BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Girder Crane Kerangka girder crane adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk mendukung semua mekanisme operasi, perlengkapan listrik, motor dan peralatan pengendali carane tersebut. Kerangka harus dapat menahan beban mati dari luar,tekanan angin, gaya inersia dan lain-lain, dan kerangka ini akan mentrasmisi gaya-gaya tersebut pada pondasi atau melalaui roda dan rel jalan ke pondasi atau pendukung lainnya pada bangunan gedung. Kerangka girder crane harus dapat menjamin kekuatan dan stabilitas kontruksi secara keseluruhan. Hal ini berarti tegangan pada elemennya secara terpisah tidak boleh melebihi batas amannya sedangkan rengangan yang terjadi harus dapat ditentukan dengan sendirinya. Disamping itu, rengangan sangat kecil sehingga dapat diabaikan maka beban variabel yang bekerja pada crane tidak menyebabkan getaran pada kerangka girder secara keseluruhan ataupun komponennya. Kekakuan struktur atau kerangka girder crane yang cukup merupakan tuntutan utama untuk mendapatkan operasi seluruh mekanisme kerja yang dapat diandalkan dan bebas dari gangguan. Oleh karena itu, desain dan perhitungan kerangka girder crane harus dilakukan dengan ketelitian tinggi. 5

2 2.2 Jenis-jenis Girder Crane Jenis Utama Konstruksi Kerangka Girder Crane Jenis utama kerangka girder crane berdasarkan konstruksi dilihat dari pembuatan dan bentuknya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kerangka girder crane dengan profil WF-Beam Yaitu konstruksi kerangka girder crane yang digunakan dari bahan profil WF-Beam, yang dilihat dari segi bentuknya berdasarkan kebutuhan kerjanya ada yang dibuat single girder atau double girder b. Kerangka girder crane dengan plate (Box Girder) Yaitu konstruksi kerangka girder crane yang digunakan dari bahan plat, yang dilihat dari segi bentuk berbentuk box atau lebih dikenal dengan nama box girder, disamping itu berdasarkan kebutuhan kerjanya ada yang dibuat dengan single girder atau double girder Struktur Kerangka Girder Crane Berdasarkan Kebutuhannya Struktur kerangka girder crane berdasarkan prinsip kebutuhan dibedakan menjadi : A. Konstruksi Kerangka Crane Jalan Tergantung pada kapasitas pengangkut dan panjang bentangan, konstruksi crane jalan dibuat dari girder pelat (T-ganda), Girder rangka batang atau kotak, dan girder profil H- Beam atau WF-Beam serta INP Beam. a. Kerangka Pelat Crane Jalan 6

3 Kerangka crane jalan dengan girder pelat ini ada yang dibuat dengan model singel span girder atau double span girder, dimana span girder utama memanjang yang ujungujungnya dikaitkan pada dua girder silang (end cariage) yang menjadi tempat pemasangan roda jalan. Elemen lainnya dilengkapi dengan girder sisi atau tambahan penopang silang dengan lantai platfrom dan kabin operator (bagian-bagian ini tidak semuanya terdapat pada crane girder pelat). Gambar 2.1 Konstruksi Pelat Girder Crane Jalan b. Konstruksi Girder Rangka Batang Crane Jalan Konstruksi girder rangka batang crane jalan ini biasanya dipakai bentang 12 meter atau lebih. Tinggi rangka batang ini biasanya h = (1/12 sampai 1/10) L. Kerangka ini dapat didesain dengan berbagai bentuk yakni desain bentuk segitiga ataupun diagonal. Konstruksi rangka batang ini didesain dengan berbagai bentuk dan dilihat dari segi pembuatannya, yaitu antara lain. 7

4 2.3 Syarat-syarat Perencanaan Girder Crane Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan girder crane adalah sebagai berikut : a. Pemilihan bahan atau material harus tepat sesuai dengan kapasitas pengangkatan yang direncanakan b. Perhitungan perencanaan harus dilakukan dengan ketelitian yang tinggi, yang meliputi kekuatan bahan, momen, defleksi, dan lain sebagainya. c. Girder harus dapat menjamin kekuatan dan stabilitas konstruksi secara keseluruhan. d. Perencanaan girder harus disesusaikan dengan bentuk barang, lokasi, jarak, dan ketinggian yang akan dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya. e. Konstruksi girder harus mampu memberikan kenyamanan dalam keselamatan kerja baik pada waktu pengoprasian maupun tidak. 2.4 Variasi Konstruksi Crane Jalan pemasangan konstruksi girder crane jalan terhadap end cariage baik girder yang terbuat dari material pelat, H-Beam atau WF-Beam dan rangka batang. Disini akan digambarkan salah satu pemasangan konstruksi girder terhadap end cariage dan dudukan dasar rel, yang dimana girder terbuat dari H-Beam atau WF-Beam, yaitu : a. Overhead Crane Girder Ganda Overhead crane ini adalah dimana konstruksi pemasangan girder, end cariage dan rel sama dengan konstruksi pemasangan girder tunggal, yaitu diatas flens profil H- 8

5 Beam yang sebagai dasar jalannya girder kearah kanan maupun ke arah kiri. Sehingga bentangan girder crane macam ini dinamakan overhead crane double girder. Gambar 2.2 Overhead Crane Double Girder ( sumber : ) 2.5 Prinsip Dasar Kerangka Girder Wide Flange (WF-beam) Kerangka girder untuk overhead crane yang terbuat dari profil WF-Beam merupakan salah satu girder yang paling banyak digunakan untuk alat transportasi jarak pendek salah satu diantara adalah sektor fabrikasi, sebagian besar crane digunakan adalah overhead crane dengan girder balok IPE[atau lebih dikenal dengan nama H-Beam atau WF-Beam]. Keunggulan pembuatan girder overhead crane dengan WF-Beam ini adalah lebih mudah 9

6 pembuatannya, ekonomis dan efektif. Disamping bobot mati girder itu sendiri lebih berat sehingga dapat membantu untuk beban pengereman pada roda end cariage sebagai penjalan girder dan defleksi yang ditimbulkan sangat kecil serta tidak menimbulkan suara bising pada sata beroperasi dibandingkan girder pelat (Box Girder). Dengan demikian girder overhead crane macam ini pada transmisi roda end cariage penggerak utama yaitu motor penggerak ada yang menggunakan motor dengan break (rem) dan motor tanpa break. Disini penulis akan mengurai secara ringkas sebagian komponen gambaran tentang perencanaan pembuatan girder ganda overhead crane untuk kapasitas 5 Ton, diantaranya : a. Perancangan Pertama Kita merencanakan girder dengan menggunakan profil balok IPE atau lebih dikenal dengan nama (WF atau H-Beam)]. Huruf IPE berturut-turut dimakasudkan sebagai bentuk penampang, sejajar dan cara tradisi Eropa. Profil jenis ini dapat diperoleh dengan ketinggian antara 80 mm sampai 600mm. Gambar 2.3 Profil Balok IPE 200 Dalam perencanaan girder overhead crane untuk kepastian 5 ton, material yang diperlukan dalam perencanaan untuk memenuhi kriteria tersebut kita gunakan profil WF 800 x 200 x 11 x 17, dari keterangan profil tersebut lebih dikenal dengan nama WF 800, 10

7 karena di pasaran standar untuk profill 800 tidak ada, maka cara untuk mendapatkan kriteria tersebut kita harus membelah dari WF 600 menjadi WF 800 sesuai perhitungan rumus diatas. Gambar 2.4 Cara merubah profil dari WF 600 menjadi WF 800 Dari perubahan profil (badan profil dibuat lebih tinggi ) diatas, maka kita mendapatkan suatu keuntungan, diantaranya: - Untuk mendapatkan momen inersia yang lebih besar - Modulus section lebih besar - Berat konstruksi profil girder dapat dibuat lebih ringan - Defleksi yang timbul lebih kecil - Getaran pada kerangka girder secara keseluruhan yang ditimbulkan lebih kecil 11

8 b. Perencanaan Kedua Kita merencanakan End Cariagge dan perlengkapan lainnya seperti motor penggerakan utama, roda penjalan, bantalan dan lain sebagainya. Dalam merencakan end carriage disini material yang digunakan umumnya menggunakan profil U, lebih dikenal dengan nama profil UNP. Profil ini bisa diperoleh dengan ukuran tinggi mulai dari 30mm sampai 400mm. Gambar 2.5 Profil UNP 200 Baik Konstruksi balok-baja seri IPE dan UNP diterapkan diantara salah satu satuya sebagai bantalan rangka dinding, tian g, balok melintang dan balok konstruksi. Untuk pembahasan perncanaan perencanaan perlengkapan lainnya seperti roda penjalan, motor penggerak roda penjalan, shaft roda penjalan, transmisi roda gigi penjalan dan lain sebagainnya akan dibahas dalam perhitungan. c. Perencanaan Ketiga Merencanakan monorel troli yang menggantuk dibawah girder, dimana material yang digunakan adalah balok profil INP (batang I). Disini troli monorel bergerak pada flensa bawah batang I. 12

9 Gambar 2.6 Profil INP Perencanaan girder Kerangka perhitungan overhead crane berfungsi sebagai pendukung semua komponen mekanisme operasai dapat bekerja dengan baik. Disini bagian yang paling utama dalam perencanaan kerangka girder diantaranya, adalah : 1. Girder memanjang utama 2. End Carriage. Gambar 2.7 Kerangka girder 13

10 Faktor Utama dalam penyelesaian perencanaan girder H-Beam adalah tegangan lentur atau tegangan bengkok suatau aman dan defleksi girder yang diinginkan. Dibawah ini direncanakan bagaimana cara menentukan pemilihan bahan yang cocok untuk mendapatkan momen bengkok dan gaya lateral dalam batasan aman, untuk pembuatan girder yang sesuai dengan kapasitas 5 Ton. - Beban angkat maksimum (Q) = 5000 kg = 5 ton - Berat Troli Hoisting Crane ( G ) = 640 kg = 0.64 ton - Panjang Bentangan girder Utama ( L ) = 1800 cm = 18 m - Jarak antara roda troli hoisting crane ( a ) = 32 cm = 0.32 m - Berat balok profil gelegar percentimeter ( q ) = 1,055 kg/cm Menentuka beban yang dipikul oleh girder memanjang utama adalah : P = Q+G 2 Dimana : P = Beban yang dipikul oleh girder (kg) Q = Beban angkat maksimum (kg) G = Berat troli hoisting crane (kg) Perencanaan momen bengkok dan gaya lateral akibat beban konstan Menentukan momen bengkok akibat beban konstan Mb = q. x 2. (L x), {(2.1)} Dimana : MB = Momen Bengkok akibat beban konstan (kg/cm) x = jarak tumpu dari sebelah kiri (cm) q = berat profil girder percentimeter (kg/cm) 14

11 L = panjang girder memanjang utama (cm) Menentukan momen bengkok maksimum bila x = L 2 adalah : MBmaks = G 1. L 8 {(2.2)} Dimana : Mbmaks = Momen bengkok maksimal (kg/cm) G 1 = Bobot girder memanjang utama (kg) L = Panjang Girder Memanjang Utama (cm) Dari perhitungan diatas Mb (kg/cm) harus lebih kecil MBmaks (kg/cm), maka momen bengkok terhadap beban konstan memenuhi syarat. Dan kurva momen bengkok akan merupakan suatu parabola yang digambarkan sesuai girder sepanjang L dengan koordinat maksimum MBmaks (Gambar 2.8b) Perencanaan momen bengkok dan gaya lateral akibat beban gerak ( troli dan muatan) Momen bengkok akibat beban gerak karena beban troli dan muatan Bila roda troli berbeban didistribusikan seragam pada rodanya, karena troli hoisting crane mempunyai empat roda, maka beban pada satu roda adalah : P = Q+G 4 Dimana : P = Beban yang dipikul oleh satu roda ( kg ) Q = Kapasitas beban pengangkat ( kg ) G = Berat troli hoisting crane ( kg ) 15

12 Jadi momen bengkok terhadap beban gerak adalah : Mb = 2P L [ ( L - a 2 ) x ] x {(2.3)} Dimana : Mb = Momen Bengkok akibat beban gerak ( kg/cm ) x = Jarak tumpu dari sebelah kiri ( cm ) P = Beban yang dipikul satu girder ( kg ) L = Panjang girder memanjang utama ( cm ) a = Jarak antara roda troli hoisting crane ( cm ) Momen bengkok maksimum akan terjadi pada penampang yang berjarak a dari bagian 2 tengah bentangan girder WF-Beam tersebut, adalah : Mb maks = 2P L (L a 2 )2 {(2.4)} Dimana : Mb maks = Momen bengkok akibat beban gerak ( kg-cm ) P = Beban yang dipikul satu girder ( kg ) L = Panjang girder memanjang utama ( cm ) a = Jarak antara roda troli hoisting crane ( cm ) Dari perhitungan diatas Mb ( kg / cm ) harus lebih kecil Mb maks ( kg / cm ), maka momen bengkok terhadap beban gerak memenuhi syarat. Dan kurva momen bengkok didistribusikan dengan bentuk parabola dengan kordinat terbesar pada panjang (L a 2 ). 16

13 Gaya lateral akibat beban gerak T X = 2P 2 (L a 2 ) x {(2.5)} Dimana : T X = Gaya lateral akibat beban gerak ( kg ) P = Beban yang dipikul satu girder ( kg ) L = Panjang girder memanjang utama ( cm ) x = Jarak Tumpuan ( cm ) a = Jarak antara roda troli hoisting crane ( cm ) Gaya lateral maksimum akibat beban gerak, bila x = 0 cm pada penumpuan sebelah kiri adalah : T maks = 2P P a L {(2.6)} Dimana : T maks = Gaya lateral akibat beban gerak ( kg ) P = Beban yang dipikul satu girder ( kg ) L = Panjang girder memanjang utama ( cm ) a = Jarak antara roda troli hoisting crane ( cm ) 17

14 Dari perhitungan diatas T X harus lebih kecil T maks, maka gaya lateral akibat beban gerak memenuhi syarat. Kurva gaya lateral ( gambar 2.8 f ) Gambar 2.8 Kurva momen bengkok dan gaya lateral (sumber : N. Rudenco, 1994, mesin pengangkatan, Fisrt Published, Edisi Kedua, Moskow ) Perencanaan bahan profil wide flange untuk girder Dimana ini diperhitungkan bagaimana memilih material untuk mendapatkan harga momen inersia dalam batas aman yang sesuai dengan besarnya beban yang diterima oleh girder guna mendapatkan defleksi yang diinginkan. Untuk mendapatkan defleksi maksimum dalam rumus sebagai berikut : ẟmaks = L {(2.7)} Dimana : ẟmaks = Definisi atau lendutan maksimum ( cm ) 18

15 L = Panjang girder memanjang utama ( cm ) Luas bidang momen ditinjau terhadap titik beban pada A1 = A2, adalah sebagai berikut: Am = Mbmaks 1 4. L Diaman : Am = Luas bidang momen ( kg/cm 2 ) Mbmaks = Momen bending maksimum ( kg/cm ) L = Panjang girder memanjang utama ( cm ) Dan jika ditinjau berdasarkan reaksi tumpuan dititik B, terhadap jarak X2 adalah : X2 = X L Menentukan lenturan titik-titik B : ẟb = ( A1. X1 )+( A2. X2 ) E. 1x Dimana : ẟb = Definisi titik B ( cm ) E = Modulus elastisitas ( kg/cm 2 ) x = Jarak reaksi tumpuan ( cm ) A = Luas bidang momen ( kg/cm 2 ) Ix = Momen inersia ( cm 3 ) Besarnya reaksi tumpuan yang dipikul satu girder akibat beban terhadap momen pada bidang A = B, adalah : Sehingga : RA = RB = P 2 Dimana : RA = Reaksi tumpuan dititik A ( kg ) RB = Reaksi tumpuan dititik B ( kg ) 19

16 P = Beban ( kg ) Momen bending maksimum yang terjadi : Mbmaks = RA. L 2 Dimana : Mbmaks = Momen bending maksimum ( kg/cm ) RA = Reaksi tumpuan titik A ( kg ) L = Panjang girder memanjang utama ( cm ) Momen Inersia yang terjadi pada profil WF-beam ( Ix ) I x = ( A2. X2 ) E. δmaks Dimana : I x = Momen inersia ( cm 3 ) A2 = Luas bidang momen ( kg/cm 2 ) X2 = Jarak reaksi tumpuan ( cm ) E = Modulus elastisitas (kg/cm 2 ) ẟmaks = Definisi maksimal bentang girder ( cm ) Momen inersia yang diizinkan / maksimal pada profil WF-Beam ( I x. maks ) I x. maks = B. H3 12 b. h3 12 Dimana : I x.maks = Momen inersia ( cm 3 ) H = Tinggi profil ( cm ) B = Lebar Profil ( cm ) b = lebar flens dalam ( cm ) 20

17 h = tinggi badan profil dalam ( cm ) Modulus section profil WF-Beam ( Zx ) Zx = ( B. H3 )+( b. h 3 ) 6. H {(2.8)} Dimana : Zx = Modulus section ( cm 3 ) H = Tinggi Profil ( cm ) B = Lebar Profil ( cm ) b = Lebar flens dalam ( cm ) h = Tinggi badan profil dalam ( cm ) Perencanaan deformasi defleksi girder A. Perencanaan defleksi girder ini dimaksudkan supaya dalam perhitungan nanti sesuai dengan kapasitas yang dikhendaki dan dalam batas aman. Disini ada dua pengaruh utama dalam perencanaan defleksi, yaitu : a. Defleksi yang ditimbulkan akibat bobot mati girder itu sendiri. b. Defleksi yang ditimbulkan akibat bobot troli dan beban pengangkatan atau lebih dikenal dengan beban gerak / hidup. ( a ) ( b ) Gambar 2.9 Diagram defleksi girder 21

18 B. Perencanaan difleksi akibat beban konstan ẟ = G1 E. Ix x 5. L 384 {(2.9)} Dimana : ẟ = Defleksi girder akibat beban konstan ( cm ) G1 = Bobot mati girder ( kg ) L = Panjang bentangan girder ( cm ) E = Modulus elastisitas ( kg/cm 2 ) Ix = Momen inersia ( cm 4 ) Perencanaan Defleksi girder akibat beban gerak (δ ) δ = P 48. E. Ix. ( L a). [L2 + (L + a 2 )] {(2.10)} Dimana : ẟ = Defleksi girder akibat beban gerak ( cm ) P = Beban Berat troli hoisting crane dan beban pengangkut ( kg ) a = Jarak antara roda troli hoisting crane ( cm ) Defleksi total yang terjadi pada girder memanjang utama ( ẟtot ) δ tot = δ + δ Dimana : δ tot = Defleksi total ( cm ) δ = Defleksi akibat beban konstan ( cm ) δ = Defleksi akibat beban gerak ( cm ) 22

19 Perencanaan tegangan bengkok horizontal pada profil WF-Beam Dalam perencanaan tegangan bengkok horizontal ini supaya beban yang dibutuhkan untuk membuat girder mampu menahan beban akibat tekanan angina saat troli hoisting crane membawa beban muatan dan saat girder mengalami pengereman. Perencaan gaya horizontal akibat beban gerak ( H2 ) H 2 = (Q+G 2 ) Dimana : H2 = Gaya Horizontal akibat beban gerak ( kg ) Q = Beban pengangkat ( kg ) G = Berat troli hoisting crane ( kg ) Perencanaan gaya horizontal akibat berat girder memanjang utama ( H3 ) H3 = 1/7 Gtot Dimana : H3 = Gaya horizontal akibat berat girder ( kg ) Gtot = Berat girder ditambah gordes ( kg ) Perencanaan momen bengkok horizontal ( M BH ) MBH = 1 2. H 2 8. L. ( 2. L a) H 3 L Dimana : MBH = Momen bengkok arah horizontal ( kg-cm ) H2 = Gaya Horizontal akibat berat troli dan muatan ( kg ) H3 = Gaya horizontal akibat berat girder ( kg ) L = Panjang bentang girder ( cm ) a = Jarak antara roda troli ( cm ) 23

20 Perencanaan tegangan bengkok horizontal terjadi σ BH = M BH Z γ {(2.11)} Dimana : σ BH = Tegangan bengkok horizontal yang diizinkan ( kg-cm 3 ) M BH = Momen bengkok horizontal ( kg/cm ) Z γ = Modulus section ( cm 3 ) Perencanaan Modulus section yang terjadi terhadap sumbu y y ( Z γ ) Z γ Z γ = z. P. x σ BH {(2.12)} Dimana : Z γ = Modulus section sumbu y-y yang diizinkan (cm 3 ) Z γ = Modulus section sumbu y-y yang terjadi (cm 3 ) P = Gaya Horizontal ( kg ) x = jarak tumpuan ( cm ) 24

21 2.6.5 Perencanaan Pelat Penggantung Monorel Troli Hoisting Crane Pelat Penggantung Monorel Troli bertujuan untuk meletakan rel yang digunakan sebagai arah jalannya hoisting crane. Gambar 2.10 Pelat penggantung monorel troli Perencanaan momen inersia pelat ( Ix ) Ix = b. h3 12 {(2.13)} Dimana : Ix = Momen inersia pelat ( cm 4 ) h = Tinggi pelat ( cm ) b = Lebar pelat ( cm ) Perencanaan defleksi pelat penggantung troli Perencanaan defleksi pada pelat akibat beban konstan (δ ) δ = 5. q. L E. I x {(2.14)} 25

22 Dimana : δ = Defleksi girder akibat beban konstan ( cm ) q = Bobot pelat ( kg/cm ) L = Panjang pelat ( cm ) E = Modulus elastisitas ( kg/cm 2 ) Ix = Momen inersia pelat ( cm 4 ) Perencanaan defleksi akibat beban gerak ( δ ) δ = P. L E. Ix {(2.15)} Dimana : δ = Defleksi pelat akibat beban gerak ( cm ) P = Berat beban troli hoisting crane dan beban pengangkatan ( kg ) L = Panjang pelat ( cm ) E = Modulus elastisitas ( kg/cm 2 ) Ix = Momen inersia pelat ( cm 4 ) Defleksi total yang terjadi pada girder memanjang utama (δ tot ) δ tot = δ + δ 26

23 2.6.6 Perencanaan Flens Bawah INP Monorel Troli Hoisting Crane Direncanakan digunakan profil INP 300. Gambar 2.11 Profil INP 300 Perencanaan tegangan Tarik yang diizinkan ( σ t ) σ t = σ t fk Dimana : σ t = Tegangan Tarik yang diizinkan ( kg/cm 2 ) σ t = Tegangan Tarik bahan (kg/cm 2 ) fk = Faktor keamanan Perencanaan tegangan kekuatan flens bawah akibat beban ( σ ) σ = 3,05. P t 2 {(2.16)} Dimana : σ = Tegangan kekuatan flens bawah profil monorel troli ( kg/cm 2 ) P = Berat beban yang ditahan flens bawah monorel ( kg ) t = Tebal Flens ( cm ) 27

24 2.7 Perencanaan End Carriage Dalam data teori perencanaan end carriage, meliputi prencanaan profil end Carriage, defleksi yang terjadi pada end carriage, perencaan daya motor, perencanaan kekuatan roda jalan, perencanaan roda gigi end carriage, perencaan bahan poros roda jalan dan perencanaan bantalan roda jalan Perencanaan Profil End Carriage a. Beban akibat berat girder memanjang utama Gambar 2.12 Beban akibat batang girder memanjang utama besarnya : RA1 = RB1 maka : RA = ½. L. q dimana : RA = reaksi tumpuan di titik A ( Kg ) : L = panjang bentangan girder memanjang utama ( cm ) : q = berat profil girder memanjang utama ( kg/cm ) Karena dalam perencanaan menggunakan daouble girder memanjang utama, maka berat yang ditahan oleh end carriage adalah : 28

25 RA1 = 2. RA b. beban akibat berat troli dan berat pengangkatan Gambar 2.13 End Carriage akibat beban troli dan beban pengangkatan Besarnya reaksi tumpuan ( RA2 ) adalah : RA2 = P. ( L x ) 2 dimana : RA2 = reaksi tumpuan akibat beban gerak di titik A ( Kg ) L = panjang bentangan girder ( cm ) x = Jarak tumpuan ( cm ) P = Berat Beban Gerak ( kg ) Sehingga dari perhitungan di atas gaya total yang diterima oleh end carriage adalah : F = RA1 + RA Perencanaan Defleksi Pada End Carriage a. Defleksi end carriage ditinjau terhadap beban merata ( Berat Profil UNP 200 ) δ = 5. q. L E. Ix {(2.17)} Dimana : δ = Defleksi end carriage karena beban konstan ( cm ) q = Berat troli ( kg/cm ) L = Panjang bentang girder melintang / end carriage ( cm ) 29

26 E = Modulus elastisitas ( kg/cm 2 ) Ix = Momen inersia pelat ( cm 4 ) b. Defleksi end carriage ditinjau terhadap gaya total sesuai dengan jumlah girder memanjang utama yang mempunyai jarak antara girder a = 80 cm δ = F 48. E. Ix. ( L a). [L2 + (L + a 2 )] {(2.18)} Dimana : δ = Defleksi girder akibat beban gerak ( cm ) F = Gaya Total ( kg ) L = Panjang bentang girder melintang /end carriage ( cm ) E = Modulus elastisitas ( kg/cm 2 ) Ix = Momen inersia pelat ( cm 4 ) Defleksi total yang terjadi pada girder memanjang utama ( ẟtot ) δ tot = δ + δ {(2.19)} Dimana : δ tot = Defleksi total ( cm ) δ = Defleksi akibat beban konstan ( cm ) δ = Defleksi akibat beban gerak ( cm ) Perencanaan Daya Motor End Carriage A. Perncanaan motor penggerak Kecepatan keliling roda gigi pinion ( V1 ) v1 = π. d b1. n 1 60 x 1000 {(2.20)} 30

27 Dimana : v1 = Kecepatan keliling roda gigi pinion ( m/s ) d b1 = Diameter jarak bagi roda gigi pinion ( mm ) n 1 = Out put putaran gear motor ( rpm ) B. Perencanaan roda jalan Putaran roda gigi jalan ( n 2 ) n 2 = v1. 60 x 1000 π. d b2 Dimana : n 2 = Putaran roda jalan ( rpm ) v1 = Kecepatan keliling roda gigi pinion ( m/detik ) d b1 = Diameter jarak bagi roda gigi pinion ( mm ) C. Perencanan berat kerangka overhead crane, meliputi : poros, motor listrik, girder, bantalan, end carriage, roda jalan dan roda gigi. - Berat roda jalan ( Gr ) G1 = v. ρ Dimana : G1 = Berat roda jalan ( kg ) v = Volume roda jalan ( cm 3 ) ρ = Berat jenis besi tuang ( kg/cm 3 ) - Berat profil ( Gpr ) Gpr = q. L Dimana : Gpr = Berat profil ( Kg ) q = Berat profil ( Kg/cm ) L = Panjang profil ( cm ) 31

28 - Berat Pelat ( Gpl ) Gpl = ( h. b. L. ρ ) Dimana : Gpl = Berat pelat ( kg ) h = Tinggi Pelat ( cm ) L = Panjang Pelat ( cm ) ρ = Berat jenis baja ( kg/cm 3 ) D. Perencanaan tahanan gerak antara roda jalan dengan rel W = β ( Q + G + Go ) ω {(2.21)} Dimana : W = Tahan gerak ( kg ) β = Tahan gerak antara roda dengan rel ( 1,25 1,4 ) Q = Berat muatan ( ton ) G = Berat troli hoisting crane ( ton ) Go = Berat komponen overhead crane ( ton ) ω = Faktor traksi ( kg/cm ) E. Perencanaan daya statik motor ( N ) N = W. v 75. η {(2.22)} Dimana : N = Daya Motor ( kw ) W = Tahanan Gerak ( Kg ) v = Kecepatan keliling roda jalan ( m/menit ) η = Efesiensi roda penggerak 32

29 Sehingga daya motor listrik yang diperhitungkan berdasarkan factor ( Pd ) adalah : Dimana : N = p Pd = p x fc Dimana : fc = Faktor koreksi ( 0,8 1,2 ) Pd = Daya motor berdasarkan factor keamanan ( HP ) p = Daya motor berdasarkan perhitungan ( HP ) Perencaaan Bahan Roda Gigi End Carriage Menentukan harga factor levis berdasarkan bentuk gigi ( Y ). Harga untuk factor levis berdasarkan bentuk gigi sesuai masing-masing jumlah gigi yaitu diambil berdasarkan sudut tekan ( α ) = 20 full depth involute system adalah sebagai berikut : - Roda gigi pinion ( Yp ) Yp = 0,154-0,912 Zp {(2.23)} Dimana : Yp = Faktor levis berdasarkan bentuk gigi pinion - Roda gigi jalan ( Zg ) Zp = Jumlah gigi pinion Yp = 0,154-0,912 Zg {(2.24)} Dimana : Yp = Faktor levis berdasarkan bentuk gigi pinion Zg = Jumlah gigi roda jalan 33

30 2.7.6 Perencanaan Bahan Poros Pada Roda Jalan Perencanaan tegangan bengkok yang diijinkan σb = σ 1 Sf 1 +Sf 2 {(2.25)} Dimana : σb = Tegangan Bengkok yang diijinkan ( kg/mm 2 ) Sf 1 = Faktor keamanan Sf 2 = Faktor pengaruh lainnya Menentukan tegangan bengkok yang terjadi sesuai dengan rencana poros (σb) σb = 10,2. Mb d 3 {(2.26)} Dimana : σb = Tegangan bengkok yang diijinkan ( kg/mm 2 ) Mb = Momen bengkok d = Diameter poros ( cm ) 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Merencanakan girder Sturktur perencanaan crane dengan H-beam atau Wide Flange untuk kepastian 5 (lima) ton terdiri atas dua girder utama memanjang yang ujungnya diikatkan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN KERANGKA OVERHEAD CRANE DOUBLE GIRDER KAPASITAS 5 TON

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN KERANGKA OVERHEAD CRANE DOUBLE GIRDER KAPASITAS 5 TON LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN KERANGKA OVERHEAD CRANE DOUBLE GIRDER KAPASITAS 5 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API 3.1. Kerangka Berpikir Dalam melakukan penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir, penulis melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: LATAR

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia sekarang ini memiliki proyek pembangunan dalam banyak jenis. Proyek pembangunan pembangunan yang paling umum dijumpai adalah proyek pembangunan industri.

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

FINAL PROJECT DENGAN JUDUL

FINAL PROJECT DENGAN JUDUL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR ACHADI RAHARJA 6607040005 MEMPERSEMBAHKAN FINAL PROJECT DENGAN JUDUL PERANCANGAN OVERHEAD CRANE 5 TON SWL PADA WORKSHOP

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT adalah jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG IV PERHITUNGN KOMPONEN UTM ELEVTOR RNG 4.1 Perhitungan obot Pengimbang. obot pengimbang berfungsi meringkankan kerja mesin hoist pada saat mengangkat box. obot pengimbang yang akan kita buat disini adalah

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT.

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT. MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT. SKRIPSI Skripsi yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK) Pengertian Balok 5- STRUKTUR LENTUR (BALOK) Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang menerima beban tegak lurus ( ) sumbu memanjang batang (beban lateral beban lentur) Beberapa jenis balok pada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK SEMINAR TUGAS AKHIR JULI 2011 MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK Oleh : SETIYAWAN ADI NUGROHO 3108100520

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: BAB VIII SAMBUNGAN MOMEN DENGAN PAKU KELING/ BAUT Momen luar M diimbangi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI 1.1 Pengertian Kolom dan Balok Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : ANTON PRASTOWO 3107 100 066 Dosen Pembimbing : Ir. HEPPY KRISTIJANTO,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR Heri Susanto ABSTRAK Keinginan untuk membuat sesuatu hal yang baru serta memperbaiki atau mengoptimalkan yang sudah ada adalah latar belakang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA 1.1 Pengumpulan Data Sebelum melakukan analisa perlu adanya dilakukan pengumpulan data. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran secara

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR 31Skema dan Prinsip kerja Prinsip kerja mesin penggiling serbuk jamu ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke diskmill menggunakan dan pulley dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Umum Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi adalah masalah kekakuan dari struktur. Pada prinsipnya desain bangunan gedung bertingkat

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Penyajian Laporan Dalam penyajian bab ini dibuat kerangka agar memudahkan dalam pengerjaan laporan tugas akhir. Berikut adalah diagram alur yang akan diterapkan : Mulai Pengumpulan

Lebih terperinci

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

Bab 6 Defleksi Elastik Balok Bab 6 Defleksi Elastik Balok 6.1. Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200 GaneÇ Swara Vol. 8 No.1 Maret 014 ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 00 NI KADEK ASTARIANI ABSTRAK Universitas Ngurah Rai Denpasar Baja kastilasi memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN A. Pengertian Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui rintangan yang permukaannya lebih rendah. Rintangan ini biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Sambungan Sambungan-sambungan pada konstruksi baja hampir tidak mungkin dihindari akibat terbatasnya panjang dan bentuk dari propil propil baja yang diproduksi. Sambungan bisa

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PENGHITUNGAN SPESIFIKASI OVERHEAD HOISTING CRANE PADA BEBAN MAKSIMUM 3 TON

TUGAS AKHIR ANALISA PENGHITUNGAN SPESIFIKASI OVERHEAD HOISTING CRANE PADA BEBAN MAKSIMUM 3 TON TUGAS AKHIR ANALISA PENGHITUNGAN SPESIFIKASI OVERHEAD HOISTING CRANE PADA BEBAN MAKSIMUM 3 TON Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Dalam Menempuh Ujian Sidang Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Pesawat angkat atau alat pengangkat merupakan salah satu jenis peralatan yang bekerja secara periodik untuk mengangkat dan memindahkan suatu barang yang mempunyai beban

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN GAYA-GAYA PADA STRUKTUR BOX

BAB IV PERHITUNGAN GAYA-GAYA PADA STRUKTUR BOX BAB IV PERHITUNGAN GAYA-GAYA PADA STRUKTUR BOX Perhitungan konstruksi dilakukan dengan metode kesetaraan yaitu analisa dilakukan pada konstruksi yang sudah ada dengan mengasumsikan sebagai beban merata

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

III. TEGANGAN DALAM BALOK

III. TEGANGAN DALAM BALOK . TEGANGAN DALA BALOK.. Pengertian Balok elentur Balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Pesawat Pengangkat Banyak jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih dipersulit lagi oleh kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi suatu bangunan, aksi gaya

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK DATA PERENCANAAN : Panjang jembatan = 20 m Lebar jembatan = 7,5 m Tebal plat lantai = 20 cm (BMS 1992 K6 57) Tebal lapisan aspal = 5 cm (BMS 1992 K2 13) Berat isi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

FRAME DAN SAMBUNGAN LAS

FRAME DAN SAMBUNGAN LAS FRAME DAN SAMBUNGAN LAS RINI YULIANINGSIH 1 Ketika ketika mendesain elemen-elemen mesin, kita juga harus mendesain juga untuk housing, frame atau struktur yang mensupport dan melindungi 1 Desain frame

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA JIB CRANE

MEKANISME KERJA JIB CRANE JIB CRANE DEFINISI JIB CRANE Jib Crane adalah jenis crane di mana anggota horisontal (jib atau boom), mendukung bergerak hoist, adalah tetap ke dinding atau ke tiang lantai-mount. Jib dapat ayunan melalui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya BABH TINJAUAN PUSTAKA Pada balok ternyata hanya serat tepi atas dan bawah saja yang mengalami atau dibebani tegangan-tegangan yang besar, sedangkan serat di bagian dalam tegangannya semakin kecil. Agarmenjadi

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TUGAS MAHASISWA TENTANG

TUGAS MAHASISWA TENTANG TUGAS MAHASISWA TENTANG o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK KANTILEVER. o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK SEDERHANA. Disusun Oleh : Nur Wahidiah 5423164691 D3 Teknik

Lebih terperinci