Bab I. Pendahuluan. bermaksud melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Salah satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I. Pendahuluan. bermaksud melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Salah satu"

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat itu bangsa Belanda melalui maskapai dagangnya, VOC, juga bermaksud melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Salah satu persinggahannya adalah Nusantara bagian timur, khususnya Makassar. Pada awalnya Kompeni menilai bahwa Makassar adalah tempat singgah yang paling strategis untuk berlayar ke dan dari Maluku serta tempat yang paling penting untuk mencapai tujuan VOC, yaitu berdagang rempah-rempah. Kemajuan pesat yang dialami oleh Makassar di bidang perdagangan dimungkinkan oleh jatuhnya Malaka ke tangan portugis pada tahun Jatuhnya Malaka melapangkan peluang bagi pengembangan kedudukan pelabuhan Makassar menjadi pelabuhan singgah dan bandar niaga yang ramai pada jalur perdagangan di bagian utara (Poelinggomang, 2004:31). Pada akhirnya, pada permulaan abad ke-17 Makassar telah menjadi bandar niaga yang terpenting (Poelinggomang, 2004:33). Bersamaan dengan itu, Sulawesi Selatan mengalami sebuah masa yang berbeda, yaitu banyaknya penguasa lokal dan pengikutnya yang beralih memeluk agama Islam. Keberhasilan sebagian besar masyarakat Sulawesi Selatan tersebut tidak lepas dari keterlibatan Raja Goa pertama yang juga memeluk agama Islam. Pada pertengahan abad ke-17, Goa menjadi salah satu kerajaan terkuat dan 1

2 2 terbesar dalam sejarah Nusantara. Akan tetapi, kekuatan besar yang dimiliki Kerajaan Goa harus berakhir seiring dengan hancurnya benteng pertahanan yang menjadi simbol kekuatan dan kejayaan kerajaan tersebut, Benteng Sombaopu, pada tahun 1669 (Andaya, 2004:1). Benteng tersebut berhasil dihancurkan berkat kerjasama antara Kompeni dengan orang Bugis, musuh Goa. Arung Palakka dan orang Bugis bersepakat untuk bekerja sama dengan pihak Kompeni untuk melawan Kerajaan Goa. Keberpihakan Arung Palakka pada Kompeni itu menimbulkan adanya perang Makassar yang melibatkan berbagai pihak, antara lain adalah Sultan Hasanuddin, Arung Palakka, dan Belanda. Arung Palakka adalah seorang sultan bawahan dari Bugis. Ketidaksenangan Palakka terhadap kekuasaan Sultan Hasanuddin dimanfaatkan Belanda sebagai alat untuk dapat menyerang Kesultanan Hasanuddin. Pada akhirnya Arung Palakka diajak bekerja sama dengan Belanda dalam hal politik dan militer. Pada bulan Desember 1666, armada VOC tiba di Makassar. Seperti yang diharapkan oleh pihak Belanda, kembalinya Arung Palakka dari tempat pengasingan telah mendorong orang-orang Bugis di Bone dan Soppeng untuk bangkit melakukan pemberontakan melawan kekuasaan Makassar. Speelman berhasil menghancurkan armada Makassar di dekat Butung sedangkan Arung Palakka memimpin sebuah serangan melalui daratan yang sangat sulit. Akhirnya VOC dan sekutu-sekutu Bugisnya keluar sebagai pemenang dan Sultan Hasanudin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bungaya, 18 November 1667 (Ricklefs, 1991:98).

3 3 Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa pada saat itu Nusantara masih dikuasai oleh negara-negara yang berdaulat. Pihak terjajah, kaum bumiputera, sering diposisikan sebagai pihak inferior sedangkan pihak penjajah, bangsa Belanda, diposisikan sebagai pihak superior. Sebagai pihak inferior, bangsa terjajah mendapat perlakuan yang berbeda dari bangsa penjajah. Mereka lebih sering diam dan menurut pada segala perintah yang diberikan pihak superior. Pada saat pergulatan pihak superior dan inferior tersebut, terjadi berbagai peperangan yang melibatkan pihak pribumi dengan pihak Belanda yang berwatak imperialis. Akan tetapi, pada umumnya perlawanan terhadap sekutu Belanda tersebut hanya mengatasnamakan bangsa masing-masing, misalnya Demak, Goa- Tallo, dan sebagainya. Berbagai perlawanan yang dilakukan bangsa pribumi tersebut merupakan salah satu tanda bahwa pengaruh yang dibawa oleh bangsa penjajah sudah sangat ekstrim sehingga sangat menganggu kenyamanan bersama. Salah satu pengaruhnya adalah dampak perekonomian yang cukup signifikan akibat adanya monopoli perdagangan rempah-rempah. Selain dampak dalam bidang perekonomian, penjajahan juga memberi dampak dalam bidang karya sastra. Sejak abad ke-17, di Nusantara, dikenal adanya kesusastraan yang bertema peperangan antara penguasa kolonial dengan bumiputera. Jumlah kesusastraan Melayu klasik yang bertema peperangan antara penguasa kolonial dengan kaum bumiputera semakin bertambah ketika Nusantara memasuki abad ke-18, seiring

4 4 dengan berubahnya situasi politik di wilayah Nusantara yang disebabkan Belanda semakin agresif dalam meluaskan kekuasaannya (Hasjmy dkk. (Ed), 1995:xii). Salah satu contoh karya sastra yang bertema peperangan adalahsyair Perang Mengkasar (selanjutnya disingkat SPM). SPM merupakan hasil karya Enci Amin, juru tulis Sultan Goa, yang menceritakan kembali peristiwa Perang Makassar. Syair tersebut tidak memuat adanya strategi perang, Enci hanya memusatkan perhatian pada perjalanan orang Makassar dalam menghadapi Belanda. Skinner mengungkapkan beberapa keunikan yang terdapat dalam syair ini, salah satunya adalah cara pengarang dalam menggambarkan tindakan Speelman ketika menawan tawanan perang Makassar di sebuah pulau tanpa dibekali makanan sampai mereka mati kelaparan (Skinner, 2008:19). Keunikan yang lain adalah intensitas pengarang dalam menggunakan bahasa Aceh dan Minangkabau dalam syair ini, mengingat syair ini menceritakan sejarah perang Makassar. Apabila ditelisik lebih jauh dalam SPM terdapat beberapa hal yang merupakan rekam jejak dari masa kolonialisme, contohnya adalah resistensi bangsa terjajah pada masa penjajahan. Oleh karena itu, untuk meneliti SPM diperlukan adanya teori poskolonialisme. Dalam hal ini teori poskolonialisme diperlukan untuk mengkaji lebih mendalam perihal bangsa penjajah dan terjajah serta berbagai hal yang berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan akibat peristiwa penjajahan bangsa Eropa.

5 5 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana representasi Makassar dan Bone pada masa terjadinya Perang Makassar? Bagaimana resistensi masyarakat Makassar terhadap bangsa penjajah serta kontestasi antara Goa dan Bone dalam Syair Perang Mengkasar? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan teoritis dan tujuan praktis Tujuan Teoretis Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk memahami kondisi masyarakat Bone dan Makassar pada masa terjadinya perang Makassar. Pemahaman mengenai kondisi tersebut merupakan bekal untuk mengetahui resistensi masyarakat Makassar dan Bone terhadap penguasaan Belanda di Makassar dalam SPM. Berdasarkan kedua tujuan pokok tersebut, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman terhadap karya sastra klasik yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia, khusunya Syair Perang Mengkasar. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap perkembangan penelitian sastra Indonesia.

6 Tujuan Praktis Tujuan praktis penelitian ini adalah untuk membantu pembaca dalam upaya memahami perjuangan masyarakat Makassar dalam menghadapi penjajahan Belanda yang terepresentasikan dalam SPM. Pada tahap selanjutnya, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra klasik yang ada di Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat mendorong minat peneliti lainnya untuk ikut mengembangkan penelitian sastra, khususnya sastra lama. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap SPM karya Enci Amin dengan menggunakan teori poskolonialisme belum pernah dilakukan. Akan tetapi, penelitian yang menggunakan objek material maupun teori yang sama dapat dikemukakan di sini. Berdasarkan penelusuran penulis dari berbagai sumber diketahui bahwa penelitian mengenai SPM pernah dilakukan oleh Skinner pada tahun Penelitian tersebut merupakan disertasi C. Skinner untuk meraih gelar Ph.D di Universitas London. Terdapat beberapa hal yang diungkapkan oleh Skinner dalam disertasinya tersebut. Pertama, Skinner mengidentifikasi posisi teks dengan tokoh yang dibicarakan dalam SPM. Kedua, menghubungkan peristiwa sejarah dalam SPM dengan peristiwa sejarah yang menjadi dasar penulisan syair tersebut. Ketiga, mengungkap eksistensi teks, termasuk kemungkinan waktu penulisan. Dalam penelitiannya Skinner menggunakan dua manuskrip, yaitu koleksi dari SOAS (manuskrip S) dan Perpustakaan Leiden (manuskrip L). Pada bait 1-13 didasarkan pada manuskrip L karena bait tersebut tidak terdapat dalam manuskrip

7 7 S, sedangkan bait Skinner lebih memilih penulisan pada manuskrip L karena lebih dekat dengan waktu (dan ruang) teks aslinya. Pada bait tidak terdapat dalam manuskrip L sehingga manuskrip S digunakan sebagai sumbernya. Anwar (2009: ) meneliti posisi teks SPM dengan fokus pada otensitas historis, transformasi emosi, dan eksistensi orang-orang Melayu di Gowa. Dalam penelitiannya tersebut Ahyar menggunakan beberapa pendekatan, yaitu hermeneutika-historis, teori respons, dan interpretasi berdasarkan teori emosi Jean Paul Sartre. Selain itu, Ahyar juga mengemukakan dua pertanyaan fundamental yang timbul dari eksistensi SPM, yaitu mengapa SPM lahir dalam bentuk sastra dan bahasa Melayu serta untuk siapa SPM tersebut diorientasikan oleh pengarang. Kurniawan (2012) menyatakan beberapa hal yang berkaitan SPM. SPM memiliki corak wacana antikolonial yang sangat khas. Terdapat adanya ungkapanungkapan kasar yang menyebutkan Belanda sebagai musuh bumiputra. Bumiputra dinarasikan pengarang sebagai kaum Islam sedangkan liyan penjajah didefinisikan sebagai kafir Nasrani. Proses pembentukan relasi Islam-Nasrani cenderung menggunakan identitas religius sebagai faktor pembeda, bukan sekedar diferensiasi melalui kesatuan geopolitik (Timur-Barat). Dalam teks SPM ditemukan adanya ajaran perang sabil yang dapat diposisikan sebagai sebuah wacana antikolonial. Pandangan mengenai perang kolonial antara masyarakat terjajah dan liyan penjajah di dalam narasi-narasi teks SPM adalah mewajibkan seluruh muslim untuk berperang melawan penjajah

8 8 tanpa kecuali. Sebaliknya, setiap muslim yang meninggalkan kewajiban berperang berarti telah mengkhianati agama Islam. Berdasarkan berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa belum pernah dilakukan adanya penelitian mengenai resistensi masyarakat terjajah dan penjajah yang terepresentasikan dalam SPM dengan menggunakan analisis poskolonialisme. 1.5 Landasan Teori Penelitian ini mencoba menjawab rumusan masalah dengan menggunakan teori poskolonialisme. Teori poskolonialisme dianggap sebagai teori yang sesuai untuk membahas SPM karena syair tersebut membahas masalah perlawanan masyarakat Makassar dan Bone terhadap pendudukan Belanda di Makassar. Barat dan Timur merupakan dua subjek yang berlawanan. Kata Timur sebenarnya bersifat kanonik. Istilah ini merujuk pada Asia atau Timur, baik secara geografis, moral, maupun budaya (Said, 2010:46). Orang-orang Eropa menganggap bangsa Timur adalah sebuah bangsa yang sangat berbeda dari bangsanya, bahkan berbagai argumen diungkapkan demi menguatkan anggapan bangsa tersebut. Dengan kata lain, orang Timur hampir selalu dikendalikan dan direpresentasikan oleh struktur-struktur yang mendominasinya (Said, 2010:59). Munculnya pikiran-pikiran miring tentang Timur sebenarnya lebih disebabkan adanya budaya Barat kontemporer tidak melihat Timur sebagai suatu kekuatan yang harus dialami dan dirasakan secara murni (Said, 2010:320). Bagi orang-orang Eropa, Timur tidak hanya bersebelahan dengan kawasan mereka.

9 9 Lebih dari itu, orang Eropa selalu menganggap Timur sebagai daerah jajahan mereka yang terbesar, terkaya, dan tertua selama ini. Timur juga dianggap sebagai sumber bagi peradaban dan bahasa Eropa yang terdalam. Timur adalah yang lain (the other) bagi Eropa (Said, 2010:2). Dapat dikatakan bahwa Timur dianggap sebagai tontonan karena tingkah lakunya yang aneh dan berbeda dengan bangsa Barat sedangkan Barat diasumsikan sebagai penonton yang memiliki kehalusan budi pekerti. Pada awalnya mereka memang berniat untuk memberadabkan bangsa Timur, tetapi pada dasarnya niat tersebut hanyalah sebuah alasan untuk menguasai bangsa Timur. Penguasaan Barat atas Timur menimbulkan adanya sebuah diskriminasi, baik dalam segi politik, pemerintahan, keadilan, dan sebagainya. Kapitalisme yang terjadi di daerah koloni tidak menyebarluaskan ilmu pengetahuan modern dan teknologi. Proses bahan mentah dikerjakan di Eropa sedangkan daerah koloni tidak mendapat manfaat apapun dari praktek ilmu pengetahuan modern dan teknologi tersebut. Ini adalah bagian dari indoktrinasi kolonial bahwa kolonialisme Barat membawa manfaat peradaban Barat; yang terjadi adalah bahwa kolonialisme Barat menghalangi berbagai manfaat dari peradaban Barat (Alatas, 1988:30). Berbagai kecurangan yang dilakukan Barat tersebut menyebabkan masyarakat Asia Tenggara atau bangsa Timur menghadapi sejumlah masalah, antara lain adalah masalah pendapatan, korupsi, dan pembangunan. Pada dasarnya

10 10 sifat masyarakat Asia Tenggara yang relatif statis diakibatkan oleh kekuasaan kolonial. Kolonialisme memisahkan negara ini satu sama lain dan untuk sebagian besar dari dunia Barat secara keseluruhan (Alatas, 1988:31). Dalam terminologi ilmu pengetahuan humaniora atau humanities mutakhir persoalan pengaruh kekuasaan politik dan kebudayaan kolonial terhadap bangsa terjajah sampai ke masa kemerdekaan bangsa tersebut disebut persoalan pascakolonial (Faruk, 2007:5). Secara etimologis postkolonial berasal dari kata post dan kolonial sedangkan kata kolonial itu sendiri berasal dari kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti tanah pertanian atau pemukiman. Jadi, secara etimologis kolonial tidak mengandung arti penjajahan, penguasaan, pendudukan, dan konotasi eksploitasi lainnya (Ratna, 2011:205). Manneke mengemukakan bahwa sasaran kritik pascakolonial adalah membongkar pola-pola hubungan kuasa tersebut untuk menguak ketimpangan yang melandasinya (Manneke, 2008:x). Visi poskolonial menelusuri pola-pola pemikiran kelompok orientalis dalam rangka membangun superioritas Barat, dengan konsekuensi logis terjadinya inferioritas Timur. Oleh karena itu, sasaran visi postkolonial adalah subjek kolektif intelektual Barat, kelompok oriental menurut pemahaman Edward Said (Ratna, 2011:) Poskolonial mencoba membongkar mitos-mitos yang mengerdilkan daya kritis dari penguasaan hegemoni melalui gerakan budaya dan kesadaran yang subtil (Anderson, 1999:8). Melalui teori poskolonialisme dapat diketahui perihal hubungan antara penjajah dan terjajah. Pihak terjajah, dalam hal ini adalah

11 11 bumiputera, merupakan subjek yang mendapat perlakuan berbeda dari bangsa penjajah. Bangsa penjajah menganggap bangsa terjajah sebagai bangsa yang bodoh, malas, dan berhubungan dengan hal-hal yang buruk. Bangsa penjajah menganggap bahwa dirinya adalah bangsa yang paling unggul sehingga bangsa terjajah harus lebih banyak belajar dari mereka. Alasan tersebut yang menyebabkan mereka semakin bersemangat dalam menjajah bangsa Timur, terutama Indonesia. Said (2010:1) mengungkapkan bahwa orang Eropa menganggap Timur sebagai barang temuan mereka. Bahkan sejak zaman dahulu Timur telah menjadi tempat yang penuh romansa, makhluk-makhluk eksotik, kenangan, panorama yang indah, dan pengalaman-pengalaman yang mengesankan. Aschroft (2003:301) mengemukakan bahwa kritik poskolonial muncul melalui dua jalan utama. Pertama, melalui pembacaan terhadap teks-teks poskolonial yang spesifik dan dampak-dampak yang muncul akibat penciptaannya dalam dan atas dasar konteks sosial dan historis yang spesifik. Kedua, melalui revisi terhadap kiasan-kiasan dan mode-mode yang telah ada seperti alegori, ironi, dan metafora dan pembacaan ulang teks-teks kanonik dalam kerangka pikir praktik diskursif poskolonial. Day dan Foulcher menyatakan bahwa dalam kajian sastra postkolonialisme merupakan strategi bacaan yang menghasilkan pertanyaanpertanyaan yang bisa membantu mengidentifikasi adanya tanda-tanda kolonialisme dalam teks-teks kritis maupun sastra, dan menilai sifat dan pentingnya efek-efek tekstual dari tanda-tanda tersebut (Day dan Foulcher dalam

12 12 Clearing a space, 2008:3). Pendekatan poskolonial juga banyak membantu dalam mencermati realitas lain dalam sejarah kolonialisme juga nasionalisme yang tidak bisa direduksi begitu saja menjadi kategori-kategori dalam oposisi biner (Niwandhono, 2011:29). Menurut Spivak (via Faruk, 2007:6), wacana kolonial bukan sesuatu yang tertutup dari kemungkinan resistensi. Bahkan wacana tersebut dapat melawan dirinya sendiri sehingga dapat menimbulkan efek yang berkebalikan dengan kehendak kekuasaan, yaitu efek yang memberdayakan bagi masyarakat terjajah. Resistensi, menurut Spivak, bukan tanpa risiko. Risiko fundamentalis yang mengonstruksi identitas subjek sebagai sesuatu yang esensial harus pula dilawan. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis data Metode Pengumpulan Data Penetapan objek kajian, SPM, merupakan langkah awal dalam tahap pengumpulan data. Peneliti tidak akan menempuh metode filologi karena telah tersedianya hasil transliterasi SPM yang dilakukan oleh seorang ahli, Skinner. Skinner (2008) mendasarkan penelitiannya pada dua manuskrip, manuskrip yang terdapat di SOAS (manuskrip S) dan manuskrip yang terdapat di Universitas Leiden (manuskrip L). Pada penelitiannya tersebut ia menggunakan metode legger (landasan), yaitu peneliti memilih satu atau segolongan naskah yang unggul kualitasnya kemudian naskah tersebut dijadikan landasan atau induk teks (Baried

13 13 dkk., 1994:67). Manuskrip yang dianggap unggul oleh Skinner adalah manuskrip L. Oleh karena itu, manuskrip L dijadikan landasan dalam penelitiannya sedangkan manuskrip S digunakan sebagai pelengkap. Apabila peneliti melakukan transliterasi dikhawatirkan akan menghasilkan sebuah transliterasi yang tidak maksimal. Selain itu, faktor yang menyebabkan peneliti tidak melakukan transliterasi adalah keterbatasan peneliti dalam menjangkau keberadaan manuskrip. Manuskrip SPM hanya tersedia di perpustakaan School of Oriental and African Studies (SOAS) dan perpustakaan Universitas Leiden. Kedua faktor tersebut merupakan faktor penyebab pemilihan hasil transliterasi dari Skinner sebagai bahan kajian dalam penelitian in. Penentuan objek kajian dilanjutkan dengan melakukan mengumpulkan berbagai data yang berhubungan dengan SPM, misalnya pengumpulan data historis yang menjadi latar belakang SPM. Setelah data-data tersebut dikumpulkan, SPM akan dianalisis dengan menggunakan teori poskolonialisme serta melihat latar belakang historis yang mendasari pembuatan syair tersebut Metode Analisis Data Tahap pertama yang akan dilalui dalam menganalisis data adalah tahap pembacaan. Dalam tahap ini, peneliti akan menggunakan metode pembacaan kontrapuntal. Said (1995: ) menawarkan pembacaan kontrapuntal untuk membaca sebuah teks dengan disertai pemahaman akan apa yang tercakup mengenai persoalan yang berhubungan dengan visi-visi perlawanan menentang segala bentuk kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh bangsa-bangsa

14 14 Eropa pada masa itu. Pembacaan kontrapuntal juga harus disertai proses pemahaman mengenai ideologi yang ditunjukkan oleh pengarang. Dapat dikatakan bahwa metode pembacaan kontrapuntal sesuai untuk memahami sebuah objek kajian yang akan dianalisis dengan menggunakan teori poskolonialisme. 1.7 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dalam penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi relasi masyarakat Makassar dan Bone pada masa terjadinya perang Makassar. Bab III berisi resistensi masyarakat Makassar terhadap bangsa penjajah serta kontestasi antara Goa dan Bone dalam Syair Perang Mengkasar. Bab IV berisi penutup.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjajahan pada periode sebelum terjadinya era modernisme menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penjajahan pada periode sebelum terjadinya era modernisme menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penjajahan pada periode sebelum terjadinya era modernisme menjadi sebuah rekaman bagi bangsa-bangsa yang akan mulai membentuk identitasnya. Berbicara mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi dalam setiap aspek di kehidupan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi dalam setiap aspek di kehidupan tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang terjadi dalam setiap aspek di kehidupan tidak terlepas dari peran serta sejarah. Peran sejarah dalam kehidupan adalah sebagai pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL BAHASA INDONESIA... i. HALAMAN SAMPUL BAHASA INGGRIS... ii. HALAMAN JUDUL... iii. HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL BAHASA INDONESIA... i. HALAMAN SAMPUL BAHASA INGGRIS... ii. HALAMAN JUDUL... iii. HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL BAHASA INDONESIA... i HALAMAN SAMPUL BAHASA INGGRIS... ii HALAMAN JUDUL... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN MOTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretik 1. Teori Poskolonial Kata kolonialisme, menurut Oxford English Dictionary (OED) via Loomba (2003) berasal dari kata Latin/Romawi colonia yang berarti tanah pertanian

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Kelas/Semester : X1/2 Standar : 2. Menganalisis Perkembangan bangsa sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan Pendudukan

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD TEORI PSIKOANALISIS Teori psikoanalisis yang dipakai mengacu pada konsep Sigmund Freud tentang kepribadian. Dalam Koswara (1991:109), Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat tiga revolusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolonial berasal dari akar kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolonial berasal dari akar kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kolonial berasal dari akar kata colonia, bahasa Romawi, yang berarti tanah pertanian atau pemukiman (Ratna, 2011:205). Secara etimologis, kolonial tidak

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai

BAB VII KESIMPULAN. masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai BAB VII KESIMPULAN A. Kesimpulan Sinrilik Kappalak Tallumbatua (SKT) sebagai hasil tradisi sastra lisan dari masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai alat untuk

Lebih terperinci

Abstrak dan Executive Summary

Abstrak dan Executive Summary Abstrak dan Executive Summary Sang Lain Timur Menimurkan Timur Oleh: Abu Bakar Ramadhan Muhamad, S.S., M.A. NIDN. 002709740 NIP. 197409272003121001 UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS SASTRA 2015 Ketua Peneliti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban umat manusia yang telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban umat manusia yang telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban umat manusia yang telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu dapat dikenali dari hasil laporan atau rekaman jejak-jejak sejarah dalam berbagai bentuk, ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair. ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Kemunculan karya sastra Indonesia yang mengulas tentang kolonialisme dalam khazanah sastra Indonesia diprediksi sudah ada pada masa sastra Melayu Rendah yang identik dengan bacaan-bacaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Nama Sekolah : SMK AL-ISHLAH CILEGON Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Jumlah : 30 PG, 5 uraian Kelas/ Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Banyaknya penggunaan simbol-simbol dalam puisi menuntut pembaca

BAB II LANDASAN TEORI. Banyaknya penggunaan simbol-simbol dalam puisi menuntut pembaca BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simbol Banyaknya penggunaan simbol-simbol dalam puisi menuntut pembaca memiliki pemahaman yang lebih dalam dari segi pemaknaan dan disertai juga adanya wawasan sudut pandang kultural.

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima novel terlihat bahwa sastra

BAB VII PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima novel terlihat bahwa sastra 1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap kelima novel terlihat bahwa sastra kolonial Belanda memiliki pertalian yang kuat dengan kolonialisme Belanda. Sastra kolonial Belanda

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS 2.1. Menganalisis Kolonialisme dan Imperialisme Perkembangan Pengaruh Barat di Barat dan Perubahan Merkantilisme dan Ekonomi, dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di pada masa Kolonial Demografi, Kapitalisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Jurnal Sejarah. Vol. 1(1), 2017: 151 156 Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia DOI: 10.17510/js.v1i1. 59 SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Sumber Gambar: Tempo.co Professor

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER)

KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER) KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER) Definisi Postkolonialisme Mendefinisikan istilah postkolonialisme sama susahnya dengan mendefinisikan

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek

Lebih terperinci

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus Bab 4 PENUTUP Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus liberalisasi, ruang-ruang publik di tanah air mulai menampakkan dirinya. Namun kuatnya arus liberalisasi tersebut, justeru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 lalu merupakan fase

BAB I PENDAHULUAN. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 lalu merupakan fase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 lalu merupakan fase awal untuk membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan. Melalui perjuangan bersenjata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Penyebaran Islam yang terjadi di Asia Tenggara menghasilkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya lokal sehingga membuahkan budaya baru yang dinamis

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang perjuangan seorang perempuan yang ingin memperjuangkan perempuan lain, agar mendapatkan haknya. Tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita

Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Bab 7 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Praktik Makan Patita Suatu praktik dalam masyarakat tidak mungkin terpisah sepenuhnya dari kondisi riel masyarakat itu sendiri. Kondisi yang terkait dengan intensitas pelaksanaan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Jenis Sekolah : SMK Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu: Jumlah Soal : 40 Soal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Aceh yang dahulu pernah menjadi sebuah negara tangguh di dunia kini menjadi sebuah provinsi dalam wilayah Republik Indonesia. Ia berkedudukan di ujung barat

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad ke-19, sebagian besar negara-negara di Asia merupakan daerah kekuasan negara-negara Eropa. Pada abad tersebut khususnya di negara-negara Asia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menyimpulkan sesuai rumusan masalah. Adapun kesimpulan tersebut adalah

BAB V PENUTUP. menyimpulkan sesuai rumusan masalah. Adapun kesimpulan tersebut adalah BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyimpulkan sesuai rumusan masalah. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Representasi kondisi sosial

Lebih terperinci

BAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA PETA KONSEP. Kata Kunci

BAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA PETA KONSEP. Kata Kunci BAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kamu memiliki kemampuan untuk menjelaskan kedatangan bangsa Eropa dan perkembangan agama Nasrani pada masa

Lebih terperinci

Tugas Perkuliahan & bobot nilai. Model Perkuliahan. Sub Pokok Bahasan. Kompetensi Khusus. Pokok Bahasan. Pertemuan ke- No.

Tugas Perkuliahan & bobot nilai. Model Perkuliahan. Sub Pokok Bahasan. Kompetensi Khusus. Pokok Bahasan. Pertemuan ke- No. SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH SEJARAH ISLAM DI INDONESIA DOSEN : Drs. Andi Suwirta, M,Hum. Dr. Agus Mulyana, M.Hum. Encep Supriatna, M.Pd. BOBOT 3 SKS/Kode SJ 200 =======================================================================================================

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan BAB V KESIMPULAN Persepolis karya Marjane Satrapi merupakan karya francophone yang telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan dimasukkan ke dalam ranah studi literatur.

Lebih terperinci

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Anggota kelompok 3: 1. Ananda Thalia 2. Budiman Akbar 3. Farrel Affieto 4. Hidayati Nur Trianti Strategi Perlawanan

Lebih terperinci

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur Melacak Perburuan Mutiara dari Timur A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Barat Peta diatas merupakan gambaran dari proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara. Garis menggambarkan proses perjalanan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat yang berada di kawasan non-perbatasan di Indonesia. Masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat yang berada di kawasan non-perbatasan di Indonesia. Masyarakat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Masyarakat perbatasan di Pulau Penawar Rindu, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam membayangkan nasionalisme itu secara khas dan berbeda dengan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh dari budaya luar masih terikat dengan adat istiadat yang berlaku yang dipimpin oleh ketua

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekade pertama hingga ketiga abad ke-20 kolonialis Eropa telah. menguasai hampir 85% permukaan bumi. Bagi masyarakat Hindia Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Dekade pertama hingga ketiga abad ke-20 kolonialis Eropa telah. menguasai hampir 85% permukaan bumi. Bagi masyarakat Hindia Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dekade pertama hingga ketiga abad ke-20 kolonialis Eropa telah menguasai hampir 85% permukaan bumi. Bagi masyarakat Hindia Belanda sekarang Indonesia, periode

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN POSKOLONIALISME DALAM NOVEL ANAK SEMUA BANGSA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

TINJAUAN POSKOLONIALISME DALAM NOVEL ANAK SEMUA BANGSA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER TINJAUAN POSKOLONIALISME DALAM NOVEL ANAK SEMUA BANGSA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER SKRIPSI Oleh: Harry Andana NIM 201110080311056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci