SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA UTARA"

Transkripsi

1 SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA UTARA Tania Tritya, Sigit Wijaksono, Sani Heryanto Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jalan KH. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480, , taniatanihul@gmail.com ABSTRACT This research studied about the rainwater harvesting system that can be used as an alternative water source on vertical housing. The research s method that has been done was a quantative method. The analysis was conducted based on three aspect; (1) human aspects; (2) environmental aspects; and (3) building aspects. It was concluded that by the application of rainwater harvesting system on vertical housing, the total volume of water collected from rainwater system can fill all the needs of water for flushing the toilet for both seasons (dry and rainy season). (TT) Keywords: Water Source, Rainwater Harvesting System, Vertical Housing. ABSTRAK Penelitian ini mempelajari tentang sistem pemanenan air hujan yang dapat digunakan sebagai sumber air alternatif pada rumah susun. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah metode kuantitatif. Analisis dilakukan berdasarkan tiga aspek; yakni (1) aspek manusia; (2) aspek lingkungan; dan (3) aspek bangunan. Disimpulkan bahwa dengan penerapan sistem pemanenan air hujan pada rumah susun, jumlah volume air yang ditampung dari hasil sistem pemanenan air hujan dapat memenuhi semua kebutuhan air untuk bilas toilet pada kedua musim (musim kemarau dan musim hujan). (TT) Kata Kunci: Sumber Air, Sistem Pemanenan Air Hujan, Rumah Susun. PENDAHULUAN Jumlah penduduk DKI Jakarta menurut proyeksi Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 adalah 9,9 juta jiwa. Dengan luasan 662,3 km², kepadatan penduduk DKI Jakarta mencapai jiwa/km². Dari 9,9 juta jiwa penduduk Jakarta, 5 juta penduduk nya tidak memiliki rumah (sumber: Kompas.com, 2012). Mereka umumnya masyarakat berpenghasilan rendah atau penduduk miskin. Bertambahnya laju pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta setiap tahunnya ini perlu dicermati karena dapat menimbulkan permasalahan, salah satu nya adalah masalah permukiman. Pertambahan penduduk di kota-kota besar terus meningkat, sementara keterbatasan lahan yang ada mengarah kepada fasilitas hunian masal yang disusun secara vertikal (Aswito, 2004). Penyediaan rumah susun merupakan salah satu solusi untuk menampung penduduk miskin ini. Selain bangunan ini merupakan bangunan resmi, rumah susun juga merupakan solusi yang tepat untuk kota Jakarta yang lahannya sudah semakin sempit. Penyediaan rumah susun yang sudah digalangkan sejak 1984, sayangnya tidak dibarengi dengan maintenance fasilitas yang baik. Salah satu nya adalah penyediaan fasilitas air bersih. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, salah satu kriteria perumahan yang layak huni adalah bebas dari polusi dan tersedia akses air bersih. (Surtiani, 2006:41). Namun, hal ini tidak terjadi pada beberapa Rumah Susun yang ada di Jakarta Utara, contohnya Rumah Susun Penjaringan. Pada kasus ini, penyediaan akses air bersih di rusun tersebut kerap terhenti. Diakui oleh PAM sebagai pemasok utama sumber air di Jakarta Utara, yakni baru 50 % warga Jakarta Utara menikmati air Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM Jaya). Sisanya, walau sudah menggunakan air ledeng, mereka masih membeli per galon. Sejumlah warga di Jakarta Utara malah tidak mungkin menggunakan air sumur karena kawasan mereka telah terintrusi air laut. (sumber : Kompas.com). Menurut Walikota Kotamadya Jakarta Utara, sebenarnya sempat berpikir untuk membuat sumur artesis. Namun, dalam 10 tahun terakhir penurunan tanah di wilayah itu sudah mencapai 80 cm. Memaksakan diri membuat sumur artesis malah akan lebih membahayakan lingkungan. 1

2 Salah satu jenis air yang dapat dimanfaatkan adalah air hujan. Bukan hanya dapat mengurangi dampak banjir yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh kurangnya lahan resapan, tetapi sumber air alternatif ini dapat digunakan sebagai keperluan sehari-hari yang digunakan untuk kebutuhan air baku dan tidak untuk diminum (non pottable water). Hal ini dikarenakan air hujan khususnya yang dekat dengan pantai mengandung toksik logam yaitu plumbum (lead) melebihi garis panduan World Health Organization (WHO) (sumber: Kajian Penyelidikan NAHRIM, 2014), maka air hujan yang dipanen akan digunakan untuk membilas toilet saja, sehingga dengan begitu dapat mengurangi konsumsi air bersih (pottable water) yang ada serta tentu saja mampu mengurangi beban ekonomi yang dikeluarkan untuk memperoleh air bersih. Di sisi lain, penerapan sistem pemanenan air hujan yang diterapkan pada rumah susun Penjaringan ini dianggap cocok dikarenakan dengan penerapannya pada bangunan hunian, sistem ini dipilih untuk diharapkan memenuhi kebutuhan air manusia primer terlebih dahulu yakni kebutuhan air domestik atau kebutuhan air pada rumah tangga METODE PENELITIAN Di dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian dengan metode kuantitatif. Dimana data yang nantinya akan dikumpulkan dan diteliti berupa angka-angka. Analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan ( Sugiyono, 2012 ). Penulis akan melakukan beberapa perhitungan terhadap sejumlah variabel, yaitu perumusan antara jumlah kebutuhan air penghuni rumah susun, jumlah air hujan yang dipanen, data intensitas curah hujan yang turun di daerah penelitian, dan jenis material yang digunakan untuk area tangkapan. Kemudian dari hasil-hasil diatas akan didapatkan luasan area tangkapan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, dan luasan tangki yang dibutuhkan untuk menampung air hujan yang sudah dipanen. Teknik pengumpulan data dengan cara studi pustaka, studi banding, survey dan obervasi, wawancara, serta online research. Data yang dihimpun berupa : 1. Data Primer : merupakan data-data langsung yang didapat oleh penulis dengan cara observasi, wawancara, dan survey lapangan. Data tersebut diantaranya adalah data mengenai keadaan eksisting Rumah Susun Penjaringan, data keadaan sekitar tapak, data luasan tapak, serta data kegiatan yang terdapat dalam rumah susun Penjaringan. 2. Data Sekunder : merupakan data-data yang diperoleh dari sumber pertama yang telah dibukukan, atau dikutip dan menjadi acuan dalam sebuah jurnal, dinas pemerintahan, majalah, berita, dsb. Data tersebut diantaranya adalah data curah hujan kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, data teknis Rumah Susun Penjaringan, Jakarta Utara, data standarisasi perancangan rumah susun, data kualitas air, data mengenai penerapan sistem pemanenan air hujan pada bangunan, dll. Tabel 1 Diagram Alur Penelitian 2

3 ANALISA DAN BAHASAN Sistem Pemanenan Air Hujan Pemanenan air hujan (PAH) merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih. Sistem PAH Umumnya terdiri dari beberapa sistem yaitu: Area Tangkapan Air Hujan (catchment area), saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, reservoir (storage tank), saluran pembuangan, dan pompa. (Budi Harsoyo, 2010: 33-35). 1. Skema Pendistribusian Air Hujan Alur air hujan sampai dengan didistribusikan ke unit-unit untuk digunakan untuk kebutuhan bilas toilet adalah sebagai berikut : Tabel 2 Skema Pendistribusian Air Hujan 2. Komponen Sistem Pemanenan Air Hujan Penutup Atap Dalam pemakaian material pada atap bangunan dipilih yang mampu berperan sebagai penghalang sinar matahari yang difungsikan untuk melindungi ruang yang memerlukan perlindungan dari sinar matahari (contoh : rumah lift, ruang tangki, dsb.), dan yang mampu memasukkan sinar matahari tanpa adanya radiasi, dikarenakan pada lantai paling atas bangunan akan dibuat sebuah skygarden yang difungsikan sebagai ruang komunal untuk para penghuni rumah susun untuk sarana bersosialisasi sebagaimana yang tercantum pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pembangunan Rumah Susun Sederhana. Untuk material yang tembus cahaya dipilih material Fiberglass. Di setiap lembar Fiberglass memiliki kemampuan untuk menahan panas dan sinar ultra violet yang berbahaya bagi makhluk hidup. Namun sifatnya yang transparan masih dapat meneruskan cahaya lainnya. Oleh sebab itu, bahan ini cocok bila dipakai untuk menyemaikan tanaman yang ada di bawahnya. Kemudian material yang digunakan untuk melindungi dari cahaya matahari adalah material metal. Pemilihan material metal dipilih dikarenakan material ini merupakan material paling hemat dan ringan dibandingkan jenis lain. Adapun untuk menanggulangi kekurangan pada material Metal, yakni mengurangi daya hantar panas serta kebisingan pada waktu hujan, permukaan bagian atas genteng metal dilapisi dengan butiran pasir dan aspal yang direkatkan. Kemudian difinishing dengan cat. Gambar 1 Fiberglass Gambar 2 Atap Metal 3

4 Letak Area Tangkapan Air Hujan Letak Area Tangkapan Air Hujan menentukan kualitas air hujan yang dipanen. Elemen catcment area dapat menggunakan elemen-elemen bangunan seperti balkon, atap, lapangan, dan lain sebagainya. No. Letak Area Tangkapan Kelebihan Kekurangan Di atas - Menangkap air lebih bersih karena tidak terhalang pohon dan sampah - Beban air yang 1. - Tidak memakan lahan ditanggung cukup besar - Menangkap air lebih banyak karena karena berada di tempat luas area tangkapan mampu seluas yang tinggi bangunan. Di tengah Tabel 3 Analisa Letak Area Tangkapan Air Hujan 2. - Menangkap air lebih bersih karena tidak terhalang pohon dan sampah - Tidak memakan lahan - Menangkap Air lebih sedikit karena luas yang terbatas di tengah bangunan 3. Di bawah - Beban air yang ditanggung tidak ada - Menangkap sedikit air karena tertutup pohon dan elemen lain - Air hujan cenderung kotor dikarenakan sudah terkontaminasi kotoran dari tanaman dan debu. Kesimpulan : Alternatif yang digunakan sebagai prioritas untuk area tangkapan air hujan adalah nomor 1 dan 2. Hal ini dikarenakan air hujan yang ditangkap cukup bersih dan tidak memerlukan filtrasi sebanyak yang dibutuhkan alternatif nomor 3. Alternatif 1 digunakan untuk memenuhi kebutuhan air hujan yang diperlukan, kemudian bila masih terjadi defisit air, maka digunakan area tambahan yakni alternatif 2. Tipologi Bangunan Gambar 3 Tipologi Bangunan Bentuk yang yang paling cocok untuk rumah susun adalah bentuk kotak karena banyak memiliki kelebihan terutama dalam segi lay out dalam bangunan dan pengaturan furnitur pada unit yang membutuhkan fleksibilitas tinggi. Kemudahan dalam pengembangan dan kesesuaian dengan bentuk tapak juga dipertimbangkan. Bentuk ini merupakan bentuk paling sesuai untuk fungsi bangunan hunian. Sistem Pengalir Air Hujan (Gutters) Sistem pengaliran air hujan ( Gutters ) terdiri dari saluran pengumpul atau pipa yang mengalirkan air hujan yang turun di atap ke tangki penyimpanan (cistern or tanks). Pada pengalir air huan atau yang biasa disebut talang akan dilengkapi dengan screen yang mampu menyaring kotoran yang kemungkinan terbawa oleh air hujan. Perhitungan kebutuhan pipa : Luas atap = p x l x cos = 40 x 14 : cos 30 = 560 : 0,866 = 646,6 m² 4

5 Diameter (Inchi) Luasan Atap (m²) Volume (liter/menit) 3 (7,62 cm) (10,16 cm) (12,70 cm) (15,24 cm) Luas atap = 646,6 m² Hujan rata-rata = 159 mm/m²/jam = 3 liter/menit Curah Hujan = luas atap x hujan rata-rata = 646,6 m² x 3 liter/menit = liter/menit Dengan luas atap yang sudah didapatkan sehingga ukuran pipa yang dapat digunakan adalah dengan diameter pipa 5 dengan kapasitas 990 liter/menit. Air hujan akan mengalir ke bawah dalam waktu 1 menit / 990 = pipa Air hujan akan mengalir ke bawah pada waktu ½ menit 1.95 x 2 = pipa Jadi, pipa 5 yang dibutuhkan untuk mempercepat pembuangan air hujan diatas atap dalam waktu ½ menit adalah 4 pipa yang tersebar letaknya. Filtrasi Air Hujan No. Filtrasi Air Hujan Kelebihan Kekurangan - Dapat membunuh bakteri - Memakan lahan yang 1. Sistem Sekat ( Gravity Fed ) - Kualitas air yang dihasilkan lebih cukup banyak baik karena melalui banyak fase 2. Filtrasi Pasir Cepat 3. Filtrasi Pasir Lambat Tabel 4 Analisa Letak Area Tangkapan Air Hujan Sumber: Rudy, Tabel 5 Analisa Filtrasi Air Hujan - Menyaring air lebih cepat - Lahan yang dibutuhkan sedikit - Dapat membunuh bakteri lebih baik - Lahan yang dibutuhkan sedikit - Kemampuan penyaringan terhadap bakteri yang kurang baik - Kinerja filtrasi yang cukup lambat Dalam perancangan ini, akan digunakan filtrasi pasir cepat, agar air hujan yang mengalir mampu terfiltrasi secara cepat dan air hujan tidak meluap karena proses yang terlalu lama. Sistem ini juga tidak memerlukan lahan terlalu besar. Tangki Air Hujan Penempatan tangki air hujan sangat berperan bagi pendistribusian air hujan menuju unit unit. Bila jarak tangki terlalu jauh dengan unit, akan boros dalam penggunaan pompa sehingga, dicari perletakan yang secara menyebar tidak menjadi satu tangki, serta dengan material yang fleksibel agar mampu diletakkan pada dalam bangunan yang lahan nya terbatas. - Letak Tangki Untuk perletakan tangki, dipilih kombinasi antara ketiganya, agar ruang yang dibutuhkan untuk tangki tersebut dapat dibagi per segmen sehingga luasan ang dibutuhkan tidak terlalu besar, dan energi yang dibutuhkan lebih berkurang karena jarak yang tidak terlalu jauh. - Material Tangki Untuk pemilihan tangki air, akan digunakan tangki dengan material beton, dikarenakan bentuk nya dapat disesuaikan dengan luasan ruang yang ada. Terlebih, di dalam perancangan, tangki akan diletakan di segmen berbeda yang beberapa terdapat dalam lantai unit hunian, sehingga dibutuhkan tangki yang memiliki fleksibilitas bentuk agar mudah disesusaikan dengan ruang yang ada. 5

6 Alur Pendistribusian Air Hujan Untuk pemilihan perindistribusian air hujan, akan menggunankan sistem pendistribusian Down Feed karena sistem ini lebih hemat listrik dibandingkan dengan upfeed. Down Feed disini yaitu pendistribusian langsung dari tangki atas yang telah terisi air hujan langsung menuju unit-unit. 3. Kebutuhan Air Hujan Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui jumlah kebutuhan air pada bangunan dan menentukan kebutuhan air apa saja yang dapat digantikan dengan air hujan. Tabel 6 Kebutuhan Air Rumah Tangga Orang/Hari Penggunaan Air Liter Galon Persentase Mandi % Bilas toilet % Cuci Pakaian % Cuci Piring % Kebersihan Rumah Tangga % Cuci Kendaraan % Siram Taman % Minum dan Masak % Jumlah % Kehilangan (Leak) % Jumlah % Berdasarkan kualitas air yang akan digunakan, maka air hujan yang ditampung akan digunakan untuk membilas toilet. Sehingga, total jumlah kebutuhan air yang akan digantikan oleh air hujan adalah sebagai berikut.. Tabel 7 Total Kebutuhan Air yang Akan diganti Air Hujan Kebutuhan Liter Pengguna Total Liter Bilas Toilet orang Total per hari Setelah mengetahui total kebutuhan air dalam satu hari yang akan digantikan oleh air hujan, selanjutnya dimasukkan ke rumus penghitungan penangkap air hujan untuk mendapatkan luas area tangkapan dengan total perhari liter per hari. Q = C x I x A Q C I A = Debit air yang dapat dipanen (m³) = Koefisien Run Off = Intensitas air hujan (mm) = Luas area tangkapan (m²) Air hujan yang tertangkap oleh permukaan dan mengalir dengan lancar yang tidak diserap oleh permukaan penangkap sesuai dengan koefisiensi aliran Gambar 4 Runoff Coefficients Sumber : Lisa,

7 Material penangkap air hujan menggunakan metal dan fiberglass dengan koefisiensi runoff 0,9 (banyak air yang tertahan) sampai 0,95 (sedikit yang tertahan, lancar) dan jika menggunakan permukaan vegetasi koefisiensi runoff 0.6 (banyak air yang tertahan) dan 0.1 (sedikit yang tertahan, lancar). Koefisiensi runoff yang digunakan adalah sebesar 0,9 untuk mengantisipasi air mengalir tidak terlalu lancar sehingga menggunakan nilai koefisiensi terendah berdasarkan Gambar 4.16 Runoff Coefficients. Tabel 8 Data Curah Hujan Stasiun BMKG Kemayoran BULAN TAHUN Rata2/Bulan Rata2/Hari (mm) (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Rata2/tahun Sumber : BMKG, 2014 Data curah hujan yang digunakan merupakan rata-rata curah hujan tahunan dari tahun 2009 sampai 2013 sebesar 159 mm/bulan, maka rata-rata perharinya adalah 5.2mm/hari = m/hari, dan kebutuhan air penghuni 11520L/hari = 12 m³ (1 l = 1 dm³ = 0,001 m³). Jadi luas permukaan total yang dibutuhkan yaitu : Luas Catchment Area Minimum Q = C x I x A 12 m³ = 0.9 x x A 12 m³ = m A A = 12 m³/ m A = 2564 m² Berdasarkan perhitungan di atas, luas area tangkapan yang dibutuhkan adalah 2564 m². Luas area tersebut sudah melampaui luas atap bangunan yakni 1120 m². Maka dari itu, perlu tambahan luasan area tangkapan yang dirancang melalui atap balkon atau desain unit yang mampu memenuhi luasan tangkapan tambahan sebesar 1444 m² Setelah mendapatkan luas permukaan penangkap kemudian data ini digunakan untuk mencari total air yang dapat ditampung oleh sistem penangkap air hujan dengan luasan tersebut selama 1 bulan Tabel 9 Supply air hujan yang dihasilkan dengan luasan 2564 m² Bulan Rainfall Rainfall Luas Penangkap Gross Runoff Total Supply (mm) (m) Hujan (m²) Supply (m³) Coefficient (m³) Januari , Februari , Maret , April ,9 9.2 Mei , Juni ,9 6.9 Juli ,9 8.3 Agustus ,9 3.3 September ,9 7.2 Oktober ,9 9.7 November , Desember ,

8 Tahap kedua, yaitu pengujian kembali untuk mengetahui apakah dengan luasan area penangkap hujan seluas 2564 m 2 dapat mencukupi kebutuhan air yang dapat digantikan oleh air hujan tiap bulan dengan melihat sisa air yang dapat ditampung dengan simulasi proyeksi selama 1 tahun. Tabel 10 Proyeksi 1Tahun dengan luasan penangkap 2564 m 2 (m³) Bulan Supply Kebutuhan Surplus (Sisa Air) Penyimpanan dalam tangki (Kumulatif) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tabel diatas merupakan simulasi data perhitungan jumlah air hujan yang dapat ditampung berdasarkan kebutuhan air jika digunakan setiap hari dalam 1 tahun oleh total penghuni rumah susun. Melalui perhitungan tersebut, dapat dilihat terjadi defisit air pada bulan September dan Oktober, hal ini dikarenakan supply air yang dihasilkan tidak dapat memenuhi air yang dibutuhkan pada bulan tersebut, dan air simpanan yang ada di tangki penampungan tidak tersisa dan masih kurang. Dari hasil analisa perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa luasan penangkap air hujan sebesar 2564 m 2 belum dikatakan berkelanjutan atau sustainable karena masih belum mampu memenuhi kebutuhan air secara berkelanjutan pada bulan September dan Oktober. Solusi untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menambahkan luasan permukaan penangkap air hujan yakni tidak hanya pada atap bangunan, tetapi dapat menggunakan elemen bangunan lain, salah satunya adalah kanopi dan balkon. Untuk mengetahui luasan tambahan yang dibutuhkan, maka dilakukan perhitungan luasan area tangkapan dengan menggunakan intensitas hujan terendah lalu membagi rata dengan hasil luasan yang didapat diawal yang menggunakan intensitas air hujan rata-rata. Intensitas hujan terendah yaitu 1.4 mm/hari, maka menjadi m/hari, dan kebutuhan air penghuni L/hari = 12 m³ (1 l = 1 dm³ = 0,001 m³). Jadi luas permukaan total yang dibutuhkan yaitu : Luas Catchment Area Minimum Q = C x I x A 12 m³ = 0.9 x x A 12 m³ = m A A = 12 m³/ m A = 9524 m² Jadi didapat hasil 9524 m² dari perhitungan dengan menggunakan intensitas hujan terendah, kemudian dibagi rata-rata dengan hasil yang didapat dengan menggunakan intensitas air hujan rata-rata yaitu, 2564 m². A = 9524 m² m² / 2 A = 6044 m² Penambahan luasan diperbesar menjadi 6044 m 2, untuk membuktikan penambahan luasan tersebut memenuhi syarat sustainable maka akan dilakukan simulasi penyimpanan air dalam proyeksi 1 tahun

9 Bulan Rainfall (mm) Tabel 11 Supply air hujan yang dihasilkan dengan luasan 6044 m² Rainfall (m) Luas Penangkap Hujan (m²) Kemudian dilakukan pengujian kembali untuk mengetahui apakah dengan luasan area penangkap hujan seluas 6044 m 2 dapat mencukupi kebutuhan air yang dapat digantikan oleh air hujan tiap bulan dengan melihat sisa air yang dapat ditampung dengan simulasi proyeksi selama 1 tahun. Bulan Supply Kebutuhan Gross Supply (m³) Surplus (Sisa Air) Runoff Coefficient Total Supply (m³) Januari , Februari , Maret , April , Mei , Juni , Juli , Agustus ,9 7.7 September , Oktober , November , Desember , Tabel 12 Proyeksi 1 Tahun dengan luasan penangkap 6044 m 2 (m³) Penyimpanan dalam tangki (Akumulasi) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh penambahan luas area tangkapan air hujan terhadap ketersediaan sisa air penyimpanan dalam tangki dalam proyeksi selama 1 tahun. Hasil dari penambahan luasan menjadi 6044 m² dapat dilihat pada tabel diatas, tidak terjadi defisit air di tiap bulannya, bahkan mengalami penambahan sisa air. Tabel 13 Grafik Perbandingan Antara Pasokan, Kebutuhan dan Penyimpanan Tabel diatas menunjukan perbandingan antara pemasukan air hujan yang tertampung, kebutuhan air yang dapat digantikan air hujan, dan sisa penyimpanan dalam tangki. Terlihat pada garis biru, yaitu supply dapat dikatakan mulai menurun di bawah garis demand ketika memasuki bulan Agustus dimana bulan Agustus merupakan musim kemarau, namun dapat tertolong oleh penyimpanan air yang sudah terisi lebih banyak pada awal tahun sehingga kekurangan yang terjadi dapat ditanggulangi oleh air yang telah tersimpan sebelumnya, sehingga kebutuhan air dapat dipenuhi secara berkelanjutan. 9

10 Untuk volume tangki penampungan air hujan disesuaikan dengan kebutuhan penyimpanan air terbesar pada tahun pertama bulan Desember, yaitu m³ dibulatkan menjadi 200 m³, untuk dibagi dalam 10 segmen bangunan dalam 2 blok yaitu tangki atas, tengah dan bawah. Untuk tangki teratas, dibuat lebih luas agar dapat menampung lebih banyak air hujan karena luasan yang ada di bawah bangunan lebih terbatas, sehingga: Luasan pada tangki atas sebesar = 120 m³ 60 m³/blok = 5 m x 6 m x 2 m Luasan tangki tengah dan bawah = Luas tangki / jumlah tangki = (200 m³-120m³) : 8 = 10 m³ Luas Tangki Per Segmen = 2.5 m x 2 m x 2 m = 10 m³ Proses Bentuk Massa Bangunan Tabel 14 Analisa Bentuk Massa Bangunan No. Proses Gubahan Massa Keterangan 1. Perencanaan blok masa didasarkan pada rencana Dinas Perumahan dan Gedung yakni 2 blok dengan 17 lantai per blok. Calon penghuni diasumsikan sejumlah 1152 orang sehingga unit yang akan disediakan adalah 384 buah unit tipe 30 dibagi 2 massa menjadi 192 unit per blok. 2. Bentuk dasar bangunan adalah persegi panjang. Bentuk persegi panjang merupakan bentuk yang paling ideal untuk bangunan residensial seperti rumah susun, sehingga penyusunan dan fungsi ruangnya akan lebih maksimal. Berdasarkan arah datangnya sinar matahari, bentukan massa ini dianggap paling efisien karena sisi terpanjang bangunan tidak terkena paparan sinar matahari langsung. 3. Pada fase ini, posisi zoning service terdapat di lantai dasar, area semi public berada di lantai 2 dan 3 dan kemudian area privat berada di lantai Pada fase ini, posisi area service dipindahkan menjadi ke basement agar tidak mengganggu kegiatan semipublic yang ada di lantai dasar. Perletakan ruang semipublic lantai dasar difungsikan untuk pengguna dan tamu umum yang berkeperluan di fasos dan fasum. Dan sedangkan area semipublic yang berada pada tengah bangunan difungsikan sebagai taman bermain anak sehingga pengawasan lebih bisa dilakukan karena dekat dengan unit dan anak- anak tidak perlu terlalu jauh turun ke bawah untuk bermain. 5. Kemudian, ditambahkan ruang komunal pada setiap lantai agar ada ruang bagi para penghuni untuk saling bersosialisasi antar tetangga, karena sifat sosial yang tinggi diantara penghuni rumah susun. Ruang ruang ini pula nantinya akan berfungsi sebagai ruang sirkulasi angin untuk koridor di dalam bangunan serta dibuatnya area tangkapan air hujan tambahan selain dari atap utama bangunan. 10

11 KESIMPULAN Sistem pemanenan air hujan pada rumah susun di Penjaringan ini mampu memenuhi kebutuhan air untuk bilas toilet sejumlah 1152 penduduk rumah susun sepanjang tahun, musim kemarau maupun musim penghujan, dengan volume air liter dengan spesifikasi komponen sistem pemanenan air hujan sebagai berikut : a. Area Tangkapan Air Hujan Menggunakan material Fiberglass dan Metal sebagai material penutup atap. Menggunakan atap dan balkon sebagai area tangkapan Dengan bentuk bangunan persegi panjang b. Filtrasi Air Hujan Filtrasi air hujan menggunakan filtrasi pasir cepat c. Tangki Air Hujan Peletakkan tangki dibagi menjadi 3 segmen, yaitu lantai atas, tangah dan bawah dengan menggunakan material beton. d. Alur Pendistribusian Air Hujan Menggunakan sistem langsung dari tangki atas menuju unit-unit. e. Luas Pemanen Air Hujan Luas yang dibuthkan untuk memenuhi kebutuhan air adalah seluas 3000 m² dengan pembagian luas antara atap dan balkon adalah : Atap seluas 1120 m² Balkon seluas 1880 m² f. Luas Tangki Air Luas tangki sebesar 6 m³ dibagi menjadi 3 segmen yakni menjadi seluas 1 m x 1 m x 6 m. Untuk selanjutnya, rumah susun yang akan menggunakan sistem pemanenan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penghuni bangunan, diharapkan agar mempunyai lahan yang cukup untuk meletakkan tangki air yang digunakkan untuk menampung hasil olahan air hujan REFERENSI Avinash, S.P., (2012) Green Buildings. Journal of Engineering Research and Studies, JERS/Vol.III/Issue 1/January-March, 2012/ Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (2014). Data Curah Hujan Pos Kemayoran. Group Raindrops (1995). Rainwater & You. Tokyo : The Organizing Committee for The Tokyo International Rainwater Utilization Conference. Harsoyo, B. (2010). Teknik Pemanenan Air Hujan (Rain Water Harvesting) Sebagai Alternatif Upaya Penyelamatan Sumberdaya Air di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol.11, No.2: Surtiani, E.E. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota. Thesis Magister. Semarang: Program Pasca Sarjana Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Yulistyorini, A. (2011). Pemanenan Air Hujan Sebagai Alternatif Pengelolaan Sumber Daya Air Di Perkotaan. Ilmu Sipil : Jurnal Teknologi dan Kejuruan, Vol.34, No.1. RIWAYAT PENULIS Tania Tritya lahir di DKI Jakarta pada tanggal 25 Oktober Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan pada laporan ini merupakan hasil keseluruhan terhadap tahap perencanaan dan perancangan, dari hasil analisa pada bab 4 bahwa daerah Tanjung Sanyang ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA Renhata Katili Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Sistem Pengolahan Rain Water Pada Sistem pengolahan yang terjadi di hotel kapsul ini, air hujan ditangkap terlebih dahulu. Seperti yang sudah dijabarkan, volume air yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA Sidang Tesis Oleh : Dica Erly Andjarwati 3311202802 Magister Teknik Sanitasi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penampungan Air Hujan Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah pengumpulan limpasan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air domestik, pertanian, maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Lisa Chandra NIM : 1200981182

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya D241 Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya Fairuz Nadia dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif dan kuantitatif kurang mendapat perhatian. Secara kualitatif

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa yang mendapat cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim yaitu musim penghujan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Air adalah kehidupan. Tanpa air, mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula tidak akan pernah ada daur ulang materi dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN Oleh: Rachmat Mulyana P 062030031 E-mail : rachmatm2003@yahoo.com Abstrak Banjir dan menurunnya permukaan air tanah banyak

Lebih terperinci

Jln Ir. Sutami 36 A, Surakarta

Jln Ir. Sutami 36 A, Surakarta Analisis Pemanfaatan Air Hujan Dengan Metode Penampungan Air Hujan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Rumah Tangga Di Kota Surakarta Rimaniar Julindra ), Siti Qomariyah 2), Sudarto 3) 1)Mahasiswi Prodi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERENCANAAN PAH SEBAGAI SUMBER AIR BAKU ALTERNATIF (Studi Kasus: Perumahan Nilagraha Pabelan Surakarta)

ANALISIS DAN PERENCANAAN PAH SEBAGAI SUMBER AIR BAKU ALTERNATIF (Studi Kasus: Perumahan Nilagraha Pabelan Surakarta) ANALISIS DAN PERENCANAAN PAH SEBAGAI SUMBER AIR BAKU ALTERNATIF (Studi Kasus: Perumahan Nilagraha Pabelan Surakarta) Rendra Elgara 1), Siti Qomariah 2), Adi Yusuf Muttaqien 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar BAB IV KONSEP 4.1 Ide awal perancangan Ide awal perancangan rumah susun ini adalah rumah susun sebagai miniatur kota dengan fungsi-fungsi yang sederhana dan mandiri. Kota sebagai produk peradaban modern

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan dari penghuni dan masyarakat sekitar bangunan khususnya bangunan rumah tinggal, mengenai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

Hotel Kapsul Menggunakan Sistem Rainwater Harvesting Di Tanah Abang Jakarta

Hotel Kapsul Menggunakan Sistem Rainwater Harvesting Di Tanah Abang Jakarta Hotel Kapsul Menggunakan Sistem Rainwater Harvesting Di Tanah Abang Jakarta Gilang Raspati Marta Adi Subrata Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak Kawasan Tanah Abang Jakarta Pusat merupakan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan air sangat komplek, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di negaranegara maju setiap orang memerlukan air

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik & Tema

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik & Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik & Tema Penggunaan energi sangat penting di pusat perkotaan untuk transportasi produksi industri, dan kegiatan rumah tangga dan kantor. Ketergantungan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di

Lebih terperinci

menyebabkan kekeringan di musim kemarau,

menyebabkan kekeringan di musim kemarau, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Pengertian Drainase dan Perubahan Konsep Drainase Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Meningkatnya kebutuhan akan rumah, terbatasnya lahan, serta tingginya nilai lahan menjadi fenomena umum yang terjadi hampir

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa air. Di daerah perkotaan seiring pesatnya pembangunan gedung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Neraca Air Dan Kebutuhan Air Baku PAM DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Neraca Air Dan Kebutuhan Air Baku PAM DKI Jakarta 1.1. LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar dalam kehidupan manusia. Secara fisik manusia dapat hidup tanpa air atau menahan haus maksimal sampai 7 hari. Sementara

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta)

Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta) Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta) Sri Maharjono 1), Siti Qomariyah 2), Koosdaryani 3)

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008-2009 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan yang digunakan adalah sustainable

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan yang digunakan adalah sustainable BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture yang kaitannya sangat erat dengan objek perancangan hotel resort wisata organik dimana

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT Lisa Chandra, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta, lischan_jujin@yahoo.co.id ABSTRAK Banyak

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Student Housing Student housing atau asrama mahasiswa didefinisikan sebagai suatu fasilitas tempat penginapan yang ditunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2 dengan jumlah populasi 2 sebesar 8.792.000 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture yang kaitannya sangat erat dengan objek perancangan hotel resort wisata organik dimana konsep

Lebih terperinci

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT DIFINISI AIR BERSIH Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah Abang adalah salah satu wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang cukup terkenal dengan pusat perbelanjaan tekstil dan fashion. Tidak dipungkiri, pusat grosir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perancangan Kegiatan Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama mahasiswa Universitas Bina Nusantara, adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci