UJIAN TENGAH SEMESTER (AT- 6009) PENGELOLAAN AIRTANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJIAN TENGAH SEMESTER (AT- 6009) PENGELOLAAN AIRTANAH"

Transkripsi

1 UJIAN TENGAH SEMESTER (AT- 6009) PENGELOLAAN AIRTANAH Pengelolaan Pencemaran Airtanah The Rocky Mountain Arsenal, Colorado, dengan Pendekatan Hidrogeologi Rekayasa dan Regulasi Indonesia Nama : ARIS RINALDI NIM : Tanggal : 15 Oktober 2016 Program Magister Teknik Airtanah Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung

2 Topik: Ujian Tengah Semester Program Studi Magister Teknik Hidrogeologi Matakuliah : Pengelolaan Airtanah Hari dan Tanggal : Jum at, Waktu : 120 menit + 1 hari Pengelolaan pencemaran airtanah dengan pendekatan Hidrogeologi Rekayasa Tujuan: Melakukan formulasi masalah atau konseptualisasi menjadi proposal solusi; Membuat kerangka kerja penyelesaian masalah. Permasalahan: Permasalahan yang ingin diselesaikan adalah pencemaran airtanah di Rocky Mountain Arsenal. Data atau informasi tentang kondisi di lapangan diberikan dalam file terpisah. Masalah pencemaran airtanah di Rocky Mountain Arsenal digunakan sebagai kasus yang seakan-akan terjadi di Indonesia. Oleh karena itu segala regulasi tentang airtanah yang digunakan adalah regulasi airtanah Indonesia, demikian juga segala macam unit cost yang digunakan mengacu kepada yang ada di Indonesia. Informasi yang dibutuhkan namun belum atau tidak diberikan dalam problem sheet ini dapat ditentukan dan dicari sendiri dari literatur, demikian juga spesifikasi teknis peralatan dan dari studi banding kasus serupa. Tugas dikerjakan di kelas selama 120 menit: Membuat proposal penyelesaian masalah, dengan layout sbb: 1. Latar belakang masalah [Berikan penjelasan pendek tentang apa masalah yang ingin diselesaikan, mengapa harus diselesaikan dan bagaimana konsekuensinya jika tidak diselesaikan]. 2. Formulasi masalah [Berikan uraian, mengapa masalah itu terjadi dan bagaimana cara menyelesaiannya menyangkut strategi, metode, alat analisis yang dipakai, langkah-langkah serta capaian yang ditargetkan]. 3. Metode [Berikan uraian lebih rinci tentang metode yang digunakan, apakah menggunakan sebuah atau beberapa alternatif atau yang lainnya]. Tugas ini dikerjakan dalam kelas dalam 120 menit hari Jum at pukul 09:00-11:00 dan dikerjakan pada kertas folio tidak lebih dari 4 halaman dan dikumpulkan pada hari yang sama. Aris Rinaldi

3 Tugas dikerjakan di rumah, dikumpulkan pada pukul 24:00 4. Kerangka kerja atau frame work, [Berisi struktur, bagian dan komponen serta langkah-langkah solusi masalah. Berikan kerangka kerja sesuai dengan layout berikut, bila perlu menggunakan diagram aliran pemikiran] Sistem [Jelaskan beberapa sistem yang terlibat di dalam masalah ini berkait dengan komponen, fungsi dan interaksi, demikian juga sistem saja mana yang bertindak sbg upper dan lower system] Desain alternatif [Jelaskan ada beberapa alternatif desain solusi, masing-masing berupa sistem kecil dengan proses di dalam sistem, input atau load dan responsnya. Diskripsikan hubungan antara input dan ouput sedapat mungkin secara kuantitatif. Apakah ada intervensi sistem atau tidak. Jelaskan bagaimana mekanisme penerapan manajemen kepada sistem tersebut ] Keputusan pemilihan desain [Jelaskan bagaimana mekanisme pemilihan desain alternatif, demikian pula model pengambilan keputusan dengan rinciannya] Metode pengambilan keputusan [Jelaskan bagaimana keputusan diambil, apakah manual, semi otomatis atau otomatis berikut dengan alasannya] Jenis optimasi [Jelaskan apakah optimasi akan bersifat diskrit atau kontinu, masing-masing dengan jenisnya beserta alasannya] Model matematik optimasi [Jelaskan model matematik berkait dengan optimasi yang dipilih berkait dengan hal berikut: decision variable, objective function,jenis constraint dan constraint function. Barangkali setiap alternatif desain menggunakan jenis dan model matematik optimasi yang berbeda, hal ini dimungkin dan untuk itu harus dijelaskan secara tersendiri] Kendala atau constraint [Jelaskan kriteria yang digunakan sebagai kendala, apakah berupa angka keamanan terhadap aturan, policy, strength of material, resource atau yang lain] Kuantifikasi objective function [Jelaskan rincian dari komponen di dalam objective function yang biasanya terkait dengan time value of money dalam engineering economics, rincian benefit berupa saja,rincian cost berupa apa saja, cash flow dengan prinsip NPV (net present value) dan rincian cost of failure berupa apa saja] Failure analysis [jelaskan bagian atau komponen apa saja yang harus dilakukan failure analysis yang menghasilkan resiko atau failure risk. Selanjutnya jelaskan uncertainty apa saja yang terkait dengan sistem dan bagaimana uncertainty di-generate. Selanjutnya jelaskan hubungan antara uncertainty-simulation-risk (probability of failure)- reliability]. Tugas UTS take home test ini dapat dibuat dalam bentuk softcopy dan disarankan juga dilengkapi diagram alir yang sistematik agar mudah dievaluasi. Kerangka kerja ini kemudian dikirim ke pada hari Sabtu sebelum jam 24:00 atau hari Minggu sebelum 00:00. Kerangka kerja yang anda buat akan digunakan sebagai tugas dalam rangka menyelesaikan masalah pencemaran airtanah di Rocky Mountain Arsenal dan dipresentasikan dalam rangka UAS AT6009 pada bulan Desember Selamat bekerja, hindari sebanyak mungkin kesamaan dengan teman. Bandung, LEW Aris Rinaldi

4 Jawaban : Tahun Sejarah Kontaminasi The Rocky Mountain Arsenal Penjelasan 1942 The Rocky Mountain Arsenal beroperasi dengan kegiatan utama manufaktur dan proses produk perang berbahan kimia dan pestisida. Operasi ini menghasilkan limbah cair yang mengandung kimia organik dan anorganik kompleks, mengandung konsentrasi chloride dengan karakteristik tinggi = 5000 mg/l Asumsi bahwa kontaminasi pertama kali terjadi Periode limbah cair disalurkan ke disposal utama (pond A), limpahan (overflow discharges) disalurkan ke pond lainya yaitu pond B,C,D, dan E Periode area yang mungkin dialiri dan telah dipetakan dengan fotografi udara, yang tersedia dalam 20 set dari berbagai derajat/tingkatan Periode pengamatan kerusakan tanaman yang dialiri airtanah dangkal Pelaporan kerusakan tanaman yang lebih parah, ketika curah hujan tahunan satu setengah kali dari curah hujan normal dan air yang digunakan lebih banyak dari biasanya. Dilakukan studi investigasi dan penelitian untuk menentukan penyebab kerusakan dan bagaimana mencegahnya. Dari data yang dihasilkan, menunjukkan limbah cair merembes keluar dari pond, infiltrasi ke dasar akuifer dan migrasi mengikuti aliran airtanah menuju South Platte River Dibangun lebih dari 100 sumur pantau dan lubang uji untuk memonitor perubahan muka airtanah dan kualitas air di akuifer aluvial Periode pengumpulan data dimana kontaminasi airtanah utama melampaui batas barat laut dari Arsenal dan kontaminasi airtanah sekunder melampaui batas utara. Luas area kontaminasi telah dihitung berdasarkan konsentrasi chloride di sumur, dengan range normal mg/l hingga 5000 mg/l Periode penyajian peta kontur airtanah secara umum yang mana menunjukkan bahwa tidak adanya akuifer aluvial aku atau sebagian besar waktu tidak jenuh. Dilakukan juga observasi terhadap konfigurasi air tanah Dilakukan tindakan pencegahan migrasi kontaminan tambahan terhadap akuifer dengan membuat evaporation pond (reservoir F) dengan lapisan aspal yang menahan semua limbah cair lanjutan Periode munculnya klaim baru bahwa terjadi kerusakan tanaman dan hewan ternak yang disebabkan oleh percemaran airtanah di gudang ( Arsenal) Dari pengumpulan data, menunjukkan adanya diisopropylmethylphosphonate (DIMP) dengan konsentrasi di ambang batas serta ada kontaminan lainnya yaitu dicyclopentadiene(dcpd), endrin, aldrin, and dieldrin. Aris Rinaldi

5 1977 Kalibrasi terhadap model transportasi zat terlarut (solute transport model) dilakukan dalam rentang waktu , dengan 4 tahapan : 1. Perbandingan dengan konsentrasi chloride pengamatan tahun 1972 Dilakukan kalibrasi dari model transportasi zat terlarut (solute transport model), dengan membandingkan hasil komputansi dengan hasil pengamatan konsentrasi chloride tahun Data : porositas efektif φ e = 0.3, dispersivitas transverse α T = 100 ft (30 m), konsentrasi awal chloride := 40 mg/l. Model transportasi zat (solute transport model) terlarut dijalankan selama 14 tahun ( ). 2. Perbandingan dengan konsentrasi chloride pengamatan tahun 1961 Sejak 1956, disposal area pada area reservoir F yang dilapisi aspal untuk mengeliminasi sumber utama dari kontaminan Kalibrasi dari model transportasi zat terlarut (solute transport model), dengan membandingkan hasil komputansi dengan hasil pengamatan konsentrasi chloride tahun Aris Rinaldi

6 3. Perbandingan dengan konsentrasi chloride pengamatan tahun 1969 Data yang tersedia menunjukkan bahwa recharge akuifer relatif rendah dari tahun , data yang dikumpulkan pada awal 1969 menunjukkan terjadinya penurunan signifikan yang lebih lanjut pada keseluruhan area yang terdampak. Aliran air kontaminan terus bermigrasi turun, konsentrasi chloride berkurang oleh dispersi dan dilusi. Konsentrasi chloride > 1000 mg/l terbatas pada daerah yang terisolasi. Model transportasi zat terlarut yang diamati selam periode ini memiliki perbandingan cukup baik dengan data pengamatan. 4. Perbandingan dengan konsentrasi chloride Pengamatan tahun 1972 Kolam C dipertahankan pada kondisi penuh sepanjang waktu oleh dispersi air dari reservoir air tawar menuju selatan. Kontaminan > 1000mg/L terbatas hanya pada bagian kecil dari zona kontaminasi utama akibat konduktivitas hidrolik dan alirain air yang kecil. Konsentrasi chloride hampir pada level normal di tengah area terdampak. Setelah simulasi dalam rentang periode 30 tahun, model mengindetifikasi : 1. Dua area masih terdapat konsentrasi chloride yang tinggi. 2. Pengurangan dalam hal ukuran dan kekuatan dari kontaminasi. 3. Pengurangan signifikan konsentrasi chloride di tengah zona terdampak. Setelah Prediksi dan analisa model dengan tujuan : 1. Mengisolasi efek dari perhitungan sebelumnya. 2. Mengevaluasi penyebab masalah ini dan masalah yang berulang. 3. Memprediksi konsentrasi masa depan di bawah berbagai macam asumsi (decision analysis). Aris Rinaldi

7 Hujan The Rocky Mountain Arsenal Menghasilkan limbah cair Complex organic chemicals Complex inorganic chemcals PROBLEM Pond A Pond B Pond C Pond D Pond E 2 Menimbulkan pencemaran 3 Air permukaan 4,5,6 7 Airtanah permukaan 4,5,6 7 Airtanah dalam Kerusakan tanaman, hewan dan kualitas air bersih Kontaminasi Lanjutan : DIMP, DPCP, Edrin dll Perumusan dan batasan masalah Tujuan PLAN Plan Model observasi Model konseptual : 2D/3D Field investigation data DO Model uji fisik laboratorium Model analitik matematik (Persamaan imbuhan) Geological uncertainty data Hydarulic conductivity uncertainty data Contaminant uncertainty data Model simulasi numerik (Metoda beda hingga, implisit) Hydrogeological simulation model Contaminant simulation model Kalibrasi model uji fisik Kalibrasi model numerik Konvergensi Remediation simulation model Constrain Objective function Decision variable Perbandingan model Optimization model Decision model CHECK ACTION Engineering reliability model simulation model Aris Rinaldi

8 Keterangan Nomer Gambar 1 : Presipitasi 2 : Oveflow 3 : Infiltrasi 4 : Adveksi 5 : Dispersi 6 : Dilusi 7 : Pemompaan (pumping) Dari penjelasan sejarah kontaminasi dan kerangka kerja (frame work) di atas, kita dapat mendiskripsikan jawaban atas persoalan latar belakang masalah, formulasi masalah, metode penyelesaian masalah dan kerangka kerja The Rocky Mountain Arsenal. 1. Latar Belakang Masalah yang ingin diselesaikan adalah kontaminasi/pencemaran air permukaan dan air tanah akibat limbah cair yang dihasilkan oleh The Rocky Mountain Arsenal. Permasalahan ini harus direduksi ataupun dicarikan solusinya karena limbah cair tersebut mengandung senyawa kimia organik dan anorganik kompleks di atas ambang rata-rata normal, seperti : Konsentrasi chloride yang sangat tinggi, mencapai 5000 mg/l. Konsentrasi diisopropymethylphosphonate (DIMP) yang kadarnya kali lebih tinggi dari ambang batas normal, yaitu mencapai 48 ppm. Pencemaran oleh kontaminan lain seperti dicyclopentadiene (DCPD), edrin, aldrin dan dieldrin Adapun pencermaran tersebut menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian, hewan ternak dan tercemarnya kualitas air bersih sehingga perlu dilakukan prediksi dan analisis untuk : 1. Mengisolasi efek dari perhitungan sebelumnya. 2. Mengevaluasi penyebab masalah ini dan masalah yang berulang. 3. Memprediksi konsentrasi masa depan di bawah berbagai macam asumsi (decision analysis). Jika permasalahan ini tidak direduksi ataupun diselesaikan dengan segera maka akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah pada tanaman pertanian, hewan ternak dan kualitas air bersih akibat migrasi zat pencermar yang tidak terkontrol dengan baik. Hal ini nantinya akan menimbulkan permasalahan lain seperti : Kesehatan : penyakit dan kematian pada hewan dan manusia, menurunnya kualitas hidup sehat masyarakat sekitar. Aris Rinaldi

9 Sosial Budaya : demonstrasi masyarakat sekitar menuntut ganti rugi akibat kerusakan pada tanaman pertanian dan hewan ternak Ekonomi : kerugian ekonomi masyarakat dan perusahaan akibat kerusakan pada tanaman pertanian dan hewan ternak Hukum : legalitas operasi perusahaan, pelanggaran aturan terkait buangan limbah cair di atas ambang batas. 2. Formulasi Masalah Formulasi masalah telah dijelaskan dalam sejarah kontaminasi dan kerangka kerja (frame work) The Rocky Mountain Arsenal dimana terdapat dua phase pencemaran yaitu : 1. Tahun = kontaminasi awal akibat tingginya kadar chloride yang mencapai 5000 mg/l. 2. Tahun 1975 = munculnya klaim kontaminasi baru yaitu kontaminasi senyawa diisopropymethylphosphonate (DIMP) yang kadarnya kali lebih tinggi dari ambang batas normal, yaitu mencapai 48 ppm serta kontaminan lain seperti dicyclopentadiene (DCPD), edrin, aldrin dan dieldrin. Kontaminasi terjadi akibat mengalirnya kontaminan pada air permukaan dan air bawah tanah melalui beberapa proses seperti presipitasi yang tinggi, overflow zat tercemar dari ponds, proses infiltrasi, migrasi zat pencemar melalui proses adveksi, dispersi, dilusi serta pemompaan airtanah untuk kebutuhan pengairan lahan pertanian maupun hewan ternak. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka dilakukan tindakan sebagai berikut: a. Strategi - Menetapkan rumusan dan batasan masalah yang akan diselesaikan. - Menetapkan tujuan baik kualitatif (goals) maupun kuantitatif (objective). - Melakukan perencanaan engineering system dengan konsep Problem Plan Do Check - Action (P2DCA). b. Metode Dengan menggunakan metode manual melalui uji fisik laboratorium serta metode komputansi secara kontinyu. c. Alat Analisis Metode manual : mengambil sampel kontaminan lalu dilakukan pengujian fisik kadar zat tercemar di laboratorium. Metode komputansi : metode beda hingga dengan menggunakan software visual Modflow. Dari kedua metode tersebut dilakukan optimasi sistem dan monetering sistem Aris Rinaldi

10 d. Langkah-langkah UTS AT Pengelolaan Airtanah Langkah-langkah telah dijabarkan secara detail pada kerangka kerja (frame work) The Rocky Mountain Arsenal. e. Capaian yang ditargetkan yaitu : 1. Mengisolasi efek dari perhitungan sebelumnya. 2. Mengevaluasi penyebab masalah ini dan masalah yang berulang. 3. Memprediksi konsentrasi masa depan di bawah berbagai macam asumsi (decision analysis). 3. Metode Ada dua metode yang digunakan untuk memodelkan kontaminan yaitu : 1. Metode manual (Stokastik) Dengan melakukan pengambilan sampel zat pencemar pada area terdampak dan dilakukan pengujian fisik di laboatorium. Dari hasil uji lab, didapat hasil kadar kontaminan yang nantinya diformulasikan dengan menggunakan persamaan analitik matematik, berupa persamaan aliran airtanah dan transportasi zat pencemar, guna didapatkan pola dan luasan migrasi zat pencemaran padan area terdampak. Dari hasil perhitungan tersebut dilakukan perbandingan model dan optimasi model guna didapat decision yang terbaik. 2. Metoda komputansi (Kontinyu) Dengan menggunakan simulasi numerik metoda beda hingga secara implisit dengan software visual Modflow. Optimasi yang didapatkan berupa optimasi secara otomatis berulang (global solution). 4 Kerangka Kerja 4.1 Sistem Adapun sistem yang terlibat dalam permasalahan ini adalah : 1. Sistem akuifer bebas : minimal terdiri dari 3 lapisan yaitu 1 lapisan akuifer, 2 lapisan akuiklud dan terdapat air. 2. Sistem sumber daya air (water resource) : yang terdiri dari sistem air permukaan, sistem airtanah permukaan dan sistem airtanah. 3. Sistem akuifer aluvial : terdiri dari lapisan lempung, pasir dan kerikil dan terdapat air dalam jumlah yang besar. Sistem yang bertindak sebagai upper system adalah sistem air permukaan Sistem yang bertindak sebagai lower system adalah sistem airtanah Aris Rinaldi

11 4.2 Desain Alternatif Gambar 2 : skema desain alternatif Pada gambar 2 di atas, terdapat decision suport system dengan optimasi yang mempertimbangkan objective function, decision variable dan constraints. Skema input/load data dan respon dideskripsikan pada kerangka kerja The Rocky Mountain Arsenal dengan mennggunakan konsep groundwater management : Problem Plan Do Check - Action Adapun general data input untuk desain alternatif solusi yaitu : Aquifer Properties : 1. Transmissivity = in active cell 2. Storage Coefficient = 0 3. Saturated Thickness = 18 M 4. Effective Porosity = Dispersivity = 30 Aris Rinaldi

12 6. Boundaries = No Flow, Constant Head, Constant Flux 7. Initial Chloride Concentration = 40 mg/l. Aquifer Stresses : 1. Groundwater Withdrawal = 0.11 m/yr 2. Irrigation Recharge = 0.58 m/yr 3. Canal Leakage = 0.72 m/yr Beberapa alternatif desain solusi yaitu : 1. Membuat evaporation pond (reservoir F) dengan lapisan aspal guna menahan migrasi semua limbah cair lanjutan. 2. Membuat skema pengoperasian disposal pond seperti tabel berikut : Gambar 3 : skema pengoperasian disposal ponds 3. Membuat desain remediasi airtanah dengan cara memasang 3 buah pompa dengan kapasitas pemompaan 1500 m 3 /hari. Pemompaan dilakukan dari tahun ke-14 hingga tahun ke-50. Hasil pemompaan dimasukkan/disalurkan dalam sebuah leachate collection system. Aris Rinaldi

13 4.3 Keputusan Pemilihan Desain Pemilihan desain didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi, dari tiga desain alternatif yang ada dilakukan pemilihan desain dengan pertimbangan berikut : 1. Desain alternatif solusi satu : Evaporation Pond (Reservoir F) Desain solusi ini bertujuan untuk mencegah migrasi lanjutan kontaminan terhadap sistem akuifer dengan membuat evaporation pond (reservoir F) yang dilapisi oleh aspal. Desain ini baik untuk mencegah kontaminan lanjutan akan tetapi tidak dapat mereduksi kontaminan yang sudah terlanjur terdispersi di dalam sistem airtanah. 2. Desain alternatif solusi dua : Skema Pengoperasian Disposal Ponds Desain solusi ini bertujuan untuk meminimalisir overflow zat pencemar. Desain ini juga baik untuk mencegah migrasi kontaminan akan tetapi tidak dapat mereduksi kontaminan yang sudah terlanjur migrasi di dalam sistem airtanah. 3. Desain alternatif solusi tiga : Remediasi dengan Pemompaan Desain solusi ini merupakan solusi yang akan dipakai dengan pertimbanga bahwa desain ini dianggap mampu mereduksi konsentrasi zat pencemar di dalam sistem airtanah. Hasil remediasi disalurkan dalam sebuah leachate collection system. Desain ini juga memenuhi aspek teknis dan ekonomi serta aspek lainnya : Aspek teknis : mampu mereduksi zat pencemar yang terlanjur migrasi di dalam sistem airtanah sehingga dapat mengembalikan area tedampak pada kondisi awal. Aspek ekonomi : dalam jangka panjang dapat mengurangi beban pengeluaran perusahaan terkait ganti rugi akibat kerusakan yang diakibatkan oleh pencemaran limbah cair Aspek hukum : meminimalisir gugatan hukum akibat kerusakan yang disebabkan oleh pencemaran limbar cair. Desain solusi remediasi airtanah dengan cara memasang tiga buah pompa dengan kapasitas pemompaan 1500 m 3 /hari. Pemompaan dilakukan dari tahun ke-14 hingga tahun ke 50. Hasil remediasi memperlihatkan bahwa kontaminan tersisa hanya di dekat daerah disposal ponds dengan konsentrasi tertinggi 500 mg/l (terisoloasi pada daerah terdampak tertentu). Hasil pemompaan disalurkan ke dalam sebuah leachate collection system untuk fasilitas remediasi airtanah. Gambar berikut akan menjelaskan proses remediasi airtanah dalam rentang waktu tertentu. Aris Rinaldi

14 Gambar 4 : Sebaran kontaminan tahun ke-14 Pada gambar empat ini diperlihatkan migrasi/ sebaran kontaminan mengikuti aliran airtanah dari selatan menuju utara. Berdasarkan topografinya, daerah dengan elevasi tertinggi terletak pada daerah bagian utara Rocky Mountain. Aris Rinaldi

15 Gambar 5 : hasil remediasi tahun ke-18 Pada gambar lima ini, terlihat bahwa terjadi pengenceran konsentrasi kontaminan yang dapat dilihat dari sebaran warna kontaminan. Sebagian wilayah di dekat daerah disposal ponds telah bersih dari kontaminan yang diperlihatkan dengan warna putih pada gambar di atas. Aris Rinaldi

16 Gambar 6 : hasil remediasi tahun ke-25 Pada gambar ini dapat dilihat bahwa penyebaran kontaminan dengan penurunan konsentrasi, hanya disposal ponds yang menunjukkan kandungan chloride yang tinggi (terisolasi pada daerah tertentu). Aris Rinaldi

17 Gambar 7 : hasil remediasi tahun ke-30 Pada gambar ini dapat dilihat bahwa terdapat daerah yang bersih dari kontaminan. Bagian yang berwarna putih sebagai daerah telah bersih dari kontaminan. Aris Rinaldi

18 Gambar 8: hasil remediasi tahun ke-40 Pada gambar ini dapat dilihat bahwa remediasi kontaminan menunjukkan hasil yang signifikan, hanya sedikit kontaminan yang tersisa di bagian utara daerah penelitian. Aris Rinaldi

19 Gambar 9. Hasil Remediasi tahun Ke 50 Pada gambar ini dapat dilihat bahwa pada tahun ke-50 daerah yang telah terkontaminasi telah bersih, konsentrasi chloride yang tinggi hanya berada pada daerah disposal ponds, dengan konsentrasi 500 ppm. 4.4 Metode pengambilan keputusan Pengambilan keputusan teknis dilakukan secara otomatis dengan menggunakan software visual Modflow. Dilakukan perbandingan model observasi uji lab dengan model simulasi numerik lalu dilakukan optimasi dengan mempertimbangkan aspek reliabilitas dan ekonomi serta pertimbangan objective function, decision variable dan constrain sehingga keputsusan akhir cenderung semi-otomatis. Aris Rinaldi

20 4.5 Jenis Optimasi Model observasi uji fisik laboratorium merupakan optimasi diskrit dimana nilai solusi terbatas pada nilai-nilai tertentu sementara model simulasi numerik merupakan optimasi kontinyu (fully digitized) dimana penyelesaian solusi tidak terbatas (global solution). 4.6 Model Matematik Optimasi 1. Persamaan laju infiltrasi (infiltration rate) 1.1 Persamaan Green-Ampt Metode infiltrasi Green-Ampt memperhitungkan banyak variable dari metode lainnya seperti hukum Darcy. Metode ini merupakan sebuah fungsi dari soil suction head, porositas, konduktivitas hidrolik dan waktu. F ( t) F t (4.1) df Kdt 0 F 0 Dimana : = wetting front soil suction head θ = kadar air K = konduktivitas hidrolik F = kapasitas infiltrasi Lalu diintegrasi, untuk memudahkan dalam menyelesaikan perhitungan kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi. Persamaan kumulatif infiltrasi Green-Ampt. F( t) F( t) Kt 1 Persamaan laju infiltrasi Green-Ampt. f ( t) K 1 F( t) 1.2 Persamaan Horton (4.2) (4.3) Persamaan ini merupakan sebuah formula rumus yang menyatakan bahwa permulaan infiltrasi pada laju constant, f 0, dan mengalami penurunan secara eksponesial dalam selang waktu,t. Setelah beberapa waktu ketika level saturasi tanah mencapai sebuah nilai tertentu, laju infiltrasi akan berhenti pada laju f c. Adapun persamaan rumus kumulatif infiltrasi dan laju infiltrasi Horton adalah sebagai berikut : Dimana : F t f t f t = laju infiltrasi pada selang waktu t; f t c ( f 0 f c kt f f f ) e c k ( 0 ) (1 e c kt ) (4.4) (4.5) Aris Rinaldi

21 f 0 = laju infiltrasi awal atau laju infiltrasi maksimum; f e = laju infiltrasi setimbanga atau konstan setelah tanah sedang/sudah jenuh atau laju infiltrasi minimum; k = spesifik konstan kehilangan ke tanah 1.3 Persamaan Kostiakov Dinamakan sesuai nama penemunya, Kostiakov. Persamaan ini merupakan sebuah persamaan empiris yang mengasumsikan bahwa laju masuk menurun sampai akhir waktu yang mangacu pada fungsi power. a1 f ( t) akt (4.6) Dimana α dan k adalah parameter empiris. Persamaan di atas dimodifikasi menjadi Kostiakov-Lewis variant, yang dikenal juga dengan Modified Kostiakov, yang mengkoreksi persamaan Kostiakov dengan menambahkan sebuah syarat masuk secara terus-menerus kepada persamaan Kostiakov. Adapun modifikasi persamaanya, untuk laju infiltrasi : a1 f ( t) akt f (4.7) Dan untuk kumulatif infiltrasi a F( t) kt f 0 t 0 (4.8) Dimana : f 0 merupakan perkiraan/rata-rata, tidak perlu menyamakan dengan infiltrasi final pada tanah. 2. Persamaan Transpor Zat Pencemar (solute transport equation) Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan transportasi dua dimensi dan dispersi dari spesies kimia terlarut diberikan dalam mengalir air tanah berasal oleh Reddell dan Sunada (1970), Bear ( 1972), dan Bredehoeft dan Finder ( 1973) dan dapat ditulis sebagai: Aris Rinaldi

22 3. Hukum Kekekalan Massa Dengan asumsi laju peningkatan massa dalam elemen fluida adalah sama dengan laju aliran massa yang memasuki element tersebut maka laju peningkatan dapat diselesaikan dengan persamaan berikut ini : Atau xyz ( ) t xyz t (4.9) m in m out m system (kg/s) (4.10) 4.7 Kendala (Constraint) Gambar 10. Constraint Adapun kriteria yang digunakan sebagai kendala (constraint) yaitu : 1. Strenght of material : berupa nilai K,S, T 2. Regulasi : terkait dengan aturan dan stadart ambang batas zat pencemar, cekungan airtanah dan lainnya, yang dikeluarkan oleh pemerinrtah yaitu berupa : UU 11/1974, UU No.7/2004 SDA, Kepmen /2000, PP No. 43/ Resources : alokasi resource agar efesien dan efektif. 4.8 Kualifikasi Objective function Rincian dari komponen dalam objective function disajikan pada gambar 10, dapat dilihat bahwa terdapat dua aspek utama yang mempengaruhi objective function yaitu aspek teknis dan ekonomi. Adapun rinciannya : Benefit : perhitungan benefit berupa jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek preventif dengan membuat evaporation ponds sementara jangka panjang kuratif dengan remediasi pemompaan kontaminan. Aris Rinaldi

23 Cost : pembuatan evaporation ponds, foto udara daerah terdampak, pembuatan sumur observasi dan lubang tes, pengujian kimia kontaminan (lab scale), pemompaan kontaminan dan lainnya. Gambar 10. Objective function NPV (net present value) : berkaitan dengan resiko dari sebuah biaya kegagalan yang sangat mungkin terjadi pada beberapa tahun pertama setelah peristiwa kontaminasi atau tidak terjadi kegagalan sama sekali. Rincian cost of failure-nya berupa : probabilitas gagal (probality of failure), kehandalan (reliability) dan juga fungsi utilitas (utility function). 4.9 Failure analysis Komponen yang perlu dilakukan failure analysis yaitu aspek teknis yang berkaitan dengan probability of failure dari sebuah desain engineering ( skema alur gambar 10) yang menghasilkan resiko. Uncertainty yang terkait dengan sistem yaitu : geological uncertainty data, hydraulic conductivity uncertainty data dan contaminant uncertainty data. Uncertainty di-generate dengan menggunakan model simulasi numerik dengan software visual Modflow (metode beda hingga). Uncertainty-simulation-risk-reliability memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam sebuah engineering system (seperti skema alur gambar 10). Probability of failure merupakan kemungkinan kegagalan dari sebuah model dan di lain pihak merupakan peluang keandalan (reliability) dari sebuah model tersebut. Probabilitas tersebut erat kaitannya dengan resiko, dan resiko merupakan sebuah ketidakpastian (uncertainty). Aris Rinaldi

24 UTS AT6009 Pengelolaan Airtanah REFERENSI Batu, Vedat (2006). Applied Flow and Solute Transport Modeling in Aquifers : Fundamental Principles and Analytical and Numerical Methods. CRC Press. USA Freeze, R.A et all (1991). Hydrogeological Decision Analysis : 1. A Framework. USA. ogical_decison_analysis/index.html Massmann, J et all (1991). Hydrogeological Decision Analysis : 2. Application to Ground Water Contamination. USA. Rinaldi, A dan Febrina, R (2106). Re-Modeling Solute Transport and Design of Groundwater Remediation at The Rocky Mountain Arsenal, Colorado. Bandung. Indonesia. [Online] Available at : Modeling_Solute_Transport_and_Design_of_Groundwater_Remediation_at_Th e_rocky_mountain_arsenal_colorado, DOI : /RG [Accessed 14 Okt. 2016]. Sperling, T et all (1991). Hydrogeological Decision Analysis : 3. Application to Design of a Groundwater Control System at an Open Pit Mine. USA. Widodo, L.E (2016). Slide Kuliah AT6009-Pengelolaan Airtanah. Bandung. Indonesia. Aris Rinaldi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, pendekatan wilayah merupakan alternatif lain dari pendekatan sektoral yang keduanya bisa saling melengkapi. Kelebihan pendekatan wilayah

Lebih terperinci

Analisis Keputusan Hidrogeologi : Optimasi Sump pada Sistem Tambang Terbuka. Hydrogeological Decision Analysis : Sump Optimization at an Open Pit Mine

Analisis Keputusan Hidrogeologi : Optimasi Sump pada Sistem Tambang Terbuka. Hydrogeological Decision Analysis : Sump Optimization at an Open Pit Mine Analisis Keputusan Hidrogeologi : Optimasi Sump pada Sistem Tambang Terbuka Hydrogeological Decision Analysis : Sump Optimization at an Open Pit Mine Aris Rinaldi Program Studi Teknik Airtanah, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

Pascalia Vinca Alvando 1* Achmad Darul 2 Dasapta Erwin Irawan 3 1. Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi dan Sains Bandung 2

Pascalia Vinca Alvando 1* Achmad Darul 2 Dasapta Erwin Irawan 3 1. Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi dan Sains Bandung 2 PEMODELAN DAMPAK PEMASANGAN INCLINED DRAIN HOLE PADA WALL PIT PT XXX TERHADAP PENURUNAN MUKA AIRTANAH Pascalia Vinca Alvando 1* Achmad Darul 2 Dasapta Erwin Irawan 3 1 Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Metropolitan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan pusat pemerintahan dengan berbagai kegiatan sosial, politik, kebudayaan maupun pembangunan.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10. ALIRAN AIR TANAH DAN TRANSPORT LARUTAN

PERTEMUAN 10. ALIRAN AIR TANAH DAN TRANSPORT LARUTAN PERTEMUAN 10. ALIRAN AIR TANAH DAN TRANSPORT LARUTAN Kelompok Praktikum : Anggota Kelompok NIM 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lokasi Praktikum: Waktu Praktikum: Tanggal: Pukul: Dosen Praktikum: DESKRIPSI MATERI Polusi

Lebih terperinci

INFILTRASI. Infiltrasi adalah.

INFILTRASI. Infiltrasi adalah. INFILTRASI REKAYASA HIDROLOGI Universitas Indo Global Mandiri Infiltrasi adalah. Infiltrasi adalah proses air masuk (penetrating) ke dalam tanah. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Maksud Dan Tujuan... 2 1.2.1 Maksud...

Lebih terperinci

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi 1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan

Lebih terperinci

Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer

Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer Hertalina Kilay 1,a) dan Acep Purqon 2,b) 1 Program Studi Magister Sains Komputasi, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi air di bumi terdiri atas 97,2% air laut, 2,14% berupa es di kutub, airtanah dengan kedalaman 4.000 meter sejumlah 0,61%, dan 0,0015% air pemukaan (Fetter, 2000).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

Week 8 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

Week 8 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Week 8 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Reference: 1.Geological structures materials 2.Weight & Sonderegger, 2007, Manual of Applied Field Hydrogeology, McGraw-Hill online books 3.Mandel & Shiftan,

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pemodelan Plume Pencemaran Air Tanah Bebas dengan Menggunakan Software Visual Modflow di TPA Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kabupaten Bandung Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK PADA ALIRAN AIR TANAH MENGGUNAKAN COLLOCATION FINITE ELEMENT METHOD

SIMULASI NUMERIK PADA ALIRAN AIR TANAH MENGGUNAKAN COLLOCATION FINITE ELEMENT METHOD E-Jurnal Matematika, Vol. 7 (1), Januari 2018, pp.5-10 DOI: https://doi.org/10.24843/mtk.2018.v07.i01.p177 ISSN: 2303-1751 SIMULASI NUMERIK PADA ALIRAN AIR TANAH MENGGUNAKAN COLLOCATION FINITE ELEMENT

Lebih terperinci

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH Oleh : Budi Islam, Nendaryono, Fauzan, Hendro Supangkat,EkoPujianto, Suhendar, Iis Hayati, Rakhmanudin, Welly Gatsmir, Jajat

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 TINJAUAN UMUM Tahapan simulasi pada pengembangan solusi numerik dari model adveksidispersi dilakukan untuk tujuan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Secara umum airtanah merupakan sumber air yang sangat baik digunakan untuk kebutuhan manusia sehari-hari, karena airtanah lebih aman dibandingkan dengan air permukaan.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan,

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar masuk ke sungai dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung pada bulan Juli - September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDA

BAB VI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDA BAB VI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDA Sub Kompetensi Pengenalan dan pemahaman tahapan perencanaan sumberdaya air terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. Sub Pokok Bahasan: Pendahuluan Konsep Pengelolaan

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA

POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA HENDRA WAHYUDI Dosen Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura telah diresmikan oleh bapak presiden, pada

Lebih terperinci

BAB-4. METODE PENELITIAN

BAB-4. METODE PENELITIAN BAB-4. METODE PENELITIAN 4.1. Bahan Penelitian Untuk keperluan kalibrasi dan verifikasi model numerik yang dibuat, dibutuhkan data-data tentang pola penyebaran polutan dalam air. Ada beberapa peneliti

Lebih terperinci

Pengantar Riset Operasi. Riset Operasi Minggu 1 (pertemuan 1) ARDANESWARI D.P.C., STP, MP

Pengantar Riset Operasi. Riset Operasi Minggu 1 (pertemuan 1) ARDANESWARI D.P.C., STP, MP Pengantar Riset Operasi Riset Operasi Minggu 1 (pertemuan 1) ARDANESWARI D.P.C., STP, MP 1 Kontrak Perkuliahan Keterlambatan 15 menit Mengoperasikan HP dan sejenisnya : di luar kelas Mengerjakan laporan/tugas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang...1 B Rumusan Masalah...6 C Tujuan Penelitian...6 D Manfaat Penelitian...7

Lebih terperinci

Optimasi Metode Jaringan Syaraf Tiruan pada Pemodelan Salinitas Air Tanah

Optimasi Metode Jaringan Syaraf Tiruan pada Pemodelan Salinitas Air Tanah Optimasi Metode Jaringan Syaraf Tiruan pada Pemodelan Salinitas Air Tanah Risa Rezki Permatasari1,a), Acep Purqon1,b) 1 Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika dan Sistem Kompleks, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan, 2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan zat yang sangat penting bagi manusia. Salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah air tanah, baik untuk

Lebih terperinci

PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS. Oleh HOBBY PARHUSIP NIM :

PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS. Oleh HOBBY PARHUSIP NIM : PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS Oleh HOBBY PARHUSIP NIM : 250 99 049 MAGISTER TEKNIK SIPIL PENGUTAMAAN REKAYASA SUMBERDAYA AIR PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar masuk ke sungai dan

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS

LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS Latar Belakang Pelayanan terpusat di satu tempat Antrian pemohon SIM yg cukup panjang (bottleneck) Loket berjauhan Sumber daya terbatas Lamanya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK Tujuan utama dari pemanfaatan air tanah adalah sebagai cadangan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih jika air permukaan sudah tidak memungkinkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS EVALUASI POTENSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sumberdaya

Lebih terperinci

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda Ahli Hidrogeologi Muda Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda Sub Kompetensi 1. Mampu melakukan inventarisasi dan penyusunan data base air tanah

Lebih terperinci

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH DR. Heru Hendrayana Geological Engineering, Faculty of Engineering Gadjah Mada University Perrnasalahan utama sumberdaya air di Indonesia Bank data (kelengkapan(

Lebih terperinci

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA oleh : Arianto 3107 205 714 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km 2. Potensi air permukaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bumi, air yang berada di wilayah jenuh di bawah air permukaan tanah secara global, kira-kira sejumlah 1,3 1,4 milyard km3 air: 97,5 % adalah airlaut 1,75 % berbentuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENGELOLAAN AIRTANAH DENGAN TEORI PERMAINAN (Studi Kasus Cekungan Air Tanah Salatiga) TESIS

PENGEMBANGAN METODE PENGELOLAAN AIRTANAH DENGAN TEORI PERMAINAN (Studi Kasus Cekungan Air Tanah Salatiga) TESIS PENGEMBANGAN METODE PENGELOLAAN AIRTANAH DENGAN TEORI PERMAINAN (Studi Kasus Cekungan Air Tanah Salatiga) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk Daerah Irigasi Banjaran meliputi Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Selatan,

Lebih terperinci

KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN

KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan manusia di segala sektor pasti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari baik penduduk, pertanian, industri dan lain-lain.

I. PENDAHULUAN. pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari baik penduduk, pertanian, industri dan lain-lain. 14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air tanah merupakan salah satu sumberdaya alam yang dimanfaatkan sebagai pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari baik penduduk, pertanian, industri dan lain-lain.

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergerakan air di dalam tanah merupakan salah satu aspek penting yang diperhitungkan dalam pengelolaan lahan diantaranya pada bidang pertanian, konstruksi bangunan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir Bab III Metodologi Penelitian III.1 Diagram Alir Penelitian Diagram pada Gambar III.1 berikut ini merupakan diagram alir yang menunjukkan tahapan proses yang dilakukan pada penelitian studi simulasi injeksi

Lebih terperinci

A. ADHA. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia Corresponding author:

A. ADHA. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia Corresponding author: Institut Teknologi Padang, 27 Juli 217 ISBN: 978-62-757-6-7 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi217 Optimasi Bentuk Struktur dan Penampang pada Struktur Rangka Baja Terhadap Kendala Kehandalan Material

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. PENGEMBANGAN AIR TANAH Sub Kompetensi Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. 1 PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No 7 tahun 2004 : air tanah

Lebih terperinci

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Bangkalan ABSTRAK

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Bangkalan ABSTRAK Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009 Jurnal APLIKASI Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Bangkalan Hendra Wahyudi Staf pengajar Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D.

Lebih terperinci

VIII MODEL KONSEPTUAL HUBUNGAN ANTARA PROSES LIMPASAN DENGAN KETERSEDIAAN AIR DAN PENCUCIAN UNSUR HARA

VIII MODEL KONSEPTUAL HUBUNGAN ANTARA PROSES LIMPASAN DENGAN KETERSEDIAAN AIR DAN PENCUCIAN UNSUR HARA 93 VIII MODEL KONSEPTUAL HUBUNGAN ANTARA PROSES LIMPASAN DENGAN KETERSEDIAAN AIR DAN PENCUCIAN UNSUR HARA 8.1 Pendahuluan Model konseptual merupakan sintesis dari suatu kumpulan konsep dan pernyataan yang

Lebih terperinci

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis Thesis Oleh: Alfan Purnomo (3307201003) Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, MSc. Latar Belakang Kali

Lebih terperinci

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Sumenep ABSTRAK

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Sumenep ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 6, Nomor 1, Pebruari 2009 Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Sumenep Hendra Wahyudi Staf pengajar Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Bagian Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

Lebih terperinci

Analisis Potensi Air A I R

Analisis Potensi Air A I R Analisis Potensi Air A I R Sumber Daya habis terpakai tetapi dapat diperbaharui/di daur ulang Persediaan air bumi yang dapat diperbaharui diatur oleh siklus hydrologic (Siklus air), yaitu suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

A CONCEPT OF GROUNDWATER PROTECTION ZONES

A CONCEPT OF GROUNDWATER PROTECTION ZONES A CONCEPT OF GROUNDWATER PROTECTION ZONES Heru Hendrayana Dept. of Geology, Faculty of Engineering Gadjah Mada University FORKAMI JAKARTA, February 28, 2002 Issue permasalahan air yang semakin kompleks,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract...

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract... DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... vii Daftar Gambar... ix Daftar Lampiran... xiv Intisari... xv Abstract... xvi BAB I Pendahuluan... 1 1.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Alur Penelitian Tahapan dalam penelitian ini diantaranya adalah pengumpulan data, penentuan titik lokasi pengujian, pengukuran laju infiltrasi di lapangan menggunakan alat

Lebih terperinci

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR Agung Setiawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat Jl. Majapahit No. 62 Mataram email : agung_setiawan@yahoo.com ABSTRAKSI Waduk

Lebih terperinci

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Pada bab ini akan dijelaskan tentang model yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya kemudian dari model tersebut akan dioptimalisasi

Lebih terperinci

PENENTUAN PARAMETER PERMEABILITAS KONDISI TIDAK JENUH AIR METODE FREDLUND & XING

PENENTUAN PARAMETER PERMEABILITAS KONDISI TIDAK JENUH AIR METODE FREDLUND & XING ISBN: 978-979-8636--2 PENENTUAN PARAMETER PERMEABILITAS KONDISI TIDAK JENUH AIR METODE FREDLUND & XING ABSTRAK Arifan Jaya S 1, Khori Sugianti 1, dan Y. Sunarya Wibawa 1 1 Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI

Lebih terperinci

KAJIAN PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI YANG DIPERCEPAT (EXPEDITED SITE ASSESMENT/ESA)

KAJIAN PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI YANG DIPERCEPAT (EXPEDITED SITE ASSESMENT/ESA) KAJIAN PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI YANG DIPERCEPAT (EXPEDITED SITE ASSESMENT/ESA) Langkah 1 : Penelusuran Data Eksisting Lokasi Lahan Terkontaminasi Data umum penelusuran data eksisting lokasi : - Data

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS

BAB IV PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS BAB IV PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS 4.1 PENGOLAHAN DATA 4.1.1 Kedalaman Muka Airtah Kedalaman muka airtah didapat dengan mengukur jarak minimum muka airtah terhadap permukaan. Menurut metoda DRASTIC kedalaman

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada II. DAUR HIDROLOGI A. Siklus Air di Bumi Air merupakan sumberdaya alam yang sangat melimpah yang tersebar di berbagai belahan bumi. Di bumi terdapat kurang lebih 1,3-1,4 milyard km 3 air yang terdistribusi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber air permukaan relatif lebih rentan terhadap pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan manusia dibandingkan air tanah. Penelitian

Lebih terperinci

DINAMIKA ALIRAN AIR TANAH PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT

DINAMIKA ALIRAN AIR TANAH PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DINAMIKA ALIRAN AIR TANAH PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT Qalbi Hafiyyan 1), Marsudi 2), Nurhayati 2) qhafiyyan@gmail.com Abstrak Pada lahan rawa pasang surut, tinggi muka air tanah akan mengalami fluktuasi

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

dilakukan pemeriksaan (validasi) data profil sungai yang tersedia. Untuk mengetahui

dilakukan pemeriksaan (validasi) data profil sungai yang tersedia. Untuk mengetahui 55 4.2 Validasi Data Profil Sungai Sebelum dilakukan pengujian model sistem polder Pluit pada program, maka harus dilakukan pemeriksaan (validasi) data profil sungai yang tersedia. Untuk mengetahui validasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai akibat dari perkembangan penduduk, wilayah pemukiman, dan fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian menurut Soehartono (1995:9), metode penelitian adalah

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian menurut Soehartono (1995:9), metode penelitian adalah BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Soehartono (1995:9), metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS EVALUASI POTENSI AIR BAWAH TANAH

PEDOMAN TEKNIS EVALUASI POTENSI AIR BAWAH TANAH LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS EVALUASI POTENSI AIR BAWAH TANAH I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran air

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pemodelan & simulasi TM04

PEMODELAN SISTEM. Pemodelan & simulasi TM04 PEMODELAN SISTEM Pemodelan & simulasi TM04 Pemodelan untuk permasalahan apa? Mengetahui tinggi menara Pisa tanpa mengukur secara langsung, Mengetahui lebar sebuah sungai tanpa benar-benar menyeberanginya,

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS INFILTRASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORTON

STUDI KAPASITAS INFILTRASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORTON STUDI KAPASITAS INFILTRASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORTON SKRIPSI Oleh Andyanto NSP 0700733154 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2010 62 STUDI KAPASITAS INFILTRASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E (Studi Kasus: PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya) Edi Suhandoko, Bobby

Lebih terperinci

Riset Operasi Bobot: 3 SKS

Riset Operasi Bobot: 3 SKS Riset Operasi Bobot: 3 SKS Tujuan Perkuliahan Setelah mahasiswa mengikuti kuliah ini selama satu semester, mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan metode-metode kuantitatif dalam pengambilan keputusan

Lebih terperinci

UPAYA KONSERVASI AIRTANAH DI PROVINSI DKI JAKARTA

UPAYA KONSERVASI AIRTANAH DI PROVINSI DKI JAKARTA UPAYA KONSERVASI AIRTANAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Prof. Lambok M. Hutasoit Program Studi T. Geologi Program Studi T. Airtanah Institut Teknologi Bandung Disampaikan Dalam Rangka : SEMINAR PEMBINAAN DAN

Lebih terperinci

Model Intrusi Air Laut Terhadap Air Tanah Pada Akuifer di Kota Semarang Edy Suhartono 1)* ; Purwanto 2) ; Suripin 3)

Model Intrusi Air Laut Terhadap Air Tanah Pada Akuifer di Kota Semarang Edy Suhartono 1)* ; Purwanto 2) ; Suripin 3) Model Intrusi Air Laut Terhadap Air Tanah Pada Akuifer di Kota Semarang Edy Suhartono 1)* ; Purwanto 2) ; Suripin 3) 1) Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Undip 2) Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Pekerjaan pembangunan embung teknis (waduk kecil), diawali dengan survei dan investigasi secara lengkap, teliti dan aktual di lapangan, sehingga diperoleh data - data

Lebih terperinci

Air Tanah. Air Tanah adalah

Air Tanah. Air Tanah adalah Air Tanah Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Air Tanah adalah pergerakan air dalam rongga pori batuan di bawah permukaan bumi dan merupakan bagian integral dari sistem hidrologi air yg

Lebih terperinci

BAB 1 FILOSOFI DASAR SISTEM KONTROL

BAB 1 FILOSOFI DASAR SISTEM KONTROL BAB 1 FILOSOFI DASAR SISTEM KONTROL 1. 1 Obyektif Sistem Kontrol Automatis Sebuah pabrik Kimia (chemical plant) adalah susunan unit-unit proses (reaktor, pompa, kolom destilasi, absorber, evaporator, tangki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konduktivitas hidrolik atau yang biasa disebut sebagai permeabilitas tanah menurut Klute dan Dirksen (1986) adalah sifat fisika tanah atau ukuran yang dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cekungan airtanah Karanganyar - Boyolali merupakan salah satu cekungan airtanah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Luas cekungan ini menurut Keppres No.26 Tahun

Lebih terperinci

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR/FOTO... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN Oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan

Lebih terperinci

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR Johannes Patanduk, Achmad Bakri Muhiddin, Ezra Hartarto Pongtuluran Abstrak Hampir seluruh negara di dunia mengalami

Lebih terperinci

Week 10 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

Week 10 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Week 10 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Reference: 1.Geological structures materials 2.Weight & Sonderegger, 2007, Manual of Applied Field Hydrogeology, McGraw-Hill online books 3.Mandel & Shiftan,

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN KLORIDA DAN KROMIUM (VI) DI AIR TANAH DANGKAL (STUDI KASUS : TPA KOPILUHUR CIREBON)

STUDI PENYEBARAN KLORIDA DAN KROMIUM (VI) DI AIR TANAH DANGKAL (STUDI KASUS : TPA KOPILUHUR CIREBON) STUDI PENYEBARAN KLORIDA DAN KROMIUM (VI) DI AIR TANAH DANGKAL (STUDI KASUS : TPA KOPILUHUR CIREBON) STUDY OF CHLORIDE AND CHROMIUM (VI) SPREAD IN GROUDWATER (STUDY CASE : KOPILUHUR LANDFILL, CIREBON)

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA)

Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA) Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA) Riswan 1, Dimas Aditya 2 Abstrak. Tambang terbuka menghasilkan daerah bukaan

Lebih terperinci

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A)

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) Mellisa Saila 1, Muhajjir 1, dan Azmeri 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala,

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Penelitian ini meninjau kestabilan sebuah lereng yang terdapat Desa Tambakmerang, Kecamatan Girimarto, DAS Keduang, Wonogiri akibat adanya beban hujan 3 harian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompartemen Museum Bank Indonesia merupakan kawasan yang masuk dalam wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002. Berdasarkan data dari

Lebih terperinci