KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NOMOR 147/KN/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NOMOR 147/KN/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS"

Transkripsi

1

2 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NOMOR 147/KN/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA TAHUN Menjadi Pengelola Kekayaan Negara yang Profesional dan Akuntabel untuk Sebesar-Besar Kemakmuran Rakyat

3 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NOMOR 147/KN/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA TAHUN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Diktum KEEMPAT Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun , perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Negara tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Tahun ; : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287); 2. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) ; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan; 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 183/PMK.01/2013 tentang Kebijakan Strategis Kementerian Keuangan Tahun ; 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun ; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA TAHUN

4 - 2 - PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA : Menetapkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Tahun yang berisi: 1. Profil organisasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 3. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; dan 4. Kerangka Regulasi, Kerangka Kelembagaan, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini. : Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Tahun sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA menjadi dokumen perencanaan strategis jangka menengah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2015 sampai dengan tahun : Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Tahun sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA digunakan sebagai: 1. acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019; 2. acuan dalam penyusunan Peta Strategi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019; dan 3. acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Unit Eselon II Kantor Pusat, Kantor Wilayah (Kanwil), dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2015 sampai dengan tahun : Unit Eselon II dan KPKNL di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara wajib menjabarkan lebih lanjut Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Tahun ke dalam Rencana Strategis Unit Eselon II dan Rencana Strategis KPKNL masing-masing unit Tahun : 1. Renstra unit Eselon II sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEEMPAT ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan Unit Eselon II paling lambat 2 (dua) minggu setelah Renstra Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Tahun ditetapkan; 2. Keputusan Pimpinan Unit Eselon II mengenai Renstra Unit Eselon II Tahun sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas wajib disampaikan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

5 - 3 - KEENAM KETUJUH : 1. Renstra KPKNL sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEEMPAT ditetapkan dengan Keputusan Kepala KPKNL paling lambat 2 (dua) minggu setelah Renstra Unit Eselon II Tahun yang membawahinya ditetapkan; 2. Keputusan Kepala KPKNL mengenai Renstra KPKNL Tahun sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas wajib disampaikan kepada Pimpinan Unit Eselon II yang membawahinya. : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan Keputusan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada: 1. Menteri Keuangan; 2. Wakil Menteri Keuangan; 3. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan; 4. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan; 5. Sekretaris Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dan para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 6. Para Tenaga Pengkaji di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 7. Para Kepala Kanwil di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 8. Para Kepala KPKNL di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Mei 2015 DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA ttd. Salinan sesuai dengan aslinya Sekretaris Direktorat Jenderal u.b. Kepala Bagian Umum HADIYANTO Partolo NIP

6 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NOMOR 147/KN/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA TAHUN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA TAHUN

7 -2- BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan mengenai kondisi umum Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang menggambarkan pencapaian kinerja tahun 2010 sampai dengan 2014 sesuai rencana kerja jangka menengah yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) DJKN sesuai Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor KEP-38/KN/2010 tanggal 13 April Dalam Renstra periode sebelumnya, telah ditetapkan dua tema pokok yaitu: Tema Kekayaan Negara yang bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal dan Tema Pendapatan Negara yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara. Selain capaian kinerja yang telah direalisasikan oleh DJKN, disadari bahwa dalam upaya mencapai misi dan visi DJKN terdapat aspirasi masyarakat yang semakin dinamis. Beberapa aspirasi masyarakat yang merupakan harapan stakeholders kepada DJKN akan dijabarkan sebagai masukan penyusunan renstra ini. Aspirasi masyarakat tersebut didapatkan dalam serangkaian survei kepuasan stakeholders atas pelayanan yang diberikan oleh DJKN dalam empat tahun terakhir. Salah satu masukan terpenting adalah dimensi-dimensi pelayanan yang harus ditingkatkan oleh DJKN di masa yang akan datang. Dalam rangka melayani stakeholders serta dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengelola kekayaan Negara, piutang negara, dan pelayanan lelang, terdapat potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh DJKN. Potensi dan permasalahan yang dipaparkan lebih lanjut dalam bagian akhir bab ini merupakan sisi yang harus dipertimbangkan dalam proses penyusunan rencana strategis. 1.1 KONDISI UMUM Dalam Renstra DJKN Tahun , Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal. Untuk menunjang pencapaian Arah Kebijakan dan Strategi tersebut, DJKN telah menyusun Sasaran Strategis dan Program yang melingkupi segmen yang luas dan beragam, dari penatausahaan dan pengelolaan barang milik negara (BMN), pengelolaan kekayaan negara lain-lain, dan pengelolaan kekayaan negara dipisahkan, sampai pada pelayanan di bidang penilaian, pengurusan piutang negara, dan lelang. Di samping itu, program yang ada juga menyentuh aspek Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan, yang menyangkut penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, peningkatan

8 -3- disiplin dan manajemen SDM, pengembangan teknologi informasi dan informasi, serta good governance PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA Dalam rangka mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang profesional dan akuntabel, kebijakan yang dilaksanakan pada tahun meliputi: (i) penguatan dan penyempurnaan regulasi pengelolaan kekayaan negara; (ii) pengamanan kekayaan negara melalui 3T (Tertib administrasi, Tertib hukum, dan Tertib fisik); (iii) utilisasi kekayaan negara melalui pemanfaatan, penetapan status penggunaan, tukar-menukar, hibah, penyertaan modal pemerintah pusat, dan underlying asset dalam rangka penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN); (iv) pengelolaan aset eks BPPN, BDL, dan PPA dalam rangka pengembalian (recovery) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; (v) perencanaan dan penatausahaan investasi pemerintah; (vi) restrukturisasi dan/atau revitalisasi BUMN serta pengkajian privatisasi BUMN; (vii) pengurusan piutang negara dengan prinsip good governance yang meliputi 5 (lima) unsur yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independen, dan fairness; (viii) kebijakan intensifikasi lelang melalui penyederhanaan (simplifying) akta lelang dan pengamanan (securing) dalam bentuk pencetakan akta lelang di atas security paper serta kebijakan ekstensifikasi lelang melalui penggalian potensi lelang. Di bawah ini akan diuraikan secara lebih detail mengenai capaian-capaian yang telah dihasilkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, sesuai dengan tema-tema tugas dan fungsi yang ada. Pengelolaan Barang Milik Negara Pengelolaan barang milik negara (BMN) yang baik dapat menjamin keberhasilan dan keberlangsungan pemerintah dalam menjalankan tanggung jawabnya kepada publik. Langkah awal dalam mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang profesional telah dilakukan melalui pelaksanaan inventarisasi dan penilaian BMN pada 89 Kementerian/Lembaga pada kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun Hasil Inventarisasi dan Penilaian tersebut menjadi dasar koreksi nilai BMN yang disajikan pada Neraca Awal Pemerintah per 31 Desember 2004 dan membawa dampak kenaikan nilai BMN sebesar Rp 334,19 triliun ke dalam neraca per 31 Desember Hasil penertiban BMN juga memberikan kontribusi positif atas diraihnya opini BPK Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas LKPP tahun 2010, tahun 2011 dan tahun Walaupun LKPP belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),

9 -4- pencapaian opini WDP tersebut patut diapresiasi karena dalam rentang waktu tahun 2005 s.d. 2008, LKPP selalu mendapat opini Disclaimer dari BPK. Pencapaian opini WDP merupakan hasil kerja keras dan sinergi semua pihak terkait yang senantiasa harus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya oleh Pemerintah secara berkesinambungan. Perkembangan Nilai BMN (Persediaan, Aset Tetap, Aset Tak Berwujud dan Aset Lain-lain) mulai tahun 2005 s.d. Semester I 2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Nilai BMN per 31 Desember 2005 yang semula sebesar Rp 237,78 triliun, per 31 Desember 2014 telah mencapai Rp 2.394,07 triliun dengan total akumulasi penyusutan sebesar Rp 444,92 triliun, sehingga total nilai buku BMN adalah sebesar Rp 1.949,15 triliun. Perkembangan Nilai Barang Milik Negara tahun No Periode Laporan Nilai BMN Perkembangan Rupiah Persen 1 31 Desember 2010 (audited) ,54% 2 31 Desember 2011 (audited) ,61% 3 31 Desember 2012 (audited) ,77% 4 31 Desember 2013 (audited) *) ( ) (9,76%) 5 31 Desember 2014 (unaudited) ,32% *) terhitung mulai 1 Januari 2013 diberlakukan Penyusutan nilai BMN Salah satu aset penting dalam BMN tersebut adalah aset berupa tanah yang termasuk dalam kategori aset tetap. Namun, seiring dengan nilai strategis dari aset tanah ini, kompleksitasnya pun lebih luas. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen yang baik dan cermat terhadap aset berupa tanah ini. Di antara penanganan spesifik yang perlu dilakukan terhadap aset ini adalah pelaksanaan sertifikasi tanah. Ini penting tidak hanya untuk keperluan administratif, melainkan juga untuk kebutuhan akan pengamanan aset. Dalam rangka mendukung pelaksanaan sertifikasi BMN berupa tanah, sejak tahun 2012 DJKN melakukan identifikasi BMN berupa tanah untuk mengelompokkannya menjadi tanah yang telah memiliki sertifikat dan tanah yang belum memiliki sertifikat. Ini didukung dengan diimplementasikannya aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan Pendataan Tanah Pemerintah (SIMANTAP) oleh seluruh Kementerian/Lembaga mulai dari tingkat satuan kerja hingga tingkat Pengguna Barang. Capaian atas hasil identifikasi dan rekomendasi bidang tanah sampai dengan tahun 2014, diketahui bahwa jumlah bidang tanah yang telah dilakukan identifikasi melalui aplikasi SIMANTAP adalah sebanyak bidang. Dari jumlah tersebut diketahui sebanyak (56,67%) bidang telah memiliki sertifikat. Sedangkan jumlah

10 -5- bidang tanah yang belum bersertifikat sebanyak (43,33%) bidang. Menindaklanjuti hal diatas, DJKN melaksanakan program sertipikasi BMN berupa tanah yang bekerja sama dengan BPN mulai efektif dilaksanakan sejak tahun Dengan rekomendasi bidang tanah dari DJKN, sampai dengan 31 Desember 2014 BPN telah berhasil mensertipikatkan bidang tanah. Tahapan strategis selanjutnya dari pengelolaan BMN pasca penatausahaan yang akurat dan akuntabel adalah bagaimana mengoptimalkan BMN dimaksud untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Optimalisasi ini dapat diketahui dari sejauh mana BMN yang dimiliki diutilisasi atau didayagunakan, baik untuk digunakan dalam menunjang tugas dan fungsi pemerintahan maupun untuk dimanfaatkan di luar tugas dan fungsi utama pemerintahan, tetapi dapat membawa dampak positif bagi keuangan dan perekonomian negara. Utilisasi kekayaan negara terus mengalami kenaikan, pada tahun 2010 nilai kekayaan negara yang diutilisasi sebesar Rp52,68 triliun, tahun 2011 sebesar Rp102,45 triliun, tahun 2012 sebesar Rp103,31 triliun, tahun 2013 sebesar Rp115,72 triliun dan tahun 2014 sebesar Rp163,20 Triliun. Secara kumulatif, sebanyak Rp537,36 Triliun atau 31,48% dari nilai aset tetap per semester I Utilisasi Kekayaan Negara Tahun (dalam triliun rupiah) Utilisasi sebagaimana dijelaskan di atas juga melingkupi Penyertaan Modal Negara (PMN) yang berasal dari Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS). Dalam Laporan Investasi Pemerintah, khususnya ekuitas pada beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), terdapat akun Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya. BPYBDS adalah bantuan Pemerintah berupa Barang Milik Negara yang berasal dari APBN, yang telah dioperasikan dan/atau digunakan oleh BUMN berdasarkan Berita Acara Serah Terima dan sampai saat ini tercatat pada laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga atau pada BUMN. Pengadaan dan pembangunan tersebut dilakukan melalui DIPA K/L bertujuan untuk membantu pengadaan maupun

11 -6- pembangunan yang belum mampu dibiayai oleh BUMN atau sejak dari awal pengadaannya memang diperuntukkan bagi BUMN. Dalam rangka optimalisasi Barang Milik Negara (BMN) dan meminimalisasi potensi kerugian Negara, Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) harus segera ditetapkan statusnya menjadi Penyertaan Modal Negara pada BUMN. Selama Tahun , DJKN telah memproses usulan penetapan PMN yang bersumber dari BPYBDS dengan rincian sebagai berikut: Pengelolaan Kekayaan Negara Lain-Lain Terminologi kekayaan negara sesungguhnya mencakup wilayah yang begitu luas. Barang Milik Negara (BMN) hanyalah sebagian dari kekayaan negara, terutama yang diatribusikan kepada jenis aset yang diperoleh melalui belanja APBN atau melalui perolehan lain yang sah sesuai dengan ketentuan perundangundangan, dan kemudian dimasukkan ke dalam Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Di samping BMN, terdapat juga kekayaan negara lain-lain yang juga dikelola oleh Pemerintah melalui DJKN. Termasuk ke dalam segmen ini adalah aset eks BPPN, aset eks kelolaan PT. Perusahaan Pengelola Aset (Persero), aset Eks BDL, aset eks Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), dan asset eks pengelolaan BMN PKP2B. Pengelolaan Aset Eks BPPN, Aset Kelolaan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero), dan Aset Eks BDL Pasca pengakhiran tugas dan pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), pengurusan aset eks BPPN dan juga PT. PPA (Perusahaan Pengelola Aset) dilanjutkan oleh Menteri Keuangan. Di samping itu, Menteri Keuangan juga ditugaskan untuk mengurus aset eks Bank Dalam Likuidasi (BDL) yang merupakan imbas dari krisis moneter tahun Biaya yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sebagai konsekuensi kebijakan penanganan krisis moneter secara umum tergambar dari nilai Surat Utang Pemerintah (SUP) yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan. Sebagai kontra prestasi, maka aset-aset eks BBO/BBKU/BDL merupakan kekayaan negara yang harus dikelola dalam rangka

12 -7- pengembalian (recovery) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kebijakan yang diambil dalam melaksanakan pengelolaan kekayaan negara ini meliputi: 1. tindakan hukum terhadap obligor yang tidak menepati PKPS dan tidak kooperatif; 2. penagihan terhadap aset kredit melalui penyerahan pengurusan piutang negara; 3. penjualan terhadap aset properti dan aset saham; 4. pemanfaatan terhadap aset properti; 5. penetapan status penggunaan terhadap aset properti kepada Kementerian/Lembaga; 6. pelepasan hak dengan pembayaran kompensasi. Hasil pengelolaan aset yang berasal dari aset eks. BPPN, eks. kelolaan PT. PPA dan eks. BDL (Bank Dalam Likuidasi) sebagai penerimaan pembiayaan dalam negeri tahun 2010 sebesar Rp771 milliar, tahun 2011 sebesar Rp1.173 miliar, tahun 2012 sebesar Rp1.139 miliar, tahun 2013 sebesar Rp1.435,48 miliar, dan 2014 sebesar 539,99 miliar. Kendala utama dalam pelaksanaan penjualan aset dalam rangka penerimaan pembiayaan adalah terkait dengan permasalahan legalitas dokumen kepemilikan aset di mana sebagian besar telah habis masa berlakunya, sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan hukum. Koordinasi intensif dengan Badan Pertanahan Nasional maupun unit-unit terkait lain terus dilakukan untuk menyelesaikan kendala utama dimaksud, sehingga diharapkan segera ada solusi/penyelesaiannya. Dapat ditambahkan di sini bahwa rekomendasi BPK pada LKPP T.A untuk menyelesaikan penelusuran dokumen pendukung terkait temuan aset eks BPPN telah dilaksanakan, dengan hasil sampai dengan saat ini sebagai berikut : 1. aset kredit dari semula sebanyak dengan nilai Rp 3,06 triliun menjadi sebanyak dengan nilai Rp 685,2 miliar, dan

13 -8-2. aset properti dari semula sebanyak 627 dengan nilai Rp 400,2 miliar menjadi sebanyak 472 dengan nilai Rp 244,6 miliar. Dengan demikian pada prinsipnya telah terdapat perkembangan secara signifikan terhadap penelusuran dokumen pendukung aset-aset dimaksud untuk selanjutnya secara berkelanjutan akan terus diupayakan penyelesaian atas aset eks BPPN dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesuai kesepakatan dengan DPR RI sebagaimana tertuang dalam UU Pertanggungjawaban APBN T.A Pengelolaan Aset eks KKKS dan eks PKP2B Selama tahun , pelaksanaan inventarisasi dan penilaian BMN yang berasal dari 76 KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) di sektor migas menghasilkan keseluruhan nilai wajar sebesar Rp143,941 triliun, terdiri dari aset tanah sebesar Rp14,326 triliun dan aset non tanah sebesar Rp129,615 triliun. Nilai wajar tersebut akan menambah nilai aset tetap pada LKPP. Pengelolaan BMN Perjanjian Karya/Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) selama tahun dititikberatkan pada penyelesaian kegiatan Inventarisasi dan Penilaian (IP) aset PKP2B dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan BUN Transaksi Khusus disamping melakukan proses persetujuan atas usulan-usulan pemindahtanganan dalam bentuk penjualan lelang dan hibah. Adapun kontraktor PKP2B yang asetnya menjadi target penyelesaian IP adalah: 1) PT. Adaro Indonesia, 2) PT. Arutmin Indonesia, 3) PT. Berau Coal, 4) PT. Kendilo Coal Indonesia, 5) PT. Kaltim Prima Coal, 6) PT. Kideco Jaya Agung, 7) PT. Multi Harapan Utama, dan 7) PT. Tanito Harum. Total aset PKP2B yang berhasil diinventarisasi di tahun 2014 adalah sejumlah line item dengan harga perolehan US$ Terhadap selisih aset yang belum ditemukan sebanyak line item dengan nilai perolehan US$ akan dilanjutkan kegiatan inventarisasinya pada tahun Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan Merujuk pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), terdapat bagian kekayaan negara dalam jumlah yang signifikan yang dikategorisasikan sebagai kekayaan negara dipisahkan. Ini utamanya merupakan investasi pemerintah, baik yang bersifat permanen maupun non-permanen. Meskipun dipisahkan, dampak dan daya ungkit (leverage) dari aset jenis ini sangat besar, utamanya dalam kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Hal ini sangat bisa dipahami mengingat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan pemain penting dalam

14 -9- urat nadi perekonomian, sebagian di antaranya bahkan menjadi pemimpin pasar (market leader). Oleh karena itu, kekayaan negara dipisahkan ini harus ditempatkan dalam sebuah tata kelola (governance) yang akuntabilitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Perencanaan Investasi Pemerintah Sebagai pelaksanaan PMK Nomor 247/PMK.02/2012 sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Perencanaan, Penetapan Alokasi, dan Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Bendahara Umum Negara, terhitung mulai penyusunan APBN tahun 2014 dan selanjutnya, DJKN ditetapkan sebagai Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara (PPA-BUN) untuk BA (Investasi Pemerintah). Selain aspek pelaporan, DJKN dalam hal ini melalui Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) juga bertanggung jawab melakukan perencanaan alokasi bagian anggaran BUN BA dalam posisi baik sebagai Pembantu Pengguna Anggaran BUN (PPA BUN) sekaligus sebagai Kuasa Pengguna Anggaran BUN (KPA BUN) dalam hal alokasi PMN kepada BUMN. Dengan luasnya peran dan tanggung jawab Direktorat KND di dalam pengelolaan Investasi Pemerintah (BA ) maka disusunlah Renstra BA untuk periode yang akan menjadi pedoman bagi pimpinan dan staff pada Direktorat KND untuk mewujudkan visi DJKN untuk mengelola kekayaan negara dipisahkan secara professional dan akuntabel untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan menterjemahkan misi DJKN untuk meningkatkan tata kelola dan nilai tambah pengelolaan investasi pemerintah melalui rencana aksi dan kegiatan yang terarah. BA adalah sub bagian anggaran BUN yang dikhususkan untuk mengelola Investasi Pemerintah, antara lain sebagai berikut: 1. Penyertaan Modal Negara (PMN), adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi termasuk penyertaan modal organisasi/lembaga keuangan internasional; 2. Dana Bergulir, adalah dana yang dialokasikan oleh K/L atau satker BLU untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi pengembangan KUKM dan usaha lainnya yang berada dibawah pembinaan K/L dalam penanggulangan kemiskinan, pengangguran, dan pengembangan ekonomi nasional; 3. Kewajiban Penjaminan, adalah alokasi dana yang tersedia yang digunakan untuk melunasi kewajiban penjaminan yang timbul akibat pemberian Jaminan Pemerintah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang mengenai APBN beserta perubahannya pada tahun anggaran berjalan; 4. Investasi Pemerintah (reguler), adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan

15 -10- investasi langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dimana proses perencanaan investasi, proses pelaksanaan investasi, penatausahaan, dan pertanggungjawaban investasi, pengawasan serta divestasi yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum; 5. Dana Penegembangan Pendidikan Nasional, adalah bagian dari anggaran pendidikan yang dialokasikan untuk pembentukan endowment fund yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antar generasi yang pengelolaannya menggunakan mekanisme dana bergulir dan dana cadangan pendidikan untuk mengantisipasi keperluan rehabilitasi pendidikan yang rusak akibat bencana alam, yang dilakukan oleh BLU Pengelolaan Dana di Bidang Pendidikan. Penambahan PMN pada BUMN yang telah dilakukan selama tahun adalah sebagai berikut, tahun 2010 sebesar Rp5.626 miliar, tahun 2011 sebesar Rp miliar, tahun 2012 sebesar Rp miliar, tahun 2013 sebesar Rp2.903 miliar, dan pada tahun 2014 sebesar Rp6.266 miliar. Selain PMN pada BUMN, Dana Investasi Pemerintah juga dialokasikan untuk PMN kepada Lembaga Keuangan Internasional (LKI), PMN lainnya, dan dana bergulir. Pada tahun 2011 telah dilakukan penambahan PMN kepada LKI sebesar Rp0,72 triliun, PMN Lainnya sebesar Rp0,36 triliun dan pencairan dana bergulir sebesar Rp8,798 triliun. Pada tahun 2012 telah dilakukan penambahan PMN kepada LKI sebesar Rp0,5 triliun, PMN lainnya sebesar Rp0,35 triliun, dan pencairan dana bergulir sebesar Rp6,980 triliun. Pada Tahun 2013 telah dilakukan penambahan PMN kepada LKI sebesar Rp0,6 triliun, PMN lainnya kepada BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, sebesar Rp1,430 triliun, dan pencairan dana bergulir sebesar Rp4,84 triliun. Pada tahun 2014 telah dilakukan penambahan PMN kepada LKI sebesar Rp0,724 triliun, PMN lainnya kepada LPEI, AIF dan IRco sebesar Rp1,58 triliun, dan pencairan dana bergulir sebesar Rp4,0 triliun.

16 Penatausahaan Investasi Pemerintah -11- Dalam pelaksanaan fungsi penatausahaan investasi pemerintah, telah dilaksanakan kegiatan penatausahaan dan pelaporan investasi jangka panjang yang dimiliki oleh pemerintah dengan menyusun Laporan Keuangan Investasi Pemerintah BA Akuntabilitas dalam penatausahaan dan pengelolaan investasi Pemerintah sejak tahun 2009 s.d. tahun 2013 memperoleh hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan opini hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Investasi Pemerintah (BA ) dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Kinerja BUMN di bawah Kementerian Keuangan Terdapat 5 BUMN/Lembaga di bawah Menteri Keuangan yang terdiri dari PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), dan PT Geodipa Energi (Persero). Sampai saat ini PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) telah menjadi katalis dalam pembiayaan infrastruktur sebesar Rp4.4 triliun dengan total nilai proyek yang dibiayai sebesar Rp46.2 triliun. LPEI telah melakukan pembiayaan untuk mendorong ekspor sebesar Rp45,9 triliun dengan outstanding penjaminan Rp2.7 triliun serta pertanggungan asuransi Rp448,7 miliar. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) telah berkomitmen untuk menjamin proyek dengan nilai Rp30 triliun, sedangkan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) telah mengalirkan dana dari pasar modal ke pasar pembiayaan perumahan sebesar Rp16,54 triliun yang digunakan untuk pembiayaan debitur KPR, sedangkan PT Geo Dipa Energi (Persero) terus mengembangkan produksi listrik yang berasal dari tenaga panas bumi hingga 115 MW. Hal Penting Lain Terkait dengan Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan Dalam rentang waktu 5 (lima) tahun ke belakang, terdapat beberapa hal yang monumental dalam konteks pengelolaan kekayaan negara dipisahkan. Salah satunya adalah pengambilalihan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dari NAA (Jepang), sehingga PT Inalum ditetapkan sebagai BUMN (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun Ini merupakan tonggak sejarah karena PT Inalum merupakan perusahaan pertama hasil kerja sama dengan asing yang berhasil diambilalih oleh Pemerintah RI. Pengambilalihan dilakukan pada tanggal 9 Desember 2013 ketika Pemerintah RI dan NAA menandatangani Termination Agreement in respect of, and the transfer share in, PT Indonesia Asahan Aluminium

17 -12- (Termination Agreement). Berdasarkan Termination Agreement tersebut, Pemerintah melakukan pembayaran kompensasi pengambialihan 58,88% saham NAA pada PT Inalum sebesar USD atau ekuivalen sebesar Rp ,92. Dengan demikian terdapat efisiensi anggaran sebesar Rp ,08. Di samping itu, pengelolaan kekayaan negara dipisahkan juga melingkupi upaya-upaya restrukturisasi dan revitalisasi BUMN. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan revitalisasi merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN dengan melakukan pemberian pinjaman dan/atau penambahan setoran modal guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi dan/atau revitalisasi BUMN merupakan proses yang berkelanjutan dan satu kesatuan yang terintegrasi dengan strategi penyelamatan ekonomi nasional. Proses restrukturisasi tidak hanya dilakukan dengan cara memperbaiki proses bisnis, namun juga melalui perbaikan posisi keuangan. Keterlibatan Menteri Keuangan dalam proses restrukturisasi BUMN pada umumnya terkait dengan perbaikan posisi keuangan khususnya terkait proses penambahan penyertaan modal Negara, restrukturisasi hutang rekening dana investasi/sub loan agreement, maupun pendanaan melalui pinjaman dana restrukturisasi yang dikelola PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA). DJKN terlibat dalam program restrukturisasi BUMN yang terkait dengan penanganan restrukturisasi melalui pemberian pinjaman dana RR oleh PT PPA, diantaranya PT Dirgantara Indonesia, PT Industri Kapal Indonesia, PT Merpati Nusantara Airlines, PT Kertas Kraft Aceh, PT Industri Gelas, dan PT PAL Indonesia. Pada tahun 2014, highlights penanganan restrukturisasi lebih banyak menyoroti kasus PT Merpati Nusantara Airlines (PT MNA) yang resmi menghentikan kegiatan operasinya per Februari Tingginya jumlah hutang dan kecilnya nilai aset PT MNA membuat proses restrukturisasinya menjadi sulit. Hingga akhir tahun 2014, pembahasan restrukturisasi PT MNA dilakukan dengan 2 opsi, yaitu opsi pertama penyelamatan melalui debt to equity swap atau opsi kedua melalui likuidasi. Hal penting lainnya dalam hal ini adalah terealisasinya pembentukan Holding BUMN Perkebunan dan Kehutanan. Dalam pembentukan holding BUMN Perkebunan dan Kehutanan, DJKN bersinergi dengan kementerian lain dalam proses pembahasannya antara lain Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (d/h Kementerian Kehutanan), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Hukum dan HAM, serta Kementerian Sekretariat Negara.

18 -13- Peran DJKN juga dapat dilihat dalam pembentukan badan baru sebagai bagian dari skema sistem jaminan sosial yang baru. Pada tahun 2014 DJKN telah berhasil melaksanakan amanat UU nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial terkait pemberian modal awal dan pengesahan neraca pembuka Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Program Dana Jaminan Sosial. DJKN telah berhasil memproses pencairan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebagai modal awal untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dengan nilai masing-masing sebesar Rp500 Miliar. PMN ini diberikan Pemerintah untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Pada tanggal 18 Oktober 2014 telah diterbitkan 2 (dua) Keputusan Menteri Keuangan (KMK) terkait pengesahan neraca pembuka BPJS dan Program Dana Jaminan Sosial, yaitu: a. KMK No.509 Tahun 2014 tentang Pengesahan Laporan Posisi Keuangan Pembuka BPJS Ketenagakerjaan dan Laporan Posisi Keuangan Pembuka DJS Ketenagakerjaan per 1 Januari Melalui KMK tersebut telah ditetapkan aset awal BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp10,3 Triliun dan aset awal Program Dana Jaminan Ketenagakerjaan tercatat sebesar Rp144,7 Triliun. b. KMK No.510 Tahun 2014 tentang Pengesahan Laporan Posisi Keuangan Pembuka BPJS Kesehatan dan Laporan Posisi Keuangan Pembuka DJS Kesehatan per 1 Januari Melalui KMK tersebut ditetapkan aset awal BPJS Kesehatan sebesar Rp10,7 Triliun dan aset awal Program Dana Jaminan Kesehatan tercatat sebesar Rp6,1 Triliun. Penilaian Dalam rangka mendukung pelaksanaan pengelolaan kekayaan negara, kegiatan penilaian dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik negara. Sepanjang tahun , Penilai Kantor Pusat DJKN telah menyelesaikan laporan penilaian dalam rangka pemanfaatan dan pemindahtanganan. Untuk pemindahtanganan telah disusun 564 laporan penilaian, dan untuk pemanfaatan telah disusun 772 laporan penilaian. Untuk pemanfaatan, selain menyajikan nilai BMN, Penilai DJKN juga melaksanakan penilaian atas proposal pemanfaatan dengan skema Kerja Sama Pemanfaatan. Rincian data hasil penilaian selama tahun adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

19 -14- Sumber: LAKIN Direktorat Penilaian Salah satu peran penting DJKN dalam menyelesaikan temuan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat antara lain dengan telah dilaksanakannya kegiatan Inventarisasi dan Penilaian (IP) Aset Tetap sebagai tindak lanjut atas temuan BPK pada LKPP tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 dengan fokus utama yaitu Aset Tetap yang berdasarkan LHP BPK dinyatakan belum dilakukan IP. Pada tahun 2011, DJKN berhasil menyelesaikan IP pada satker di 23 Kementerian Negara/Lembaga (K/L). Pada Tahun 2012, DJKN berhasil menyelesaikan IP pada 884 satker di 8 K/L. IP BMN Eks. KKKS berdasarkan Hasil Audit BPK atas LKPP Tahun 2012 dilakukan atas 194 aset yang berasal dari KKKS PT.Chevron Pacific Indonesia Block Siak dengan nilai wajar Rp ,00 (nilai wajar tidak termasuk aset dalam kondisi rusak berat). Sebagai implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 56/PMK.08/2012 Tentang Pengelolaan Aset Surat Berharga Syariah Negara yang Berasal dari Barang Milik Negara, DJKN ditugaskan untuk menyiapkan BMN sebagai underlying asset SBSN. Sejak tahun 2008 sampai dengan 2014 total nilai aset BMN yang diajukan sebagai underlying asset ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) adalah sebesar Rp218,13 triliun. Dari total penyerahan Daftar Nominasi Aset (DNA) sebesar Rp218,13 triliun oleh DJKN, setelah dilakukan proses studi kelayakan oleh DJPU, diperoleh nilai BMN sebagai underlying asset dari tahun 2008 s.d yang diajukan ke DPR sebesar 126,59 triliun. Adapun nilai yang disetujui DPR adalah 108,11 triliun. Nilai yang telah ditetapkan DPR tersebut, kemudian dipakai kembali sebagai underlying asset (Roll Over) yang dirilis oleh DJPU adalah sebesar Rp46,3 triliun. Adapun usulan daftar nominasi aset SBSN selama tahun adalah sebagai berikut:

20 -15- Sumber: Data diolah dari Jumlah Usulan DNA SBSN dari DJKN ke DJPU Sumber: Data diolah dari Jumlah Usulan DNA SBSN dari DJKN ke DJPU Di samping itu, guna untuk memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasa penilaian melalui penyediaan jasa penilaian yang berkualitas dalam hal kecepatan dan keakuratan Laporan Penilaian, Direktorat Penilaian menetapkan Standar Mutu di bidang penilaian Barang Milik Negara berdasarkan Sertifikasi ISO 9001:2008 yang berlaku selama 3 tahun terhitung mulai tahun 2013 sampai dengan tahun Penetapan sertifikasi ISO 9001:2008 sebagai standar mutu diharapkan dapat meningkatnya kualitas pelayanan penilaian dan meningkatnya kepuasan stakeholders Direktorat Penilaian. Demi menunjang pelaksanaan tugas di bidang Penilaian, pada tahun 2010 Direktorat Penilaian menginisiasi pembangunan Sistem Informasi Penilaian yang diawali dengan pembangunan database penilaian dengan merintis pembentukan dua database, yaitu: database penilaian tanah dan database penilaian bangunan. Database penilaian ini berfungsi untuk: 1. alat bantu dalam pelaksanaan kegiatan penilaian melalui analisis trend dan permodelan penilaian; 2. alat control kegiatan penilaian yang dilakukan oleh Penilai Internal DJKN di lingkungan KPKNL, Kanwil DJKN, dan Kantor Pusat; 3. dasar penyajian informasi guna kepentingan manajerial Penilai Internal DJKN dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pembangunan database penilaian difokuskan pada tiga database, yaitu: pengembangan database penilaian tanah serta pembentukan dua database baru berupa database penilaian kendaraan dan database penilaian sewa. Selama tahun 2011, Direktorat Penilaian melakukan pemutahiran terhadap database-database tersebut dan membuat database baru, yaitu database aset mesin serta database Sumber Daya Alam Panas Bumi dan Hutan. Pada tahun 2012, pemutahiran semua database tersebut terus berlanjut dan satu database

21 -16- baru dibentuk, yaitu database Sumber Daya Alam Mineral. Pada tahun yang sama akhirnya aplikasi Sistem Informasi Penilaian (SIP) selesai dibangun untuk kemudian diimplementasikan mulai tahun Pengurusan Piutang Negara Tugas dan fungsi penting lainnya dari DJKN ada di ranah pengurusan piutang negara dan piutang daerah. Menilik karakteristiknya, tanggung jawab ini krusial dalam mengamankan kekayaan negara yang ada dalam wujud piutang yang belum tertagih. Sesuai dengan Undang-Undang Prp Nomor 49 Tahun 1960, fungsi ini dijalankan oleh lembaga khusus yang disebut Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), yang dalam operasionalisasinya di eksekusi oleh DJKN. Realisasi penyelesaian outstanding BKPN dalam rangka roadmap percepatan penyelesaian pengurusan piutang negara selama tahun sebanyak BKPN. Pencapaian target roadmap sampai dengan Desember 2014 Piutang Negara Dapat Diselesaikan (PNDS) merupakan jumlah Piutang Negara yang dapat diselesaikan pengurusannya oleh PUPN/DJKN yang berasal dari Piutang Negara Dapat Ditagih (PNDT), penarikan, pengembalian KPR-BTN, angsuran/penarikan/lunas PSBDT, dan lunas. Hasil pengurusan piutang negara berupa Piutang Negara yang dapat Diselesaikan (PNDS) tahun 2010 sebesar 816,21 miliar, tahun 2011 sebesar 833,44 miliar, tahun 2012 sebesar Rp1.125 miliar, tahun 2013 sebesar Rp655,83 miliar, dan tahun 2014 sebesar Rp462,48 miliar serta pencapaian PNBP berupa biaya administarasi pengurusan piutang negara tahun 2010 sebesar Rp70,26 miliar, tahun 2011 sebesar Rp74,46 miliar, tahun 2012 sebesar Rp96,35 miliar, tahun 2013 sebesar Rp56,72 miliar, dan tahun 2014 sebesar Rp43,15 miliar.

22 -17- Piutang Negara yang Dapat Diselesaikan (PNDS) Tahun (Miliar Rupiah) Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara Tahun (Miliar Rupiah) Pelayanan Lelang Lelang merupakan penjualan barang yang dilakukan secara terbuka untuk umum. Dalam perkembangannya, lelang tidak hanya menjalankan perannya sebagai media transaksi jual beli barang, namun di sisi lain memiliki fungsi strategis dalam mendukung pendapatan negara (PNBP) melalui penerimaan bea lelang pada setiap lelang yang dilaksanakan serta mengamankan potensi penerimaan negara dari sektor perpajakan melalui PPh dan BPHTB. Wujud upaya optimalisasi dalam pelayanan lelang adalah Continuous Improvement dalam pelayanan lelang, antara lain penyusunan dan penyempurnaan regulasi lelang, meningkatkan Sumber Daya Manusia melalui pembinaan yang berkesinambungan, modernisasi lelang antara lain dengan menyelenggarakan lelang dengan cara penawaran melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (eauction), meningkatkan peran dan mutu profesionalisme Pejabat Lelang kelas I DJKN dengan pembentukan Jabatan Fungsional Pelelang, serta melaksanakan

23 -18- lelang aset BMN yang berasal dari penyerahan gratifikasi KPK dan pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan kredit macet perbankan. Pelayanan lelang selama tahun menunjukkan kenaikan, baik dari frekuensi lelang, pokok lelang maupun bea lelang. Realisasi pada tahun 2010 frekuensi lelang sebanyak dengan pokok lelang sebesar Rp 6,79 triliun dan PNBP berupa bea lelang sebesar 83,83 miliar. Tahun 2011 frekuensi lelang sebanyak dengan pokok lelang sebesar Rp 7,48 triliun dan PNBP berupa bea lelang sebesar 102,8 miliar. Tahun 2012 frekuensi lelang sebanyak dengan pokok lelang sebesar Rp 9,48 triliun dan PNBP berupa bea lelang sebesar 132 miliar. Tahun 2013 frekuensi lelang sebanyak dengan pokok lelang sebesar Rp 9,41 triliun dan PNBP berupa bea lelang sebesar 221,51 miliar. Tahun 2014 frekuensi lelang sebanyak dengan pokok lelang sebesar Rp9,36 triliun dan PNBP berupa bea lelang sebesar Rp220,72 miliar. Tren Capaian Frekuensi lelang tahun Pokok Lelang (dalam Milyar Rupiah) Target Capaian Tren Capaian Pokok Lelang tahun Pokok Lelang (dalam Milyar Rupiah) Target Capaian Tren Perolehan Bea lelang tahun Bea lelang (dalam Milyar Rupiah) 300,00 200,00 83,8 102,8 100,00 140,7 221,5 220, Target Capaian

24 -19- Dari sektor swasta, pembinaan dan pengawasan oleh DJKN terhadap Balai Lelang dan Pejabat Lelang Kelas II secara aktif dilakukan agar perannya terhadap fungsi penyelenggaraan lelang negara, yakni fungsi privat dapat mendukung upaya DJKN untuk mengembangkan lelang dan menggali potensi lelang dari berbagai sektor. Saat lelang ditinjau dari sisi perdagangan yang dapat digunakan oleh siapapun, baik perorangan maupun badan hukum swasta sebagai sarana dalam melakukan transaksi jual beli aset maupun produknya, peran penting Balai Lelang dan Pejabat lelang kelas II diharapkan dapat mewujudkannya. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2010 s.d. 2014) tren pengajuan permohonan lelang yang diterima oleh Balai Lelang dan Pejabat Lelang Kelas II cenderung meningkat dan telah menunjukkan hasil kinerja yang baik. Kebijakan untuk modernisasi lelang terus dikembangkan DJKN, di antaranya adalah sistem lelang dengan penawaran melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau e-auction. Pada dasarnya langkah tersebut ditempuh oleh DJKN dengan maksud menghadirkan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keamanan dalam setiap pelaksanaan lelang. Peraturan terkait yang telah ditetapkan adalah Peraturan Dirjen Kekayaan Negara Nomor 4/KN/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Lelang Dengan Penawaran Melalui Surat Elektronik ( ) pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang. Pada lelang dengan penawaran melalui , peserta lelang dapat melakukan penawaran hanya dengan memanfaatkan fasilitas TIK, tanpa harus hadir di tempat pelaksanaan lelang. Dengan demikian, hal tersebut diharapkan dapat menghadirkan kemudahan dan kenyamanan bagi peserta lelang untuk melakukan penawaran di manapun berada, serta mampu meningkatkan keamanan saat proses penawaran lelang, dengan meminimalisasi pertemuan tatap muka antar peserta lelang. Sehingga dapat mengurangi peluang intimidasi yang dilakukan oleh pihak yang ingin mengganggu kelancaran pelaksanaan lelang. Dengan adanya keleluasaan bagi para peserta lelang dalam melakukan penawaran, diharapkan optimalisasi capaian hasil lelang dapat terwujud. Pada tahun 2014, telah dilakukan lelang dengan penawaran melalui (closed bidding) oleh 53 KPKNL di seluruh Indonesia dengan melibatkan kemitraan strategis perbankan dengan BNI, Bank Mandiri dan BRI. Untuk action plan berikutnya, DJKN merencanakan untuk melaksanakan lelang dengan penawaran melalui internet. Perbedaan dengan penawaran melalui adalah bahwa dalam lelang melalui internet, peserta lelang dapat melihat setiap penawaran yang diajukan oleh peserta lelang lainnya, dan dimungkinkan

25 -20- bagi peserta lelang untuk melakukan penawaran lebih dari satu kali. Aplikasi penawaran melalui internet saat ini masih dalam tahap quality assurance oleh Pusintek Kemenkeu. Dalam rangka meningkatkan peran dan mutu profesionalisme Pejabat Lelang kelas I DJKN dilakukan dengan pembentukan Jabatan Fungsional Pelelang. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Pelelang, Pejabat lelang pada DJKN menjadi Jabatan Fungsional Pelelang dengan ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang REFORMASI BIROKRASI Sejalan dengan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan, DJKN terus bertekad untuk melakukan penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, dan peningkatan manajemen sumber daya manusia. DJKN secara berkelanjutan juga menyelenggarakan kegiatan sosialisasi program reformasi birokrasi yang diikuti oleh peserta dari seluruh unit vertikal di lingkungan DJKN. Adapun kegiatan yang telah dilakukan sebagai berikut. Penataan Organisasi Penataan organisasi di lingkungan DJKN dilakukan di tingkat pusat dan vertikal DJKN. Semakin beragam dan kompleksnya cakupan core business DJKN perlu didukung penguatan secara kelembagaan dan struktur organisasi yang memadai. Penataan organisasi tidak saja difokuskan pada penambahan unit eselon II, eselon III, eselon IV, dan perubahan nomenklatur, melainkan juga dalam rangka penajaman tugas dan fungsi. Proses penataan organisasi dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pelaksanaan tugas, beban tugas dan potensi yang dihadapi, serta evaluasi atas efektivitas penyelesaian setiap pelaksanaan tugas. Penataan organisasi di lingkungan Kantor Pusat DJKN dilakukan melalui penetapan PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan. Melalui regulasi tersebut, organisasi Kantor Pusat DJKN terdiri dari 1 sekretariat dan 7 direktorat yang merepresentasikan portofolio tugas dan fungsi DJKN yang cukup heterogen. Elaborasi lebih lanjut terkait dengan pembagian tugas antar unit di dalam lingkungan Kantor Pusat DJKN diatur dalam Peraturan Dirjen Kekayaan Negara Nomor Per-03/KN/2011 tentang Pembagian Tugas Pada Kantor Pusat DJKN sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Kekayaan Negara Nomor Per-

26 -21-07/KN/2011. Peraturan di bidang keorganisasian ini menopang berlangsungnya mekanisme kerja yang kolaboratif, harmonis, dan sinergis dalam dinamika perubahan yang cepat dan penuh tantangan. Dalam perkembangan terakhirnya, organisasi dan tata kerja Kementerian Keuangan sendiri telah diganti dengan PMK Nomor 206/PMK.01/2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, kendati tidak ada perubahan signifikan dalam konteks organisasi Kantor Pusat DJKN. Meskipun demikian, saat ini tengah dilakukan pembahasan mendalam termasuk dengan penyusunan naskah akademis, untuk mengusulkan perubahan organisasi di lingkungan Kantor Pusat DJKN agar dapat lebih best fit dengan tuntutan perubahan yang dihadapi. Komunikasi yang intens dilakukan, baik dengan unit internal Kementerian Keuangan dalam hal ini Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan maupun dengan Kementerian PAN dan RB. Sementara itu, penataan organisasi di lingkungan instansi vertikal DJKN ditetapkan melalui PMK Nomor 170/PMK.01/2012 tanggal 6 November 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Dalam peraturan tersebut, organisasi vertikal DJKN terdiri atas 17 (tujuh belas) kantor wilayah dan 85 (delapan puluh lima) Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), di mana tujuh puluh di antaranya telah beroperasi. Salah satu fitur penting dari penataan organisasi ini adalah penambahan fungsi kepatuhan Internal pada Kantor Wilayah (Kanwil) DJKN dan KPKNL. Pada Kanwil, hal ini dilakukan dengan membentuk Bidang Kepatuhan Internal, Hukum dan Informasi (KIHI). Seksi Verifikasi dihapuskan untuk dapat membentuk unit kepatuhan internal di dalam Bidang KIHI. Selain itu, dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas, dilakukan penggabungan seksi pada Bidang Penilaian, Bidang Piutang Negara, dan Bidang Lelang yang semula 3 (tiga) seksi menjadi 2 (dua) seksi. Implikasinya adalah kemunculan unit organisasi baru pada KPKNL yang dilakukan dengan menambah 1 (satu) seksi yaitu Seksi Kepatuhan Internal. Tindak lanjut berikutnya dari penataan organisasi di atas adalah penyusunan konsep uraian jabatan struktural dan pelaksana di lingkungan DJKN. Ini merupakan elemen penting yang berperan sebagai guidance bagi pelaksanaan tugas dalam konteks keorganisasian, terutama karena kita dapat memperoleh gambaran tentang job specification dan job description di dalamnya. Sebagai pedoman bagi pelaksana dalam melaksanakan tugas, telah disusun Uraian Jabatan dengan rincian sebagai berikut.

27 Kantor Pusat DJKN a. Uraian Jabatan Struktural Kantor Pusat DJKN yang ditetapkan melalui KMK Nomor 1559/KM.1/2011 tanggal 29 Desember Jumlah uraian jabatan yang ditetapkan sebanyak 23 uraian jabatan. b. Uraian Jabatan Pelaksana Kantor Pusat DJKN yang ditetapkan melalui KMK Nomor 942/KM.1/2012 tanggal 5 September Jumlah uraian jabatan yang ditetapkan sebanyak uraian jabatan. 2. Instansi vertikal DJKN a. Uraian jabatan struktural instansi vertikal DJKN yang ditetapkan melalui KMK Nomor 598/KM.1/2013 tanggal 30 Agustus Jumlah uraian jabatan yang ditetapkan sebanyak 22 uraian jabatan struktural Kantor Wilayah DJKN dan 8 uraian jabatan struktural KPKNL. b. Uraian jabatan pelaksana instansi vertikal DJKN yang ditetapkan melalui KMK Nomor 725/KM.1/2014 tanggal 8 Oktober Jumlah uraian jabatan yang ditetapkan sebanyak 115 uraian jabatan yang terdiri dari 72 uraian jabatan pelaksana Kantor Wilayah DJKN dan 43 uraian jabatan pelaksana KPKNL. Terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang diharapkan menjadi tonggak reformasi birokrasi bagi pegawai/aparatur pemerintahan turut membawa implikasi perubahan. Di antaranya adalah wacana penggunaan metode FES (Factor Evaluation System) dalam analisis jabatan pegawai. Semua dinamika ini bertujuan untuk menghadirkan struktur, governance atau tata kelola, dan kualifikasi personal yang sanggup membawa pelayanan publik di bidang kekayaan negara ini menjadi lebih baik lagi. Penyempurnaan Proses Bisnis Penyempurnaan proses bisnis difokuskan dan diarahkan pada upaya peningkatan pelayanan publik. DJKN sebagai salah satu unit eselon I di Kementerian Keuangan berusaha mengubah citra dari proses yang cenderung tertutup dan kurang memberi kepastian menuju proses yang pasti pada setiap tahapannya. Sehingga publik mendapat kepastian mengenai waktu, persyaratan administrasi, dan yang paling penting adalah kepastian mengenai biaya yang harus dibayarkan. Untuk merealisasikan hal tersebut, jajaran DJKN telah memiliki SOP yang rinci dan dapat menggambarkan setiap jenis keluaran pekerjaan secara

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5341 KEUANGAN NEGARA. Pertanggungjawaban. APBN 2011. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 178) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SIARAN PERS Terjadi Peningkatan Kualitas dalam Penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga LKPP 2009 Wajar Dengan Pengecualian Jakarta, Selasa (1 Juni 2009) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN KINERJA

LAPORAN CAPAIAN KINERJA LAPORAN CAPAIAN KINERJA UNIT ESELON I : DJKN PERIODE PELAPORAN : SEMESTER I TAHUN No. Realisasi Gap Q2 Smt I Y- Q2 Smt I Y- Q2 Smt I Y- Nilai kekayaan negara 31,00 39,26 105,00 13,62 28,63 28,63-17,38-10,63-76,37

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 4/DPD RI/I/2013-2014 PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu No.1185, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penilaian Kembali BMN. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.06/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KEMBALI

Lebih terperinci

I. UMUM. Saldo...

I. UMUM. Saldo... PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010 I. UMUM Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara/Daerah sebagai kelanjutan dari 3 (tiga) paket Undang-undang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Negara/Daerah sebagai kelanjutan dari 3 (tiga) paket Undang-undang yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 merupakan babak baru dalam sejarah pengelolaan kekayaan Negara Republik Indonesia pada umumnya dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) pada khususnya,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-33.1-/218 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 234/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI TRANSAKSI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 234/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI TRANSAKSI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 of 15 12/22/2015 3:54 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI TRANSAKSI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN, PEMANFAATAN, PENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN BARANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG TENTANG PENENTUAN KUALITAS PIUTANG DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN SOSIALISASI PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Wilayah VIII Direktorat Jenderal

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Wilayah VIII Direktorat Jenderal BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Wilayah VIII Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Bandung Sejak setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, pemerintah telah menggulirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintah dituntut untuk dapat menjalankan

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1792, 2016 KEMENKEU. PPK-BLU Satker. Penetapan. Pencabutan Penerapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180/PMK.05/2016 TENTANG PENETAPAN DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 I. UMUM Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang

Lebih terperinci

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARAA PENGELOLAAN ASET PADAA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGANN BEBAS DAN

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPKNL BANDUNG. Keuangan Nomor : 135/PMK.01/2006 yang diubah terakhir dengan PMK Nomor:

BAB II GAMBARAN UMUM KPKNL BANDUNG. Keuangan Nomor : 135/PMK.01/2006 yang diubah terakhir dengan PMK Nomor: BAB II GAMBARAN UMUM KPKNL BANDUNG 2.1 Sejarah KPKNL Bandung KPKNL Bandung terbentuk sejak tahun 2006 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 135/PMK.01/2006 yang diubah terakhir dengan PMK Nomor: 170/PMK.01/2012

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2016 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PNBP DAN TANTANGAN KEDEPAN

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PNBP DAN TANTANGAN KEDEPAN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN DAN TANTANGAN KEDEPAN JAKARTA, 30 NOVEMBER 2017 Landasan Filosofis Pengelolaan Tujuan negara dalam

Lebih terperinci

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya, Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkat- an efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. dibentuk Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA. dibentuk Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SUMATERA UTARA A. Sejarah Pada tahun 1971 struktur organisasi dan sumber daya manusia Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) tidak mampu menangani

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bab IV Studi Kasus Sebelum melakukan perancangan, akan dipaparkan profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan beserta visi, misi, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, strategi bisnis, strategi TI,

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Revisi dari Divisi Hukum pada Biro Hukum PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan, antara lain, (1) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-33.1-/216 DS2286-196-725-318 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1095, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Instansi Vertikal. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne No.532, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG ' SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 4/PMK.06/2013 ' TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanakan pemerintahan di Indonesia menggunakan sistem pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh Presiden. Presiden

Lebih terperinci

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan 1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal. LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.06/2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI BARANG RAMPASAN NEGARA DAN BARANG GRATIFIKASI DENGAN

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Operasi Keuangan Pemerintah Pusat 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi

Lebih terperinci

Optimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN

Optimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN Optimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN ABSTRAK Berdasarkan hasil pemeriksaan LKPP Tahun 2011, 2012 dan 2013 telah mengungkapkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1252, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengambilalihan. PT. Inalum. Pengakhiran. Penanam Modal. Tata Cara PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.06/2013

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-15.1-/216 DS5272-8985-171-5367 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 No. Urut: 05 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.909, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Barang Milik Negara. Pengelolaan. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan otoritas tunggal (unified supervisory model)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU No.103, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. Pelaksanaan. APBN. Tata Cara. (Penjelesan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Dgchuank.blogspot.com I. PENDAHULUAN Dalam rangka menciptakan suatu sistem perimbangan keuangan yang proporsional, demokratis, adil,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5504 OJK. Pungutan. Kewajiban. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 33) PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARANOMOR : PER-07/KN/2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REKONSILIASI DATA BARANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET EKS KEPABEANAN DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, belum memuat pengaturan penyelesaian pi

2016, No Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, belum memuat pengaturan penyelesaian pi No.147, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Piutang Negara. Optimalisasi. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA OPTIMALISASI

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1728, 2015 KEMENKEU. Anggaran. Bendahara Umum Negara. Pelaksanaan. Pengawasan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 204/PMK.09/2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

2 dengan membentuk penyisihan piutang tidak tertagih dengan terlebih dahulu dilakukan penetapan kualitas piutang; d. bahwa Piutang Eks Badan Penyehata

2 dengan membentuk penyisihan piutang tidak tertagih dengan terlebih dahulu dilakukan penetapan kualitas piutang; d. bahwa Piutang Eks Badan Penyehata No. 992, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Piutang. Tidak Tertagih. BPPN. Pembentukan. Kualitas Penetapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.06/2014 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Akuntansi Investasi Pe

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Akuntansi Investasi Pe No.762, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Sistem Akuntansi Investasi. Pemerintah. Kebijakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1 of 6 21/12/ :38

1 of 6 21/12/ :38 1 of 6 21/12/2015 14:38 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK. 05/2012 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA PADA PETANI PESERTA EKS PROYEK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET EKS KEPABEANAN DAN

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci