BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berubahnya teknologi batu ke teknologi logam, kehidupan manusia dalam segala aspek sosial, politik, maupun ekonomi menjadi semakin maju (Haryono, 2001: 1). Perkembangan tingkat teknologi yang mengejutkan adalah ketika manusia telah mampu melebur, mencampur, mencetak, dan menempa jenis logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga Wertime menyebut penemuan logam awal ini sebagai puncak pyrotechnology dalam sejarah kehidupan manusia (Jatmiko, 1993: 65). Benda-benda logam pada umumnya atau perunggu pada khususnya sebagai hasil karya manusia pada masa lampau telah menjadi tolak ukur bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Secara teoretis perunggu merupakan campuran tembaga dan timah sebagai unsur utama (Haryono, 2001: 1). Dibandingkan dengan pembuatan benda-benda dari bahan lain, pembuatan benda-benda perunggu memerlukan proses dan tahap-tahap yang lebih rumit. Paling tidak ada lima tahap yaitu, penambangan (untuk memperoleh bijih logam), mempersiapkan bijih logam untuk dilebur, peleburan bijih logam untuk dilebur, peleburan bijih logam untuk mendapatkan logam murni (ingot), tahap pencetakan, dan pengerjaan akhir untuk menghasilkan artefak (Haryono, 2001: 2). Pada awalnya, perunggu di Asia Tenggara merupakan pencampuran dari dua unsur utama (binary alloys), yaitu tembaga dan timah. Secara teoretis

2 2 perunggu timah mempunyai perbandingan komposisi antara 90 % - 70 % tembaga dan 10%-30 % timah (Haryono, 2001: 3). Namun dalam perkembangannya perunggu di Asia Tenggara khususnya dalam pembuatan nekara menunjukkan bahwa selain unsur timah, ditambahkan unsur timbal dalam persentase yang cukup, sehingga menjadi petunjuk kuat bahwa unsur timbal tersebut sengaja ditambahkan. Dilihat dari segi teknis penambahan timbal akan mempengaruhi sifat campuran, yaitu titik lebur akan menjadi lebih rendah dan kadar cairannya (fluiditas) menjadi naik. Dengan demikian sifat tersebut akan berpengaruh positif dalam proses cetak. Ketika logam masih dalam keadaan cair, maka logam dapat memasuki celah-celah cetakan yang tipis dan rumit dengan sempurna sebelum proses solidifikasi selesai (Haryono, 2001: 4). Pencampuran dari tiga unsur utama (ternary alloys) ini mempunyai perbandingan komposisi antara 42,20%-84,04% tembaga, 4,40% -26, 09% timah, dan 1, 22% -27,80% timbal (Haryono, 2001: 4). Di Asia Tenggara, logam mulai dikenal kira-kira S.M. Pada tahun 1924, Payout mengadakan penggalian di sebuah kuburan di Dong Son (Vietnam). Berdasarkan bukti-bukti diperkirakan bahwa perkembangan logam di wilayah Asia Tenggara, khususnya logam perunggu, berasal dari Annam bagian Utara (sekarang Vietnam Utara), tepatnya di Desa Dong Son, termasuk Provinsi Thanh-Hoc. Artefak yang dihasilkan terdiri atas nekara, kapak, senjata, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, dan perhiasan. Temuan ini bertanggalkan sekitar abad pertama S.M. atau bertepatan dengan pemerintahan Dinasti Han akhir (Kosasih, 1993: 165).

3 3 Jenis-jenis benda logam yang ada di Indonesia ialah nekara, berbagai jenis kapak corong, bejana, perhiasan, dan senjata. Benda-benda ini ditemukan di daerah Bali (Gilimanuk), Leuwiliang (Bogor), Plawangan, Kerinci, dan Bangkinang di Sumatera; sepanjang Pantai Utara Jawa Barat di antara Tangerang dan Karawang (di aliran sungai-sungai Cisadane, Bekasi, Citarum, Ciparage, Cikarang), Malang, Prajekan, (di antara Bondowoso dan Situbondo) di Pulau Jawa; Asemjaran di Madura; Ujung Pandang di Sulawesi Selatan; Bajawa di Flores dan Baucau di Timor Timur (Pusponegoro dan Notosusanto, 1993: 246). Nekara bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Daerah penemuan nekara di Indonesia antara lain, Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Sangean, Roti, Kei serta Selayar. Pada umumya nekara yang ditemukan di Indonesia berukuran besar, contoh nekara yang ditemukan di Desa Intaran, Pejeng Bali memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci sehingga ditempatkan di Pura Penataran Sasih. Nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng. Moko merupakan variasi dari bentuk nekara yang umum ditemukan di Indonesia bagian timur. Menurut bentuknya moko mempunyai ratio 1:2 untuk lebar dan tingginya berbeda dengan nekara yang biasanya memperlihatkan ratio kira-kira 1:1 untuk lebar dan tingginya. Di Indonesia bejana perunggu ditemukan hanya 2 buah yaitu, di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu yang berbentuk bulat panjang seperti kepis atau keranjang untuk tempat ikan yang diikatkan di pinggang pada saat orang mencari

4 4 ikan. Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung yang dilekatkan dengan pacuk besi pada sisi-sisinya. Bejana yang ditemukan di Kerinci (Sumatra) berukuran 50,8 cm dan lebar 37 cm. Bejana yang ditemukan di Asemjaran, Sampang (Madura) mempunyai ukuran tinggi 90 cm dan lebar 54 cm. bejana ini mirip dengan bejana yang ditemukan di Phnom Penh (Pusponegoro dan Notosusanto, 1993: 261). Senjata seperti giring-giring yang berbentuk bulat dan ujung mata tombak berbentuk daun dengan tajaman pada kedua sisi. Ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Pusponegoro dan Notosusanto, 1993: 265). Awalnya seni hias prasejarah hanya ditemukan di dinding-dinding gua tempat hunian, karang, dan batu tempat berlangsungnya kegiatan saat itu. Pada masa itu terdapat suatu kegemaran melukis dinding-dinding gua. Pada masa itu juga kreativitas berkesenian masyarakat Indonesia sering kali bertujuan untuk tujuan ritual magis, memberi bentuk nyata pada mitos, dan menambah spirit dalam setiap upacara penting (Said, 2004: 87). Museum Negeri Provinsi Bali yang terletak di Kota Denpasar merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan Propinsi Bali yang mempunyai tugas-tugas mengumpulkan, meneliti, merawat, dan memamerkan benda-benda budaya untuk tujuan pendidikan, penelitian dan rekreasi. Berdasarkan koleksi yang dimiliki, Museum Negeri Provinsi Bali termasuk salah satu museum umum provinsi yamg memiliki dan memamerkan benda-benda budaya dari zaman prasejarah sampai kini yang mencerminkan seluruh unsur

5 5 kebudayaan Bali antara lain koleksi arkeologika, koleksi historika, koleksi seni rupa, dan koleksi ethnografika. Koleksi Museum Negeri Provinsi Bali sebagain besar terdiri atas bendabenda ethnografi berupa perlengkapan upacara agama, tari wali, bangunan suci dan sebagainya yang memiliki kesamaan dengan yang masih berfungsi sakral di masyarakat dewasa ini. Untuk tetap menghargai hasil karya dan menjunjung tinggi norma-norma tradisi masyarakat, maka secara umum koleksi di tata menurut konsepsi trimandala yang diterapkan secara horizontal dan vertikal (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2011: 1). Berbicara masalah museum berarti berbicara masalah koleksi, karena koleksi merupakan salah satu nafas dari museum. Tidak terkecuali apakah koleksi itu berasal dari ratusan tahun maupun koleksi buatan baru, yang pasti koleksi itu telah melalui seleksi berdasarkan kriteria yang ada yaitu; (1). Benda itu harus mempunyai nilai sejarah; (2). Dapat diidentifikasikan mengenai wujudnya, tipenya, gayanya, fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis; (3). Benda itu dapat dijadikan dokumentasi dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya bagi peneliti ilmiah; dan (4). benda itu asli (realia), replika atau reproduksi yang sah menurut persyaratan museum (Wirata, 1995: 1). Adapun koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Negeri Provinsi Bali yaitu benda-benda yang tergolong sakral di masyarakat seperti rangda, barong, perlengkapan tari seperti sanghyang dedari, wayang kulit, topeng sidakarya, pratima, pralingga dan perlengkapan upacara. Ada juga kain-kain Bali, koleksi seni rupa (lukisan, patung dan kerajinan), bahkan yang berhubungan dengan

6 6 kuburan seperti peninggalan prasejarah dan sejarah yang disusun secara konsep trimandala (sarkopagus, dan bekal kubur), dan yang terutama koleksi peninggalan prasejarah benda-benda perunggu seperti kapak, mata tombak, perhiasan diri, gelang, cincin, periuk dan nekara (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2011: 12). Koleksi-koleksi ini ada yang dipamerkan di ruang koleksi dan ada juga di ruang penyimpanan. Berdasarkan koleksi perunggu prasejarah inilah timbul ide untuk mengangkat koleksi perunggu sebagai bahan penelitian. Selain keberadaan bendabendanya masih cukup bagus untuk dijadikan bahan penelitian, pada benda-benda koleksi perunggu ini terdapat ornamen atau ragam hias yang beranekaragam. Adapun alasan Museum Negeri Provinsi Bali dijadikan sebagai tempat penelitian disebabkan karena museum merupakan tempat penyimpanan bendabenda kebudayaan yang cukup lengkap sehingga tidak menutup kemungkinan untuk diteliti, dan di salah satu koleksinya dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Benda-benda perunggu yang akan diteliti ini berada di ruang pameran dalam kondisi yang terawat dan tidak berfungsi lagi sebagai mana fungsi awalnya. Sebelum penulis mengangkat perunggu sebagai bahan penelitian, sebenarnya penulis tertarik pada ragam hias pada kain. Namun mengingat di Museum Negeri Provinsi Bali tidak ditemukan kain prasejarah akhirnya penulis memutuskan untuk mengangkat lebih dalam lagi mengenai ornamen pada benda logam perunggu prasejarah di Museum Bali. Pada saat ini belum dilakukan penelitian khusus mengenai bentuk dan makna ornamen prasejarah pada benda-benda koleksi logam perunggu Museum

7 7 Negeri Provinsi Bali. Benda-benda perunggu koleksi Museum Negeri Provinsi Bali menjadi sangat penting untuk diteliti karena merupakan warisan budaya yang sangat bernilai tinggi. Banyaknya keunikan yang terdapat pada benda-benda perunggu ini seperti, bentuk-bentuk ornamen menjadi faktor utama perlunya dilakukan penelitian secara mendalam untuk menginventarisasi keberadaannya. Penelitian yang akan dilakukan lebih menitikberatkan pada koleksi logam perunggu berupa nekara, moko, bejana, kapak, giring-giring, dan mata tombak. Keseluruhan benda-benda ini terdapat di ruang koleksi kecuali bejana. Bendabenda perunggu ini sudah tidak difungsikan sesuai dengan kegunaan asalnya. Bentuk-bentuk dan makna ornamen akan menjadi unsur yang penting dari penulisan ini. Mengapa penelitian ini dibatasi pada benda-benda perunggu prasejarah dan hanya mengangkat bentuk dan makna ornamen sebagai permasalahannya, karena (1). diantara benda perunggu prasejarah lainnya hanya benda-benda ini yang masih memiliki ornamen yang cukup jelas untuk dijadikan bahan penelitian, (2). benda-benda perunggu ini belum pernah diteliti oleh penulis lain sebelumnya. Setelah dikaji sedikit demi sedikit ternyata bentuk-bentuk dari ornamen itu memiliki makna simbolis religius, maupun magis. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk membahas mengenai bentuk-bentuk dan makna ornamen pada logam perunggu koleksi Museum Negeri Provinsi Bali.

8 8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi: 1. Bagaimanakah bentuk ornamen yang terdapat pada benda-benda perunggu prasejarah koleksi Museum Negeri Provinsi Bali? 2. Apakah makna ornamen yang terkandung pada koleksi benda-benda logam prasejarah koleksi Museum Negeri Provinsi Bali tersebut 1.3 Tujuan Penelitian Secara garis besar penelitian itu mempunyai dua tujuan pokok, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan sebagai usaha penggalian, dan pendeskripsian nilai-nilai yang bersifat konseptual yang terkandung dalam koleksi perunggu prasejarah Museum Negeri Provinsi Bali. Lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan bentuk dan makna ornamen kepada pembaca yang mungkin dapat menggunakan tulisan ini sebagai pedoman. Konsep-konsep pemikiran yang terkandung dalam tulisan ini sebagai sumbangan pemikiran untuk memahami konsep-konsep kebudayaan masa lampau, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperkaya khazanah budaya bangsa dalam rangka pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional.

9 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk menjawab segala permasalahan mengenai bentuk-bentuk ornamen dan makna ornamen prasejarah yang ada pada benda-benda logam perunggu yang menjadi koleksi Museum Negeri Provinsi Bali. 1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian mempunyai manfaat yang penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan Arkeologi Indonesia maupun bagi peneliti. Penelitian terhadap bentuk dan makna ornamen benda-benda perunggu koleksi museum Negeri Provinsi Bali diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut, Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan inventarisasi dan informasi data bagi penelitian selanjutnya, khususnya mengenai ornamen pada benda-benda logam perunggu koleksi Museum Negeri Provinsi Bali. Selain itu juga merupakan sumbangan ilmiah bagi pengetahuan khususnya di bidang arkeologi dalam usaha merekonstruksi kehidupan masa lalu Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat: (1). memberikan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan dan pembinaan, (2). meningkatkan minat dan kesadaran

10 10 masyarakat untuk lebih menghargai, dan meningkatkan kecintaan terhadap peninggalan-peninggalan arkeologi Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang sistematis dan terperinci dapat dilakukan dengan menentukan ruang lingkupnya terlebih dahulu. Ruang lingkup penelitian dalam satu karya ilmiah diperlukan untuk mengetahui jangkauan penelitian dan bagianbagian mana yang menjadi sorotan di dalam pemahaman permasalahan. Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka pembahasan selanjutnya akan lebih difokuskan pada bentuk-bentuk dan makna ornamen. Penelitian ini hanya dibatasi pada bentuk dan makna ornamen pada 6 buah artefak perunggu yaitu 1 buah nekara, 1 moko, 1 bejana perunggu, 1 mata tombak, 1 tajak perunggu, dan 1 giring-giring. Benda-benda yang akan diteliti berupa benda-benda logam perunggu yang dipamerkan di ruang koleksi Museum Negeri Provinsi Bali dan memiliki ornamen yang masih cukup jelas untuk diteliti. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa koleksi benda-benda prasejarah masih cukup baik, ornamen hias yang cukup jelas, dan cukup mewakili keseluruhan benda-benda logam yang ada di ruang penyimpanan Museum Negeri provinsi Bali. Mengingat kompleksnya permasalahan koleksi Museum Negeri Provinsi Bali dan terbatasnya kemampuan peneliti, maka yang akan dibahas yaitu satu jenis koleksi Arkeologi yaitu Benda-benda Logam Perunggu Prasejarah Koleksi Museum Negeri Bali.

11 11 Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka penelitian ini dilakukan langsung di Museum Negeri Provinsi Bali. Adapun alasan museum tersebut dijadikan sebagai lokasi penelitian, berdasarkan hasil penjajagan museum tersebut memiliki koleksi benda perunggu yang cukup lengkap.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian sangatlah penting, terutama untuk memperoleh pandangan-pandangan dan teori-teori

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut

Lebih terperinci

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

Hasil Kebudayaan masa Praaksara Hasil Kebudayaan masa Praaksara 1. Hasil Kebudayaan Paleolithikum Kebudayan paleolithikum merupakan kebudayaan batu, dimana manusia masih mempergunakan peralatan yang terbuat dari batu, serta teknik pembuatanya

Lebih terperinci

Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud

Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja   Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud KAJIAN ELEMENTAL-KUANTITATIF TERHADAP KAPAK PERUNGU TIPE JANTUNG KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR (BALI, NTT, NTB), MUSEUM BALI, DAN MUSEUM MANUSIA PURBA GILIMANUK Abstract Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG BENDA-BENDA YANG BERUSIA ABAD KE 10 14 MASEHI 1. BATU PIPISAN Batu Pipisan berkaki ini menyerupai meja dalam ukuran kecil berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. terutama untuk mendapatkan pemahaman, konsep-konsep, pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. terutama untuk mendapatkan pemahaman, konsep-konsep, pengertian-pengertian 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting terutama untuk mendapatkan pemahaman, konsep-konsep,

Lebih terperinci

Budaya Banten Tingkat Awal

Budaya Banten Tingkat Awal XIX. Budaya Banten Tingkat Awal Penelusuran sejarah kebudayaan manusia sangat diperlukan sebagai rekam jejak untuk mengetahui tingkat peradaan suatu bangsa. Asal usul manusia yang tinggal di wilayah tertentu

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM Cupture 2 Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM 1 Kebudayaan Austronesia yang datang dari Yunan, Sungai Yan-Tse atau Mekong, dari Hindia Belakang telah mengubah

Lebih terperinci

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Secara Umum, Pengertian Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasasti adalah suatu putusan resmi yang di dalamnya memuat sajak untuk memuji raja, atas karunia yang diberikan kepada bawahannya, agar hak tersebut sah dan dapat

Lebih terperinci

SOAL PRETEST Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar! 1. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu

Lebih terperinci

Unsur Logam pada Genta Kuno Koleksi Museum Blambangan dan Museum Bali: Kajian Elemental-Kuantitatif

Unsur Logam pada Genta Kuno Koleksi Museum Blambangan dan Museum Bali: Kajian Elemental-Kuantitatif Unsur Logam pada Genta Kuno Koleksi Museum Blambangan dan Museum Bali: Kajian Elemental-Kuantitatif I Gede Arya Suartawan 1*, I Wayan Srijaya 2, Rochtri Agung Bawono 3 Prodi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

Zaman Prasejarah. Pengantar

Zaman Prasejarah. Pengantar Zaman Prasejarah Pengantar Kebudayaan selalu berubah-ubah, lebih-lebih jika ada sebab dari luar, maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan luas, sehingga timbul kebudayaan baru Kebudayaan

Lebih terperinci

Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah

Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Masa Prasejarah Indonesia dimulai dengan adanya kehidupan manusia purba yang pada saat itu belum mengenal baca dan tulis. Masa yang juga dikenal dengan nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1 SENI KRIYA APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1 SKEDUL PEMBELAJARAN Apersepsi Strategi belajaran Teori seni kriya Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN 1. : Mengidentifikasi gagasan, teknik, dan bahan dalam karya seni rupa terapan Nusantara

PEMBELAJARAN 1. : Mengidentifikasi gagasan, teknik, dan bahan dalam karya seni rupa terapan Nusantara PEMBELAJARAN 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Mengapresiasi karya seni rupa : Mengidentifikasi gagasan, teknik, dan bahan dalam karya seni rupa terapan Nusantara KEUNIKAN GAGASAN, TEKNIK, DAN BAHAN

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Angkola atau batak Angkola adalah salah satu suku yang terbesar di wilayah Angkola Tapanuli Selatan. Suku ini berdiam dan tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR...... ABSTRAK...... DAFTAR ISI...... DAFTAR TABEL...... DAFTAR LAMPIRAN...... Halaman i ii iii iv vi vii ix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia dikenal unik oleh dunia dengan hasil kebudayaannya yang bersifat tradisional, hasil kebudayaan yang bersifat tradisional itu berupa seni rupa, seni

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara hidup manusia yang berkembang merupakan salah satu bukti adanya peradaban dan kebudayaan pada kehidupan masyarakatnya. Adanya peradaban dan kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian museum adalah sebagai berikut : 1. Dalam kamus Oxford disebut bahwa museum berasal dari kata mousa yang berarti arah. Pengertian ruang atau tempat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa

Lebih terperinci

Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni)

Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni) Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni) Seni kerajinan logam merupakan salah satu ekspresi budaya masyarakat Bali yang telah ditekuni sejak zaman Bali kuna. Aktivitas

Lebih terperinci

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Batasan Pengertian Judul Museum :Gedung yg digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional di Sumatera Utara adalah seni tradisional etnis Batak Karo.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional di Sumatera Utara adalah seni tradisional etnis Batak Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Karya seni kerajinan secara umum dipahami sebagai suatu karya dua dimensi atau dwimatra dan tiga dimensi atau trimatra yang dikerjakan dengan mempergunakan alat-alat

Lebih terperinci

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat : Umi Faradillah, S.Pd Standar Kompetensi Mengapresiasi Karya Seni Rupa Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi jenis

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Seni Budaya merupakan satu diantara mata pelajaran yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Seni Budaya merupakan satu diantara mata pelajaran yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Seni Budaya merupakan satu diantara mata pelajaran yang ada di sekolah. Mata pelajaran Seni Budaya merupakan mata pelajaran yang memberikan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang tidak lepas dari masa lampau dalam menjalani masa kini dan masa yang akan datang dan tidak mungkin lepas dari budayanya sendiri. Sebagai

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memang diberkahi kekayaan potensi pariwisata yang luar biasa. Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL, DAN MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

Situs Gunung Padang. Nopsi Marga Handayani Gregorian Anjar Prastawa

Situs Gunung Padang. Nopsi Marga Handayani Gregorian Anjar Prastawa Situs Gunung Padang Nopsi Marga Handayani 14148118 Gregorian Anjar Prastawa - 14148136 Situs Gunung Padang terletak di kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan,Desa Karyamukti Kecamatan Cempakan, Cianjur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman prasejarah merupakan sejarah awal kehidupan manusia yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Zaman prasejarah di Indonesia dimulai kurang lebih 1,7 juta tahun yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

BAB I PENDAHULUAN. dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan keramik asing di Indonesia dari berbagai negara sudah masuk ke Indonesia sejak jaman prasejarah, dibuktikan dengan temuan tertua berupa keramik Tiongkok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di

Lebih terperinci

SMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA

SMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SEJARAH TRADISI SEJARAH MASA PRA AKSARA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA Tradisi masyarakat Indonesia masa pra-aksara Jejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang munculnya ide proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani, permasalahan yang timbul dalam perencanaannya, tujuan penulisan landasan konsepsual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang meliputi Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Asahan, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian

Lebih terperinci

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan). Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KRIYA LOGAM Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PERALATAN DAN BAHAN BAHAN 1. Aluminium 2. Baja 3. Besi 4. Emas 5. Kuningan/Loyang 6. Monel

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci