ANALISIS KELAYAKAN USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA DENGAN POLA BAGI HASIL (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA DENGAN POLA BAGI HASIL (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara)"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA DENGAN POLA BAGI HASIL (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara) SKRIPSI RATNA PUSPITASARI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 i

2 RINGKASAN RATNA PUSPITASARI. H Analisis Kelayakan Usaha Jati Unggul Nusantara dengan Pola Bagi Hasil (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI). Sektor kehutanan memiliki peran yang penting, tidak hanya bagi kelestarian lingkungan melainkan juga terhadap pembangunan ekonomi Indonesia. Pengusahaan sektor kehutanan salah satunya dilakukan dengan pengembangan industri hasil hutan. Pengembangan industri kayu olahan mengalami hambatan pada empat tahun terakhir karena ketersediaan kayu hutan alam yang semakin menipis. Penipisan ketersediaan kayu hutan alam menyebabkan pemerintah membatasi jumlah izin pemanfaatan kayu hutan alam untuk industri khususnya kayu keras seperti kayu jati. Kebijakan pembatasan penebangan kayu jati, mengurangi ketersediaan bahan baku kayu untuk industri kayu olahan karena sebagian besar industri kayu olahan menggunakan jenis kayu tersebut. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pemenuhan permintaan kayu jati, dilakukan pengembangan teknologi untuk memperpendek usia tanam jati menjadi 5-20 tahun. Tanaman ini di beri nama Jati Unggul Nusantara (JUN). Jati Unggul Nusantara adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani. Meskipun JUN dapat di panen pada tahun ke lima, namun kualitas yang dihasilkan hampir sama dengan tanaman jati yang berusia 15 tahun. Oleh karena itu, banyak pengusaha yang mulai tertarik membudidayakan JUN. Salah satu lembaga yang membudidayakan JUN adalah Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). Koperasi ini membantuk Unit Usaha Bagi Hasil KPWN (UBH-KPWN) pada tahun 2007 sebagai pelaksana usaha budidaya jati unggul dengan pola bagi hasil. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, (2) menganalisis kelayakan finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN yang menerapkan pola bagi hasil, (3) menganalisis kepekaan (sensitivitas) usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN terhadap perubahan biaya operasional dan jumlah produksi. Penelitian dilakukan di Unit Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan kegiatan usaha baru berjalan dua tahun, sedangkan rencana proyek adalah 10 tahun, sehingga menarik untuk dilakukan analisis kelayakan pada usaha tersebut. Selain itu, sistem manajemen usaha yang diterapkan memiliki keunikan, yaitu pola bagi hasil dan manajemen pohon (trees management). Penelitian ini dilakukan mulai April hingga Juli Jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung, sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran literatur. Analisis data kualitatif dilakukan secara deskriptif, ii

3 sedangkan analisis data finansial pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan kalkulator dan komputer dengan program Microsoft Excel. Berdasarkan hasil penelitian, baik aspek non finansial maupun aspek finansial menunjukkan bahwa usaha JUN UBH-KPWN layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, pengusahaan Jati Unggul Nusantara (JUN) layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara permintaan dan penawaran. Berdasarkan aspek teknis dan teknologis, usaha ini menggunakan teknologi dan peralatan yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, pengusahaan JUN ini telah melakukan fungsi manajemen dengan cukup baik mulai dari perencanaan hingga pengawasan, serta sudah ada pembagian kerja yang jelas. Selain itu, penerapan pola bagi hasil dan manajemen pohon menjadi pembeda dan daya tarik usaha ini. Berdasarkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, usaha ini turut serta melestarikan lingkungan dan menyerap tenaga kerja. Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP, dan BEP, usaha JUN ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu Rp , IRR sebesar 48 persen, dimana lebih besar dari discount rate sebesar 9 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu enam. Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 5,555 tahun atau sama dengan 5 tahun 6 bulan 20 hari dimana masih lebih kecil dari umur proyek, serta nilai break even point (BEP) usaha JUN ini adalah sebanyak pohon. Berdasarkan analisis switching value, penurunan jumlah produksi tanaman JUN lebih berpengaruh dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan jumlah produksi tanaman JUN agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 12, persen, sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 65, persen. Hal tersebut menunjukkan usaha ini sensitif terhadap perubahan jumlah produksi. iii

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA DENGAN POLA BAGI HASIL (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara) RATNA PUSPITASARI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 iv

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Jati Unggul Nusantara dengan Pola Bagi Hasil (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara) : Ratna Puspitasari : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Jati Unggul Nusantara dengan Pola Bagi Hasil (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara) adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2009 Ratna Puspitasari H vi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 2 Agustus Penulis adalah anak dari pasangan Bapak Ir. Mohammad Nasrun, M.Si dan Ibu Tri Ratmini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi 4 Bogor pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 1 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Bogor diselesaikan pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Pada tahun 2006, penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui seleksi umum yang dilakukan terhadap seluruh mahasiswa TPB-IPB angkatan 42. Penulis mengambil minor Ilmu Konsumen dari Departemen Ilmu Konsumen dan Keluarga (IKK) Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis tercatat sebagai pengurus Sharia Economics Student Club (SES-C) periode dan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Kabinet IPB Gemilang. Selain itu, penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan yang dilaksanakan di dalam IPB dan di luar IPB. Penulis juga tercatat sebagai asisten responsi mata kuliah Ekonomi Umum untuk empat masa jabatan yaitu semester ganjil Tahun Ajaran 2007/2008 hingga semester genap Tahun Ajaran 2008/2009. Pada tahun 2008, penulis bersama dengan empat rekan mahasiswa lainnya memperoleh hibah DIKTI untuk Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan. Selain itu, pada tahun 2008 penulis masuk dalam sepuluh besar pada lomba Bussiness Plan 3 rd BGTC (Banking Goes to Campus) yang dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis FEM ke-7. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Jati Unggul Nusantara dengan Pola Bagi Hasil (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha jati unggul nusantara dengan pola bagi hasil, baik dari aspek non finansial maupun aspek finansial. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik dari aspek teknis penulisan maupun substansi, karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan sehingga penulis dapat menyusun penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Kekurangan-kekurangan maupun kesalahankesalahan yang terdapat di dalam skripsi ini juga dapat dijadikan pembelajaran oleh peneliti yang menjadikan skripsi ini sebagai referensi, agar kekurangan maupun kesalahan tersebut tidak terulang lagi. Bogor, September 2009 Ratna Puspitasari viii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan, kasih sayang dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi salah satu persembahan terbaik. 2. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses pra-penelitian hingga penyusunan skripsi. 3. Etriya, SP. MM selaku dosen penguji utama dan Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji Departemen yang telah meluangkan waktu pada ujian sidang penulis serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Ibu Yayah K. Wagiono yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen Departemen Agribisnis selama penulis menjadi mahasiswa Departemen Agribisnis. 5. Pihak UBH-KPWN atas penerimaan, waktu, kesempatan, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian. 6. Staf pelayanan akademik (Ibu Ida dan Mbak Dian) yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Agribisnis. 7. Suci Nurani Diah Palupi yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan pikiran melalui pertanyaan, kritik, serta saran yang diberikan saat menjadi pembahas seminar penulis. 8. Aditya Putri, Hening, Dita, Ira, Dyna, dan Teh Tina atas persaudaraan yang indah, nasihat, semangat, dan teladan yang diberikan. 9. Wening, Aqsa, Dho-dho, Nurul, Rifi, Njoez, Iwiw, Hepi, Anna, dan temanteman Agribisnis angkatan 42 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi 10. Janri Wolden, rekan satu bimbingan atas semangat dan sharing selama penelitian. 11. Tia, Septi, Faisal dan Debie, rekan-rekan Gladikarya Desa Cikole dan Desa Cibodas atas kebersamaan dan pelajaran hidup yang diberikan. ix

10 12. Pejuang Ekonomi Syariah (SES-C) dan sahabat Gemilang, khususnya Pejuang Lingkungan (KLH) atas kesempatan mengembangkan diri dalam berorganisasi serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas seluruh bantuan yang diberikan. Bogor, September 2009 Ratna Puspitasari x

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Perbandingan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu Hasil Analisis Berdasarkan Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Gambaran Komoditas Tanaman Jati Jati Unggul Nusantara (JUN) Studi Kelayakan Bisnis Aspek-Aspek Studi Kelayakan Analisis Nilai Pengganti Sistem Bagi Hasil Kerangka Pemikiran Operasional IV METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Desain Penelitian Jenis Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial Analisis Kriteria Kelayakan Finansial Definisi Operasional V GAMBARAN UMUM USAHA Sejarah Pendirian UBH-KPWN Profil UBH-KPWN Kegiatan Pokok UBH-KPWN Gambaran Umum Sistem Agribisnis Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN Subsistem Agribisnis Hulu Subsistem Usahatani Subsistem Agribisnis Hilir Subsistem Pendukung xi

12 VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar dan Pemasaran Peluang Pasar Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pesaing Hasil Analisis Aspek Pasar Aspek Teknis dan Teknologis Lokasi Input dan Peralatan Teknik Budidaya Lay Out Hasil Analisis Aspek Teknis Aspek Manajemen Bentuk Usaha Struktur Organisasi Sistem Manajemen Usaha JUN UBH-KPWN Hasil Analisis Aspek Manajemen Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Peningkatan Pendapatan Masyarakat Peningkatan Pembangunan Desa Memperkokoh Hubungan Sosial Kemasyarakatan Perbaikan Kondisi Lingkungan VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Asumsi-Asumsi Dasar dalam Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN Penerimaan Penjualan Jasa Investasi Penerimaan Penjualan Pohon JUN Siap Panen Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN Biaya Investasi Biaya Operasional Bagi Hasil Laporan Laba Rugi Usaha JUN UBH-KPWN Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN Analisis Switching Value Usaha JUN UBH-KPWN VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Penyebaran Hutan pada Tujuh Kelompok Pulau Besar Indonesia Produk Domestik Bruto Sektor Kehutanan Tahun atas Dasar Harga Berlaku Perkembangan Produksi Hasil Hutan berupa Kayu di Indonesia Tahun Perkembangan Produksi Hasil Hutan non Kayu di Indonesia Tahun Devisa Ekspor Hasil Hutan Tahun Lokasi dan Jumlah Tanaman Jati UBH-KPWN tahun Peralatan Budidaya JUN Jenis Pupuk dan Dosis pada Pemupukan Lanjutan Tanaman JUN Rencana Penanaman JUN Tahun Pertama hingga Kelima Realisasi Penanaman JUN Tahun Pertama dan Kedua Penyesuaian Rencana Penanaman JUN Tahun Ketiga hingga Kelima Deskripsi Pekerjaan Direksi UBH-KPWN Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Budidaya JUN UBH-KPWN Bagian Hasil dan Beban Risiko Para Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN Penerimaan Penjualan Jasa Investasi JUN UBH-KPWN Penerimaan Penjualan Tanaman JUN UBH- KPWN Biaya Investasi Perlengkapan Kantor UBH-KPWN Biaya Investasi Peralatan Produksi UBH-KPWN Biaya Pengadaan Bibit Biaya Reinvestasi Usaha JUN UBH-KPWN pada Tahun Keenam UBH-KPWN Biaya Reinvestasi Usaha JUN UBH-KPWN pada Tahun Ketiga, Kelima, Ketujuh, dan Kesembilan Biaya Manajemen Kantor UBH-KPWN Biaya Input Penanaman dan Perawatan Tanaman JUN dalam Lima Tahun (per Pohon) xiii

14 24 Biaya Upah Tenaga Kerja Penanaman, Perawatan, dan Pengawasan Tanaman JUN dalam Lima Tahun Bagi Hasil kepada Petani, Pemilik Lahan, Investor, Pemerintah Desa, dan UBH-KPWN Hasil Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN Hasil analisis switching value usaha JUN UBH-KPWN xiv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Kerangka Pemikiran Operasional Sistem Agribisnis JUN Perakaran Jati Unggul Nusantara Grafik Volume dan Nilai Ekspor Kayu Jati tahun Tata Waktu Penyiapan Lahan, Pupuk, dan Bibit Lay Out Kantor Pusat Pengaturan Tanam JUN Bagan Kontribusi dan Bagian Hasil Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Hasil Penelitian Terdahulu Perbandingan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu Aktifitas Usaha JUN Struktur Organisasi UBH-KPWN Laporan Laba Rugi UBH-KPWN Analisis Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Analisis Switching Value dengan Peningkatan Biaya Operasional sebesar 65,54 persen pada Usaha JUN UBH-KPWN Analisis Switching Value dengan Penurunan Jumlah Produksi JUN sebesar 12,74 persen pada Usaha JUN UBH-KPWN xvi

17 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta ha dengan luas daratan sekitar 187,91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan data statistik Departemen Kehutanan tahun 2008 luas kawasan hutan mencapai ,18 ha. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kawasan hutan cukup luas dan tersebar hampir di seluruh pulau. Kawasan hutan terluas terdapat di Pulau Kalimantan yaitu seluas 40,89 juta ha atau 31 persen dari total luas hutan Indonesia. Pulau Papua menempati urutan kedua dengan luas kawasan hutan sebesar 40,54 juta ha dan urutan ketiga ditempati oleh Pulau Sumatera dengan luas sebesar 27,63 juta ha, sedangkan pulau lainnya memiliki luas kawasan hutan kurang dari 15 persen dari total luas hutan Indonesia (Tabel 1). Tabel 1. Penyebaran Hutan pada Tujuh Kelompok Pulau Besar Indonesia No. Pulau Luas Hutan (Juta ha) 1. Papua 40,54 2. Kalimantan 40,89 3. Sumatera 27,63 4. Sulawesi 11,73 5. Maluku 7,14 6. Jawa 3, Bali Nusa 2,69 Sumber : Statistik Departemen Kehutanan (2008) Hutan memiliki banyak fungsi antara lain fungsi lingkungan, fungsi estetika, fungsi pelestarian plasma nutfah, serta fungsi ekonomi. Peran hutan dalam fungsi lingkungan, khususnya sebagai daerah resapan dan tangkapan air dapat mencegah kekeringan, banjir, serta tanah longsor. Selain itu, tanaman khususnya pepohonan yang terdapat di hutan juga berfungsi sebagai penyerap emisi karbondioksida (CO 2 ), sehingga dapat meredam pemanasan global. Jika dilihat dari fungsi estetika, hutan membentuk pemandangan yang indah, sehingga dapat dijadikan daerah wisata alam. Dalam pelestarian plasma 1

18 nutfah, hutan berfungsi sebagai pelestari flora maupun fauna jenis tertentu yang memungkinkan dapat dikembangkan di luar kawasan hutan. Sedangkan fungsi hutan jika ditinjau dari sisi ekonomi, hutan turut serta pula memberikan kontribusi terhadap perekonomian. Peran hutan dalam perekonomian dapat dilihat dari kecenderungan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor kehutanan. Produk Domestik Bruto (PDB) sektor kehutanan pada tahun 2000 hingga 2007 cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan perubahan sebesar Rp milyar atau 33,04 persen dari PDB tahun sebelumnya (Tabel 2). Tabel 2. Produk Domestik Bruto Indonesia untuk Sektor Kehutanan Tahun atas Dasar Harga Berlaku No. Tahun PDB Sektor Kehutanan (Milyar Rupiah) , , , , , , * , ** ,1 Keterangan : * : Angka sementara ** : Angka sangat sementara Sumber : Statistik Departemen Kehutanan (2008) Kontribusi hasil hutan terhadap Produk Domestik Bruto berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Adapun hasil hutan kayu meliputi kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, dan produksi kayu olahan lainnya, seperti wood working, block board, veneer, particle board, chipwood, pulp, moulding, dan dowel. Sedangkan hasil hutan non kayu meliputi rotan (rotan bulat), gondorukem, terpentin, minyak kayu putih, damar, sagu, dan kopal. Perkembangan produksi hasil hutan kayu dan non kayu di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. 2

19 Tabel 3. Perkembangan Produksi Hasil Hutan berupa Kayu di Indonesia Tahun Jenis Komoditas Tahun Kayu bulat (m 3 ) Kayu lapis (m 3 ) Kayu gergajian (m 3 ) Wood working (m 3 ) Block board (m 3 ) Veneer (m 3 ) Particle board (m 3 ) Chipwood (m 3 ) Pulp (ton) Moulding (m 3 ) Dowel (m 3 ) Sumber : Statistik Departemen Kehutanan (2008) Pada tabel diatas, terlihat bahwa antara tahun 2003 hingga 2007 produksi hasil hutan kayu cenderung mengalami fluktuasi. Namun, produksi terbanyak tetap berasal dari kayu bulat, dengan produksi terbesar dicapai pada tahun Sedangkan produksi hasil hutan non kayu, antara tahun 2003 hingga 2007 cenderung mengalami penurunan, kecuali produksi minyak kayu putih saja yang mengalami peningkatan di tahun 2007 (Tabel 4). Tabel 4. Perkembangan Produksi Hasil Hutan non Kayu di Indonesia Tahun Jenis Komoditas Tahun Rotan (ton) Gondorukem (ton) Damar (ton) Terpentin (ton) Kopal (ton) Minyak Kayu Putih (liter) Sumber : Statistik Departemen Kehutanan (2008)

20 Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas pula dari peran sektor kehutanan dalam menghasilkan devisa. Pengusahaan sektor kehutanan salah satunya dilakukan dengan pengembangan industri hasil hutan berupa kayu. Pengembangan industri hasil hutan berupa kayu ini didorong oleh upaya pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, diantaranya adalah penciptaan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah serta peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor. Berdasarkan data devisa ekspor hasil hutan, dapat dilihat bahwa kayu olahan memberikan kontribusi devisa yang lebih besar dibandingkan dengan kayu bulat dan kayu gergajian (Tabel 5). Hal tersebut dikarenakan devisa yang berasal dari kayu olahan merupakan penjumlahan dari jenis kayu olahan, seperti wood working, block board, veneer, particle board, chipwood, pulp, moulding, dan dowel. Selain itu, salah satu penyebab penurunan devisa ekspor kayu bulat adalah mulai diberlakukannya pelarangan ekspor kayu bulat (log), akibat maraknya kegiatan penyelundupan kayu bulat ke luar negeri (illegal logging). Oleh karena itu, pengembangan pengusahaan kayu olahan dirasa dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan devisa negara. Tabel 5. Devisa Ekspor Hasil Hutan di Indonesia Tahun Tahun Kayu Bulat (juta US $) Kayu Gergajian (juta US $) Kayu Olahan (juta US $) ,62 89, , ,59 124, , ,24 85, , ,33 26, , ,19 3, , , ,44 Sumber : Statistik Departemen Kehutanan (2008) Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat kontribusinya yang cukup besar dalam perekonomian negara, namun perkembangannya mengalami hambatan pada beberapa tahun terakhir karena ketersediaan kayu yang semakin menipis. Penipisan ketersediaan kayu tersebut disebabkan oleh adanya gap yang cukup besar antara kebutuhan dengan 4

21 kemampuan pemenuhannya. Selain itu, kebakaran hutan dan penebangan hutan secara liar (illegal logging) juga menjadi faktor penyebab penipisan ketersediaan kayu. Kebutuhan terhadap kayu relatif besar, namun dihadapkan dengan ketersediaan kayu yang semakin menipis. Hal ini dapat dilihat dari jatah potensi tebangan kayu. Jatah potensi tebangan pada tahun 2008 sebesar 9,1 m 3, sedangkan kebutuhan bahan baku industri primer hasil hutan kayu mencapai ,25 m 3 (Statistik Direktorat Jendral Bina Produksi Kehutanan 2008). Porsi hutan tebang yang diberikan ini masih jauh dari kebutuhannya. Kebijakan pembatasan penebangan ini, mengurangi ketersediaan bahan baku kayu untuk industri kayu olahan karena sebagian besar industri kayu olahan menggunakan jenis kayu tersebut. Menurut informasi dari ASMINDO (2008), permintaan kayu jati di Indonesia pada tahun 2008 mencapai meter kubik, namun penawaran yang dapat dipenuhi hanya sebesar meter kubik saja, sehingga terjadi kekurangan penawaran sekitar 90 persen. Kendala lain yang dihadapi dalam pemenuhan bahan baku kayu jati adalah umur tanam yang relatif lama. Semakin lama tanaman jati di tanam, maka kualitasnya dipercaya semakin baik. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pemenuhan permintaan kayu jati, dilakukan pengembangan teknologi untuk memperpendek usia tanam jati menjadi 5-20 tahun. Tanaman ini di beri nama Jati Unggul Nusantara (JUN). Jati Unggul Nusantara adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani. JUN dibiakkan secara vegetatif dengan stek pucuk dari pohon/klon unggul dari Perum Perhutani yang bersertifikat dengan metode bioteknologi mutakhir (UBH-KPWN 2009). Meskipun JUN dapat di panen pada tahun ke lima, namun kualitas yang dihasilkan hampir sama dengan tanaman jati konvensional yang berusia 15 tahun, yaitu memiliki kelas awet III-V, kelas kuat III, dan persentase teras (UBH- KPWN 2009). Oleh karena itu, banyak pengusaha yang mulai tertarik membudidayakan JUN. Salah satu lembaga yang tertarik membudidayakan JUN adalah Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). 5

22 1.2 Perumusan Masalah Kayu jati (Tectona grandis L.F) merupakan salah satu komoditas hasil hutan yang memiliki nilai ekonomis yang bernilai tinggi namun memiliki kelemahan yaitu umur tanam yang relatif lama, bahkan dapat mencapai delapan puluh tahun. Disisi lain, kayu jati merupakan salah satu bahan baku industri perkayuan yang populer karena berbagai keunggulannya. Kayu jati memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan baku pembuat rumah dan mebel. Beberapa kalangan masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta perabotannya terbuat dari kayu jati. Selain itu, berbagai konstruksi pun terbuat dari kayu jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, jati digunakan sebagai vinir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Pada industri perkapalan, kayu jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah tropis. Namun, beberapa tahun belakangan ini, kayu jati lebih banyak digunakan untuk bahan baku perumahan dan mebel. Meskipun pada akhir-akhir ini trend penggunaan kayu lain sebagai bahan baku perumahan dan mebel mulai meningkat, namun jati masih tetap menjadi pilihan utama. Beberapa jenis kayu lain yang banyak digunakan pula sebagai bahan baku perumahan dan mebel adalah kayu sengon laut dan kayu kanver. Kedua jenis kayu ini memiliki harga yang relatif lebih murah dibanding dengan jati. Namun, jika dilihat dari kualitas dan keawetan, kedua jenis kayu ini masih kalah dibandingkan dengan jati. Selain itu, dari serat yang dihasilkan kayu jati juga masih labih unggul sehingga jika digunakan untuk mebel atau furnitur, kayu jati akan menghasilkan tekstur yang indah. Jika dilihat dari respon masyarakat, terlihat bahwa jati masih tetap menjadi pilihan utama. Hal ini dapat dilihat pula dari kebutuhan kayu jati baik dalam negeri maupun luar negeri yang relatif mengalami peningkatan. Menurut informasi dari ASMINDO (2008), permintaan kayu jati di Indonesia pada tahun 2008 mencapai meter kubik, namun penawaran yang dapat dipenuhi hanya sebesar meter kubik saja, sehingga terjadi kekurangan penawaran sekitar 90 persen. Oleh karena itu, beberapa upaya dilakukan agar dapat 6

23 memenuhi kekurangan pasokan tersebut, salah satunya adalah pengembangan penggunaan teknik budidaya bibit unggul hasil rekayasa genetika tanaman jati. Beberapa pengusaha bibit jati menamakan jati unggul ini dalam beberapa nama dagang seperti Jati Super, Jati Prima, dan Jati Emas. Sedangkan Perhutani sebagai BUMN Departemen Kehutanan yang secara historis telah mengembangkan tanaman jati sejak masa penjajahan Belanda juga telah mengembangkan tanaman jati dengan daur tebang lebih singkat dari jati konvensional. Jati produksi Perhutani tersebut diberi nama Jati Plus Perhutani (JPP). Jati Unggul Nusantara adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani. Jati Plus Perhutani ini diinduksi perakarannya menjadi akar tunggang majemuk, sehingga perakarannya menjadi kokoh dan batang cepat besar namun tidak mudah roboh (UBH-KPWN 2009). Salah satu hal yang menjadi pembeda antara JUN dengan jati unggul lainnya, seperti Jati Emas adalah pelaku budidayanya. Jati Emas dikembangkan oleh Thailand, sehingga jika dilihat dari kesesuaian dengan agroklimat atau tempat tumbuh dengan iklim di Indonesia perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu. Sedangkan JUN merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh Perum Perhutani Indonesia, sehingga secara agroklimat sudah sesuai dengan kondisi di Indonesia. Meskipun dikembangkan oleh pihak yang berbeda, namun pengembangan bibit jati unggul ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menghasilkan jati dalam umur yang tidak terlalu lama. Penggunaan teknik budidaya jati unggul ini dapat memperpendek umur tanam, sehingga masa panen dapat lebih cepat. Masa panen yang relatif cepat ini diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan kayu jati saja, tetapi juga dapat menarik pemilik modal untuk berinvestasi pada sektor kehutanan, khususnya tanaman jati. Dalam rangka menunjang pengembangan budidaya jati unggul, maka diperlukan sistem usaha yang dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan agar dapat memenuhi permintaan jati secara berkesinambungan. Salah satu pelaku usaha budidaya jati unggul yang memiliki sistem usaha yang terpadu adalah Unit Usaha Bagi Hasil Jati Unggul Nusantara KPWN. 7

24 Tanaman Jati Unggul Nusantara yang dibudidayakan oleh Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusamtara (UBH-KPWN) dapat dipanen pada tahun ke lima dengan kualitas hasil yang baik pula. Selain itu, UBH- KPWN menerapkan pola bagi hasil kepada para mitra usahanya serta manajemen pohon (trees management) dalam pelaksanaan usaha. Usaha ini baru dilaksanakan selama dua tahun, sehingga memerlukan pengkajian terhadap kelayakan usaha. Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa hal yang menarik untuk di analisis secara lebih detail. 1. Bagaimana kelayakan usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. 2. Bagaimana kelayakan secara finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH- KPWN yang menerapkan pola bagi hasil. 3. Bagaimana kepekaan (sensitivitas) usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan, seperti perubahan biaya operasional dan jumlah produksi. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis dan aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan secara finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH- KPWN yang menerapkan pola bagi hasil. 3. Menganalisis kepekaan (sensitivitas) usaha Jati Unggul Nusantara UBH- KPWN terhadap perubahan biaya operasional dan jumlah produksi. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pemerintah atau pengambil kebijakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan sektor untuk berinvestasi terkait upaya penyerapan tenaga kerja dan pendapatan negara. 2. Pihak pengusaha atau pemilik modal (investor) sebagai masukan pengambilan keputusan dalam memilih investasi usaha. 8

25 3. Bagi penulis sebagai peningkatan kemampuan dalam menganalisis masalah dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari. 4. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki batasan pada pengkajian terhadap kelayakan usaha yang dilakukan oleh UBH-KPWN, dimana kelayakan yang dianalisis hanya pada perencanaan jangka menengah, yaitu penanaman tanaman JUN dalam waktu lima tahun. Kelayakan usaha yang dianalisis meliputi kelayakan secara finansial maupun non finansial. Selain itu, dikaji pula secara deskriptif gambaran umum kemitraan UBH-KPWN dengan subsektor lainnya (pengada input, pengolah hasil, dan lembaga ekolabel). 9

26 II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini berjudul Analisis Kelayakan Usaha Jati Unggul Nusantara dengan Pola Bagi Hasil. Di dalam penelitian ini, digunakan empat penelitian terdahulu sebagai bahan acuan. Penelitian terdahulu menjadi referensi bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan referensi antara lain: (1) Monitoring Serangan Hyblaea puera Cramer pada Tanaman Jati Unggul Nusantara di UBH-KPWN Desa Ciruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang oleh Aggarawati (2009), (2) Studi Kelayakan Investasi Usaha Jati Emas (Kasus di PT. Bukaka Teknik Utama Tbk, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat) oleh Seto (2004), (3) Analisis Kelayakan Finansial Produksi Bibit Jati (Tectona grandis L.f.) dengan Metode Kultur Jaringan pada PT. Dafa Teknoagro Mandiri, Ciampea, Bogor oleh Abdurrohman (2005) dan (4) Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Koperasi Hutan Jaya Lestari, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara oleh Setyadi (2009) (lampiran 1). 2.1 Penelitian Terdahulu Anggarawati (2009) menganalisis mengenai serangan H. puera pada tanaman jati unggul nusantara di UBH-KPWN. Peneliti menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase, intensitas dan pengaruh serangan H. puera pada pertumbuhan tanaman jati. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan di lapangan (observasi lapang) untuk mengukur tinggi dan keliling pohon yang terserang H. puera. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa serangan H. puera tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan keliling batang, sehingga bila hama ini menyerang tanaman JUN, maka serangannya tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan keliling batang JUN. Studi Kelayakan Investasi Usaha Jati Emas pada PT Bukaka Teknik Utama oleh Seto (2004) menganalisis tingkat kelayakan investasi usahatani jati emas jika dilakukan pada lahan sempit, yaitu dua hektar dengan total populasi 4000 bibit. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa usaha ini layak untuk dikembangkan. Hasil analisis aspek finansial menunjukkan NPV untuk usahatani 10

27 jati emas lahan sempit sebesar Rp , IRR sebesar 13,42 persen, Net B/C sebesar 1,97 dan PBP selama 14 tahun 4 bulan. Sedangkan analisis sensitivitas yang dianalisis yaitu pada penurunan harga jual output sebesar 20 persen, peningkatan biaya yang dikeluarkan sebesar 20 persen dan perubahan tingkat suku bunga menjadi 10 dan 13 persen. Hampir semua asumsi perubahan menunjukkan usaha ini tetap layak dilaksanakan. Namun, usaha ini menjadi tidak layak pada asumsi keempat (peningkatan biaya 20 persen yang diiringi pula penuurunan harga jual 20 persen dan suku bunga 10 pesen), asumsi kelima (peningkatan biaya 20 persen yang namun harga jual tetap dan suku bunga 13 pesen), dan asumsi keenam (peningkatan biaya 20 persen yang diiringi pula penuurunan harga jual 20 persen dan suku bunga 13 pesen). Abdurrohman (2005) menganalisis kelayakan finansial produksi bibit jati dengan metode kultur jaringan pada PT. Dafa Teknoagro Mandiri, Bogor. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha produksi bibit jati dan menganalisis tingkat kepekaan kelayakan finansial usaha produksi bibit jati. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial yang diamati, usaha ini dapat dikatakan layak, dimana NPV bernilai positif sebesar Rp ,00, IRR lebih besar dari tingkat diskonto (14 persen) yaitu sebesar 23,8967 persen, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,695 dan Waktu pengembalian pada periode 5 tahun 4 bulan. Hasil analisis sensitivitas usaha ini sangat peka terhadap perubahan harga output. Berdasarkan dua skenario yaitu dengan kenaikan biaya produksi sebesar 20 persen dan penurunan harga output sebesar 28,57 persen, hanya pada skenario pertama investasi layak secara finansial dilaksanakan, sedangkan pada skenario kedua tidak layak secara finansial dilaksanakan. Hasil analisis dengan menggunakan switching value menunjukkan bahwa perubahan yang dapat ditolerir sehingga proyek masih dikatakan layak ketika biaya produksi variabel naik sebesar 59,80293 persen dan harga output turun sebesar 20,1824 persen. Setyadi (2009) menganalisis kelayakan usaha dan kontribusi pengelolaan hutan rakyat koperasi hutan jaya lestari, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha pada pengelolaan hutan rakyat di Konawe Selatan. Hasil penelitian menunjukkan 11

28 bahwa hutan rakyat di Kabupaten Konawe Selatan pada periode pembenahan ini strata I impas, sedangkan strata II dan III tidak layak diusahakan secara finansial. Nilai NPV masing-masing strata sebesar Rp ,00; Rp ,00 dan Rp ,00. Nilai BCR sebesar 1,00; 0,78 dan 0,67. Sedangkan nilai IRR berturut-turut 17,94 persen; 12,37 persen dan 10,00 persen. Status hutan pada strata I,II dan III dapat menjadi layak jika ada kenaikan harga kayu masingmasing 10 persen, 30 persen, dan 50 persen. Apabila diusahakan selama daur pertama pembenahan, hutan tersebut menjadi layak dengan nilai NPV berturutturut Rp ,00; RP ,00 dan RP ,00. Nilai BCR masingmasing strata yaitu 1,59; 1,24 dan 1,11. Sedangkan IRR masing-masing strata sebesar 25,08 persen; 20,77 persen dan 19,23 persen. Pola kemitraan antara KHJL dengan petani termasuk kemitraan jangka panjang, namun hutan rakyat merupakan pekerjaan tambahan atau dikatakan pekerjaan waktu luang saja bagi petani. 2.2 Perbandingan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu Penelitian Anggarawati pada tahun 2009 memiliki kesamaan dalam hal lokasi, namun berbeda dalam topik penelitian. Penelitian Anggarawati memberikan gambaran kepada penulis mengenai keadaan usaha yang penulis teliti. Selain itu, memberikan informasi terkait dengan hama yang menyerang pada tanaman jati. Berdasarkan penelitian Anggarawati, disimpulkan bahwa hama H. puera tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan keliling jati, sehingga keberadaan hama tersebut tidak terlalu mengganggu pelaksanaan usaha. Penelitian Seto memiliki kesamaan dalam hal topik penelitian dan jenis komoditas, namun berbeda lokasi dan sistem manajemen. Jenis komoditas yang diteliti adalah Jati Emas. Jati Emas merupakan salah satu nama dagang jati unggul, dimana jati emas ini dikembangkan oleh Thailand sejak beberapa tahun yang lalu. Baik Jati Emas maupun Jati Unggul Nusantara (JUN), keduanya merupakan jenis jati unggul yang dapat dipanen pada umur yang lebih pendek dibandingkan dengan jati konvensional, namun tetap menghasilkan kualitas yang sama baik dengan jati konvensional. Dalam hal teknik budidaya, Jati Emas dan JUN tidak terlalu berbeda, keduanya sama-sama membutuhkan perawatan yang intensif. 12

29 Jika dilihat dari sistem manajemen, penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan sistem bagi hasil sedangkan penelitian Seto pada tahun 2004 menggunakan sistem manajemen pada umumnya (konvensional). Selain itu, penelitian yang penulis lakukan mendasarkan perhitungan dengan sistem manajemen pohon (trees management) sedangkan penelitian yang dilakukan Seto menggunakan perhitungan luas lahan. Penelitian Seto dilakukan pada lahan sempit yaitu dua hektar dengan total populasi 4000 bibit. Penelitian Seto ingin melihat sejauh mana kelayakan usaha budidaya tanaman jati jika dilakukan pada lahan sempit, padahal pada umumnya usaha budidaya tanaman kehutanan biasanya dilakukan pada lahan yang luas. Penelitian Abdurrahman (2005) memiliki kesamaan topik, sedangkan lokasi, jenis komoditas dan sistem manajemen yang diteliti berbeda. Penelitian Abdurrahman bertujuan melihat kelayakan finansial produksi bibit jati. Bibit jati merupakan input dalam usaha budidaya jati, sehingga menjadi suatu hal yang penting untuk diketahui sejauh mana kelayakan usaha bibit jati ini. Berdasarkan penelitian Abdurrahman, dapat terlihat bahwa usaha ini sensitif terhadap perubahan biaya produksi. Bila harga input untuk produksi bibit mengalami kenaikan, maka hal tersebut berpotensi menyebabkan kenaikan harga jual bibit. Kenaikan harga jual bibit ini tentu akan berpengaruh terhadap kelayakan usaha budidaya jati. Oleh karena itu, studi literatur terhadap penelitian yang dilakukan Abdurrahman dibutuhkan untuk membantu menganalisis dalam penelitian usaha jati unggul nusantara ini. Penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Setyadi pada tahun 2009 memiliki kemiripan dalam hal topik dan sistem kemitraan yang dilakukan, namun lokasi penelitian berbeda. Sistem kemitraan yang dilakukan yaitu bekerjasama dengan petani. Hal tersebut sama halnya dengan kemitraan yang dilakukan dalam penelitian JUN ini, dimana salah satunya juga bekerja sama dengan petani. Pada analisis yang dilakukan oleh Setyadi, terlihat bahwa pola kemitraan antara KHJL dengan petani termasuk kemitraan jangka panjang, namun hutan rakyat merupakan pekerjaan tambahan atau dikatakan pekerjaan waktu luang saja bagi petani, sehingga petani dapat melakukan aktifitas yang lainnya. Pada penelitian Setyadi juga menunjukkan bahwa usaha budidaya jati layak untuk dilaksanakan 13

30 baik secara finansial maupun non finansial. Jika dilihat dari aspek pasar,masih terdapat gap antara permintaan dan penawaran, sehingga keberadaan usaha ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menyediakan kebutuhan jati. Jika dilihat secara teknis, usaha budidaya jati yang dilakukan KHJL hampir sama dengan teknik budidaya pertanian pada umumnya. 2.3 Hasil Analisis Berdasarkan Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil analisis dari penelitian-penelitian terdahulu diperoleh hipotesis sementara bahwa jika dilihat dari aspek pasar, usaha budidaya jati dinilai layak, karena pasar untuk jati masih terbuka lebar. Saat ini, permintaan jati masih belum dapat terpenuhi seluruhnya oleh penawaran yang ada, sehingga terdapat gap antara permintaan dan penawaran yang cukup besar. Jika dilihat dari teknik budidaya, tanaman jati merupakan tanaman yang dapat tumbuh secara alami, sehingga teknik budidaya yang dilakukan relatif sederhana. Peralatan yang digunakan merupakan peralatan budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan penelitian Setyadi, diperoleh pula kesimpulan bahwa petani yang melaksanakan budidaya tanaman hutan, dalam hal ini tanaman jati tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk melaksanakan budidaya tanaman ini. Disela-sela waktu kosong, petani dapat melakukan aktifitas lainnya. Jika dilihat dari aspek manajemen, usaha yang dilakukan dengan pola bagi hasil dirasa akan lebih aman bagi pihak-pihak terkait karena didasarkan atas kondisi aktual (riil) serta keadilan dalam pembagian keuntungan dan risiko kerugian. Sedangkan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, dengan keberadaan usaha JUN ini dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu juga turut berkontribusi dalam kelestarian lingkungan. Berdasarkan hasil analisis finansial pada penelitian terdahulu dengan kriteria-kriteria yang digunakan seperti NPV, IRR, Payback Period, dan Net B/C terlihat bahwa usaha budidaya jati layak secara finansial. Secara finansial, usaha ini sensitif terhadap perubahan biaya produksi dan perubahan harga output. 14

31 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Gambaran Komoditas Tanaman Jati (Tectona grandis L.F) Tanaman jati pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuh liar di dalam hutan bersama jenis tanaman lain. Di alam, tanaman jati tumbuh sebagai tanaman campuran, serta tumbuh di daerah yang mempunyai perbedaan musim basah dan kering yang jelas (Tini 2002). Menurut Sumarna (2008) tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn. f. Nama tectona berasal dari bahasa Portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke sembilan dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Di Indonesia, jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur, bahkan tanaman ini dapat bertahan hingga 500 tahun. Sumarna (2008) mengemukakan bahwa kondisi kelas kuat dan kelas awet yang tinggi menyebabkan kayu jati hingga saat ini banyak dibutuhkan dalam industri properti, selain itu dengan profil yang ditujukkan oleh garis lingkar tumbuh yang unik dan bernilai artistik tinggi, jati dibutuhkan para seniman pahat dan pengrajin industri furniture untuk dijadikan berbagai bentuk barang jadi, misalnya mebel dan berbagai jenis barang kerajinan rumah tangga. Selain itu juga digunakan sebagai bahan untuk bak pada angkutan truk, tiang, balok, gelagar, jembatan, maupun bantalan kereta api. Tanaman jati juga memiliki daya tahan terhadap bahan kimia maka secara teknis kayu jati dapat digunakan sebagai wadah bagi berbagai jenis produk industri kimia. Menurut Sumarna (2008) tanaman jati tergolong pula sebagai tanaman berkhasiat obat. Bunga jati dapat digunakan sebagai obat bronchitis, billiousness, dan obat untuk melancarkan serta membersihkan kantung kencing. Bagian buah atau benihnya dapat digunakan sebagai bahan obat diuretik. Adapun ekstrak daunnya dapat menghambat kinerja bakteri tuberkolosa. Selain berfungsi sebagai bahan obat, daun jati dapat digunakan sebagai bahan pewarna kain. Tidak hanya 15

32 bagian tanaman saja yang berguna, limbah produksi berupa cabang dan serbuk gergaji pun dapat diproses menjadi briket arang yang memiliki kalori tinggi Daerah Penyebaran Jati (Tectona grandis L.F) Jati merupakan tanaman asli di sebagian besar jazirah India, Myanmar, Thailand bagian barat, Indo Cina, sebagian Jawa, serta beberapa pulau kecil lainnya di Indonesia, seperti Muna (Sulawesi Tenggara). Jika dilihat dari persebarannya di Asia, tanaman jati tersebar di sebelah Utara pada Lintang Utara sampai di Burma, sedangkan di sebelah Selatan sampai 9 0 Lintang Selatan yaitu pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Namun, demikian antara 10 0 Lintang Utara dan beberapa derajat Lintang Selatan tidak terdapat tanaman jatinya. Penyebaran tanaman jati di Asia Tenggara terdapat di Burma, India, Thailand dan Vietnam, sedangkan di Indonesia selain terdapat di Jawa, terdapat pula di pulau Buton, pulau Muna, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Lampung. Penanaman jati di luar daerah sentra jati sangat memungkinkan untuk dilakukan. Hal ini disebabkan banyak daerah yang memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk tanaman jati. Penduduk Indonesia sudah mengenal tanaman jati ini sejak lama. Perkembangan tanaman jati di Indonesia dalam sejarahnya dikaitkan dengan perkembangan peradaban budaya masyarakat dan pemerintahan kerajaan Hindu. Di Indonesia, jati mengalami proses naturalisasi di Pulau Jawa dan berkembang sampai ke Kangean, Muna (Sulawesi Tenggara), Sumba, dan Bali. Selanjutnya jati menyebar ke beberapa pulau lainnya. Namun, pada umumnya tanaman jati di Indonesia yang paling luas dikembangkan adalah di Pulau Jawa. Pada masa penjajahan Belanda perkebunan jati secara besar-besaran dilakukan di sebagian besar wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur (Tini 2002) Sifat Botanis Tanaman Jati Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Sumarna (2008) mengemukakan bahwa dalam klasifikasi, tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut: 16

33 Kerajaan : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenales Familia : Verbenaceae Genus : Tectona Spesies : Tectona grandis Linn. f. Tanaman jati banyak tumbuh di tanah datar dan berbukit rendah dengan ketinggian kurang lebih 700 meter di atas permukaan laut (dpl). Di atas ketinggian tersebut, pohon jati jarang ditemukan. Meskipun demikian, dilaporkan bahwa di Myanmar jati dapat tumbuh dan ditemukan pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Bahkan di India pohon jati ditemukan di daerah dengan ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut (Tini 2002). Jati di daerah subur dan iklim yang sesuai dapat mencapai ketinggian 45 meter dengan tinggi batang bebas cabang meter dan mempunyai diameter sampai 220 cm. Bila tumbuh di daerah yang subur bentuk batangnya dapat bulat lurus akan tetapi bila tumbuh di tempat yang tidak subur bentuk batangnya kurus melengkung dan penampangnya tidak merata Fenotipe Jati di Indonesia Penampilan jati di Indonesia khususnya di pulau Jawa, relatif seragam bahkan sangat serupa satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dalam kenyataannya atau dalam prakteknya sehari-hari, orang-orang membedakan bentuk jati berdasarkan fenotipenya yang menunjukkan adanya perbedaan morfologi bentuk pohon, batang dan sifat kayunya. Perbedaan penampilan jati tersebut masih menjadi bahan kajian apakah karena perbedaan varietas, ras lahan, serangan penyakit atau kemampuan beradaptasi yang berbeda antar individu pohonnya. Hal ini disebabkan dalam satu populasi ditemukan beberapa penampilan yang beragam. Berdasarkan sifat-sifat kayu dan bentuk pohonnya, jenis-jenis jati dibedakan sebagai berikut (Hardjodarsono diacu dalam Tini 2002): 17

34 1. Jati lengo atau jati malam, kayunya keras dan berat. Jika diraba terasa halus seperti minyak. 2. Jati sungu hitam, kayunya padat dan berat. 3. Jati werut, kayunya keras dan seratnya berombak. 4. Jati doreng, kayunya berlorang hitam. 5. Jati kapur, kayunya berwarna keputih-putihan karena banyak mengandung kapur. 6. Jati kembang, kayunya memiliki pola seperti kembang. Sedangkan penggolongan berdasarkan penampakan bentuk batang, tanaman jati dibedakan menjadi: 1. Jati tipe belimbing 2. Jati tipe knobel 3. Jati tipe boleng 4. Jati tipe mulus Dalam keseharian, tanaman jati yang terdapat di Indonesia dibedakan dengan sebutan jati Muna, jati Jawa, jati Thailand atau nama daerah (negara) asalnya. Penamaan ini lebih didasarkan pada daerah tempat tumbuhnya. Selain itu mulai populer pula jenis jati genjah atau jati unggul Jati Unggul Jati unggul merupakan bibit unggul hasil dari perbanyakan kultur jaringan yang dikembangkan pertama kali dalam laboraturium, dimana tanaman induknya berasal dari Myanmar. Jati unggul sudah sejak tahun 1980 ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand. Klonal unggul ini memiliki keunggulan genetik sama dengan induknya dan waktu panen relatif cepat yaitu antara tahun. Jati unggul memiliki beberapa keunggulan seperti sangat baik ditanam dengan sistem tumpangsari, baik dengan tanaman perkebunan maupun pertanian. Tumpang sari yang dapat dilakukan dengan tanaman perkebunan antara lain terhadap tanaman karet, kakao, kopi, dan kelapa. Selain itu, jati ungul dapat ditumpangsarikan tanaman palawija dengan jagung, kedelai, kacang tanah, cabai, dan ubi kayu. Bibit jati unggul dapat tumbuh dimana saja dengan catatan, lahan tidak tergenang air, PH tidak asam (6,0-7.5), tanah lempung berpasir, ketinggian tidak 18

35 lebih dari 400 meter dpl, dan curah hujan mm/tahun dengan temperatur derajat celcius (Wuryan 2008). Beberapa trade mark jati unggul telah diketahui dan banyak ditanam oleh pengebun jati di Indonesia. Menurut Sumarna (2008), jenis jati unggul yang informasinya telah tersebar luas di masyarakat antara lain: a. Jati Unggul b. Jati Super c. Jati Emas d. Jati Biotropika Jati Unggul Nusantara (JUN) Jati Unggul Nusantara adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani. JUN dibiakkan secara vegetatif dengan stek pucuk dari pohon/klon unggul dari Perum Perhutani yang bersertifikat dengan metode bioteknologi mutakhir (Wuryan 2008). Bibit JUN dihasilkan dari proses pengembangan genetik dari bibit-bibit jati terbaik seluruh Indonesia (PT. Setyamitra Bhaktipersada 2008). Proses penelitian dan pengembangan genetik dari bibit JUN ini memerlukan waktu lebih dari tujuh tahun. Pohon jati unggul dibuatkan kloningnya agar menghasilkan bibit jati unggul yang memiliki sifat seperti induknya. Perlakuan tambahan juga diterapkan untuk menghasilkan akar tunjang majemuk, cepat tumbuh, kokoh dan seragam. JUN memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah memiliki perakaran tunjang majemuk, cepat besar, kokoh, sehingga tidak mudah roboh dan memiliki daya serap yang tinggi terhadap nutrisi. Keunggulan lainnya adalah masa panen yang relatif singkat 5-20 tahun namun tetap menghasilkan kayu berkualitas. Hasil kayu yang dapat diharapkan minimal mencapai 200 m 3 per hektar, berbatang lurus seperti pinsil (10 meter tanpa cabang) Karakteristik Jati Unggul Nusantara Jati Unggul Nusantara dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang memiliki ketinggian sampai 400 meter dpl, drainase yang baik, PH tanah dan bukan merupakan lahan yang becek atau tergenang. Penggunaan teknologi induksi perakaran, dihasilkan akar tunjang majemuk dan akar serabut, sehingga 19

36 bibit JUN menyerap banyak zat hara. Hal inilah yang menyebabkan JUN tumbuh cepat dan kokoh. Jika dibandingkan dengan bibit Jati biasa, JUN memiliki kecepatan tumbuh mencapai empat kali lipat (PT. Setyamitra Bhaktipersada 2008) Penanaman dan Pemeliharaan Jati Unggul Nusantara Pada umumnya JUN ditanam dengan jarak 5 x 2 m (1000 pohon per hektar), ukuran lubang tanam 40 x 40 x 40 cm. Pupuk dasar yang diberikan terdiri dari pupuk kandang yang sudah matang 3 kg, pupuk kimia ZA atau NPK 200 g per lubang tanam. Bagi tanah yang asam, ditambahkan kapur pertanian sebanyak 100 g per lubang tanam. Bibit JUN ditanam tegak lurus dan ditimbun dengan tanah galian yang telah diremahkan. Penanaman dilakukan pada permulaan musim hujan. Pemupukan dilakukan setelah penyiangan dan pendangiran. Pemupukan NPK dilakukan sekali dalam satu tahun pada permulaan musim hujan dengan ketentuan: a. Umur 1 tahun : 250 g NPK per pohon b. Umur 2 tahun : 400 g NPK per pohon c. Umur 3 tahun : 600 g NPK per pohon d. Umur 4 tahun : 800 g NPK per pohon e. Umur 5 tahun : 1000 g NPK per pohon Wiwilan segera dilakukan pada awal pertumbuhan sampai dengan tanaman berumur 1-2 tahun. Penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang memadai bagi tanaman. Penjarangan dilakukan dilakukan tiap 5 tahun sekali dengan intensitas yang berbeda. a. Penjarangan 1 (umur 5 tahun) untuk memperoleh tegakan tinggal sebanyak 500 pohon/ha b. Penjarangan 2 (umur 10 tahun) untuk memperoleh tegakan tinggal sebanyak 350 pohon/ha c. Penjarangan 3 (umur 15 tahun) untuk memperoleh tegakan tinggal sebanyak 200 pohon/ha. (Wuryan 2008) 20

37 Pemanenan Jati Unggul Nusantara Pemanenenan dilakukan pada umur tebang (daur) 20 tahun. Jumlah pohon yang ditebang sebanyak 200 pohon per ha dan diperkirakan dapat menghasilkan 200 m 3 kayu per ha. Namun, Jati Unggul Nusantara dengan segala keunggulannya dapat dipanen dalam jangka waktu 5 tahun (Wuryan 2008). 3.2 Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu ide usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari ide suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu ide usaha dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), tahap-tahap untuk melakukan investasi usaha adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut. 2) Perumusan Tahap perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi ke dalam suatu rencana proyek yang kongkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar. 3) Penilaian Penilaian dilakukan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik, manajemen, dan finansial. 4) Pemilihan Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai. 5) Implementasi Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran. 21

38 3.2.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek. Dengan demikian dalam menyusun sebuah studi kelayakan bisnis, harus meliputi sekurang-kurangnya aspek-aspek sebagai berikut: a) Aspek pasar dan pemasaran b) Aspek teknis dan teknologis c) Aspek manajemen d) Aspek sosial ekonomi dan lingkungan e) Aspek finansial Aspek Non Finansial a) Aspek Pasar dan Pemasaran Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Salah seorang ahli pemasaran, Stanton, mengemukakan pengertian lain tentang pasar, yakni merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi, ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya beli, serta tingkah laku dalam pembeliannya. Pengkajian aspek pasar dan pemasaran penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut dan jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek, bisnis ke depan pun tidak jelas, maka risiko kegagalan menjadi besar. Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan, serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen tersebut (Husnan dan Suwarsono 2000). Pada pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dibagi menjadi empat kebijakan pemasaran yang biasa disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran atau 4P dalam pemasaran terdiri dari produk (product), harga (price),distribusi (place), dan promosi (promotion). Bauran 22

39 pemasaran untuk produk jasa lebih luas daripada bauran pemasaran produk barang. Pada bauran pemasaran untuk jasa, baurannya dapat diperluas lagi dengan menambah tiga elemen lagi, yaitu orang (people), bukti fisik (physical evidence) dan proses jasa (process) (Kotler 1997). b) Aspek Teknis dan Teknologis Aspek teknis dan teknologi berkaitan dengan aktifitas mempelajari bagaimana secara teknis proses produksi dilaksanakan. Aspek teknis bertujuan untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi, rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak, baik saat pembangunan atau operasional secara rutin (Umar 2005). Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis ini adalah: 1) Lokasi proyek, yakni di mana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. 2) Seberapa besar skala operasi atau luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. 3) Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat pembantu mesin dan equipment. 4) Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain. 5) Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial. (Husnan dan Suwarsono 1994) Pemilihan mesin, peralatan, serta teknologi yang akan diterapkan dewasa ini hampir tidak dapat dipisahkan. Beberapa kriteria yang tidak dapat dipisahkan dalam pemilihan teknologi antara lain kesesuaian dengan bahan mentah yang dipakai, keberhasilan teknologi di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam pengoperasian teknologi, dan kemampuan antisipasi terhadap teknologi lanjutan (Umar 2005). c) Aspek Manajemen Manajemen berfungsi untuk aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian (Umar 2005). Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), analisa manajemen operasional meliputi deskripsi 23

40 pekerjaan, yang akan dilakukan, persyaratan untuk melakukan pekerjaan tersebut, serta struktur organisasi perusahaan. Aspek manajemen operasional juga perlu mengkaji mengenai legalitas atau aspek yuridis dari suatu perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara yuridis perencanaan usaha yang telah dibuat dapat dinyatakan layak atau tidak layak dihadapan pihak yang berwajib dan masyarakat. d) Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Analisis terhadap aspek sosial dan lingkungan merupakan suatu analisis yang berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial tersebut harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan ketanggapan suatu usaha terhadap sosial yang terjadi (Gittinger 1986). Beberapa manfaat proyek terhadap kondisi sosial dan lingkungan antara lain perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani, serta dampak usaha terhadap kelestarian lingkungan Aspek Finansial Aspek finansial bertujuan untuk menghitung kebutuhan dana baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap, maupun dana untuk modal kerja. Studi aspek finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana usaha yang dimaksud. Studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana perkiraan aliran kas akan terjadi. Pada umumnya ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Payback Period dan Break Even Point. a) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan salah satu metode perhitungan kelayakan investasi yang banyak digunakan karena mempertimbangkan nilai waktu uang (Arifin 2008). NPV yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekararng dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk 24

41 menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan (Umar 2005). b) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar 2005). Sedangkan menurut Arifin (2008), metode IRR dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceed (keuntungan bersih sesudah pajak ditambah dengan depresiai) yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays). c) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Ukuran berdiskonto manfaat proyek yang lainnya adalah rasio manfaat terhadap biaya (B/C Ratio). Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Dalam prakteknya, B/C Ratio jarang menggunakan manfaat dan biaya bruto, akan tetapi lebih baik membandingkan nilai sekarang manfaat neto dengan nilai sekarang dari biaya investasi ditambah biaya operasi dengan pemeliharaan. Rasio ini tidak sering digunakan di negaranegara yang sedang berkembang, karena nilai rasio ini berubah tergantung kepada selisih arus-arus manfaat dan biaya. Namun, suatu keuntungan dari Net B/C adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik (Gittinger 1986). d) Payback Period (PP) Payback Period atau periode pengembalian investasi adalah suatu periode atau jangka waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali investasi menggunakan aliran kas neto (Arifin 2008). Metode Payback Periode ini cukup sederhana sehingga mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak memeperhatikan aliran kas masuk setelah payback. Jadi, pada umumnya metode ini digunakan sebagai pendukung metode lain yang lebih baik (Umar 2005). 25

42 e) Break Even Point (BEP) Analisis pulang pokok atau Break Even Point adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antarbeberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikelurkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya (Umar 2005). BEP merupakan keadaan di mana penerimaan pendapatan perusahaan (Total Revenue atau TR) adalah sama dengan biaya yang ditanggungnya (Total Cost atau TC) Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Pada saat kita menganalisis perkiraan arus kas di masa datang, kita berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan di atas kertas dapat menyimpang jauh dari kenyataannya. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek usaha dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Suatu variasi pada analisis sensitifitas adalah switching value. Dalam analisis sensitivitas secara langsung kita memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut kita melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis usaha dan kemudian kitadapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik usaha. Sebaliknya, bila ingin menghitung switching value maka kita harus menanyakan berapa banyak elemen yang kurang baik dalan analis usaha yang akan diganti agar usaha dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya usaha sebagaimana ditunjukkan oleh ukuran kemanfaatan proyek (Gittinger 1986). 3.3 Sistem Bagi Hasil Sistem bagi hasil dewasa ini mulai menjadi alternatif pilihan bagi pelaku bisnis atau usaha. Bagi hasil atau biasa dikenal dengan istilah Profit Sharing diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan (Barus 2005). Bagi hasil ini dilaksanakan berdasarkan normanorma Islam diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Perdagangan barang yang halal. 2. Bersikap benar, amanah, dan jujur. 3. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga. 26

43 4. Menegakkan toleransi dan persaudaraan (Jusmaliani 2008). Oleh karena itu, pada sistem bagi hasil ini selain pembagian untung, juga rugi ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Besarnya bagi hasil juga dapat berubah-ubah, tergantung dari keuntungan yang diterima perusahaan. Namun, besarnya persentase bagi hasil sudah ditetapkan di awal. Terdapat dua jenis perhitungan bagi hasil yaitu profit/loss sharing dan revenue sharing. Pada profit/loss sharing jumlah pendapatan bagi hasil yang diterima tergantung keuntungan usaha, sedangkan pada revenue sharing penentuan bagi hasil tergantung pendapatan kotor usaha (harga jual dikalikan dengan jumlah barang yang di jual). Pada umumnya di Indonesia menerapkan sistem revenue sharing. Pola ini dapat memperkecil kerugian bagi pemilik dana. Jenis-jenis bentuk kerjasama yang menerapkan prinsip dasar bagi hasil antara lain: 1. Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing, Participation), adalah penanaman dana dari pemilik modal untuk mencampurkan dana atau modal pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian bagi hasil berdasarkan nisbah (proporsi) yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik dana berdasarkan bagian modal masing-masing. 2. Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment), adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pemilik modal menyediakan modal dan pihak pengelola menyediakan tenaga pengelolaan. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit/loss sharing)atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). 3. Al-Muzara ah (Harvest-Yield Profit Sharing), adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dan hasil panen. 4. Al-Musaqah (Plantation Management FeeBased on Certain Portion of Yield), adalah bentuk sederhana dari AL-Muzaraah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, 27

44 penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. (Tim Penelitian dan Pengembangan Bank Indonesia 2006) 3.4 Kerangka Pemikiran Operasional Kayu jati (Tectona grandis L.F) merupakan salah satu komoditas hasil hutan yang memiliki nilai ekonomis yang bernilai tinggi. Kayu Jati memiliki keunggulan baik dari sisi kualitas, keawetan serta serat yang dihasilkan. Oleh karena itu, permintaan terhadap jati tetap tinggi. Disisi lain, jati memiliki kelemahan yaitu umur tanam yang relatif lama, sehingga laju permintaan jati tidak sama dengan laju penawarannya. Oleh karena itu, beberapa upaya dilakukan agar dapat memenuhi kekurangan pasokan tersebut, salah satunya adalah pengembangan penggunaan teknik budidaya bibit unggul hasil rekayasa genetika tanaman jati. Salah satu bibit unggul yang sudah mulai dipasarkan adalah Jati Unggul Nusantara (JUN). Jati Unggul Nusantara adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani. Jati Unggul Nusantara dibiakkan secara vegetatif dengan stek pucuk dari pohon/klon unggul dari Perum Perhutani yang bersertifikat dengan metode bioteknologi mutakhir. Tanaman ini memiliki keunggulan masa panen yang relatif singkat 5-20 tahun namun tetap menghasilkan kayu dengan kualitas yang sama dengan kayu jati konvensional. Dalam rangka menunjang pengembangan usaha budidaya jati unggul nusantara, maka diperlukan sistem usaha yang dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan agar dapat memenuhi permintaan jati secara berkesinambungan. Salah satu lembaga yang melakukan usaha budidaya jati unggul secara terpadu adalah Unit Usaha Bagi Hasil Jati Unggul Nusantara KPWN (UBH-KPWN). Usaha ini telah berdiri dua tahun, namun rencana usaha jangka menengah telah dipersiapkan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan usaha adalah kontinuitas. Upaya untuk menjaga kontinuitas usaha dapat dilakukan dengan menjalin kemitraan, baik kemitraan dengan pemasok input, pemasar hasil maupun lembaga penunjang. Oleh karena itu, identifikasi kemitraan antar subsistem agribisnis JUN yang dilaksanakan oleh UBH-KPWN menjadi salah satu hal yang menarik untuk di kaji. Identifikasi ini dilakukan secara deskriptif berdasarkan kondisi di lapang serta informasi melalui data sekunder. 28

45 Sistem bagi hasil yang diterapkan UBH-KPWN menjadi salah satu keunikan sistem usaha yang dilaksanakan. Namun, karena usaha ini baru berjalan dua tahun, maka kelayakan dari usaha ini masih memerlukan pengkajian. Kelayakan usaha menjadi pertimbangan pemilik modal dalam memutuskan berinvestasi. Kelayakan yang dilihat tidak hanya secara finansial melainkan juga kelayakan non finansial. Aspek yang dikaji dalam aspek non finansial antara lain aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Bila usaha tersebut layak, maka usaha tersebut dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan, namun bila sebaliknya, usaha tersebut membutuhkan pengefisiensian biaya. 29

46 Jati merupakan jenis kayu yang diminati masyarakat, khususnya sebagai bahan baku perumahan dan mebel karena kualitas, keawetan, dan keindahan serat yang dihasilkan Permintaan tinggi Umur tanam lama Gap Permintaan dan Penawaran Jati Solusi Teknologi memperpendek umur tanam jati Jati Unggul Nusantara (JUN) Sistem Agribisnis JUN Subsistem input Subsistem budidaya Subsistem pengolahan Subsistem pemasaran Subsistem penunjang Unit Usaha Bagi Hasil KPWN Analisis kelayakan usaha Jati Unggul Nusantara Aspek non Finansial - Aspek Pasar Pemasaran - Aspek Teknis Teknologis - Aspek Manajemen - Aspek Sosial Ekonomi, Lingkungan Analisis Switching Value Aspek Finansial - NPV - IRR - Net B/C - PP - BEP Tidak Layak Layak Efisiensi Biaya dan Perbaikan Usaha JUN terus dikembangkan Lingkup Penelitian Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional 30

47 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan kegiatan usaha baru berjalan dua tahun, sedangkan rencana penanaman periode pertama adalah lima tahun, dengan umur panen tanaman jati pada usia lima tahun, sehingga menarik untuk dilakukan analisis kelayakan pada usaha tersebut. Selain itu, sistem manajemen usaha yang diterapkan memiliki keunikan, yaitu pola bagi hasil dan trees management. Penelitian ini dilakukan mulai April hingga Juli Kegiatan penelitian mencakup penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penulisan laporan. 4.2 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat terhadap status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa. Adapun tujuan menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, hubungan antar fenomena dari penelitian yang diamati. Jenis metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kasus. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter-karakter yang khas dari objek yang diamati untuk menilai kelayakan pelaksanaan usaha ini. 4.3 Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan usaha Jati Unggul Nusantara, dalam hal ini direksi UBH-KPWN yang meliputi bagian pemasaran, bagian umum, bagian tanaman, serta bagian keuangan. Data primer mencakup aspek kegiatan usaha antara lain: harga jual produk yang dihasilkan, harga input, biaya investasi, biaya operasional, biaya lain-lain, sistem manajemen serta teknik budidaya jati unggul nusantara. 31

48 Data sekunder merupakan kumpulan data yang telah diolah lebih lanjut, dapat diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Departemen Kehutanan, BPS, situs-situs internet yang memiliki informasi yang dibutuhkan, serta literaturliteratur atau kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini seperti laporan penelitian sebelumnya, buku, majalah, dan sebagainya. 4.4 Metode Pengumpulan Data Data dan informasi dikumpulkan untuk mendapatkan gambaran dan berbagai informasi yang berkaitan dengan lingkup penelitian. Proses pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam (depth interview) dan observasi lapang. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara. Wawancara awal dilakukan pada dengan pihak UBH-KPWN untuk memperoleh informasi terkait dengan usaha jati unggul nusantara. Data sekunder dapat diperoleh melalui penelusuran literatur. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dapat berupa jawaban secara kualitatif dan kuantitatif, sehingga analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usaha (keragaan usaha) UBH- KPWN dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisa aspek kelayakan usaha jati unggul nusantara. Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan Break Even Point (BEP). Dilakukan pula analisis nilai pengganti (Switching Value) untuk melihat kepekaan UBH-KPWN dalam menghadapi kemungkinan terjadinya penurunan jumlah penjualan dan peningkatan biaya operasional Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial a) Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran Analisis pada aspek pasar dan pemasaran dilakukan dengan cara deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi pasar 32

49 dan bauran pemasaran yang digunakan perusahaan. Aspek pasar dikatakan layak jika potensi pasar jati unggul nusantara dinilai memadai untuk pemasaran produk, pasar input tersedia dalam jumlah yang mencukupi, dan produk yang dimiliki memiliki daya saing atau keunggulan dibanding produk serupa di pasar. b) Analisis Aspek Teknis dan Teknologis Aspek teknis dan teknologis dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Dalam aspek teknis, beberapa hal diperhatikan yaitu pemilihan lokasi, teknik budidaya, dan teknologi yang digunakan. Aspek teknis dan teknologis dikatakan layak apabila lokasi dan tata letak memberikan kemudahan dalam pelaksanaan usaha, baik dalam mendapatkan input maupun pemasaran produk. Pemilihan teknologi sesuai dengan sumber daya yang dimiliki, baik bahan mentah maupun tenaga kerja. c) Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Pada analisis ini dilihat bentuk usaha, struktur organisasi yang diterapkan dalam perusahaan, deskripsi pekerjaan dan sistem manajemen. Usaha dikatakan layak jika perusahaan menerapkan manajemen sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan. e) Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Analisis aspek sosial dan lingkungan dilakukan dengan cara deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan usaha terhadap keadaan sosial dan lingkungan. Pelaksanaan usaha sebaiknya memperhatikan keadaan sosial seperti penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan petani serta penerimaan masyarakat terhadap pelaksanaan usaha. Sedangkan aspek lingkungan sebaiknya memperhatikan sejauh mana pengaruh pelaksanaan usaha terhadap kelestarian lingkungan serta apakah pelaksanaan usaha mencemari lingkungan Analisis Kriteria Kelayakan Finansial Aspek finansial dilakukan secara kuantitatif berdasarkan prinsip nilai uang pada waktu sekarang lebih besar dari pada nilai uang pada masa yang akan datang. Analisis aspek finansial dilakukan dengan bantuan alat hitung kalkulator 33

50 dan komputer dengan program Microsoft Excel. Kriteria kelayakan yang akan di analisis pada penelitian ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Payback Period (PP) dan Break Even Point (BEP). a) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan rumus: Keterangan : B t i C t t NPV 1 = manfaat (benefit) dari usaha pada tahun ke-t = tingkat suku bunga yang berlaku = biaya (cost) dari usaha pada tahun ke-t = umur ekonomis proyek Kriteria penilaian: - jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima - jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak - jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak (Gittinger 1986). b) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) dapat dihitung dengan rumus: NPV IRR i NPV NPV i Keterangan: i 1 i 2 = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif NPV 1 = NPV yang bernilai positif NPV 2 = NPV yang bernilai negatif 34

51 Kriteria penilaian: Jika IRR yang diperoleh ternyata lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima (Gittinger 1986). c) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dapat dihitung dengan rumus: Net B/C di mana B t C t > 0 B t C t > 0 Keterangan : B t i C t t 1 1 = manfaat (benefit) dari usaha pada tahun ke-t = tingkat suku bunga yang berlaku = biaya (cost) dari usaha pada tahun ke-t = umur ekonomis proyek Kriteria penilaian: - jika Net B/C > 0, maka usulan proyek diterima - jika Net B/C < 0, maka usulan proyek ditolak - jika Net B/C = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak (Gittinger 1986). d) Payback Period (PP) Payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini akan dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima (Umar 2005). Payback Period dapat dihitung dengan rumus: Nilai Investasi Payback Period = x 1 tahun Kas Masuk Bersih Layak tidaknya suatu investasi dilakukan dengan membandingkan periode waktu maksimum yang ditetapkan dengan hasil perhitungan. Jika hasil perhitungan menunjukkan waktu yang lebih pendek atau sama dengan waktu 35

52 maksimum yang ditetapkan, investasi dinyatakan layak. Sebaliknya, jika hasil perhitungan menunjukkan waktu yang labih lama dari yang disyaratkan, investasi sebaiknya ditolak (Arifin 2008). e) Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) dapat dihitung dengan rumus: BEP Unit FC P AVC atau BEP dalam satuan mata uang FC 1 AVC/P Di mana: P = Harga jual per unit FC = Biaya tetap AVC = Biaya variabel per satuan (Arifin 2008) 4.6 Definisi Operasional Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Jati Unggul Nusantara (JUN) adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani. Tanaman ini memiliki keunggulan masa panen yang relatif singkat 5 hingga 20 tahun namun tetap menghasilkan kayu dengan kualitas yang sama dengan kayu jati konvensional. 2. Manajemen pohon merupakan sistem pengelolaan dengan pendekatan batang demi batang (per batang pohon), bukan terhadap luas hamparan, sehingga perhitungan penerimaan dan pengeluaran di hitung per pohon. 3. Sistem Bagi Hasil adalah pola yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani penggarap, perangkat desa, dan UBH-KPWN yang bertindak sebagai lembaga fisilitator dan lembaga penjamin, dengan pembagian hasil panen secara proporsional dan menguntungkan para pihak. 4. Jasa Investasi merupakan satu paket (satu sistem) jasa yang ditawarkan oleh UBH-KPWN kepada investor untuk melaksanakan budidaya JUN dengan pola bagi hasil (wali pohon). 36

53 5. Pemasaran jasa investasi adalah pemasaran jasa investasi yang dilakukan pada saat umur tanaman JUN lebih kurang empat bulan. 6. Produk pohon jati siap panen yang dihasilkan UBH-KPWN merupakan tanaman jati yang berusia lima tahun dengan diameter minimum 20 cm dan volume minimum 0,2 m 3 per pohon. 7. Pemasaran tanaman jati adalah pemasaran produk JUN siap panen pada saat tanaman JUN berusia lebih kurang tiga tahun. 8. Pasar JUN yang dituju adalah untuk bahan baku mebel atau furnitur dan bahan baku kerajinan. 9. Harga jual JUN adalah harga penjualan JUN per pohon pada saat di kebun, sedangkan biaya pemanenan dan pengangkutan menjadi tanggung jawab pembeli. 37

54 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1 Sejarah Pendirian UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Departemen Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan hidup, khususnya wilayah pedesaan, KPWN merancang konsep tentang pengembangan usaha budidaya jati unggul dengan pengelolaan secara intensif. Pengelolaan intensif tersebut dikembangkan melalui Pola Bagi Hasil. Pola Bagi Hasil yaitu pola yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor atau mitra usaha, pemilik lahan, petani penggarap, perangkat desa, dan KPWN yang bertindak sebagai lembaga fisilitator dan lembaga penjamin, dengan pembagian hasil panen secara proporsional dan menguntungkan para pihak. Pengembangan usaha budidaya jati unggul perlu didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia, kemampuan pendanaan, dan kemampuan pengelolaan sehingga usaha yang dikembangkan dapat menguntungkan baik dari aspek bisnis, sosial dan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, KPWN membantuk Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH- KPWN). 5.2 Profil UBH-KPWN Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH- KPWN) merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki oleh Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). Unit Usaha Bagi Hasil ini dibentuk oleh dan berada di bawah KPWN untuk melaksanakan usaha yang bergerak dibidang usaha budidaya jati unggul dengan pola bagi hasil. Selain menerapkan pola bagi hasil, UBH-KPWN juga menerapkan sistem manajemen pohon (trees management) agar mempermudah perhitungan dan pengontrolan dalam pelaksanaan usaha. Kantor pusat UBH-KPWN berlokasi di Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 5 R. 504-A Jakarta. UBH-KPWN dibentuk dengan Keputusan Pengurus (KPWN) No. 62/Kpts/KPWN/XII/2006 tanggal 21 Desember 2006, sebagaimana telah diperbaharui dengan keputusan Keputusan Pengurus KPWN No. 45/Kpts-KPWN/V/2007 tanggal 10 Mei 2007 dan disahkan dengan Akta 38

55 Notaris Sigit Siswanto, SH. No. 12 tanggal 24 Mei Adapun visi dari UBH- KPWN adalah menjadi pengelola profesional terbaik di bidang Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil. Misi UBH-KPWN adalah mewujudkan usahatani jati unggul pola bagi hasil menjadi kegiatan bisnis yang memberikan keuntungan finansial optimal kepada semua pihak terkait dan mendorong pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat pedesaan serta berperan serta dalam perbaikan lingkungan hidup. Pelaksanaan usaha UBH-KPWN memiliki tujuan (a) Mewujudkan peran serta para karyawan Departemen Kehutanan dan masyarakat dalam mengembangkan usaha berbasis kemitraan yang berbentuk usahatani jati unggul pola bagi hasil maupun pola mandiri, (b) Terlaksanannya usaha jati unggul pola bagi hasil dalam rangka peningkatan pendapatan KPWN dan kesejahteraan karyawan Departemen Kehutanan maupun masyarakat. 5.3 Kegiatan Pokok UBH-KPWN Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH- KPWN) adalah suatu lembaga fasilitator yang bergerak dalam bidang pengelolaan usaha Jati Unggul Nusantara dengan pola bagi hasil. Adapun kegiatan pokok UBH-KPWN antara lain: - Melakukan inventarisasi dan identifikasi calon lokasi dan pemilik lahan serta petani penggarap peserta usaha budidaya JUN. - Merencanakan dan melaksanakan kegiatan usaha budidaya JUN. - Melaksanakan pendampingan kepada petani penggarap peserta usaha budidaya JUN. - Menarik calon investor peserta usaha budidaya JUN. - Mengelola dana dari investor untuk kegiatan usaha budidaya JUN. - Memasarkan pohon jati siap panen. - Melaksanakan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 5.4 Gambaran Umum Sistem Agribisnis Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN Agribisnis adalah penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari 39

56 produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian (Krisnamurthi 2001). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dilihat bahwa agribisnis merupakan suatu sistem yang mencakup segala kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tumbuhan dan hewan (komoditas pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan) yang tidak hanya berfungsi memenuhi kebutuhan sendiri tetapi juga berorientasi pasar (bisnis) dan perolehan nilai tambah. Agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari beberapa subsistem. Sistem agribisnis minimal mencakup empat subsistem, yaitu subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), subsitem usahatani (down-stream agribusiness), subsistem hilir (down-stream agribusiness), dan subsistem jasa layanan pendukung (Krisnamurthi 2001). Oleh karena itu, sistem agribisnis Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan sistem terpadu yang melingkupi pelaksanaan usaha JUN yang dilaksanakan oleh UBH-KPWN. Sistem ini memberikan gambaran mengenai pelaksanaan usaha JUN mulai dari subsistem hulu hingga subsistem hilir. Sistem agribisnis JUN yang dilaksanakan oleh UBH- KPWN dapat dilihat pada Gambar 2. Subsistem Agribisnis Hulu (pupuk, bibit JUN, obat, peralatan, pestisida) PT. Setyamitra Bhaktipersada, PT. Pancakokoh, PT. Indo Javabif Sarana Subsistem Usahatani (budidaya JUN) UBH-KPWN (petani, pemilik lahan, investor, pemerintah desa) Subsistem Agribisnis Hulu (pengolahan, distribusi, pemasaran) ASMINDO Subsistem Pendukung (label) LEI Gambar 2. Sistem Agribisnis JUN 40

57 5.4.1 Subsistem Agribisnis Hulu (Up-stream agribusiness) Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) pada sistem agribisnis JUN UBH-KPWN meliputi pengadaan bibit, pengadaan pupuk organik formula khusus, pengadaan pupuk kandang, pengadaan obat, dan pengadaan peralatan. Pihak yang terlibat dalam sub sistem pengadaan sarana produksi usahatani JUN UBH-KPWN antara lain: a. PT. Setyamitra Bhaktipersada Perjanjian antara UBH-KPWN dengan PT. Setyamitra Bhaktipersada berupa kontrak jual beli bibit JUN. Pada kontrak antara kedua belah pihak disepakati spesifikasi bibit JUN yang diperjualbelikan. Spesifikasi tersebut meliputi tinggi, jumlah daun, dan batang. Tinggi yang dipersyaratkan adalah minimum mencapai 30 cm, jumlah daun sebanyak 2 pasang, dan batang berkayu, sehat, dan bebas dari penyakit. Kontrak kerjasama dengan PT Setyamitra Bhaktipersada telah berlangsung mulai tahun PT. Setyamitra Bhaktipersada adalah sebuah lembaga yang memproduksi bibit Jati Unggul Nusantara (JUN). Bibit JUN dihasilkan dari proses pengembangan genetik dari bibit-bibit jati terbaik seluruh Indonesia. Proses penelitian dan pengembangan genetik bibit jati unggul ini memerlukan lebih dari tujuh tahun agar sempurna. Persemaian JUN mampu menghasilkan 10 juta bibit per tahun dari sebuah areal persemaian seluas 12 hektar. Menggunakan teknologi yang tepat, pohon jati unggul dibuatkan kloningnya agar menghasilkan bibit jati unggul yang sama dengan indukannya. Perlakuan tambahan juga diterapkan untuk menghasilkan perakaran tunjang majemuk sehingga bibit jati dapat tumbuh dengan cepat. Gambar 3. Perakaran Jati Unggul Nusantara 41

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang menjadi aset berharga dalam mendatangkan devisa bagi negara, sehingga dapat memberi kontribusi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara penyediaan kayu jati dengan kebutuhan industri tidak. mengatasi kontinuitas pasokan kayu jati, yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara penyediaan kayu jati dengan kebutuhan industri tidak. mengatasi kontinuitas pasokan kayu jati, yaitu: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jati Unggul Nusantara Kayu jati sangat terkenal untuk berbagai penggunaan karena kekuatan dan keawetannya, namun karena pertumbuhannya sangat lambat menyebabkan keseimbangan

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis merupakan sektor yang paling penting di hampir semua negara berkembang. Sektor pertanian ternyata dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati (Tectona grandis L.f) tumbuh secara alami di seluruh Asia Tenggara dan merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar internasional.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat) MIRZA MAULANA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT Oleh: NIA ROSIANA A14104045 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna

BAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jati merupakan kayu yang memiliki banyak keunggulan, antara lain yaitu jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna (2005) yang menyatakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah hutan yang luas, yaitu sekitar 127 juta ha. Pulau Kalimantan dan Sumatera menempati urutan kedua dan ketiga wilayah hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati 2.1.1 Klasifikasi, penyebaran dan syarat tumbuh Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Menurut Sessions (2007), pemanenan hutan merupakan serangkaian aktivitas penebangan pohon dan pemindahan kayu dari hutan ke tepi jalan untuk dimuat dan diangkut

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI DESA LEMPOPACCI LUWU SULAWESI SELATAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI DESA LEMPOPACCI LUWU SULAWESI SELATAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI DESA LEMPOPACCI LUWU SULAWESI SELATAN SKRIPSI SUCI NURANI DIAH PALUPI H34054416 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembibitan Jati Jati (Tectona grandis L.) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA L. BINTANG SETYADI B. DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PUTRI KOMALASARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan kayu meningkat setiap tahun, sedangkan pasokan yang dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu dunia diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A14105555 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati dikenal sebagai kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya dan merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di indonesia. Hal tersebut tercermin dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia hingga

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) SKRIPSI RIANA

Lebih terperinci

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, karena kayu jati telah dianggap sebagai sejatining kayu (kayu yang sebenarnya).

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lada Menurut Sarpian (Lilik Wuriyanto, 2012) tanaman lada merupakan salah satu tanaman perkebunan yang telah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan salah satu sektor penunjang perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Hal ini terlihat dengan nilai ekspor produk kayu dan barang dari

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008 Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008 Sumber Produksi (m3) Hutan Alam Hutan Tanaman HPH (RKT) IPK Perhutani HTI Jumlah (m3) 1 2004 3,510,752 1,631,885

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang I. PENDAHUL'CJAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional, yang memberi dampak positif terhadap peningkatan devisa, penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Kabupaten Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Kabupaten Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Kabupaten Bogor Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan usaha JUN UBH-KPWN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

V. PRODUKSI HASIL HUTAN

V. PRODUKSI HASIL HUTAN V. PRODUKSI HASIL HUTAN V.1. Produksi Kayu Bulat Produksi kayu bulat dapat berasal dari Hutan Alam dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah hasil hutan yang sangat diminati di pasaran. Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau Penulis: : Prof. Ir. Tibertius Agus Prayitno, MFor., PhD. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci