BAB II MODEL PEMBELAJARAN ANTARA PROJECT BASED LEARNING, PENGUASAAN KONSEP DAN MOTIVASI SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
|
|
- Susanto Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II MODEL PEMBELAJARAN ANTARA PROJECT BASED LEARNING, PENGUASAAN KONSEP DAN MOTIVASI SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP A. Pembelajaran Project Based Learning 1. Project Based Learning (PjBL) Project Based Learning (PjBL) merupakan salah satu model pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam berkreatifitas secara nyata. Kemudian masalah tersebut dipecahkan secara berkelompok. Dalam pembelajaran ini siswa mampu menemukan penyelesaian dari tugas atau pertanyaan yang diberikan dan menyelesaikan sebuah produk. Sebuah proyek bermakna jika memenuhi dua kriteria. Pertama, siswa harus merasa bahwa pekerjaan tersebut penting bagi dirinya, sehingga siswa ingin yang terbaik dalam mengerjakannya. Kedua, sebuah proyek yang bermakna diajukan untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Desain dan implementasi yang baik dalam PjBL penting bagi kedua kriteria tersebut (Larmer & Mergendoller: 2010). Berikut adalah pengertian project based learning menurut beberapa ahli pendidikan: a. Project based learning adalah model pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan 8
2 keahlian yang kompleks, pertanyaan authentic dan perancangan produk dan tugas (University of Nottingham dalam Nurohman; 2007). b. Project based learning adalah pendekatan komperhensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata (Blumenfeld et al., dalam Nurohman, 2007). c. Project based learning adalah cara yang konstruktivis dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus pada aktivitas pelajar (Bood & Felleti dalam Nurohman; 2007). Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, maka pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung seperti membuat karya. Proyek tersebut memiliki tujuan dan ketentuan khusus, menghasilkan sebuah produk yang hasilnya kemudian dapat dipresentasikan. 2. Pelaksanaan Project Based Learning (PjBL) dalam pembelajaran Model PjBL dalam pelaksanaannya terbagi menjadi beberapa tahapan. The George Lucas Educational Foundation mengembangkan langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning (Nurohman; 2007), terdiri dari : 9
3 a. Start With the Essential Question (memulai dengan pertanyaan mendasar) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik. b. Design a Plan for the Project (merencanakan desain proyek) Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. c. Create a Schedule (membuat jadwal) Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik apabila mereka membuat rencana yang tidak sesuai dengan proyek, 10
4 dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. d. Monitor the Students and the Progress of the Project (mengawasi siswa dan kemajuan proyek) Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. e. Assess the Outcome (penilaian terhadap hasil) Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. f. Evaluate the Experience (mengevaluasi pengalaman) Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam 11
5 rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Secara garis besar, langkah-langkah di dalam melakukan pembelajaran berbasis proyek berdasarkan uraian Buck Institute of Education (2007) dalam Made (2009:145), yaitu: a. Memberikan informasi proyek yang akan dikerjakan b. Menentukan lokasi pengerjaan proyek, waktu dan lamanya kegiatan c. Memberikan gambaran langkah-langkah pengerjaan proyek d. Menugaskan kelompok untuk memulai kegiatan e. Menugaskan masing-masing kelompok untuk menyajikan produk dan menampilkannya didepan kelas f. Menarik kesimpulan Pada model Project Based Learning, pengajar berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penuntun. Sedangkan pada kelas konvensional pengajar dianggap sebagai seseorang yang paling menguasai materi dan karenanya semua informasi diberikan secara langsung kepada peserta didik. Pada kelas Project Based Learning, peserta didik dibiasakan bekerja secara kolaboratif, penilaian dilakukan secara autentik, dan sumber belajar bisa sangat berkembang. Hal ini berbeda dengan kelas konvensional yang terbiasa dengan situasi 12
6 kelas individual, penilaian lebih dominan pada aspek hasil daripada proses, dan sumber belajar cenderung tetap (Nurohman; 2007). B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan untuk mencapai tujuan (Hamalik; 2003). Ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahanperubahan tertentu didalam sistem neuropisiologis dalam diri manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui. b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar. c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke 13
7 arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan. 2. Motivasi dalam pembelajaran Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan. Sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Menurut Maslow, tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan-kebutuhan ini (yang memotivasi tingkah laku seseorang) dibagi oleh Maslow ke dalam 7 kategori (Slameto; 2003), yaitu: Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow Sumber: 14
8 Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Slameto (2003) berpendapat bahwa guru akan dapat melihat perbedaan motif yang mendasari tingkah laku masingmasing siswanya yang wujudnya bisa sama bila teori Maslow tersebut diterapkan dalam suasana pengajaran. Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa, Sukadi (2006) mengajukan 5 fungsi pengajar: 1) Menciptakan persaingan (Kompetisi) Persaingan di dalam kelas, antara lain dapat diciptakan dengan cara memberikan hadiah (reward) kepada siswa yang memiliki prestasi unggul. Persaingan yang sehat pada siswa juga dapat diciptakan dengan mengadakan lomba-lomba tertentu dalam waktu yang relatif singkat. 2) Menciptakan tujuan antara atau target (Pace Making) Pada umumnya, manusia akan terdorong motivasinya apabila ditantang untuk mencapai tujuan atau target tertentu (tujuan antara). Berkenaan dengan hal ini, guru hendaknya mampu membuat targettarget atau tujuan-tujuan tertentu yang harus dicapai oleh siswa. 3) Memberi kesempatan untuk berhasil Keberhasilan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan, dan membangkitkan rasa percaya diri. Adapun kegagalan akan membawa akibat yang sebaliknya. Oleh sebab itu, guru efektif akan 15
9 memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mencapai keberhasilan. 4) Mengadakan penilaian Siswa cenderung terpacu motivasi belajarnya apabila ia tahu bahwa tes akan dilakukan. Pembelajaran tanpa diikuti dengan pemberian tes kurang dapat memacu motivasi siswa untuk belajar. 5) Menghargai siswa Manusia cenderung termotivasi untuk melakukan sesuatu apabila dihargai, dihormati, dan diakui. Demikian pula siswa dalam kelas. Apabila guru mampu menghargai siswa sebagai sosok manusia yang memiliki segudang potensi dan kelebihan, maka ia akan termotivasi untuk belajar. Pengajaran yang diberikan berhasil dengan baik adalah menjadi tanggungjawab guru. Karena keberhasilan ini juga banyak bergantung pada usaha guru untuk membangkitkan motivasi belajar murid. 3. Jenis-jenis Motivasi Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis (Hamalik: 2003), yaitu: a. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercangkup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri siswa sendiri. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang 16
10 fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan. b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam kegiatan belajar mengajarperanan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar C. Penguasaan Konsep Penguasaan konsep dalam kegiatan pembelajaran dapat diketahui melalui hasil belajar yang diperoleh siswa. Syamsudin (1995) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dimanifestasikan dalam wujud: a. Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip atau hukum dan sebagainya. b. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotor. c. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian. Hasil belajar juga diartikan sebagai perubahan sungguh-sungguh dalam perilaku dan pribadi seseorang yanng dapat bersifat permanen. 17
11 Benyamin Bloom et al., mengklasifikasikan hasil belajar kedalam tiga domain (ranah). Bloom membagi masing-masing ranah ke dalam 6 jenjang kategori (Aderson, 2001) yang dikenal dengan istilah Bloom s Taxonomy revisi (Taksonomi Bloom), salah satunya yaitu ranah kognitif. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam level (Sudjana, 2002): a. Mengingat (C1), kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari. Tipe hasil belajar ini termasuk tingkatan yang paling rendah, namun tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan. b. Memahami (C2), kemampuan memahami tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Syambasari Munaf (2002) mengemukakan bahwa pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengemukakan tentang sesuatu hal dan dapat dapat melihat dari berbagai segi. Pada tingkatan ini, selain hafalan siswa juga harus menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu, serta 18
12 mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu membedakan, menjelaskan, menentukan. c. Mengaplikasikan (C3), kemampuan menggunaka prinsip, teori hukum, aturan metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi nyata. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari pemahaman. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menghitung, menunjukkan, dan mengklasifikasikan. d. Menganalisis (C4), kemampuan untuk memilah materi atau konsep kedalam bagian-bagian sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan analisis diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atai lebih terurai dan memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisis, membandingkan, mengklasifikasikan. e. Evaluasi (C5), kemampuan memeriksa, mengritik dan mempertimbangkan suatu pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang telah diterapkan. f. Mencipta (C6), kemampuan merumuskan, merencanakan, dan memproduksi suatu hal baru berdasarkan konsep maupun prinsip yang telah dipelajari. 19
13 D. Keanekaragaman Tumbuhan Tumbuhan dapat diklasifikasikan menjadi tumbuhan berspora dan tumbuhan berbiji. Tumbuhan berspora terdiri dari Bryophyta (tumbuhan berspora non vaskuler) dan Pterydophyta (tumbuhan berspora vaskuler), sedangkan tumbuhan berbiji dikelompokkan menjadi Gymnospermae (tumbuhan vaskuler berbiji terbuka), dan Angiospermae (tumbuhan vaskuler berbiji tertutup) (Campbell et al., 2003). 1. Bryophyta (Tumbuhan Lumut) Tumbuhan nonvaskuler lumut daun, lumut hati dan lumut tanduk dikelompokkan bersama dalam satu divisi tunggal bryophyta. Bryophyta tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin, yang diperlukan untuk menyokong tumbuhan tinggi di daratan. Meskipun bryophyta dapat merentang secara horisontal sebagai hamparan lumut di atas permukaan yang luas, bryophyta selalu memiliki profil yang rendah. Sebagian besar tingginya hanya 1 2 cm, dan bahkan yang paling besarpun umumnya memiliki tinggi kurang dari 20 cm (Campbell et al., 2003). Profil lumut dihamparan yang luas dapat dilihat pada Gambar 2.2: 20
14 Gambar 2.2 Profil Tumbuhan Lumut di Hutan Sumber: a. Lumut daun (Moss) Hamparan lumut daun sesungguhnya terdiri dari banyak tumbuhan dalam kelompok yang padat, yang saling menyokong satu sama lain. Hamparan tersebut memiliki sifat seperti karet busa, yang memungkinkan untuk menyerap dan menahar air. Masing-masing tumbuhan yang ada dalam hamparan tersebut melekat pada substrat dengan sel yang memanjang atau filamen seluler yang disebut rhizoid. Sebagian besar fotosintesis terjadi pada bagian atas tumbuhannya, yang memiliki banyak tambahan seperti batang dan seperti daun. Akan tetapi, batang, daun dan akar (rhizoid) lumut daun tidak homolog dengan struktur yang sama pada tumbuhan vaskuler. 21
15 Gambar 2.3 Lumut Daun Sumber: b. Lumut hati (Liverworth) Lumut hati merupakan tumbuhan yang kurang mencolok mata dibandingkan dengan lumut daun. Tubuh lumut hati dibagi menjadi beberapa lobus, yang bentuknya pasti mengingatkan seseorang akan lobus hati pada hewan (wort artinya herba ). Hutan tropis merupakan rumah bagi jenis lumut hati dengan keanekaragaman yang paling besar. Contoh anggota dati Hepaticeae adalah Marchantia sp. Gambar 2.4 Lumut Hati Sumber: 22
16 c. Lumut tanduk (Hornworth) Lumut tanduk mirip dengan lumut hati, tetapi dibedakan melalui sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari hamparan gametofit yang menyerupai keset. Gambar 2.5 Lumut Tanduk Sumber: 2. Pteridophyta (Tumbuhan Paku) Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormus berspora yang disebut Pteridophyta. Umumnya tumbuhan paku memiliki susunan daun yang membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu. Daun mudanya membentuk gulungan (Yudianto, 1992). Spora pada tumbuhan paku berbeda-beda, baik bentuk, ukuran maupun sifatnya. Atas dasar ini, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan paku homospora, heterospora dan tumbuhan paku peralihan yang memiliki sifat antara keduanya. Pada paku heterospora akan dihasilkan jenis spora yang disebut makrospora (megaspora) dan 23
17 mikrospora yang beda sifatnya. Sedangkan pada tumbuhan paku homospora hanya dihasilkan satu jenis spora dalam sporangiumnya (Yudianto, 1992). Tumbuhan paku dibagi menjadi empat kelas (Yudianto, 1992): a. Psilotinae Paku primitif meliputi jenis-jenis tumbuhan tumbuhan paku yang sebagian besar anggotanya sudah punah. Kelas tumbuhan ini ada yang belum memiliki daun, ada juga yang memiliki daun tetapi kecikecil. Beberapa paku primitif belum memiliki akar. Contoh paku primitif adalah Psilotum. Gambar 2.6 Psilotum Sumber: b. Lycopodiinae Paku kawat memiliki daun serupa rambut atau sisik dan batangnya seperti kawat, kecil-kecil, tidak bertangkai dan bertulang daun satu. Sporangium tersusun dalam strobilus. Contoh paku kawat adalah Lycopodium. 24
18 Gambar 2.7 Lycopodium Sumber: c. Equisetiinae Paku ekor kuda memiliki batang yang bercabang-cabang dan beruas-ruas. Daunnya kecil serupa selaput halus, serupa rambut atau sisik. Sporangium tersusun dalam strobilus, membentuk seperti ekor kuda.. Contoh paku ekor kuda adalah Equisetum. Gambar 2.8 Equisetum Sumber: 25
19 d. Filicinae Paku sejati dikenal sebagai tu,buhan paku yang sebenarnya. Memiliki daun berukuran besar, banyak tulang daun, daun muda menggulung. Paku sejati ada yang tumbuh di darat membentuk sporangium dalam sorus, contohnya suplir. Sedangkan yang tumbuh di air membentuk sporangium dalam sporokarpium, contohnya semanggi. Gambar 2.9 Semanggi Sumber: false-false-false-en-us-x-none.html 3. Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka) Gymnospermae dikelompokkan dalam empat divisi, tiga diantaranya adalah divisi yang relatif kecil: Cycadophyta, Ginkophyta, Coniferophyta, dan Gnetophyta. Contoh genus dari divisi Cycadophyta adalah Cycas, tubuhnya menyerupai tanaman palem. Ginko merupakan satu-satunya jenis yang masih hidup dari divisi Ginkophyta. Tumbuhan ini memiliki daun seperti kipas yang warnanya berubah keemasan dan rontok pada musim gugur. Conifer yang hidup pada saat ini mempunyai 26
20 daun yang tahan terhadap kekeringan, contohnya adalah Pinus. Salah satu genus dari Gnetophyta adalah Gnetum, tumbuh di daerah tropis meliputi tumbuhan yang berupa pohon. Ciri utama dari kelompok ini adalah bijinya tidak diselubungi oleh daun buah (karpel) sehingga dikatakan sebagai berbiji telanjang (Sudarsono et al., 2003). Gambar 2.10 Pinus Sumber: 4. Angiospermae (Tumbuhan Berbiji Tertutup) Angiospermae merupakan divisi terbesar dari organisme fotosintetik, mempunyai ukuran tubuh yang sangat bervariasi. Angiospermae dikelompokkan lagi menjadi dua kelas yaitu Monocotyledonae dan Dicotyledonae. Contoh famili dari monokotil adalah Palmae, Graminaceae, Pandanaceae, Musaceae, dan Orchidaceae. Diantara banyak famili dikotil adalah Rosaceae, Leguminoseae, Casuarinaceae, Myrtaceae, dan Asteraceae (Sudarsono et al., 2003). 27
21 Beberapa perbedaan utama antara tumbuhan monokoti dan dikotil dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Monokotil dan Dikotil Karakteristik Dikotiledon Monokotiledon Bagian-bagian bunga Kelipatan empat atau Kelipatan tiga lima Kotiledon 2 1 Pertulangan daun Seperti jala paralel Xilem, floem Tersusun melingkar Tersebar Berikut adalah gambar foto perwakilan dari monokotil dan dikotil: Gambar 2.11 Jagung Sumber: Gambar 2.12 Mangga Sumber: 28
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) Pembelajaran berbasis proyek merupakan pengorganisasian proses belajar yang dikaitkan dengan suatu objek konkret yang dapat
Lebih terperinciKINGDOM PLANTAE/TUMBUHAN ANIMALIA/HEWAN
7 KINGDOM PLANTAE/TUMBUHAN ANIMALIA/HEWAN 7 KINGDOM PLANTAE SUPER DIVISIO 1. THALOPHYTA 2. KORMOFITA FUNGI ALGAE LICHENES BERSPORA BERBIJI 7 ALGAE 1. DIVISIO : CYANOPHYTA Ganggang biru-hijau, contoh Oscilatoria
Lebih terperinciSK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi
Berkelas BAB 7 KINGDOM PLANTAE SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi CIRI-CIRI Multiseluler,
Lebih terperinciTES (ASPEK KOGNITIF)
TES (ASPEK KOGNITIF) 1. Berdasarkan pernyataan di bawah ini manakah yang bukan merupakan karakteristik pada semua tumbuhan berbunga? a. fertilisasi ganda b. adanya scutellum c. embrio tumbuhan dilindungi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran
Lebih terperinciDUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24
DUNIA TUMBUHAN CIRI-CIRI TUMBUHAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN A.TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH B.TUMBUHAN BERPEMBULUH B.1.TIDAK BERBIJI B.2.BERBIJI B.2.1.GYMNOSPERMAE B.2.2.ANGIOSPERMAE Plant 1. 1/24 CIRI-CIRI
Lebih terperinciBAB VIII DUNIA TUMBUHAN
BAB VIII DUNIA TUMBUHAN PENDAHULUAN CIRI-CIRI TUMBUHAN = 1. Memiliki akar, batang, dan daun. 2. Eukariotik, Multiseluler. 3. Dinding sel Selulosa (keras dan kaku) 4. Autotrof Fotosintesis (kloroplas) 5.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI ELITIAN. model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), kreativitas dan penguasaan
67 BAB III METODOLOGI ELITIAN A. Definisi Operasional Dalam penelitian yang dilaksanakan terdapat tiga variabel penelitian, yaitu model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), kreativitas dan penguasaan
Lebih terperinciSET 19 TUMBUHAN BERSPORA (CRYPTOGAMIE)
19 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 19 TUMBUHAN BERSPORA (CRYPTOGAMIE) A. DIVISIO BRYOPHYTA (LUMUT) a. Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut Bryophyta adalah tumbuhan tidak berpembuluh
Lebih terperinciPaku/Pteridophyta 1. Struktur tubuh dan habitat tumbuhan paku Tracheophyta berspora
Paku/Pteridophyta Tumbuhan paku adalah tumbuhan darat tertua yang ada sejak zaman Devon dan Karbon. Artinya telah hidup sejak 300 350 juta tahun yang lalu. Fosil paku merupakan sumber batu bara di bumi.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Dalam rangka menghindari kesalahpahaman dari judul yang dikemukakan, maka diperlukan penjelasan berikut ini. 1. Perubahan konsepsi siswa yang dimaksud
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PENGUASAAN KONSEP PESERTA DIDIK PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Rena Surya Rohana Universitas Pendidikan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si.
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN (Klasifikasi) By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu : Menjelaskan ciri khas tumbuhan lumut, paku dan tumbuhan
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. B. Kompetensi Dasar KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Topik Subtopik Alokasi waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : VII/1 : Klasifikasi makhluk hidup : Klasifikasi tumbuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian melalui model Project Based Learning (PBL). Penerapan model
Lebih terperinciDUNIA TUMBUHAN TUMBUHAN. mencakup. Tumbuhan tak berpembuluh (Atracheophyta) Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)
DUNIA TUMBUHAN A. Pendahuluan Sejauh mata memandang yang terlihat adalah hamparan hijau. Itulah pemandangan di daratan yang dipenuhi oleh berbagai macam tumbuhan. Berbagai tumbuhan sering kamu jumpai di
Lebih terperinci2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
Lebih terperinciKINDOM PLANTAE. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013
KINDOM PLANTAE Drs. Refli., MSc Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua 16-25 Juli 2013 Ciri-ciri Kingdom Plantae?? (10 mnt) eukariotik multiseluler sel-sel diferensiasi dan
Lebih terperinciB. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Topik Sub Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : Kelas VII / Semester I : Klasifikasi Makhluk Hidup : Tumbuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Lebih terperinciJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA MAN 3 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Rina Rozali 1, Mukhni 2, Puspa Amelia 1, 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi
Lebih terperinciBAB II ASESMEN KESULITAN BELAJAR SISWA UNTUK MENILAI KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI KONSEP KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
BAB II ASESMEN KESULITAN BELAJAR SISWA UNTUK MENILAI KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI KONSEP KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN A. Konsep dan Penguasaan Konsep Pengertian konsep menurut Rosser (dalam Dahar,
Lebih terperinciApl Vegetasi pada Lansekap dan Desain Ruang Luar By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST.MT. Klasifikasi Tanaman
Apl Vegetasi pada Lansekap dan Desain Ruang Luar By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST.MT Klasifikasi Tanaman Klasifikasi Tanaman Karakter tumbuhan lumut Dinding sel tersusun atas selulosa. Daun lumut tersusun
Lebih terperinciARTIKEL OLEH I KADEK SUTARYANA NIM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DALAM PELAJARAN MEMPRODUKSI TEKS EKSPOSISI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL OLEH I KADEK
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
Lebih terperinciCopyright Provide Free Tests and High Quality
BAB - 1 KLASFKAS MAHLUK HDUP KNGDM Virus Monera Protista Mycota/fungi Plantae/ tumbuhan Animalia/hewan KETEANGAN Virus dapat digolongkan kep makhluk hidup karena mampu berproliferasi/berkembangbiak p sel/jaringan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu
Lebih terperinciTUMBUHAN BAYU ARISSAPUTRA XII IPA 3
TUMBUHAN BAYU ARISSAPUTRA XII IPA 3 Pendahuluan Istilah tumbuh-tumbuhan digunakan karena tumbuhnya liar dan bersifat alami, sedangkan tanaman untuk jenis yang dibudidayakan. Dari dua istilah tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir
Lebih terperinciRPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi
Analisis Materi Pembelajaran (AMP). RPP MATERI INDIKATOR Untuk mempermudah dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, manusia melakukan pengelompokkan makhluk hidup. Pengelompokan makhluk hidup itu
Lebih terperinci10/21/2013. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2013/2014 Pokok Bahasan : Keanekaragaman Tumbuhan
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI KELAS VIII A SMP NEGERI 8 MUARO JAMBI
ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI KELAS VIII A SMP NEGERI 8 MUARO JAMBI OLEH DINDA PUTRI HANDAYANI RSA1C310021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik
Lebih terperinciPTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)
PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku) Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)
7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tumbuhan Paku (Pteridophyta ) Dunia tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2008: 28).
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Belajar Menurut Winkel (1987: 36) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
Lebih terperinciPembahasan Soal-soal
Pembahasan Soal-soal 1. Contoh tumbuhan paku yang termasuk jenis tumbuhan paku heterospora adalah... a. Platycerium sp. b. Lycopodium sp. c. Marsilea sp. d. Asplenium nidus e. Equisetum sp. Pembahasan
Lebih terperinciALAM PLANTAE FILUM/DIVISI : SPERMATOFITA / FENAROGAM SUBDIVISI : GIMNOSPERMAE & ANGIOSPERMAE
ALAM PLANTAE FILUM/DIVISI : SPERMATOFITA / FENAROGAM SUBDIVISI : GIMNOSPERMAE & ANGIOSPERMAE Hakcipta G. Rusea DIVISI SPERMATOFITA divisi terbesar dlm alam tumbuhan ciri umum penghasilan biji 2 subdivisi
Lebih terperinci10/8/2014. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Keanekaragaman Tumbuhan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. a. Diaspora Spora yang berfungsi sebagai agen penyebaran seperti pada fungi, lumut dan paku-pakuan.
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Spora Definisi umum spora adalah unit reproduksi baik seksual maupun aseksual pada bakteri, algae, fungi, dan sebagian tumbuhan seperti lumut dan tumbuhan paku. Menurut
Lebih terperinciBab VII TUJUAN PEMBELAJARAN. Dunia Tumbuhan (Kingdom Dunia Tumbuhan Plantae) 157. Dunia Tumbuhan
Bab VII Dunia Tumbuhan Sumber: Tetumbuhan TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, siswa dapat: 1. mengidentifikasi, membedakan, dan mengomunikasikan ciri-ciri divisi dalam kingdom Plantae; 2.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. multiseluler atau terdiri atas banyak sel yang tergolong ke dalam kingdom Plantae
PENDAHULUAN BAB I A. Latar Belakang Masalah Tumbuhan yang hidup disuatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan ada juga yang dibudidayakan oleh manusia. Tumbuhan adalah organisme multiseluler atau terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan di berbagai bidang kehidupan, terutama
Lebih terperinciMahardika Intan Rahmawati
Review Jurnal Pengembangan Modul Berbasis Project Based Learning Untuk Mengoptimalkan Life Skills Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Petanahan Tahun Pelajaran 2013/2014. Mahardika Intan Rahmawati (Mahardika.mpe@gmail.com)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang
Lebih terperinciOsnidawati 1, Nurharmi 1, Khairul 1. 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Bung Hatta ABSTRAK
1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN TEMA PAHLAWANKU MELALUIPROJECT BASED LEARNING DI SDN 21 LIMAU SUNDAI KECAMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN Osnidawati 1, Nurharmi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada
26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 3 Bayat yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela. Abstrak
17 KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela Abstrak Kurikulum 2013 menuntut agar dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diberi kebebasan berpikir memahami
Lebih terperinciLumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati
Lumut/Bryophyta 1. Ciri-ciri dan sifat lumut Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan yang hidup di air. Padahal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pemecahan Masalah Matematika Pemecahan masalah berarti keikutsertaan dalam suatu tugas yang metode pemecahannya tidak diketahui sebelumnya. Masalah merupakan suatu
Lebih terperinciPENINGKATAN SIKAP PEKA TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR MELALUI PROJECT BASED LEARNING
Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 218 PENINGKATAN SIKAP PEKA TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR MELALUI PROJECT BASED LEARNING Lia Aristiyaningsih 1, Rini Budiharti 2 1,2
Lebih terperinciTumbuhan tidak berpembuluh (Atracheophyta) Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)
=====================================Plantae=================================== A. Ciri Umum Kingdom Plantae 1. Eukariotik 2. Multiseluler 3. Memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa 4. Autotrof
Lebih terperinciPENINGKATAN KREATIVITAS CALON GURU DALAM PEMBUATAN MEDIA BERBASIS ICT. Sekar Purbarini Kawuryan
ABSTRAK PENINGKATAN KREATIVITAS CALON GURU DALAM PEMBUATAN MEDIA BERBASIS ICT Sekar Purbarini Kawuryan sekarpurbarini@uny.ac.id Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaaan project based
Lebih terperinciBIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 3 No 2 September 2017 ISSN (p) (e)
PENERAPAN METODE PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI HUBUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUPDI KELAS IV SDN KARANGSARI KECAMATAN CIBOGO KABUPATEN SUBANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015
Lebih terperinci2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam
Lebih terperinciMakalah Tumbuhan Plantae Leave a reply
Makalah Tumbuhan Plantae Leave a reply BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tumbuhan merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang banyak dimanfaatkan manusia. Hewanpun bergantung pada tumbuhan sebagai
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya
8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian. Bagian pertama
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau
Lebih terperinciPertemuan IX: DUNIA TUMBUHAN. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011
Pertemuan IX: DUNIA TUMBUHAN Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 DUNIA TUMBUHAN Pokok Bahasan: Asal-usul dan karakter tumbuhan Keanekaragaman tumbuhan Siklus hidup dan pergiliran generasi Tumbuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Bangsa akan menjadi maju jika pendidikan diperhatikan dengan serius oleh para pemegang
Lebih terperinciALTERNATIF PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM MATA PELAJARAN PRAKARYA. Oleh: Drs. M. Fajar Prasudi, M.Sn Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya
ALTERNATIF PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM MATA PELAJARAN PRAKARYA Oleh: Drs. M. Fajar Prasudi, M.Sn Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Abstrak Salah satu model pembelajaran yang digunakan
Lebih terperinciMengenal Dunia Tumbuhan (Plantae)
Bab7 Mengenal Dunia Tumbuhan (Plantae) Coba kalian lihat indahnya bunga yang mekar, mencium aroma basah di pagi hari saat embun menempel pada dedaunan. Tumbuhan memberi warna pada dunia. Tumbuhan beraneka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang melalui upaya pembelajaran dan pelatihan. Seluruh upaya. dilakukan guru adalah mengembangkan sikap dan kemampuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang melalui upaya pembelajaran dan pelatihan. Seluruh upaya pendidikan membutuhkan metode
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Khususnya dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciPENINGKATAN KREATIVITAS CALON GURU DALAM PEMBUATAN MEDIA BERBASIS ICT MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS SD
PENINGKATAN KREATIVITAS CALON GURU DALAM PEMBUATAN MEDIA BERBASIS ICT MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS SD Sekar Purbarini Kawuryan Universitas Negeri Yogyakarta
Lebih terperinciLEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN. KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup
LEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN Anggota kelompok : KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup Kerjakanlah berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengembangan Modul Inkuiri Terbimbing Berbasis Potensi Lokal. Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan Paku.
69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Modul Inkuiri Terbimbing Berbasis Potensi Lokal Pengembangan modul inkuiri terbimbing berbasis potensi lokal meliputi: 1. Analisis kebutuhan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Lingkungan sebagai salah satu sains merupakan sebuah proses dan produk. Proses yang dimaksud disini adalah proses melalui kerja ilmiah,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,
Lebih terperinciDUNIA TUMBUHAN. - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik
DUNIA TUMBUHAN Ciri-ciri tumbuhan : - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik - Beradaptasi terhadap lingkungan darat - Mempunyai pergiliran keturunan : - Generasi saprofit
Lebih terperinciBAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA DAN HASIL BELAJAR. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tebak Kata
BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tebak Kata 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciLecture 2 Tatap Muka 3 (diambil dari Campbell et al., 2009)
15/19 Maret 2010 Lecture 2 Tatap Muka 3 (diambil dari Campbell et al., 2009) Biological Diversity II A. Plantae B. Animalia Kompetensi: 1. Mahasiswa mampu menerangkan diversitas tumbuhan 2. Mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan
5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Peta Konsep Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian kuasi eksperimen (quasiexperimental design) dengan desain One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun
Lebih terperinciPenerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII. oleh Theresia Widyantini
ARTIKEL Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII oleh Theresia Widyantini PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA
Lebih terperinciBab 7: Kingdom Plantae Dunia Tumbuhan 1
Bab 7: Kingdom Plantae Dunia Tumbuhan 1 Pendahuluan... 2 Bryophyta... 2 Pteridophyta... 9 Spermatophyta... 14 Kegiatan... 25 Latihan Soal Kingdom Plantae... 26 Lampiran... 34 Daftar Pustaka... 36 Bab 7:
Lebih terperinciMENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING
MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI 34/I TERATAI Oleh : DEWI PUSPITA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dijalankan secara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dijalankan secara teratur dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir seseorang atau peserta didik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang - undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
Lebih terperinci