BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ORIENTASI PEKERJAAN Setiap manusia memerlukan alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memerlukan pekerjaan. Pekerjaan digunakan sebagai alat atau media untuk mencukupi kebutuhan hidup seorang individu. Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan individu untuk memenuhi tugas-tugasnya dan mendapatkan imbalan atas apa yang sudah dilakukan. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 803), orientasi adalah 1) peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang tepat dan benar; 2) pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. Sementara itu Cascio (dalam Sedarmayanti, 2010, hlm. 114) mengemukakan bahwa orientasi adalah pengakraban dan penyesuaian dengan situasi atau lingkungan. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 554), pekerjaan adalah 1) barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dsb); tugas kewajiban; hasil bekerja; perbuatan: 2) pencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan; sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah: 3) hal bekerjanya sesuatu. Orientasi pekerjaan dapat diartikan sebagai sikap, pandangan dan kecenderungan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Orientasi pekerjaan dipengaruhi oleh realitas kondisi fisik dan sosial yang terjadi di lingkunganya. Kondisi ini berupa keadaan alam, pengetahuan yang dimiliki manusia, dan kemajuan teknologi yang dimiliki penduduk pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Pekerjaan tidak terlepas dari pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai sumber pendapatan. Jumlah lahan yang terbatas sementara laju pertumbuhan penduduk berjalan dengan pesat menyebabkan kepemilikan

2 14 lahan semakin sempit. Sempitnya lahan mengurangi sarana produksi petani sebagai sumber pendapatan, hasil pertanian menjadi rendah yang menyebabkan pendapatan petani juga semakin rendah. Dengan penghasilan yang rendah sedangkan kebutuhan semakin naik, masyarakat melakukan perubahan orientasi pekerjaan sebagai upaya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dan dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya. B. PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN Orientasi pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah lingkungan. Pekerjaan masyarakat di wilayah pedesaan pada umumnya masih berorientasi pada sektor pertanian, hal ini dipengaruhi oleh kondisi alam di pedesaan yang umumnya memiliki lahan yang subur dan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani secara turun temurun. Namun pada saat ini daerah pedesaan cenderung mengarah pada perubahan orientasi pekerjaan dari sektor pertanian ke non pertanian. Pekerjaan di luar sektor pertanian saat ini sudah mulai menjadi pekerjaan utama dan tumpuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini terjadi karena pesatnya pembangunan dan alih fungsi lahan yang menyebabkan perubahan kondisi alam di pedesaan. Perubahan lingkungan yang terjadi di pedesaan akibat adanya pembangunan dan alih fungsi lahan dapat menyebabkan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan sesuai dengan pendapat Adimiharji (dalam Mulyawan, 2006, hlm. 23) yang mengemukakan mengenai: Dua teori tentang perubahan kebudayaan yaitu: environtmental determinism dan environtmental posibilism. Determinis lingkungan berpandangan bahwa lingkunganlah yang menentukan perubahan terhadap pola kehidupan manusia. Lingkungan alam tempat manusia hidup memberikan daya dukung terhadap berbagai bentuk kemungkinan yang dapat dipilih manusia dalam memilih jalan hidupnya. Berpikir tentang determinis ini berdasarkan pada pengaruh faktor geografi seperti topografi, lokasi, iklim dan sumber daya alam yang memengaruhi kondisi-kondisi dalam suatu lingkungan tempat tinggalnya.

3 15 Jadi kondisi lingkungan sangat berperan penting dalam menentukan pola kehidupan manusia, termasuk pekerjaan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap kondisi fisik dan perubahan yang terjadi pada lingkungan akan berpengaruh terhadap pekerjaan di suatu wilayah karena manusia melakukan penyesuaian dalam menentukan pekerjaan dengan memperhatikan sumber daya dan kondisi geografi wilayah tersebut. Demikian pula yang dilakukan masyarakat pedesaan yang mengalami alih fungsi lahan. Mereka melakukan perubahan orientasi pekerjaan sebagai upaya adaptasi dan memperoleh penghasilan untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat disimpulkan bahwa perubahan orientasi pekerjaan adalah berubahnya sikap, pandangan dan kecenderungan seseorang terhadap suatu pekerjaan. Perubahan orientasi pekerjaan dapat terjadi secara sukarela maupun terpaksa karena adanya dorongan dari berbagai faktor. C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERUBAHAN ORIENTASI PEKERJAAN Perubahan orientasi pekerjaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor yang beragam. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan orientasi pekerjaan adalah sebagai berikut: 1. Usia/Umur Usia merupakan salah satu faktor yang memengaruhi orientasi pekerjaan seseorang, menurut Murniatmo (dalam Rolina 2013, hlm. 12) mengemukakan bahwa generasi muda merupakan kelompok yang paling dinamis, mudah berubah dan mudah menerima pembaharuan, baik yang positif maupun negatif. Orang yang berusia muda cenderung memiliki orientasi pekerjaan yang beragam. Kondisi fisik yang masih kuat, semangat yang tinggi dan terbuka terhadap pembaharuan menyebabkan generasi muda memiliki harapan dan keinginan untuk memiliki pekerjaan yang sesuai dengan minat dan memiliki penghasilan yang

4 16 tinggi. Generasi muda tidak terpaku dengan pekerjaan turun-temurun, mereka bahkan memiliki keinginan untuk merubah nasib dan memiliki pekerjaan yang lebih baik dari generasi tua. Sedangkan generasi tua cenderung tidak memiliki pilihan pekerjaan yang beragam karena keterbatasan tenaga dan sikap yang biasanya tertutup dengan perubahan. Sehingga biasanya generasi tua terpaku pada pekerjaan turun-temurun yang telah diwariskan dari pendahulu mereka. 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Secara kodrati terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini menyangkut kemampuan secara fisik dan mental yang dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan. Rolina (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa: Laki-laki cenderung memiliki orientasi perubahan mata pencaharian yang lebih beragam dibanding wanita. Karena melihat tenaga yang mereka punya. Laki-laki dan wanita cenderung memiliki pemilihan mata pencaharian yang berbeda. Biasanya wanita lebih memilih jenis mata pencaharian yang lebih mengutamakan ketelitian. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan fisik yang lebih unggul dan kemampuan yang lebih tinggi dalam bekerja karena memiliki tenaga yang lebih besar. Sedangkan perempuan dianggap memiliki kemampuan fisik yang lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pekerjaan perempuan terbatas pada pekerjaan yang menggunakan sedikit tenaga. Karena perbedaan ini laki-laki dan perempuan memiliki orientasi pekerjaan yang berbeda, laki-laki biasanya memilih pekerjaan yang membutuhkan tenaga, sedangkan perempuan mencari pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang tidak terlalu besar dan lebih mengutamakan ketelitian. 3. Pendidikan Pendidikan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

5 17 dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan berpengaruh terhadap orientasi pekerjaan seseorang karena semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar peluang orang tersebut untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan dan kesejahteraan yang lebih tinggi dan semakin besar kesempatan mereka untuk meninggalkan pekerjaan pada sektor pertanian dan memiliki pekerjaan lain yang dianggap lebih menguntungkan. 4. Keterampilan Rolina (2013, hlm. 13) mengemukakan bahwa keterampilan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi orientasi perubahan mata pencaharian.. Keterampilan dapat menjadi modal seseorang sebagai keahlian untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan keterampilan yang dimiliki orang dapat berupaya untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik atau menghasilkan lebih banyak penghasilan bagi dirinya. Demikian halnya dengan para petani yang terkena dampak alih fungsi lahan, karena sarana produksi yang berkurang dan menyebabkan penghasilan berkurang. Jenis pekerjaan yang mereka pilih biasanya sesuai dengan keterampilan yang mereka punya. Para petani yang memiliki keterampilan di luar pertanian mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan keterampilannya, sedangkan mereka yang tidak mempunyai keahlian bertahan sebagai petani atau bahkan menjadi pengangguran. 5. Tingkat Pendapatan Pendapatan erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan seseorang. Abdullah (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 24) mengemukakan bahwa: Pendapatan perorangan dibedakan atas pendapatan asli dan pendapatan turunan. Pendapatan asli adalah pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang langsung turut serta dalam proses produksi barang. Pendapatan turunan adalah pendapatan dari golongan penduduk lainnya yang tidak langsung turut serta dalam proses produksi.

6 18 Manusia yang memiliki pendapatan yang dianggap cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya akan bertahan menjalani pekerjaan tersebut. Sedangkan orang yang memiliki pendapatan yang dianggap kecil dan tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, akan berupaya untuk merubah orientasi pekerjaan untuk mencari pekerjaan lain yang menawarkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. 6. Luas kepemilikan lahan Menurut Sayogyo (dalam Rolina, 2013, hlm. 15) luas lahan pertanian dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu golongan petani kecil dengan luas lahan < 0,5 ha, golongan petani menengah dengan luas lahan 0,5-1 ha, dan golongan petani besar dengan luas > 1 ha. Selanjutnya menurut Tika (dalam Rolina 2013, hlm ) bahwa status kepemilikan lahan dapat dikelompokkan menjadi lima golongan petani yaitu, petani pemilik, petani pemilik-penggarap, petani penggarap, penyewa dan buruh tani. Adiwilaga (dalam Rolina 2013, hlm. 16) mengemukakan bahwa: Pada umumnya keluarga petani sebagai unit ekonomi terus berusaha di bidang pertanian untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian keluarga tanahnya sempit atau tidak mempunyai tanah sama sekali untuk minimal memenuhi kebutuhan keluarga bekerja sebagai buruh tani atau petani penggarap di desanya atau di luar desanya... Jumlah tenaga kerja dalam keluarga petani terus bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian anggota keluarga berusaha apa saja yang bisa memberikan penghasilan. Dari mereka yang tetap berat dan merasa jenuh hingga sedikit merubah mata pencaharian mereka masuk kedalam kelompok pengrajin, pedagang kecil, buruh tani, serta usahawan kecil yang mengolah makanan dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa luas kepemilikan lahan memengaruhi orientasi pekerjaan seseorang karena banyaknya pekerja pertanian tidak sebanding dengan ketersediaan lahan sehingga menimbulkan persaingan dalam memperoleh lahan. Ketika lahan garapan yang sempit dianggap sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan para petani, maka para petani merubah orientasi pekerjaan mereka

7 19 menjadi pengrajin, pedagang kecil dan pekerjaan pada sektor non pertanian lainnya. 7. Perubahan lingkungan fisik Lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan masyarakat. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir biasanya memiliki pekerjaan sebagai nelayan, masyarakat yang tinggal di daerah yang tanahnya subur biasanya memiliki pekerjaan sebagai petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Krumboltz (dalam Rielalaring, 2014): Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam pengambilan kerja, berupa kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebijaksanaan dan prosedur seleksi, imbalan, undang-undang, dan peraturan perburuhan, peristiwa alam, sumber alam, kemajuan teknologi, perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga, sistem pendidikan, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar, pengalaman belajar. Hal ini menjelaskan bahwa pemilihan pekerjaan dipengaruhi oleh kesempatan kerja, pengetahuan yang dimiliki manusia, kondisi alam, pendapatan dan kemampuan teknologi yang dimiliki penduduk yang mendiami suatu wilayah. Ketika terjadi perubahan pada lingkungan fisik, maka akan terjadi perubahan orientasi pekerjaan masyarakat di lingkungan tersebut. Hal ini disebabkan karena lingkungan fisik di sekitar masyarakat dianggap sudah tidak mendukung atau tidak cocok lagi untuk dimanfaatkan sebagai lahan produksi untuk suatu pekerjaan. Sehingga masyarakat merubah orientasi pekerjaan mereka sebagai upaya mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 8. Teknologi bahwa: Yuniarto dan Woro (dalam Fajarwanto, 2011, hlm. 22) mengemukakan Ilmu dan teknologi bertanggung jawab atas terjadinya perubahan pada relasi manusia dengan lingkunganya. Manusia primitif dengan kemampuan dan alat yang serba terbatas hidupnya banyak bergantung dari kemurahan alam. Sebaliknya, manusia modern berusaha sekuat-kuatnya untuk menaklukan alam dan mengatur lebih lanjut alam tersebut demi

8 20 kemewahan hidupnya. Ilmu dan teknologi dapat dipandang sebagai kunci untuk membuka pintu kemajuan, kemakmuan dan kesejahteraan. Kemajuan teknologi memengaruhi manusia dan lingkunganya termasuk orientasi pekerjaan seseorang. Masyarakat yang tidak terpengaruh kemajuan teknologi umumnya menggantungkan hidupnya pada alam. Mereka terbatas pada pekerjaan turun-temurun yang sudah menjadi kebiasaan dari leluhur mereka. Sebaliknya, manusia modern berusaha untuk menaklukan alam demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka terbuka pada pekerjaan-pekerjaan lain yang dianggap lebih mudah, dan dapat mensejahterakan mereka. 9. Pertumbuhan penduduk Tania (2011, hlm. 15) mengemukakan bahwa: Pertumbuhan penduduk di pedesaan menyebabkan menurunnya rasio lahan terhadap penduduk. Karena sebagian besar penduduk masih menggantungkan hidupnya pada pertanian. Penurunan rasio ini akan menyebabkan menurunnya rata-rata luas lahan pertanian per petani. Selanjutnya menurut Soemarwoto (dalam Tania, 2011, hlm. 16): Tekanan penduduk disebabkan karena lahan pertanian di suatu daerah tidak cukup untuk mendukung kehidupan penduduk pada tingkat yang dianggap layak. Karena itu penduduk berusaha mendapatkan pendapatan tambahan dengan membuka lahan baru atau pergi ke kota. Hubungan antara pertumbuhan penduduk dan jumlah lahan adalah karena semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula kebutuhan mereka terhadap lahan sementara jumlah lahan relatif tetap. Kebutuhan manusia terhadap lahan meliputi seluruh aspek dalam hidupnya, baik untuk pemukiman, fasilitas sarana pekerjaan dan sebagainya. Tingginya kebutuhan terhadap lahan menyebabkan berubahnya fungsi lahan, salah satunya berubahnya fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Sementara itu, mayoritas pekerjaan masyarakat di pedesaan adalah sebagai petani, berkurangnya lahan artinya berkurang juga sarana produksi, menyempitnya pekerjaan dan berkurang juga pendapatan masyarakat.

9 21 Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap perubahan orientasi pekerjaan masyarakat, karena secara langsung maupun tidak langsung faktor-faktor ini berpengaruh terhadap cara pandang dan sikap individu terhadap suatu pekerjaan, serta dipengaruhi oleh kondisi fisik di lingkungan dimana individu melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. D. LAHAN 1. Pengertian Lahan Lahan merupakan sumber daya yang penting bagi manusia, manusia memanfaatkan lahan sebagai tempat hidup, tempat untuk mencari nafkah, dan tempat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan mengolah dan melakukan pembangunan. Hampir semua pembangunan fisik membutuhkan lahan seperti sektor industri, sektor pertanian, perumahan, transportasi, kehutanan dan pertambangan. Mubyarto (1991, hlm. 89) mengatakan bahwa : Dalam pertanian, terutama negara kita, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Masyarakat pertanian yang hidupnya bergantung pada tanah sebagai sarana produksi merupakan korban utama dari adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, karena tidak dipungkiri dengan adanya alih fungsi lahan pertanian ke lahan pemukiman maka para petani dan buruh tani telah kehilangan sarana produksinya. Bagi petani, lahan merupakan sumber daya yang vital, petani menggantungkan tanah sebagai sarana produksi untuk memenuhi kebutuhannya. Jumlah lahan pertanian sangat berpengaruh bagi petani, ketika jumlah lahan pertanian mengalami penyusutan karena pembangunan dan sebagainya, petani merupakan korban utama karena petani kehilangan sarana produksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002, hlm. 624) lahan adalah tanah terbuka; tanah garapan. Selanjutnya menurut Jamulya dan Sunarto (dalam Fajarwanto, 2012, hlm. 14) lahan diartikan sebagai suatu

10 22 kesatuan dari sejumlah sumber daya alam yang tetap dan terbatas yang dapat mengalami kerusakan atau penurunan produktifitas sumber daya alam tersebut. FAO (dalam Arsyad, 2012, hlm. 304), lahan (land) diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas, iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang berpengaruh terhadap potensi penggunaan lahan. Selanjutnya Bintarto (1983, hlm. 14) mengemukakan bahwa : lahan dapat diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi sebagai lingkungan fisik dan kesatuan sumber daya alam yang tetap, terbatas dan dapat mengalami kerusakan atau penurunan yang digunakan sebagai tempat atau daerah untuk hidup, dimana penduduk memanfaatkan lahan untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya. Makna lahan dan tanah adalah sama, yaitu sebagai permukaan bumi yang digunakan manusia untuk segala macam kegiatan. Pengertian lahan dan tanah adalah setara dan tidak perlu dipertentangkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arsyad (2012, hlm. 304), lahan mengandung pengertian ruang atau tempat, yang sama dengan makna tanah, yaitu tanah diperlakukan sebagai ruangan di permukaan bumi yang digunakan oleh manusia untuk segala macam kegiatan. Selanjutnya menurut Arsyad (2012, hlm ) : kata lahan dapat digunakan dalam artian tanah dan sebaliknya, atau dengan kata lain tanah dan lahan mengandung pengertian yang sama. Kedua istilah atau pengertian tersebut tidak perlu dipertentangkan. Kata tanah atau lahan digunakan dalam makna yang setara dengan land. Lahan atau dapat juga disebut dengan tanah sebagai sumber daya terbatas yang terus menerus diolah dan diupayakan untuk memenuhi kebutuhan manusia

11 23 dapat mengalami kerusakan atau penurunan kualitas. Lahan atau tanah dapat mengalami kerusakan yang dapat diakibatkan oleh berbagai hal, Riquir (dalam Arsyad, 2012, hlm. 2), mengemukakan bahwa: Kerusakan tanah dapat terjadi oleh, 1) kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran; 2) terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tumbuhan; 3) penjenuhan tanah oleh air (waterlogging); 4) erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan atau menghasilkan barang atau jasa. Lahan sebagai sumberdaya yang terbatas dan tidak tetap, dapat mengalami penurunan kualitas maupun jumlah yang diakibatkan oleh banyak faktor. Pemanfaatan lahan dapat menyebabkan kualitas lahan menurun yang menyebabkan berkurangnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Jumlah lahan juga dapat berkurang karena adanya abrasi atau pengikisan daratan oleh air laut. 2. Penggunaan Lahan Manusia senantiasa menggunakan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemanfaatan lahan oleh manusia berupa upaya-upaya yang dilakukan manusia pada lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Arsyad (2012, hlm. 305) mengemukakan bahwa: Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan penyediaan air dan komoditas yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan (pertanian lahan kering atau pertanian pada lahan tidak beririgasi), sawah kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya. Selanjutnya Dit. Land Use (dalam Arsyad, 2012, hlm. 305) mengemukakan bahwa penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke

12 24 dalam lahan kota atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya. Pengelompokkan penggunaan lahan pada uraian di atas tidak mempertimbangkan aspek lain dalam penggunaan lahan, seperti skala usaha atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar, dan sebagainya. Jika faktor-faktor seperti skala usaha atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar, dan sebagainya dimasukkan, tipe pengunaan lahan menurut Arsyad (2012, hlm ) adalah sebagai berikut: a. Ladang; b. Tanaman semusim campuran, lahan kering permanen, tidak intensif; c. Tanaman semusim campuran, lahan kering permanen, intensif; d. Sawah gogo rancah (sawah yang pada saat penanaman berupa lahan kering, kemudian tergenangi air setelah cukup hujan); e. Sawah tadah hujan (tidak beririgasi, air untuk menggenangi tanah berasal dari curah hujan); f. Sawah beririgasi, satu kali setahun, tidak intensif; g. Sawah beririgasi, dua kali setahun, intensif; h. Perkebunan rakyat (karet, kopi, atau coklat, jeruk), tidak intensif; i. Perkebunan rakyat, intensif; j. Perkebunan besar, tidak intensif; k. Perkebunan besar, intensif; l. Hutan produksi, alami; m. Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya; n. Padang pengembalaan, tidak intensif; o. Padang pengembalaan, intensif; p. Hutan Lindung; q. Cagar Alam. Jadi penggunaan lahan merupakan upaya intervensi manusia untuk memanfaatkan lahan demi memenuhi kebutuhanya. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. 3. Sifat-sifat Lahan Arsyad (2012, hlm. 306) mengemukakan bahwa sifat-sifat lahan (Land Characteristics) adalah atribut atau keadaan unsur lahan yang dapat diukur atau

13 25 diperkirakan seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi, dan sebagainya. Selanjutnya menurut Karlen et al (dalam Arsyad, 2012, hlm. 306), sifat atau perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tanaman/tumbuhan tersebut disebut kualitas tanah (land quality). Dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat lahan adalah keadaan unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan yang menentukan pertumbuhan tanaman/tumbuhan. E. ALIH FUNGSI LAHAN Alih fungsi lahan pertanian bukanlah masalah baru. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun dan meningkatnya pembangunan, semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan. Sedangkan jumlah lahan terbatas sehingga mendorong adanya perubahan fungsi lahan. Harsono (1995, hlm. 13) mengemukakan bahwa: alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainya. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah merubah struktur pemilikan dan penggunaan tanah secara terus menerus. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi tanah pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan dalam jumlah jauh lebih besar. Selanjutnya Sumaryanto (tt, hlm. 4) mengemukakan bahwa: Sebagian lahan sawah yang terkonversi itu beralih fungsi menjadi lahan pertanian lahan kering dan sebagian lainnya beralih fungsi ke penggunaan non pertanian untuk memenuhi kebutuhan pemukiman, pengembangan industri, jasa dan sebagainya. Sihaloho, Dharmawan dan Rusli (2007, hlm ) dari hasil penelitiannya yang dilakukan di Kelurahan Mulyaharja, mengemukakan faktorfaktor yang menyebabkan konversi lahan berdasarkan faktor pokok konversi, pelaku, pemanfaat dan prosesnya, konversi dapat dibedakan menjadi tujuh tipologi yaitu:

14 26 1. Konversi Gradual-Berpola Sporadis Pola konversi ini diakibatkan oleh dua faktor penggerak utama yaitu lahan yang tidak/kurang produktif (bermanfaat secara ekonomi) dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi; 2. Konversi Sistematik Berpola enclave Konversi sistematik berpola enclave yang dimaksud adalah sehamparan tanah yang terkonversi secara serentak; 3. Konversi Lahan sebagai Respon Atas Pertumbuhan Penduduk (Population growth driven land conversion) Pertumbuhan penduduk baik secara alami (natural) maupun karena migrasi masuk lebih besar dari keluar. Kebutuhan tempat tinggal akibat pertambahan penduduk mengakibatkan lahan-lahan terkonversi. Konversi yang diakibatkan oleh faktor penggerak utama pertumbuhan penduduk disebut dengan konversi adaptasi demografi; 4. Konversi yang disebabkan oleh Masalah Sosial (Social problem driven land conversion) Keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan adalah dua faktor utama penggerak melakukan konversi lahan; 5. Konversi Tanpa Beban Satu faktor penggerak utama dari pola konversi tanpa beban adalah keinginan untuk mengubah nasib hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin ke luar dari kampung atau kelurahan. Pola konversi tanpa beban ini lebih pada warga yang menjual tanahnya sekaligus ke luar dari sektor pertanian ke non-pertanian; 6. Konversi Adaptasi Agraris Pola konversi adaptasi agraris terjadi karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari warga. Dikatakan berpola adaptasi agraris jika warga yang memiliki tanah yang relatif kurang produktif (kelas 2-5) ingin meningkatkan hasil pertaniannya dengan cara menjual tanah yang kurang produktif dan membeli tanah yang relatif lebih bagus (kelas 1-2), paling tidak ada perubahan kualitas; 7. Konversi Multi Bentuk atau Tanpa Pola Konversi multi bentuk ini merupakan konversi yang diakibatkan berbagai faktor. Namun, secara khusus faktor yang dimaksud adalah faktor peruntukkan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan. Termasuk sistem waris yang tidak spesifik dijelaskan dalam konversi adaptasi demografi. Faktor penggerak utama dari ketujuh tipologi tersebut di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1. Pola Konversi Lahan Faktor Penggerak Utama Pola Konversi Lahan (driving force)

15 27 Konversi Sporadis Gradual-Berpola Konversi Sistematik Berpola enclave Konversi Lahan sebagai Respon Atas Pertumbuhan Penduduk (Population growth driven land conversion) Konversi yang disebabkan oleh Masalah Sosial (Social problem driven land conversion) Konversi Tanpa Beban Lahan tidak produktif lagi (bermanfaat) dan keterdesakan ekonomi Tawaran pihak pemodal dan keinginan alih fungsi lahan Kebutuhan tempat tinggal dan pertambahan penduduk baik karena pertambahan penduduk alami maupun karena migrasi masuk lebih besar dari keluar Keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan Keinginan untuk berubah dan ingin ke luar dari kampung dan atau kelurahan Konversi Adaptasi Agraris Keterdesakan ekonomi dan Konversi Multi Bentuk atau Tanpa Pola keinginan untuk berubah Semua faktor termasuk kebutuhan pihak tertentu Jadi alih fungsi lahan dapat dilakukan berdasarkan dorongan atau motif yang berbeda dengan tujuan utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Setiap kegiatan alih fungi lahan memiliki peruntukkan yang berbeda sesuai dengan tujuan dari adanya alih fungsi lahan seperti untuk pemukiman, pertanian, fasilitas umum dan sebagainya. Perubahan alih fungsi lahan dapat diikuti dengan membandingkan peta tata guna lahan dari beberapa tahun. Berdasarkan informasi yang didapat dari peta tata guna lahan tersebut dapat diketahui pertambahan jumlah desa, pertambahan luas daerah pemukiman dan berkurangnya daerah pertanian dan hutan sebagai akibat meningkatnya kebutuhan penduduk terhadap lahan. Manuwoto (dalam Sudiana, 2012, hlm. 20) mengemukakan pendapatnya bahwa perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor, diantaranya faktor sosial, atau kependudukan, pembangunan, ekonomi, penggunaan jenis teknologi, dan kebijakan pembangunan makro.

16 28 Pertumbuhan penduduk menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (2010), pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49%. Peningkatan jumlah penduduk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Lembaga Demografi FEUI (2007, hlm. 113) migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang memengaruhi pertumbuhan penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian. Selanjutnya Koentjaraningrat (2004, hlm. 377) mengemukakan bahwa : Memang negara Indonesia, merupakan salah satu di antara sejumlah negara di dunia yang jumlah penduduknya itu paling besar.... Laju kenaikan penduduk di Indonesia adalah salah satu di antara yang paling cepat di dunia. Jumlah penduduk yang meningkat secara pesat berbanding lurus dengan kebutuhannya terhadap lahan baik untuk kebutuhan infrastruktur seperti perumahan, jalan, industri, perkantoran dan bangunan lain menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat. Sementara itu lahan merupakan sumber daya yang terbatas dimana jumlah lahan adalah tetap bahkan cenderung berkurang karena abrasi sehingga menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan. F. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI LAHAN Alih fungsi lahan merupakan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari suatu kegiatan menjadi kegiatan lainnya. Hal ini terjadi karena terbatasnya luas lahan untuk memenuhi suatu kebutuhan sehingga menyebabkan berkurangnya luas lahan yang lain. Penggunaan lahan oleh masyarakat berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap lahan tersebut. bahwa: Soemarwoto (dalam Fajarwanto, 2011, hlm ) mengemukakan Perubahan yang terjadi pada lingkungan sosial budaya masyarakat akan menimbulkan tekanan penduduk terhadap kebutuhan akan lahan. Tekanan

17 29 penduduk yang besar akan lahan ini diperbesar oleh bertambah luasnya lahan pertanian yang digunakan untuk keperluan lain, misalnya pemukiman, jalan dan pabrik. Menurut Sihaloho (dalam Agustin, 2014, hlm. 3) faktor-faktor yang memengaruhi konversi lahan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1. Faktor pada aras makro: meliputi pertumbuhan industri, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan penduduk, intervesi pemerintahan dan marginalisasi ekonomi; 2. Faktor pada aras mikro: meliputi pola nafkah rumah tangga (struktur ekonomi rumah tangga), kesejahteraan rumah tangga (orientasi nilai ekonomi rumah tangga), strategi bertahan hidup rumah tangga (tindakan ekonomi rumah tangga). pertumbuhan Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa meningkatnya penduduk dan kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan hidup merupakan faktor yang memengaruhi terjadinya konversi atau alih fungsi lahan. Selanjutnya Yuniarto dan Woro (dalam Fajarwanto, 2011, hlm ) mengemukakan beberapa faktor yang memengaruhi perubahan penggunaan lahan yaitu: 1. Faktor Alamiah Penggunaan di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor alamiah di wilayah tersebut. Manusia mengolah lahan dengan komposisi penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan untuk kelangsungan hidup, baik yang menyangkut kondisi iklim, tanah, topografi, maupun morfologi suatu wilayah. Dari beberapa faktor alamiah di atas akan dibahas di bawah ini: a. Faktor Iklim Pola dan persebaran tanaman akan dipengaruhi oleh beberapa unsur iklim seperti suhu, curah hujan dan kelembaban udara. Manusia dalam membudidayakan tanaman produksinya, cenderung memilih daerah yang cocok untuk tanaman agar tumbuh optimal. b. Faktor Geologi dan Tanah Kondisi batuan suatu daerah akan memengaruhi keadaaan tanah di daerah tersebut. Faktor tanah erat kaitannya dengan aktivitas pertanian. Kondisi tanah yang subur cenderung banyak dimanfaatkan untuk produksi pertanian. c. Faktor Topografi

18 30 Topografi berpengaruh pada corak yang beragam pada penggunaan lahan. Topografi yang relatif landai atau datar cenderung berkembang pemukiman dan pertanian serta jaringan transportasi, karena morfologi yang landai memudahkan untuk beraktivitas. 2. Faktor Sosial Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatan sumber daya alam tergantung tingkat pendidikan, keterampilan atau keahlian, mata pencaharian dan penggunaan teknologi serta adat-istiadat yang berlaku di daerah yang bersangkutan. Di bawah ini akan dibahas faktor-faktor tersebut: a. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Tingkat pendidikan dan keterampilan akan menentukan jenis pekerjaan, sedangkan pertumbuhan dan kepadatan penduduk menjadi pendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan. b. Mata Pencaharian Adanya perubahan jenis mata pencaharian ini dimungkinkan karena terjadinya perubahan ruang yang terjadi berupa lahan pertanian berubah menjadi lahan non pertanian. Sehingga diperlukan upaya penyesuaian terhadap kondisi yang ada saat ini. c. Teknologi Ilmu dan teknologi bertanggung jawab atas terjadinya perubahan pada relasi manusia dengan lingkunganya. Manusia primitif dengan kemampuan dan alat yang serba terbatas hidupnya banyak bergantung dari kemurahan alam. Sebaliknya, manusia modern berusaha sekuatkuatnya untuk menaklukan alam dan mengatur lebih lanjut alam tersebut demi kemewahan hidupnya. Ilmu dan teknologi dapat dipandang sebagai kunci untuk membuka pintu kemajuan, kemakmuan dan kesejahteraan. Jadi alih fungsi lahan dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dapat disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu alih fungsi lahan juga dapat disebabkan oleh faktor iklim, geologi tanah, topografi, tingkat pendidikan dan keterampilan, mata penaharian dan teknologi. G. DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN Alih fungsi lahan pada umumnya memiliki dampak positif dan juga memiliki dampak negatif. Dampak positif alih fungsi lahan adalah majunya pembangunan dan tercukupinya fasilitas-fasilitas baik pendidikan, kesehatan,

19 31 hiburan, olah raga, transportasi dan sebagainya. Bahkan alih fungsi lahan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan dibangunnya perusahaanperusahaan atau pabrik-pabrik yang bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun, alih fungsi lahan secara besar-besaran dapat mengakibatkan dampak negatif. Alih fungsi lahan dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Sumaatmadja (dalam Sudiana, 2012, hlm. 20) mengemukakan bahwa: Pergeseran fungsi tata guna lahan tanpa memperhatikan kondisi geografis yang meliputi segala faktor fisik dengan daya dukungnya dalam jangka panjang akan membawa dampak negatif terhadap lahan dan lingkungan bersangkutan yang akhirnya pada kegiatan manusia itu sendiri. Selanjutnya Fajarwanto (2011, hlm ) mengemukakan bahwa: Perubahan lingkungan yang terjadi sebagai akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman berupa berkurangnya lahan hijau yang menyebabkan permukaan yang kedap air bertambah, sehingga makin sedikit air yang meresap ke dalam tanah. Rendahnya penambahan air tanah melalui infiltrasi pada musim hujan akan menyebabkan menurunnya pasokan air pada musim kemarau, sementara kebutuhan air irigasi pada musim kemarau meningkat. Dampaknya selain menurunnya luas daerah layanan irigasi, menurunnya intensitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kekeringan. Kondisi demikian dapat berdampak terhadap penurunan produksi pangan secara nasional. Dalam penelitian Marlina (2009) di Desa Padalarang dalam kurun waktu perubahan penggunaan lahan terjadi sangat cepat. Sebagian besar penggunaan lahan pertanian berubah menjadi pemukiman, sehingga berakibat pada debit air limpasan permukaan di daerah penelitian. Air limpasan (Run Off) dapat diartikan sebagai air yang dalam perjalanannya menuju saluran berada di atas permukaan tanah. Lahan pertanian yang berubah menjadi pemukiman diantaranya tegalan, sawah irigasi dan kebun. Debit limpasan bertambah dalam kurun waktu 10 tahun. Tahun 1998 debit air limpasan penggunaan lahan dan pemukiman sebesar m 3 /tahun. Kemudian bertambah hampir dua kali lipat menjadi pada Dalam waktu 10 tahun debit

20 32 limpasan penggunaan lahan pertanian dan pemukiman bertambah m 3. Apabila dihitung setiap tahunnya debit limpasan permukaan bertambah sebesar ,7 m 3 /tahun. Meningkatnya debit air limpasan permukaan dapat merugikan manusia sendiri, karena akan memengaruhi cadangan air dan erosi akan sering terjadi. Sihaloho (dalam Agustin, 2014, hlm. 4) menjelaskan bahwa konversi lahan berimplikasi pada perubahan struktur agraria. Adapun perubahan yang terjadi, yaitu: 1. Perubahan pola penguasaan lahan. Perubahan yang terjadi akibat konversi yaitu terjadinya perubahan penguasaan tanah. Petani pemilik berubah menjadi penggarap dan penggarap berubah menjadi buruh tani. Implikasi dari perubahan ini adalah buruh tani sulit untuk mendapatkan lahan dan terjadi proses marginalisasi; 2. Perubahan pola penggunaan lahan. Konversi lahan menyebabkan pergeseran tenaga kerja dalam pemanfaatan sumber agraria. Konversi lahan pertanian menyebabkan perubahan pada pemanfaatan tanah dengan intensitas pertanian yang makin tinggi; 3. Perubahan pola hubungan agraria. Tanah yang semakin terbatas menyebabkan berubahnya sistem pembagian hasil, demikian juga munculnya sistem tanah baru, yaitu sistem sewa dan jual gadai; 4. Perubahan pola nafkah agraria. Keterbatasan lahan pertanian dan keterdesakan ekonomi rumah tangga menyebabkan pergeseran mata pencaharian dari pertanian menjadi non pertanian; 5. Perubahan sosial dan komunitas. Konversi lahan menyebabkan kemunduran kemampuan ekonomi (pendapatan yang semakin menurun). Alih fungsi lahan tidak hanya berdampak terhadap perubahan lingkungan fisik karena perubahan penggunaan lahan, tetapi juga perubahan kondisi sosial bahkan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat karena berubahnya kondisi alam, kegiatan, sumber penghasilan dan perubahan kondisi ekonomi. Soekanto (2007, hlm. 374) mengemukakan dampak pada sistem sosial budaya diartikan sebagai pelanggaran terhadap sistem sosial budaya, tubrukan terhadapnya ataupun benturan. Hal itu berarti bahwa dalam keadaan keadaan tertentu terjadi masalah-masalah berfungsinya sistem sosial budaya tersebut.

21 33 Dampak sosial alih fungsi lahan berupa masalah yang disebabkan oleh faktor ekonomi seperti kemiskinan dan pengangguran. Alih fungsi lahan berarti menyusutnya sarana produksi petani yang menyebabkan berkurang pula pendapatan petani, sehingga petani mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. melakukan perubahan orientasi pekerjaan. Untuk memenuhi kebutuhannya kemudian petani Masyarakat yang pada mulanya bekerja sebagai petani akan mengandalkan pekerjaan pada sektor lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian masyarakat yang memiliki keahlian akan bekerja pada pekerjaan lain di luar sektor pertanian, seperti sektor industri atau jasa, sementara mereka yang tidak memiliki keahlian lain akan menjadi pengangguran. Kemiskinan dan pengangguran jika dibiarkan dapat memicu masalah sosial lain seperti kejahatan, peperangan dan pelanggaran terhadap norma masyarakat. Hal lain yang dapat menjadi masalah adalah tingginya tingkat urbanisasi. Menurut Dirdjosisworo (dalam Naszir, 2008, hlm. 51) urbanisasi berasal dari kata urban (kota) yang berarti mengalirnya penduduk dari desa ke kota dalam wilayah suatu Negara tertentu, sehingga terjadilah pemusatan penduduk di kotakota besar. Meningkatnya alih fungsi lahan menyebabkan banyak penduduk desa yang pergi ke kota karena di kota banyak didirikan pusat-pusat industri yang dapat menyerap tenaga kerja. Hal inilah yang mendorong terjadinya urbanisasi yang menyebabkan ledakan jumlah penduduk di kota. Hal ini seperti pendapat Dwyer, Sing dan Suharso (dalam Naszir, 2008, hlm. 69) berpendapat sama yaitu sebab dari perpindahan penduduk desa ke kota adalah karena kekurangan tanah dan rendahnya pendidikan atau motivasi ekonomi. Selain itu Hauser, dkk (dalam Naszir, 2008, hlm. 70) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi urbanisasi yaitu : 1. Perubahan teknologi yang lebih cepat di bidang pertanian dari pada di bidang bukan pertanian, yang mempercepat arus penduduk dari pedesaan;

22 34 hlm ) : 2. Kegiatan produksi untuk ekspor terpusat di kawasan kota. 3. Pertambahan alami yang tinggi di pedesaan; 4. Susunan kelembagaan yang membatasi daya serap pedesaan, seperti: sistem pemilikan tanah, kebijakan harga dan pajak yang bersifat menganak-emaskan penduduk perkotaan; 5. Layanan pemerintah yang lebih berat pada perkotaan; 6. Kelembagaan (inertia) faktor negatif yang menahan penduduk tetap tinggal di pedesaan; 7. Kebijakan perpindahan penduduk oleh pemerintah dengan tujuan mengurangi arus penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Dampak urbanisasi terhadap masalah perkotaan menurut Naszir (2008, 1. Melonjaknya jumlah penduduk Perpindahan penduduk ke perkotaan menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan. Jumlah penduduk yang besar di kota menambah masalah baru terutama kepadatan penduduk akan berpengaruh pada sanitasi lingkungan, pemukiman kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya. 2. Menjamurnya sektor informal Sektor informal timbul sebagai produk perekonomian kota dan adanya urbanisasi. Kegiatan sektor informal ini dapat disebutkan seperti, pedagang kaki lima, penjual surat kabar, pedagang rokok di perempatan jalan yang strategis, dan sebagainya. Mereka yang terjun ke dalam kegiatan sektor informal ini sebagian besar tidak dibekali keterampilan dan bekal yang cukup, oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan hidup dan mempertahankan kehadirannya mereka terjun ke dalam kegiatan sektor informal. Sektor informal didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marginal (kecil-kecilan) yang mempunyai beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, tempat tidak tetap, berdiri sendiri, berlaku di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah, tidak memerlukan keahlian dan keterampilan khusus, lingkungan kecil/keluarga, dan tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan maupun perkreditan. 3. Kemerosotan lingkungan kota Kemerosotan lingkungan kota dapat dilihat dari semakin banyaknya penduduk pendatang mendiami lokasi-lokasi di luar kemampuan dukungan lingkungan tempat mereka tinggal, akibatnya daerah itu semakin padat, bangunan semakin berhimpitan, penyempitan sungai karena pinggirannya didirikan bangunan liar yang dapat menyebabkan banjir di musim hujan. Selain itu polusi udara akibat tingginya pertambahan kendaraan bermotor dan permasalahan sampah juga

23 35 menjadi indikator kemerosotan lingkungan akibat tingginya jumlah penduduk di perkotaan akibat urbanisasi. 4. Timbulnya pengangguran, gelandangan dan kriminalitas Urbanisasi yang mengakibatkan kepadatan dan konsentrasi penduduk yang berlebihan di perkotaan dapat menimbulkan berbagai masalah kebutuhan pokok seperti makanan, lapangan kerja, perumahan, pendidikan dan lain sebagainya. Dahulu di desa-desa tidak dikenal adanya masalah pengangguran dan gelandangan atau sifatnya sangat kecil sekali dan merupakan pengecualian, tetapi sekarang jumlahnya sudah mulai meningkat dan memacu mereka untuk pergi ke kota. Gejala pengangguran, gelandangan, dan kriminalitas di daerah perkotaan sering disebutkan karena produk urbanisasi yang sangat diperhitungkan sebagai indikator masalah dalam pembangunan kota. Alih fungsi lahan dapat menyebabkan pengangguran di desa oleh karena itu mereka bermigrasi ke kota, umumnya mereka yang merupakan pekerja kasar atau petani dengan latar belakang pendidikan yang rendah tidak mudah dalam mencari pekerjaan yang layak sesuai harapan hidup yang layak. Akibatnya mereka asal bekerja untuk mempertahankan hidup di kota, hal ini mendorong timbulnya gelandangan dan kejahatan-kejahatan di kota-kota. 5. Masalah pengadaan perumahan Tingginya arus urbanisasi akibat alih fungsi lahan pertanian menyebabkan masalah perumahan di perkotaan. Berbeda dengan situasi di desa-desa lahan untuk perumahan masih tersedia dengan harga dan pembangunan perumahan relatif murah; rata-rata keluarga dapat mendirikan rumah mereka yang secara kuantitatif perumahan di pedesaan tidak menjadi masalah, hanya dari segi kualitatif mungkin masih membutuhkan pendidikan teknik konstruksi maupun bangunan, yang sudah tentu berbeda dan bertolak belakang masalahnya dengan kondisi di kota-kota. Jumlah penduduk kota yang bertambah akibat arus urbanisasi menyebabkan kebutuhan terhadap perumahan juga meningkat. Sementara jumlah lahan di perkotaan terbatas dan harga lahan serta pembangunanya relatif mahal, sehingga banyak para pendatang di perkotaan mendirikan bangunan-bangunan liar untuk tempat tinggal. Bangunan liar yang didirikan di lahan yang bukan untuk perumahan dan konstruksi seadanya menyebabkan timbulnya perkampungan-perkampungan kumuh di perkotaan. Alih fungsi lahan tidak hanya berdampak terhadap perubahan lingkungan fisik karena perubahan penggunaan lahan, tetapi juga perubahan kondisi sosial bahkan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat karena berubahnya kondisi

24 36 alam, kegiatan, sumber penghasilan dan perubahan kondisi ekonomi. Dampak sosial alih fungsi lahan berupa masalah yang disebabkan oleh faktor ekonomi seperti kemiskinan dan pengangguran. Meningkatnya kemiskinan dan pengangguran di desa dapat menyebabkan meningkatnya arus urbanisasi karena masyarakat pindah dan mencari pekerjaan di kota. Tingginya arus urbanisasi dapat menyebabkan berbagai permasalahan di kota diantaranya dapat menyebabkan melonjaknya pertumbuhan penduduk, menjamurnya sektor informal, kemerosotan lingkungan kota, timbul pengangguran, gelandangan dan kriminalitas serta masalah pengadaan perumahan sehingga menimbulkan lingkungan kumuh di perkotaan. H. DAERAH PINGGIRAN KOTA Daerah pinggiran kota sebagai suatu wilayah perluasan kegiatan perkembangan kota dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran yang dapat menyebabkan perubahan secara fisik seperti perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan lingkungan, serta kondisi sosial ekonomi. Meningkatnya pemukiman di daerah pinggiran kota merupakan realisasi dari meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan. Giyarsih (dalam Rolina, 2013, hlm. 7) mengemukakan bahwa daerah pinggiran kota didefinisikan sebagai daerah yang berada dalam proses transisi dari daerah pedesaan menjadi perkotaan. Selanjutnya Kurtz dan Eicher (dalam Daldjoeni, 1987, hlm. 48) mengemukakan enam definisi rural-urban fringe: 1. Kawasan dimana tata guna lahan rural dan urban saling bertemu dan mendesak di periferi kota; 2. Rural-urban fringe meliputi semua kebutuhan semua sub-urban, kota satelit dan terotorium lain yang terlokasi langsung di luar kota dimana tenaga kerja terlibat di bidang non agraris; 3. Suatu kawasan yang letaknya di luar perbatasan kota yang resmi, tetapi masih ada di dalam jarak melajo (commuting distance); 4. Kawasan di luar kota yang penduduknya berkiblat ke kota (urban oriented residents);

25 37 5. Suatu kawasan pedesaan yang terbuka, yang dihuni oleh orang-orang yang bekerja di kota; 6. Suatu daerah dimana bertemu mereka yang berpangku jiwa di kota dan di desa. Daerah pinggiran kota sebagai daerah transisi, daerah ini berada dalam tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang meningkat yang berdampak pada perubahan lingkungan secara fisik termasuk alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian dengan berbagai dampaknya. I. PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL 1. Pendidikan Untuk Perubahan Pendidikan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan disini harus mampu berperan untuk melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi untuk dapat mempersiapkan masyarakat agar tercipta Sumber Daya Manusia yang unggul. Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam Undang-Undang di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah sebagai salah satu faktor pendorong terjadinya perubahan berupa pengembangan kemampuan peserta didik, pembentukan watak

26 38 dan peradaban, pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Peserta didik merupakan bagian dari masyarakat. Menurut Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 609), tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan, sebab kehidupan sosial adalah dinamis. Pendidikan harus mampu membekali peserta didiknya sebagai bagian dari masyarakat untuk menjadi generasi yang siap menghadapi segala bentuk perubahan dan pendidikan harus mampu menjadi agen perubahan, maksudnya pendidikan harus mampu menjadi perantara terhadap adanya perubahan. Pendidikan sebagai wadah pengembangan kualitas manusia dan segala pengetahuan tentunya menjadi agen penting yang ikut menentukan perubahan sosial masyarakat ke depan. Karena perubahan sosial mengacu pada kualitas masyarakat, sementara kualitas masyarakat tergantung pada kualitas pribadipribadi anggotanya maka tentunya lembaga pendidikan memainkan peranan yang cukup signifikan menentukan sebuah perubahan sosial yang mengarah kepada kemajuan. Proses pendidikan bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang memiliki kemampuan dan potensi secara intelektual dan memiliki watak dan akhlak yang terpuji sebagai bagian dari masyarakat. Pendidikan diharapkan mampu untuk menghasilkan generasi muda seperti yang digambarkan dalam Undang-Undang tersebut sehingga dapat membawa perubahan sosial yang positif bagi suatu bangsa di masa depan. 2. Pendidikan Sosiologi Dalam Mengkaji Perubahan Sosial Pendidikan sosiologi adalah aplikasi prinsip-prinsip sosiologi pada lembaga pendidikan sebagai unit sosial. Adapun ruang lingkup pendidikan sosiologi menurut Halim (2013) meliputi: a. Analisis terhadap pendidikan selaku alat kemajuan social

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sumberdaya Lahan Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Wilayah dan Hirarki Wilayah Secara yuridis, dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

berkurang. Kebutuhan akan lahan sangatlah penting bagi setiap makhluk hidup karena lahan

berkurang. Kebutuhan akan lahan sangatlah penting bagi setiap makhluk hidup karena lahan A. Pengertian Lahan Penduduk yang bertambah banyak secara otomatis akan membutuhkan lahan yang semakin meningkat, akan tetapi lahan sifatnya terbatas yakni tidak bertambah atau pun berkurang. Kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan untuk pemukiman beserta sarananya juga untuk menopang kelangsungan hidup manusia terutama bagi yang

Lebih terperinci

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk 1 B A B I PE N D A H U L U A N A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2015 mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan masyarakatnya masih bergantung pada kepemilikan lahan. Warga pedesaan kebanyakan masyarakatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Pertanian Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti sebagai tempat hidup, tempat mencari nafkah. Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. Upaya pemenuhan kebutuhan ini, pada dasarnya tak pernah berakhir, karena sifat kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sunda, dalam bahasa Jawa adalah lemah (karena berarti pula uncapable maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sunda, dalam bahasa Jawa adalah lemah (karena berarti pula uncapable maka 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lahan Mangunsukardjo (1996: 1) mendefinisikan lahan berasal dari bahasa Sunda, dalam bahasa Jawa adalah lemah (karena berarti pula uncapable maka tidak digunakan). Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kota sebagai pusat berbagai kegiatan baik itu kegiatan perekonomian, kegiatan industri, kegiatan pendidikan, perdagangan, hiburan, pemerintahan dan juga sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. A. Alih Fungsi Lahan. kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi.

II. LANDASAN TEORI. A. Alih Fungsi Lahan. kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi. II. LANDASAN TEORI A. Alih Fungsi Lahan Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti sebagai tempat hidup, tempat mencari nafkah. Lahan merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar bagi pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Alih Fungsi Lahan dan Faktor-Faktor Penyebabnya Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tanam Pola tanam dapat didefinisikan sebagai pengaturan jenis tanaman atau urutan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang lahan dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah telah memberikan tanggungjawab yang besar kepada daerah dalam mengelola pemerintahan dan sumberdaya daerah. Otonomi yang diberikan pemerintah pusat dilaksanakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

TEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI

TEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI TEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI Oleh K.Iswasta Eka Urbanisasi pada umumnya didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan orangnya disebut sebagai kaum urban, meskipun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan pemukiman. Pada awalnya lingkungan mungkin hanyalah lahan kosong, rawarawa, atau bahkan hutan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agraria Pengertian agraria menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 1960 (UU No.5 Tahun 1960) adalah seluruh bumi, air dan ruang angkasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Saat ini penggunaan lahan permukiman sangat meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang ada pada suatu wilayah. Hal ini karena manusia membutuhkan lahan untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu kawasan yang berada di permukaan bumi yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial yang salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, terutama kondisi lahan pertanian yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak menurunkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN DESA - KOTA : 1 A. PENGERTIAN DESA a. Paul H. Landis Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu pun dengan pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 4 tahun 1992, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya bersifat tetap. Ita

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas ketersediaannya. Seperti sumber daya alam lainnya, lahan merupakan salah satu objek pemenuhan

Lebih terperinci

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota Geografi Pengertian Desa Kota Potensi Desa Kota Unsur - unsur potensi Fisik desa Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota Sekian... Pengertian Desa... Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) 1

Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) 1 ISSN : 1978-4333, Vol. 01, No. 02 5 Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) 1 Martua Sihaloho 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Formal Geografi adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memperhatikan aspek-aspek geografi yang mendukung dalam pembangunan wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Pola Konversi dan Pemanfaatan Lahan yang Dikonversi

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Pola Konversi dan Pemanfaatan Lahan yang Dikonversi 7 TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini akan menjelaskan mengenai acuan-acuan yang melandasi pemikiran terhadap permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari laporan hasil penelitian, baik cetak maupun

Lebih terperinci

Dari rumusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konversi hak-hak atas tanah adalah penggantian/perubahan hakhak atas tanah dari status yang lama

Dari rumusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konversi hak-hak atas tanah adalah penggantian/perubahan hakhak atas tanah dari status yang lama KONVERSI RH Pengertian Konversi Beberapa ahli hukum memberikan pengertian konversi yaitu : A.P. Parlindungan (1990 : 1) menyatakan : Konversi itu sendiri adalah pengaturan dari hak-hak tanah yang ada sebelum

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN Sub Kompetensi Mengerti komponen-komponen dasar drainase, meliputi : Pengantar drainase perkotaan Konsep dasar drainase Klasifikasi sistem drainase Sistem drainase

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat, Balik Bukit adalah Kecamatan yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat, Balik Bukit adalah Kecamatan yang terletak di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Kecamatan Balik Bukit merupakan 1 dari 25 Kecamatan lain

Lebih terperinci