Kajian Bandingan PEREKONOMIAN DAN PERDAGANGAN PADA MASA PERUNDAGIAN KAJIAN DATA MEGALITIK DI DATARAN TINGGI PASEMAH SUMATERA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Bandingan PEREKONOMIAN DAN PERDAGANGAN PADA MASA PERUNDAGIAN KAJIAN DATA MEGALITIK DI DATARAN TINGGI PASEMAH SUMATERA SELATAN"

Transkripsi

1 Kajian Bandingan Kristantina Indriastuti, Perekonomian dan Perdagangan Pada Masa Perundagian, Kajian Data Megalitik di PEREKONOMIAN DAN PERDAGANGAN PADA MASA PERUNDAGIAN KAJIAN DATA MEGALITIK DI DATARAN TINGGI PASEMAH SUMATERA SELATAN Kristantina Indriastuti (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Economics in the past as the refl ections of the economics act such as the activities of food and huntered gathered, fi sh catching, even farming activities either. To fullfi l of their various needs that were also made an exchange activities by barter system.the exchange is the central concept in archaeology, when referring to material goods, to commodities, it s means much the same as trade. Tradding and economics activitivities that were happened in Pasemah plateau be recognized by the artifacts as the clues of their trading in the past. Keywords: Artifacts, trading and economics Pendahuluan Masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah di dataran tinggi Pasemah pada khususnya dan sejarah Indonesia pada umumnya, karena pada masa ini sudah terjadi hubungan dengan daerah-daerah disekitar kepulauan Indonesia. Peniggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya, berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup dan upacara menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat masa itu sudah hidup secara teratur dan sudah berkecukupan. Hal ini salah satunya nampak pada berbagai tinggalan arkeologi pada masa lampau, melalui pertanian yang intensif dan berkembang pesat sehingga berdampak kepada kemajuan perekonomian, dengan ditandai dengan berkembangnya perdagangan dan pelayaran. Di samping perdagangan dan pelayaran yang meningkat, kehidupan beragama pun juga berkembang pesat, hal ini dibuktikan dengan banyaknya bangunan megalitik 77

2 yang didirikan dalam rangka penghormatan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dalam kehidupan pada suatu perkampungan, matapencaharian pokok adalah pertanian yang mulai dilakukan secara lebih teratur dan maju, yaitu dengan menggunakan sistem pengairan irigasi dan sistem teras dalam pembuatan sawah-sawah. Hal ini juga didukung dengan semakin majunya sistem teknologi pertukangan dan pembuatan peralatan dari logam. Seiring kemajuan dan perkembangan dalam aspek teknologi ini pada akhirnya juga memunculkan adanya golongan-golongan tertentu dalam suatu kelompok masyarakat, seperti penggolongan berdasarkan pada ketrampilan dalam membuat dan menciptakan perkakas, golongan ini sering disebut dengan istilah undagi. Munculnya golongangolongan tertentu tersebut pada perkembangan selanjutnya dapat pula memunculkan apa yang disebut dengan stratifikasi sosial. Pada teknologi pembuatan benda-benda logam juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu benda perunggu yang memiliki nilai estetika dan ekonomis sangat tinggi, dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara adalah nekara. Nekara tersebut merupakan hasil kebudayaan Dongson di Vietnam Utara yang kemudian menyebar hampir seluruh wilayah Asia Tenggara, hal ini sekali lagi telah membuktikan adanya hubungan secara sosial-ekonomis antara Indonesia dengan wilayah Asia Tenggara lainnya. Di Sumatera Selatan, bukti-bukti adanya pemukiman pada masa Perundagian ditemukan di situs-situs megalitik Pasemah, hal ini dapat dilihat pada pahatan pada arca megalitik di situs Tegur wangi, situs Gunung Kaya, situs Kota Raya Lembak, situs Pulau Panggung, situs Tinggi hari, situs Pulau Pinang, situs Tanjung Sirih, dll. Selain itu pahatan orang membawa nekara juga ditemukan di situs Belumai, situs Tegurwangi dan situs Kotaraya Lembak (Kristantina, 2009 ). Di beberapa situs juga ditemukan sistem penguburan dengan menggunakan tempayan sebagai bekal kubur dan sering disertakan juga pemberian bekal kubur berupa, periuk, kendi, botol-botol tanah liat, senjata dari logam, manik-manik. dan beliung persegi, seperti temuan dari situs Muara Betung, situs Kunduran dan situs Muara Payang di Kabupaten Lahat dan Kota Pagar alam. Berdasarkan bukti-bukti temuan tersebut menandakan pula bahwa daerah dataran tinggi Pasemah adalah merupakan suatu daerah yang relatif subur. Pertanian dalam bentuk perladangan atau persawahan menjadi mata pencaharian tetap dan untuk melengkapi 78

3 usaha pertanian ini maka diciptakanlah alat-alat dari wadah tanah liat dan juga alat logam untuk mengolah sawah. Untuk menjaga supaya tanah tetap subur, maka pada waktu tertentu diadakan upacara-upacara yang melambangkan permintaan kesuburan tanah dan kesejahteraan masyarakat, perdagangan dilakukan dengan jalan menukar barang yang diperlukan oleh masing-masing pihak. Permasalahan yang timbul dalam tulisan ini adalah seberapa besar masalah perekonomian dan perdagangan di wilayah dataran tinggi Pasemah ini dapat diungkap dalam konteks hasil budaya. Tujuan Penulisan Dengan memperhatikan permasalahan yang ada serta memperhatikan hasil-hasil budaya yang dihasilkan oleh masyarakat pendukung budaya megalitik di dataran tinggi Pasemah yang sangat variatif tentu memberikan suatu pemikiran tentang kehidupan mereka sudah pada tahap kehidupan yang baik dan kenyataan ini mengindiksikan kehidupan perekonomian mereka yang sudah relatif baik pula. Tinggalan budaya megalitik pasemah di Sumatera Selatan dengan segala bentuk dan corak yang menunjukkan kedinamisan masyarakat masa itu dan dibuat dari kesadaran serta dari akar budaya maupun kearifan lokal manusia pada saat itu. Kemapanan dalam perekonomian sangat berperan besar dalam pembangunan megalithik dan kebudayaan mereka, sehingga dengan kemapanan dalam hal perekonomian tersebut membuka jalur perdagangan yang memberi warna bagi hasil budaya saat itu. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Memberikan wawasan kepada masyarakat tentang perekonomian dan perdagangan pada masa perundagian di Sumatera Selatan 2. Mengungkapkan kemungkinan adanya kontak perdagangan akibat keberhasilan perekonomian masa lalu di Pasemah berdasarkan temuan hasil budaya Sasaran Penulisan 1. Penelitian Arkeologis di dataran tinggi Pasemah, Sumatera Selatan 79

4 2. Terungkapnya kemakmuran masyarakat masa lalu melalui kehidupan perekonomian mereka serta terjadinya kontak perdagangan dengan bangsa lain yang memberikan nuansa bagi budaya mereka kala itu. Kerangka Teori Kebudayaan megalitik yang tersebar di dataran tinggi di perbukitan Bukit Barisan memberikan warna kemajuan peradaban manusia yang berbasiskan perekonomian bercocok tanam. Kehidupan pertanian ini merupakan dampak dari adanya migrasi besar-besaran yang membawa hasil-hasil karya tradisi megalitik dari daratan Asia ke Semenanjung Malaka, Indonesia Barat dan Timur, bahkan diperkirakan sampai Pasifik (Geldern, 1945; Kusumawati, 1994:13). Dari kandungan potensi alam di dataran tinggi Pasemah yang baik memberikan kenyamanan bagi manusia yang menghuninya karena kehidupan manusia prasejarah bersangkut paut dengan segala keperluan sehari-hari (Hole & Heizer, 1965:87), sehingga mereka bisa mengeksploitasi lahan tersebut yang pada saat itu bercocok tanam yang pada akhirnya menjadi saranan untuk mencapai kemakmuran mereka. Kemakmuran ekonomi masyarakat megalitik di Pasemah tercermin dari hasil budaya yang ditinggalkan seperti kebudayaan megalitik di sana. Tinggalan tersebut memberikan gambaran tingkat kehidupan masyarakat mereka baik dari segi ekonomi, perdagangan, religi maupun teknologi dan kemasyarakatan mereka. Metode Penulisan Penulisan ini berangkat dari data data arkeologis yang diperoleh dari hasilhasil penelitian di wilayah Balai Arkeologi Palembang. Metode yang digunakan dalam penulisan ini meliputi metode pengumpulan data, analisis, dan interpretasi data. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Selatan mempunyai dua keadaan alam yang berbeda yakni wilayah dataran tinggi dan wilayah dataran rendah yang berada di ibukota Palembang. Pada dataran tinggi (plateau) sebagian besar terletak di jajaran pegunungan Bukit Barisan yang mempunyai ketinggian antara 600 sampai 650 meter diatas permukaan laut. Satuan batuan yang menyusun daerah ini umumnya berupa batuan andesit, dengan ciri batuan 80

5 berwarna abu-abu kehitaman atau coklat muda. Sedangkan pada daerah hilir yang sebagian besar terletak didaerah dataran berawa. Iklim daerah ini tropis dengan suhu ratarata 26,4 0 celcius, dengan kelembaban nisbi rata-rata 84 %. Musim hujan berlangsung pada bulan Oktober-Mei dan angin bertiup dari arah utara-barat laut, sedangkan musim kemarau berlangsung pada bulan Juni-September dan angin bertiup dari arah tenggara. Secara umum wilayah Sumatera Selatan mempunyai dua satuan stratigrafi batuan yang diendapkan selama Zaman Kenozoikum, yakni kelompok Telisa dan kelompok Palembang. Runtutan litologinya memberi kesan bahwa kelompok Telisa merupakan himpunan batuan yang terbentuk dalam daur genang laut. Sebaliknya Kelompok Palembang terbentuk dalam daur susut laut. Kelompok Telisa terdiri dari formasi Lahat, formasi Talang Akar, formasi Baturaja, dan formasi Gumai, Kelompok Palembang terdiri dari formasi Benakat, formasi Muara Enim, dan formasi Kasai. Pada zaman Kuarter endapan gunung api yang terbentuk adalah merupakan batuan utama. Pengamatan geologi lokal memberikan kejelasan adanya satuan batuan tufa yang ditumpangi oleh endapan batuan beku andesit. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (fault) dan kekar (joint) pada batuan beku andesit. Satuan batuan tufa tersingkap di Muara Tebat Paeranjauan yang lokasinya berada di situs Kota Raya Darat, Kecamatan Pajar Bulan, sedangkan batuan beku andesit berupa bongkahan tersebar di wilayah Kabupaten Lahat. Batuan penyusun daerah ini diduga berumur Plestosen Akhir, yang didasarkan pada keletakan di atas Formasi Kasi yang berumur Plio-Plestosen (LPA, 1993). Secara geografis kabupaten Lahat terletak pada posisi Lintang Selatan dan BT BT. Posisi dari Kabupaten Lahat sendiri berada di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Selatan yang berbatasan dengan wilayah Bengkulu dengan luas wilayah 6.618,27km 2 yang terbagi atas 19 kecamatan dengan pusat kebupaten berada di Kecamatan Lahat. Secara administratif kabupaten Lahat berbatasan dengan: A. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Rawas B. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim C. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Kota Pagar Alam D. Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu. 81

6 Secara fisiografis Lahat dibagi menjadi 3 satuan morfologi, yaitu satuan morfologi pegunungan, satuan morfologi bergelombang, dan satuan morfologi dataran. Satuan morfologi pegunungan dengan puncaknya, diantaranya Gunung Dempo (3159 m) dan Pegunungan Gumai (1700 m). Pada satuan morfologi ini, umumnya lereng agak terjal, lembah sempit dan di beberapa tempat terdapat jeram, Satuan berpola teranyam berkembang di lereng atau di kaki bukit. Satuan morfologi bergelombang mempunyai ketinggian puncak 250 m, dengan lereng umumnya landai serta sungai berlembah dan berkelok-kelok. Di beberapa tempat terdapat lubuk, pola saluran di daerah ini berbentuk dendritik. Adapun satuan morfologi dataran dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, dengan bentuk sungai berkelok-kelok dan umumnya ola salurannya bersifat dendritik. Daerah Lahat termasuk dalam sub-cekungan Palembang dan merupakan bagian dari cekungan Sumatera Selatan yang terbentuk pada zaman Tersier. Pada awal pembentukannya, di daerah ini terdapat Tinggian Pendopo yang membujur barat laut-tenggara. Keadaan geografis kepulauan Nusantara dan kondisi geologisnya telah mendukung perkembangan budaya bercocok tanam sejak masa prasejarah di Indonesia. Lingkungan alam tropis dan tersedianya sumber-sumber bahan untuk keperluan pertanian menyebabkan pertanian sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum Masehi (Geertz,1983:38). Kondisi geografis di daerah Pasemah ini pada umumnya berada pada ketinggian 750 m sampai 1000 m diatas permukaan air laut dengan curah hujan mencapai milimeter per tahun. Seperti halnya daerah-daerah di wilayah dataran tinggi gunung berapi di Indonesia, daerah tinggi Pasemah termasuk zona tropis yang lembab dimana kurun waktu dua musim yakni musim penghujan dan musim kering adalah sama. Perekonomian Masa Lalu di Pasemah Perekonomian yang dilakukan masyarakat pendukung budaya megalitik di Pasemah Sumatera Selatan adalah di sektor pertanian dan peternakan. Pemenuhan kebutuhan mula-mula disediakan oleh alam, namun dalam perjalanan manusia selalu permintaan (demand) lebih besar dari penawaran (supply), maka untuk mensiasati persediaan bahan makanan yang oleh masyarakat pendukung tradisi megalithik Pasemah melakukan usaha pertanian dan peternakan serta tidak jarang masih pula dilakukan perburuan. 82

7 Pertanian pada lahan rawa kering (lahan pertanian tadah hujan) di beberapa daerah pegunungan kerap kita temui, daerah landai akibat cekungan pada saat musim penghujan menjadi rawa dan tergenang air, selama musim ini lahan ini diolah sebagai pertanian, oleh karena faktor stuktur tanah alluvial menjadikan tanah tersebut subur, kurun waktu ini sistem perladangan sangat mungkin dilakukan menjelang musim kering berikutnya. Data pendukung asumsi ini adalah hasil dari survei Belanda tahun 1866 tentang pertanian masa lalu dan pertukaran maupun upeti daerah dengan pusat yaitu Kesultanan Palembang, pada catatan tertentu dikemukakan adanya sistem pertanian campuran dengan sistem irigasi dan perladangan (Guillaud Dominique, 2003). Pendukung Budaya Megalitik sangat arif dalam menentukan pemukiman mereka, pertimbangan subsistensi sangatlah menjadi perhatian utama, dugaan ini didukung oleh pemilihan lokasi situs dekat mata air, subsistensi pertanian mereka terapkan disamping kebutuhan protein dari ikan yang sangat mudah didapatkan. Pemanfaatan sungai disamping sebagai sumber makanan juga sebagai sarana transportasi air dimana pertukaran sangat lazim dilakukan pada zaman itu. Disamping kuatnya intensitas interaksi mereka, kondisi ini menciptakan suasana atau kebangkitan teknologi akibat kebutuhan atau variasi kebutuhan yang beragam. Era kebangkitan teknologi diawali dari produktivitas rumah tangga menurut fungsinya, kemudian berkembang dan menimbulkan permintaan (demand) yang didukung oleh bahan baku (skill dan raw material ) (Howard 1981 dalam Soegondo, 1988). Peta persebaran situs megalitik Pasemah (dokumentasi Balai Arkeologi Palembang) 83

8 Dikenalnya domestikasi tumbuhan atau hewan merupakan bukti perekonomian pada masa lampau di dataran tinggi Pasemah. Berdasarkan bukti-bukti arkeologis dengan ditemukannya lumping dan lesung batu menunjukkan bahwa fungsi dari lumpang batu tersebut sebagai alat untuk mengolah hasil pertanian seperti untuk menumbuk sesuatu atau biji-bijian, hal ini masih bisa dilihat oleh beberapa penduduk masih menggunakan lumpang batu seperti unttuk menumbuk padi, begitu pula dalam melakukan aktivitas pertanian, penggunaan sarana produksi seperti beliung persegi, gerabah, kapak persegi juga ditemukan dalam beberapa penelitian arkeologis di beberapa situs di Pasemah. Foto 1. Lesung batu situs Gunung Kaya Foto 2. Lumpang batu situs Pulau Panggung (dokumentasi Balai Arkeologi Palembang) Disamping kegiatan pertanian yang kala itu dilakukan dengan sistem pertanian ladang atau pertanian tebang bakar (slash and burn farming ), juga dilakukan domestikasi hewan oleh masyarakat pendukung budaya megalithik di Pasemah, dalam Buku Megalithic Remains in South Sumatra, Hoop menemukan temuan arca-arca megalitik yang didiskripsikan tokoh manusia dengan kerbau, juga temuan lukisan pada kubur batu di situs Tanjung Aro, Tegur wangi, dan Kota Raya Lembak juga menggambarkan tokoh manusia dengan kerbau, sedangkan adanya domestikasi gajah dapat dilihat dari temuan arca orang menunggang gajah di situs Kota Raya Lembak dan di situs Tegurwangi (Hoop, 1932:33). 84

9 Foto 3 Foto 4 Foto 3. dan foto 4. arca menunggang gajah dari situs Belumai dan situs Gunung Megang (dokumentasi Balai Arkeologi Palembang) Dengan melakukan usaha pertanian dan peternakan yang didukung teknologi pembuatan alat atau sarana pertanian disinyalir produktifitas pertanian dan peternakan semakin meningkat dan kondisi ini membuat surplus bahan pangan, bukti adanya surplus dalam usaha pertanian terlihat dari banyaknya persebaran lumpang lumpang batu hampir di semua situs arkeologis di dataran tinggi Pasemah yang menunjukkan adanya kemakmuran masyarakat saat itu (Kristantina, 2000). Kemakmuran dalam bidang perekonomian ini membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat begitu pula dengan masyarakat pendukung tradisi megalitik Pasemah. Pemenuhan pangan dan kondisi nyaman membuka wawasan pikir manusia dan mengapresiasikannya di semua aspek kehidupan masyarakat seperti religi, seni, dan teknologi. Kehidupan Religi Aspek religi dalam kebudayaan megalitik mengacu dan berorientasi pada kekuatan supranatural yang mengkaitkan pada kepercayaan akan kekuatan gaib pada benda maupun mahluk hidup, kepercayaan pada roh dan yang paling menonjol seperti yang tersebar di daerah Asia Tengggara dan Indonesia adalah percaya pada kekuatan yang dimiliki 85

10 oleh arwah nenek moyang (Sukendar; ibid hlm 27), kemudian seiring dengan adanya perubahan konsepsi dasar pendirian megalitik yakni munculnya megalitik ini disebabkan oleh ide atau gagasan yang telah diilhami oleh kehidupan duniawi untuk menjaga harkat dan martabat serta nama dan kemasyuran (Geldern, 1945; Rumbi, 1981). Mengacu kepada pernyataan di atas, munculnya megalitik Pasemah khususnya arca megalitik dilandasi maksud-maksud religius tertentu dan mencerminkan kekuatan atau keperkasaan dengan penuh keagungan dan kemewahan yang dilengkapi dengan pakaian, hiasan serta perhiasan seperti bisa kita perhatikan pada arca megalitik di situs Tegur Wangi, situs megalitik Tanjung Telang, situs Tinggihari, situs Belumai dan lainnya. Dengan kata lain pembuatan megalithik tersebut terjadi akibat kondisi perekonomian masyarakat pendukung tradisi megalitik Pasemah menunjukkkan tingkat kemakmuran yang maju sehingga gagasan atau ide masyarakat tersebut timbul dengan dilandasi terhadap kekuatan supranatural tadi dan menggabungkannya dalam penghormatan pada yang disegani atau diagungkan bahkan sebagai ungkapan simbol kemakmuran para pembuatnya dengan pemberian ornamen perhiasan, maupun pakaian. Foto 5 Arca Megalitik Situs Tegur Wangi Foto 6 Arca Megalitik Situs Tinggi Hari (dokumentasi Balai Arkeologi Palembang) 86

11 Foto.7 Arca Megalitik Situs Pulau Panggung (dokumentasi Balai Arkeologi Palembang) Kehidupan Seni Menurut pendapat Akhdiat Kartamiharja, seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya. Timbulnya nilai seni pada masyarakat megalitik Pasemah dapat kita amati melalui karya: seni pahat pada arca megalitik, pahatan pada arca ini jelas dipahatkan dengan getaran-getaran jiwa halus dan lembut, lukisan pada dinding kubur batu, dimana lukisan itu menggambarkan realita kehidupan masa itu yang dituangkan melalui obyek lukisannya baik berupa binatang, tumbuhan, adakalanya obyek manusia itu sendiri dengan pewarnaan bernuansa magis dan sakral, perhiasan yang dipahatkan dalam bentuk perhiasan kalung, untaian manik-manik, kalung dari logam, gelang juga busana atau pakaian. 87

12 Perasaan keindahan yang dituangkan dalam karya seni oleh pendukung tradisi megalithik pasemah mengandung pengertian yang mendalam tentang kehidupan secara keseluruhan dan penuh dengan dinamika kehupan sosial kultural akibat kemakmuran masyarakat saat itu. Kebangkitan Teknologi Menurut pendapat Akhdiat Kartamiharja, seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya. Timbulnya nilai seni pada masyarakat megalitik Pasemah dapat kita amati melalui karya: seni pahat pada arca megalitik, pahatan pada arca ini jelas dipahatkan dengan getaran-getaran jiwa halus dan lembut, lukisan pada dinding kubur batu, dimana lukisan itu menggambarkan realita kehidupan masa itu yang dituangkan melalui obyek lukisannya baik berupa binatang, tumbuhan, adakalanya obyek manusia itu sendiri dengan pewarnaan bernuansa magis dan sakral, perhiasan yang dipahatkan dalam bentuk perhiasan kalung, untaian manik-manik, kalung dari logam, gelang juga busana atau pakaian. Perasaan keindahan yang dituangkan dalam karya seni oleh pendukung tradisi megalithik pasemah mengandung pengertian yang mendalam tentang kehidupan secara keseluruhan dan penuh dengan dinamika kehupan sosial kultural akibat kemakmuran masyarakat saat itu. Kreativitas manusia dalam mencipta sesuatu karya dilandasi oleh perasaan nyaman dan didukung oleh bekal ilmu pengetahuan dan mengaplikasikannya melalui teknologi serta kebutuhan sosial yang menghendaki suatu bentuk, struktur, pola atau sistem baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau memenuhi kehidupan. Dalam kaitannya dengan keberadaan megalitik pasemah menggambarkan penguasaan teknologi pada saat itu yang diaplikasikan dalam kehidupan keseharian atau dalam kegiatan perekonomian mereka di bidang pertanian dan peternakan dengan menciptakan alatalat produksi pertanian dari awal produksi dengan penggunaan beliung atau belincung sampai pada sarana pengolahan hasil pertanian melalui wadah dari tanah liat. Teknologi dan ilmu pengetahuan inilah yang mendorong naiknya produktivitas sehingga mencapai 88

13 kemakmuran dan kesejahteraan yang mempunyai implikasi bagi kehidupan masyarakat pada saat itu. Kebangkitan Teknologi Kreativitas manusia dalam mencipta sesuatu karya dilandasi oleh perasaan nyaman dan didukung oleh bekal ilmu pengetahuan dan mengaplikasikannya melalui teknologi serta kebutuhan sosial yang menghendaki suatu bentuk, struktur, pola atau sistem baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau memenuhi kehidupan. Dalam kaitannya dengan keberadaan megalitik pasemah menggambarkan penguasaan teknologi pada saat itu yang diaplikasikan dalam kehidupan keseharian atau dalam kegiatan perekonomian mereka di bidang pertanian dan peternakan dengan menciptakan alatalat produksi pertanian dari awal produksi dengan penggunaan beliung atau belincung sampai pada sarana pengolahan hasil pertanian melalui wadah dari tanah liat. Teknologi dan ilmu pengetahuan inilah yang mendorong naiknya produktivitas sehingga mencapai kemakmuran dan kesejahteraan yang mempunyai implikasi bagi kehidupan masyarakat pada saat itu. Foto 8. Wadah-wadah dari tanah liat dan beliung persegi (dokumentasi Balai Arkeologi Palembang) 89

14 Perdagangan Masa Prasejarah di Pasemah Teknologi yang berhasil dikuasai masyarakat pendukung tradisi megalitik di Pasemah ini membawa akibat terbentuknya spesialisasi masyarakat dan juga membawa akibat terhadap kebutuhan mereka pula. Pemenuhan kebutuhan yang berbeda tersebut membawa akibat pertukaran (exchange), kemudian barang kebutuhan tersebut menjadi barang yang dibuat menjadi suatu komoditi dan perubahan ini menjadikan suatu perdagangan. Pendapat ini dik, emukakan oleh Renfrew seperti berikut: when reffering to material goods to commodities it means much the same as trade (Renfrew and Bahn, 1991: 307). Berdasarkan hasil budaya yang ditemukan pada penelitian di Pasemah khususnya pada masa perundagian terlihat pada persebaran manik-manik yang terdapat pada pahatan arca pasemah. Keberadaan pahatan manik-manik yang terdapat di situs Tanjung Sirih, situs Tebat Sibentur serta situs Sinjar Bulan dan Situs Tinggihari yang oleh Van der Hoop (1932) mengklafisifikasikan menjadi tipe pahatan kalung dengan manik-manik dengan tipe b, tipe c, d dan tipe e, sedangkan berdasarkan bahan yang dipakai dalam pembuatan manik-manik tersebut adalah terbuat dari batu, logam dan kaca (Wiyana, 1996: 20-23). Berdasarkan data persebaran ini menunjukkan bahwa telah terjadi pertukaran/ perdagangan dengan wilayah yang cukup luas. Perdagangan masa lalu di wilayah Pasemah ini lebih intens terlihat sekitar tahun BC,dimana orang-orang Austronesia mulai berlayar menyeberangi lautan menuju Taiwan dan kepulauan Filipina. Diaspora Austronesia berlangsung terus hingga tahun 2500 SM mereka mulai memasuki Sulawesi, Kalimantan dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Dalam sekitar tahun 2000 SM kemungkinan mereka telah mencapai Maluku dan Papua. Dalam masa yang sama itu pula orang-orang Austronesia dari daratan Asia Tenggara berangsur-angsur memasuki Semenanjung Malaysia dan pulau-pulau bagian barat Indonesia. Migrasi ke arah pulau-pulau di Pasifik berlanjut terus hingga sekitar tahun 500 SM hingga awal dihitungnya tarikh Masehi. Ketika migrasi telah mulai jarang dilakukan, dan orang-orang Austronesia telah menetap di beberapa wilayah Asia Tenggara, terbukalah kesempatan untuk lebih mengembangkan kebudayaan secara lebih baik lagi. Berdasarkan temuan artefaknya, dapat ditafsirkan bahwa antara abad ke-5 SM hingga abad ke-2 M, terdapat bentuk kebudayaan 90

15 yang didasarkan kepada kepandaian seni tuang perunggu, dinamakan Kebudayaan Dong-son. Penamaan itu diberikan atas dasar kekayaan situs Dong-son dalam beragam artefaknya, semuanya artefak perunggu yang ditemukan dalam jumlah besar dengan bermacam bentuknya. Dong-son sebenarnya nama situs yang berada di daerah Thanhhoa, di pantai wilayah Annam (Vietnam bagian utara). Hasil-hasil artefak perunggu yang bercirikan ornament Dong-son ditemukan tersebar meluas di hampir seluruh kawasan Asia Tenggara, dari Myanmar hingga Kepulauan Kei di Indonesia timur. Bermacam artefak perunggu yang mempunyai ciri Kebudayaan Dong-son, contohnya nekara dalam berbagai ukuran, moko (tifa perunggu), candrasa (kapak upacara), pedang pendek, pisau pemotong, bejana, boneka, dan kapak sepatu. Ciri utama dari artefak perunggu Dong-son adalah kaya dengan ornamen, bahkan pada beberapa artefak hampir seluruh bagiannya penuh ditutupi ornamen. Hal itu menunjukkan bahwa para pembuatnya, orang-orang Dong-son (senimannya) memiliki selera estetika yang tinggi (Wagner 1995: 25-26). Kemahiran seni tuang perunggu dan penambahan bentuk ornamen tersebut kemudian ditularkan kepada seluruh seniman sezaman di wilayah Asia Tenggara, oleh karenanya artefak perunggu Dong-Son dapat dianggap sebagai salah satu peradaban pengikat bangsa-bangsa Asia Tenggara. Indikator terpenting lainnya yang menunjukkan kronologi kebudayaan Dongson ini adalah terdapat pahatan yang pada Batu Gajah yang ditemukan di situs Kota Raya Lembak, Jarai yang menunjukkan pahatan nekara tipe Heger I ( Bellwood, 1985:295). Penutup Kepulauan Indonesia, pada zaman kuno terletak pada jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno. Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia. Hal itu terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama. Masuknya kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut yaitu 91

16 Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Kebudayaan Sa-Huynh, dan Kebudayaan India. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Kebudayaan Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian utara dan selatan. Masyarakat Dongson hidup di lembah Sungai Ma, Ca, dan Sungai Merah, sedang masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian selatan. Ada pada tahun SM- 500 SM. Kebudayaan tersebut berasal dari zaman Pleistosein akhir. Proses migrasi ke tiga kebudayaan tersebut berlangsung antara 2000 SM-300 SM. Menyebabkan menyebarnya migrasi berbagai jenis kebudayaan Megalithikum (batu besar), Mesolitikum (batu madya), Neolithikum (batu halus), dan kebudayaan Perunggu. Terdapat dua jalur penyebaran kebudayaan tersebut: 1. Jalur barat, dengan peninggalan berupa kapak persegi 2. Jalur timur, dengan ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Pada zaman perunggu, kapak lonjong ditemukan di Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Papua. Kebudayaan Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil kebudayaan perunggu, nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara ditemukan di Selayar, Sulawesi Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang terbesar yaitu di daerah Pejeng. Nekara merupakan perlengkapan upacara persembahan yang dilakukan masyarakat prasejarah, dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem kehidupan dan kebudayaan saat itu. Moko (sejenis nekara yang bentuknya lebih kecil) ditemukan di Pulau Alor. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia merupakan salah satu bagian dari kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Kurang lebih 56 Nekara dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak nekara ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan. Kebudayaan Pasemah jika dilihat dari peninggalannya terutama yang terjadi pada saat paleometalik sangat terpengaruh dari budaya Dongson yang terjadi akibat migrasi. Gelombang migrasi tersebut memberikan warna bagi kebudayaan Pasemah dan Nusantara melalui jalur-jalur perdagangan masa lalu. 92

17 DAFTAR PUSTAKA Bellwood, Peter Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago. Academic Press. Geertz,Clifford Involusi Pertanian,Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta: Bharatara Karya Aksara. Guillaud, Dominique Menyusuri Sungai Merunut Waktu. Jakarta: Enrique Indonesia. Hoop,A.N.J.Th.a.Th.Van.der Megalithic Remains In South Sumatra. Zutpen Netherland: W. J. Thieme & Cie. Heine-Geldern,Robert Von Prehistoric Research in The Netherlands Indies, edited by Pieter Honig and Frans Verdoorn, Science and Scientists in The Netherlands Indies. New York: The Riverside Press. Hlm Kusumawati Persamaan Budaya Masyarakat NTT dan Timor-Timur dalam Tata cara Tradisi Megalitik (Studi kasus berbagai ritus kepercayaan ) dalam Forum Arkeologi. Balai Arkeologi Denpasar. Renfrew and Bahn Archaeology, Theories Methods and Practice. New York: Thames and Hudson. Kosasih, SA Lukisan Gua di Sulawesi Bagian Selatan Refleksi Kehidupan Masyarakat Pendukungnya. Jakarta: Fakultas Sastra U.I. Khor, M Globalisasi Perangkap Negara-Negara Selatan. Yogyakarta: CPRC. Kristantina, Indriastuti Perekonomian Masa Prasejarah di Dataran Tinggi Pasemah. Jurnal Siddhayatra. Balai Arkeologi Palembang Laporan Penelitian Arkeologi. Penelitian Bilik Batu (stone chamber ) di Situs Megalitik Pasemah, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Tidak diterbitkan. Balai Arkeologi Palembang. Rumbi, Mulia Beberapa Catatan Mengenai Arca-Arca yang Disebut Arca Tipe Polinesia, Pertemuan Ilmiah Arkeologi, Cibulan Februari Jakarta: Puslit Arkenas. Sukendar, Haris Mata Pencaharian, Kemahiran Teknologi dan Sumberdaya Alam dalam Hubungannya dengan Eksistensi Megalit di Dataran Tinggi Pasemah, AHPA Trowulan, 7-11 November

18 2003. Megalitik Bumi Pasemah. Jakarta: Depdiknas Anggapan Bangsa Austronesia Sebagai Nenek Moyang Bangsa Indonesia (Kajian Melalui Data Arkeologi di Asia dan Indonesia). EHPA Cipayung. Wagner,Frizt Indonesia: Kesenian Suatu Daerah Kepulauan. Diterjemahkan oleh Hildawati Sidharta. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud. Wiyana, Budi Manik-Manik Prasejarah : Studi kasus Manik-manik pada Arca di Pasemah dalam Jurnal Arkeologi No.2/I/November

19 Manik-Manik Indo Pasifik (dokumentasi Balai Arkeologi Jayapura 2010) 95

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut

Lebih terperinci

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN AGUS ARIS MUNANDAR Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Disampaikan dalam Seminar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia z Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pra-aksara

Lebih terperinci

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH, PROVINSI SUMATERA SELATAN SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH, PROVINSI SUMATERA SELATAN Art Painting and art scratching in Pasemah Megalithic, South Sumatera Province Kristantina Indriastuti Balai Arkeologi Palembang,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM Cupture 2 Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM 1 Kebudayaan Austronesia yang datang dari Yunan, Sungai Yan-Tse atau Mekong, dari Hindia Belakang telah mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemetaan geologi merupakan salah satu bentuk penelitian dan menjadi suatu langkah awal dalam usaha mengetahui kondisi geologi suatu daerah menuju pemanfaatan segala sumber daya yang terkandung

Lebih terperinci

JEJAK JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA DI SUMATERA SELATAN

JEJAK JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA DI SUMATERA SELATAN JEJAK JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA DI SUMATERA SELATAN Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstrack Austronesian language speakers migrated to Southeast Asia and Indo-Pacific around

Lebih terperinci

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

Hasil Kebudayaan masa Praaksara Hasil Kebudayaan masa Praaksara 1. Hasil Kebudayaan Paleolithikum Kebudayan paleolithikum merupakan kebudayaan batu, dimana manusia masih mempergunakan peralatan yang terbuat dari batu, serta teknik pembuatanya

Lebih terperinci

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan). Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 7 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu dan sekarang. Bangunan megalitik hampir tersebar di seluruh kepulauan Indonesia,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2. 1. Perhatikan tahapan zaman pra aksara berikut ini! 1. Mesilitikum 2. Neolitikum 3. Megalitikum 4. Paleolitikum 5. Legam SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.1

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH PROVINSI SUMATERA SELATAN Kristantina Indriastusti (Balai Arkeologi Palembang) Abstract The art of painting has emerged thousands of years ago in prehistoric

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

Seni Rupa Pasemah: Arah Hadap dan Orientasi Karya Seni Rupa Pasemah

Seni Rupa Pasemah: Arah Hadap dan Orientasi Karya Seni Rupa Pasemah Seni Rupa Pasemah: Arah Hadap dan Orientasi Karya Seni Rupa Pasemah A. Erwan Suryanegara dan Agus Sachari Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Seni Rupa dan Desain, FSRD - ITB Universitas Indo Global Mandiri

Lebih terperinci

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Aspek Geografi Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

DINAMIKA PERADABAN DI ASIA TENGGARA

DINAMIKA PERADABAN DI ASIA TENGGARA DINAMIKA PERADABAN DI ASIA TENGGARA Agus Aris Munandar Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya, Universitas Indonesia I. Fajar Kebudayaan Kawasan Asia Tenggara pada masa protosejarah sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berubahnya teknologi batu ke teknologi logam, kehidupan manusia dalam segala aspek sosial, politik, maupun ekonomi menjadi semakin maju (Haryono, 2001: 1).

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN

ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN PENGANTAR ARSITEKTUR MINGGU - 1 TIM DOSEN : AP, LS, VW, RN, OI, SR DAFTAR PUSTAKA Apa Itu Kebudayaan? Kebudayaan Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

Zaman Pra- Aksara masa Food Producing

Zaman Pra- Aksara masa Food Producing Zaman Pra- Aksara masa Food Producing Syayyidati Aulia Masa food producing adalah masa dimana manusia purba telah bertempat tinggal menetap dan menghasilkan makanan (mengumpulkan makanan), food producing

Lebih terperinci

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA 1. Asal Nama Indonesia 1. Hindia Herodotus (485-425 SM). 2. Nederlandsch Oost Indie Cornelis de Houtman Nederlandsch Indie. 3. Insulinde Edward Douwes Dekker : Multatuli

Lebih terperinci

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA Pola Kehidupan Manusia Purba Manusia Purba di Indonesia Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia A. Pengertian Apakah kalian sudah pernah membuat peristiwa sejarah? Tentunya setiap manusia sudah membuat

Lebih terperinci

SMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA

SMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SEJARAH TRADISI SEJARAH MASA PRA AKSARA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA Tradisi masyarakat Indonesia masa pra-aksara Jejak

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

Rr. Triwurjani. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jl. Raya Condet No. 4 Pejaten, Jakarta

Rr. Triwurjani. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jl. Raya Condet No. 4 Pejaten, Jakarta ARCA PEREMPUAN DAN ARCA LAKI-LAKI PADA KELOMPOK ARCA MEGALITIK PASEMAH, SUMATERA SELATAN: PERPESPEKTIF GENDER Female and Male Figures among the Group of Megalithic Statues in Pasemah, South Sumatra: Perspective

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat

Lebih terperinci

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA 1 FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA Anugrah Syahputra Singarimbun Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud Abstract Archeology studies attempting

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA 4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Disusun Oleh : Ridha Chairunissa 0606071733 Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Daerah Aliran Sungai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

DESKRIPSI PEMETAAN LOKASI SITUS MEGALITIK PAJAR BULAN KECAMATAN PAJAR BULAN KABUPATEN LAHAT

DESKRIPSI PEMETAAN LOKASI SITUS MEGALITIK PAJAR BULAN KECAMATAN PAJAR BULAN KABUPATEN LAHAT DESKRIPSI PEMETAAN LOKASI SITUS MEGALITIK PAJAR BULAN KECAMATAN PAJAR BULAN KABUPATEN LAHAT Septi Yufiani, Wakidi dan M. Basri FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. SoemantriBrojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumber daya air merupakan usaha untuk mengembangkan pemanfaatan, pelestarian, dan perlindungan air beserta sumber-sumbernya dengan perencanaan yang terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II K-13 Geografi K e l a s XI POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami batas wilayah. 2. Memahami laut dangkal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81

Lebih terperinci

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara agraris, disini sektor pertanian dapat menjadi penghasil pangan, penyerap tenaga kerja, sumber bahan baku industri dan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dengan sungai yang banyak dan besar. Hal ini memberikan potensi yang besar bagi pengembangan lahan pertanian

Lebih terperinci

A. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

A. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT ANA DHAOUD DAROIN A. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PRA-AKSARA DI INDONESIA Bila ditinjau dari sistem mata pencahariannya, perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pra-aksara melelui beberapa

Lebih terperinci

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia a. Banjir dan Kekeringan Bencana yang sering melanda negara kita adalah banjir dan tanah longsor pada musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau. Banjir merupakan

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 9 II.1 Fisiografi dan Morfologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL Area Penelitian Gambar 2-1 Pembagian zona fisiografi P. Sumatera (disederhanakan dari Van Bemmelen,1949) Pulau Sumatera merupakan salah

Lebih terperinci

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen,

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Secara Umum, Pengertian Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

SOAL PRETEST Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar! 1. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah

Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Masa Prasejarah Indonesia dimulai dengan adanya kehidupan manusia purba yang pada saat itu belum mengenal baca dan tulis. Masa yang juga dikenal dengan nama

Lebih terperinci