LAPORAN KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016"

Transkripsi

1 LAPORAN DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016 Nomor : LAP-3/D6/2017 Tanggal : 20 Januari 2017

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas perkenannya Deputi Bidang Investigasi dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja Tahun Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Pusat. Laporan Kinerja ini merupakan media pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi kepada Kepala BPKP selaku pemberi mandat, atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Laporan Kinerja memberikan gambaran mengenai pertanggungjawaban atas pemanfaatan sumber daya yang dikelola Deputi Bidang Investigasi beserta seluruh jajarannya dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program terealisasi melebihi target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi melakukan beberapa kegiatan diantaranya melakukan perbaikan indikator kinerja beserta targetnya, menyusun Road Map Deputi Bidang Investigasi, menyusun pedoman teknis keinvestigasian dalam rangka mendukung terwujudnya visi Deputi Bidang Investigasi dan visi BPKP. Permintaan penugasan belum seluruhnya dipenuhi, dengan penuh kesadaran hal tersebut akan menjadi perhatian bagi seluruh jajaran di lingkungan Deputi Bidang Investigasi untuk meningkatkan kinerja dengan lebih baik dan profesional pada tahun-tahun mendatang. Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi Iswan Elmi NIP i

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Pada tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan satu program dengan sasaran program berupa: Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian. Sasaran program tersebut diukur dengan indikator Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum (APH)/ Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan ke APH/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi dibandingkan dengan jumlah permintaan penugasan. Target dan realisasi kinerja dapat dilihat pada tabel berikut: Sasaran Program Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian Th 2015 Th 2016 Th 2016 (%) Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian / Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi % 60 83,17 86,98 144,97 Realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 86,98% atau mencapai 144,97% dari target sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan ke APH/ Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi dibandingkan dengan jumlah permintaan penugasan yaitu laporan dibandingkan dengan permintaan penugasan. Realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 86,98% naik sebesar 3,81% dari realisasi tahun 2015 sebesar 83,17%. Target dan realisasi kinerja tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 dapat digambarkan dengan grafik berikut: ii

4 TARGET REALISASI Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2015 dan tahun 2016 melampaui target yang telah ditetapkan. Meningkatnya realisasi kinerja sebesar 3,81% disebabkan tim audit dapat menyelesaikan penugasan dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu. Capaian kinerja tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Perkembangan capaian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 terlihat pada grafik berikut: Capaian Dari grafik diatas terlihat capaian IKU tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun sebesar 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Penurunan ini disebabkan adanya perbedaan persepsi antara Deputi Bidang Investigasi dengan APH dan K/L/P/K atas suatu permasalahan sehingga permasalahan tersebut belum/tidak dapat ditindaklanjuti penugasan. iii

5 Cakupan audit tahun 2016 sebanyak 698 K/L/P/K atau menurun sebanyak 167 K/L/P/K dari cakupan audit tahun 2015 sebanyak 865 K/L/P/K. Meskipun demikian nilai kerugian keuangan negara meningkat dari tahun 2015 sebesar Rp ,21 dan USD ,02 serta SAR menjadi Rp ,67 pada tahun Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar Rp ,00 atau 80,55% dibandingkan dengan anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp ,00 mencapai 64,54%. Capaian IKU menyerap SDM sebanyak OH atau 110,76% dari rencana sebanyak OH Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 144,97%, lebih besar daripada capaian penggunaan dana sebesar 80,55%. Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 144,97%, lebih besar daripada capaian penggunaan SDM sebesar 110,76%. Hal ini disebabkan terdapat beberapa auditor melaksanakan beberapa penugasan pada waktu bersamaan. Deputi Bidang Investigasi akan terus meningkatkan kinerja sebagai perwujudan dari pertanggungjawaban amanah yang diemban dengan cara meningkatkan kompetensi auditor investigasi sehingga auditor investigasi dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi merencanakan akan melaksanakan penugasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis terkait bidang investasi, bidang transportasi, ketenagalistrikan, serta pembelian gas oleh BUMD. Selain itu juga akan menerapkan strategi edukatif dengan menerapkan konsep Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK), Fraud Risk Assessment (FRA) dalam rangka menyusun peta risiko pada Kementerian/lembaga/ Pemerintah Daerah/Korporasi. iv

6 DAFTAR ISI Kata Pengantar Ringkasan Pimpinan Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN Halaman i ii iv A. Tugas dan Fungsi 1 B. Aspek Strategis Organisasi 2 C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 4 D. Struktur Organisasi 5 BAB II BAB III E. Sistematika Penyajian 10 A. Rencana Strategis Pernyataan Visi Pernyataan Misi Tujuan Indikator Kinerja Utama (IKU) Program dan Kegiatan 20 B. Perjanjian Kinerja Tahun A. Capaian Kinerja 24 B. Penugasan/Kegiatan Lain 47 C. Realisasi Keuangan 68 BAB IV 71 Lampiran v

7 BAB I PENDAHULUAN A. Tugas dan Fungsi Organisasi Sesuai dengan Peraturan Presien Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan Negara, dan pemberian keterangan ahli. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi menyelenggarakan fungsi: 1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di bidang investigasi; 2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi; 3. penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis investigasi dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme; 4. pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral; 5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara 1

8 dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta upaya pencegahan korupsi; pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan badan-badan lainnya; 6. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan bidang penugasan investigasi; dan 7. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan pemerintah di bidang keinvestigasian sesuai peraturan perundang-undangan. B. Aspek Strategis Organisasi 1. Adanya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP, BPKP memiliki mandat sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan SPIP. Dengan terbitnya PP ini, cakupan penugasan BPKP yang semakin luas, dan terjadi perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan dengan pembangunan suatu sistem yang mampu mencegah kecurangan/penyimpangan atau memudahkan pendeteksian adanya kecurangan/penyimpangan. 2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP, menjelaskan bahwa BPKP memiliki delegasi untuk melakukan lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategis. BPKP diharapkan berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan rekomendasi untuk peningkatan kinerja program pembangunan pusat, daerah, dan korporasi. 2

9 3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Presiden menginstruksikan Kepala BPKP untuk: a. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola ( governance) percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. b. Melakukan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap kasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pelanggaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. c. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara dalam hal ditemukan adanya kerugian negara dalam pelaksanaan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap penyalahgunaan wewenang (pelanggaran administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. d. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada kementerian/lembaga dalam hal ditemukan adanya kerugian keuangan negara. e. Melakukan pendampingan dalam rangka pengadaan barang/jasa tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional berdasarkan permintaan menteri/kepala lembaga atau Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). 4. Perhatian pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, terhadap peran pengawasan membuka peluang yang cukup terbuka untuk secara efektif menyelenggarakan pembangunan pengawasan nasional dan pengawasan pembangunan nasional terkait dengan terwujudnya pemerintah yang transparan, efektif dan efisien. Perhatian pemerintah tersebut adalah gambaran utama peluang besar bagi BPKP untuk menyelenggarakan fungsinya. BPKP dalam 3

10 memberikan assurance tentang pencapaian keberhasilan pemerintah dalam memberikan rekomendasi perbaikan untuk memitigasi risiko, dan memastikan tujuan program pemerintah, dalam hal ini sasaran pembangunan nasional, dapat tercapai. BPKP juga berfungsi sebagai mitra strategis Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah/Korporasi (K/L/P/K) dalam hal pemberian jasa consultancy. 5. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula harapan Aparat Penegak Hukum (APH) meminta BPKP untuk melakukan audit atas kasus TPK. 6. Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh stakeholders (Fraud Control Plan/FCP dan Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) atau Digital Forensics) yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan sesuai dengan kebutuhan stakeholders. C. Kegiatan dan Produksi Organisasi Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI), Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan/penugasan bidang investigasi untuk memenuhi akuntabilitas yang menjadi perhatian para stakeholders. Kegiatan/penugasan tersebut meliputi: 1. Pengawasan dalam rangka mendukung Proyek Strategis Nasional (PSN). 2. Penanganan pangaduan/ temuan-temuan audit agar penyelesaian proyek tidak terhambat sesuai dengan kebijakan pengutamaan upaya pencegahan korupsi. 3. Penanganan kasus yang ditangani Aparat Penegak Hukum (Audit Investigatif, Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian 4

11 Keuangan Negara, Pemberian Keterangan Ahli, dan Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE)). 4. Penanganan kasus K/L/P/K (Audit Investigatif, Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE)). 5. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan. 6. Audit Penyesuaian Harga. 7. Audit Klaim. 8. Fraud Control Plan (FCP). 9. Sosialisasi Program Anti Korupsi. 10. Pengkajian peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi. 11. Penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penugasan bidang investigasi harus didasarkan pada alasan yang cukup, yaitu: 1. Adanya indikasi penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara dari pengembangan hasil audit operasional. 2. Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang layak untuk ditindaklanjuti. 3. Permintaan instansi penyidik atau penetapan pengadilan. 4. Permintaan dari pimpinan/atasan pimpinan Objek Penugasan. D. Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP /K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang Investigasi terdiri dari 3 (tiga) Direktorat. Masing-masing Direktorat mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok Pejabat Fungsional. Untuk urusan Tata Usaha, 5

12 Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf perbantuan dari Sekretariat Utama. BAGAN 1.1 STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI Deputi Bidang Investigasi Iswan Elmi Kasubbag Tata Usaha Sutisna Direktur Investigasi Instansi Pemerintah Ernadhi Sudarmanto Direktur Investigasi BUMN dan BUMD Alexander Rubi Satyoadi Direktur Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Juliver Sinaga Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Pusat I Irham Kasubdit Investigasi BUMN Agustina Arumsari Kasubdit Investigasi HKP Instansi Pemerintah Andi Revy Rohadian Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Pusat II Sutrisno Kasubdit Investigasi BUMD Gumbira Budi Purnama Kasubdit Investigasi HKP BUMN dan BUMD Buntoro Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Daerah Piping Effrianto Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional 6

13 7

14 Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah Tugas pokok dan fungsi: Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi pada instansi pemerintah pusat dan daerah. 1. Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah Tugas pokok dan fungsi: Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah. 8

15 2. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Tugas pokok dan fungsi: Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap hambatan kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah. 3. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI Tugas pokok dan fungsi: Melakukan urusan tata usaha pengawasan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan administrasi Jabatan Fungsional di Deputi Bidang Investigasi. Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 1 Januari 2016 sebanyak 106 orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2016 sebanyak 96 orang, maka secara total terjadi pengurangan jumlah pegawai sebanyak 10 orang. Jumlah pegawai tersebut dapat klasifikasi sebagai berikut: 9

16 GOLONGAN TABEL 1.1 JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016 BERDASARKAN GOLONGAN RUANG a b c d e TOTAL IV III II I TOTAL TABEL 1.2 JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016 BERDASARKAN JABATAN Uraian Posisi Tambah Mutasi Kurang Posisi Struktural a. Eselon I b. Eselon II c. Eselon III d. Eselon IV Fungsional Auditor a. Auditor Madya b. Auditor Muda c. Auditor Pratama d. Auditor Penyelia e. Auditor Pelaksana Lanjutan f. Auditor Pelaksana Fungsional Lainnya Jumlah

17 Auditor investigasi seluruhnya berjumlah 544 auditor. Deputi Bidang Investigasi telah melakukan mapping kompetensi, dengan hasil sebagai berikut: TABEL 1.3 JUMLAH DAN KLASIFIKASI AUDITOR INVESTIGASI TAHUN 2016 BERDASARKAN KOMPETENSI No. Diklat Substantif Sudah Belum Jumlah mengikuti mengikuti 1 Audit Investigatif Audit Forensik Audit Penyesuaian Harga, Klaim, dan Hambatan Kelancaran Pembangunan 4 Penyidikan Fraud Control Plan (FCP) 6 Manajemen Risiko Komputer Forensik SPIP Matrikulasi Hukum Mediasi Good Corporate Governance (GCG) Dari 544 auditor, sejumlah 70 auditor telah bersertifikasi Certified Firensic Auditor (CFrA) dan 33 auditor telah bersertifikasi Certified Fraud Examiner (CFE). E. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang Investigasi selama Tahun 2016 dibandingkan dengan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 yang merupakan komitmen Deputi Bidang Investigasi untuk mencapai kinerja sebaik-baiknya sebagai upaya memenuhi misi organisasi. Melalui pembandingan tersebut akan diperoleh celah kinerja 11

18 (Performance Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana kinerja berikutnya. Sistematika penyajian Laporan Kinerja Tahun 2016, adalah sebagai berikut: BAB I BAB II PENDAHULUAN Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan wewenang Deputi Bidang Investigasi, aspek strategis, kegiatan dan produk, struktur organisasi serta sistematika penyajian. Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra) yang menggambarkan visi, misi, tujuan, Indikator BAB III BAB IV Kinerja Utama (IKU), serta program dan kegiatan Deputi Bidang Investigasi. Berisi uraian mengenai capaian kinerja yang meliputi sasaran strategis dan sasaran program Deputi Bidang Investigasi, serta realisasi keuangan tahun Berisi uraian singkat mengenai keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja kedeputian, serta langkahlangkah perbaikan kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun mendatang. 12

19 BAB II A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun tidak terlepas dari Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun dengan memperhatikan: a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun b. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tanggal 16 Agustus 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal 21 November 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 18 April 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa -Bangsa Anti Korupsi 2003). d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tangg al 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sesuai dengan peraturan ini, delegasi yang diemban BPKP adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan sebagai pembina SPIP untuk seluruh Instansi Pemerintah. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dilaksanakan atas kegiatan tertentu meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara, 13

20 Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Pemerintahan yang Baik dan Bersih, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi melakukan pengawasan intern melalui audit dengan tujuan tertentu. e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tanggal 30 September 2014 tentang Pemerintahan Daerah. f. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. g. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang BPKP. Sesuai dengan pasal 27, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasuskasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli. h. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. i. Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP /K/2001 tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP. j. Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi. 1. Pernyataan Visi BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden diharapkan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor 14

21 pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut mereposisi dan meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya kelancaran pembangunan yang berkesinambungan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi di masa mendatang. Visi tersebut adalah sebagai berikut: BAGAN 2.1 VISI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI PUSAT UNGGULAN SOLUSI KECURANGAN 2. Pernyataan Misi Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk mencapai visi tersebut Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi sebagai berikut: 1. Mendukung peran Aparat Penegak Hukum (APH) dalam pemberantasan korupsi Misi ini dilatarbelakangi permasalahan korupsi yang sangat kompleks dengan modus operandi yang semakin canggih dan beragam, sudah mewabah ke semua lapisan penyelenggara negara seperti eksekutif, legislatif, yudikatif, dan birokrasi. Korupsi bukan hanya sekadar merugikan keuangan negara namun juga telah merusak sistem hukum serta melemahkan mental manusia Indonesia dan 15

22 sendi-sendi sosial budaya masyarakat, karena itu korupsi merupakan persoalan mendesak yang harus diatasi. Banyaknya pemberantasan korupsi ternyata juga tidak menjadikan masyarakat semakin takut melakukan tindakan korupsi. Korupsi mungkin tidak dapat diberantas secara menyeluruh, namun setidaknya korupsi itu bisa ditekan agar di masa mendatang tidak semakin membudaya dan semakin merusak moral para pejabat negara. BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi membantu upaya pemerintah dalam mengungkap kejadian korupsi karena itu terus melakukan upaya pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Efisien karena jumlah anggaran yang terbatas. Sedangkan ukuran efektif dari pemberantasan korupsi adalah jumlah kasus yang sudah disidangkan semakin meningkat dan diprioritaskan pada kualitas penanganan perkara. Pengawasan yang dilakukan Deputi Bidang Investigasi diharapkan dapat mengurangi perilaku koruptif para penyelenggara negara. 2. Memberikan solusi atas permasalahan yang menghambat kelancaran pembangunan Misi ini dilatarbelakangi pelaksanaan pembangunan sering terkendala dan tidak mencapai hasil dan manfaat seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dan korporasi yang mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan pembangunan yang berdampak pada lambatnya pencapaian tujuan nasional. Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral, maka BPKP melakukan mediasi dan memberikan solusi kepada instansi 16

23 pemerintah dan korporasi untuk menyelesaikan permasalahan yang menghambat pembangunan, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, dalam rangka membantu memperlancar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, BPKP melakukan audit penyesuaian harga dan audit klaim. Proses pengajuan penyesuaian harga dan klaim yang dilakukan oleh penyedia barang dan jasa dan satuan kerja, sering dilakukan dengan tidak cermat sehingga dapat berpotensi merugikan keuangan Negara. Hal ini terjadi karena pihak penyedia / pengguna barang dan jasa belum sepenuhnya memahami aturan tentang penyesuaian harga ataupun permintaan klaim yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan peran BPKP dalam melakukan audit penyesuaian harga dan klaim untuk memberikan bahan pertimbangan bagi pengguna barang dan jasa agar nilai penyesuaian harga dan klaim telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3. Memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi manajemen untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang baik Misi ini dilatarbelakangi bahwa masyarakat menginginkan pemerintahan yang bersih, bebas KKN, dan berjalan dengan baik tanpa menimbulkan dampak negatif pada masyarakat. Implementasi tata kepemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN sebagai upaya pencegahan KKN. Deputi Bidang Investigasi melaksanakan pengawasan yang diminta oleh 17

24 Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang baik dan bebas KKN. 4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern melalui upaya pencegahan korupsi dengan melaksanakan Fraud Control Plan Misi ini dilatarbelakangi adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan korupsi. Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan kesempatan terjadinya korupsi. Organisasi dapat menghilangkan atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah berikut: a. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi. b. Mengimplementasikan pengendalian pencegahan dan pendeteksian korupsi. c. Menciptakan pemantauan korupsi secara luas melalui peran serta pegawai, pelanggan dan masyarakat. 18

25 d. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit dan standar investigasi. Hal-hal yang diperlukan untuk mencegah korupsi seperti tersebut di atas dikenal dengan Program Anti Korupsi atau Fraud Control Plan (FCP). Pengendalian tersebut dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian, jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. 3. Tujuan Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang Investigasi. Dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan tujuan sebagai berikut: 19

26 BAGAN 2.2 TUJUAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI 1. Peningkatan efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian. 2. Peningkatan efektifitas hasil pengawasan dalam mengatasi hambatan kelancaran pembangunan 3. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam upaya pencegahan korupsi 4. Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan yang mencerminkan berfungsinya hasil ( outcome) dari semua program yang telah ditetapkan, serta menjadi indikator untuk menilai keberhasilan suatu pencapaian tujuan. Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran strategis yang merupakan kondisi yang diinginkan untuk dicapai pada tahun 2019: Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional merupakan indikator yang menunjukkan level keyakinan pertanggungjawaban institusi publik atas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional. Untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan 20

27 nasional yang bersih dan efektif, Deputi Bidang Investigasi menilai (assurance) beberapa aspek, antara lain akuntabilitas pelaporan keuangan, kebijakan terkait kebendaharaan umum negara, peningkatan kinerja program pembangunan nasional dan pendukungnya atas keberhasilan pembangunan nasional. Di samping kegiatan assurance, Deputi Bidang Investigasi juga aktif dalam memberikan rekomendasi dalam bidang-bidang tersebut terkait pengelolaan keuangannya dari hasil kegiatan consulting. Rekomendasi yang diberikan diharapkan dapat memberikan perbaikan dalam pengelolaan keuangan dan pembangunan, pengelolaan risiko serta dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern. Sasaran program menunjukkan berfungsinya output pengawasan intern yang dilakukan oleh BPKP. Output pengawasan rekomendasi hasil pengawasan yang berkualitas dan dapat dilaksanakan oleh K/L/P/K akan memberikan hasil berupa perbaikan atas pengelolaan program strategis/program prioritas nasional. Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran program sebagai berikut: Sasaran Program Perbaikan pengelolaan program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian Untuk menggambarkan tingkat pencapaian sasaran program, ditetapkan indikator kinerja Penyerahan hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/Korporasi. Kementerian/ 5. Program dan Kegiatan Program Deputi Bidang Investigasi mencerminkan tugas dan fungsi yang berisi kegiatan untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah 21

28 ditetapkan. Program tersebut adalah Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Kegiatan pengawasan mencerminkan tugas dan fungsi Direktorat yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran ( output). Kegiatan pengawasan Deputi Bidang Investigasi terdiri dari: a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada Kementerian/ Lembaga. b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada BUMN/BUMD. c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan. B. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Dokumen ini berisi sasaran strategis, sasaran program, sasaran kegiatan, indikator kinerja, dan target kinerja yang diperjanjikan dalam satu tahun serta memuat rencana anggaran untuk program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran strategis. Target dari indikator kinerja sasaran program dan sasaran kegiatan ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai untuk menentukan tingkat keberhasilan dari masing-masing program. Program 22

29 yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator hasil kegiatan dituangkan dalam satu dokumen Perjanjian Kinerja (PK). Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2016 No. Sasaran Strategis/Program/Kegiatan Sasaran Program 1. Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian Sasaran Kegiatan 1. Tersedianya informasi hasil pengawasan pada Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah 2. Tersedianya informasi hasil pengawasan pada Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Indikator Kinerja Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian / Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Rekomendasi Perbaikan Pencegahan Korupsi pada Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Bansos Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Rekomendasi Perbaikan Pencegahan Korupsi pada Korporasi Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Target 60%

30 No. Sasaran Strategis/Program/Kegiatan Indikator Kinerja Kredit Usaha Rakyat 3. Tersedianya informasi hasil Rekomendasi Hasil pengawasan pada Pengawasan atas Direktorat Investigasi Hambatan Hambatan Kelancaran Kelancaran Pembangunan Pembangunan Rekomendasi Pengawasan Bidang Infrastruktur dan Perhubungan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Target 61 1 Rp ,00 24

31 BAB III Akuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja Deputi Bidang Investigasi dalam tahun 2016 yang ditujukan untuk memenuhi target rencana kinerja yang telah ditetapkan. Dalam uraian berikut disajikan akuntabilitas Deputi Bidang Investigasi dari aspek keuangan, sumber daya manusia dan sarana prasarana sebagai unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran dalam rangka mewujudkan misi yang telah ditetapkan. A. Capaian Kinerja Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT). Pengukuran kinerja mencakup penilaian indikator kinerja sasaran yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasinya. Persentase pencapaian rencana tingkat capaian, dihitung dengan rumus bahwa semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian rencana tingkat capaian yang semakin baik. Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2016, Deputi Bidang Investigasi menetapkan satu sasaran program dan tiga sasaran kegiatan. Capaian sasaran sasaran program dan sasaran kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

32 Sasaran Program Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian Deputi Bidang Investigasi turut mendukung agenda prioritas pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu melakukan pengawasan untuk mendukung tata kelola pemerintah dan korporasi yang bersih dan efektif, serta diarahkan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berjalan secara akuntabel, transparan, dan efektif. Deputi Bidang Investigasi terus melakukan upaya pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Efisien karena jumlah anggaran yang terbatas. Sedangkan ukuran efektif dari pemberantasan korupsi adalah jumlah kasus yang sudah disidangkan semakin meningkat dan diprioritaskan pada kualitas penanganan perkara. Hasil penugasan pengawasan berupa rekomendasi yang berkualitas yang dapat dimanfaatkan oleh APH dan dapat dilaksanakan oleh K/L/P/K untuk perbaikan tata kelola korporasi dan/atau rekomendasi untuk mencegah korupsi berulang. Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran program Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian. Untuk mengukur capaian ini ditetapkan indikator Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi. Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum (APH), Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi adalah tingkat penyelesaian penugasan bidang investigasi atas permintaan APH dan K/L/P/K serta pengaduan masyarakat pada tahun 2016 yang dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh APH dan K/L/P/K. Pengukuran 26

33 kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan ke APH/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi dibandingkan dengan jumlah permintaan penugasan. Target dan realisasi kinerja dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Capain Kinerja Outcome Tahun 2016 Sasaran Program Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian Th 2015 Th 2016 Th 2016 (%) Penyerahan Hasil % 60 83,17 86,98 144,97 Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian / Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi Realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 86,98% atau mencapai 144,97% dari target sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan ke APH/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/ Korporasi dibandingkan dengan jumlah permintaan penugasan yaitu laporan dibandingkan dengan permintaan penugasan. Jumlah permintaan penugasan dan jumlah laporan yang diserahkan kepada APH/K/L/P/K pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: 27

34 TABEL 3.2 Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian Kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi No Uraian Permintaan Laporan Capaian (%) Aparat Penegak Hukum (APH) Audit Investigatif, Audit PKKN, PKA, dan Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) atas permintaan APH ,84 Sub Jumlah ,84 K/L/P/K 1 Audit Investigatif atas permintaan Instansi Lain ,55 2 Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan ,67 3 Fraud Control Plan ,78 4 Audit Penyesuaian Harga ,21 5 Audit Klaim ,82 6 Rekomendasi Bansos, KUR, Infrastruktur Sub Jumlah ,09 Jumlah ,98 Jumlah permintaan penugasan sebanyak permintaan, telah dipenuhi dengan penugasan dan diterbitkan laporan sebanyak laporan. Sebanyak 112 permintaan masih dalam proses penugasan, dan selebihnya akan dipenuhi dengan penugasan pada tahun

35 Realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 86,98% naik sebesar 3,81% dari realisasi tahun 2015 sebesar 83,17%. Target dan realisasi kinerja tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 dapat digambarkan dengan grafik berikut: Grafik 3.1 Target dan Realisasi IKU Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada APH/K/L/P/K Tahun 2015 dan TARGET REALISASI Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2015 dan tahun 2016 melampaui target yang telah ditetapkan. Meningkatnya realisasi kinerja sebesar 3,81% disebabkan tim audit dapat menyelesaikan penugasan dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu. Capaian kinerja tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Perkembangan capaian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 terlihat pada grafik berikut: 29

36 Grafik 3.2 Perkembangan Capaian IKU Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada APH/K/L/P/K Tahun 2015 dan Capaian Dari grafik diatas terlihat capaian IKU tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun sebesar 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Penurunan ini disebabkan adanya perbedaan persepsi antara Deputi Bidang Investigasi dengan APH dan K/L/P/K atas suatu permasalahan sehingga permasalahan tersebut belum/tidak dapat ditindaklanjuti penugasan. Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar Rp ,00 atau 80,55% dibandingkan dengan anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp ,00 mencapai 64,54%. Capaian IKU menyerap SDM sebanyak OH atau 110,76% dari rencana sebanyak OH Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 144,97%, lebih besar daripada capaian penggunaan dana sebesar 80,55%. 30

37 Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 144,97%, lebih besar daripada capaian penggunaan SDM sebesar 110,76% Keberhasilan capaian sasaran program ini didukung oleh kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang Investigasi dan Bidang Investigasi pada Perwakilan BPKP, dengan indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.3 Tabel 3.3 Capaian Kinerja Output Tahun 2016 No. Sasaran Kegiatan 1. Tersedianya informasi hasil pengawasan pada Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah 2. Tersedianya informasi hasil pengawasan dalam mencapai pada Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD 3. Tersedianya informasi hasil pengawasan pada Direktorat Investigasi HKP Indikator Kinerja Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Rekomendasi Perbaikan Pencegahan Korupsi pada Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Bansos Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Rekomendasi Perbaikan Pencegahan Korupsi pada Korporasi Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian KUR Rekomendasi Hasil Pengawasan atas Hambatan Kelancaran Pembangunan Satuan Target Realisasi Capaian Th 2015 Th 2016 Th 2016 (%) Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi

38 No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Rekomendasi Pengawasan Bidang Infrastruktur Satuan Target Realisasi Capaian Th 2015 Th 2016 Th 2016 (%) Rekomendasi Jumlah Penugasan pengawasan yang dilaksanakan untuk mendukung tercapainya IKU Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/ Korporasi bertujuan untuk mendorong peningkatan ruang fiskal, pengamanan keuangan negara secara efektif, dan peningkatan kualitas tata kelola publik (Governance). Rincian penugasan pengawasan tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi hasil pengawasan atas pengelolaan Bantuan Sosial (Bansos) Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penyimpangan pengelolaan Bantuan Sosial. Bantuan Sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus-menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Dari hasil evaluasi dilakukan atas 282 kejadian pada 112 kegiatan, penyimpangan terjadi pada semua ruang lingkup kegiatan pengelolaan Bantuan Sosial dimaksud dan mengakibatkan tujuan pemberian Bantuan Sosial tidak efektif. Penyebab terjadinya permasalahan penyimpangan adalah unsur manusia, pembiayaan, metode kerja, sarana dan prasarana, 32

39 serta informasi. Berdasarkan hasil evaluasi, perlu dilakukan perbaikan pengelolaan Bansos. Beberapa rekomendasi untuk mencegah agar tindak pidana korupsi Bansos berkurang atau tidak berulang dan rekomendasi untuk perbaikan pengelolan Bansos, adalah sebagai berikut: a. Menginstruksikan kepada Menteri Dalam Negeri dan para Kepala Daerah untuk: 1) Mengatur lebih lanjut tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban dan pelaporan, serta monitoring dan evaluasi Bantuan Sosial dengan Peraturan Kepala Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan tata cara tersebut, pihak Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan Aplikasi Hibah dan Bansos yang telah dikembangkan oleh BPKP; 2) Menyusun dan memanfaatkan peta kondisi nyata permasalahan sosial dan/atau kebutuhan masyarakat di daerah masing-masing untuk keperluan pemberian Bantuan Sosial; 3) Memastikan ketersediaan dana dan sarana prasarana yang memadai untuk mengelola Bantuan Sosial; 4) Memastikan setiap pejabat pengelola Bantuan Sosial memiliki kompetensi pengetahuan yang dibutuhkan; 5) Merancang dan menerapkan Program Anti Korupsi untuk kegiatan/ program pengelolaan Bantuan Sosial yang dibiayai APBD; 6) Memperkuat Sistem Pengendalian Intern pada semua Organisasi Perangkat Daerah/Satuan Kerja Perangjkat Daerah (OPD/SKPD) sesuai target RPJMN , pada akhir tahun 2019 mencapai maturitas penyelenggaraan SPIP level 3. 33

40 b. Menginstruksikan kepada para menteri terkait untuk mempertimbangkan regulasi penguatan pengendalian dalam hal pemberian Bantuan Sosial tidak berupa uang tunai namun dalam bentuk dan mekanisme non-tunai. 2. Kajian Pengawasan atas Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kajian hasil pengawasan atas Program KUR sebanyak 12 laporan, menunjukkan adanya penyimpangan yang mengakibatkan kerugian keuangan negara senilai Rp194,16 miliar. Penyimpangan tersebut antara lain: a. Penyaluran KUR yang tidak sesuai dengan ketentuan. b. Penyaluran KUR diterima dan digunakan bukan oleh pihak yang tercantum dalam dokumen pengajuan kredit. c. Nasabah yang mengajukan kredit ternyata tidak merasa mengajukan kredit, tetapi nama mereka digunakan untuk mengajukan kredit. d. Prosedur pencairan KUR tidak sesuai dengan ketentuan. e. Calon debitur hanya dipinjam namanya saja guna pengajuan kredit. Calon debitur tidak pernah memiliki usaha seperti tertulis pada SIUP dan TDP. f. Kredit yang telah dicairkan tidak dimanfaatkan sesuai dengan tujuan permohonan kredit. g. Pelunasan dari nasabah tidak disetorkan ke Bank. h. Komite Kredit tidak melakukan rapat pembahasan kredit dan hasil keputusan rapat panitia kredit dibuat hanya untuk memenuhi formalitas administrasi dan ditandatangani sirkuler. Penyebab terjadinya penyimpangan adalah sebagai berikut: a. Bank tidak melakukan konfirmasi atas dokumen yang diajukan oleh Debitur. b. Bank tidak menyalurkan kredit sesuai prinsip-prinsip dasar perkreditan yang berlaku pada perbankan pada umumnya. 34

41 c. Bank tidak menilai usaha kelompok tani atau barang yang diagunkan. d. Usaha kelompok belum berjalan minimal 6 bulan. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dibuat beberapa hari sebelum mengajukan permohonan kredit. e. Permohonan kredit diproses tidak sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan KUR. f. Adanya diskresi dari Kepala Cabang untuk meloloskan pengajuan kreditnya karena kolusi dengan pejabat pemerintahan setempat. g. Adanya persekongkolan antara pimpinan bank dengan debitur. h. Kurangnya pengawasan dari SPI atau Bank dalam mengecek jalannya sistem dan prosedur ditetapkan. atas Program KUR yang telah Berdasarkan hasil kajian pengawasan atas Program KUR, perlu dilakukan perbaikan desain dan penguatan pelaksanaan Program KUR. Beberapa rekomendasi untuk memperbaiki desain dan pelaksanaan Program KUR adalah sebagai berikut: a. Kementerian Koperasi dan UKM melakukan revisi SOP KUR agar lebih sederhana dengan tetap mempertimbangkan azas prudential banking practices yang mengharuskan pihak bank selalu berhati hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang undangan di bidang perbankan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik, 35

42 b. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) melakukan sosialisasi KUR bersama dengan cabang bank pelaksana KUR didaerah kepada masyarakat sekaligus mempublikasikan bahwa KUR bukan dana hibah dari pemerintah, c. Rekomendasi yang dapat diterapkan oleh perbankan adalah: 1) meningkatkan kualitas pengawasan dari SPI bank penyalur, mulai dari proses pengajuan KUR sampai pemanfaatan dana KUR oleh UMKM, 2) melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap proses pengajuan KUR melalui SPI, 3) pihak bank meningkatkan kualitas sistem pengendalian internal, terutama melakukan pengendalian anti fraud yang tidak hanya ditujukan untuk pencegahan namun juga untuk mendeteksi dan melakukan investigasi apabila ditemukan indikasi fraud, 4) melakukan reviu dan perbaikan pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP) secara berkala, 5) pihak bank membuat rekomendasi persetujuan kredit secara tertulis berdasarkan hasil analisis kredit yang telah dilakukan. Isi rekomendasi harus sesuai dengan kesimpulan analisis kredit. 3. Evaluasi hambatan kelancaran pembangunan bidang infrastruktur Permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam merealisasikan program pembangunan terutama di sektor infrastruktur, menemui banyak kendala, antara lain dari masyarakat, antar instansi pemerintah, BUMN/BUMD dan swasta. Permasalahan-permasalahan tersebut harus dikelompokkan berdasarkan akar permasalahannya dan dipetakan ke institusi yang bisa mengatasi permasalahan tersebut. Terkait dengan hal tersebut Deputi Bidang Investigasi terus melakukan upaya penanganan masalah hambatan kelancaran pembangunan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan tata 36

43 kelola instansi pemerintah/korporasi dalam mencari solusi permasalahan yang menghambat kelancaran pelaksanaan pembangunan dan efisiensi keuangan Negara/daerah. Berdasarkan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan yang dilakukan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP, diketahui bahwa permasalahan yang dominan terjadi dalam pelaksanaan kontrak pembangunan infrastruktur adalah perbedaan penafsiran terhadap pasal-pasal kontrak/perjanjian terhadap perubahan kondisi yang diasumsikan dalam kontrak awal. Permasalahan tersebut selanjutnya dianalisis sehingga diidentifikasikan penyebab utama permasalahan adalah belum adanya mekanisme yang menjamin akuntabilitas proses perubahan/amandemen kontrak yang dapat mengurangi risiko timbulnya permasalahan hukum bagi para pihak yang terlibat dalam kontrak. Solusi yang diperlukan adalah dengan membuat aturan mekanisme perubahan kontrak dalam kondisi tertentu dengan melibatkan Aparat Pengawasan Inter Pemerintah (APIP) dan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun). Keterlibatan pihak yang kompeten dan independen tersebut diharapkan mampu memberikan pertimbangan dari aspek ketaatan dalam pengelolaan keuangan negara maupun dari aspek hukum, sehingga mengurangi risiko penyimpangan yang dapat menjadi permasalahan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan kontrak tersebut. Ketiga penugasan tersebut dilaksanakan untuk mendukung agenda prioritas Presiden (Nawacita) dengan memberikan rekomendasi atas 37

44 pengelolaan Bansos, rekomendasi atas Program KUR, dan rekomendasi atas pembangunan bidang infrastruktur. Rekomendasi diberikan untuk mencegah agar penyimpangan atas program/kegiatan tersebut tidak terjadi lagi. Realisasi ketiga penugasan ini menyerap dana sebesar Rp ,00 atau 68,27% dari anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp ,00 mencapai 47,56%. Penugasan ini menggunakan SDM sebesar 643 OH atau 135,37% dari target sebesar 475 OH. Selain didukung oleh ketiga penugasan tersebut di atas, capaian IKU juga didukung penugasan berikut ini: 1. Pengawasan Untuk Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal Untuk mendorong peningkatan ruang fiskal, Deputi Bidang Investigasi melakukan pengawasan atas pengeluaran keuangan negara yang masih dapat ditingkatkan penghematannya. Kegiatan pengawasan tersebut berupa audit penyesuaian harga dan audit klaim. Jumlah permintaan untuk melakukan audit penyesuaian harga sebanyak 56 permintaan, realisasi penerbitan laporan sebanyak 55 laporan. Jumlah permintaan untuk melakukan audit klaim sebanyak 17 permintaan, realisasi laporan sebanyak 10 laporan. Rincian Laporan Audit Penyesuaian Harga dan Audit Klaim beserta koreksi audit adalah sebagai berikut: TABEL 3.4 Koreksi Audit Berdasarkan Pelaksanaan Pengawasan Pengawasan Untuk Mendukung Peningkatan Ruang Fiskal No. Uraian Jumlah Koreksi Audit Laporan Rp USD Yen 1 Audit , , ,01 Penyesuaian Harga 2 Audit Klaim , ,00 - Jumlah , , ,01 38

45 Koreksi audit sebesar Rp ,41, USD75.464,62, dan Yen ,01 merupakan penghematan keuangan negara yang dapat dialokasikan untuk melaksanakan pekerjaan lain dalam satuan kerja yang sama. Penugasan audit penyesuaian harga yang dilakukan diantaranya adalah: a. Audit Penyesuaian Harga atas Kontrak Paket CKB-01: Tayan Bridge Construction Nomor CKB-01/PJT/11/2011/01 Tanggal 17 November 2011 pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jembatan Tayan Periode Bulan November 2012 s.d. November 2015 dengan nilai koreksi audit sebesar Rp ,00. b. Audit Penyesuaian Harga atas Kontrak No: CON/007/MRT/VI/2013 tgl 11 Juni 2013 Paket CP 105 Rancang Bangun Stasiun Bawah Tanah Bendungan Hilir dan Setiabudi serta Terowongan dari 11K+043 hingga 13K+102 pd Proyek MRT Jakarta Periode Agustus 2013 s.d Januari 2016 (IPC-1 s.d IPC-29) dengan nilai koreksi audit sebesar Rp ,00. c. Audit Penyesuaian Harga atas Kontrak Nomor CON/006/MRT/VI/2013 tanggal 11 Juni 2013, Construction of Jakarta Mass Rapit Transit Project Underground Section: CP 104 Underground and Tunnels: 9K K+043 untuk IPC-1 s.d. IPC-29 dengan nilai koreksi audit sebesar Rp ,00. Laporan hasil audit klaim yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Kepala Satuan Kerja untuk melakukan pembayaran klaim diantaranya adalah: a. Laporan Hasil Audit Klaim atas Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Seksi E2A Cilincing-Simpang Jampea JBIC Loan IP 531 pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas 39

46 Hambatan Tanjung Priok dengan nilai koreksi audit sebesar Rp ,00. b. Laporan Hasil Audit atas Klaim Penambahan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pada PT Angkasa Pura II (Persero) dengan nilai koreksi audit sebesar Rp ,00. c. Laporan Hasil Audit Klaim Penambahan Biaya Pembangunan PLTU 2 Sulawesi Utara Berdasarkan Kontrak No.245/641/DIR/2007 Tanggal 30 Oktober 2007 antara PT PLN (Persero) dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan nilai koreksi audit sebesar Rp , Pengamanan Keuangan Negara Secara Efektif Dalam rangka pengamanan keuangan negara/daerah, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan pengawasan represif untuk preventif serta pencegahan dan pemberantasan korupsi. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: a. Penanganan Pengaduan Pada tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi menerima 125 pengaduan. Atas pengaduan tersebut dilakukan penelaahan dengan hasil telaahan sebagai berikut: Di file 92 Diteruskan ke Perwakilan BPKP 32 untuk ditindaklanjuti Diteruskan ke Instansi Lain 1 Dijawab kepada pengirim 3 Ditindaklanjuti dengan 2 penugasan Jumlah 130 Dalam proses penelaahan 9 40

47 Pengaduan masyarakat diteruskan ke Perwakilan BPKP agar digunakan sebagai bahan masukan penugasan pengawasan. b. Penanganan Kasus Aparat Penegak Hukum (APH) Adanya pengaduan masyarakat dan hasil audit reguler APIP yang menginformasikan dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) pada instansi pemerintah, BUMN, dan BUMD, merupakan informasi awal bagi Aparat Penegak Hukum (APH). Untuk menindaklanjuti informasi awal tersebut, APH memerlukan keahlian di bidang akuntansi dan auditing baik dalam tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, maupun pemeriksaan perkara TPK di sidang pengadilan. BPKP memiliki SDM yang mempunyai keahlian di bidang akuntansi dan auditing ingin berperan aktif dalam pemberantasan TPK, karena itu permintaan dari APH untuk melaksanakan kegiatan audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli, dan komputer forensik akan direspon dengan maksimal. Jumlah permintaan penugasan audit investigatif, audit dalam rangka PKKN, pemberian keterangan ahli, dan komputer forensik dari APH berjumlah permintaan. Permintaan tersebut telah ditindaklanjuti dengan penugasan dan telah diterbitkan laporan sebesar 86,94% atau sebanyak laporan. Rincian laporan yang diserahkan ke APH dan jumlah nilai kerugian keuangan negara adalah sebagai berikut: 41

48 TABEL 3.5 Laporan Hasil Pengawasanyang Diserahkan Kepada Aparat Penegak Hukum Beserta Nilai Kerugian Keuangan Negara No. Uraian Jumlah Kasus 1 Audit Investigatif Jumlah Kerugian Keuangan Negara (Rp) Kejaksaan ,03 Kepolisian ,85 Sub Jumlah ,88 2 Audit dalam rangka PKKN Kejaksaan ,21 Kepolisian ,83 KPK ,39 Sub Jumlah ,43 3 Pemberian Keterangan Ahli Kejaksaan Kepolisian KPK 4 - Pengadilan Sub Jumlah Komputer 9 - Forensik Jumlah ,31 Laporan Hasil Audit Investigatif yang diserahkan ke APH pada tahun 2016 antara lain: 1) Audit Investigatif atas dugaan TPK pengelolaan dana Direktif Presiden RI pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Fakfak TA 2014, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp31,37 miliar. 42

49 2) Audit Investigatif atas Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Pipa Air Limbah oleh PD PAL Kota Banjarmasin Selatan TA 2014 pada lokasi Tanjung Pagar Kecamatan Banjarmasin Selatan dan lokasi Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp2,67 miliar. 3) Audit Investigatif atas pembangunan hanggar Balai Kalibrasi dilengkapi Appron dan Taxiway pekerjaan struktur arsitektur dan mekanikal elektrikal pada Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah Makassar TA 2014, dengan nilai kerugian keuangan negara Rp18,29 miliar. Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara yang diserahkan ke APH pada tahun 2016 diantaranya adalah: 1) Audit dalam rangka PKKN atas Dugaan TPK Penyaluran Kredit PT Likotama Harum pada Bank DKI, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp269,73 miliar. 2) Audit dalam rangka PKKN atas Perkara Dugaan Penyimpangan dalam Kegiatan Penambangan Pasir Besi oleh PT Indo Moderen Mining Sejahtera (PT IMMS) di Kabupaten Lumajang, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp79,83 miliar. 3) Audit dalam rangka PKKN atas kasus dugaan TPK Pengelolaan Dana APBD Kabupaten Mamberamo Raya TA , dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp84,23 miliar. Pemberian Keterangan Ahli (PKA) yang dilaksanakan pada tahun 2016 diantaranya adalah: 1) PKA atas Perkara Dugaan TPK Penyalahgunaan Anggaran dan/atau Penggelapan Dana Perusahaan Daerah Aneka 43

50 Usaha Kolaka Tahun Anggaran 2013 atas nama Terdakwa Drs. H. Riamin Basire. 2) PKA atas Perkara Dugaan TPK Penyalahgunaan Dana Perusahaan Daerah (Perusda) Kabupat en Konawe Selatan Tahun Anggaran 2012 s.d atas Nama Terdakwa Drs. Doner, S.H. 3) PKA atas kasus Pembangunan Lima Unit Kapal Nelayan 30 GT pada Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Banten TA2011 a.n terdakwa Alimus bin Ali Ibrahim, H. Mahyudin, A.Pi, MM dan Ade Burhanudin, SE, MM. Pada tahun 2016 dilaksanakan juga penugasan komputer forensik. Komputer forensik adalah proses untuk memperoleh dan menganalisis dokumen elektronik dalam rangka memperoleh petunjuk atau bukti digital untuk kepentingan penanganan kasus yang berindikasi tindak pidana. Permintaan Komputer Forensik dalam rangka membantu APH yang dilaksanakan pada tahun 2016 antara lain: 1) Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik dalam Rangka Pengadaan Alat Kedokteran Kesehatan dan KB di RSUD dr. Rubini Mempawah TA ) Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik dalam Perkara Dugaan TPK pada Pengadaan 49 Paket UPS untuk 49 SMAN/ SMKN oleh Sudin Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Barat dan Sudin Menengah Kota Administrasi Jakarta Pusat TA ) Pengumpulan dan Pengevauasian Bukti Dokumen Elektronik dalam rangka Penyidikan oleh Kepolisian Dearah Kalimantan Barat terhadap Dugaan TPK dan Pencucian Uang pada Pengadaan Alat - Alat Kedokteran Bedah di RSUD Kab. Sanggau yang bersumber dari APBD (DAU) TA

51 c. Penanganan Kasus Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah /Korporasi (K/L/P/K) Dalam rangka pengamanan keuangan negara/daerah, selain melaksanakan penugasan pengawasan atas permintaan APH, Deputi Bidang Investigasi juga melaksanakan penugasan pengawasan atas permintaan K/L/P/K yaitu Audit Investigatif dan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan. Jumlah permintaan dari K/L/P/K untuk melakukan audit investigatif dan Evaluasi HKP sebanyak 47 penugasan. Permintaan tersebut telah ditindaklanjuti dengan penugasan dan penerbitan laporan sebanyak 30 laporan atau 63,83%. Jumlah Laporan Audit Investigatif atas Permintaan Instansi Lain dan Laporan Evaluasi HKP adalah sebagai berikut: TABEL 3.6 Laporan Hasil Audit Investigatif Atas Permintaan Instansi Lain No. Uraian Jumlah Kasus Jumlah Kerugian Keuangan Rp Negara USD 1 Audit ,36 - Investigatif permintaan Instansi Lain Jumlah ,36 - TABEL 3.7 Laporan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan dan Koreksi Audit No. Uraian Jumlah Koreksi Audit Laporan Rp USD 1 Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Jumlah

52 Audit Investigatif atas permintaan Instansi Lain yang dilaksanakan pada tahun 2016 antara lain: 1) Audit Investigatif atas dugaan penyimpangan dalam pemberian uang muka kepada 9 (sembilan) Mitra Kerjasama Operasi (KSO) pada PT PLN Batubara, dengan nilai temuan Rp856,40 miliar. 2) Audit Investigatif atas Pengelolaan Piutan-Piutang Usaha Bermasalah kepada Pihak ketiga oleh PT Mega Eltra, dengan nilai temuan sebesar Rp20,84 miliar. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2016 antara lain: 1) Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Relokasi Aset Tetap Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat yang Berada di Atas Lahan Kerjasama Operasional PT Patut Patuh Patju dengan PT Bliss Pembangunan Sejahtera (Bliss Group). 2) Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Permasalahan dalam Pembangunan Kembali Hotel Inna Muara Padang oleh PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. 3) Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terhadap 6 Paket Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Fasilitas Jalan, Jembatan dan Sarana Prasarana Lainnya pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pekalongan Tahun Anggaran Peningkatan Kualitas Tata Kelola Publik (Governance) Adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian adanya 46

53 kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deput i Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan korupsi. Deputi Bidang Investigasi berperan aktif membantu dan bekerja sama dengan K/L/P/K untuk meningkatkan peran dan tugasnya dalam memberikan nilai tambah kualitas tata kelola dan mendorong upaya pencegahan korupsi. Dalam rangka peningkatan tata kelola, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan penugasan Fraud Control Plan (FCP). FCP merupakan suatu pengendalian yang dirancang secara spesifik, teratur dan terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal dan memudahkan pendeteksian, jumlah serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Permintaan penugasan FCP pada tahun 2016 sebanyak 115 penugasan, jumlah laporan yang diterbitkan sebanyak 109 laporan, dengan rincian: 1) Laporan Sosialisasi FCP sebanyak 31 laporan. 2) Laporan Diagnostic Assesment FCP sebanyak 18 laporan. 3) Laporan Bimbingan Teknis FCP sebanyak 5 laporan. 4) Laporan Evaluasi Implementasi FCP sebanyak 55 laporan. Instansi yang telah mengimplementasikan FCP diantaranya: 1) RSUD Tarakan, Kalimantan Timur 2) PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia 3) BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) 4) PDAM Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta 5) PD Pasar Jaya Jakarta 47

54 Permasalahan utama dalam implementasi FCP baik di instansi pemerintah maupun BUMN/BUMD adalah: 1) Tidak disiplin atas pedoman impelementasi Menerapkan FCP secara parsial pada setiap tahapan dan tidak ada kesinambungan tahapan implementasi. Alasan yang dikemukakan adalah dasar penugasan implemenatsi FCP adalah permintaan objek penugasan. 2. Lemahnya komitmen pimpinan pada instansi pemerintah maupun BUMN/BUMD Pimpinan organisasi khawatir akan terbukanya kelemahan sistem pengendalian intern dan praktik fraud yang masih (mungkin) ada di organisasi. B. Penugasan /Kegiatan Lain Selain melaksanakan penugasan dalam rangka pencapaian kinerja Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada APH/ Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi tersebut di atas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan penugasan/kegiatan berikut: 1. Sosialisasi Anti Korupsi (SosPAK) Pada tahun 2016 SosPAK dilaksanakan sebanyak 63 kegitan dengan kelompok sasaran (Focus Group) Pelajar, Mahasiswa dan Pengelola Pengadaan Barang dan Jasa. Selain itu terdapat focus group tambahan yaitu PNS dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Realisasi focus group yang mengikuti sospak tahun 2016 adalah sebagai berikut: 48

55 TABEL 3.8 Realisasi Focus Group No Focus Group Jumlah Jumlah Peserta Kegiatan (orang) 1. Pelajar Mahasiswa Pengelola Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Jumlah Selain ketiga focus group yang sudah ditetapkan tersebut, terdapat perwakilan BPKP yang melaksanakan sosialisasi atas permintaan masyarakat dengan tambahan focus group atau focus group yang berbeda, yaitu focus group Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, dengan rincian sebagai berikut: No Tabel 3.9 Realisasi Focus Group Tambahan Focus Group Jumlah Kegiatan Jumlah Peserta (orang) 1. PNS Pejabat Pelaksana Teknis 1 65 Kegiatan Jumlah Capaian indikator pemahaman dan kepedulian berdasarkan focus group tersebut disajikan pada Tabel 3.3 di bawah ini. TABEL 3.10 Capaian rata-rata Pemahaman dan Kepedulian terhadap Pemberantasan Korupsi berdasarkan Focus Group No. Focus Group Pemahaman Kepedulian 1. Pelajar 5,01 5,14 2. Mahasiswa 4,91 5,04 3. Pengelola Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa 4,88 5,16 49

56 No. Focus Group Pemahaman Kepedulian Pemerintah 4. PNS 5,09 5,34 5. Pejabat Pelaksana Teknis 5,01 5,35 Kegiatan Rata-rata 4,94 5,08 Capaian indikator pemahaman berada pada kisaran 4,88 hingga 5,09 dengan capaian rata-rata keseluruhan adalah 4,94 (baik). Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman masing-masing focus group setelah diadakannya sosialisasi tergolong baik. Sementara itu, capaian indikator kepedulian berada pada kisaran 5,04 hingga 5,35, dengan capaian rata-rata keseluruhan adalah 5,08 (sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa, secara umum, tingkat pemahaman pada masing-masing focus group mempunyai korelasi positif dengan tingkat kepedulian, yaitu semakin seseorang memahami mengenai anti korupsi, maka semakin peduli terhadap upaya pemberantasan korupsi. Kegiatan SosPAK tingkat kedeputian menggunakan SDM sebanyak 60 OH atau 75,00% dari rencana 80 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar Rp ,00 atau 92,60% dari anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp ,00 atau mencapai 45,87%. 2. Kajian atas Penerapan Konsep Masyarakat Pembelajar ( Learning Society) dalam Upaya Pencegah Korupsi melalui Strategi Edukatif Deputi Bidang Investigasi BPKP menyadari bahwa kegiatan sosialisasi program anti korupsi (SosPAK) yang telah dilaksanakan oleh BPKP sejak tahun 2004 sampai dengan 2016 kurang dapat diyakini telah 50

57 berdampak terhadap perubahan perilaku anti korupsi baik terhadap kelompok sasaran ( focus group) maupun masyarakat secara umum. Selain itu, kegiatan SosPAK kurang dapat diukur dan dinilai kontribusinya terhadap pencapaian tujuan strategis BPKP terutama tujuan peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional yang bersih dan efektif dan peningkatan efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. Deputi Bidang Investigasi bermaksud memperluas dan mempertajam strategi edukatif anti korupsi dengan mengimplementasikan konsep masyarakat pembelajar ( learning society) yang selaras dengan strategi BPKP sebagaimana tertuang dalam Perencanaan Strategis dan terintegrasi dengan strategi pengembangan Deputi Bidang Investigasi sebagai Pusat Keunggulan Solusi Kecurangan, serta sesuai dengan peran BPKP sebagai auditor internal pemerintah yaitu penyedia assurance dan consulting di bidang governance, risk dan control. Dalam konteks upaya BPKP mencegah dan menanggulangi korupsi, masyarakat pembelajar anti korupsi dapat didefinisikan sebagai paradigma dalam pemberantasan korupsi yang menempatkan pembelajaran anti korupsi sebagai faktor kunci keberhasilan pemberantasan korupsi. Dalam konteks ini, pembelajaran anti korupsi adalah proses interaksi peserta belajar dengan BPKP dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dimana BPKP berperan dalam membantu, mendorong dan memfasilitasi peserta belajar agar dapat memperoleh pengetahuan dan menguasai ketrampilan/keahlian mengenai anti korupsi serta merubah sikap peserta belajar menjadi anti korupsi berdasarkan usaha peserta belajar. 51

58 Konsep masyarakat pembelajar anti korupsi dapat dioperasionalisasikan oleh BPKP dengan melakukan: a. Kegiatan pelatihan dalam bentuk: sosialisasi/seminar/workshop anti korupsi, iklan layanan masyarakat. b. Kegiatan fasilitatif dalan bentuk: bimbingan konsultasi pengembangan perilaku dan sistem whistleblowing, dan bimbingan konsultasi pengembangan partisipasi publik dalam pengawasan pembangunan. 3. Kajian Pengawasan Pada tahun 2016 target kajian pengawasan ditetapkan sebanyak 2 penugasan, terealisasi sebanyak 8 penugasan. Realisasi penugasan kajian pengawasan diantaranya: 1) Kajian terhadap Aspek Kontraktual terkait Perpanjangan Masa Layanan dan Penyesuaian Harga Satuan untuk Konsultan Tahap I Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok JICA Loan IP Tujuan kajian adalah memberikan pendapat sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau berdasarkan best practice dalam pengadaan barang/jasa oleh pemerintah, yang dapat dijadikan pertimbangan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Perencanaan dan Pengawasan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan paket pekerjaan Consulting Services for The Detailed Engineering Design and Construction Supervision of The Tanjung Priok Acces Road Construction Project, Phase 1 sesuai kontrak nomor: KU.08.08/PJJ-BLN/XI/ tanggal 23 November Simpulan hasil kajian adalah: a) Perpanjangan kontrak jasa konsultansi supervisi konstruksi atas pekerjaan Tanjung Priok Acces Road Project JBIC ODA Loan 52

59 No. IP-529 Package No. 2 Package Name: Section E2, Cilincing-Jampea (Sta Sta 6+142) dapat diberikan sepanjang tidak menimbulkan tambahan beban biaya kepada Kementerian PU dan Perumahan Rakyat. b) Penyesuaian harga remunerasi tenaga ahli hanya dapat diberikan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak sehingga usulan untuk melakukan penyesuaian harga dengan mendasarkan pada SE Menteri PU Nomor 3/SE/M/2013 tidak dapat dipenuhi. c) PPK perlu menyiapkan langkah alternatif yang paling layak untuk diambil dalam rangka mengantisipasi kemungkinan Penyedia Jasa Konsultansi tidak bersedia memperpanjang kontrak tanpa penyesuaian tarif remunerasi. 2) Kajian atas Proses Relokasi dan Proteksi Pipa Gas yang Melintang di Area Proyek MRT Jakarta. Dalam pelaksanaan pembangunan proyek MRT Jakarta paket pekerjaan CP-101, CP-102, dan CP-103 terdapat design pondasi MRT yang bersinggungan dengan pipa gas milik Kementerian ESDM di beberapa lokasi proyek. Atas permasalahan tersebut, PT MRTJ meminta evaluasi dan kajian kepada BPKP. Berdasarkan kajian dokumen kontrak serta peraturan lainnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Pemasangan pipa gas milik Kementerian ESDM tahun anggaran 2013 telah dilakukan sesuai dengan gambar design Kementerian ESDM yang tidak bersinggungan dengan basic design awal milik PT MRTJ. b) Dalam pelaksanaan pembangunan MRT terjadi perubahan detail design, dalam rangka memenuhi persyaratan peraturan bangunan tahan gempa, yang berakibat terjadi 53

60 persinggungan pipa milik Kementerian ESDM dengan struktur pondasi MRT di beberapa lokasi. c) Berdasarkan Tender Document volume 3, no 8 Handling Of Utility Facilities, dinyatakan bahwa seluruh existing utility yang terdapat dalam dokumen tender ( outline design drawing) yang ditawarkan oleh kontraktor dikategorikan sebagai charted utilities, yang pelaksanaan relokasi dan pengalihan utilitas tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor. d) Berdasarkan Tender Document volume 3, ER Appendix 29, pipa gas merupakan salah satu dari Uncharted Utilities. Sesuai Tender Document vol 3, no 8 Handling Of Utility Facilities dan Tender Document vol 3 Appendix 23: requirement for construction, terkait pelaksanaan relokasi dan modifikasi pipa gas dapat dibebankan dalam anggaran provisional sum. e) Berdasarkan General Condition Contract dan Particular Condition Contract pasal 13.1 sampai dengan 13.3, bahwa pekerjaan terkait dengan relokasi dan modifikasi pipa gas milik Kementerian ESDM sebagai akibat adanya perubahan design dapat dilakukan melalui mekanisme variation. Atas permasalahan tersebut disarankan Direksi PT MRT Jakarta agar: a. Meminta Konsultan atau engineer melakukan evaluasi yang meliputi administrasi, teknis dan harga terkait rencana variation. b. Menyiapkan dokumen dalam rangka tahapan variation. c. Meminta persetujuan JICA atau concurrence of the Bank. d. Menuangkan perubahan ke dalam amandemen kontrak. e. Memproses secara simultan ijin dan pelaksanaan pekerjaan tekait kegiatan relokasi dan modifikasi pipa gas kepada pihak yang berwenang sesuai yang diatur dalam kontrak. 54

61 3) Kajian atas Rencana Penjualan Mixed Used Building PT Propernas Griya Utama melalui Transaksi KIK DIRE dan Rencana Penjualan Unit Rusunami Perum Perumnas melalui RDPT Perumahan Rakyat. 4) Kajian atas Rencana Pemberdayaan Asset milik PT PP (Persero) Tbk dengan cara inbreng kepada PT PP Peralatan. PT PP bermaksud untuk menambah penyertaan modal berupa Tanah dan Alat Berat tersebut kepada PT PP Alat yang saat ini digunakan dan dikelola oleh PT PP Alat. Adapun atas Tanah dan Alat Berat tersebut telah dilakukan penilaian oleh Kantor Jasa Penilai Publik Andang Kosasih, Maman Firmansyah, Agus Prihatanto, dan Rekan (KJPP AMAR) dengan kesimpulan total penambahan penyertaan modal PT PP (Persero) Tbk berupa Inbreng Tanah dan Alat Berat adalah sebesar Rp ,00. Atas rencana tersebut diberikan saran berikut: a) Kepada PT PP (Persero) Tbk agar: i. Rencana penyertaan modal berupa Tanah dan Alat Berat kepada PT PP Alat agar meminta persetujuan tertulis kepada Dewan komisaris karena tidak tertuang dalam dokumen RKAP. ii. PT PP (Persero) Tbk agar melakukan tahapan lanjutan sebelum dilakukan inbreng sesuai peraturan perundangan yang berlaku sebagaimana disampaikan dalam poin 3 diatas. iii. Dalam melakukan pemberdayaan aktiva tetap oleh PT PP Alat, PT PP (Persero) Tbk harus dapat memastikan bahwa inbreng (berupa tanah dan alat berat) tidak untuk dipindahtangankan oleh PT PP Alat. b) Kepada PT PP Alat i. Melaksanakan RUPS terkait Penyertaan Modal berupa Tanah dan Alat Berat 55

62 ii. iii. Melakukan Feasibility Study, Financial Due Diligence, Legal Due Diligence Membuat petunjuk pelaksanaan atau Standard Operating Procedure (SOP) atau Work Instruction (WI). Kegiatan kajian pengawasan menggunakan SDM sebanyak 195 OH atau 108,94% dari rencana 179 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar Rp ,00 atau 86,35% dari anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp ,00 atau mencapai 75,65%. 4. Menyusun Road Map Road map Deputi Bidang Investigasi disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut: a. Maksud 1) Menjaga kesinambungan antar periode kepemimpinan dalam melaksanakan tugas dan fungsi Deputi Bidang Investigasi terutama terkait dengan pencegahan dan pemberantasan korupsi. 2) Agar tersedia suatu peta rencana kerja yang rinci dan berkelanjutan yang menggambarkan pelaksanaan program dan kegiatan Deputi Bidang Investigasi yang mencakup penanggungjawab pelaksana, dukungan yang diperlukan, anggaran yang diperlukan serta target atau indikator pencapaian. b. Tujuan 1) Mengoptimalkan penggunaan sumber daya secara efektif, efisien dan ekonomis. 2) Memberikan arah, inspirasi, dan motivasi bagi seluruh warga Deputi Bidang Investigasi BPKP serta pemangku kepentingan 56

63 untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional. 3) Memberikan kesamaan pemahaman mengenai road map Deputi Bidang Investigasi. 5. Revisi Pedoman Penugasan Bidang Investigasi Pedoman pengelolaan kegiatan bidang investigasi telah mengalami beberapa kali perubahan sejak Pedoman Pengelolaan Bidang Investigasi (2005), Pedoman Penugasan Bidang Investigasi Tahun 2009 (draft) dan Pedoman Penugasan Bidang Investigasi sesuai Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang Investigasi (PPKBI) yang saat ini sedang disusun merupakan tindak lanjut atas terbitnya Perpres Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP yang menempatkan BPKP sebagai auditor internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Hal penting dari Perpres 192 Tahun 2014 adalah penegasan BPKP sebagai auditor internal bagi pemerintah. Hal ini bermakna bahwa sebagai auditor internal, BPKP merupakan bagian dari pemerintah yang memiliki tanggung jawab yang sama dengan pemerintah yang diawasinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dalam menjalankan tugas sebagai auditor internal pemerintah, BPKP termasuk Deputi Bidang Investigasi, bersifat proaktif dan responsif. a. Berpijak pada pemahaman tersebut, penugasan bidang investigasi dilakukan dalam kerangka memenuhi peran sebagai auditor internal pemerintah. Hasil audit harus dapat memberikan nilai tambah bagi pemerintah untuk melakukan perbaikan proses manajemen pemerintahan meliputi tatakelola, manajemen risiko dan pengendalian internal. 57

64 b. Memenuhi prinsip rensponsif, maka PPKBI sebagai sebuah pedoman, dalam penyusunannya juga memperhatikan dinamika lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar Deputi Investigasi dapat menjalankan tatakelola, manajemen risiko dan pengendalian internal pada setiap kegiatannya sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan. Dengan uraian di atas, maka PPKBI disusun dalam format 3 (tiga) kelompok yaitu: a. Kelompok 1 (Kajian Akademis) merupakan tinjauan literatur ilmiah yang menjadi landasan teoritis untuk menjawab pertanyaan mengapa atas apa yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi sebagaimana diamanahkan dalam Perpres 192 tahun b. Kelompok 2 (Pedoman Manajerial) merupakan penjelasan tentang peran investigasi yang memuat eksistensi dan ekspektasi, mendefinisikan investigasi berikut arah dan tujuannya, bagaimana merealisasikan ekspektasi meliputi pelaksanaan peran keinvestigasian dan tindakan yang menghasilkan informasi yang bermanfaat di level pemerintah. Pedoman manajerial dirancang untuk mengantisipasi dinamika lingkungan sehingga bersifat mudah untuk direvisi. c. Kelompok 3 (Pedoman Operasional) merupakan penjelasan teknis atas apa yang disajikan di kelompok 2. Pedoman operasional berisi prosedur operasi standar pelaksanaan peran keinvestigasian secara menyuluruh sampai pada peran dukungan untuk menghasilkan informasi strategis bagi para pemangku kepentingan. Karena sifatnya teknis, materi pada kelompok 3 dirancang untuk tidak mudah dilakukan perubahan. 58

65 Dengan format tersebut, PPKBI merupakan kombinasi antara Pedoman Pengelolaan Bidang Investigasi Tahun 2005 dengan Pedoman Penugasan Bidang Investigasi Tahun Revisi Pedoman Fraud Control Plan (FCP) Dasar Hukum dilakukan pengembangan FCP : a. Pasal 28 huruf c Perpres Nomor 192 Tahun 2014 Salah satu fungsi Deputi Bidang Investigasi adalah menyelenggarakan penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis investigasi dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme. b. Inpres Nomor 9 Tahun 2014 Presiden menugaskan BPKP untuk melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan penerimaan negara/daerah serta efisiensi dan efektivitas anggaran pengeluaran negara/ daerah, diantaranya adalah evaluasi terhadap penerapan sistem pengendalian intern dan sistem pengendalian kecurangan yang dapat mencegah, mendeteksi, dan menangkal korupsi. FCP dirancang bukan untuk menggantikan sistem pengendalian atau tatakelola yang sudah ada, namun FCP memperkuat dan melengkapi sistem pengendalian atau tatakelola tersebut. Pedoman Umum akan dilengkapi dengan alat evaluasi per jenis institusi, yaitu Kementerian/Lemaga, BUMN/D, Pemerintah Daerah/SKPD. Fraud Risk Assessment (FRA) tidak lagi menggunakan 10 unsur tetapi sesuai dengan proses bisnis tiap institusi. 7. Pemetaan Kompetensi Auditor Investigasi Deputi Bidang Investigasi melakukan pemetaan auditor investigasi di BPKP. Tujuan pemetaan adalah untuk mengetahui apakah auditor investigasi telah memiliki kompetensi sebagai auditor investigasi atau belum, apakah pendidikan keahliannya sudah mencukupi atau 59

66 belum, dan apakah pengetahuan spesifik yang menunjang penugasan bidang investigasi sudah memenuhi atau belum. Setelah diketahui kompetensi seluruh auditor investigasi, auditor yang belum kompeten akan ditingkatkan kompetensinya melalui formal dan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) teknis/substantive. 8. Pengendalian terhadap penugasan keinvestigasian pendidikan Deputi Bidang Investigasi melakukan pengendalian yang memadai terhadap setiap penugasan bidang investigasi. Pengendalian dimaksudkan agar laporan hasil penugasan bidang investigasi dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan (stakeholdrers). Pengendalian tersebut dilakukan melalui kegiatan penyamaan persepsi, koordinasi pengawasan, quality assurance, peer reviu atas laporan penugasan bidang investigasi, dan pemantauan tindak lanjut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menjamin kualitas audit, mempercepat proses penugasan, dan mencari jalan keluar atas permasalahan-permasalahan yang timbul selama penugasan. Target dan realisasi penugasan tersebut pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: TABEL 3.11 Target Dan Realisasi Dalam Rangka Pengendalian Terhadap Penugasan Keinvestigasian No. Uraian Penugasan Target Realisasi 1 Penyamaan Persepsi Koordinasi Pengawasan Quality Assurance Peer reviu atas laporan penugasan investigasi 5 Pemantauan Tindak Lanjut Jumlah

67 Kegiatan ini menggunakan SDM sebenyak 195 OH atau 108,94% dari rencana 179 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar Rp ,00 atau 86,35% dari anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp ,00 atau mencapai 75, Penandatanganan Pakta Integritas Pada tanggal 27 Januari 2016, seluruh pegawai di lingkungan Deputi Bidang Investigasi menandatangani Pakta Integritas dalam rangka memperbaharui komitmen di awal tahun GAMBAR 3.1 Penandatanganan Pakta Integritas 10. Rapat Kerja Deputi Bidang Investigasi Rapat Kerja Deputi Bidang Investigasi dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 26 Februari 2016 di Bandung dengan tema Peningkatan Sinergitas dan Soliditas Auditor di Lingkugan Deputi Bidang Investigasi dalam Pelaksanaan Tugas. Rapat kerja ini diikuti oleh Pegawai di Lingkungan Deputi Bidang Investigasi. Rapat kerja membahas 2 (dua) pokok permasalahan, yaitu Perkembangan Reorganisasi Deputi 61

68 Bidang Investigasi dan Framework (kerangka kerja) Pengawasan Pengamanan Aset Negara/Daerah. GAMBAR 3.2 Rapat Kerja Deputi Bidang Investigasi 11. Forum Investigasi Pada tanggal 1 s.d 4 November 2016 dilaksanakan Forum Investigasi bertempat di Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat, yang diikuti oleh Pejabat Struktural di lingkungan Deputi Bidang Investigasi, Kepala/Koordinator Pengawasan Bidang Investigasi, Pejabat Fungsional di Lingkungan Deputi Bidang Investigasi, dan Pejabat Fungsional Auditor dari 33 Perwakilan BPKP. Tujuan diselenggarakannya Forum Investigasi adalah: a. Tersosialisasinya arah program penugasan keinvestigasian, termasuk evaluasi kinerja 2016 dan program kerja tahun 2017 dan metode perencanaan program kerja tahunan. b. Tersosialisasinya draft pedoman penugasan bidang investigasi. c. Meningkatnya kapabilitas auditor investigatif dalam melaksanakan penugasan di bidang keinvestigasian, yaitu audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara dalam rangka pengamanan aset negara/daerah dari sisi represif, audit klaim, audit penyesuaian harga, pemberian solusi strategis hambatan kelancaran 62

69 pembangunan, fraud control plan, komputer forensik, pembangunan/pengembangan kapasitas APIP di bidang keinvestigasian, pengembangan data keinvestigasian, metode perencanaan program kerja tahunan, pemahaman root cause analysis dalam rangka pemberian rekomendasi strategis, pemahaman risiko gugatan hukum dan solusinya, pemahaman peran APIP dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. d. Tersosialisasinya Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia. e. Terdapatnya data soft kompetensi auditor investigatif. f. Tersosialisasinya draft pedoman pengembangan kapasitas APIP di bidang keinvestigasian. g. Semakin eratnya ikatan keakraban keluarga besar Kedeputian Bidang Investigasi. GAMBAR 3.3 Arahan Kepala BPKP 63

70 GAMBAR 3.4 Forum Investigasi 12. Workshop Pemanfaatan Komputer Forensik untuk pengumpulan bukti audit dan teknik audit atas pengadaan melalui e-tender Workshop ini bertujuan meningkatkan kompetensi auditor khususnya dalam hal pengumpulan bukti audit dan teknik audit atas pengadaan melalui e-tender melalui pemanfaatan komputer forensik. Pada tahun 2016 telah dilaksanakan workshop di: a. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan b. Perwakilan BPKP Provinsi Bangka Belitung c. Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau d. Deputi Bidang Investigasi e. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat f. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan g. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara h. Perwakilan BPKP Provinsi Papua i. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara j. Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat k. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tengah 64

71 GAMBAR 3.5 Workshop Komputer Forensik 13. Workshop Digital Media Acquisition and Triage Workshop ini merupakan lanjutan dari workshop komputer forensik. Materi workshop adalah: a. Prinsip Akuisisi dan Triage yang meliputi tindakan terhadap barang bukti; pengamanan terhadap barang bukti elektronik; wawancara orang dilokasi; peralatan yang diperlukan; dokumentasi, pengepakan, pemindahan, penyimpanan. b. Pemaparan dan Praktek untuk melakukan Akuisisi Hardisk (Dead). c. Pemaparan dan Praktek untuk melakukan Live Acquisition. d. Pemaparan dan Praktek untuk melakukan Mobile Forensik. 65

72 GAMBAR 3.6 Workshop Digital Media Acquisition and Triage Tahun 2016, workshop dilaksanakan di: a. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat b. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan c. Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah d. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan e. Perwakilan BPKP Provinsi Bali 14. Workshop Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Peran APIP semakin luas dengan terbitnya UU nomor 30 Tahun 2014, dimana APIP juga memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan atas pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pejabat. Akan tetapi peran ini juga perlu disikapi secara hati-hati dikarenakan tidak semua pengambilan kebijakan/diskresi dapat berimplikasi kepada tindak pidana. 66

73 GAMBAR 3.7 Workshop Peningkatan Kapabilitas APIP 15. Kegiatan Deputi Bidang Investigasi Kegiatan Deputi Bidang Investigasi diantarannya: a. Menjadi Narasumber pada Pelatihan Bersama Peningkatan Kapasitas Penegak Hukum dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kesetaraan dan menyamakan langkah serta persepsi pada saat koordinasi dan supervisi penanganan TPK di Indonesia. Kegiatan dilaksanakan di Bandung tanggal 18 s.d 22 April Peserta Pelatihan berjumlah 200 orang yang terdiri dari penyidik dan auditor dari KPK, Polri, Kejaksaan Agung, BPK, dan BPKP. 67

74 GAMBAR 3.8 Pelatihan Bersama Penegak Hukum b. Mengikuti Overseas Training on Asset Tracing and Loss Recovery di University of Wollongong Australia tanggal 22 s.d 28 Mei GAMBAR 3.9 Training di Wollongong c. Memberikan Kuliah umum di Universitas Pattimura dengan tema Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 68

75 GAMBAR 3.10 Kuliah Umum di Universitas Pattimura C. Realisasi Keuangan Anggaran Deputi Bidang Investigasi tahun 2016 sebelum self blocking sebesar Rp ,00 setelah self blocking sebesar Rp ,00 dan terealisir sebesar Rp ,00 atau 71,08% dari anggaran sebelum self blocking. Sedang dibandingkan dengan anggaran setelah self blocking sebesar Rp ,00 mencapai 87,24%. Rincian anggaran dan realisasi keuangan per program sebagai berikut: TABEL 3.12 Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program No. Uraian Anggaran Sebelum Self Blocking (Rp) 1. Program Dukungan Manajeman dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya (3670) Anggaran Setelah Self Blocking (Rp) Realisasi (Rp) Pengendalian/

Kata Pengantar. Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi. Iswan Elmi NIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Kata Pengantar. Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi. Iswan Elmi NIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 DEPUTI BIDANG INVESTIGASI Nomor: LAP-2/D6/02/2015 Tanggal 28 Januari 2015 Kata Pengantar Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas perkenannya Deputi Bidang Investigasi dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya, penyusunan Rencana Kinerja (Renja) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. Nomor: LAP-2/D6/02/2016 Tanggal 29 Januari 2016

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. Nomor: LAP-2/D6/02/2016 Tanggal 29 Januari 2016 LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG INVESTIGASI ss Nomor: LAP-2/D6/02/2016 Tanggal 29 Januari 2016 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas perkenannya Deputi Bidang

Lebih terperinci

Suplemen Rencana Strategis

Suplemen Rencana Strategis Suplemen Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat 2010-2014 Lampiran Keputusan Nomor KEP-2220/PW14/1/2012 Tanggal 28 Desember 2012 SASARAN STRATEGIS PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2010-2014 KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen yang bersifat taktis strategis yang menjabarkan strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG INVESTIGASI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG INVESTIGASI Nomor : 608/D6/2016 Tanggal : 2 September 2016 RENCANA STRATEGIS 2015-2019 Kata Pengantar Rencana Strategis (Renstra) tahun 2015-2019

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat PERJANJIAN KINERJA P enetapan indikator kinerja pada tingkat program dan kegiatan merupakan prasyarat bagi pengukuran kinerja. Kriteria pengukuran yang dipakai adalah target kinerja yang ditetapkan. Target

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

PROFIL INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. Sasaran Outcome: Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian

PROFIL INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. Sasaran Outcome: Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian PROFIL INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI Sasaran : Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian 1. Indikator Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Papua Barat yang sebelumnya wilayah kerjanya berada/merupakan bagian dari Perwakilan BPKP Provinsi Papua telah menyusun

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Utara telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009 www.bpkp.go.id KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang

Lebih terperinci

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu No.2054, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pengelolaan Keuangan Daerah. Penilaian Risiko Kecurangan. Strategi Penerapan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 21 TAHUN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA / DAERAH PADA PROVINSI PAPUA TAHUN 2012 Nomor: LAP- 20/PW26/1/2012 Tanggal: 18 Januari 2012 LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah NOMOR: LAKIP - 023 /PW18/1/2014 TANGGAL 21 JANUARI 2014 Ringkasan

Lebih terperinci

PROFIL INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

PROFIL INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI PROFIL INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI Sasaran : Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi dalam Pencegahan Korupsi 1. Indikator Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Nomor: LKIN-007/PW03/6/2017 Tanggal: 10 Januari 2017 DAFTAR ISI Ikhtisar Kinerja Bab III Akuntabilitas Kinerja Kata Pengantar... Daftar

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2015-2019 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Halaman A. Latar Belakang 1 B. Capaian Kinerja Tahun 2010-2014 3 C. Potensi dan Identifikasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. - 2 - Mengingat : 1. Peraturan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi (Lembaran Negara Republik Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc No.1448, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SPIP BKKBN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Jalan Jenderal Ahmad Yani kilometer 32,5 Banjarbaru 70711 Telp: (0511) 4781116 Faksimili : (0511) 4774501 email : kalsel@bpkp.go.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis Ringkasan Eksekutif Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengantar BPKP memasuki babak baru yang menegaskan peran BPKP sebagai Auditor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR alam rangka melaksanakan tata pemerintahan yang baik (good governance) adalah tersusunnya laporan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan tahun berjalan untuk mewujudkan komitmen organisasi penyelenggara

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT Nomor : LAP-011/PW03/1/2016 Tanggal : 20 Januari 2016 Kata Pengantar Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... BAB I Halaman PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi... B. Aspek Strategis Organisasi... 4 C. Kegiatan dan Layanan Produk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP) dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1512, 2016 BPKP. kebijakan Pengawasan. Tahun 2017. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 NOMOR : LAP-6/PW02/1/2016 TANGGAL : 8 JANUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

Lebih terperinci

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013 RINGKASAN EKSEKUTIF B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja INFORMASI KINERJA Laporan Kinerja (Lkj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayai kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggarannya.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014 NOMOR : LEK-4./PW09/1/2014 TANGGAL : 08 Januari 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.483, 2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Unit Eselon II : Perwakilan BPKP Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran : 2.1 1.1.2 Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 1.1.3 Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 RENCANA RENCANA 1. PROGRAM - Meningkatnya kualitas pengawasan lintas sektor yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders 80% 80% 90% 90% 155,8 313,5 377,4 410,5 PENGAWASAN INTERN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015 PERWAKILAN KANTOR GUBERNUR BPKP PROVINSI MALUKU MALUKU UTARA UTARA NOMOR : S-14/PW33/1/2015 TANGGAL 25 Januari 2015 LAKIP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut : RENCANA STRATEGIS 2010-2014 PERWAKILAN BPKP SULUT Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun 2010-2014 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pernyataan Visi Sejalan dengan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan IKHTISAR EKSEKUTIF Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan yang baik, merupakan pertanggungjawaban atas mandat yang melekat pada suatu lembaga. Berangkat dari pemikiran tersebut, Perwakilan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan indikator kinerja dan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Inspektorat Kabupaten Lombok Barat BAB I PENDAHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Inspektorat Kabupaten Lombok Barat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina 11 T erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengawasan Intern Pemerintah (SPIP), menegaskan BPKP bertugas melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan

Oleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan Program Strategis Kementerian PAN dan RB, ANRI, BKN, BPKP dan LAN Dalam Rangka Percepatan Pencapaian Target Prioritas I Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola dalam RPJMN tahun 2010-2014 A. Pendahuluan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : LKIN-991/PW/17/1/2013 Tanggal : 31 DESEMBER 2013 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

Pengawasan dan pengendalian; 7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau. 8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum.

Pengawasan dan pengendalian; 7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau. 8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum. - 2-6. Pengawasan dan pengendalian; 7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau 8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum. KEDUA : Melakukan penyelesaian masalah dan hambatan dalam pelaksanaan Proyek Strategis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-NYA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Kabupaten Barru Tahun 2013 telah selesai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1105, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Good Public Governance. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai

Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai P uji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci