ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi)"

Transkripsi

1 ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi) SKRIPSI DARIUS MANGARATUA MANALU H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 RINGKASAN DARIUS MANGARATUA MANALU Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Hibrida (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah Bimbingan RITA NURMALINA). Mayoritas masyarakat masih kuat mengidentikkan pangan dengan beras, sehingga mementingkan tersedianya beras dalam jumlah yang cukup. Pada masa sekarang pola konsumsi beras mulai meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya berpola pangan pokok non beras. Sehingga permintaan beras meningkat seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan perubahan selera (Nurmalina, 2007). Peningkatan perluasan lahan yang sangat kecil dan kesulitan dalam meningkatkan produktivitas lahan akan memunculkan gagasan untuk menggunakan padi hibrida sebagai alternatif pilihan dalam upaya untuk meningkatkan produksi beras. Peningkatan produksi ini diwujudkan dengan menjalankan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang telah dicanangkan oleh pemerintah dengan target peningkatan produksi beras 2 juta ton atau setara dengan peningkatan 6,4 persen pada tahun 2007 dan lima persen untuk tahun-tahun selanjutnya sampai dengan Salah satu padi hibrida hasil introduksi oleh PT SAS adalah Padi Hibrida Bernas Prima. Perilaku petani sangat berdampak pada upaya peningkatan produksi beras dan ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah. Pemerintah terus berupaya mendorong petani untuk menggunakan benih padi hibrida melalui program-program pemerintah yang saat ini. Suksesnya program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan tersebut sangat tergantung kepada proses keputusan pembelian petani dalam memilih benih padi yang akan dibeli. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida Bernas Prima (2) Menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima (3) Menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan survei menggunakan sampel acak sederhana (Snowball Sampling). Dalam menjawab perumusan masalah penelitian dipergunakan analisis deskriptif, analisis Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan Consumers Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang karakteristik responden, paling banyak petani pada kelompok usia 41 hingga 50 tahun, berjenis kelamin laki-laki, menikah dan rata-rata berjumlakan anggota keluarga sebanyak lima orang, tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar. Usahatani ini merupakan pekerjaan utama, pendapatan diluar usahatani kurang dari Rp , dengan lama berusahatani padi lebih dari 30 tahun, lahan yang mereka gunakan sebagian besar milik sendiri dengan rata-rata luas lahan m 2. Budidaya yang dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun, sedangkan varietas yang paling banyak digunakan adalah Ciherang dan Sintanur. 2

3 Hasil proses keputusan pembelian, petani di Kecamatan Sukabumi memiliki motivasi bertani padi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh sebab itu menganggap penggunaan padi dalam kondisi baik sangat penting. Mereka berharap penggunaan padi dalam kondisi baik akan dapat menghasilkan panen yang baik. Informasi mengenai benih dan yang menentukan dalam menentukan kepercayaan adalah PPL (Penyuluh Pertanian Lapang). Produktifitas merupakan pertimbangan petani responden dalam membeli benih. Pada tahap pembelian, sebagian besar responden memutuskan penggunaan benih dengan terencana, benih sebagian besar diperoleh dari bantuan pemerintah sebanyak tiga kali dalam setahun dengan kebutuhan setiap kali pembelian sebanyak 5 kg. Pada tahap perilaku pasca pembelian, responden menyatakan puas dengan benih padi yang mereka gunakan. Akan tetapi loyalitas petani masih rendah karena jika harga mengalami kenaikan maka petani tidak akan membeli dan akan berusaha mencari varietas lain jika benih tidak tersedia di pasaran. Hasil analisis Cochran menunjukkan bahwa terdapat sebelas atribut yang dianggap penting dalam membeli benih padi adalah (1) Produktivitas (Hasil Panen), (2) Ketahanan Hama Penyakit, (3) Harga Jual Gabah Kering Giling, (4) Sertifikasi Benih, (5) Umur Tanaman (Panen), (6) Harga Benih, (7) Rasa Nasi, (8) Tahan Rebah Tanaman, (9) Ketersediaan Benih di Pasar, (10) Patahan Beras, (11) Kerontokan Gabah. Hasil analisis multiatribut Fishbein menunjukkan total nilai sikap yang diperoleh benih padi hibrida Bernas Prima, Ciherang, dan Sintanur secara berturut-turut adalah , dan Semakin besar skor sikap total maka produk terkait semakin dapat memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Dengan demikian berdasarkan hasil total penilaian sikap petani terhadap benih padi menunjukkan bahwa benih padi varietas Ciherang lebih disukai oleh petani dan dianggap lebih mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Hasil Perceptual Mapping menunjukkan bahwa benih padi varietas Bernas Prima (hibrida) memiliki keunggulan pada atribut umur tanaman (panen), produktivitas (hasil panen), sertifikasi benih dan tahan rebah tanaman. untuk benih padi varietas ciherang dianggap memiliki keunggulan pada atribut sertifikasi benih, ketersediaan benih di pasar, harga benih, rasa nasi, patahan beras, ketahanan hama penyakit, harga jual gabah kering giling. Sedangkan untuk benih padi varietas Sintanur hanya memiliki keunggulan pada atribut kerontokan benih. Berdasarkan hasil analisis Biplot terlihat bahwa penciri utama benih padi hibrida Bernas Prima adalah atribut produktifitas benih tersebut. Pada hasil analisis juga terlihat bahwa penciri utama benih padi varietas Ciherang adalah atribut ketersediaan benih di pasar. Sedangkan untuk benih padi varietas Sintanur tidak ada satupun atribut yang menjadi penciri utama yang menyebabkan petani responden menjadi ingat kepada varietas tersebut. Tingkat kepuasan petani terhadap padi hibrida Bernas Prima berada pada indeks puas dengan skor 0.66 atau 66 persen. Dari pendekatan angka tersebut berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu diperbaiki Saran peneliti yang bisa disarankan pada produsen benih hibrida adalah perlu terus diupayakan pengembangan varietas yang lebih baik dan dapat diterima pasar maupun petani. Atribut yang menjadi prioritas pengembangan adalah 3

4 ketahanan hama penyakit, rasa nasi, patahan beras dan harga benih karena atributatribut tersebut persepsikan rendah oleh petani responden. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya ditambahkan atribut-atribut sepert tekstur nasi, kemudahan pemasaran, persentase hampa gabah, warna beras dan aroma nasi. 4

5 ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi) SKRIPSI DARIUS MANGARATUA MANALU H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

6 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi) : Darius Mangaratua Manalu : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : 6

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Darius Mangaratua Manalu H

8 RIWAYAT HIDUP Penulisan dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 09 Maret penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Marolop Manalu dan Ibunda Rusti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Palsabolas Tapanuli Selatan pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Hang Tuah 1 Belawan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Katolik Kesuma Indah Padang Sidempuan diselesaikan pada tahun Pada tahun 2003 penulis diterima di Diploma III Program Studi Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, dan lulus pada tahun Tahun 2007 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan pada pendidikan strata satu Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 8

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi). Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja serta menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut benih padi hibrida Bernas Prima di Kecamatan Baros, Kota Sukabumi. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2010 Darius Mangaratua Manalu 9

10 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Narni Sarmayanti, MSc yang telah menjadi penguji akademik., dan kepada seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. 4. Asriani Mulyaningsih yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian. 5. Orangtua dan keluarga tercinta yang telah banyak mencurahkan kasih sayang dengan tulus dan ikhlas serta doa yang tiada hentinya dalam setiap untaian nafas dalam langkah penulis untuk penyelesaian Skripsi ini. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Sinta Sukmawati dan sahabat-sahabat terbaik Panji, Otoy, Harry, chancan, Tyas, Leo, Agi, Bob, Risno, Desnad, Ragel, Bams yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan nasehat. 7. Teman-teman Agribisnis angkatan I, II, dan III. atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuanya. Bogor, Desember 2010 Darius Mangaratua Manalu 10

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I II III IV Halaman PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 7 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Benih Padi Deskripsi Benih Gambaran Umum Benih Padi Padi Hibrida Difinisi Padi Hibrida Perkembangan Padi hibrida di Indonesia Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Atribut Produk Difinisi Konsumen Perilaku Konsumen Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Tahap Pembelian Perilaku Setelah Pembelian Faktor Yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Sikap Konsep dan difenisi dari sikap Teori Mengenai Sikap Fungsi Sikap Kepuasan Konsumen Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Sampel Metode Pengolahaan dan Analisis Data iv vi vii 11

12 V VI Analisi Deskriptif Analisis Cochran Analisis Multiatribut Fishbein Perceptual Mapping Analisis Biplot Consumers Satisfaction Index GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak Geografis Penduduk Pendidikan Pertanian HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Profil Responden Usia dan Jenis Kelamin Status Pernikahan dan Jumlah Anggota Keluarga Tingkat Pendidikan Pendapatan Diluar Usahatani Status Pekerjaan Lama Berusahatani Padi Budidaya dalam Setahun Status dan Luas Lahan Varietas yang Paling Sering Digunakan Proses Pengambilan Keputusan Tahap Pengenalan Kebutuhan Tahap Pencarian Informasi Tahap Evaluasi Alternatif Tahap Pembelian Perilaku Setelah Pembelian Atribut-atribut Benih yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tingkat Kepentingan Atribut Tingkat Kepercayaan terhadap Atribut-atribut Benih Tingkat Kepercayaan terhadap Atribut Benih Padi Varietas Bernas Prima (Hibrida) Tingkat Kepercayaan terhadap Atribut Benih Padi Varietas Ciherang Tingkat Kepercayaan terhadap Atribut Benih Padi Varietas Sintanur Sikap Petani terhadap Penggunaan Benih Padi Varietas Bernas Prima (Hibrida), Ciherang dan Sintanur Pemetaan Persepsi Konsumen Positioning Kepuasan Konsumen terhadap Penggunaan Benih Padi Varietas Bernas Prima (Hibrida) Implikasi Manajerial Pemerintah Perusahaan

13 Marketing Pemulia Tanaman Petani VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia Menurut Wilayah Tahun Parameter Biofisik Daerah Pengembangan Padi Hibrida Perkiraan Luas Areal Potensial Untuk Pengembangan Padi Hibrida Beberapa Kabupaten di Jawa Barat Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Daftar Atribut Yang Akan Diuji Dalam Penelitian Kriteria Indeks Kepuasan Pembagian Administrasi Kecamatan Baros dengan Batas-Batasnya Laju Pertumbuhan Penduduk, Estimasi Penduduk di Kecamatan Baros Jumlah Penduduk Kecamatan Baros Menurut Jenis Kelamin Tahun Sebaran Responden Berdasarkan Tahapan Pengenalan Kebutuhan Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tahapan Pencarian Informasi Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tahapan Evaluasi Alternatif Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tahapan Keputusan Pembelian Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tahapan Perilaku Setelah Pembelian Hasil Analisis Cochran Persepsi Responden terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Benih Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Atribut Benih Padi Hibrida Bernas Prima Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Atribut Benih Padi Varietas Ciherang (Inbrida) Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Atribut Benih Padi Varietas Sintanur (Inbrida) Hasil Analisis Sikap Multiatribut Fishbein untuk Benih Padi Hibrida Bernas Prima, Ciherang dan Sintanur

15 21. Hasil Analisis Customer Satisfaction Index untuk Benih Padi Hibrida Bernas Prima

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tahap Proses Keputusan Pembelian Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian Proses Pencarian Internal Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif Tahap Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian Tiga Komponen Pembentuk Sikap Tingkat Kepuasan Setelah Pembelian Kerangka Pemikiran Operasional Peta Kota Sukabumi Sebaran Usia Petani Responden Sebaran Jumlah Anggota Keluarga Petani Responden Sebaran Tingkat Pendidikan Petani Responden Sebaran Pendapatan Diluar Usahatani Petani Responden Sebaran Status Pekerjaan Petani Responden Sebaran Varietas yang Paling Sering Ditanam Sebaran Status Kepemilikan Lahan Sebaran Varietas yang Dipertimbangkan untuk Dibeli Peta Persepsi Responden Berdasarkan Atribut terhadap Benih Padi Hibrida Bernas Prima, Ciherang dan Sintanur Tampilan Biplot Benih Padi Bernas Prima, Ciherang dan Sintanur

17 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisioner Proses Keputusan Pembelian Kuisioner Analisis Multiatribut Fishbein Hasil Analisis Cochran Hasil Analisis Biplot Daftar Nama Kelompok Tani Beberapa Kecamatan di Kota Sukabumi Varietas Padi Hibrida yang Telah Dilepas di Indonesia Spesifikasi Benih Hibrida Bernas Prima Deskripsi Varietas Ciherang Deskripsi Varietas Sintanur Kriteria Penilaian dalam Kuisioner

18 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Mayoritas masyarakat masih kuat mengidentikkan pangan dengan beras, sehingga mementingkan tersedianya beras dalam jumlah yang cukup. Pada masa sekarang pola konsumsi beras mulai meluas ke daerahdaerah yang sebelumnya berpola pangan pokok non beras sehingga mendorong kenaikan kebutuhan beras yang cukup tinggi. Sehingga permintaan beras akan meningkat seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan perubahan selera (Nurmalina, 2007). Ketahanan pangan didifinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan). Untuk itu peranan pemerintah sangat diperlukan dalam upaya peningkatan produksi beras dan stabilitas harga beras yang dituangkan dalam tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Salah satu tantangan paling besar di sektor pertanian pada saat ini adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional dari produksi dalam negeri. Konsumsi beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, karena sampai saat ini upaya diversifikasi pangan pokok (sumber karbohidrat) belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Melihat peningkatan konsumsi beras yang terus terjadi, pihak pemerintah melakukan sistem revolusi hijau untuk pengembangan produkivitas pertanian yaitu suatu program yang terkait dengan mekanisasi pertanian. Penggunaan bibit unggul dan pupuk kimia dengan dosis yang sangat tinggi serta penggunaan pestisida untuk menanggulangi hama dan penyakit yang bertujuan untuk mendukung tercapainya swasembada pangan (Pretty et al, diacu dalam Rohmiatin 2006). Upaya untuk meningkatkan produktivitas masih menghadapi berbagai kendala, baik teknis-agronomis maupun sosial-ekonomi-budaya. Produktivitas 1

19 padi pada dasawarsa terakhir mengalami stagnansi (Tabel 1) dimana seperti yang terlihat pada Tabel 1, bahwa perkembangan luas panen dan produksi rata-rata dibawah satu persen saja, sehingga jika hal ini berlangsung terus-menerus seiring pertumbuhan penduduk yang semakin besar maka tidak heran jika kita akan mengalami defisit pada tahun-tahun mendatang. Keadaan stagnan tersebut dikarenakan hasil varietas unggul yang ada telah mencapai titik potensi maksimal (Abdullah et al. 2005). Kekerabatan yang tinggi dan keanekaragaman yang sempit menyebabkan tidak diperolehnya peningkatan potensi hasil yang nyata (Susanto et al. 2003). Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia Menurut Wilayah Tahun Uraian Luas Panen (ha) Jawa Luar Jawa Indonesia 2.Produktivitas (ku/ha) Jawa Luar Jawa Indonesia 3.Produksi (ton) Jawa Luar Jawa Indonesia (ASEM) (ARAM I) Keterangan: Bentuk produksi padi adalah Gabah Kering Giling (GKG) Sumber: BPS, 2009 Perkembangan (%) ,24 1,41 1, ,67 1,13 0, Konversi lahan pertanian juga sangat berpengaruh pada pencapaian target produksi pangan sehingga dapat memperburuk ketahanan pangan dalam negeri. Laju alih fungsi lahan pertanian di Indonesia angkanya cukup tinggi. Selama tahun , luas konversi lahan sawah yang ditujukan untuk pembangunan non-pertanian, seperti kawasan perumahan, industri, perkantoran, jalan, dan sarana publik lainnya rata-rata sebesar 110,16 ribu ha/tahun. Ini berarti terdapat sekitar 3000 ha sawah/hari yang beralih fungsi ke non-pertanian

20 Sehingga, untuk mencegah terjadinya kekurangan pangan dimasa sekarang dan yang akan datang mutlak diperlukan upaya peningkatan produksi padi. Bentuk program yang dilakukan pemerintah saat ini untuk meningkatkan produksi beras adalah program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Program ini memiliki target utama, yaitu peningkatan produksi beras 2 juta ton setara beras atau 3,6 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2007, dan meningkat lima persen pada tahu-tahun selanjutnya sampai pada tahun 2009 (Departemen Pertanian, 2007). Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih hibrida dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Padi hibrida memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi inbrida, sehingga pengembangan padi hibrida diharapkan dapat menjadi solusi dari kekurangan stok produksi padi nasional yang selama kurun waktu 10 tahun terakhir terlihat stagnan. Padi hibrida adalah hasil perkawinan dua tetua yang berbeda genotipenya. Melalui perkawinan itulah terkumpul gen-gen yang keberadaannya secara bersamaan memberikan efek heterosis, yaitu fenomena dimana tanaman yang tumbuh dari benih hasil persilangan dua genotipe yang berbeda (disebut generasi F1) memiliki sifat lebih baik dari tetuanya (Satoto dan Suprihatno, 1998). Sehingga produktivitas padi Ciherang yang merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan saat ini dengan rata-rata hanya sekitar 6 ton/ha dapat ditingkatkan. Kepuasan akan penggunaan padi hibrida sangat tergantung pada atributatribut yang dimiliki oleh padi hibrida tersebut. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih padi hibrida sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka Perumusan Masalah Peningkatan produksi beras nasional diwujudkan dengan menjalankan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang telah dicanangkan oleh pemerintah dengan target peningkatan produksi beras 2 juta ton atau setara dengan peningkatan 6,4 persen pada tahun 2007 dan lima persen untuk tahun- 3

21 tahun selanjutnya sampai dengan Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih padi hibrida. Program ini telah menjadi komitmen bersama dan harus diimplementasikan. Pada saat ini, pemerintah telah melepas 31 varietas padi hibrida dengan potensi hasil sebesar 8,5 ton GKP/ha. Angka tersebut lebih tinggi dari pada potensi hasil varietas padi inbrida yang banyak dibudidayakan di Indonesia seperti IR-64 dan ciherang yang hanya mencapai 6,7 ton GKP/ha. Artinya dengan menggunakan padi hibrida, produksi bisa meningkat persen. Sehingga penggunaan benih padi hibrida tersebut dapat meningkatkan produksi padi dalam negeri 3. Dalam program ini pemerintah melakukan kerjasama dengan perusahaanperusahaan swasta untuk pengadaan benih hibrida. PT Sumber Alam Sutera (SAS) yang bernaung pada kelompok usaha AG Network adalah salah satu perusahaan benih yang melakukan kerjasama dengan pemerintah. PT SAS melakukan kerjasama dengan Guo Hau Seed Industries dari China telah berupaya memproduksi benih padi hibrida sejak tahun 2006 di Lampung. Salah satu padi hibrida hasil introduksi oleh PT SAS adalah padi hibrida Bernas Prima. Padi hibrida Bernas Prima telah banyak digunakan oleh petani, salah satu contohnya adalah petani di Kecamatan Baros, Kota Sukabumi. Sukabumi termasuk salah satu daerah yang potensial untuk ditanami padi hibrida karena Sukabumi mempunyai irigasi teknis, bebas dari kekeringan dan banjir, subur, dataran sedang, dan bukan daerah endemis penyakit (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Disamping itu juga karena lingkungan agroklimat daerah Sukabumi yang sesuai dengan pertumbuhan padi Hibrida (Tabel 2). Hal inilah yang menjadikan daerah Sukabumi merupakan salah satu daerah sentra produksi dan sebagai salah satu daerah program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk mencapai swasembada pangan. Beberapa kabupaten lainnya di Jawa Barat yang berpotensi 2 Mendukung%20Peningkatan%20Produksi%20Padi%20Nasional.pdf 3 4

22 menjadi pengembangan padi hibrida berdasarkan musim beserta luas arealnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Parameter Biofisik Daerah Pengembangan Padi Hibrida Syarat Tumbuh Sawah irigasi bebas cekaman kekeringan/banjir Lahan subur, tingkat adopsi teknologi petani tinggi Rata-rata suhu harian 28 o C, pada pembungaan antara o C Bukan daerah endemis WBC, HDB dan tungro Potensi Wilayah Pustaka Potensial Kurang Potensial Acuan Lahan irigasi teknis yang dapat ditanami 2 kali setahun Produktivitas > 4,5 ton/ha dataran sedang Aman Sumber : Badan Litbang Pertanian, 2007 Lahan irigasi teknis yang hanya dapat BPS (2002) ditanami 1 kali setahun < 4,5ton/ha BPS (1997) dataran rendah Geng (2002) Potensial s/d Harsono et endemis al., (2002) Pemberian subsidi kepada benih padi hibrida yang diberikan pemerintah melalui program P2BN, dari pemberian subsidi, petani berharap bisa mengurangi biaya produksi. Akan tetapi pemberian benih secara gratis dan produktivitas yang tinggi yang diperoleh petani tidak membuat mereka untuk tetap menggunakan benih padi hibrida karena hibida memiliki beberapa kelemahan diantaranya: Pertama, benih hibrida (F1) akan menghasilkan biji (F2) yang tidak dapat digunakan kembali sebagai benih untuk musim tanam berikutnya, berarti petani akan selalu tergantung pada produsen benih hibrida. Kedua, untuk mencapai potensi hasilnya, padi hibrida membutuhkan aplikasi sarana produksi (terutama pupuk) dan infrastruktur pendukung (irigasi) yang memadai. Ketiga, hibrida lebih 5

23 peka terhadap hama dan penyakit, sehingga mendorong penggunaan pestisida yang lebih tinggi. Tabel 3. Perkiraan Luas Areal Potensial Untuk Pengembangan Padi Hibrida di beberapa Kabupaten di Jawa Barat. Kabupaten Jawa Barat Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Ciamis Kuningan Purwakarta Luas Areal Potensial (Ha) Musim Hujan , , , , , , ,7 Musim Kemarau , , , , , , , ,2 Total , ,9 Sumber : Badan Litbang Pertanian, 2007 Perilaku petani sangat berdampak pada upaya peningkatan produksi beras dan ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah. Pemerintah terus berupaya mendorong petani untuk menggunakan benih padi hibrida melalui program-program pemerintah yang saat ini. Suksesnya program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan tersebut sangat tergantung kepada proses keputusan pembelian petani dalam memilih benih padi yang akan dibeli. Oleh sebab itu penelitian terhadap sikap dan tingkat kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibridia Bernas Prima dibandingkan dengan varientas unggul baru di Kecamatan Baros perlu untuk dilakukan. antara lain: Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini 1. Bagaimana karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida Bernas Prima di Kecamatan Baros? 6

24 2. Bagaimana sikap para petani terhadap atribut-atribut benih padi hibrida Bernas Prima di Kecamatan Baros? 3. Bagaimana kepuasan para petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima di Kecamatan Baros? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah menentukan kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibrida dengan menganalisis faktor-faktor sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida Bernas Prima. 2. Menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima. 3. Menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima Manfaat Penelitian Hasil penelitian terhadap analisis keputusan dan kepuasan pemilihan benih padi hibrida Bernas Prima ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi perusahaan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen sehingga dapat disusun suatu strategi pemasaran yang tepat. Bagi pemerintah hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan gambaran persepsi dan motivasi petani terhadap penggunaan padi hibrida. Hal ini akan memberikan masukan untuk menyusun strategi dalam mensukseskan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Hasil penelitian dapat menjadi gambaran bagaimana petani pada umumnya membuat keputusan dalam memilih varietas padi yang ditanam. Hal ini akan memperluas wawasan petani untuk membuat keputusan yang tepat dimasa yang akan datang Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Benih padi yang dijadikan bahan penelitian ini merupakan benih padi hibrida Bernas Prima, dengan pembanding benih inbrida varietas Ciherang dan Sintanur yang ditanam di Kecamatan Baros. 7

25 2. Petani yang menjadi subyek penelitian adalah petani padi hibrida yang melakukan pengambilan keputusan pembelian (bukan buruh tani) dan menggunakan benih padi hibrida serta pernah menggunakan padi varietas Ciherang dan Sintanur di Kecamatan Baros. 3. Penelitian ini difokuskan pada analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida di Kecamatan Baros. 8

26 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Benih Padi Deskripsi Benih Benih adalah biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi, digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Menurut Undang- Undang No 12 tahun 1992 dan PP No 44 tahun 1995 yang dimaksud dengan benih adalah semua bentuk bahan tanaman dari proses generatif berupa biji maupun vegetatif seperti stek, cangkok, umbi dan lain-lain. Benih yang bermutu baik berasal dari varietas unggul yang merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya produksi atau hasil tanaman. Benih bermutu adalah benih yang dalam produksinya diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi dan pengujian mutu benih dari jenis tanaman unggul. Pengujian mutu benih bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang mutu suatu kelompok benih yang digunakan untuk keperluan penanaman. Keterangan tersebut diperlukan baik oleh produsen, pedagang, pemakai benih, serta pihak-pihak yang berkepentingan Gambaran Umum Benih Padi Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan untuk menjadi bahan pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan pemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai pada fase pertumbuhan dipersemaian. Benih unggul adalah bahwa benih itu murni, bernas, sehat, kering, bebas dari penularan penyakit cendawan, bebas dari campuran biji rerumputan dan lainlain (Siregar, 1981). Benih bermutu harus memenuhi kriteria enam tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993). Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati, melalui SK Menteri Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas, yaitu: 9

27 1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS) Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah pengawasan pemuliaan tanaman dan atau instansi yang menanganinya (lembaga penelitian atau perguruan tinggi). Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khusus untuk penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih murni dan diberi label putih. 2. Benih Dasar atau Foundation Seed (FS) Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi dibawah bimbingan insentif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi dan identitas genetisnya dapat terpelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau oleh penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Nasional yang disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi label putih. 3. Benih Pokok atau Stock Seed (SS) Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi yang berwenang dan diberi label ungu. 4. Benih Sebar atau Ekstention Seed (ES) Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, dasar atau benih pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru Padi Hibrida Difinisi Padi Hibrida Padi hibrida adalah keturunan pertama dari suatu persilangan antara indukinduk yang berbeda secara genetik tetapi masih dalam spesies tanaman yang sama (Pingali et al. 1998). Mengacu pada pengertian tersebut, pengertian padi hibrida adalah keturunan generasi pertama hasil persilangan antara induk-induk yang memiliki keadaan genetik berbeda pada tanaman padi. Virmani et al. (2004) memberikan penjelasan bahwa padi hibrida komersial merupakan F1 (keturunan 10

28 pertama) yang superior. Maksudnya adalah selain berasal dari induk yang lebih baik, padi hibrida komersial juga harus signifikan menunjukkan superioritas hasil (paling tidak 1 ton/hektar) atas varietas unggul inbrida dengan umur sejenis serta mempunyai kualitas gabah yang diterima konsumen. Padi hibrida mulai dikembangkan di Cina pada tahun 1964 dengan ditemukannya mandul jantan. Pada tahun 1976 padi hibrida dikomersialkan. Di negara tersebut, luas areal pertanaman padi hibrida meningkat hingga mencapai 17 juta hektar dengan rata-rata hasil 6-7 ton/ha. Dampak dari hasil tersebut, produksi padi meningkat dari 136,9 juta ton pada tahun 1978 menjadi 169,1 juta ton pada tahun Oleh karena itu, padi hibrida mempunyai peranan penting dalam memecahkan masalah pangan di Cina, sekaligus menjadikan Cina sebagai negara terbesar yang berhasil memenuhi kebutuhan pangan nasional (Virmani 1994; Yuan 2004). Indonesia sendiri baru merilis penelitian tentang padi hibrida pada tahun Padi hibrida dihasilkan melalui pemanfaatan fenomena heterosis turunan pertama (F1) dari hasil persilangan dengan dua induk yang berbeda. Fenomena heterosis tersebut menyebabkan tanaman F1 lebih vigor, tumbuh lebih cepat, anakan lebih banyak, dan malai lebih lebat sekitar 1 ton/ha lebih tinggi dari pada varietas biasa (inbrida). Namun keunggulan tersebut tidak diperoleh pada populasi generasi kedua (F2) dan berikutnya. Ditinjau dari aspek genetik, padi hibrida memiliki potensi hasil yang lebih tinggi, tetapi membutuhkan sistem dan teknologi produksi yang berbeda dengan varietas unggul biasa (Abdullah, dan Darajat, 2003). Padi hibrida lebih mudah tercipta pada spesies tanaman yang menyerbuk silang (seperti jagung) daripada tanaman yang mengalami penyerbukan sendiri (Pingali et al. 1998). Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri (selfpollinated) dimana serbuk sari dan ovarium dihasilkan pada bunga yang sama. Oleh sebab itu, diperlukan tanaman jantan-steril sebagai salah satu induk agar proses hibridisasi dapat berlangsung sempurna. Hibrida pada padi sangat sulit tercapai sampai di temukannya galur CMS (Cytoplasmic Male Steril atau galur A) oleh peneliti dari Cina. Ada tiga metode yang yang dapat dipakai untuk 11

29 menghasilkan benih padi hibrida. Yuan (2003) mengatakan bahwa tiga pendekatan dalam metode pemuliaan padi hibrida yaitu: 1. Metode tiga galur atau sistem CMS (Cytoplasmic Male Steril). 2. Metode dua galur atau sistem PGMS (Photoperiod-sensitive Genic Male Sterility) dan TGMS (Thermosensitive Genic Male Sterility). 3. Metode satu galur atau Apomiksis. Metode tiga galur melibatkan tiga bahan yaitu galur induk jantan mandul yang berupa (Cytoplasmic Male Steril atau galur A), galur pemulih kesuburan (restore line atau tetua jantan) dan galur pelestari (mainteiner line atau galur B). pada metode dua galur, bahan yang dibutuhkan adalah galur mandul jantan dan galur pemulih kesuburan. Dalam metode ini jenis galur mandul jantan yang dipakai bukan CMS tetapi jenis PGMS (Photoperiod-sensitive Genic Male Sterility) atau TGMS (Thermosensitive Genic Male Sterility). Padi hibrida diperoleh dari hasil penyilangan antara galur mandul jantan dengan galur pemulih kesuburan. Metode satu galur menerapkan sistem apomiksis yang memungkinkan menghasilkan padi hibrida tanpa galur mandul jantan. Untuk memproduksi benih hibrida, perlu ada: 1. Galur mandul jantan (GMJ atau Galur A atau CMS line) varietas padi tanpa serbuksari yang hidup dan berfungsi yang dianggap sebagai tetua betina dan menerima serbuksari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih hibrida. 2. Galur Pelestari (Galur B atau Maintainer Line) varietas atau galur yang berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan GMJ. 3. Tetua jantan (Restorer) varietas padi dengan fungsi reproduksi normal yang dianggap sebagai jantan untuk menyediakan serbuksari bagi tetua betina di lahan produksi benih yang sama. 4. Benih padi hibrida dapat dihasilkan (diproduksi) dengan cara menyilangkan antara GMJ dengan Restorer yang terpilih secara alami di lapang. Pertimbangan utama dalam pengelolaan benih hibrida mencakup: 1. Sinkronisasi saat berbunga. Kedua tetua harus berbunga pada saat yang sama. Oleh karena itu, tanggal penanaman dari kedua tetua seringkali harus bervariasi. 12

30 2. Penyerbukan tambahan. Untuk membantu penyebaran serbuk sari, tali atau kayu seringkali digunakan untuk meningkatkan penyebaran serbuk sari dari galur tetua jantan ke tetua betina. 3. Aplikasi Giberellic Acid (GA). GA meningkatkan munculnya malai betina dari pelepah daun yang meningkatkan kemampuan tetua betina untuk menerima serbuksari dari tetua jantan. 4. Rouging (seleksi). Tujuannya untuk memperoleh hasil benih yang murni. Rouging dilakukan sejak fase vegetatif sampai menjelang panen. Periode paling kritis adalah antara sejak mulai keluar bunga sampai dengan fase tetua jantan tidak menghasilkan serbuksari lagi. Potensi hasil padi hibrida memang menjanjikan, tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diantisipasi. Pertama, benih hibrida (F1) akan menghasilkan biji (F2) yang tidak dapat digunakan kembali sebagai benih untuk musim tanam berikutnya, berarti petani akan selalu tergantung pada produsen benih hibrida. Kedua, untuk mencapai potensi hasilnya, padi hibrida membutuhkan aplikasi sarana produksi (terutama pupuk) dan infrastruktur pendukung (irigasi) yang memadai. Ketiga, pada beberapa negara, termasuk Cina, padi hibrida lebih peka terhadap hama dan penyakit, sehingga mendorong penggunaan pestisida yang lebih tinggi Perkembangan Padi Hibrida di Indonesia Cina merupakan negara pelopor penelitian tentang padi hibrida. Yuan (1977) dalam Virmani et al. (2004) mengatakan bahwa penelitian padi hibrida di China dimulai pada tahun 1964 dan CMS pertama dikembangkan pada tahun 1972 dari suatu tanaman mandul jantan yang ditemukan dalam suatu populasi padi liar pada tahun Kemajuan penelitian padi hibrida di Cina memberikan pengaruh yang positif untuk mendorong penelitian berkaitan dengan padi hibrida di negara Asia lainnya termasuk Indonesia. Penelitian tentang padi hibrida di Indonesia dimulai pada tahun ZSZ97 A, V20 A, V41 A, Er Jiu Nan 1A merupakan kelompok galur Cythoplasmic Male Sterile (CMS) yang pertama kali dikenalkan di Indonesia. Kelompok CMS tersebut berasal dari Cina dan dibawa ke Indonesia melalui IRRI pada tahun Walaupun mempunyai kemandulan polen (serbuk sari) yang 13

31 stabil, akan tetapi CMS tersebut tidak cocok dikembangkan di Indonesia. Alasanya adalah karena CMS yang berasal dari Cina tersebut mempunyai karakter rentan terhadap hama dan penyakit tropis utama Indonesia (Suprihatno et al dan Suprihatno et al. 1998). Galur mandul jantan merupakan salah satu bahan penting dalam memproduksi varietas hibrida. Penelitian untuk mendapatkan galur CMS yang baik merupakan usaha yang sangat sulit. Peneliti padi Indonesia terus berusaha memperoleh galur CMS prosfektif yang di turunkan dari CMS introduksi penelitian negara lain, IRRI, atau hasil penelitian dalam negeri. Galur Mandul Jantan GMJ) yang prosfektif mempunyai tiga ciri utama yaitu mempunyai kemandulan yang stabil dan seragam, tahan hama dan penyakit utama, dan mempunyai sifat agronomis yang baik. Pada tahun 1998, pemerintah Indonesia melakukan penelitian dan pengembangan padi hibrida secara intensif. Ada dua hal mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan tersebut. Pertama, tren produksi padi Indonesia mengalami stagnansi (stabil atau cenderung tidak mengalami peningkatan). Kedua, kesuksesan dalam pengembangan padi hibrida dan penggunaannya secara komersil pada negara di luar Cina seperti India, Vietnam dan Filipina (Suwarno et al, 2003). Pada tahun 1998 penelitian berkaitan padi hibrida diintensifkan dengan cara menguji bahan pemulian introduksi yang disertai pula dengan perakitan berbagai kombinasi hibrida sendiri. Hasilnya, pada tahun 2002 ada sembilan varietas padi hibrida yang dilepas di Indonesia. Dua diantaranya yaitu Rokan dan Maro merupakan hasil penelitian institusi pemerintah yaitu Balai Besar Padi (BB Padi). Saat ini Indonesia telah melepas 31 varietas padi hibrida yang memiliki daya hasil persen lebih tinggi dari padi inhibrida. Enam varietas diantaranya merupakan hasil Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), sedangkan 25 varietas lainnya milik perusahaan benih swasta. Tercatat 11 perusahaan swasta di Indonesia yang menjadi perusahaan pemilik varietas hasil penelitian swasta. Perusahaan tersebut yaitu PT Bisi, PT Kondo, PT Bangun Pusaka, PT Bayer Crop Science, PT Karya Niaga Beras Mandiri, PT Makmur Sejahtera Nusa Tenggara, PT Triusaha Saritani, PT Dupont, PT Primasid Andalan Utama, PT Sumber Alam 14

32 Sutera, dan SL Agritech (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2007). Perkembangan padi hibrida ternyata masih belum seperti yang diharapkan. Beberapa masalah pengembangan padi hibrida antara lain adalah keterbatasan benih, kerentanan terhadap hama dan penyakit utama, dan ekspresi heterosis yang tidak stabil. Varietas padi hibrida yang telah dilepas pada umumnya rentan terhadap hama penyakit utama seperti wereng coklat, HDB, dan virus tungro. Karena itu pengembangan varietas hibrida tersebut terbatas pada daerah yang tidak termasuk daerah endemik hama dan penyakit. Masalah produksi benih yang rendah sebenarnya telah mulai dicarikan solusinya sejak tahun 1989 melalui beberapa modifikasi teknik produksi benih tetapi hasilnya belum maksimal (Satoto dan Suprihatno, 1998). Oleh karena itu, dalam pengembangan padi hibrida pada suatu wilayah, pihak terkait harus memilih varietas-varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit utama yang berkembang pada wilayah tersebut. Tim Penyusun (2007) memaparkan bahwa sasaran utama dari program penelitian padi hibrida adalah merakit varietas padi hibrida yang adaptif terhadap kondisi lingkungan tumbuh di Indonesia dengan daya hasil persen lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi inbrida terbaik. Sesuai dengan ketersediaan plasma nutfah pembentuk padi hibrida, maka strategi dalam perakitan varietas padi hibrida secara bertahap adalah sebagai berikut: 1. Pengevaluasian dan Penyeleksian hibrida introduksi untuk menghasilkan varietas padi hibrida introduksi. 2. Pengidentifikasian galur pemulia kesuburan dari program pemuliaan padi nasional yang sesuai bagi GMJ introduksi. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi hibrida yang dibentuk dari hasil persilangan antara GMJ introduksi dan galur pemulia kesuburan hasil pemuliaan di Indonesia. 3. Pembuatan GMJ dan galur pemulia kesuburan dengan memanfaatkan berbagai plasma nutfah yang tersedia dalam pemuliaan nasional. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi hibrida yang dibentuk dari hasil persilangan antara GMJ dengan galur pemulih kesuburan yang dihasilkan dari program pemuliaan nasional, sehingga diharapkan lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan tumbuh di Indonesia. 15

33 4. Pembuatan varietas padi hibrida dengan materi pemuliaan PTB (Padi Tipe Baru). Hasil yang diharapkan adalah varietas padi tipe baru hibrida, dengan potensi hasil persen lebih tinggi dari VUB (Varietas Unggul Baru) terbaik. 5. Penerapan bioteknologi untuk mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses pemuliaan padi hibrida Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) merupakan program pemerintah yang ditetapkan pada awal Januari Pemerintah telah mencanangkan target produksi padi sebesar 58,2 juta ton GKP atau menaikkan sebesar 6,9 persen di tahun Produksi padi diyakini dapat meningkat sebesar 2,8 juta ton setara beras, yang akan dicapai di 16 propinsi setara beras sebanyak 2,5 juta ton dan dari 17 propinsi lainnya sebesar 0,3 juta ton. Perkembangan terakhir sampai Mei 2007, secara nasional pertanaman baru mencapai 3,2 juta ha, lebih rendah dari kondisi normal yang mencapai 4,2 juta ha. Ini sebagai akibat mundurnya musim kemarau pada tahun Luas panen Januari-April 2007 juga menurun. Pencapaian realisasi tanaman padi periode Oktober 2006-April 2007 telah mencapai ha yang merupakan hampir 100 persen dari target. Sedangkan hingga akhir 2007, pemberian benih padi inbrida baru mencapai 34,84 persen. Hal ini dikarenakan proses pengadaan yang sangat panjang. Pada bulan Mei 2008, program P2BN berubah nama menjadi program BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul) Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini, penulis memerlukan gambaran mengenai kondisi persepsi dan perilaku petani terhadap pembelian dan pemilihan benih khususnya benih padi hibrida yang dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan tulisan ini. Basuki (2008) menganalisis pendapatan usahatani padi dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menanam padi hibrida di Kecamatan Cibuaya, Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani padi inbrida dan padi hibrida pada lokasi penelitian. Tujuan lain dari penelitian ini 16

34 adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk menggunakan padi hibrida. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat pada bulan Agustus-September Penelitian ini melibatkan 58 petani sebagai responden sumber data primer yang terdiri dari 28 petani padi hibrida dan 30 petani padi inbrida. Usahatani yang dilaksanakan oleh petani Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada Musim Rendeng 2006/2007 memberikan keuntungan (pendapatan) yang lebih kecil daripada usahatani inbrida pada waktu dan tempat yang sama. Pendapatan atas biaya dibayarkan usahatani inbrida dan padi hibrida adalah Rp ,57 dan Rp ,55. R/C usahatani padi inbrida yang lebih besar dari pada R/C usahatani padi hibrida menandakan bahwa usahatani padi inbrida yang lebih efisien daripada usahatani padi hibrida. R/C atas biaya dibayarkan pada usahatani padi inbrida adalah 2,10 dan R/C atas biaya dibayarkan pada usahatani padi hibrida adalah 1,62. Fahmi (2008) menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi Varietas unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan serta menganalisis karakteristik, sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian Fahmi (2008) adalah metode convenience sampling yang berarti sampel responden adalah responden yang bersedia untuk diwawacarai dan mengisi kuisioner. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan bantuan tabulasi deskriptif untuk mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembelian. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sikap adalah model multiatribut fishbein. Sedangkan untuk menganalisis kepuasan menggunakan Importance Performance Analysis dan Costomer Satisfaction Index. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa atribut yang menjadi prioritas pengembangan adalah umur tanaman, tahan hama penyakit dan rebah. Atribut rasa dan produktivitas dan rasa nasi tetap perlu dipertimbangkan dalam varietas unggul. 17

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap pangan khususnya beras, semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan lambat. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Profil Responden Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, statuss pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan diluar usahatani,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK)

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) PADA GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI IPO MELANI SINAGA H34076081 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari 90% penduduknya dengan tingkat konsumsi rata-rata 141 kg/kapita/tahun. Walaupun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memegang peranan yang strategis dalam perekonomian nasional. Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk memperbaiki taraf dan mutu hidup serta kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Idris Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Bptp-sultra@litbang.deptan.go.id Abstrak Penyebaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Hal ini di pilih berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Oleh : David Fahmi A14104023 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman Jagung. Kulit. Grit Tepung Pati. Pakan Kompos Industri Rokok. Pakan Pangan Bahan Baku Industri

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman Jagung. Kulit. Grit Tepung Pati. Pakan Kompos Industri Rokok. Pakan Pangan Bahan Baku Industri 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung dalam perekonomian nasional merupakan kontributor terbesar kedua setelah padi di subsektor tanaman pangan. Jagung merupakan komoditas strategis yang memiliki fungsi

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi padi nasional terus menerus mengalami peningkatan sepanjang empat tahun terakhir. Pada saat dunia mengalami penurunan produksi pangan, Indonesia berhasil meningkatkan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. 28 Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. Pendahuluan Kebutuhan benih bermutu untuk produksi tanaman pangan dan perkebunan relatif tinggi seiring dengan tujuan produksi yang lebih

Lebih terperinci

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Untuk menjaga konsistensi produksi beras dan oleh karena urgensi dari pangan itu sendiri maka dibutuhkan sebuah program yang bisa lebih mengarahkan petani dalam pencapaiannya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ibrida secara definitif berarti turunan pertama (F 1

PENDAHULUAN. ibrida secara definitif berarti turunan pertama (F 1 Daerah Pengembangan dan Anjuran Budidaya Padi Hibrida... H PENDAHULUAN ibrida secara definitif berarti turunan pertama (F 1 ) dari persilangan antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi

Lebih terperinci

PETA JALAN PERAKITAN DAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL HIBRIDA TIPE BARU MENUJU SISTEM PRODUKSI PADI BERKELANJUTAN 1)

PETA JALAN PERAKITAN DAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL HIBRIDA TIPE BARU MENUJU SISTEM PRODUKSI PADI BERKELANJUTAN 1) Peta Pengembangan jalan perakitan Inovasi dan Pertanian pengembangan 2(1), 2009: varietas 1-13... 1 PETA JALAN PERAKITAN DAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL HIBRIDA TIPE BARU MENUJU SISTEM PRODUKSI PADI BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

Akbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN

Akbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN P R O S I D I N G 401 TANTANGAN KEBUTUHAN BENIH DI MASA YANG AKAN DATANG: STUDI KASUS PADA ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK BENIH PADI PAK TIWI-1 DI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Akbar Arif

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.05 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.05 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia. Hampir 90 % masyarakat Indonesia mengonsumsi beras yang merupakan hasil olahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar 1,6 % tahun -1, sehingga mendorong pemintaan pangan yang terus meningkat.

Lebih terperinci

Persepsi Petani dan Identifikasi Faktor Penentu Pengembangan dan Adopsi Varietas Padi Hibrida

Persepsi Petani dan Identifikasi Faktor Penentu Pengembangan dan Adopsi Varietas Padi Hibrida Persepsi Petani dan Identifikasi Faktor Penentu Pengembangan dan Adopsi Varietas Padi Hibrida Ade Ruskandar 1 Ringkasan Padi hibrida potensial dikembangkan untuk mendukung upaya peningkatan dan pemantapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Ali Imran dan Suriany Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRACT Study of SL-8-SHS hybrid rice

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

PENDAPATAN USAHATANI PADI HIBRIDA DAN PADI INBRIDA DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ASTRI SABRINA QHOIRUNISA

PENDAPATAN USAHATANI PADI HIBRIDA DAN PADI INBRIDA DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ASTRI SABRINA QHOIRUNISA PENDAPATAN USAHATANI PADI HIBRIDA DAN PADI INBRIDA DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ASTRI SABRINA QHOIRUNISA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA PADA PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA

PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA PADA PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA PADA PENGEMBANGAN PADI VARIETAS UNGGUL HIBRIDA (Kasus : Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI HARFIANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.02 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.02 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Segregasi Varietas unggul galur murni dapat dibuat dengan menyilangkan dua genotipe padi yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil persilangan ditanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A. 082003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN YAYASAN PENDIDIKAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUKAMANDI-SUBANG 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi padi yang tinggi pula agar kebutuhan akan beras tersebut dapat terpenuhi. Menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan pertanian Indonesia. Hal ini terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan bahan pangan sebagianbesarpenduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA PHB71 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS PP-1 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

Review: Analisis Adopsi dan Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia. Satoto*, Yuni Widyastuti, Nita Kartina, Bayu Pramono Wibowo

Review: Analisis Adopsi dan Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia. Satoto*, Yuni Widyastuti, Nita Kartina, Bayu Pramono Wibowo Review: Analisis Adopsi dan Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia Satoto*, Yuni Widyastuti, Nita Kartina, Bayu Pramono Wibowo Padi hibrida = sawah irigasi Berbeda dengan padi inbrida terutama dlm hal:

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

Peningkatan Pendapatan Usahatani dengan Penangkaran Benih Padi Varietas Unggulan

Peningkatan Pendapatan Usahatani dengan Penangkaran Benih Padi Varietas Unggulan No. 02/Brosur/BPTP Jakarta/2008 PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI DENGAN PENANGKARAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia

Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia Pengembangan Padi Hibrida di Indonesia Satoto dan B. Suprihatno 1 Riangkasan Pengembangan varietas padi hibrida secara komersial setidaknya didasarkan atas dua hal, yaitu keunggulan varietas hibrida tersebut

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada : SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH Disampaikan Pada : PELATIHAN AGRIBISNIS KEDELAI BERBASIS KAWASAN Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, 25-31 Maret 2008 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 125-130 Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak Morphological Characterization

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian dalam arti luas meliputi pembangunan di sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O. glaberrima Steud.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 519/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 519/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MS 099 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA SEGARA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang terus tumbuh berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan produksi petani

Lebih terperinci

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci