PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA PADA PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA PADA PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA"

Transkripsi

1 PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA PADA PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA (Kasus : Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI HARFIANA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN HARFIANA. Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA). Permintaan beras nasional semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Peningkatan produksi padi harus terus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk. Peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui dua cara yaitu peningkatan luas panen dan peningkatan produktivitas padi. Namun terlepas dari tingginya permintaan beras masyarakat, peningkatan luas panen dengan pembukaan lahan baru membutuhkan biaya yang cukup besar dan seringkali menimbulkan konflik sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi merupakan alternatif lain yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan produksi padi nasional. Penggunaan benih padi unggul seperti varietas unggul hibrida adalah salah satu inovasi teknologi pertanian yang dapat mendukung peningkatan produktivitas padi. Penanaman padi hibrida tidak memerlukan investasi untuk perluasan lahan sawah yang biayanya mahal dan sering menimbulkan konflik sosial maupun lingkungan. Teknologi padi hibrida yang memanfaatkan gejala heterosis ini mampu meningkatkan potensi hasil sebesar persen lebih tinggi dari padi inbrida. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi ideotipe padi varietas unggul hibrida yang diinginkan oleh konsumen, 2) menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan padi varietas unggul hibrida (pemuliaan padi hibrida) dan 3) Menganalisis sensitivitas harga benih padi varietas unggul hibrida. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga. Hasil identifikasi persyaratan konsumen, diketahui ideotipe padi varietas unggul hibrida yang diinginkan konsumen yaitu produktivitas tinggi (7-10 ton per hektar), umur tanaman HST, tingkat kerontokan gabah pada saat panen dan pengangkutan rendah (1 5 persen), tingkat kerontokan gabah pada saat penggebotan tergolong mudah rontok (2-4 kali penggebotan), jumlah anakan produktif > 20 batang, tanaman tahan rebah, batang besar dan kuat, daun berwarna hijau tua, jumlah gabah > 120 butir per malai, benih berukuran sedang, daya berkecambah tinggi (> 80 persen), gabah berbentuk ramping, tingkat rendemen gabah menjadi beras persen, tingkat kepatahan beras rendah ( < 30 persen), beras bening, tekstur nasi pulen, aroma nasi sedang, memiliki ketahanan terhadap hama wereng coklat, memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri, memiliki ketahanan terhadap virus tungro, dan memiliki ketahanan terhadap penyakit blas. Pengembangan padi hibrida melalui penerapan QFD berdasarkan bobot absolut persyaratan konsumen, diketahui bahwa persyaratan konsumen utama yang perlu difokuskan oleh pemulia yaitu produktivitas tinggi (7-10 ton per hektar), jumlah gabah >120 butir gabah per malai, tingkat rendemen gabah

3 menjadi beras persen, memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB dan terhadap virus tungro. Pengembangan padi hibrida melalui penerapan QFD berdasarkan perhitungan bobot absolut persyaratan teknik dan bobot relatif persyaratan teknik dihasilkan urutan prioritas persyaratan teknik yang memiliki bobot tiga tertinggi pertama yang sama yaitu tingkat senescence, umur tanaman, jumlah gabah isi per malai dan persentase gabah isi per malai. Persyaratan teknik tersebut merupakan langkah teknis utama yang dapat dilakukan oleh pemulia untuk memenuhi harapan utama konsumen yaitu produktivitas tinggi (7-10 ton per hektar), jumlah gabah >120 butir gabah per malai, tingkat rendemen gabah menjadi beras persen, memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB dan terhadap virus tungro. Hasil analisis senstivitas harga diketahui rentang harga benih padi VUH yang dapat diterima konsumen (RAP) yaitu antara harga minimum (IPP) Rp ,- per kg dan harga optimum (OPP) Rp ,- per kg. Harga benih padi varietas unggul hibrida saat ini yaitu Rp ,- per kg merupakan harga yang sangat mahal bagi petani. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran untuk pengembangan padi varietas unggul hibrida, antara lain : (1) Berdasarkan matriks HOQ, padi varietas unggul hibrida belum sepenuhnya dapat memenuhi keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemulia perlu menghasilkan padi varietas unggul hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen dengan memperhatikan matriks HOQ perencanaan padi varietas unggul hibrida yang dihasilkan dalam penelitian ini, (2) Pemulia perlu memfokuskan persyaratan konsumen yang utama dalam pengembangan padi varietas unggul hibrida yaitu produktivitas tinggi (7-10 ton per hektar), jumlah gabah >120 butir gabah per malai, tingkat rendemen gabah menjadi beras persen, serta memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB dan terhadap virus tungro, (3) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas harga disarankan harga benih padi Varietas Unggul Hibrida tidak melebihi batas rentang harga tertinggi (MEP) yaitu Rp ,- per kg karena pada batas tersebut konsumen menganggap bahwa harga benih tersebut sangat mahal. Penentuan harga benih padi hibrida sebaiknya berada pada rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen (RAP) yaitu Rp ,- per kg ,- per kg, (4) Pemerintah perlu melakukan atau meningkatkan kebijakan teknis yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai teknik budidaya yang benar dan sesuai anjuran di tingkat petani, (5) Penerapan metode QFD dalam pengembangan padi varietas unggul hibrida dalam penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menyusun ketiga matriks HOQ selanjutnya yaitu matriks pengembangan bagian, matriks perencanaan proses, dan matriks perencanaan produksi.

4 PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA PADA PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA (Kasus : Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) HARFIANA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NIM : Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida : Harfiana : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Harfiana H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Watampone pada tanggal 10 Februari Penulis adalah anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Alm Abdullah Pide dan Ibunda Hafidah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 27/79 Macege pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP Negeri 04 Watampone. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 2 Watampone diselesaikan pada tahun Semua lembaga pendidikan tersebut berada di Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Penulis menerima beasiswa dari Djarum Bakti Pendidikan sejak tahun 2009 sampai tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) divisi Human Resource and Development tahun dan anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa divisi Sosial Lingkungan dan Pengembangan Masyarakat tahun 2010.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga Pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Studi Kasus : Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat). Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Unggulan Departemen (PUD) Perorangan yang berjudul Pengembangan Padi Hibrida : Pendekatan dari Sisi Produsen dan Konsumen Padi Hibrida. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi persyaratan konsumen dan persyaratan teknik dalam usaha meningkatkan kualitas padi varietas unggul hibrida, mengkaji penerapan metode QFD dalam usaha meningkatkan kualitas padi varietas unggul hibrida, dan menganalisis sensitivitas harga benih padi varietas unggul hibrida di tingkat petani. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini agar dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juni 2011 Harfiana

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dukungan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas pelajaran dan pengalaman berharga yang telah diberikan. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. 3. Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji departemen yang telah membantu penulis dengan memberikan saran dan kritik untuk memperbaiki skripsi ini ke arah yang lebih baik. 4. Almarhum Bapak dan Ibu tercinta, Abdullah Pide dan Hafidah Rafik yang selalu memberikan dukungan, cinta kasih, nasehat dan doa yang tiada hentihentinya. Almarhumah nenek tercinta, Ruwaedah yang telah merawat dan membesarkan saya dengan sepenuh hati. Om Yusuf, tante Rida, kakak dan adik-adik yang saya sayangi atas motivasi, dukungan, keceriaan, dan doa yang diberikan. Bahroin Idris Tampubolon (Beph) atas kasih sayang, canda tawa, ketulusan, dan dukungan yang diberikan. 5. Pak Haji Zakaria, Pak Handi, Pak Haji Ahmad, Pak Mulyadi, dan Pak Jaya selaku Ketua Gapoktan Silih Asih, Ketua Kelompok Tani Harapan Maju, Ketua Kelompok Tani Silih Asuh, Ketua Kelompok Tani Manunggal Jaya, dan Ketua Kelompok Tani Tunas Inti. Pak Abdul Rojak dan Ibu Eka selaku penyuluh di Kecamatan Cigombong serta para petani di Kecamatan Cigombong atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 6. Tim Pemulia Padi Hibrida Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Subang atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 7. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, Ms. ; Dr.Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc ; Dr. Suwarno, Msi atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

10 8. Agrivinie (Agi) sahabat seperjuangan dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih atas kesabaran, perhatian, persahabatan, serta dukungan yang diberikan. Hepi Risenasari (Teh Hepi) atas bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 9. Sahabat terdekat Detasya Nikita Putri, Risa Maya Putriwindani, Tri Angga Putra (Angga), Mirza P. Rusydi (Icha), Ardiansyah (Anca), Imam Sabil (Sabil) atas persahabatan, tawa, canda, motivasi, pengalaman berharga, dan sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka. 10. Sahabat Sunegh Agita (gigi), Diyah (didi), Ekasari (echa), Wenti (wewe), Devina (deva) atas canda, tawa, dukungan dan arti persahabatan. 11. Teman-teman seperjuangan Agribisnis angkatan 44 atas semangat kekeluargaan selama kuliah di Agribisnis IPB. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Juli 2011 Harfiana

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup... 9 i iv v II. III. IV. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Padi Hibrida Tinjauan Empiris QFD Tinjauan Empiris Analisis Sensitivitas Harga KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Mutu Konsep TQM Fokus pada Konsumen Konsep QFD Pengertian QFD Struktur QFD Proses QFD Manfaat QFD Analisis Sensitivitas Harga Kerangka Pemikiran Operasional METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Tabulasi Deskriptif Quality Function Deployment Analisis sensitivitas Harga Definisi Operasional V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk Keadaan Usahatani Padi Karakteristik Responden... 57

12 5.5 Profil Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Latar Belakang Sejarah Struktur Organisasi Visi dan Misi Tugas Pokok dan Fungi Program Penelitian dan Diseminasi VI. VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Penyusunan Matriks House Of Quality (HOQ) Penyusunan Persyaratan Konsumen (What) Penyusunan Persyaratan Teknik (How) Pengembangan Matriks Hubungan antara Persyaratan Konsumen (What) dan Persyaratan Teknik (How) Pengembangan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik (How) Penilaian Kompetitif Penilaian Kompetitif Konsumen Penilaian Kompetitif Teknik Pengembangan Prioritas Persyaratan Konsumen Kepentingan Bagi Konsumen Nilai Sasaran Persyaratan Konsumen Faktor Skala Kenaikan Poin Penjualan Bobot Absolut Persyaratan Konsumen Pengembangan Prioritas Persyaratan Teknik Derajat Kesulitan Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Bobot Absolut Persyaratan Teknik Bobot Relatif Persyaratan Teknik Penentuan Arah Pengembangan Persyaratan Teknik Analisis Sensitivitas Harga KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Produksi Padi Indonesia dan Kenaikan Produksi Padi pertahun Tahun Kuantitas Impor Beras Indonesia Tahun Perbedaan antara Padi Varietas Hibrida dan Varietas Inbrida Studi Terdahulu Jenis dan Sumber Data Sebaran Responden Menurut Usia Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal Sebaran Responden Menurut Status Usahatani Sebaran Responden Menurut Status Penguasaan Lahan Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Garapan Sebaran Responden Menurut Pendapatan Petani Karakter Produktivitas Padi VUH Karakter Umur Panen Padi VUH Karakter Tingkat Kerontokan Gabah VUH pada Saat Panen dan Pengangkutan Karakter Tingkat Kerontokan Gabah VUH pada Proses Penggebotan Karakter Jumlah Anakan Produktif Padi VUH Karakter Tingkat Kerebahan Tanaman Padi VUH Karakter Batang Tanaman Padi VUH Karakter Warna Daun Padi VUH Karakter Jumlah Gabah VUH Per Malai Karakter Ukuran Benih Padi VUH Karakter Daya Berkecambah Benih Padi VUH Karakter Bentuk Gabah Padi VUH Karakter Tingkat Rendemen Gabah Menjadi Beras VUH Karakter Tingkat Kepatahan Beras pada Saat Penggilingan Karakter Kebeningan Beras Karakter Tekstur Nasi VUH (Kepulenan) Karakter Aroma Nasi VUH i

14 29. Karakter Ketahanan Padi VUH Terhadap Hama Wereng Coklat Karakter Ketahanan Padi VUH Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Karakter Ketahanan Padi VUH Terhadap Virus Tungro Karakter Ketahanan Padi VUH Terhadap Penyakit Blas Persyaratan Konsumen Terhadap Padi Hibrida Persyaratan Teknik Matriks Hubungan Persyaratan Konsumen dengan Persyaratan Teknik Matriks Hubungan Antara Persyaratan Teknik Penilaian Kompetitif Konsumen Penilaian Kompetitif Teknik Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Produktivitas Padi VUH Tinggi (7-10 ton per hektar) Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Umur Tanaman Padi VUH HST Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Kerontokan Gabah pada saat Panen dan Pengangkutan Rendah (1 5 persen) Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Kerontokan Gabah pada saat Proses Penggebotan Mudah Rontok (2-4 penggebotan) Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Jumlah Anakan Produktif > Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Tahan Rebah Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Karakteristik Batang Tanaman VUH Besar dan Kuat Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Daun VUH Berwarna Hijau Tua Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Jumlah Gabah VUH >120 Butir Gabah per Malai Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Benih VUH Berukuran Sedang Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Daya Berkecambah VUH Tinggi (> 80 persen) Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Bentuk Gabah VUH Ramping Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Tingkat Rendemen Gabah VUH Menjadi Beras ii

15 Rendah (50-55 persen) Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Patahan Beras VUH Rendah ( 30 persen) Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Beras VUH Bening Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Tekstur Nasi VUH Pulen Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Aroma Nasi VUH Sedang Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Ketahanan Terhadap Hama Wereng Coklat Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Ketahanan Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Tahan Terhadap Virus Tungro Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Tahan Terhadap Penyakit Blas Tingkat Kepentingan Setiap Persyaratan Konsumen Nilai Sasaran Persyaratan Konsumen Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Konsumen Poin Penjualan Bobot Absolut Persyaratan Konsumen Derajat Kesulitan Persyaratan Teknik Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Bobot Absolut Setiap Persyaratan Teknik Bobot Relatif Setiap Persyaratan Teknik Arah Pengembangan Persyaratan Teknik Penilaian Konsumen Terhadap Harga Jual Benih Hasil Analisis Sensitivitas Harga Jual Benih iii

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Struktur QFD Proses QFD Kerangka Pemikiran Operasional Proses Matriks HOQ (Matriks Perencanaan produk) Matriks Struktur QFD Dasar Struktur Organisasi BB Padi Grafik Sensitivitas Harga iv

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kebutuhan Beras Nasional Wilayah Potensial Untuk Pengembangan Padi Hibrida Varietas Padi Hibrida Matriks HOQ Kuesioner Gambaran Usahatani dan Persyaratan Konsumen Kuesioner Penilaian Kompetitif Konsumen Kuesioner Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen Kuesioner Poin Penjualan Kuesioner Persyaratan Teknik Kuesioner Matriks Hubungan antara Persyaratan Konsumen dan Persyaratan Teknik Kuesioner Matriks Hubungan antara Persyaratan Teknik Kuesioner Derajat Kesulitan Persyaratan Teknik Kuesioner Penilaian Kompetitif Persyaratan Teknik Kuesioner Nilai Sasaran Persyaratan Konsumen Kuesioner Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Kuesioner Arah Pengembangan Kuesioner Sensitivitas Harga Populasi Petani Padi Hibrida di Kec. Cigombong v

18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor pertanian memiliki berbagai peranan penting yaitu sebagai sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia, sebagai sumber penghasil bahan makanan, sumber bahan baku industri, penghasil devisa negara dari ekspor komoditinya, bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan nasional. Salah satu komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia adalah beras. Nurmalina (2007) menyatakan bahwa beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang dikonsumsi hampir 100 persen yaitu 98 persen. Menurut BPS (2009) jumlah konsumsi beras nasional mencapai 139 kilogram per kapita per tahun. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah peningkatan pertumbuhan penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin meningkat berbanding lurus dengan permintaan terhadap konsumsi pangan, khususnya beras. Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai 237 juta jiwa. Departemen Pertanian (2007) memproyeksikan kebutuhan beras hingga tahun 2030 dengan asumsi kenaikan jumlah penduduk Indonesia sekitar 0,92-1,3 persen per tahun, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 dan 2030 berturutturut adalah 261,01 dan 286,02 juta jiwa. Proyeksi kebutuhan konsumsi beras nasional akan meningkat berturut-turut 36,32 dan 39,80 juta ton. Kebutuhan akan beras diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk (Lampiran 1). Adanya peningkatan konsumsi beras maka produksi beras juga harus ditingkatkan agar tercapai keseimbangan antara permintaan dan penawaran beras. Ketersediaan beras di masyarakat tergantung akan produksi padi nasional. Menurut BPS tahun 2009 produksi dan peningkatan produksi padi dapat dilihat pada Tabel 1.

19 Tabel 1. Produksi Padi Indonesia dan Kenaikan Produksi Padi Tahun Tahun Produksi (ton) Peningkatan (ton) Persentase Peningkatan (Persen) Sumber : BPS (2009) Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa produksi padi mengalami penurunan yaitu dari ton pada tahun 2000 menjadi ton pada tahun Produksi padi mengalami peningkatan pada tahun 2002 menjadi dengan persentase peningkatan produksi sebesar 2,04 persen. Produksi padi kembali mengalami peningkatan pada tahun 2003 menjadi ton tetapi mengalami penurunan persentase peningkatan produksi yaitu turun menjadi 1,26 persen. Produksi padi terus meningkat menjadi ton pada tahun 2004 dengan kenaikan persentase produksi padi sebesar 3,74 persen. Pada tahun 2005 produksi padi mengalami peningkatan yaitu menjadi ton tetapi peningkatan tersebut mengalami penurunan persentase peningkatan produksi yaitu turun menjadi 0,12 persen. Pada tahun 2006 peningkatan produksi padi tidak terlalu besar yaitu meningkat menjadi ton atau sebesar 0,56 persen dan pada tahun produksi padi terus meningkat berturut turut sebesar ton, ton, dan ton dengan persentase peningkatan produksi sebesar 4,96 persen, 5,54 persen, dan 3,71 persen. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa produksi padi nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, akan tetapi persentase peningkatan produksi padi tersebut mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, terjadinya penurunan luas lahan pertanian yang 2

20 belakangan ini sering terjadi. Nurmalina (2007) menyatakan bahwa pulau Jawa merupakan sentra produksi beras nasional. Namun masalah sekarang adalah tingginya konversi lahan pertanian ke lahan untuk pemukiman dan industri, sehingga tidak terjadi peningkatan luas tanam padi di pulau Jawa bahkan ada kecenderungan menurun. Kedua, kondisi lahan pertanian yang mengalami degradasi lahan yang menyebabkan ketidakmampuan lahan pertanian menghasilkan produksi yang optimal. Penggunaan pupuk kimia yang tinggi, pemakaian pestisida kimia secara terus-menerus, dan tidak adanya rotasi penanaman menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan penurunan produktivitas lahan. Departemen Pertanian (2009) menyatakan bahwa lahan irigasi teknis pada umumnya berada dalam kondisi sakit atau lelah (fatique) akibat penggunaan input yang tidak tepat. Lahan tersebut dicirikan oleh struktur tanah yang buruk dan kandungan bahan organik yang rendah. Ketiga, perubahan cuaca yang sulit untuk diprediksi juga menyebabkan penurunan produksi lahan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2009) menyatakan bahwa salah satu dampak dari pemanasan global yaitu kondisi iklim menjadi sulit untuk diprediksi, sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar baik terhadap penurunan produksi maupun pendapatan petani. Dampak fenomena iklim (kekeringan dan banjir) hingga saat ini masih belum dapat diprediksi secara tepat. Dampak fenomena iklim tersebut sangat terkait erat dengan perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Produksi beras nasional belum mampu memenuhi peningkatan permintaan beras. Konsumsi beras yang tinggi dan tidak diikuti dengan produksi padi yang stabil menyebabkan pemerintah harus mengambil kebijakan impor beras untuk menutupi kekurangan penawaran atas permintaan beras. Menurut BPS (2010) jumlah impor beras pada tahun 2000 sebesar ,90 ton dan turun menjadi ,82 ton pada tahun Jumlah impor beras terbesar terjadi pada tahun 2002 yaitu sebanyak ,90 ton. Setelah tahun 2002, jumlah impor beras menurun yaitu menjadi ,68 ton pada tahun Jumlah impor semakin menurun pada tahun yaitu berturut-turut sebesar ,70 ton dan ,61. Impor beras kembali meningkat pada tahun 2006 yaitu sebesar ,53 ton dan terus meningkat hingga mencapai ,64 ton pada 3

21 tahun Pada tahun impor beras menurun berturut-turut sebesar ,41, ,15, dan ,02 ton. Kuantitas impor beras yang dilakukan oleh pemerintah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kuantitas Impor Beras Indonesia Tahun Tahun Impor (Ton) , , , , , , , , , , ,02 Sumber : BPS (2010) Kebijakan impor memang dapat memberikan manfaat yaitu mencukupi kekurangan pasokan beras untuk kebutuhan dalam negeri, akan tetapi kebijakan tersebut juga memberikan dampak buruk. Surono dalam Basuki 2008 mengatakan ada dua dampak besar yang ditimbulkan dari impor beras. Pertama harga beras dalam negeri akan tertekan rendah karena menyesuaikan dengan harga beras dunia meskipun telah ditetapkan tarif impor. Kedua aktivitas perdagangan beras antar daerah dan antar waktu menurun karena sumber suplainya lebih terbuka. Pedagang dapat memilihi sumber beras yang lebih menguntungkan yaitu dari impor atau domestik. Daerah tidak harus melakukan pemupukan stok secara berlebihan karena beras setiap saat mudah diperoleh. Berkurangnya aktivitas perdagangan beras antar daerah tersebut dapat menekan harga di daerah produsen karena surplus hasil produksi sulit dipasarkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kuantitas impor adalah meningkatkan produksi padi/beras nasional. Peningkatan produksi padi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu peningkatan luas panen dan peningkatan 4

22 produktivitas padi. Peningkatan luas panen dapat dilakukan dengan cara mencari lahan baru yang dapat ditanami tanaman padi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Perluasan lahan terdiri dari beberapa jenis, diantaranya yaitu perluasan lahan pertanian dengan pembukaan hutan baru, perluasan lahan pertanian dengan pembukaan lahan kering, dan perluasan lahan pertanian lahan gambut. Namun terlepas dari tingginya permintaan beras masyarakat, pembukaan lahan baru ini memerlukan biaya yang besar. Selain itu, pembukaan lahan baru seperti lahan gambut dan lahan hutan dapat menyebabkan rusaknya ekosistem pada lahan-lahan tertentu dan berkurangnya habitat alami hewan di alam. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2009) menyatakan bahwa alih fungsi lahan biasanya terjadi justru pada lahan-lahan yang subur, sementara upaya perluasan areal baru memiliki tingkat kesuburan yang relatif rendah serta memerlukan biaya yang cukup besar. Peningkatan produktivitas padi/beras merupakan upaya untuk meningkatkan produksi padi dengan cara mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah ada. Salah satu cara yang dapat mendukung peningkatan produktivitas padi adalah dengan menggunakan benih unggul yang didukung dengan pengolahan tanah atau lahan pertanian secara tepat, pengaturan irigasi atau saluran air, pemberian pupuk sesuai aturan, dan pemberantasan hama dengan baik. Benih padi unggul seperti padi varietas unggul hibrida (VUH) adalah salah satu inovasi teknologi pertanian yang dapat mendukung peningkatan produktivitas padi. Penanaman padi hibrida tidak memerlukan investasi untuk perluasan lahan sawah yang biayanya mahal dan sering menimbulkan konflik sosial maupun lingkungan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007a) menyatakan bahwa berbagai pengujian di Indonesia menunjukkan bahwa padi hibrida dengan keunggulan heterosisnya memiliki daya hasil persen lebih tinggi dibanding dengan padi inbrida. Demonstrasi dan uji coba pengembangan padi hibrida yang dilepas Badan Litbang Pertanian melalui program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) di tiga belas kabupaten pada tahun menunjukkan bahwa padi hibrida tersebut memberikan hasil rata-rata 7,35 ton GKG per hektar atau 16,5 persen lebih tinggi dibanding varietas pembanding inbrida dengan hasil 6,31 ton GKG per hektar. Uji coba penanaman padi hibrida di lahan petani di Bali 5

23 memberikan hasil 29,0-34,1 persen lebih tinggi dari IR 64. Bahkan di lokasi dan teknologi yang tepat lainnya hasilnya lebih dari 9 ton per hektar. Data di atas memberikan gambaran bahwa padi varietas unggul hibrida memiliki potensi yang cukup tinggi untuk meningkatkan produktivitas padi nasional. Suwarno (2004) mengemukakan bahwa keberhasilan Cina, India dan Vietnam dalam menggunakan padi hibrida menunjukkan bahwa padi hibrida merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan produksi padi. Di Cina, padi hibrida ditanam di 15 juta hektar lahan dari total 30 juta hektar lahan padi dan menghasilkan 1,5 ton per hektar gabah lebih banyak daripada varietas unggul HYV (High Yield Variety) pada lahan dengan irigasi. Hal ini juga membuat Cina dapat menghemat hampir 4 juta hektar lahan yang dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti budidaya tanaman alternatif atau kawasan perlindungan alam. Penelitian padi hibrida di Indonesia telah dimulai sejak tahun Sementara lahan sawah irigasi yang potensial untuk menanam padi hibrida tersedia sekitar 5 juta hektar. Perkiraan luas areal potensial pengembangan padi hibrida di pulau Jawa yaitu hektar. Jawa Barat merupakan salah satu wilayah potensial yang paling luas yaitu mencapai ,2 hektar. Kabupaten Bogor adalah salah satu wilayah potensial di Jawa Barat untuk pengembangan padi hibrida dengan luas lahan ,1 hektar atau sekitar 13 persen dari wilayah potensial pengembangan padi hibrida di Jawa Barat (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007). Perkiraan luas areal wilayah potensial untuk pengembangan padi hibrida di pulau Jawa dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengembangan padi hibrida merupakan salah satu peluang yang prospektif untuk meningkatkan produksi beras nasional. Oleh karena itu, percepatan pengembangan padi hibrida nasional perlu mendapat perhatian yang lebih besar. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan padi hibrida di Indonesia adalah sebagian besar varietas padi hibrida yang telah dilepas merupakan varietas impor yang benih tetuanya dipertahankan oleh pemiliknya di luar negeri, tidak boleh dikirim ke Indonesia. Pemerintah Indonesia menerapkan aturan sangat ketat dalam impor benih padi dan didorong agar produksi benih 6

24 hibrida dilakukan di dalam negeri. Kebijaksanaan pemerintah tersebut dapat dimengerti karena padi merupakan komoditas sangat penting dan strategis. Impor benih padi akan mengakibatkan ketergantungan produksi pangan pada negara pengekspor, disamping itu pengalaman dengan beberapa jenis tanaman menunjukkan bahwa terjadinya ledakan hama dan penyakit diduga kuat berkaitan dengan importasi benih (Suwarno 2004). Menurut Satoto dan Suprihatno (2008), secara umum masalah dan kendala pengembangan padi hibrida di Indonesia antara lain adalah a) produksi benih yang masih rendah di tingkat produsen yaitu hanya menghasilkan satu ton benih padi hibrida per hektar dan sistem perbenihan belum berkembang, b) varietas padi hibrida yang telah dilepas umumnya rentan terhadap hama penyakit utama seperti wereng coklat, hawar daun bakteri (HDB), dan virus tungro, c) harapan petani sangat tinggi, d) beberapa varietas padi hibrida mempunyai mutu beras kurang baik dibandingkan dengan beras terbaik dipasaran, e) keragaan hasil yang tidak stabil yang disebabkan manajemen budidaya yang kurang cocok, f) ketersediaan benih murni tetua dan F1 hibrida kurang memadai, g) hasil belum stabil dan harga benih mahal, h) kebiasaan petani untuk menggunakan benih mereka sendiri, i) perencanan yang kurang akurat untuk mencapai areal yang ditargetkan untuk ditanami padi hibrida, j) kesepahaman antara pihak pemerintah dan swasta untuk menyebarluaskan teknologi padi hibrida kurang memadai. Kendala lain yang dihadapi dalam mengintroduksi padi hibrida kepada petani adalah harga benih yang relatif tinggi, sementara daya beli mereka relatif rendah. Menurut Sumarno et al. (2008), harga benih hibrida yang ditawarkan Rp , ,00 per kg dinilai terlalu mahal oleh petani. Hal ini disebabkan petani belum mengetahui bahwa dalam produksi benih padi hibrida perolehan benih hanya kg per hektar, sebagai perbandingan produksi benih padi varietas unggul murni inbrida seperti varietas Ciherang, Mekongga, dan varietas lainnya mampu mencapai kg per hektar. Sementara produksi benih padi hibrida di Cina mampu mencapai kg per hektar. Hal inilah yang menjadi alasan harga jual benih padi hibrida lebih mahal persen dari harga benih padi varietas murni inbrida. 7

25 Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut untuk mengatasi kelemahan-kelemahan padi hibrida. Peran serta lembagalembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan benih-benih padi hibrida yang bermutu tinggi sehingga dapat menghasilkan varietas-varietas padi hibrida sesuai dengan ideotipe atau tipe tanaman ideal yang diingkan konsumen. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan varietas padi hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen adalah dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pemuliaan padi hibrida. Pengembangan varietas unggul hibrida juga memerlukan analisis sensitivitas harga, mengingat harga merupakan salah satu indikator penting untuk diterima atau tidak suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen. Harga benih padi mempengaruhi besar biaya produksi yang dikeluarkan petani, semakin tinggi harga benih semakin tinggi biaya produksi yang harus dikeluarkan petani. Apabila harga benih mahal maka petani tidak akan menggunakan benih tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui rentang harga benih padi hibrida yang dapat diterima oleh petani. Berdasarkan hal tersebut, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana ideotipe benih padi varietas unggul hibrida yang diinginkan oleh konsumen? 2. Bagaimana penerapan metode QFD (penyusunan matriks HOQ) dalam pengembangan padi varietas unggul hibrida? 3. Bagaimana sensitivitas harga benih padi varietas unggul hibrida? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi ideotipe padi varietas unggul hibrida yang diinginkan konsumen. 2. Menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan padi varietas unggul hibrida (pemuliaan padi hibrida). 3. Menganalisis sensitivitas harga benih padi varietas unggul hibrida. 8

26 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai : 1. Bahan masukan bagi pemulia dalam mengembangkan padi varietas unggul hibrida sehingga dapat dihasilkan padi varietas unggul hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen. 2. Tambahan informasi dan masukan bagi pemerintah dalam upaya penyusunan strategi dan kebijakan pertanian yang lebih baik dan peningkatan kesejahteraan para petani padi varietas unggul hibrida. 3. Bahan informasi bagi pemasar dan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui keinginan konsumen terhadap padi varietas unggul hibrida. 4. Bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan manajemen mutu dan perilaku konsumen padi varietas unggul hibrida. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Benih padi hibrida yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Intani 2 melalui program BLBU SL-PTT dan Non-SL-PTT Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2010 dan dipanen pada bulan Maret 2011, sebagai pembandingnya adalah benih padi inbrida (varietas unggul baru Ciherang) di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2. Petani padi yang menjadi objek penelitian adalah petani yang pernah menanam padi varietas unggul hibrida (Intani 2) dan padi inbrida (varietas unggul baru Ciherang) di Kecamatan Cigombong. 3. Metode QFD terdiri dari empat matriks, dalam penelitian ini hanya matriks pertama yaitu matriks perencanaan produk. 9

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Padi Hibrida Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007b) mendefinisikan bahwa hibrida adalah turunan pertama (F 1 ) dari persilangan antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi dibandingkan varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingkan dua tetuanya. Heterosis tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil. Perakitan padi hibrida di Indonesia dilakukan dengan menggunakan tiga galur, yaitu galur mandul jantan (GMJ atau CMS atau A), galur pelestari atau mantainer (B), dan galur pemulih kesuburan atau restorer (R). Galur B dan galur R memiliki tepung sari normal (fertil) sehingga mampu menghasilkan benihnya sendiri. GMJ bersifat mandul jantan sehingga hanya mampu menghasilkan benih bila diserbuki oleh tepung sari dari tanaman lain. GMJ bila diserbuki oleh galur B pasangannya menghasilkan benih GMJ lagi, sedangkan bila diserbuki oleh galur R akan menghasilkan benih F1 hibrida. Hingga tahun 2011 ada 42 varietas benih padi hibrida yang telah dikeluarkan, terdiri dari 17 varietas benih padi hibrida yang dikeluarkan oleh BB Padi dan 12 varietas diantaranya telah dilisensi oleh perusahaan swata serta 25 varietas benih padi hibrida lainnya dikeluarkan oleh perusahaan swasta (Lampiran 3). Departemen Pertanian (2008) menyatakan keunggulan padi hibrida antara lain : 1) memiliki hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul inbrida; 2) vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma; 3) keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi; 4) keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran yang lebih banyak dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi. Kelemahan padi hibrida antara lain : 1) harga benih yang mahal, 2) petani harus membeli benih yang baru setiap kali tanam karena benih hasil sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya, 3) tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Tetua jantan hanya terbatas pada galur

28 atau varietas yang mempunyai gen R atau yang termasuk restorer saja, 4) produksi benih rumit; 5) memerlukan areal pertanaman dengan syarat tumbuh tertentu. Sumarno et al (2008) menyatakan bahwa benih padi varietas hibrida dibandingkan dengan padi inbrida berbeda dari segi kontruksi genetiknya, harga benih, dan status biji turunan (F 2 ) bila akan dijadikan benih lagi. Pembentukan varietas hibrida didasari oleh adanya gejala heterosis, yaitu penampilan (produktivitas) F 1 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tetuanya atau varietas murni (inbrida), peningkatan produksi atas varietas hibrida dilaporkan sekitar 20 persen. Perbedaan antara padi hibrida dan padi inbrida dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbedaan antara Padi Varietas Hibrida dan Varietas Inbrida Bentuk Cara Cara Konstruksi Varietas Fenotipe Perbanyakan Penyerbukan Genotipe (golongan) Benih Lini murni benih sendiri homozigot seragam (Inbrida) keturunan Hibrida (F 1 ) silang heterozigot seragam silangan baru Perbedaan harga benih padi hibrida dengan benih padi inbrida disebabkan produksi benih padi hibrida masih rendah. Sumarno et al (2008) menyatakan bahwa produksi benih padi hibrida di Indonesia baru mencapai 1000 kg per hektar, sebagai perbandingan produksi benih padi varietas unggul murni seperti varietas Ciherang mampu mencapai kg per hektar. Hal inilah yang menjadi alasan harga jual benih padi hibrida lebih mahal, persen lebih tinggi dari harga benih padi varietas murni inbrida. Produksi benih padi hibrida di Cina mampu mencapai kg per hektar. Penelitian yang dilakukan oleh Chanifah (2009) mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor bertujuan untuk menganalisis karakteristik serta proses pengambilan keputusan petani padi, menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida dan merekomendasikan alternatif strategi kebijakan yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan petani terhadap atribut 11

29 benih padi hibrida. Alat analisis yang digunakan yaitu model Fishbein, analisis peta persepsi menggunakan alat perceptual mapping, analisis positioning menggunakan Biplot dan analisis kepuasan menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI). Menurut penelitian ini, responden pengguna padi hibrida Bernas Super kurang menyukai atas kinerja atribut-atributnya. Atribut yang kurang disukai adalah harga benih yang sangat mahal, benih jarang tersedia, rentan terhadap penyakit, harga jual GKG murah, masa panen tidak seragam dan produktivitasnya biasa. Sebagian besar atribut Bernas Super berada pada posisi paling rendah dan dipersepsikan kurang baik dibanding Ciherang dan Situ Bagendit. Penciri utama Bernas Super terletak pada jumlah anakan produktif yang banyak namun memiliki kelemahan pada atribut masa panen tidak seragam, rentan hama penyakit, harga benih mahal, harga jual GKG murah, ketersediaan benih jarang dan produktivitasnya biasa. Responden memiliki tingkat kepuasan yang paling tinggi pada benih padi VUB dibandingkan benih padi hibrida dan tingkat kepuasan paling rendah diperoleh benih padi hibrida Bernas Super. Manalu (2010) melakukan penelitian mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Baros Kota Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida Bernas Prima, menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima, dan menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan Consumer Satisfaction Index (CSI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benih padi varietas Ciherang lebih disukai oleh petani dan diangap lebih mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Benih padi varietas Bernas Prima (hibrida) memiliki keunggulan pada atribut umur tanaman (panen), produktivitas (hasil panen), sertifikasi benih dan tahan rebah tanaman. Benih padi varietas ciherang dianggap memiliki keunggulan pada atribut sertifikasi benih, ketersediaan benih di pasar, harga benih, rasa nasi, patahan beras, ketahanan hama penyakit, harga jual gabah 12

30 kering giling. Sedangkan varietas Sintanur hanya memiliki keunggulan pada atribut kerontokan benih. Penciri utama benih padi hibrida Bernas Prima adalah atribut produktifitas benih tersebut. Tingkat kepuasan petani terhadap padi hibrida Bernas Prima berada pada indeks puas dengan skor 66 persen yang berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu diperbaiki. Basuki (2008) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menanam padi hibrida. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani padi hibrida pada musim rendeng 2006/2007 memberikan keuntungan (pendapatan) yang lebih kecil daripada usahatani padi inbrida pada waktu dan tempat yang sama. R/C usahatani padi inbrida yang lebih besar daripada R/C usahatani padi hibrida menandakan bahwa usahatani padi inbrida lebih efisien daripada usahatani padi hibrida. Hasil analisis regresi logistik untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida menunjukkan bahwa ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan benih padi hibrida di Kecamatan Cibuaya yaitu luas lahan, status lahan, rasio pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total, dan umur. Semakin luas lahan yang digarap maka kemungkinan petani untuk mengadopsi padi hibrida semakin tinggi. Petani penggarap bukan pemilik tanah ternyata mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk menggunakan benih padi hibrida. Semakin tinggi rasio pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total, semakin kecil kemungkinan petani untuk menggunakan benih padi hibrida. Semakin tua petani maka kemungkinan petani untuk menanam padi hibrida semakin kecil. 2.2 Tinjauan Empiris Quality Function Deployment (QFD) Hamrah (2007) melakukan penelitian mengenai pengembangan varietas melon melalui metode Quality Function Deployment (QFD). Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan melakukan survei terhadap pedagang pengecer dan konsumen langsung buah melon utuh serta survei terhadap pemulia tanaman melon yaitu PKBT IPB dan sebuah perusahaan konsumen benih yang juga sebagai produsen buah melon. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi ideotipe melon yang dinginkan konsumen dan menerapkan metode QFD 13

31 (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) di PKBT IPB. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buah melon yang diinginkan konsumen benih adalah buah melon tanpa jaring, sedangkan buah melon yang diinginkan oleh pedagang pengecer dan konsumen langsung adalah buah melon berjaring. Berdasarkan bobot absolut persyaratan konsumen, urutan persyaratan konsumen yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon tanpa jaring yaitu bobot kecil < 1 kg, bentuk bulat, rasa manis sekali, warna kulit kuning, daging tebal, tekstur daging berserat halus, aroma wangi, ketebalan kulit tipis, kadar air sedikit, daya simpan 5-10 hari, warna daging hijau muda kekuningan dan tekstur kulit tidak berjaring. Berdasarkan bobot absolut persyaratan konsumen, urutan prioritas persyaratan konsumen yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon berjaring yaitu daging tebal, kulit tipis, tekstur daging halus tidak berserat, warna kulit hijau kekuningan, aroma wangi, rasa manis, bobot sedang (1-2,5 kg), bentuk bulat, warna daging hijau muda kekuningan, tekstur kulit berjaring kasar, kadar air sedang, dan daya simpan 5-10 hari. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala. Sedangkan urutan prioritas persyaratan teknik untuk pengembangan buah melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala. Berdasarkan bobot relatif persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, panjang, lingkar, bentuk, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, kadar PTT, tekstur daging, warna daging, dan kepadatan jala. Sedangkan urutan prioritas persyaratan teknik untuk pengembangan buah melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, 14

32 ketebalan kulit, warna kulit, tekstur daging, bentuk, panjang, lingkar, kadar PTT, warna daging, dan kepadatan jala. Rahmatika (2008) melakukan penelitian mengenai penerapan Quality Function Deployment (QFD) untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen produk biskuit di PT. Arnott s Indonesia. Penggunaan QFD pada produk PT. Arnott s Indonesia dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan secara teknis mampu memenuhi harapan konsumen. Tahapan penerapan QFD pada perusahaan ini adalah : (1) penentuan produk dan kompetitor, (2) identifikasi kepentingan konsumen, (3) analisis tingkat kepentingan konsumen,(4) analisis tingkat kepuasan produk PT. Arnott s Indonesia dan kompetitornya, (5) penentuan target produk PT. Arnott s Indonesia pada masa yang akan datang, (6) penentuan rasio perbaikan (improvement ratio/ir), (7) pembuatan rancangan parameter teknis, (8) analisis hubungan antara kepentingan konsumen dan parameter teknis (matriks korelasi), (9) analisis korelasi antar parameter teknis (matriks trade-off), (10) menyusun perhitungan dan analisis dalam bentuk House of Quality, (11) penyusunan kesimpulan, saran, dan catatan. Risenasari (2009) melakukan penelitian mengenai penerapan Quality Function Deployment (QFD) dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan restoran Pringjajar Kabupaten Pealing Jawa Tengah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang menjabarkan gambaran umum perusahaan. Analisis kualitas pelayanan restoran Pringjajar menggunakan metode QFD melalui matriks HOQ. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persyaratan konsumen yang diinginkan konsumen adalah rasa yang khas, tampilan menu yang menarik, kehigienisan makanan dan perlengkapannya, harga, porsi makanan dan minuman, keragaman dan variasi menu, kemudahan lokasi, kenyamanan tempat, kecepatan penyajian (< 10 menit), kebersihan ruangan, keramahan dan kesopanan pramusaji, penjelasan pramusaji, kecepatan transaksi, tempat parkir yang luas dan nyaman, penataan interior dan eksterior, respon keluhan konsumen dan iklan. Sedangkan persyaratan teknik restoran Pringjajar yaitu suplai bahan baku, penyimpanan bahan baku, preparasi, pemasakan, pelayanan, pembersihan dan pencucian. 15

33 Berdasarkan bobot absolut persyaratan konsumen, urutan prioritas persyaratan konsumen yang harus dipenuhi oleh restaurant Pringjajar yaitu rasa yang khas, prioritas kedua adalah kenyamanan tempat dan kebersihan ruangan, urutan prioritas ketiga adalah kehigienisan makanan dan perlengkapannya, kemudahan lokasi dan tempat parkir luas dan aman, urutan prioritas keempat adalah penataan eksterior dan interior ruangan, urutan prioritas kelima adalah kecepatan penyajian, kecepatan transaksi, dan keramahan pramusaji, prioritas keenam adalah porsi makanan dan minuman, yang terakhir adalah tampilan menu dan penampilan pramusaji. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik urutan prioritas yang harus dipenuhi restaurant Pringjajar adalah pelayanan, pemasakan, penyimpanan bahan baku, preparasi, suplai bahan baku, pencucian dan pembersihan ruangan. Bobot relatif persyaratan teknik tidak berbeda urutan dengan bobot absolut persyaratan teknik. 2.3 Tinjauan Empiris Harga Benih Padi Hibrida dan Analisis Sensitivitas Harga Petani pada umumnya mengharapkan padi varietas unggul hibrida memberikan hasil lebih baik dibandingkan padi varietas unggul inbrida. Hal ini didasari oleh harga benih padi hibrida yang delapan kali lebih tinggi dari harga benih padi inbrida. Sujiprihatini et al (2004) dalam makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Padi Hibrida 2004 menyatakan bahwa petani mengharapkan harga benih padi hibrida tidak terlalu mahal. Sejumlah responden 58,8 persen mengharapkan harga benih padi hibrida Rp ,- per kg; 29 persen dapat menerima harga benih padi hibrida sekitar Rp ,- per kg; dan sisanya 11,8 persen dapat membeli padi hibrida dengan harga Rp ,- per kg. Para petani (64 persen) akan menanam padi hibrida setiap musim tanam apabila harga benihnya tidak terlalu mahal, sedangkan 23,5 persen responden akan memperhitungkan untung ruginya. Sementara itu 7,8 persen responden akan mencoba menanam padi hibrida di antara musim tanam dan 3,9 persen responden tetap akan menanam padi inbrida. Petani memperhitungkan untung ruginya apabila akan menanam padi hibrida. Berdasarkan estimasi hasil padi hibrida akan meningkat mencapai 1 ton per hektar lebih tinggi dari padi inbrida, sementara harga benihnya lima kali lebih tinggi dibandingkan padi inbrida, maka 43,1 persen 16

34 responden menyatakan akan menanam padi hibrida, 37,3 persen akan mencoba menanam, dan 15,7 persen menyatakan tetap menanam padi inbrida. Sumarno et al (2008) melakukan penelitian mengenai pemahaman dan kesiapan petani mengadopsi padi hibrida di enam kabupaten sentra produksi padi, masing-masing dua kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua responden belum mengetahui cara pembuatan/produksi benih padi hibrida, dan menilai harga benih yang ditawarkan Rp , ,00 per kg terlalu mahal bagi petani. Terkait dengan harga benih padi hibrida yang dinilai wajar, petani di Karawang dan Indramayu menyebutkan kisaran harga Rp , ,00 per kg. Petani Grobogan dan Sragen menginginkan harga pembelian Rp , ,00 per kg dan petani Ngawi dan Lamongan yang sudah berpengalaman menanam benih jagung varietas hibrida, menyarankan harga benih hibrida Rp , ,00 per kg. Sebagian besar petani di semua lokasi studi menyatakan belum mampu menyediakan biaya sekitar Rp ,00 per hektar untuk membeli benih hibrida. Solihin (2009) melakukan penelitian mengenai kepuasan dan sensitivitas harga makanan tradisional gepuk karuhun khas Bogor di Resto Karuhun (PT Anofood Prima Nusantara Bogor). Hasil analisis sensitivitas harga produk gepuk karuhun dibedakan berdasarkan ukuran kemasan. Kemasan besar memiliki tingkat harga tertinggi (MEP) sebesar Rp dan tingkat harga terendah (MCP) sebesar Rp Tingkat harga tertinggi (MEP) untuk kemasan kecil sebesar Rp dan tingkat harga terendah (MCP) sebesar Rp Tingkat harga tertinggi (MEP) gepuk per porsinya berada pada harga Rp dan rentang harga terendah (MCP) sebesar Rp Harga jual gepuk yang dapat diterima konsumen berada dalam rentang harga minimum (IPP) dan harga optimum (OPP) berada pada rentang harga kemasan besar Rp Rp dan kemasan kecil Rp Rp serta per porsi Rp Rp Hasil beberapa studi literatur pada penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan yaitu komoditas padi, beberapa atribut benih padi, dan kesamaan penggunaan alat analisis. Atribut benih padi yang digunakan dalam penelitian terdahulu meliputi umur tanaman, produktivitas, ketahanan terhadap hama dan 17

35 penyakit, tahan rebah, rasa nasi, aroma nasi, tingkat kepulenan nasi, warna beras, jumlah anakan produktif, daya berkecambah, tingkat kerontokan gabah, rendemen gabah menjadi beras, dan patahan beras, namun pada penelitian ini ditambahkan beberapa atribut lainnya seperti tingkat kerontokan gabah pada saat panen dan pengangkutan, tingkat kerontokan gabah pada saat penggebotan, karakteristik batang, warna daun, jumlah gabah per malai, ukuran benih, dan bentuk gabah. Perbedaan pada atribut penelitian ini juga terlihat pada atribut-atribut di luar atribut fisik tanaman. Penelitian ini tidak menggunakan atribut harga benih, harga gabah kering giling, ketersediaan benih, dan sertifikasi, namun peneliti menggunakan analisis sensitivitas harga untuk melihat bagaimana rentang harga yang dapat diterima petani terhadap harga benih padi varietas unggul hibrida. Studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4. 18

36 Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis (Tahun) Chanifah (2009) Manalu (2010) Judul Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Atribut Benih Padi Hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Baros Kota Sukabumi Keterkaitan Kesamaan : Komoditas yaitu padi hibrida. Perbedaan : Alat analisis yang digunakan yaitu model Fishbein, analisis peta persepsi menggunakan alat perceptual mapping, analisis positioning menggunakan Biplot dan analisis kepuasan menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI). Kesamaan : Komoditas yaitu padi hibrida. Perbedaan : Alat analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan Consumer Satisfaction Index (CSI). Basuki (2008) Hamrah (2007) Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani untuk Menanam Padi Hibrida Pengembangan Varietas Melon Melalui Metode Quality Function Deployment (QFD) Rahmatika (2008) Penerapan Quality Function Deployment (QFD) untuk Mengetahui Tingkat Kepuasan Konsumen Produk Biskuit di PT. Arnott s Indonesia Risenasari (2009) Penerapan Quality Function Deployment (QFD) dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Restoran Pringjajar Kabupaten Pealing Jawa Tengah Sujiprihatini et al (2004) Sumarno et al (2008) Persepsi Petani Hibrida. Terhadap padi Pemahaman dan Kesiapan Petani Mengadopsi Padi Hibrida Solihin (2009) Analisis Kepuasan dan Sensitivitas Harga Makanan Tradisional Gepuk Karuhun Khas Bogor di Resto Karuhun (PT Anofood Prima Nusantara Bogor) Kesamaan : Komoditas yaitu padi hibrida. Perbedaan : Alat analisis yang digunakan yaitu analisis usahatani dan analisis regresi logistik. Kesamaan : Penggunaan alat analisis yaitu Metode Quality Function Deployment (QFD). Perbedaan : Komoditas. Kesamaan : Penggunaan alat analisis yaitu Metode Quality Function Deployment (QFD). Perbedaan : Komoditas. Kesamaan : Penggunaan alat analisis yaitu Metode Quality Function Deployment (QFD). Perbedaan : Objek penelitian yaitu restoran. Kesamaan : Komoditas yaitu padi hibrida dan objek penelitian yaitu harga benih padi hibrida. Perbedaan : Metode dan alat analisis. Kesamaan : Komoditas yaitu padi hibrida dan objek penelitian yaitu harga benih padi hibrida. Perbedaan : Metode dan alat analisis. Kesamaan : Alat analisis yaitu analisis sensitivitas harga. Perbedaan : Objek penelitian yaitu makanan tradisional gepuk. 19

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Mutu Mutu suatu produk merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan daya saing suatu produk. Mutu dapat dijelaskan melalui dua sudut, yaitu mutu dari sudut manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional, mutu suatu produk merupakan salah satu kebijaksanaan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu produk pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran, mutu produk merupakan salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran (marketing-mix), yaitu produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan (Marimin 2004). Oakland (1993) menyatakan bahwa mutu adalah memenuhi persyaratan konsumen. Deming dalam Nasution (2005) menyatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan. Mutu juga didefinisikan oleh Garvin dan Davis dalam Nasution (2005) bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Mutu suatu produk haruslah bersifat dinamis atau dapat dirubah, hal ini mengingat selera atau harapan konsumen pada suatu produk pun selalu berubah. Meskipun tidak ada definisi mengenai mutu yang diterima secara universal, namun dari beberapa definisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu: 1. Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan konsumen. 2. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. 3. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah. Garvin dan Davis dalam Nasution (2005) mengidentifikasi delapan dimensi yang dapat digunakan dalam menganalisis karakteristik mutu produk, yaitu :

38 1. Kinerja (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen ketika ingin membeli suatu produk. 2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. 3. Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode tertentu di bawah kondisi tertentu. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen. 5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan. 6. Kemampuan pelayanan (service ability), yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Estetika (esthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), berkaitan dengan perasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk dan juga berkaitan dengan reputasi. Suwarno (2004) berbagai komponen mutu yang digunakan untuk mengevaluasi padi hibrida dalam hubungannya dalam program pemuliaan tanaman yaitu selain berdaya hasil tinggi (10-20 persen) daripada varietas inbrida unggul, padi hibrida juga tahan terhadap hama dan penyakit utama serta bermutu beras baik. Komponen sifat yang menunjang daya hasil antara lain: bentuk tanaman tegak; anakan banyak; batang besar dan kuat; daun tegak, tebal dan berwarna hijau tua; malai lebat; eksersi malai sempurna; kehampaan biji rendah; dan ukuran biji sedang-besar. Ketahanan terhadap hama dan penyakit diutamakan terhadap wereng coklat, hawar daun bakteri, dan virus tungro, sedangkan mutu beras yang dianggap baik antara lain : rendemen giling dan beras kepala tinggi, beras bening dan tidak terdapat pengapuran, serta kadar amilosa sedang hingga agak tinggi (22-26 persen). 21

39 3.1.2 Konsep Total Quality Management (TQM) Gaspersz (2008) mendefinisikan Total Quality Management sebagai suatu cara meningkatkan kinerja secara terus-menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. Kotler (2005) menyatakan bahwa TQM adalah pendekatan organisasi secara menyeluruh untuk secara berkesinambungan memperbaiki mutu semua proses, produk, dan pelayanan organisasi. Jika perusahaan ingin bertahan dalam persaingan dan memperoleh laba, maka perusahaan tersebut harus menjalankan TQM. Feigenbaum dalam Marimin (2004) mendefinisikan TQM sebagai suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu dan usaha-usaha perbaikan mutu dari berbagai kelompok di dalam suatu organisasi untuk memungkinkan produksi barang dan jasa berada pada tingkat paling ekonomis yang memungkinkan kepuasan konsumen terpenuhi. Munurut Render dan Heizer menyatakan bahwa TQM menekankan pada komitmen manajemen untuk memiliki keinginan yang berkesinambungan bagi perusahaan untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen. Pendekatan TQM hanya akan tercapai dengan memperhatikan karakteristik TQM sebagai berikut : 1. Dasar strategi. 2. Fokus pada konsumen (internal dan eksternal). 3. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap mutu. 4. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. 5. Memiliki komitmen jangka panjang. 6. Membutuhkan kerjasama tim. 7. Memperbaiki proses secara berkesinambungan. 8. Mengadakan pendidikan dan pelatihan. 9. Memberikan kebebasan yang terkendali. 10. Memiliki kesatuan tujuan. 11. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. 22

40 3.1.3 Fokus pada Konsumen Konsumen adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk memenuhi standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada performa kita atau perusahaan. Menurut Kotler (2005) konsumen adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada kita (perusahaan). Gasperz dalam Nasution (2005) membedakan konsumen ke dalam tiga golongan, yaitu : 1. Konsumen Internal Konsumen internal adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki pengaruh pada performansi pekerjaan (perusahaan). 2. Konsumen Antara Konsumen antara adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagai perantara, bukan sebagai pemakai akhir produk. 3. Konsumen Eksternal Konsumen eksternal adalah pembeli atau pemakai akhir produk, yang sering disebut sebagai konsumen nyata Konsep Quality Function Deployment (QFD) Pengertian QFD Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pelaksanaan TQM adalah Quality Function Deployment (QFD). QFD berkaitan dengan menetapkan apa yang akan memuaskan konsumen dan menerjemahkan keinginan konsumen pada desain yang ditargetkan. QFD didefinisikan sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan konsumen dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam kebutuhan teknis yang relevan, dimana masing-masing area fungsional dan level organisasi dapat mengerti dan bertindak (Gasperz dalam Nasution, 2005). Subagyo dalam Marimin (2004) Quality Function Deployment adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen, lalu menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan barang atau jasa di tiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. 23

41 Struktur QFD Alat utama yang digunakan untuk menggambarkan stuktur QFD adalah Matriks rumah kualitas atau House of Quality (HOQ). Rumah kualitas merupakan teknik grafis untuk menjelaskan hubungan antara keinginan konsumen dan produk atau jasa. Matriks ini menghubungkan keinginan konsumen dengan bagaimana perusahaan melakukan sesuatu untuk memenuhi keinginan tersebut. Menurut Bounds dalam Nasution (2005) rumah kualitas terdiri dari enam tembok/komponen seperti yang dapat dilihat pada gambar 1. Tembok rumah sebelah kiri (komponen 1) adalah masukan konsumen atau persyaratan konsumen. Pada langkah ini, perusahaan berusaha menentukan segala tuntutan yang dikehendaki konsumen dan berhubungan dengan produk. Agar dapat memenuhi persyaratan konsumen, perusahaan mengusahakan spesifikasi kinerja terkini dan mensyaratkan pemasoknya untuk melakukan hal yang sama. Langkah ini digambarkan pada bagian plafon/langit-langit rumah (komponen 2). Tembok rumah sebelah kanan (komponen 3) merupakan matriks perencanaan. Matriks ini digunakan untuk menerjemahkan persyaratan konsumen ke dalam rencana-rencana untuk memenuhi atau melampaui persyaratan tersebut. Komponen ini meliputi langkah-langkah, seperti menggambarkan persyaratan konsumen pada suatu matriks dan proses pemanufakturan pada matriks lainnya, memprioritaskan persyaratan konsumen, dan mengambil keputusan mengenai perbaikan yang dibutuhkan dalam proses pemanufakturan. Bagian tengah rumah (komponen 4), persyaratan konsumen dikonversikan ke dalam aspek-aspek pemanufakturan. Bagian bawah rumah (komponen 5) merupakan daftar prioritas persyaratan proses pemanufakturan. Pada bagian atap (komponen 6), langkah yang dilakukan adalah identifikasi trade-off yang berhubungan dengan persyaratan pemanufaktur. Pertanyaan yang akan dijawab dalam komponen 6 adalah, apa yang terbaik dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbangkan persyaratan konsumen dan kemampuan pemanufakturan organisasi. 24

42 6. Identifikasi pertukaran yang berhubungan dengan persyaratan produksi 1. Masukan Pelanggan Gambar Tuntutan atau spesifikasi terkini perusahaan terhadap pemasok 4. Hubungan : Apa arti tuntutan pelanggan bagi proses pemanufakturan? Dimana ada interaksi antar hubungan? 5. Daftar prioritas tuntutan perbaikan proses tuntutan dari pelanggan 3. Matriks perencanaan : a. Peringkat kepentingan b. Peringkat persaingan c. Nilai sasaran d. Skala kenaikan yang dibutuhkan e. Poin penjualan (dikalkulasikan) Gambar 1. Matriks Struktur QFD (Goetstch dan Davis, 2000) Proses QFD Proses QFD dimulai dengan memahami keinginan konsumen (what) dan kemudian bagaimana suatu produk didesain dan diproduksi agar dapat memenuhi keinginan konsumen tersebut (how). Menurut Besterfield et. al (1999) proses QFD secara lengkap terdiri dari empat aktivitas utama yang dinyatakan ke dalam empat matriks, yaitu : 1. Matriks Perencanaan Produk Kegiatan ini dimulai dari persyaratan konsumen, untuk setiap persyaratan konsumen harus ditentukan persyaratan desain yang dibutuhkan, di mana jika memuaskan akan membawa hasil dalam pemenuhan persyaratan konsumen. 2. Matriks Pengembangan Bagian Persyaratan desain dari matriks pertama dibawa ke matriks kedua untuk menentukan karakteristik bagian. 3. Matriks Perencanaan Proses Operasi proses kunci ditentukan oleh karakteristik kualitas bagian dari matriks sebelumnya. 25

43 4. Matriks Perencanaan Produksi Persyaratan produksi ditentukan dari operasi proses kunci. Pada tahap ini dihasilkan prototipe dan peluncuran produk. Proses QFD dimulai dari riset pasar untuk mengetahui siapa konsumen produk kita dan karakteristik serta kebutuhan konsumen, kemudian mengevaluasi tingkat persaingan pasar. Hasil dari riset pasar tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam desain produk secara teknis dan karakteristik teknis yang sesuai atau cocok dengan apa kebutuhan konsumen. Desain produk kemudian dilanjutkan dengan desain proses, yaitu merancang bagaimana proses pembuatan produk sehingga diketahui karakteristik dari setiap bagian atau tahapan proses produksi. Kemudian ditentukan proses operasi atau produksi dan arus proses produksi. Akhirnya, disusun rencana produksi dan pelaksanaan produksi yang menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen (Nasution, 2005). Gambar proses QFD tersebut seperti berikut. Riset Segementasi Pasar Karakteristik Pelanggan Evaluasi Tingkat Persaingan Karakteristik Teknis Kesesuaian dengan Kebutuhan Pelanggan Desain proses Karakteristik Bagian Proses Operasi Arus Proses Produksi Rencana Produksi Pelaksanaan Produksi Produk Tim Umpan Balik Gambar 2. Proses QFD (Nasution, 2005) 26

44 Manfaat QFD QFD membawa sejumlah manfaat bagi organisasi yang berupaya meningkatkan persaingan mereka dengan memperbaiki kualitas dan produktivitasnya secara terus-menerus. Manfaat dari QFD antara lain (Nasution 2005) : 1. Fokus pada konsumen. QFD memerlukan pengumpulan masukan dari konsumen dan umpan balik informasi ini diterjemahkan ke dalam seperangkat tuntutan konsumen yang spesifik. Hal ini memungkinkan perusahaan mengetahui bagaimana dirinya dan pesaing dalam memenuhi keinginan konsumen. 2. Efisiensi waktu QFD dapat mengurangi waktu yang digunakan dalam pengembangan produk karena berfokus pada tuntutan konsumen yang spesifik dan telah teridentifikasi dengan jelas. 3. Berorientasi kerjasama tim Semua keputusan dalam proses didasarkan pada konsensus melalui diskusi mendalam dan brainstorming. 4. Berorientasi dokumentasi Salah satu produk QFD adalah sebuah dokumentasi komprehensif semua proses dan bagaimana data tersebut dibandingan dengan tuntutan konsumen. Sedangkan menurut Gaspersz dalam Marimin (2004) manfaat utama metode QFD adalah sebagai berikut : 1. Memperjelas area dimana tim pengembangan produk perlu untuk memenuhi informasi dalam mendefinisikan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan konsumen. 2. Mempunyai bentuk yang jelas dan teratur serta kemampuan untuk penulusuran kembali kebutuhan konsumen dari seluruh data atau informasi yang tim produk butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dalam hal definisi, desain produksi dan penyediaan produk atau jasa. 3. Menyediakan forum untuk analisis masalah yang timbul dari data yang tersedia mengenai kepuasan konsumen dan kemampuan kompetisi produk atau jasa. 27

45 4. Menyimpan perencanaan untuk produk sebagai hasil keputusan bersama. 5. Dapat digunakan untuk mengomunikasikan rencana terhadap produk untuk mendukung manajemen dari pihak lainnya yang bertanggung jawab terhadap implementasi dari rencana tersenut Analisis Sensitivitas Harga Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan barang dan jasa. Harga dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam proses pembelian dan dari segi produsen, harga menjadi satu-satunya komponen yang menghasilkan pendapatan (Simamora, 2002). Analisis sensitivitas harga digunakan untuk melihat harga dari sisi konsumen. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen selalu mengaitkan harga dengan kualitas atau mutu dari suatu produk. Konsumen melakukan penilaian terhadap harga berdasarkan kategori harga sangat murah, harga murah, harga mahal, dan harga sangat mahal (Blamires 1998 dalam Sinaga 2006) Menurut Hiam dan Shewe 1994 dalam Sinaga (2006) menyatakan bahwa penentuan harga optimum perusahaan perlu mempertimbangkan seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk, permintaan konsumen, dan posisi pesaing dalam industri. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Permintaan beras nasional semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Peningkatan produksi padi harus terus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk. Peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui dua cara yaitu peningkatan luas panen dan peningkatan produktivitas padi. Peningkatan luas panen dengan pembukaan lahan baru memiliki biaya yang cukup besar dan seringkali menimbulkan konflik sosial maupun lingkungan. Selain itu, perluasan lahan padi di pulau Jawa lebih sulit untuk dilaksanakan dibanding dengan daerah di luar pulau Jawa karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan persaingan dengan sektor non pertanian dalam penggunaan lahan. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi merupakan 28

46 alternatif lain yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan produksi padi nasional. Penggunaan benih padi unggul seperti varietas unggul hibrida adalah salah satu inovasi teknologi pertanian yang dapat mendukung peningkatan produktivitas padi. Penanaman padi hibrida tidak memerlukan investasi untuk perluasan lahan sawah yang biayanya mahal dan sering menimbulkan konflik sosial maupun lingkungan. Teknologi padi hibrida yang memanfaatkan gejala heterosis ini mampu meningkatkan potensi hasil sebesar persen lebih tinggi dibanding padi inbrida. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan padi hibrida di Indonesia adalah keterbatasan benih. Sebagian besar material perbanyakan benih hibrida (CMS, Mantainer dan Restorer) masih diimpor. Akibatnya, tidak semua benih padi hibrida cocok untuk dikembangkan karena stabilitasnya terpengaruh oleh lingkungan tumbuh (agroklimat) dan tidak tahan terhadap hama/penyakit utama yang ada di Indonesia. Hal ini mengakibatkan belum optimalnya hasil yang dapat dihasilkan dari penggunaan padi varietas unggul hibrida. Padi varietas unggul hibrida yang sudah dilepas pada umumnya masih memiliki tingkat kepekaan terhadap hama dan penyakit terutama wereng coklat, hawar daun bakteri (HDB) dan virus tungro serta memiliki mutu beras yang masih rendah. Kendala lain yang dihadapi dalam mengintroduksi padi hibrida kepada petani adalah harga benih yang relatif tinggi, sementara daya beli mereka relatif rendah. Harga benih padi hibrida mencapai Rp per kg dan hasil panen benih padi hibrida tidak bisa digunakan untuk musim tanam berikutnya sehingga petani memiliki tingkat ketergantungan terhadap produsen benih yang sangat tinggi. Peran serta lembaga-lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan benih-benih padi hibrida yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas padi hibrida yang sesuai dengan keinginan konsumen. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan padi hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen adalah dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pemuliaan padi varietas unggul hibrida. Penerapan metode QFD diawali dengan penyusunan matriks HOQ. Matriks HOQ 29

47 yang disusun hanya matriks HOQ yang pertama yaitu matriks perencanaan produk. Langkah-langkah dalam penyusunan matriks HOQ terdiri dari penyusunan persyaratan konsumen (what). Atribut-atribut padi hibrida yang dimasukkan ke dalam persyaratan konsumen hanya atribut padi yang diperhatikan konsumen di dalam pemilihan padi yaitu produktivitas, umur tanaman, tingkat kerontokan gabah pada saat panen dan pengangkutan, tingkat kerontokan gabah pada saat penggebotan, jumlah anakan produktif, tingkat kerebahan tanaman, karakteristik batang tanaman, warna daun, jumlah gabah per malai, ukuran benih, daya berkecambah, bentuk gabah, tingkat rendemen gabah menjadi beras, patahan beras, kebeningan beras, tekstur nasi, aroma nasi, ketahanan terhadap hama wereng coklat, ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri, ketahanan terhadap virus tungro, dan ketahanan terhadap penyakit blas. Langkah berikutnya yaitu menyusun persyaratan teknik (how), mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik, mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan teknik, penilaian kompetitif yang terdiri dari penilaian kompetitif konsumen dan penilaian kompetitif teknik, mengembangkan prioritas persyaratan konsumen yang terdiri dari kepentingan bagi konsumen, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan, dan bobot absolut. Langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan bobot relatif. Pengembangan padi varietas unggul hibrida juga memerlukan analisis sensitivitas harga mengingat harga merupakan salah satu indikator penting untuk diterima atau tidaknya suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen. Harga benih padi mempengaruhi besar biaya produksi yang dikeluarkan petani, semakin tinggi harga benih semakin tinggi biaya produksi yang harus dikeluarkan petani. Apabila harga benih dikategorikan mahal oleh petani maka petani tidak akan menggunakan benih tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui rentang harga benih padi hibrida yang dapat diterima oleh petani. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 30

48 Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan : Peningkatan permintaan beras nasional. Keterbatasan lahan pertanian Salah satu upaya untuk meningkatan produktivitas padi nasional melalui penggunaan padi Varietas Unggul Hibrida (VUH) - Sebagian besar material perbanyakan benih hibrida (CMS, Mantainer dan Restore) masih diimpor. - Mutu rendah - Rentan terhadap tiga OPT utama (wereng coklat, HDB, dan virus tungro) - Harga Benih Mahal - Daya beli petani rendah Analisis Sensitivitas Harga Rentang harga yang dapat diterima oleh petani (RAP) Atribut Padi Hibrida : 1. Produktivitas 2. Umur tanaman 3. Tingkat kerontokan gabah saat panen dan pengangkutan 4. Tingkat kerontokan gabah saat penggebotan 5. Jumlah anakan produktif 6. Tingkat kerebahan tanaman 7. Karakteristik batang tanaman 8. Warna daun 9. Jumlah gabah per malai 10. Ukuran benih 11. Daya berkecambah 12. Bentuk gabah 13. Tingkat rendemen gabah menjadi beras 14. Patahan beras 15. Kebeningan beras 16. Tekstur nasi (kepulenan) 17. Aroma nasi 18. Tahan terhadap hama wereng coklat 19. Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri 20. Tahan terhadap virus tungro 21. Tahan terhadap penyakit blas Konsumen : Petani Pemulia Padi Hibrida Kegiatan Pemuliaan dan Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Langkah langkah penyusunan Matriks House of Quality (HOQ) : 1. Menyusun persyaratan konsumen 2. Menyusun persyaratan teknik 3. Mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan konsumen dan persyaratan teknik 4. Mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik 5. Penilaian kompetitif 6. Mengembangkan prioritas persyaratan konsumen 7. Mengembangkan prioritas persyaratan teknik Perencanaan Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida Gambar 3. Keterangan : Kerangka Pemikiran Operasional Rekomendasi kepada pemulia padi varietas unggul hibrida 31

49 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah produksi padi di Jawa Barat dan sebagian besar petani di Kabupaten Bogor melakukan usaha produksi padi. Pemilihan lokasi Kecamatan Cigombong juga dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut merupakan salah satu sentra produksi padi tertinggi di Kabupaten Bogor dan merupakan satu-satunya wilayah di Kabupaten Bogor yang pernah melakukan penangkaran benih padi Varietas Unggul Hibrida. Pemilihan Desa Ciburuy, Desa Pasir Jaya, dan Desa Srogol dilakukan secara purposive dengan alasan bahwa ketiga desa tersebut pernah mendapatkan bantuan benih padi Varietas Unggul Hibrida dari pemerintah melalui program BLBU. Sedangkan survei terhadap pemulia tanaman padi varietas unggul hibrida dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Subang (BB Padi) dengan pertimbangan bahwa BB Padi merupakan lembaga penelitian yang benar-benar murni untuk kegiatan pengembangan kesejahteraan masyarakat dan tidak semata-mata untuk keperluan bisnis. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan metode survei berupa wawancara berdasarkan kuesioner. Penyusunan atribut persyaratan konsumen diperoleh dengan wawancara terhadap dua orang ahli padi. Penyusunan persyaratan konsumen, penilaian kompetitif konsumen, dan penyusunan prioritas persyaratan konsumen dilakukan dengan wawancara terhadap petani di Kecamatan Cigombong sebagai konsumen benih padi Varietas Unggul Hibrida. Penyusunan persyaratan teknik, matriks hubungan antara persyaratan konsumen dan persyaratan teknik, matriks hubungan antara persyaratan teknik, penilaian kompetitif teknik, dan prioritas persyaratan teknik dilakukan dengan wawancara

50 terhadap pemulia padi Varietas Unggul Hibrida di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Subang (Tabel 5). Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi antara lain seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, literatur, dan internet. Tabel 5. Sumber Data Primer No Nama Pekerjaan / Instansi Data yang diberikan 1 Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc. Dosen Departemen Penyusunan atribut Agronomi dan padi pada persyaratan Hortikultura IPB dan konsumen Peneliti Padi 2 Dr. Suwarno Pemulia Padi Badan Penyusunan atribut Penelitian dan padi pada persyaratan Pengembangan konsumen Kementrian Pertanian 3 Petani Penyusunan - persyaratan konsumen dan prioritas persyaratan konsumen 4 Dr. Satoto Penanggung Jawab Penyusunan Penelitian Padi persyaratan teknik, Hibrida di Balai Besar matriks hubungan Penelitian dan antara persyaratan Pengembangan konsumen dan Tanaman Padi, persyaratan teknik, Sukamandi Subang matriks hubungan antar persyaratan teknik, penilaian kompetitif teknik, dan prioritas persyaratan 5 1. Yuni Widyastuti, SP 2. Indrastuti Apri Rumanti Cand. Dr 3. Sudibyo Tri Wahyu Utomo, MS Peneliti/pemulia padi hibrida Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi, Sukamandi Subang teknik Penyusunan persyaratan teknik, matriks hubungan antara persyaratan konsumen dan persyaratan teknik, matriks hubungan antar persyaratan teknik, penilaian kompetitif teknik, dan prioritas persyaratan teknik 33

51 4.3 Metode Pengambilan Sampel Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yang terdiri dari 5 orang dari kelompok tani Tunas Inti, 5 orang dari kelompok tani Harapan Maju, 10 orang dari kelompok tani Manunggal Jaya, dan 10 orang dari kelompok tani Silih Asuh. Penentuan responden dilakukan dengan cara purposive. Hal ini dikarenakan sulitnya ditentukan sampling frame yang pasti untuk jumlah petani padi hibrida di Kecamatan Cigombong. Jumlah populasi petani padi hibrida di Kecamatan Cigombong yang dapat diidentifikasi adalah 43 orang yang terdiri dari 5 orang dari kelompok tani Tunas Inti, 8 orang dari kelompok tani Harapan Maju, 15 orang dari kelompok tani Manunggal Jaya, dan 15 orang dari kelompok tani Silih Asuh. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Pemda Kabupaten Bogor, ada tiga kelompok tani yang mendapatkan bantuan benih padi hibrida Intani 2 Tahun Anggaran 2010 di Kecamatan Cigombong yaitu kelompok tani Tunas Inti, kelompok tani Manunggal Jaya, dan kelompok tani Silih Asuh. Kelompok tani Manunggal Jaya dan kelompok tani Silih Asuh mendapatkan program bantuan benih padi hibrida SL-PTT dengan jumlah 150 kg per kelompok yang ditanam oleh 15 orang dalam setiap kelompok, sedangkan kelompok tani Tunas Inti mendapatkan bantuan benih padi hibrida Non SL-PTT dengan jumlah benih bantuan sebanyak 450 kg. Namun dalam pelaksanaannya ternyata anggota kelompok tani Tunas Inti yang bersedia untuk menanam benih bantuan padi hibrida hanya 5 orang dengan jumlah benih ± 50 kg dan sisa anggota lainnya tidak bersedia menanam padi hibrida dengan alasan takut akan mengalami kerugian karena menurut mereka padi hibrida seringkali gagal, sehingga sebagian benih bantuan diberikan kepada anggota kelompok tani Harapan Maju sebanyak ±100 kg, sisanya diberikan kepada petani-petani lain yang sulit untuk diidentifikasi karena berdomisili di kecamatan lain, dan sisa benih lainnya ada yang digiling oleh petani untuk dijadikan pakan ternak. VUB Ciherang dipilih sebagai varietas pembanding karena merupakan varietas yang paling banyak ditanam di Indonesia. Departemen Pertanian (2009) menyatakan bahwa hasil survei pada tahun 2008 menunjukkan luas areal tanam padi VUB Ciherang meningkat menjadi 48,3 persen dari 41,5 persen pada tahun Padi varietas unggul baru lainnya yang mendominasi areal pertanaman padi 34

52 adalah IR64 (9 persen), Cigeulis (5,9 persen), Cibogo (3 persen), dan Ciliwung (5,2 persen). Selain itu, menurut Widyastuti dan Satoto (2009) preferensi petani di Indonesia umumnya masih tertuju pada karakter yang dimiliki oleh padi Ciherang, sehingga padi hibrida yang memiliki potensi untuk cepat diadopsi oleh petani adalah padi hibrida yang memiliki karakter yang sama dengan padi Ciherang. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Tabulasi Deskriptif Tabulasi deskriptif yang digunakan pada penelitian ini adalah tabel frekuensi. Data ditabulasikan dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah seluruh konsumen. Persentase yang paling besar merupakan faktor yang dominan dari masing-masing variabel yang diteliti. Tabulasi deskriptif ini digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen, ideotipe padi hibrida yang diinginkan konsumen (persyaratan konsumen), tingkat kepentingan, dan poin penjualan dari setiap persyaratan konsumen dan hasilnya digunakan dalam metode QFD kecuali karakteristik konsumen Quality Function Deployment (QFD) QFD adalah suatu proses menetapkan keinginan konsumen dan menerjemahkan keinginan konsumen tersebut ke dalam desain produk untuk memenuhi harapan konsumen. Alat perencanaan utama dalam QFD adalah matriks House of Quality (HOQ). HOQ menerjemahkan suara konsumen ke dalam desain yang memenuhi nilai tujuan spesifik dan mencocokkan dengan bagaimana cara organisasi agar dapat memenuhi persyaratan tersebut. Berikut langkah-langkah membangun sebuah matriks HOQ (Besterfield, 1999) : 1. Mendaftarkan Persyaratan Konsumen (What) QFD diawali dengan sebuah daftar tujuan, dimana daftar tujuan tersebut sering disebut sebagai apa yang konsumen butuhkan atau harapkan dalam sebuah produk khusus. Daftar persyaratan konsumen dibagi menjadi sebuah hierarki persyaratan konsumen primer, sekunder, dan tersier. Daftar persyaratan konsumen primer biasanya bersifat umum. Definisi lebih jauh dilakukan dengan mendefinisikan sebuah daftar persyaratan konsumen sekunder baru dan lebih 35

53 detail yang dibutuhkan untuk mendukung persyaratan konsumen primer atau dengan kata lain persyaratan konsumen primer meliputi banyak persyaratan konsumen sekunder. Walaupun item dari daftar persyaratan konsumen sekunder menunjukkan detail yang lebih baik daripada persyaratan konsumen primer, persyaratan konsumen sekunder sering tidak langsung dilakukan oleh staf teknisi dan masih membutuhkan definisi lebih jauh, sehingga dibutuhkan persyaratan konsumen tersier. 2. Mendaftarkan Persyaratan Teknik (How) Tujuan HOQ adalah untuk mendesain atau mengubah desain dari sebuah produk dalam cara yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Setelah kebutuhan dan harapan konsumen ditunjukkan dalam persyaratan konsumen, tim QFD harus menyusun karakteristik teknik atau persyaratan teknik (bagaimana) yang akan mempengaruhi satu atau lebih persyaratan konsumen. Daftar persyaratan teknik dibagi menjadi hierarki persyaratan teknik primer, sekunder, dan tersier. Daftar persyaratan teknik sekunder mewakili lebih baik daripada daftar yang ada dalam persyaratan teknik primer. Persyaratan teknik tersier dibutuhkan apabila persyaratan teknik sekunder masih belum dapat langsung dilakukan melainkan masih membutuhkan definisi lebih jauh. 3. Mengembangkan Matriks Hubungan antara Persyaratan Konsumen dan Persyaratan Teknik Langkah selanjutnya adalah membandingkan persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik dan menentukan hubungan masing-masing. Mencari hubungan antara persyaratan teknik bisa menjadi sangat membingungkan karena setiap persyaratan konsumen mungkin mempengaruhi lebih dari satu persyaratan teknik, dan sebaliknya. Penggunaan matriks hubungan merupakan salah satu cara untuk mengurangi kebingungan dalam menentukan hubungan antara persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik. Matriks ini diisi oleh tim QFD dan digunakan untuk menunjukkan derajat pengaruh antara setiap persyaratan teknik dan persyaratan konsumen. Hubungan antara persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik ditunjukkan dengan menggunakan simbol sebagai berikut : 36

54 : Menunjukkan sebuah hubungan kuat dengan nilai 9 : Menunjukkan sebuah hubungan medium dengan nilai 3 : Menunjukkan sebuah hubungan lemah dengan nilai 1 : Menunjukkan tidak ada hubungan dengan nilai 0 Matriks hubungan yang telah lengkap kemudian dievaluasi untuk baris dan kolom kosong. Sebuah baris kosong mengindikasikan bahwa sebuah persyaratan konsumen tidak dituju oleh setiap persyaratan teknik. Oleh karena itu, harapan konsumen tidak terpenuhi. Persyaratan teknik tambahan harus dipertimbangkan untuk memuaskan persyaratan konsumen tersebut. Sebuah kolom kosong mengindikasikan bahwa sebuah persyaratan teknik tidak mempengaruhi setiap persyaratan konsumen dan setelah dilakukan penyelidikan secara hati-hati, mungkin dihilangkan dari matriks HOQ. 4. Mengembangkan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik Hubungan antar persyaratan teknik disebut matriks korelasi. Matriks yang berada pada atap matriks HOQ ini digunakan untuk mengidentifikasi setiap hubungan antar setiap persyaratan teknik. Simbol yang digunakan untuk menggambarkan kekuatan hubungan dengan simbol sebagai berikut : : Menunjukkan hubungan positif kuat, bernilai (+9) : Menunjukkan hubungan negatif lemah, bernilai (+3) X : Menunjukkan hubungan negatif lemah, bernilai (-3) XX : Menunjukkan hubungan negatif kuat, bernilai (-9) : Menunjukkan tidak ada hubungan, bernilai (0) 5. Penilaian Kompetitif Penilain kompetitif adalah sepasang tabel bobot (atau grafik) yang melukiskan item demi item bagaimana produk kompetitif dibandingkan dengan produk organisasi. Tabel penilaian kompetitif dipisahkan menjadi dua kategori, yaitu penilaian kompetitif konsumen dan penilaian kompetitif teknik. Penilaian Kompetitif Konsumen Penilaian kompetitif konsumen membuat sebuah blok kolom berhubungan dengan setiap persyaratan konsumen dalam matriks HOQ di sisi kanan dari matriks hubungan. Angka 1 sampai dengan 4 didaftarkan dalam kolom evaluasi 37

55 kompetitif untuk mengidentifikasikan sebuah peringkat dari 1 untuk terburuk sampai 4 untuk yang terbaik. Penilaian Kompetitif Teknik Penilaian kompetitif teknik membuat sebuah blok baris berhubungan dengan setiap persyaratan teknik dalam matriks HOQ di bawah matriks hubungan kemudian produk organisasi dan pesaing dievaluasi untuk setiap persyaratan teknik. Sama dengan penilaian kompetitif konsumen, uji data diubah menjadi angka 1 sampai dengan 4, di mana 1 untuk yang terburuk dan 4 untuk yang terbaik. 6. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Konsumen Prioritas persyaratan konsumen membuat sebuah blok kolom berhubungan dengan setiap persyaratan konsumen dalam matriks HOQ di sisi kanan penilaian kompetitif konsumen. Prioritas persyaratan konsumen ini mencakup kolom untuk kepentingan bagi konsumen, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan dan sebuah bobot absolut. Kepentingan bagi Konsumen Merangking setiap persyaratan konsumen dengan menunjukkan sebuah rating. Angka 1 sampai dengan 4 didaftarkan dalam kolom kepentingan bagi konsumen untuk mengindikasikan sebuah rating, 1 untuk tingkat kepentingan paling rendah sampai dengan 4 untuk sangat penting. Semakin penting persyaratan konsumen semakin tinggi ratingnya. Nilai Sasaran Kolom nilai sasaran berada pada skala yang sama dengan penilaian kompetitif konsumen (2 untuk terburuk dan 4 untuk terbaik). Kolom ini adalah kolom dimana tim QFD memutuskan apakah mereka ingin mempertahankan produk mereka tidak berubah, memperbaiki produk atau membuat produk lebih baik daripada kompetitor. Faktor Skala Kenaikan Faktor skala kenaikan adalah rasio antar nilai sasaran dengan rating produk yang diberikan dalam penilaian kompetitif konsumen. Semakin tinggi nilainya, semakin banyak usaha yang dibutuhkan. 38

56 Poin Penjualan Poin penjualan memberitahukan tim QFD seberapa baik sebuah persyaratan konsumen akan menjual. Tujuannya adalah untuk mempromosikan persyaratan konsumen yang terbaik dan setiap persyaratan konsumen yang akan menolong dalam penjualan produk. Bobot Absolut Bobot absolut dihitung dengan mengalikan kepentingan bagi konsumen, faktor skala kenaikan dan poin penjualan : Bobot Absolut = (Kepentingan bagi Konsumen)(Faktor Skala Kenaikan)(Poin penjualan) Bobot absolut kemudian dijumlahkan dan sebuah persentase serta ranking untuk setiap persyaratan konsumen dapat ditentukan. Bobot kemudian digunakan sebagai pedoman dalam fase perencanaan dari pengembangan produk. 7. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Teknik Prioritas persyaratan teknik membuat blok baris berhubungan untuk setiap persyaratan teknik dalam matriks HOQ di bawah penilaian kompetitif teknik. Prioritas persyaratan teknik ini mencakup derajat kesulitan teknik, nilai sasaran serta bobot absolut dan relatif. Tim QFD mengidentifikasi persyaratan teknik yang paling dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan konsumen dan membutuhkan perbaikan. Derajat Kesulitan Banyak penggunaan matriks HOQ menambahkan derajat kesulitan untuk mengimplementasikan setiap persyaratan teknik yang ditunjukkan dalam baris pertama dari prioritas persyaratan teknik. Derajat kesulitan ditentukan dengan memberikan nilai untuk setiap persyaratan teknik dari 1 (paling tidak sulit) sampai dengan 4 (sangat sulit). Nilai Sasaran Sebuah nilai sasaran untuk setiap persyaratan teknik dimasukkan di bawah derajat kesulitan teknis. Hal ini merupakan sebuah ukuran objektif yang mendefinisikan nilai yang harus diperoleh untuk mencapai persyaratan teknis. Seberapa banyak nilai diambil untuk memenuhi atau melebihi harapan konsumen 39

57 dijawab dengan mengevaluasi semua informasi yang dimasukkan ke dalam matriks HOQ dan memilih nilai sasaran. Nilai sasaran untuk setiap persyaratan teknik ditentukan menggunakan skala 2 (terburuk) sampai dengan 4 (terbaik). Bobot Absolut Dua baris terakhir dari prioritas persyaratan teknik adalah bobot absolut dan bobot relatif. Sebuah metode yang populer dan mudah untuk menentukan bobot adalah dengan menunjukkan nilai bernomor kepada simbol dalam simbol matriks hubungan. Bobot absolut untuk persyaratan teknik ke-j kemudian diberikan dengan : a j = di mana : a j = Vektor baris dari bobot absolut untuk persyaratan teknik (j = 1,,m) R ij = Bobot yang ditunjukkan oleh matriks hubungan (i = 1,,n, j = 1,,m) C ij = Vektor kolom dari kepentingan bagi konsumen untuk persyaratan konsumen (i = 1,,n) m = Nomor persyaratan teknik n = Nomor persyaratan konsumen Bobot Relatif Bobot relatif untuk persyaratan teknik ke-j diberikan dengan mengganti derajat kepentingan untuk persyaratan konsumen dengan bobot absolut untuk persyaratan konsumen, yaitu : b j = di mana : bj = Vektor baris dari bobot relatif untuk persyaratan teknik (j = 1,,m) R ij = Bobot yang ditunjukkan oleh matriks hubungan (i = 1,,n, j = 1,,m) d i = Vektor kolom dari bobot absolut untuk persyaratan konsumen (i = 1,,n) Rating absolut dan relatif yang lebih tinggi mengidentifikasi area di mana usaha teknik butuh untuk dikonsentrasikan. Perbedaan utama antara kedua bobot ini adalah bobot relatif juga mencakup informasi faktor skala kenaikan dan poin penjualan. Bobot ini menunjukkan dampak dari karakteristik teknis pada persyaratan konsumen. Sejalan dengan derajat kesulitan teknis, keputusan dapat 40

58 dibuat dengan memperhatikan di mana mengalokasikan sumberdaya untuk perbaikan kualitas. Adapun proses penyusunan matriks HOQ (Matriks Perencanaan Produk) dapat dilihat pada Gambar 4. Penerapan metode QFD pada produk pertanian memiliki kendala-kendala antara lain produk yang diinginkan oleh konsumen sesuai dengan hasil matriks HOQnya tidak bisa langsung dihasilkan karena memerlukan waktu yang lama dalam proses pembuatannya, berbeda halnya dengan produk non pertanian. Matriks HOQ dasar dapat dilihat pada Gambar 5. 41

59 Penyusunan atribut persyaratan konsumen Hasil wawancara dengan ahli padi Penyusunan persyaratan pelanggan Hasil wawancara dengan petani Penyusunan persyaratan teknik Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida Penentuan hubungan persyaratan konsumen dan persyaratan teknik Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida Penentuan hubungan antar persyaratan teknik Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida Penilaian kompetitif konsumen Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida Penilaian kompetitif teknik Hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida Penyusunan prioritas persyaratan konsumen : 1. Penilaian tingkat kepentingan konsumen 2. Nilai sasaran konsumen 3. Penilaian Faktor skala kenaikan 4. Penilaian poin penjualan 5. Bobot absolut persyaratan konsumen - Poin 1, 3, & 4 merupakan hasil wawancara dengan petani - Poin 2 merupakan hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida - Poin 5 dikalkulasikan menggunakan microsoft excel 2007 Penyusunan prioritas persyaratan teknik : 1. Derajat kesulitan 2. Nilai sasaran teknik 3. Bobot absolut persyaratan teknik 4. Bobot relatif persyaratan teknik - Poin 1 & 2 merupakan hasil wawancara dengan pemulia padi hibrida - Poin 3 & 4 dikalkulasikan menggunakan microsoft excel 2007 Gambar 4. Proses matriks HOQ (Matriks Perencanaan Produk) 42

60 Gambar 5. Matriks HOQ (Matriks Perencanaan Produk) 43

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA: PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT DAN SENSITIVITY PRICE ANALYSIS

PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA: PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT DAN SENSITIVITY PRICE ANALYSIS Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 212, hlm.29-45 PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA: PENDEKATAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT DAN SENSITIVITY PRICE ANALYSIS Agrivinie Rainy

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Profil Responden Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, statuss pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan diluar usahatani,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Gabungan Kelompok Tani Sugih

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Hal ini di pilih berdasarkan

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK)

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) PADA GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI IPO MELANI SINAGA H34076081 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap pangan khususnya beras, semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan lambat. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Oleh : David Fahmi A14104023 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H34052032 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan pertanian Indonesia. Hal ini terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan bahan pangan sebagianbesarpenduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

Akbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN

Akbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN P R O S I D I N G 401 TANTANGAN KEBUTUHAN BENIH DI MASA YANG AKAN DATANG: STUDI KASUS PADA ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK BENIH PADI PAK TIWI-1 DI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Akbar Arif

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi)

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi) ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi) SKRIPSI DARIUS MANGARATUA MANALU H34067004 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENDAPATAN USAHATANI PADI HIBRIDA DAN PADI INBRIDA DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ASTRI SABRINA QHOIRUNISA

PENDAPATAN USAHATANI PADI HIBRIDA DAN PADI INBRIDA DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ASTRI SABRINA QHOIRUNISA PENDAPATAN USAHATANI PADI HIBRIDA DAN PADI INBRIDA DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ASTRI SABRINA QHOIRUNISA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Ali Imran dan Suriany Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRACT Study of SL-8-SHS hybrid rice

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.05 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.05 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari 90% penduduknya dengan tingkat konsumsi rata-rata 141 kg/kapita/tahun. Walaupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia. Hampir 90 % masyarakat Indonesia mengonsumsi beras yang merupakan hasil olahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2) 64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

VI ANALISIS SIKAP KONSUMEN BERAS ORGANIK SAE

VI ANALISIS SIKAP KONSUMEN BERAS ORGANIK SAE VI ANALISIS SIKAP KONSUMEN BERAS ORGANIK SAE 7.1. Analisis Tingkat Kepentingan Atribut Beras Analisis tingkat kepentingan atribut berguna untuk mengetahui tingkat kecenderungan atribut yang dianggap paling

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA PHB71 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS PP-1 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber karbohidrat sebesar 84,83 %, protein 9,78%, lemak 2,20%, mineral 2,09%, serat kasar 1,10%

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan pertanian secara nasional maupun regional serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA 93011 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi dan termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

Persepsi Petani dan Identifikasi Faktor Penentu Pengembangan dan Adopsi Varietas Padi Hibrida

Persepsi Petani dan Identifikasi Faktor Penentu Pengembangan dan Adopsi Varietas Padi Hibrida Persepsi Petani dan Identifikasi Faktor Penentu Pengembangan dan Adopsi Varietas Padi Hibrida Ade Ruskandar 1 Ringkasan Padi hibrida potensial dikembangkan untuk mendukung upaya peningkatan dan pemantapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci