOTANI ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE. Oleh : Gabryna Auliya Nugroho

TUGAS INDIVIDU BOTANI ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE. Oleh : Gabryna Auliya Nugroho TUGAS INDIVIDU BOTANI ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE Oleh : Gabryna Auliya Nugroho 105040201111165 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2010 Tumbuhan biji (Spermatophyta) Dibagi

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh: MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KONSEP KLASIFIKASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI KELAS VII B MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN STRATEGI STAD DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN UPT PENDIDIKAN KECAMATAN GEBOG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KUDUS 2012 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam merespon soal tes diagnosis serta latar belakang siswa yang mempengaruhi kemampuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat penting. Dikatakan demikian karena penilaian dalam pembelajaran memilki fungsi yang strategis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN JARINGAN MERISTEM STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN Adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu terus-menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. CIRI-CIRI : 1.Dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan II. KAJIAN TEORI A. Pendekatan Matematika Realistik Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dimulai sekitar tahun 1970-an. Yayasan yang diprakarsai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tumbuhan Paku Tumbuhan paku dalam dunia tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisio Pteridophyta (pteris : bulu burung, phyta : tumbuhan ) yang diterjemahkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun oleh: YUSUF SANGAJI 13108241022 PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 RENCANA

Lebih terperinci

BAB II. POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE ini sering juga

BAB II. POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE ini sering juga BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONSEP DIFUSI DAN OSMOSIS A. Strategi POE (Predict, Observe, Explain)

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Biologi Disusun

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 1. Urutan takson yang paling tepat untuk hewan adalah... Divisi-kelas-ordo-famili-genus-spesies Divisi-famili-kelas-genus-spesies

Lebih terperinci