Penerapan Lean Manufacturing untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada Pt. Mutiara Dewi Jayanti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penerapan Lean Manufacturing untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada Pt. Mutiara Dewi Jayanti"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 Penerapan Lean Manufacturing untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada Pt. Mutiara Dewi Jayanti Hanum Febrilliani Valentine, Putu Dana Karningsih, Dewanti Anggrahini Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya dana@ie.its.ac.id Abstrak PT Mutiara Dewi Jayanti merupakan yang bergerak dalam bidang pengolahan kopi. Melihat kompetitifnya industri pengolahan kopi, PT Mutiara Dewi Jayanti dituntut untuk memiliki daya saing yang kuat. Salah satu usaha untuk menguatkan daya saing adalah dengan melakukan perbaikan secara terus menerus dalam segala aspek di. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan mengurangi pemborosan (waste) yang terjadi pada. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan lean manufacturing dengan harapan mampu untuk mereduksi waste yang terjadi di aliran produksi. Dari identifikasi waste menggunakan 7 waste, waste yang ditemukan adalah unnecessary motion, inappropriate processing, defect, overproduction, dan unnecessary inventory. Kelima waste tersebut dicari akar penyebabnya dengan menggunakan Root Causes Analysis (RCA), yang selanjutnya akan dipetakan dalam matriks penilaian risiko untuk mengetahui akar penyebab yang berisiko extreme. Lalu dilakukan pembuatan alternatif perbaikan untuk akar penyebab yang berisiko extreme dan perhitungan pengeluaran biaya dalam menerapkan alternatif perbaikan tersebut. Sehingga dihasilkan 4 alternatif perbaikan yang akan dihubungkan dengan 5S yaitu: membuat kontrak perjanjian kerja yang jelas dan melakukan perencanaan produksi yang cermat, melatih ketrampilan manajemen produksi bagi pekerja, menggunakan kotak/ kardus untuk mempermudah pengepakan produk jadi. Biaya penerapan rekomendasi perbaikan tersebut sebesar Rp ,00. Keuntungan yang akan didapatkan dalam menerapkan rekomendasi perbaikan sebesar Rp ,00 per bulan. Kata Kunci Analisa Risiko, Big Picture Mapping, 5S, Lean Manufacturing, Root Causes Analysis. I. PENDAHULUAN ndustri hilir kopi yaitu kopi bubuk/ instan memiliki daya Isaing yang cukup kuat diantara industri makanan dan minuman [1]. Melihat kompetitifnya industri hilir kopi tersebut, memacu di industri pengolahan kopi untuk memiliki daya saing yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar. Salah satu cara untuk menguatkan daya saing adalah dengan melakukan perbaikan secara terus menerus, yaitu dengan meminimalkan pemborosan yang terjadi pada. Pemborosan (waste) merupakan aktivitas manusia yang menyerap banyak sumber daya namun tidak menciptakan nilai sehingga aktivitas ini perlu untuk dihilangkan. PT Mutiara Dewi Jayanti adalah produsen kopi biji goreng dan kopi bubuk. Dalam menjalankan usahanya, PT Mutiara Dewi Jayanti masih mengalami beberapa permasalahan pada proses produksinya yang mengindikasikan adanya pemborosan (waste). Dari hasil wawancara dan pengamatan, diketahui bahwa pernah terjadi produk cacat yang cukup berdampak besar karena menimbulkan komplain dari pelanggan, yaitu adanya benda asing di dalam kemasan kopi. Menurut General Manager PT Mutiara Dewi Jayanti, hal ini bisa terjadi karena kurangnya kontrol dari proses inspeksi yang dilakukan sehingga produk yang cacat tersebut sampai ke pelanggan. Selain produk cacat, waste lain yang terindikasi adalah pergerakan yang tidak perlu, yaitu melakukan aktivitas yang tidak menambah nilai pada produk sehingga berdampak pada waktu produksi. Berdasarkan hasil pengamatan, pemborosan pergerakan yang terjadi seperti: aktivitas mencari peralatan, mengobrol, dan menumpuk produk jadi yang sudah terkemas. Lean manufacturing merupakan pendekatan sistemik yang mampu mengidentifikasi, mengukur, menganalisa, dan mencari solusi perbaikan atau peningkatan performasi secara komprehensif. Pendekatan ini berfokus pada efisiensi tanpa mengurangi efektivitas proses, di antaranya seperti peningkatan operasi yang value added, mereduksi waste, dan memenuhi kebutuhan konsumen [2]. Oleh karena itu, Lean Manufacturing dipilih sebagai metode yang akan diterapkan pada PT Mutiara Dewi Jayanti untuk meminimasi waste yang terjadi di sepanjang proses produksi sehingga waste minimal, produktivitas menjadi lebih baik, dan kepuasan pelanggan pun terjaga. II. URAIAN PENELITIAN A. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada penelitian ini, akan berfokus pada satu produk dari PT Mutiara Dewi Jayanti, yaitu kopi bubuk merk Mahkota Raja. Kopi bubuk ini adalah produk yang paling mudah diserap oleh pasar dan menjadi produk paling banyak dipesan oleh pelanggan. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari pengamatan langsung dan wawancara dengan stakeholder, serta data

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 2 sekunder yang berasal dari database produksi bulan Nopember 2013-Mei Big Picture Mapping Proses Produksi Perusahaan Berdasarkan Gambar 1, proses produksi kopi bubuk merk Mahkota Raja meliputi meliputi proses penimbangan bahan baku, pencampuran bahan baku, penggilingan, dan pengemasan. yang digunakan terlebih dahulu ditimbang sesuai dengan komposisi yang telah ditetapkan. Kemudian bahan baku yang terdiri dari dua jenis kopi tersebut dicampur sampai rata. Setelah itu, bahan baku digiling sampai halus yang selanjutnya dikemas dalam plastik. Kemudian produk jadi yang sudah dikemas dalam plastik besar akan dikirim ke gudang produk jadi. Adding Activity (NNVAA). Klasifikasi aktivitas dilakukan pada data aktivitas yang sesungguhnya terjadi. Berdasarkan hasil klasifikasi aktivitas yang dilakukan, diketahui bahwa dari 54 aktivitas yang sesungguhnya terjadi pada proses produksi, terdapat 18 Value Adding Activity (34%), 19 Non Value Adding Activity (36%), 16 Necessary But Non Value Adding Activity (30%). 3. Identifikasi 7 Waste Identifikasi 7 waste ini dilakukan berdasarkan data non value adding activities dan wawancara dari berbagai pihak dari. Dari proses identifikasi ini, ditemukan lima jenis waste yang ada di proses produksi yang ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Hasil Identifikasi 7 Waste Gambar 1 Proses Produksi Kopi Bubuk Secara detail, penggambaran aliran produksi yang meliputi aliran informasi dan aliran fisik yang disajikan dalam Big Picture Mapping dari dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Gambar 2 Big Picture Mapping Proses Produksi 2. Identifikasi Aktivitas Proses Produksi Perusahaan tidak memiliki Standard Operational Procedure dari proses produksi yang dilakukan, sehingga proses produksi secara ideal mengacu pada informasi yang diberikan oleh Kepala Divisi Produksi. Identifikasi aktivitas proses produksi dilakukan dengan membandingkan aktivitas ideal yang berasal dari informasi Kepala Divisi Produksi, dengan aktivitas yang sesungguhnya terjadi sehari-hari. Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan bahwa aktivitas yang sesungguhnya terjadi lebih banyak dari pada aktivitas ideal, dimana aktivitas ideal hanya berjumlah 33 aktivitas, sedangkan aktivitas yang sesungguhnya terjadi berjumlah 54 aktivitas. Dari perbedaan jumlah aktivitas tersebut diindikasikan bahwa adanya aktivitas yang tidak menambah nilai produk, namun dilakukan oleh pekerja. Untuk memastikan adanya aktivitas yang tidak menambah nilai produk tersebut, maka perlu dilakukan klasifikasi aktivitas dari proses produksi tersebut berdasarkan jenisnya. Klasifikasi aktivitas menggunakan konsep Tiga Tipe Aktivitas [2] yang meliputi Value Adding Activity (VAA), Non Value Adding Activity (NVAA), dan Necessary but Non Value 4. Identifikasi Akar Penyebab Waste Identifikasi akar penyebab waste ini dilakukan menggunakan metode Root Causes Analysis (RCA). Tabel 2 menunjukkan hasil identifikasi akar penyebab waste di. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa ada beberapa waste yang memiliki akar penyebab yang sama, seperti: W3 dan W10 yang memiliki akar penyebab yang sama yaitu ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil (R6 & R16), W5 dan W8 memiliki akar penyebab yang sama yaitu pekerja mengobrol dan merokok (R8 & R12), W7 dan W10 memiliki akar penyebab yang sama yaitu kurangnya tenaga ahli di (R11 & R17). Selain itu, ada juga waste yang menjadi akar penyebab dari waste lain seperti: pada akar penyebab R8 & R12 yang ternyata juga teridentifikasi sebagai waste pada W1 & W4, pada akar penyebab R15 yang ternyata juga teridentifikasi sebagai waste pada W6. Hal ini menunjukkan bahwa antar waste pada proses produksi ternyata mempengaruhi satu sama lain.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 3 No Jenis 7 Waste 1 Unnecessary Motion 1 Unnecessary Motion 2 Inappropriate Processing Tabel 2 Hasil Identifikasi Akar Penyebab Waste Kode Waste Waste Kode Akar Penyebab Akar Penyebab W1 Merokok R1 Tidak adanya peraturan tentang sterilisasi dari W2 Mencari Peralatan R2 Kurangnya kesadaran pekerja dalam merapikan peralatan R3 Kurangnya tempat untuk penyimpanan peralatan W3 Membuka baju R4 Kurang teraturnya serta mencari dan pengaturan lantai produksi menyalakan kipas R5 Kurangnya perawatan angin sarana dan prasarana R6 Ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil W4 Mengobrol R7 Pekerja merasa bosan W5 Menyapu lantai R8 Pekerja mengobrol dan produksi merokok W6 Menumpuk produk jadi 3 Overproduction W7 Banyaknya stok produk jadi di gudang 4 Defect W8 Masuknya benda asing ke dalam kemasan kopi 3 Unnecessary Inventory W9 W10 Kemasan produk jadi rusak Penyimpanan bahan baku dalam kapasitas besar dan dalam waktu yang cukup lama R9 Pekerja sedang melakukan aktivitas produksi lainnya R10 Pekerja diminta untuk membantu aktivitas lainnya R11 Kurangnya tenaga ahli di R12 Pekerja mengobrol dan merokok R13 Banyaknya permintaan pelanggan R14 Pekerja membawa produk jadi yang sudah dikemas secara manual R15 Pekerja menumpuk produk jadi R16 Ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil R17 Kurangnya tenaga ahli di 5. Analisa Risiko Akar Penyebab Waste Analisa risiko digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab waste yang paling berisiko. Analisa risiko akar penyebab waste meliputi: identifikasi dampak dan frekuensi terjadinya akar penyebab waste, penilaian risiko, dan membuat matriks penilaian risiko akar penyebab waste. Tabel 3 menunjukkan penilaian risiko yang berasal dari identifikasi dampak dan frekuensi terjadinya akar penyebab waste. Kode Risiko R1 Akar Penyebab Waste Tidak adanya peraturan tentang sterilisasi dari Tabel 3 Penilaian Risiko Likelihood Consequence Risk Rating (L) (C) (R= L x C) R2 Kurangnya kesadaran pekerja dalam merapikan peralatan R3 Kurangnya tempat untuk penyimpanan peralatan R4 Kurang teraturnya pengaturan lantai produksi R5 Kurangnya perawatan sarana dan prasarana R6, R16 Ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil R7 Pekerja merasa bosan R8, R12 Pekerja mengobrol dan merokok R9 Pekerja sedang melakukan aktivitas produksi lainnya R10 Pekerja diminta untuk membantu aktivitas lainnya R11, R17 Kurangnya tenaga ahli di R13 Banyaknya permintaan pelanggan R14 Pekerja membawa produk jadi yang sudah dikemas secara manual R15 Pekerja menumpuk produk jadi Dari penilaian risiko tersebut, maka akan dibuat matriks penilaian risiko yang ditunjukkan pada Gambar 3. Likelihood Almost certain 5 R6, R11, R15, R16, R17 Likely 4 R1, R8, R12 moderate 3 Unlikely 2 Rare 1 R13 Gambar 3 Matriks Penilaian Risiko R2, R5 R4 R3, R7, R9, R10 R Insignificant Minor Moderate Major Catastropic Consequence Dari hasil analisa risiko, maka alternatif perbaikan yang akan diberikan adalah untuk akar penyebab waste yang bersifat extreme atau berada pada zona merah. Dengan melihat Tabel 4.18, maka akar penyebab waste yang akan diberikan alternatif perbaikan adalah kurang teraturnya pengaturan lantai produksi (R4), ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil (R6, R16), kurangnya tenaga ahli di (R11, R17), dan pekerja menumpuk produk jadi (R15). B. Tahap Analisa dan Rekomendasi Perbaikan Dari analisa proses pengolahan data akan digunakan sebagai dasar rekomendasi perbaikan yang diberikan. 1. Analisa Big Picture Mapping Dari penggambaran Big Picture Mapping pada Gambar 1, dapat diketahui value adding time dari proses produksi kopi bubuk merk Mahkota Raja adalah 335 menit/hari. Sedangkan total waktu produksinya sekitar 369 menit/ hari untuk menghasilkan rata-rata sekitar 100 kg (20 bal). Sehingga selisih dari waktu produksi dan value adding time dapat dikatakan sebagai waktu yang tidak menambah nilai pada produk yaitu sebesar 39 menit (7,97%). Dapat diketahui juga bahwa jumlah produk kopi bubuk merk Mahkota Raja dengan ukuran 250gr yang dihasilkan adalah sebanyak 400 produk jadi dalam kemasan 250gr, sehingga untuk menghasilkan 1 produk jadi ukuran 250gr membutuhkan waktu sebesar 0,9225 menit. Melihat adanya waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas yang tidak menambah nilai tambah pada produk, maka hal tersebut menjadi indikator adanya pemborosan (waste) yang berdampak pada waktu produksi. Namun dengan hanya melihat Big Picture Mapping masih belum menunjukkan waste apa saja yang terjadi sehingga perlu dilakukan proses pengolahan data lainnya untuk menguraikan jenis-jenis waste yang terjadi pada proses produksi. 2. Analisa Identifikasi Aktivitas Proses Produksi Dari hasil identifikasi aktivitas proses produksi, aktivitas yang sesungguhnya terjadi didominasi oleh non value adding activity yaitu sebesar 36%, walaupun jumlahnya tidak terpaut jauh dengan value adding activity yang sebesar 34%. Necessary but non value adding activity juga memiliki prosentase yang cukup besar yaitu 30%. Melihat besarnya

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 4 prosentase ini, ada kemungkinan necessary but non value adding activity berkaitan dengan non value adding activity sehingga memunculkan waste. Untuk itu, hasil identifikasi aktivitas proses produksi ini dapat menjadi dasar untuk mengidentifikasi waste yang ada di. 3. Analisa Akar Penyebab Waste Dari kelima jenis waste yang ditemukan, kemudian dilakukan identifikasi akar penyebabnya dengan menggunakan metode Root Causes Analysis, yaitu metode untuk mencari alasan penyebab paling mendasar dari suatu waste. Berdasarkan hasil identifikasi akar penyebab masing-masing waste pada Tabel 2, diketahui bahwa dari 10 waste yang ada terdapat 17 akar penyebab waste, di mana dari ada beberapa waste yang memiliki akar penyebab yang sama yaitu sebagai berikut. 1. W3 dan W10 memiliki akar penyebab yang sama, yaitu ketersediaan bahan baku di supplier yang tidak stabil (R6 & R16). 2. W5 dan W8 memiliki akar penyebab yang sama, yaitu pekerja mengobrol dan merokok (R8 & R12) 3. W7 dan W10 memiliki akar penyebab yang sama, yaitu kurangnya tenaga ahli di (R11 & R17) Ketiga poin di atas menunjukkan bahwa satu akar penyebab dapat menjadi akar penyebab dari beberapa waste yang berbeda dan membawa dampak sendiri-sendiri yang jika diakumulasi akan menyebabkan mengalami kerugian yang cukup besar. Selain adanya akar penyebab yang menjadi akar penyebab dari beberapa waste yang berbeda, berdasarkan Tabel 2 ditemukan juga adanya waste yang menjadi akar penyebab dari waste lainnya. Hal ini dapat dilihat pada W5 yang setelah diidentifikasi akar penyebabnya, diketahui bahwa akar penyebabnya adalah R8. Dan ternyata R8 ini sama dengan W1 dan W4. Sama halnya dengan W8 dengan akar penyebab R12, di mana R12 juga sama dengan W1 dan W4. Selain itu, juga terdapat pada W9 dengan akar penyebab R15, di mana R15 sama dengan W6. Adanya akar penyebab yang sama dengan waste yang terindikasi ini dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan saling mempengaruhi antara satu waste dengan waste lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa W1 & W4 merupakan penyebab terjadinya W5 & W8, dan W6 merupakan penyebab terjadinya W9. 4. Analisa Risiko Akar Penyebab Waste Dari hasil penggambaran matriks penilaian risiko pada Gambar 3, dapat diketahui risk rating dari masing-masing akar penyebab waste yang menjadi poin penting untuk melihat tingkat risiko yang diakibatkan dari tiap akar penyebab waste. Risk rating tertinggi memberikan peluang besar bagi akar penyebab waste untuk masuk ke dalam zona merah/ tingkat risiko extreme. Akar penyebab waste yang masuk dalam zona merah ini adalah R4, R6, R11, R15, R16 dan R17. Karena zona merah adalah zona extreme, maka dalam menyikapi akar penyebab waste, berdasarkan AS/NZS (2004), penanganan yang tepat adalah dengan melakukan penghentian aktivitas dan manajemen puncak harus turun langsung dalam mengatasinya. Pada zona kuning terdapat R1, R8, R12, dan R14. Menurut AS/NZS (2004), pada zona kuning yang juga disebut zona high ini, penanganannya adalah dengan penjadwalan secepatnya. Penjadwalan bisa berupa perencanaan produksi, pembuatan aturan baru, dan lain sebagainya. Pada zona oranye terdapat R2 dan R5. Menurut AS/NZS (2004), penanganan zona moderate ini bisa dilakukan dengan penetapan aturan-aturan tertulis yang menyangkut keteraturan dalam bekerja. Pada zona hijau terdapat R3, R7, R9, R10, dan R13. Menurut AS/NZS (2004), pada zona hijau yang juga disebut zona low ini bisa dilakukan pengendalian prosedur rutin untuk mengatasi waste yang terjadi [3]. 5. Rekomendasi Perbaikan Rekomendasi perbaikan dilakukan hanya pada zona merah, yaitu zona extreme yang perlu ditangani dengan segera dengan membuat beberapa alternatif perbaikan sesuai dengan akar penyebab waste yang terjadi. 1) Memperbaiki penataan tata letak lantai produksi Alternatif perbaikan penataan tata letak lantai produksi akan difokuskan pada ruang penyimpanan bahan baku dan pengayakan karena pada kedua ruang inilah terjadi ketidakteraturan yang menyebabkan ruangan tampak berantakan dan kotor, serta membuat pekerja melakukan pergerakan yang tidak perlu sehingga menambah waktu produksi. Gambar 4 menunjukkan layout lantai produksi dan aliran produksi yang ditunjukkan oleh anak panah berikut. penggoreng II Pengayak Pencampur I 1 sq. m. Gambar 4 layout lantai produksi Bahan bakar Timbangan III IV 2 sq. m. Penggiling Kamar Mandi Tangga Area an

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 5 Sebelum melakukan perencanaan tata letak lantai produksi yang baru, maka akan dilakukan analisa aliran produk pada proses produksi dengan menggunakan metode From to Chart sebagai berikut. Tabel 4 Stasiun Produksi Kode Stasiun A Pengayakan B Penimbangan C Pencampuran D Penggilingan E an Tabel 5 Alur Proses Produk Produk Alur Proses Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa momen perpindahan terbesar adalah dari stasiun A ke stasiun E dan dari stasiun D ke stasiun E sehingga perlu dilakukan usaha mendekatkan stasiun-stasiun tersebut agar selama proses produksi tidak mengalami pemborosan waktu. Gambar 5 menunjukkan alternatif perbaikan tata letak lantai produksi yang diberikan. Pada alternatif perbaikan tata letak lantai produksi ini yang didekatkan adalah stasiun pengayakan dan stasiun pengemasan, di mana stasiun pengemasan yang diletakkan dekat ruang II dipindah ke ruang I dekat pintu masuk. Untuk perpindahan produk dari stasiun penggilingan ke stasiun pengemasan tidak dilakukan perubahan tata letak stasiun karena stasiun penggilingan membutuhkan ruang tersendiri yang memiliki ventilasi yang cukup agar proses produksi yang dilakukan dapat berjalan maksimal. Oleh karena itu, stasiun penggilingan tetap diletakkan pada ruang III. Kopi biji goreng Kopi bubuk A-E B-C-D-E Tabel 6 Frekuensi Aliran Produk dan Jarak antar Stasiun Produksi Dari Ke Frekuensi Jarak penggoreng II Bahan bakar Penggiling (D) A E 7 3,9 m B C 1 0,9 m C D 1 6,3 m D E 4 6,3 m III Kamar Mandi Tangga Dari Tabel 4 6, maka dibuat From to Chart seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7 berikut. From To A B C 1 Tabel 7 From to Chart Proses Produksi A B C D E D 1 Pengayak (A) PenCampur (C) 1 sq. m. I Timbangan (B) IV 2 sq. m. Area an (E) E 7 4 Dari Tabel 7 diketahui bahwa tidak terjadi back tracking pada proses produksi. Untuk mengetahui apakah kedekatan antar stasiun produksi sudah optimal, maka perlu dihitung momen perpindahan dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Tabel 5.7 menunjukkan hasil perhitungan momen perpindahan dari satu stasiun ke stasiun lainnya Tabel 8 Hasil Perhitungan Momen Perpindahan Dari Ke Frekuensi Jarak Momen Perpindahan A E 7 3,9 m 27,3 B C 1 0,9 m 0,9 C D 1 6,3 m 6,3 D E 4 6,3 m 25,2 Total Momen Perpindahan 59,7 Gambar 5. Alternatif Perbaikan Tata Letak Lantai Produksi Alternatif perbaikan tata letak lantai produksi akan mengubah momen perpindahan dari stasiun A ke stasiun E yang ditunjukkan pada Tabel 9 dan dihasilkan total momen perpindahan yang berkurang yaitu dari 59,7 menjadi 47,1. Selain memperbaiki tata letak produksi, juga disarankan untuk mengoptimalkan ventilasi yang ada dan memanfaatkan kaca tempat masuknya sinar matahari sebagai ventilasi juga agar pekerja dapat bekerja secara nyaman. 2) Membuat kontrak perjanjian kerja yang jelas dan melakukan perencanaan produksi yang cermat Perusahaan perlu membuat kontrak perjanjian kerja yang jelas dalam melakukan transaksi pembelian bahan baku pada supplier sehingga dari awal sudah ada kesepakatan pasti dalam proses pemasokan bahan baku dari supplier ke.

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 6 Oleh karena itu, juga harus membuat perencanaan produksi yang cermat agar tidak salah ketika membuat kontrak perjanjian kerja tersebut, terkait jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi. Sebagai contoh, Tabel 9 dan Tabel 10 ini adalah hasil perhitungan perencanaan produksi untuk 6 bulan mendatang. Bulan Rencana Penjualan Tabel 9 Rencana Produksi per bulan (bal) Rencana Jumlah Akhir Awal Rencana Produksi Mei Juni Juli Agustus September Oktober Tabel 10 Rencana Pembelian Bahan Baku (kg) Awal Bulan EOQ SS Rencana Pembelian bahan baku (EOQ + SS) Rencana Penjualan Akhir Mei Juni Juli Agustus September Oktober ) Melatih ketrampilan manajemen produksi bagi pekerja Pelatihan ini dilakukan untuk menambah dan meningkatkan kemampuan pekerja dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. 4) Menggunakan kotak/ kardus untuk mempermudah pengepakan produk jadi Alternatif ini memudahkan dalam menjalankan proses produksi tanpa perlu menambah pekerja. 6. Hubungan Alternatif Perbaikan dengan 5S Tabel 11 menunjukkan hubungan alternatif perbaikan dengan 5S Tabel 11 Hubungan Alternatif Perbaikan dengan 5S III. KESIMPULAN/RINGKASAN 1. Kesimpulan Berikut ini merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini. 1) Ditemukan 5 jenis waste pada, yaitu 5 jenis waste, yaitu: unnecessary motion, inappropriate processing, defect, overproduction, dan unnecessary inventory. Dari matriks penilaian risiko akar penyebab waste, diketahui akar penyebab waste yang memiliki tingkat risiko tinggi adalah kurang teraturnya pengaturan lantai produksi, ketersediaan bahan baku di supplier yang tidak stabil, kurangnya tenaga ahli di, dan pekerja menumpuk produk jadi. 2) Usulan perbaikan untuk meminimasi waste adalah memperbaiki penataan tata letak lantai produksi, membuat kontrak perjanjian kerja yang jelas dan melakukan perencanaan produksi yang cermat, melatih ketrampilan manajemen produksi bagi pekerja, dan menggunakan kotak/ kardus untuk mempermudah pengepakan produk jadi. Dari usulan perbaikan tersebut membutuhkan biaya sebesar Rp ,00 dan akan mendapatkan keuntungan jika melakukan rekomendasi perbaikan sebesar Rp ,00 per bulan. 2. Saran Berikut ini merupakan saran yang diberikan dari hasil penelitian ini. 1) Perusahaan perlu membuat peraturan untuk pekerja di Divisi Produksi terkait keteraturan dalam bekerja. 2) Untuk penelitian berikutnya dapat dilakukan pada akar penyebab yang berisiko high untuk perbaikan yang secara terus menerus dan runtut. UCAPAN TERIMA KASIH Rasa syukur penulis kepada Allah SWT., yang senantiasa memberikan rahmat dan pertolongan-nya di setiap langkah. Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak terkait yang mendukung dan membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah memberi segala dukungan dan doa. DAFTAR PUSTAKA [1] Yuyanti, I. W. (2012), Pengaruh Line Extension Terhadap Ekuitas Merek Kopi Nescafe, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. [2] Hines, P. dan Taylor, D. (2000). Going Lean. Lean Enterprise Research Centre. UK: Cardiff Business School. [3] AS/NZS. (2004). The Australian and New Zealand Standard on Risk Management. NSW Australia: Broadleaf Capital International Pty Ltd.

Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada PT. Mutiara Dewi Jayanti

Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada PT. Mutiara Dewi Jayanti Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada PT. Mutiara Dewi Jayanti Hanum Febrilliani Valentine 2510100116 Pembimbing : Putu Dana Karningsih, ST, M.Eng.Sc, Ph.D Ko-Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK Krisna Ardi Wibawa, I Nyoman Pujawan Program Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12 A Surabaya E-mail: WibawaCTI@yahoo.com

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul IMPLEMENTASI KONSEP LEAN THINKING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mereduksi waste di PT ARISU

Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mereduksi waste di PT ARISU JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-135 Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mereduksi waste di PT ARISU Farah Widyan Hazmi, Putu Dana Karningsih dan Hari Supriyanto Teknik Industri,

Lebih terperinci

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma F295 Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma Ikha Sriutami dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik Gres Tenan milik Bp. Sardjono Atmomardoyo yang ada di Kampung Batik Laweyan turut andil dalam persaingan dalam hal industri fashion. Mulai dari bakal kain, tas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service Petunjuk Sitasi: Sugiono, S., Himawan, R., & Fadla, A. (2017). Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F178-183).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri demikian pesat menyebabkan persaingan antar industri semakin ketat terutam industri kecil menengah yang bergerak pada bidang yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero)

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero) IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero) Ratnaningtyas, Moses Laksono Singgih Magister Managemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Indah Mutiarahma NPM 0532010150 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE Shanty Kusuma Dewi 1*,Tatok Dwi Sartono 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start Reduksi waste Pada Produksi kacang garing Dengan pendekatan lean six sigma Menggunakan Metode FMEA (study kasus pada PT.Dua Kelinci) Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri mikro, kecil, dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. Perkembangan industri mikro,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN ANALISIS RISIKO DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN

PENGELOLAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN ANALISIS RISIKO DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PENGELOLAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN ANALISIS RISIKO DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya E-mail : evi_y_widodo@yahoo.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI H HARISUPRIYANTO Industrial Engineering Department Faculty of Industrial Technology Sepuluh Nopember Institute of Technology Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

ANALISA LEAN SERVICE DALAM MEMINIMALKAN WASTE PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANYUWANGI

ANALISA LEAN SERVICE DALAM MEMINIMALKAN WASTE PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANYUWANGI ANALISA LEAN SERVICE DALAM MEMINIMALKAN WASTE PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANYUWANGI Harliwanti Prisilia 1) dan Putu Dana Karningsih 2) 1) Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Lombok Gandaria merupakan perusahaan kecap dan saus dalam

BAB I PENDAHULUAN. PT. Lombok Gandaria merupakan perusahaan kecap dan saus dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Lombok Gandaria merupakan perusahaan kecap dan saus dalam kemasan yang merupakan unit usaha kecap kedelai dan saus dengan badan hukum Nomor 23. Kegiatan bisnis

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut segala aspek kehidupan seluruh masyarakat untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang menjadi ciri globalisasi dewasa

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING Moses L. Singgih dan Andrie Sandi Pramono Jurusan Teknik Industri ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya email: moses@ie.its.ac.id;future_sandi@yahoo.com

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI DISUSUN OLEH : WAHYU EKO NURCAHYO 0632010198 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri percetakan adalah salah satu industri yang selalu berhubungan dengan gambar dan tulisan untuk dijadikan sebuah hardcopy. Semakin berkembangnya zaman, industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi saat ini menimbulkan dampak persaingan yang sangat ketat antar perusahaan. Banyak perusahaan berlombalomba untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE)

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE) PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE) Santi Nihayatur Rahmah, Moses L. Singgih MMT ITS, Surabaya Santy_nr@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DIVISI TRUCKING PT. JPEK

PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DIVISI TRUCKING PT. JPEK PENERAPAN LEAN THNKNG UNTUK MENNGKATKAN KNERJA DVS TRUCKNG PT. JPEK Taqwanur, Suparno Manajemen ndustri, Magister Manajemen Teknologi TS Surabaya Email: kang.taqwanur@yahoo.com ABSTRAK Divisi Transportasi

Lebih terperinci

MINIMASI KETERLAMBATAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DAN FISHBONE DIAGRAM

MINIMASI KETERLAMBATAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DAN FISHBONE DIAGRAM C.8 MINIMASI KETERLAMBATAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DAN FISHBONE DIAGRAM Gatot Basuki HM. 1*, Minto Basuki 2 1) Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Industri,

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim)

PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim) PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim) Moses L. Singgih dan M.Vina Permata Laboratorium Sistem

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI Oleh : BOBBY ALEXANDER NPM 0732010020 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1990, Lean Production System yang lahir dari Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. Dimana tujuan dari sebuah

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA)

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA) PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA) Nugroho Wicaksono, Moses L. Singgih Program Studi

Lebih terperinci

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA Minto waluyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT.

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT. Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN 2337-4349 PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT. SUPRALITA MANDIRI Annisa Kesy Garside 1*, Faraningrum Restiana 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN PRODUCTION UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KACA

PENDEKATAN LEAN PRODUCTION UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KACA PENDEKATAN LEAN PRODUCTION UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KACA Moses Laksono Singgih dan Andhyaksa Wahyukusuma Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang memiliki potensi perkembangan yang tinggi. Menurut Kementerian Perdagangan dan Perindustrian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015 APLIKASI PENDEKATAN KONSEP LEAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITY PADA LEMBAGA KONSUIL (KOMITE NASIONAL KESELAMATAN UNTUK INSTALASI LISTRIK) DI BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dibidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial. Salah

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar teori yang akan dijadikan sebagai acuan, prosedur dan langkah-langkah dalam melakukan penelitian, sehingga permasalahan yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V Prita Lukitasari 1) dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1) Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dirancang untuk mengetahui aliran supply chain management pada sereh wangi desa Cimungkal Kabupaten Sumedang. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Umum Lean Lean pertama kali diperkenalkan oleh Toyota dan dikenal dengan Toyota Production System (Howell, 1999; Liker, 2004). Sistem Produksi Toyota

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-530 Penerapan Metode Lean Gainsharing Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Kinerja Karyawan Dengan Meningkatkan Produktivitas Maria Ulfa dan Moses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Menurut data Bappenas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lean Thinking Pada dasarnya konsep lean adalah konsep perampingan atau efisiensi. Konsep ini dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, karena pada dasarnya konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan industri manufaktur sebagai produsen berbagai macam produk semakin tinggi. Ini ditandai dengan munculnya berbagai macam produk dengan jenis merek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing untuk meningkatkan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi salah satu komoditi perikanan unggulan daerah tropis terutama Indonesia. Ikan ini sudah tidak asing lagi

Lebih terperinci

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) Rika Ajeng Priskandana, I Nyoman Pujawan Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS Yosua Caesar Fernando 1 dan Sunday Noya 2 Abstract: Meminimalkan pemborosan dalam proses produksi adalah salah satu tujuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 7-9 (0-97 Print) F-97 Reduksi Waste pada Proses Produksi Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma Ikha Sriutami dan Moses Laksono Singgih Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control

Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control (Studi Kasus : Pada Perusahaan Distributor Minuman) Alverda

Lebih terperinci

Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala.

Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala. Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala. Adapun alternatif tersebut memiliki kelebihan antara lain : Mempercepat

Lebih terperinci

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 %

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 % OVER PRODUCTION Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 % No Tipe Pemborosan TL 1 TL 2 TL 3 TL 4 RATA-RATA RANKING 1 Produk Cacat (Defect) 3 3 2 2 2.5 1 2 Waktu Tunggu (Waiting) 1 1 1 0 0.75 6 3 Persediaan

Lebih terperinci

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 45-50 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MEMINIMASI WASTE DI PT. HILON SURABAYA SKRIPSI. Oleh : SABTA ADI KUSUMA

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MEMINIMASI WASTE DI PT. HILON SURABAYA SKRIPSI. Oleh : SABTA ADI KUSUMA PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DALAM MENGIDENTIFIKASI DAN MEMINIMASI WASTE DI PT. HILON SURABAYA SKRIPSI Oleh : SABTA ADI KUSUMA 05 32010 132 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Usulan Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Pemborosan Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII

Usulan Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Pemborosan Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Petunjuk Sitasi: Harsono, A., Prasetyo, H., & Triadji, M. (207). Usulan Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Pemborosan Pada PT. Perkebunan Nusantara V. Prosiding SNT dan SATELT 207 (pp. C68-74).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan manufaktur industri pengolahan yang memproduksi berbagai jenis produk karet teknik untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi menyebabkan tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tahap-tahap yang dilalui penulis dalam menyusun penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah tahap awal penelitian, tahap pengumpulan data,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY DAN DEFECT PADA PRODUK SEPATU DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA DI PT.CITRA HARAPAN SEMESTA KRIAN SKRIPSI Oleh : RAKHMAT WIRA YUDHA NPM.

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI NILAI PROSES PEMENUHAN MATERIAL PERBEKALAN DI ARMATIM

ANALISIS RANTAI NILAI PROSES PEMENUHAN MATERIAL PERBEKALAN DI ARMATIM ANALISIS RANTAI NILAI PROSES PEMENUHAN MATERIAL PERBEKALAN DI ARMATIM Penelitian Thesis Oleh: MUTHMAINNAH 9108.201.308 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Untukmenjaminterselenggaranya tugaspokoktni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian tugas akhir. Selain itu, bab ini juga memaparkan tujuan penelitian, permasalahan yang akan diselesaikan, batasan dan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan yang dihadapi industri manufaktur dalam hal merebut pasar semakin pesat. Setiap perusahaan hendaknya meningkatkan kualitas perusahaannya dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan motif laba. Pada era krisis global yang dialami

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DENGAN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN SIMULASI UNTUK MEREDUKSI MANUFACTURING

EVALUASI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DENGAN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN SIMULASI UNTUK MEREDUKSI MANUFACTURING TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DENGAN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN SIMULASI UNTUK MEREDUKSI MANUFACTURING LEAD TIME (STUDI KASUS: PT ECCO INDONESIA) Ditulis untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 MENGURANGI AKTIVITAS-AKTIVITAS YANG TIDAK BERNILAI TAMBAH UNTUK MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES PENERAPAN COMPUTERIZED MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM (CMMS) DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING Chauliah Fatma Putri,

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMIZE WASTE PADA PROSES PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN METODE VSM

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMIZE WASTE PADA PROSES PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN METODE VSM PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMIZE WASTE PADA PROSES PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN METODE VSM Roberth M Ratlalan 1, Ishardita Pambudi Tama 2, Sugiono 3 Program Magister Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Penelitian tentang penerapan Value Stream Maping ini dilakukan di PT. XYZ, Plant Daan Mogot. Untuk itu penulis akan membahas sekilas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelima sebagai negara pengekspor teh di dunia (Suwandi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. kelima sebagai negara pengekspor teh di dunia (Suwandi, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas teh memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai sumber pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja, dan sumber devisa negara. Teh merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perlengkapan (supplies). Persediaan merupakan asset yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. atau perlengkapan (supplies). Persediaan merupakan asset yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau perlengkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Apabila persediaan bahan baku tidak mencukupi, maka proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan mulai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tahap Improve Setelah dilakukan tahap analyze, maka seluruh akar permasalahan serta faktor-faktor penyebabnya dapat teridentifikasi. Langkah selanjutnya adalah memperbaiki

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA

IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA SKRIPSI Oleh : MURTAFI' RIZQI 0532010142 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dalam industri manufakatur kini semakin meningkat, membuat persaingan indsutri manufaktur pun semakin ketat. Di Indonesia sendiri harus bersiap mengahadapi

Lebih terperinci

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya Andreas Arif Gunawan GO 1, Liem Yenny Bendatu 2 Abstract: PT Sumber Rubberindo Jaya is a company that produces

Lebih terperinci