BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi dalam setiap aspek di kehidupan tidak terlepas dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi dalam setiap aspek di kehidupan tidak terlepas dari"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang terjadi dalam setiap aspek di kehidupan tidak terlepas dari peran serta sejarah. Peran sejarah dalam kehidupan adalah sebagai pembelajaran bagi kehidupan yang akan datang. Pada hakikatnya, kehidupan masa lalu, saat ini, dan kehidupan yang akan datang merupakan bentuk kesinambungan dari nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau (Chamamah -Soeratno, 2011:4). Informasi-informasi tentang masa lampau dapat diketahui melalui tulisan para pengamat, pencatat, dan pengkaji data sejarah dalam bentuk tulisan-tulisan sejarah (Chamamah-Soeratno, 2011:4). Sebagai sumber sejarah, tulisan sejarah terkadang menyisipkan unsur kesusastraan di dalamnya. Dengan demikian, kesusastraan Melayu klasik dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber sejarah. Liaw (2011: viii) mengungkapkan kesusastraan Melayu klasik dibedakan menjadi sepuluh bagian, yaitu kesusasteraan rakyat, epos India dan wayang dalam kesusastraan Melayu, cerita Panji dari Jawa, sastra zaman peralihan Hindu-Islam, kesusastraan zaman Islam, cerita berbingkai, sastra kitab, sastra sejarah, undangundang Melayu lama, serta pantun dan syair. Adapun pada setiap bagian dari sastra 1

2 2 Melayu tersebut terdapat ciri-ciri yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Karya sastra Melayu klasik memiliki peran yang penting bagi masyarakat umum maupun pemerhati budaya dan sastra. Peranan sastra Melayu klasik bagi masyarakat umum di antaranya adalah sebagai pembentuk jati diri bangsa (Liaw, 2011:ix). Nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah Melayu dapat menjadi pedoman pembentukan karakter penerus bangsa. Hal ini disebabkan oleh rekam waktu yang terdapat di dalam naskah. Generasi-generasi muda Indonesia saat ini lebih tertarik pada budaya-budaya asing yang masuk secara bebas ke Indonesia. Oleh karena itu, sastra Melayu klasik sebagai budaya asli bangsa Indonesia memiliki peran penting bagi masyarakat, terlebih lagi bagi generasi-generasi penerus bangsa (Chamamah-Soeratno, 2011:21). Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan merupakan karya sastra sejarah yang bersifat travel literature atau sastra perjalanan. Sastra perjalanan ini merekam kejadian dan keterangan yang dianggap penting oleh penulis ketika melakukan perjalanan. Di dalam prosesnya, penulisan sastra perjalanan memungkinkan penulis untuk melakukan persilangan antar dua budaya yang berbeda atau menunjukkan perbedaan-perbedaan tersebut pada satu daerah yang sama. Penulis sastra perjalanan biasa disebut dengan travelogue atau itinerary. ( Dalam pelayarannya ke Kelantan, Abdullah banyak menceritakan keadaan dan peristiwa yang saat itu sedang terjadi di tengah masyarakat Melayu. Naskah ini ditulis

3 3 pada tahun 1838 ketika Abdullah diperintahkan oleh Bonham, seorang pejabat kolonial Inggris, untuk mengirimkan surat kepada Raja Kelantan. Pada saat itu di Kelantan sedang terjadi perang. Oleh karena itu, para saudagar di Singapura meminta kepada Bonham untuk mengirimkan surat kepada raja Kelantan yang isinya meminta untuk memelihara perahu-perahu pukat milik mereka. Setelah surat itu disampaikan, seluruh saudagar dan orang-orang Yahudi Singapura pergi menghadap kepada Bonham. Kemudian Tuan Bonham memberikan tiga pucuk surat, sepucuk untuk Raja Bendahara, sepucuk kepada Raja Temenggung, dan sepucuk kepada Yang Dipertuan Kelantan. Dari perintah itulah kemudian Abdullah mulai menuliskan catatan-catatan selama perjalanannya (Sweeney, 2008:30). Di dalam dunia kesusastraan Melayu klasik, nama Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi atau Munsyi Abdullah, sudah tidak asing lagi. Selama hidupnya, Abdullah banyak menuliskan karya sastra yang berhubungan dengan Melayu. Tulisan-tulisan tersebut antara lain, Syair Singapura Terbakar (1830), Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan (1838), Dawaulkulub (obat hati), Syair Kampung Gelam Terbakar (1847), Hikayat Abdullah (1849), Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Mekah (1854) (Hamidy, 1981:39). Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi adalah seorang Melayu keturunan Arab. Ayahnya bernama Abdul Kadir, berkebangsaan Arab. Sementara itu, ibunya yang bernama Salmah merupakan orang Melayu. Ayahnya sempat bekerja sebagai pengajar bahasa Melayu pada seorang penyusun kamus berkebangsaan Inggris

4 4 bernama William Marsden. Selain itu, Abdul Kadir juga pernah bekerja di pelabuhan utama milik Belanda di Malaka (Sweeney, 2008:241; Winstedt, 1969:173). Ketika sang ayah berkecimpung dalam dunia penulisan surat dan kontrak, Abdullah diminta untuk menjadi asisten. Dari sanalah awal Abdullah bekerja sebagai juru tulis, penerjemah, guru bahasa, dan informan untuk pejabat kolonialisme Inggris. Selama bekerja sebagai juru tulis dan pengajar bahasa Melayu, Abdullah banyak bekerja sama dengan orang-orang Eropa, di antaranya Thomsen seorang misionaris Jerman, North, Keasberry, dan Milne seorang pendeta agama Kristen (Winstedt, 1969:174). Konsistensi Abdullah dalam bidang bahasa tidak hanya sebatas pada bahasa Melayu tetapi juga pada bahasa-bahasa asing yang berkembang di Tanah Melayu. Hal ini terlihat dari adanya gelar Munsyi di belakang nama Abdullah. Munsyi adalah gelar yang diberikan oleh orang-orang Hindustan kepada mereka yang mahir berbahasa Hindustan. Setelah berhasil mendalami bahasa Hindi, Abdullah juga terlibat dalam penerjemahan Hikayat Pancatanderan ke dalam bahasa Melayu (Hamidy, 1981:37; Liaw, 2011:341). Pada mulanya, Abdullah tinggal di Malaka. Setelah Singapura berdiri, ia pindah ke Singapura. Kepindahan Abdullah ke Singapura disebabkan oleh kematian istrinya yang bertepatan dengan jatuhnya Malaka ke tangan Belanda (Hamidy, 1981:36). Dari kepindahan ini Abdullah mulai mengenal pejabat-pejabat dan menjalin hubungan dengan orang dan pegawai pemerintah kolonial Inggris. Hubungan antara dirinya dengan pejabat maupun pegawai pemerintahan kolonial Inggris ini lama-kelamaan menimbulkan hubungan yang saling membutuhkan.

5 5 Sikap Abdullah terhadap pejabat-pejabat kolonial Inggris sangat berbeda dengan masyarakat bangsa Melayu. Abdullah begitu mengagungkan Inggris yang pada saat itu dipimpin oleh Ratu Victoria. Sebagai perwujudan kekagumannya kepada Ratu Victoria, ia menuliskan sebuah syair yang berjudul Malay Poem on New Year s Day Di dalam teks Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan, terdapat pandangan-pandangan merendahkan yang dilakukan oleh Abdullah terhadap bangsa Melayu. Pandangan-pandangan tersebut, selain bersifat negatif, juga bersifat memaksa (Sudibyo, 2009:66) Penelitian ini merupakan penelitian sastra yang menggunakan objek sastra klasik, yaitu Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Pada penelitian ini tidak digunakan metode penelitian filologi karena naskah Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura sampai ke Kelantan ini sudah pernah disunting secara ilmiah oleh Amin Sweeney (2000). Adapun penelitian yang dilakukan oleh Amin Sweeney ini menggunakan naskah edisi Naskah ini merupakan edisi pertama yang menggunakan cetak huruf atau tipografi. Mengenai metode filologis, penyuntingan menggunakan metode Legger atau metode induk. Metode ini menggunakan naskah edisi 1838 sebagai teks dasar sedangkan naskah edisi 1852 digunakan sebagai teks pembanding. Amin Sweeney juga menyunting naskah-naskah lain yang ditulis oleh Abdullah di antaranya Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan, Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Makkah, Malay Poem, Ceritera Kapal Asap,

6 6 Syair Singapura Terbakar, dan Syair Kampoeng Gelam Terbakar. Tulisan-tulisan Abdullah yang telah disunting ini kemudian disatukan menjadi sebuah karangan dengan judul Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Di dalam Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan terdapat unsur-unsur yang berhubungan dengan fenomena poskolonial, di antaranya ambivalensi dan stereotip. Ambivalensi bermakna sebagai sebuah tanda, berupa dua pandangan, dua orientasi dalam kemampuan subjek untuk menerima bentuk-bentuk praktik kolonial (Aschroft, 2001: 23), sedangkan stereotip dimaknai sebagai bentuk representasi yang salah dengan kenyataan yang sebenarnya (Bhabha, 2007:107). Perilaku-perilaku yang dilakukan oleh Abdullah terhadap para pejabat Inggris, terlebih lagi kepada Tuannya, Raffles, dengan masyarakat Melayu sangat berbeda. Abdullah sangat mengagung-agungkan pemerintah kolonial Inggris, sedangkan kepada masyarakat Melayu, ia sangat memandang rendah bahkan meremehkan. Jika dilihat dari perjalanan hidupnya, Abdullah adalah seorang Melayu keturunan Arab yang sudah mengenal modernitas yang pada saat itu belum dikenal oleh masyarakat Melayu. Perbedaan intelektual yang dimiliki Abdullah membuatnya tertarik dengan bahasa Inggris. Padahal pada saat itu, bahasa Inggris merupakan sesuatu yang dianggap haram oleh mayarakat Melayu. Permasalahan seperti inilah yang mengakibatkan Abdullah memandang rendah kepada bangsanya sendiri. Oleh karena

7 7 itu, ia selalu membandingkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Melayu yang irasional dengan budaya-budaya Barat yang modern (Sweeney, 2008:345). Ketika melakukan perjalanan ke Tanah Melayu, Abdullah banyak menemukan perilaku-perilaku yang dianggap irasional. Penilaian tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah stereotip bagi bangsa Melayu. Di sisi lain, stereotip yang dilakukan merupakan suatu bentuk kejujuran Abdullah. Pandangannya yang kritis dianggap mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di dalam Tanah Melayu. Sikap seperti ini merupakan wujud kecintaan serta tanggung jawabnya terhadap bangsa Melayu. Perilaku seperti inilah yang biasa disebut dengan perilaku yang ambivalen, di satu sisi ia melakukan stereotip tetapi di sisi lain mencintai bangsa Melayu. Berdasarkan pandangan di atas, ditemukan beberapa permasalahan di dalam naskah Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan. Masalah-masalah tersebut di antaranya adalah stereotip dan ambivalensi. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang ada dalam teks tersebut. Permasalahan tersebut merupakan suatu hal yang menjadi pembahasan pada penelitian ini. Adapun permasalahan tersebut, yakni : 1. Apa sajakah bentuk-bentuk pandangan stereotip Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi di dalam teks Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura sampai ke Kelantan?

8 8 2. Bagaimana bentuk sikap ambivalensi Abdullah terhadap budaya Melayu dalam hubungannya dengan peradaban Eropa? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian naskah Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan meliputi tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis melingkupi dua hal. Pertama, mendapatkan bentuk-bentuk stereotip dalam Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan. Kedua, mendapatkan bentuk ambivalensi Abdullah terhadap adat Melayu dalam Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan. Tujuan Praktis dalam penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra lama, khususnya karya sastra Melayu klasik yang dikaji dengan menggunakan teori poskolonial. Selain itu, analisis ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa sastra Indonesia yang lain, sebagai bahan studi mengenai karya-karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. 1.4 Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi sebagai salah seorang penulis kesusastraan Melayu Klasik. Penelitian yang dilakukan oleh Arbain pada tahun 2012 meneliti tentang hubungan Teori

9 9 Pembangunan dengan Pahlawan Nasional. Pada penelitiannya, ia memilih Raja Ali Haji sebagai Pahlawan Nasional. Arbain mengungkapkan bahwa pendapat Abdullah mengenai tempat makam Raja Ali Haji di kandang babi merupakan sebuah bentuk perkataan yang mengandung unsur-unsur politik yang menguntungkan bagi pihak penjajah pada zaman tersebut. Sudibyo (2009) menulis tentang hubungan antara Raffles dengan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Di dalam tulisannya tersebut, Sudibyo menggunakan teori perspektif pascakolonialisme. Hubungan yang terjadi di antara keduanya merupakan hubungan antara Tuan dan Liyan. Abdullah dianggap sebuah keberhasilan proyek yang dilakukan oleh pemerintah kolonial yang bernama mission of civilization atau misi pemberadaban. Tetapi keberhasilan ini dianggap tidak sempurna karena Abdullah tidak mengikuti keyakinan yang dianut oleh Tuannya (Raffles) yaitu Protestan. Pada bagian penutup, Sudibyo mengungkapkan hubungan antara penjajah dan terjajah ini tidak selalu berada dalam oposisi biner. Di tengah-tengah keduanya terdapat hubungan yang disebut dengan zona kontak. Zona kontak ini menimbulkan hubungan antara penjajah dan terjajah yang hampir sama tetapi tidak setara. Dalam buku yang sama, Sudibyo (2009) juga membandingkan persamaan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dengan Ranggawarsita. Kesamaan-kesamaan tersebut adalah mereka sama-sama tumbuh di tengah lingkungan pejabat kolonial baik Inggris maupun Belanda. Ranggawarsita adalah seorang abdi dalem keraton Surakarta yang sudah bekerja sejak masa pemerintahan Pakubuwana IV (sekitar 1826). Ranggawarsita mengenal C. F. Winter dari kerjasama yang dilakukan dalam

10 10 pembuatan kamus Jawa-Kawi. Sedangkan pertemuan awal Abdullah dengan Raffles adalah ketika Raffles mencari seorang juru tulis Melayu. Abdullah dan Ranggawarsita sama-sama liyan di mata penjajah, yang membedakan antara keduanya adalah bagaimana reaksi-reaksi mereka terhadap masyarakat yang terjajah. Ranggawarsita tidak secara langsung menunjukkan reaksinya ketika berhubungan dengan pejabat kolonial, sedangkan Abdullah cenderung ekspresif untuk menunjukkan kebanggaannya berhubungan baik dengan pejabat kolonial Belanda. Di dalam tulisannya ini, Sudibyo juga sedikit menyinggung tentang stereotip-stereotip Barat terhadap Jawa maupun Melayu. Berhubungan dengan teori yang digunakan pada penelitian ini, yaitu poskolonialisme, ditemukan beberapa penelitian yang menggunakan teori yang sama. Muhammad Faqih, melakukan penelitian terhadap Naskah Hikayat Mareskalek pada tahun Pada penelitiannya, Faqih membahas tentang Diri dan Liyan pada Hikayat Mareskalek. Kesimpulan yang diperoleh adalah pemikiran Abdullah al-misri dan Sayid Usman memiliki kesamaan, yaitu memuji pemerintahan Belanda dan mencela orang-orang Jawa. Selain itu, keduanya juga menganut keyakinan Islam Ortodoks yang hendak melakukan pemurnian Islam. Tujuan Abdullah al-misri menulis Hikayat Mareskalek adalah agar dapat dijadikan teladan bagi raja-raja dan para pemimpin lain yang menurutnya masih terbelakang, bodoh, dan malas sedangkan sopan, terdidik, dan berkulit putih merupakan representasi hegemoni kolonial, kesucian ras superior, supremasi ilmu pengetahuan, dan keluhuran peradaban barat.

11 11 Penelitian yang dilakukan oleh Bagus Kurniawan pada tahun 2008 juga menggunakan teori poskolonialisme. Penelitian ini berjudul Syair Raja Siak: Suntingan Teks dan Analisis Pascakolonial (Wacana -wacana Perlawanan terhadap Praktik-praktik Kolonial Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda). Di dalam penelitian ini, peneliti mengungkapkan awal terjadinya perlawanan dari rakyat Siak terhadap pemerintahan kolonial dikarenakan terdapat kesenjangan relasi yang tidak sejajar antara masyarakat pribumi dengan penjajah. Adapun bentuk hubungan tersebut lebih mengutamakan pola hubungan antara dominan dan inferior. Di dalam teks Syair Raja Siak terdapat simbol-simbol yang memiliki arti sebagai wujud perlawanan rakyat kepada Belanda. Simbol-simbol tersebut berfungsi sebagai penciptaan pahlawan lokal. Penciptaan pahlawan lokal tersebut memiliki keluarbiasaan individual, memerankan fungsi sebagai perimbangan kekuatan militer antara Siak dengan militer Hindia-Belanda. Pada 2012, Bagus Kurniawan juga melakukan penelitian pada beberapa naskah Melayu yang berjudul Wacana Antikolonial dalam Teks-teks Sastra Melayu Klasik sebagai perlawanan rakyat Melayu terhadap kolonialisme Belanda: Analisis Pascakolonial. Di dalam penelitian tersebut Bagus Kurniawan menemukan proses pembentukan relasi antara Islam dengan Nasrani yang cenderung menggunakan identitas religius sebagai faktor pembeda. Tidak hanya diferensiasi melalui kesatuan geopolitik (Timur -Barat), Liyan juga dipandang melalui identitas relijius. Di dalam teks-teks karya pengarang istana juga ditemukan ajaran perang sabil. Ajaran perang

12 12 sabil diposisikan sebagai wacana antikolonial. Efek yang diperoleh adalah pendapat mengenai kematian melawan kafir di medan perang bukanlah akhir di kehidupan. Selain milik Muhammad Faqih dan Bagus Kurniawan yang menggunakan teori filologi-poskolonial, terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Istiqamatunnisak. Istiqamatunnisak menuliskan hasil penelitian yang telah diunggahnya pada laman manuskrips.blogspot.com. Ia melakukan penyuntingan pada naskah Hikayat Teungku Dimeukek pada tahun Di dalam penelitiannya, Istiqamatunnisak menyebutkan terdapat aspek kolonial yang terdapat di dalam Hikayat Teungku Dimeukek. Aspek kolonial tersebut berupa wacana-wacana perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh yang menentang bentuk-bentuk praktik kolonialisme di Aceh. Selain itu, Istiqamatunnisak juga menyebutkan tentang bagaimana seorang pemuka agama melakukan tugasnya sebagai penyebar agama Islam di tanah Aceh. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penelitian tentang Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan dengan menggunakan pendekatan poskolonial, khususnya unsur stereotip dan ambivalensi belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan. 1.5 Landasan Teori Penelitian naskah Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan menggunakan teori poskolonialisme. Teori poskolonialisme dianggap mampu menjawab dan menyelesaikan rumusan-rumusan

13 13 masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Istilah poskolonialisme mulai dikenal semenjak imperialisme Barat mempengaruhi karya sastra di benua Eropa (Gandhi, 1998:141). Poskolonialisme dapat diartikan sebagai sebuah alat perantara yang digunakan oleh peneliti untuk menelusuri jejak-jejak peninggalan masa kolonialisme, seperti konfrontasi antarras, antarbangsa, dan antarbudaya (Day, 2008:2). Kolonialisme terjadi di beberapa belahan dunia. Edward Said menyebutkan, warisan-warisan sejarah dapat menjadi saksi bahwa empat perlima permukaan bumi dan dua pertiga penduduk bumi pernah mengalami kolonialisme (Said dalam Day, 2008:3). Kajian-kajian poskolonialisme meneliti bagaimana hubungan antara penjajah dan terjajah. Efek-efek yang timbul di dalam sebuah karya sastra disebut dengan poskolonialitas. Poskolonialitas juga mengacu kepada posisi penulis sebagai pribadi dengan cara menarik perhatian pada konteks yang lebih luas yang terdapat di dalam karya sastra. Dengan kata lain, poskolonialisme adalah istilah yang digunakan pada pendekatan untuk memahami dampak-dampak akibat praktik kolonialisme yang ada di dalam sebuah karya sastra, sedangkan poskolonialitas adalah istilah yang mengacu pada sifat dan penyebaran dampak-dampak tersebut (Day, 2008:3). Di dalam penerapannya, teori poskolonialisme memiliki tiga perhatian utama. Tiga perhatian teori poskolonialisme tersebut adalah kebudayaan-kebudayaan masyarakat yang pernah mengalami penjajahan bangsa Eropa, baik pada saat berlangsung maupun setelah praktik kolonialisme, lalu reaksi objek terhadap pelaku

14 14 tanpa mengesampingkan dampak yang ada, serta bentuk-bentuk marginalitas yang dikaitkan dengan kapitalisme (Lo dan Helen dalam Faruk, 2007:15). Setiap praktik kolonialisme yang terjadi memiliki ciri-ciri yang nampak dari sudut pandang objeknya. Ciri-ciri tersebut berupa penataan ulang terhadap subjek tunggal sehingga kebenaran absolut yang mengarah pada pemaksaan serta pencitraan yang dibuat oleh para pelaku praktik tersebut. Ketika melakukan analisis, terkadang terdapat tumpang tindih dengan postrukturalisme. Perbedaan antara postrukturalisme dengan poskolonial adalah pembicaraan poskolonial yang berhubungan dengan orientalisme, yang menunjukkan tentang cara pandang Barat terhadap Timur. Adapun ciri-ciri kapitalisme kolonial adalah (1) penguasaan yang menonjol dan pengerahan modal oleh kekuatan ekonomi asing, (2) penguasaan terhadap koloni oleh suatu pemerintahan yang dijalankan oleh sekelompok kekuatan asing yang bertindak untuk kepentingannya sendiri, (3) tingkat tertinggi dalam bisnis perdagangan dan industri menjadi milik komunitas penguasa asing, (4) ekspor dan impor negara disesuaikan dengan kepentingan penjajah, (5) pola produksi pertanian lebih dominan daripada pola produksi industri, (6) pengembangan keterampilan teknologi sangat sedikit, (7) organisasi produksi melibatkan tenaga kerja setengah bebas, (8) penduduk tidak terlibat dalam perusahaan kapitalis, (9) berlakunya dualisme dalam masyarakat koloni (Alatas, 1988:3). Para pelaku praktik kolonial tersebut tentu saja membawa budaya-budaya serta kebiasaan-kebiasaan yang sudah lama diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Perbedaan budaya yang terdapat dalam praktik kolonialisme menimbulkan masalah

15 15 mengenai ambivalensi pada budaya lokal dengan budaya yang terbawa pelaku kolonialisme. Budaya yang dibawa oleh pelaku praktik kolonial tersebut menyerupai pengetahuan baru dan selalu menarik. Selama proses dominasi terhadap budaya lokal tersebut, terdapat celah di antara budaya lokal dengan budaya yang terbawa pelaku kolonial. Budaya lokal ini mengalami perubahan dengan tujuan agar sesuai dengan tuntutan model, tradisi, komunitas, sistem referensi yang stabil dan paksaan terhadap budaya-budaya baru, strategi dalam politik penerimaan, menyerupai politik dominasi atau resistensi (Bhabha, 1994:51). Ambivalensi termasuk salah satu efek yang timbul karena praktik kolonial. Ambivalensi merupakan sebuah bentuk informasi yang nyata dari strategi-strategi yang selama ini telah dijalankan. Dengan kata lain, ambivalensi merupakan hasil yang diperoleh dari para pelaku kolonialisme. Ambivalensi dan mimikri memiliki hubungan yang sangat erat. Proses diskursif yang berasal dari mimikri, tidak hanya mengenai sesuatu yang tidak tersampaikan, melainkan juga terciptanya subjek kolonial yang bertransformasi sesuai dengan keinginan sistem kolonial. Dua hal yang menandai hal tersebut adalah sesuatu yang tidak lengkap serta tidak nyata. Kedua hal ini merupakan bentuk timbulnya kekuatan-kekuatan dari kolonial yang berasal dari representasi beberapa strategi pembatasan atau undang-undang mengenai peraturan wewenang kolonial. Kesuksesan sistem kolonial bergantung dengan perkembangan pada objek yang telah mengalami kegagalan strategi (Bhabha, 1994:123). Pada mulanya, Barat datang ke Timur dengan tujuan untuk berziarah. Dengan alasan ini, mereka mengunjungi, memotret, bahkan kemudian mengeksploitasi

16 16 terhadap Timur. Kemudian dari penziarahan berlanjut kepada menuliskan pengalaman-pengalaman pribadi selama berada di Timur. Pengalaman-pengalaman pribadi itulah yang kemudian akan menjadi sebuah jurnal ilmiah yang digunakan sebagai bahan kajian ketimuran bagi kepentingan kalangan mereka sendiri. Selama Barat berada di Timur, mereka tetap melindungi diri dari pengaruh-pengaruh luar. Jika hal ini tidak dilakukan, akan berpengaruh pada tulisan-tulisan mereka mengenai studi ketimuran. Oleh karena itu, mereka akan menjadikan Timur sebagai panggung imajinatif, yang pada akhirnya dapat dieksploitasi sesuai dengan kepentingan mereka sendiri (Said, 2010:257). Pandangan-pandangan yang dibuat Barat terhadap Timur inilah yang disebut dengan stereotip. Pada saat pasukan dan pejabat kolonialisme Inggris mulai berdatangan ke Malaka, mereka memandang masyarakat Melayu dengan pandangan yang merendahkan. Inggris memandang bangsa Melayu tidak memperoleh tingkat perkembangan intelektual yang tinggi, memiliki karakter primitif dan tidak beradab (Alatas, 1988:53). Pandangan-pandangan tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah kajian. Kehidupan Timur yang eksentrik, bahasanya yang asing dengan moralitas yang dianggap sesat itu kemudian diringkas, sehingga menjadi detail-detail yang akan disajikan dengan gaya Eropa yang normatif. Hal-hal inilah yang membuat Barat semakin tertarik pada Timur. Ambivalensi yang terdapat di setiap tindakan mimikri (mirip tetapi tidak sama) memberikan kesan bahwa kebudayaan kolonial berpotensi besar dan secara strategis

17 17 dapat mengacaukan kemampuan sistem kolonial. Hal seperti inilah yang kemudian disebut dengan efek identitas yang tidak sempurna. Di balik kamuflase, mimikri, seperti sebuah bentuk pemujaan yang mendalam. Di dalam sikap ambivalen, terdapat perbedaan dari hasrat modernitas untuk menemukan obyek dari dunia barat yang aneh, eksentrik, dan perbedaan yang mencolok tentang kolonial (Bhabha, 1994:131). Pembicaraan mengenai karya sastra dan teori perspektif poskolonial memiliki hubungan yang erat. Terlebih lagi di dalam karya sastra Melayu. Hal ini disebabkan karena bangsa Melayu pernah mengalami penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Barat. Efek yang ditimbulkan dari masa kolonialisme, selain dari yang disebutkan di atas, terdapat pula efek kanonisitas yang terjadi pada karya sastra-karya sastra yang muncul baik pada maupun setelah masa itu. Kanonisitas terhadap karya sastra itu berdampak terhadap penggunaan bahasa maupun cerita yang dikembangkan oleh pengarang (Faruk, 2007:365). Pengetahuan mengenai bahasa dan sejarah mengenai suatu teks sangat penting, tetapi untuk mendapatkan pemahaman filologis pada karya sastra, salah satunya adalah dengan berusaha untuk memasuki kehidupan teks tertulis berdasarkan perspektif waktu dan pengarangnya (Said, 2010: xxv). Oleh karena itu, penelitian yang menggunakan karya sastra sebagai objeknya, dapat menggunakan teori perspektif poskolonial. Teori poskolonial mampu membawa peneliti memasuki kehidupan teks yang berdasarkan waktu dan pengarangnya.

18 Metode Penelitian Penelitian naskah Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura sampai ke Kelantan ini menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis data Metode Pengumpulan Data Di dalam penelitian ini tidak digunakan metode penelitian filologi, karena penulis tidak melakukan penyuntingan terhadap teks Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan. Penelitian ini menggunakan teks Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan yang sudah disunting oleh Amin Sweeney pada tahun Penyuntingan yang dilakukan oleh Amin Sweeney menggunakan naskah edisi 1838 yang menggunakan cetak huruf sebagai naskah induk atau utama, sedangkan naskah edisi 1852 yang menggunakan cetak batu digunakan sebagai pembanding naskah utama. Setelah menentukan teks, penulis melanjutkan penelitian dengan mencari informasiinformasi yang berkaitan dengan masalah-masalah yang terdapat di dalam teks, baik yang berasal dari dalam maupun luar teks Metode Analisis Data Teori yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analisis dan interpretasi. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan objek penelitian. Setelah data

19 19 terkumpul, kemudian dilakukan pengkajian data secara deskriptif-analisis. Pada tahap yang selanjutnya, dilakukan interpretasi terhadap data yang telah dianalisis sesuai dengan teori poskolonial. 1.7 Sistematika Penyajian Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I dikemukakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Pada Bab II akan dijelaskan tentang kolonialisme di Tanah Melayu dan awal pertemuan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dengan Thomas Stamford Raffles. Analisis stereotip dan ambivalensi yang dilakukan Abdullah terhadap bangsa Melayu dijelaskan pada Bab III. Bab IV merupakan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian. Kesimpulan ini merupakan bagian yang berisi pokok-pokok hasil penelitian secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. Penjajahan pada periode sebelum terjadinya era modernisme menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penjajahan pada periode sebelum terjadinya era modernisme menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penjajahan pada periode sebelum terjadinya era modernisme menjadi sebuah rekaman bagi bangsa-bangsa yang akan mulai membentuk identitasnya. Berbicara mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban umat manusia yang telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban umat manusia yang telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban umat manusia yang telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu dapat dikenali dari hasil laporan atau rekaman jejak-jejak sejarah dalam berbagai bentuk, ada

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. bermaksud melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Salah satu

Bab I. Pendahuluan. bermaksud melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Salah satu Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat itu bangsa Belanda melalui maskapai dagangnya, VOC, juga bermaksud melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Salah satu persinggahannya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di 11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Kemunculan karya sastra Indonesia yang mengulas tentang kolonialisme dalam khazanah sastra Indonesia diprediksi sudah ada pada masa sastra Melayu Rendah yang identik dengan bacaan-bacaan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gagasan penelitian ini timbul karena suatu keinginan penulis untuk memahami kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,

Lebih terperinci

BBM 3104 Kuliah 11 A.Munsyi

BBM 3104 Kuliah 11 A.Munsyi Biodata BBM 3104 Kuliah 11 A.Munsyi Prof.Madya Dr. Zaitul Azma bt Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu, FBMK, UPM Peranakan keling dan Arab Dilahirkan di Melaka pada tahun 1796 Dididik oleh bapanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretik 1. Teori Poskolonial Kata kolonialisme, menurut Oxford English Dictionary (OED) via Loomba (2003) berasal dari kata Latin/Romawi colonia yang berarti tanah pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan

Lebih terperinci

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 lalu merupakan fase

BAB I PENDAHULUAN. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 lalu merupakan fase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 lalu merupakan fase awal untuk membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan. Melalui perjuangan bersenjata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari peristiwa pada masa lampau untuk kemudian diaplikasikan pada masa kini bahkan diproyeksikan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima novel terlihat bahwa sastra

BAB VII PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima novel terlihat bahwa sastra 1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima novel terlihat bahwa sastra kolonial Belanda memiliki pertalian yang kuat dengan kolonialisme Belanda. Sastra kolonial Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. makna koleksi tersebut dalam konteks budaya tempat koleksi berasal. Perbedaan. koleksi epigrafi Jawa Kuno, dan koleksi etnik Aceh.

BAB V PENUTUP. makna koleksi tersebut dalam konteks budaya tempat koleksi berasal. Perbedaan. koleksi epigrafi Jawa Kuno, dan koleksi etnik Aceh. BAB V PENUTUP Setelah dilakukan penelitian secara cermat dan mendalam dapat diketahui bahwa pemaknaan koleksi di Pameran Asia Tenggara memiliki perbedaan dengan makna koleksi tersebut dalam konteks budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekade pertama hingga ketiga abad ke-20 kolonialis Eropa telah. menguasai hampir 85% permukaan bumi. Bagi masyarakat Hindia Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Dekade pertama hingga ketiga abad ke-20 kolonialis Eropa telah. menguasai hampir 85% permukaan bumi. Bagi masyarakat Hindia Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dekade pertama hingga ketiga abad ke-20 kolonialis Eropa telah menguasai hampir 85% permukaan bumi. Bagi masyarakat Hindia Belanda sekarang Indonesia, periode

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan yosi.wulandari@pbsi.uad.ac.id, titiek.suyatmi@pbsi.uad.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

13Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Hegemoni Budaya dan Media. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas

13Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Hegemoni Budaya dan Media. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Modul ke: Komunikasi Antar Budaya Hegemoni Budaya dan Media Fakultas 13Ilmu Komunikasi Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Program Studi Periklanan Pembuka DUNIA saat ini seolah sudah tidak berbatas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini

Lebih terperinci

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini POSKOLONIAL; Teori dan Penerapannya dalam Sastra Indonesia Mutakhir, oleh I Nyoman Yasa, S.Pd., M.A. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Abstrak dan Executive Summary

Abstrak dan Executive Summary Abstrak dan Executive Summary Sang Lain Timur Menimurkan Timur Oleh: Abu Bakar Ramadhan Muhamad, S.S., M.A. NIDN. 002709740 NIP. 197409272003121001 UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS SASTRA 2015 Ketua Peneliti

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pendakwah atau da i kepada khalayak atau mad u. Dakwah yang. diperhatikan oleh para penggerak adalah strategi dakwah.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pendakwah atau da i kepada khalayak atau mad u. Dakwah yang. diperhatikan oleh para penggerak adalah strategi dakwah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan proses penyampaian ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur an dan Sunnah secara berkesinambungan. Dakwah seringkali diartikan sebagai proses

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dinilai sebagai identitas kepribadian dan penentu kemajuan suatu bangsa yang tidak bisa di ukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair. ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan BAB IV KESIMPULAN Secara formal, Era Victoria dimulai pada tahun 1837 hingga 1901 dibawah pimpinan Ratu Victoria. Era Victoria yang terkenal dengan Revolusi industri dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolonial berasal dari akar kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolonial berasal dari akar kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kolonial berasal dari akar kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti tanah pertanian atau pemukiman (Ratna, 2011:205). Secara etimologis, kolonial tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan agama Kristen masuk ke Indonesia memang panjang. Ada beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. Agama Kristen memang bukan agama

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL BAHASA INDONESIA... i. HALAMAN SAMPUL BAHASA INGGRIS... ii. HALAMAN JUDUL... iii. HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL BAHASA INDONESIA... i. HALAMAN SAMPUL BAHASA INGGRIS... ii. HALAMAN JUDUL... iii. HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL BAHASA INDONESIA... i HALAMAN SAMPUL BAHASA INGGRIS... ii HALAMAN JUDUL... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN MOTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat terbuka. Bahasa ini mampu menerima unsur-unsur asing maupun daerah sehingga semakin memperkaya kosakata yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernah menjadikannya sebagai lingua franca di kawasan Asia Tenggara. Abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. pernah menjadikannya sebagai lingua franca di kawasan Asia Tenggara. Abad ke- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Melayu merupakan bahasa yang berkembang sangat pesat hingga pernah menjadikannya sebagai lingua franca di kawasan Asia Tenggara. Abad ke- 16 menjadi patokan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Banyaknya penggunaan simbol-simbol dalam puisi menuntut pembaca

BAB II LANDASAN TEORI. Banyaknya penggunaan simbol-simbol dalam puisi menuntut pembaca BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simbol Banyaknya penggunaan simbol-simbol dalam puisi menuntut pembaca memiliki pemahaman yang lebih dalam dari segi pemaknaan dan disertai juga adanya wawasan sudut pandang kultural.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah daerah Lampung.

I. PENDAHULUAN. yakni sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah daerah Lampung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kotaagung merupakan daerah yang penting pada masa kolonialisme Belanda yakni sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah daerah Lampung. Hasil rempah-rempah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan hal yang dapat membangun bangsa dan menjadikan bangsa besar. Hal itu menekankan pendidikan sebagai prioritas untuk diperhatikan, anak bangsa yang akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemuda-pemudi khususnya siswa di Indonesia sekarang memang sangat banyak terlibat dalam perkembangan gaya hidup arus global yang terkait dengan gengsi semata. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia sendiri. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1 Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri Titik Pudjisatuti 1 1. Pengantar Banten sebagai salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-16--17 telah menarik perhatian banyak

Lebih terperinci