HASIL DAN PEMBAHASAN. kata yang diuji

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. kata yang diuji"

Transkripsi

1 8 Kata yang telah melalui proses stemming akan disimpan output-nya, yang berupa imbuhan (awalan dan akhiran), ke dalam array StorageFix{n} dengan indeks n sebagai penunjuk kata ke-n. Penentuan Pola Hasil (Pengujian) Pada tahap ini, hasil dari stemming yang berupa kata dasar dan imbuhan (afiks) akan dicocokkan dengan pola word graph frasa kata yang telah disimpan. Jika pengenalan polanya sesuai dengan pola word graph frasa kata yang telah disimpan, graph akan ditampilkan. Pembentukan pola frasa kata disesuaikan dengan aturan-aturan pembentukan frasa kata yang telah dianalisis dalam penelitian Mahmuda (2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat 69 aturan pembentukan pola word graph frasa kata. Pola-pola tersebut digolongkan berdasarkan makna semantik dan bentuk imbuhan yang terdapat pada kata tersebut sedangkan berdasarkan bentuk word graph yang sama terdapat 40 bentuk pola frasa kata. Gambar 14 memperlihatkan contoh sebuah word graph yang berhasil dibentuk pada workspace, yang menyatakan pernyataan umur panen. Gambar 14 Contoh word graph yang dibentuk dalam workspace. Analisis Hasil Pada tahap ini pola frasa kata yang telah terbentuk akan dianalisis, apakah telah sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mahmuda (2010) atau tidak. Sejumlah frasa kata dimasukkan untuk dijadikan skenario pengujian kemudian dihitung akurasinya. Penghitungan akurasi dilakukan dengan cara menghitung berapa banyak kata yang benar dalam pengujian dibagi dengan berapa banyak kata yang diuji. akurasi = kata yang benar x100% kata yang diuji Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode pengujian black box. Pada metode pengujian black box, cara pengujian hanya dilakukan dengan menjalankan atau mengeksekusi unit atau modul. Kemudian diamati apakah hasil dari unit itu sesuai dengan proses yang diinginkan. Dokumentasi dan Laporan Pada tahap ini akan dibahas hasil perhitungan keakuratan dari pengujian setiap pola. Jika didapati hasil akurasi yang rendah, akan dicari sumber permasalahannya. Di lain pihak, jika masalah yang dihadapi tidak dapat diatasi, masalah tersebut akan dimasukkan ke dalam saran untuk penelitian selanjutnya. Tahapan pengembangan modul word graph frasa kata dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 3. HASIL DAN PEMBAHASAN BogorDelftConstruct merupakan perangkat lunak yang dikembangkan dengan berbagai fitur tambahan yang mendukung terbentuknya word graph sesuai dengan konsep KG. BogorDelftConstruct dikembangkan dengan bahasa pemrograman MATLAB. Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini dengan menambahkan modul frasa kata pada BogorDelftConstruct. Batasan Sistem Berikut ini merupakan batasan-batasan sistem pada pengembangan yang dilakukan: a Pada sistem ini yang menjadi masukan hanyalah frasa kata yang terdiri atas dua sampai tiga kata. b Sistem hanya mampu mengenali 40 pola dari 60 pola frasa kata berdasarkan bentuk word graph. c Panel relationship inward dan outward hanya muncul pada beberapa pola tertentu. Karena tidak muncul untuk semua pola, maka panel relationship inward dan outward dihilangkan. d Label dari kata dasar berdasarkan kamus. Penambahan Modul Frasa Kata Di dalam modul frasa kata terdapat beberapa proses, diantaranya: a Praproses Frasa kata yang dimasukkan akan ditokenisasi. Tokenisasi adalah proses pemecahan frasa kata dan disimpan ke dalam array bernama word{n} dengan indeks n sebagai penunjuk kata ke-n. Array word{n} akan dihitung panjangnya dan diperiksa dengan menggunakan fungsi CheckFrasaKata.m. Fungsi ini berguna untuk memeriksa frasa kata

2 9 yang telah ditokenisasi. Jika panjang array word{n} sama dengan satu, muncul pesan peringatan bahwa input tidak dapat diproses ke tahap selanjutnya. Jika panjang input tidak sama dengan satu, diperiksa apakah kata ke-n mengandung nilai masukan selain karakter. Jika kata ke-n mengandung nilai masukan selain karakter, muncul pesan peringatan bahwa input tidak dapat diproses ke tahap selanjutnya. Jika kata ke-n tidak mengandung selain karakter, frasa kata diproses ke tahap ekstraksi data. b Ekstraksi Data Frasa Kata Frasa kata yang telah melalui tahap praproses diperiksa ke dalam database kamus untuk diambil datanya. Database kamus yang digunakan adalah database KBBI yang telah disesuaikan. Data frasa kata berupa jenis kata, kata dasar, jenis kata dasar, dan imbuhan. Pertama, diperiksa setiap kata yang ada di array word{n}. Data jenis kata diambil dari tabel Entry pada field Category sedangkan data kata dasar diambil dari tabel Entry pada field Stem. Jika kata ke-n merupakan kata dasar, output yang berupa jenis kata, kata dasar, jenis kata dasar, dan imbuhan langsung dikembalikan. Jika kata ke-n adalah kata berimbuhan, kata tersebut harus melalui proses stemming terlebih dahulu untuk mendapatkan data imbuhan. Proses stemming yang digunakan pada penelitian ini mengadopsi proses stemming yang telah dilakukan oleh Iqbal (2010). Proses stemming tersebut mampu menangani masalah overstem dan understem dengan baik. Proses stemming dengan KBBI dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1 Kata yang akan di-stem dicari apakah terdapat dalam KBBI atau tidak. 2 Jika kata tersebut ditemukan pada KBBI, akan diambil kata dasarnya pada field Stem dan dimasukkan ke dalam daftar kandidat kata. 3 Jika kata tersebut tidak terdapat pada KBBI yang disesuaikan, kata tersebut akan diperiksa apakah mengandung imbuhan yang terdapat pada tabel Fixations atau tidak. Untuk setiap imbuhan yang terdapat pada tabel Fixations dilakukan proses pemotongan berurut sesuai dengan imbuhanimbuhan yang terdapat pada tabel tersebut. Jika imbuhan tidak terdapat pada tabel Fixations, dilakukan proses stemming. 4 Setiap hasil pemotongan imbuhan dimasukkan pada sebuah daftar kandidat kata. Setiap kata yang terdapat dalam kandidat kata diperiksa apakah terdapat dalam KBBI yang disesuaikan atau tidak. Jika tidak ada satupun kata yang terdapat dalam KBBI yang disesuaikan, kata masukan sebelum di-stem dikembalikan. Jika terdapat lebih dari satu kandidat kata, semua kata yang ditemukan dikembalikan. Kata yang dikembalikan disertai label dari kata dasar hasil stemming. Proses stemming dilakukan untuk semua kata pada array word{n} dan disimpan dalam array StorageFix{n} dengan indeks n adalah imbuhan kata ke-n. Array StorageFix{n} digunakan sebagai salah satu data untuk pencarian pola frasa kata. Proses Pengenalan Pola Setelah mendapatkan data yang diperlukan untuk pencarian pola frasa kata seperti array word{n}, StorageType{n}, StorageBase{n}, StorageFix{n}, dan bt{n}, frasa kata ditentukan pola word graph-nya. Penentuan pola word graph ini disesuaikan dengan aturan-aturan pembentukan frasa kata yang telah dianalisis dalam penelitian Mahmuda (2010). Pola Word Graph Frasa Kata Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mahmuda (2010), pola frasa kata berdasarkan bentuknya terdiri atas 60 pola. Namun, yang digunakan dalam penelitian ini hanya 40 pola saja. Dari 40 pola bentuk frasa kata terdapat 69 jenis aturan frasa kata. Beberapa pola dan aturan frasa kata dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Daftar pola dan aturan frasa kata Pola Aturan 1 (N1+N2) 1 2 (N1+N2 (pe-kb)) 3 (N+V (ber-ks)) 4 (N1 (ke-ks-an)+n2) 5 (N1 (pe-kk-an)+n2(pe-kb)) 6 (N1 + (N2 + N3)) 7 (N1 + (N2(pe-KB) + N3)) 8 ((N1 + V) + N2) 9 (N1 + (KB-an) + N2) + N3)

3 10 Daftar pola dan aturan frasa kata Tabel 1 dirujuk dari daftar pola yang terdapat pada Lampiran 5. Terdapat beberapa pola yang memiliki kemiripan aturan seperti (N1 + N2) 1, (N1 + N2) 2, dan (N1 + N2) 3. Perbedaan ketiga pola tersebut terdapat pada relasinya. Jika pola tersebut ditandai dengan 1, relasi yang digunakan adalah PAR. Jika ditandai dengan 2, relasi yang digunakan adalah SUB. Jika ditandai dengan 3, digunakan relasi EQU. Suatu pola dikatakan cocok jika pola yang didapat pada pencarian pola sesuai dengan aturan frasa kata. Untuk memeriksa apakah frasa kata yang dimasukkan sesuai dengan aturan frasa kata diperlukan pengujian. Implementasi Antarmuka Perancangan antarmuka sistem aplikasi BogorDelftConstruct yang dikembangkan tidak memiliki perbedaan signifikan. Gambar 15 memperlihatkan gambar menu Frasa Dictionary. Jika menu Frasa Dictionary ditekan, maka akan muncul input box. Gambar 16 memperlihatkan gambar input box, ketika menu Frasa Dictionary ditekan. Frasa kata yang akan dicari dimasukkan ke dalam input box. Setelah itu frasa kata tersebut akan diproses. Tampilan menu modul word graph frasa kata dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar 15 Menu frasa dictionary. Gambar 16 box. Proses yang pertama adalah praproses. Dalam praproses, frasa kata akan dipecah melalui proses tokenisasi dan input akan diperiksa apakah sebuah frasa kata atau bukan dan mengandung selain karakter atau tidak. Setelah dilakukan praproses, dilakukan ekstraksi data frasa kata. Ekstraksi data frasa kata menghasilkan beberapa array yaitu word{n}, StorageType{n}, StorageBase{n}, StorageFix{n}, dan bt{n}. Kemudian dilakukan pencarian pola frasa kata. Dalam modul frasa kata, jika ada input kata yang kata dasarnya tidak ada dalam database kamus, akan muncul pesan peringatan bahwa kata tidak ada dalam database. Pada graf yang ditampilkan, jika ada fokus dari suatu token maka token tersebut diberi warna yang berbeda dari token lainnya. Gambar 17 memperlihatkan contoh sebuah word graph frasa kata yang polanya sesuai dengan aturan-aturan frasa kata yang telah diteliti oleh Mahmuda (2010). Pada Gambar 17 terdapat fokus pada sebuah token yang ditunjukkan oleh perbedaan warna. Word graph yang ditampilkan pada modul dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 6. Gambar 17 Contoh sebuah word graph frasa kata yang polanya sesuai. Analisis Hasil Hasil word graph frasa kata yang terbentuk secara otomatis dianalisis kesesuaiannya dengan pola berdasarkan aturan frasa kata pada penelitian Mahmuda (2010). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil pengujian aturan frasa kata Pola Word Graph Benar Akurasi Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola %

4 11 Tabel 2 (lanjutan) Pola Word Graph Benar Akurasi Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Pola % Kolom pada Tabel 2 adalah sejumlah frasa kata yang dimasukkan pada pengujian sedangkan kolom Benar adalah input yang mengeluarkan output pola word graph yang sesuai dengan aturannya. Kolom Akurasi adalah hasil perhitungan ketepatan pengenalan pola frasa kata seperti yang telah dijelaskan pada bab metode penelitian. Penjelasan detail mengenai pengujian masing-masing pola adalah sebagai berikut: 1 Pengujian Pola 1 Frasa kata yang diuji untuk Pola 1 (N1 + N2) adalah uang logam, umur manusia, isu politik, isu sosial, dan umur panen. Frasa kata yang diuji untuk Pola 1 (N + V) adalah daya beli, daya juang, dan jarak tanam. Frasa kata yang diuji untuk Pola 1(V + Adj) adalah bangkit mandiri, jalan santai, kerja baik, dan tumbuh baik. Frasa kata yang diuji untuk Pola 1 (N + Adj) adalah pihak swasta, gedung murah, kultur lokal, dan negara agraris. Frasa kata yang diuji untuk Pola 1 (Adj + N) adalah putih susu, kuning langsat, dan hitam manis. Frasa kata yang diuji untuk Pola 1 (Adj + Adj) adalah putih bening dan coklat masam. Total akurasi keseluruhan untuk Pola 1 adalah 2 Pengujian Pola 2 Frasa kata yang diuji untuk Pola 2 (N1 + N2(pe-KB)) adalah kebun peternak, lahan petani, rumah petani, tali pengikat, tali pengait, dan bahan pengikat. Sementara itu, untuk Pola 2 (N1 + N2(pe-KB-an)) frasa kata yang diuji adalah modal pengendalian, biaya pemanfaatan, dan modal pemanfaatan sedangkan untuk Pola 2 (N1 + N2(pe-KS-an) frasa kata yang diuji adalah modal penelitian, biaya pemenuhan, dan biaya pengosongan. Sementara itu, untuk Pola 2 (N1 + N2(pe-KKan)) frasa kata yang diuji adalah uang pemerasan, biaya pengolahan, dan modal pengalaman sedangkan untuk Pola 2 (Adj + N(ke-KS-an)) frasa kata yang diuji adalah tahan kekeringan, tahan kekuatan, dan suka kelemahan. Total akurasi keseluruhan untuk Pola 2 adalah 3 Pengujian Pola 3 Frasa kata yang diuji untuk Pola 3 (N + V(ber-KS)) adalah modal bersama, modal berbeda, lahan bersama, lahan berbeda, komunikasi berbeda, dan tenaga bersama. Total akurasi keseluruhan untuk Pola 3 adalah 4 Pengujian Pola 4 Frasa kata yang diuji untuk Pola 4 (N1(ke- KS-an) + N2) adalah kekuatan otot, kelemahan otot, dan kemampuan keras. Sementara itu, untuk Pola 4 (N1(KB-an) + N2) frasa kata yang diuji adalah kandungan gizi, kandungan keras, dan kandungan jagung sedangkan untuk Pola 4 (N1(ke-KK-an) + N2) frasa kata yang diuji adalah kebutuhan beras, kebutuhan nasi, dan kebutuhan jagung. Sementara itu untuk Pola 4 (N1(ke-KB-an) + N2) frasa kata yang diuji adalah keragaman beras, keragaman manusia, dan keragaman jagung sedangkan untuk Pola 4

5 12 (N1(pe-KK-an) + N2) frasa kata yang diuji adalah pengolahan kopra, pemerasan kelapa, dan pengalihan isu. Sementara itu, untuk Pola 4 (N1(pe-KB-an) + N2) frasa kata yang diuji adalah pemrosesan kelapa, pemanfaatan kelapa, dan pemanfaatan pisang sedangkan untuk Pola 4 (N1(pe-KB) + N2) frasa kata yang diuji adalah peternak sapi, petambak udang, dan petani jagung. Total akurasi keseluruhan Pola 4 adalah 5 Pengujian Pola 5 Frasa kata yang diuji untuk Pola 5 (N(pe- KK-an) + N(pe-KB)) adalah pengetahuan peternak, pengetahuan petani, pendapatan peternak, dan penjualan peternak. Sementara itu, frasa kata yang diuji untuk Pola 5(N(ke-KSan) + N (pe-kb)) adalah kesejahteraan petani, kemandirian petani, kesulitan petani, kebaikan petani, kesejahteraan peternak, dan keraguan pengusaha. Total akurasi untuk Pola 5 adalah 6 Pengujian Pola 6 Frasa kata yang diuji untuk Pola 6 (N1 + (N2 + N3)) adalah dokter ahli saraf, sumber daya manusia, mutu tepung singkong, sarjana ahli pangan, dan sarjana ahli gizi. Total akurasi keseluruhan Pola 6 adalah 7 Pengujian Pola 7 Frasa kata yang diuji untuk Pola 7 (N1 + N2(pe-KB) + N3) adalah kelompok petani kelapa, organisasi peternak sapi, manusia pembunuh harimau, umur petani kelapa, dan minat peternak sapi. Total akurasi untuk Pola 7 adalah 8 Pengujian Pola 8 Frasa kata yang diuji untuk Pola 8 ((N1 + V) + N2) adalah daya juang pahlawan, daya tempuh mobil, daya jual produsen, daya makan raja, dan daya isap daun. Total akurasi untuk Pola 8 adalah 9 Pengujian Pola 9 Frasa kata yang diuji untuk Pola 9 (N1(KBan) + N2 + N3) adalah kandungan nutrisi beras, kandungan gizi jagung, kandungan gizi beras, kandungan nutrisi jagung, dan peranan hama sawah. Total akurasi untuk Pola 9 adalah 10 Pengujian Pola 10 Frasa kata yang diuji untuk Pola 10 (N1(KK-an) + N2(ke-KS-an)) adalah dukungan kebaikan, dukungan kebijaksanaan, dukungan kelemahan, makanan kebaikan, dan minuman kelemahan. Total akurasi untuk Pola 10 adalah 11 Pengujian Pola 11 Frasa kata yang diuji untuk Pola 11 (N1(pe- KK-an) + N2 + N3) adalah pengolahan biji salak, pemanenan biji jagung, pemanenan buah mangga, pemberian kulit buah, dan pemberian anak presiden. Total akurasi untuk Pola 11 adalah 12 Pengujian Pola 12 Frasa kata yang diuji untuk Pola 12 (N1(pe- KB-an) + (N2 + N3)) adalah pemanfaatan tepung beras, pemanfaatan biji jagung, pemanenan buah mangga, dan pertanian buah pisang. Total akurasi untuk Pola 12 adalah 13 Pengujian Pola 13 Frasa kata yang diuji untuk Pola 13 (N1(pe- KS-an) + N2(ke-KK-an) + N3) adalah pemrosesan kebutuhan beras, pengosongan kebutuhan perut, pemenuhan singkong, pemenuhan kebutuhan anak, dan pemenuhan keperluan anak. Total akurasi untuk Pola 13 adalah 14 Pengujian Pola 14 Frasa kata yang diuji untuk Pola 14 (N1 + N2 (KK-an)) adalah bahan minuman, mobil mainan, kualitas dukungan, kualitas minuman, dan kualitas makanan. Total akurasi untuk Pola 14 adalah 15 Pengujian Pola 15 Frasa kata yang diuji untuk Pola 15 (N1(KK-an) + N2) adalah minuman rakyat, adukan terigu, tumpukan sampah, serangan hama, tanaman obat, bocoran soal, dan serangan gajah. Total akurasi untuk Pola 15 adalah 16 Pengujian Pola 16 Frasa kata yang diuji untuk Pola 16 (N1 (KS-an) + N2) adalah lapangan bola, lapangan desa, dataran desa, dan dataran bola. Total akurasi untuk Pola 16 adalah 17 Pengujian Pola 17 Frasa kata yang diuji untuk Pola 17 (N1(ke- KS-an) + V(ber-KK)) adalah kegiatan bertani, kegiatan berburu, kerajinan bersaing, kemalasan berburu, dan kesulitan bertanam. Total akurasi untuk Pola 17 adalah

6 13 18 Pengujian Pola 18 Frasa kata yang diuji untuk Pola 18 (N1 + N2) adalah biji jagung, nutrisi jagung, lereng gunung, biji padi, dan nutrisi padi. Total akurasi untuk Pola 18 adalah 19 Pengujian Pola 19 Frasa kata yang diuji untuk Pola 19 (N1 + V(ber-KB)) adalah gedung bertingkat, umbi berlapis, kue berlapis, kertas berlapis, dan tangga bertingkat. Total akurasi untuk Pola 19 adalah 20 Pengujian Pola 20 Frasa kata yang diuji untuk Pola 20 (N1 + N2) adalah masyarakat papua, masyarakat jawa, dan organisasi sunda. Total akurasi untuk Pola 20 adalah 21 Pengujian Pola 21 Frasa kata yang diuji untuk Pola 21 (N1(pe- KB-an) + N2) adalah perekonomian Indonesia, perpolitikan asia, perpajakan Indonesia, dan perekonomian papua. Total akurasi untuk Pola 21 adalah 22 Pengujian Pola 22 Frasa kata yang diuji untuk Pola 22 (N1(KS-an) + N2) adalah lapangan papua, lapangan jawa, dan dataran sunda. Total akurasi untuk Pola 22 adalah 23 Pengujian Pola 23 Frasa kata yang diuji untuk Pola 23 (V(di- KK) + N) adalah dikenal manusia, dikenal masyarakat, dikenal dunia, dan dikenal orang. Total akurasi untuk Pola 23 adalah 24 Pengujian Pola 24 Frasa kata yang diuji untuk Pola 24 (V(di- KB-i) + N (pe-kb)) adalah dihadapi peternak, dihadapi petambak, dan dihargai petani. Total akurasi untuk Pola 24 adalah 25 Pengujian Pola 25 Frasa kata yang diuji untuk Pola 25 (V(di- KK) + N + Adj) adalah ditampung masyarakat swasta, dibuang pihak swasta, dijual pihak swasta, dan ditolak kultur lokal. Total akurasi untuk Pola 25 adalah 26 Pengujian Pola 26 Frasa kata yang diuji untuk Pola 26 (V (meng-kk) + N) adalah membeli jagung, membeli solar, dan membangun gedung. Sementara itu, untuk Pola 26 (V (meng-kb) + N) frasa kata yang diuji adalah menjadi batang, membentuk rumah, dan membangun gedung sedangkan untuk Pola 26 (V (meng-kk-kan) + N) adalah menyampaikan pesan, meninggalkan rumah, dan mencadangkan dana. Sementara itu, untuk Pola 26 (V (meng-kb-kan) + N) frasa kata yang diuji adalah mengendalikan hama, menghasilkan sampah, dan mengendalikan mobil. Total akurasi untuk Pola 26 adalah 27 Pengujian Pola 27 Frasa kata yang diuji untuk Pola 27 (V(ber- KK) + N) adalah bertukar informasi, bertukar muka, bertukar rumah, dan bermain boneka. Total akurasi untuk Pola 27 adalah 28 Pengujian Pola 28 Frasa kata yang diuji untuk Pola 28 (V(ber- KB) + N) adalah berakar daun, berbaju kaos, dan bernilai budaya. Total akurasi untuk Pola 28 adalah 29 Pengujian Pola 29 Frasa kata yang diuji untuk Pola 29 (V(meng-KK-i) + N(pe-KK-an)) adalah mengalami penaikan, mengalami penurunan, mengetahui penurunan, dan menggauli perasaan. Sementara itu, untuk Pola 29 (V(meng-KK) + N(pe-KB-an)) frasa kata yang diuji adalah membeli peralatan, menjual peralatan, menjual kekayaan, dan memberi kekayaan sedangkan untuk Pola 29 (V(meng- KK-kan) + N(pe-KK-an)) frasa kata yang diuji adalah memberikan penghargaan, memberikan penghayatan, memberikan perhatian, dan menjualkan peralatan. Untuk Pola 29 (V(meng-KK) + N(ke-KSan)) frasa kata yang diuji adalah mengganggu kesehatan, mengganggu kenyamanan, mendukung kesabaran, dan mendukung kebenaran sedangkan untuk Pola 29 (V(meng- KB-i) + N(ke-KS-an)) frasa kata yang diuji adalah mengatasi kemiskinan, mengatasi kesakitan, mengatasi keraguan, dan mengatasi kebimbangan. Sementara itu, untuk Pola 29 (V(ber-KB-kan) + N(pe-KK-an)) kata yang diuji adalah berdasarkan pengalaman, berdasarkan pengetahuan, berdasarkan perhatian, berdasarkan pemasukan, dan berdasarkan pengeluaran sedangkan untuk Pola 29 (V(meng-KK) + N(ke-KK-an)) frasa kata yang diuji adalah mengambil keputusan, membawa keperluan, dan mengambil keperluan. Total akurasi untuk Pola 29 adalah

7 14 30 Pengujian Pola 30 Frasa kata yang diuji untuk Pola 30 (V(meng-KK) + ( N1 + N2)) adalah menjadi isu budaya, membuat isu politik, dan membeli modal uang. Sementara itu, untuk Pola 30 (V(meng-KK-kan) + (N1 + N2)) frasa kata yang diuji adalah menaikkan tenaga mesin dan menyampaikan informasi mesin sedangkan untuk Pola 30 (V(meng-KB-kan) + (N1 + N2)) frasa kata yang diuji adalah menghasilkan tepung jagung dan mensyaratkan kadar air. Total akurasi untuk Pola 30 adalah 31 Pengujian Pola 31 Frasa kata yang diuji untuk Pola 31 (V(meng-per-KK-i) + N1 + N2(KK-an)) adalah memperbaiki kualitas lingkungan, memperbarui kualitas lingkungan, dan memperbaiki kualitas sungai. Sementara itu, untuk Pola 31 (V(meng- KB-kan) +N1+ N2(KK-an)) frasa kata yang diuji adalah menggunakan bahan minuman, menggunakan tepung perasan, dan menggunakan bahan makanan. Total akurasi untuk Pola 31 adalah 32 Pengujian Pola 32 Frasa kata yang diuji untuk Pola 32 (V(meng-KB-kan) + (N1 + N2(pe-KB-an)) adalah menggunakan biaya pengendalian, memanfaatkan kolam pembibitan, dan memanfaatkan biaya perhatian. Total akurasi untuk Pola 32 adalah 33 Pengujian Pola 33 Frasa kata yang diuji untuk Pola 33 (V(meng-KK) +N1+ V(ber-KS)) adalah menghimpun modal bersama, menghimpun modal berbeda, mengelola lahan berbeda, dan mengelola modal bersama. Total akurasi untuk Pola 33 adalah 34 Pengujian Pola 34 Frasa kata yang diuji untuk Pola 34 (V(meng-KB-kan) + (N1(KS-an) + N2)) adalah meningkatkan lapangan kerja, menciptakan dataran bola, dan menggunakan lapangan bola. Total akurasi untuk Pola 34 adalah 35 Pengujian Pola 35 Frasa kata yang diuji untuk Pola 35 (V(meng-KK) +N1+ V(KK-an)) adalah menyangkut makanan rakyat, menyangkut minuman rakyat, menyangkut batasan wilayah, dan menjadi tuntutan karakter. Total akurasi untuk Pola 35 adalah 36 Pengujian Pola 36 Frasa kata yang diuji untuk Pola 36 (V(meng-KB) + (N1(ke-KS-an) + N2)) adalah menjadi kekuatan pangan, membangun kekuatan otot, dan merusak ketahanan pangan. Sementara itu, untuk Pola 36 (V(meng-KS) + (N1(ke-KK-an) + N2)) frasa kata yang diuji adalah memenuhi kebutuhan nasi, mencukupi kekuatan otot, dan mencukupi kebutuhan nasi sedangkan untuk Pola 36 (V(meng-KB-kan) + (N1(ke-KS-an) + N2)) frasa kata yang diuji adalah mewujudkan kekuatan otot dan menjadikan kemandirian pangan. Total akurasi Pola 36 adalah 37 Pengujian Pola 37 Frasa kata yang diuji untuk Pola 37 (V(meng-KB-kan) + N1(ke-KS-an) +V(ber- KK)) adalah melakukan kegiatan berburu, melakukan kegiatan berlari, melakukan kegitan berjalan, dan melakukan kegemaran berburu. Total akurasi untuk Pola 37 adalah 38 Pengujian Pola 38 Frasa kata yang diuji untuk Pola 38 (V(meng-KB-kan) + (N1(pe-KK-an) + N2(pe- KB))) adalah meningkatkan pendapatan petambak, mewujudkan pendapatan petani, dan menciptakan pengolahan petani. Total akurasi untuk Pola 38 adalah 39 Pengujian Pola 39 Frasa kata yang diuji untuk Pola 39 (V(ber- KK) + Adj) adalah berjalan efektif, berjalan santai, bekerja santai, dan berjalan mulus. Total akurasi untuk Pola 39 adalah 40 Pengujian Pola 40 Frasa kata yang diuji untuk Pola 40 (V1(ter- KK) + V2(meng-KS)) adalah tersebar meluas, teraduk merata, dan tercampur melebar. Total akurasi untuk Pola 40 adalah Analisis Hasil Pengujian Keseluruhan Dari semua frasa kata masukan yang dijadikan skenario pengujian untuk pola word graph frasa kata, diuji sebanyak 265 frasa kata masukan dengan total kesalahan 0 sehingga diperoleh akurasi sebesar Secara umum, modul kamus word graph frasa kata sudah sangat baik. Variasi jumlah masukan untuk pengujian pada setiap pola dikarenakan adanya variasi aturan frasa kata pada setiap pola. Semakin banyak variasi aturan frasa kata, semakin banyak pula jumlah masukan untuk frasa kata untuk pengujian.

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembentukan pola word graph, pengujian pola word graph, analisis hasil pengujian.

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembentukan pola word graph, pengujian pola word graph, analisis hasil pengujian. yang sesuai dengan pola tersebut. Di lain pihak, jika hasil dari stemming berupa pola kata dasar dan imbuhan yang tidak ada dalam pola kata kerja menurut Ahmad Muslik (2009) dan gagal dalam proses pengenalan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pola Word Graph Kata Benda 1 Listen to Customer 2 Build or Revise Mock-up Customer Test Drives Mock-up

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pola Word Graph Kata Benda 1 Listen to Customer 2 Build or Revise Mock-up Customer Test Drives Mock-up 4 Listen to customer Gambar 1 Diagram metode pengembangan prototype. 1 Listen to Customer Tahap listen to customer merupakan tahap untuk melakukan pengumpulan kebutuhan pengguna (requirements gathering).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. listen to customer. build/revise. mock-up. customer test-drives

HASIL DAN PEMBAHASAN. listen to customer. build/revise. mock-up. customer test-drives 4 dilakukan oleh Muslik (2009). Tahap selanjutnya yaitu pembuatan modul word graph kata kerja pada KG_EDITOR. Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam pembuatan modul kata kerja ini yaitu prototype.

Lebih terperinci

PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN KAMUS WORD GRAPH KATA BENDA PADA SISTEM APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT ARIFA DESFAMITA

PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN KAMUS WORD GRAPH KATA BENDA PADA SISTEM APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT ARIFA DESFAMITA PENAMBAHAN MODUL PEMBENTUKAN KAMUS WORD GRAPH KATA BENDA PADA SISTEM APLIKASI BOGORDELFTCONSTRUCT ARIFA DESFAMITA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA

KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA KONSTRUKSI POLA WORD GRAPH FRASA KATA MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH MAHMUDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Spesifikasi Pengembangan Validasi HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Sistem

Spesifikasi Pengembangan Validasi HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Sistem Spesifikasi Tahap spesifikasi ini mencakup proses perancangan dan pemrograman perangkat lunak secara keseluruhan. Tahap ini juga melibatkan perbaikan terhadap spesifikasi sebelumnya. Perancangan BogorDelftConStruct

Lebih terperinci

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations 2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris sangat kaya tanaman pangan yang tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan khas bagi daerah masing-masing.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

KBD. pe-kk. orang. pe-kk. pe-kk. pe-kb ALI. pe-kb

KBD. pe-kk. orang. pe-kk. pe-kk. pe-kb ALI. pe-kb LAMPIRAN 19 Lampiran 1 word graph kata benda yang digunakan Pembentukan Kata Benda 1 KBD KBD Word Graph pe-kk CAU 2 pe-kk 1 orang KK pe-kk CAU 3 pe-kk 2 KK pe-kk CAU CAU 4 pe-kk 3 KK pe-kb SKO 5 pe-kb

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hampir seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan sistematika tahapan yang dilaksanakan selama pembuatan penelitian tugas akhir. Secara garis besar metodologi penelitian tugas akhir ini dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tape merupakan makanan selingan yang cukup populer di Indonesia dan Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tape, yaitu tape ketan dan tape singkong. Tape memiliki rasa

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau mensejahterakan seluruh rakyatnya, kesejahteraan rakyat sendiri adalah kondisi di mana terpenuhinya kebutuhan dasar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PERTANIAN.

PERTANIAN. PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

SPETINDO, Sistem Pendukung Keputusan Pembudidayaan Tanaman Menggunakan Algoritma Quantum Swarm Evolutionary

SPETINDO, Sistem Pendukung Keputusan Pembudidayaan Tanaman Menggunakan Algoritma Quantum Swarm Evolutionary SPETINDO, Sistem Pendukung Keputusan Pembudidayaan Tanaman Menggunakan Algoritma Quantum Swarm Evolutionary Eka Ayu Puspitaningrum 5109100176 Dosen Pembimbing UMI LAILI YUHANA, S.Kom., M.Sc. WIJAYANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija sebagai tanaman produksi. Di Indonesia kacang tanah merupakan tanaman yang memiliki sumber protein nabati yang cukup penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang 29 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Diversifikasi Pangan 2.1.1. Pengertian Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gedang di daerah Jawa, galuh di daerah Sumatra, harias di daerah Kalimantan,

BAB I PENDAHULUAN. gedang di daerah Jawa, galuh di daerah Sumatra, harias di daerah Kalimantan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang merupakan tanaman serbaguna, sebab semua bagian tanamannya mulai dari bunga, buah, daun, batang hingga akarnya dapat dimanfaatkan. Buah pisang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komputer adalah sebuah alat yang dipakai untuk mengolah informasi menurut prosedur yang telah dirumuskan (Wikipedia, 2007: Komputer). Komputer berkembang mulai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedelai adalah salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedelai adalah salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedelai adalah salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang digunakan sebagai bahan pangan sumber energi dan protein. Kedelai sudah lama dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri yang berkembang sangat pesat saat ini. Selain menjadi sorotan dunia, pariwisata juga mampu menjadi andalan dalam menghasilkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak Nama :Rhizky Eva Marisda NIM :10.11.4462 Kelas : S1TI-2L PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA Bab I Pendahuluan Abstrak Peluang bisnis yang ditampilkan pada bisnis ini adalah inovasi limbah tapioka baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul Abstrak Lili Sugiyarto, Siti Umniyatie, Paramita C.K. lili_sugiyarto@uny.ac.id Program pengabdian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program adalah implementasi dari analisa dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya, sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini

Lebih terperinci

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya. PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 28 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Menggunakan Metode SAW Pada Dinas Kebersihan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tahap Pembentukan Knowledge Graph Sekumpulan kata-kata dalam suatu dokumen tidak akan terepresentasi sepenuhnya ke dalam graf. Bagian inti dokumen yang akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Dalam praktek di

BAB I PENDAHULUAN. gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Dalam praktek di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sebagian dari masyarakat kita sumber makanannya dapat berasal dari jagung, sorghum, dan sagu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi,

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi, padahal ketahanan pangan yang terlalu bergantung pada satu komoditas tanaman mengandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 64 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan adalah sebuah perangkat lunak Sistem Informasi Akuntansi Penyusutan Barang Milik Negara dengan Menggunakan Metode Garis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

KELAPA. (Cocos nucifera L.) KELAPA (Cocos nucifera L.) Produksi tanaman kelapa selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga diekspor sebagai sumber devisa negara. Tenaga kerja yang diserap pada agribisnis kelapa tidak sedikit,

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

MODUL WORD GRAPH KATA BENDA PADA KG_EDITOR BERBASIS JAVA DESKTOP RANI DWIJAYANTI

MODUL WORD GRAPH KATA BENDA PADA KG_EDITOR BERBASIS JAVA DESKTOP RANI DWIJAYANTI MODUL WORD GRAPH KATA BENDA PADA KG_EDITOR BERBASIS JAVA DESKTOP RANI DWIJAYANTI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 MODUL WORD GRAPH

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Penelitian yang sudah pernah membuat sistem ini berhasil menciptakan pembangkitan pertanyaan non-factoid secara otomatis dengan menggunakan tiga jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

BABHI BAHAN DAN METODE

BABHI BAHAN DAN METODE BABHI BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, kimia dan pakan ternak. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang menjadikan sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Walau termasuk sektor penting, namun sektor pertanian ini masih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia. Pangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2012 bahwa pangan adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan merupakan negara yang komoditas utama nya adalah beras. Beras merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada aplikasi Penerapan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan rumah, minimarket, hingga gedung yang cepat dari tahun ke tahun membuat lahan semakin sempit. Masyarakat yang berminat dengan tanaman khususnya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 28/05/52/Th.IX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MENURUT SUB SEKTOR BULAN APRIL 2016 Penghitungan Nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun proses pengolahan Kue Bola-bola Wijen disajikan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun proses pengolahan Kue Bola-bola Wijen disajikan dalam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kue Bola-bola wijen Adapun proses pengolahan Kue Bola-bola Wijen disajikan dalam bentuk diagram alir di bawah ini : Persiapan Bahan : Tepung Tapioka, Tepung

Lebih terperinci

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakso adalah makanan yang banyak digemari masyarakat di Indonesia. Salah satu bahan baku bakso adalah daging sapi. Mahalnya harga daging sapi membuat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA. Adapun hasil dari penelitan yang dilakukan adalah sebuah perangkat lunak

BAB IV HASIL DAN UJI COBA. Adapun hasil dari penelitan yang dilakukan adalah sebuah perangkat lunak BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Adapun hasil dari penelitan yang dilakukan adalah sebuah perangkat lunak sistem pendukung keputusan seleksi pemilihan team leader dengan metode Electre pada PT.KAO

Lebih terperinci

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini AGROINDUSTRI Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomis yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pertanian merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam mengelola usaha pertanian

Lebih terperinci

termanfaatkan secara optimal dapat berguna dalam mewujudkan ketahanan

termanfaatkan secara optimal dapat berguna dalam mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya membangun diversifikasi konsumsi pangan telah dicanangkan sekitar setengah abad oleh pemerintah Indonesia. Tujuannnya adalah untuk menganekaragamkan bahan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses belajar setiap individu memiliki cara sendiri. Kemajuan teknologi saat ini banyak mendukung berbagai aspek kebutuhan salah satunya dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 No. 23/04/35/Th.X, 2 April 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2012 Turun 0,79 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap LAMPIRAN Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap P2.1 P2.1 P2.1 P2.1 P0.2 P0.2 P0.2 P0.2 P3.2 P3.2 P3.2 P3.2 P1.3 P1.3 P1.3 P1.3 P0.1 P0.1 P0.1 P0.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.3 P4.3 P4.3 P4.3

Lebih terperinci

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Aliran permukaan Data hasil pengamatan aliran permukaan pada setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 4. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Lampiran 11. Analisis

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Implementasi merupakan kelanjutan dari kegiatan perancangan system dan dapat dipandang sebagi usaha untuk mewujudkan sistem yang dirancang. Langkah langkah

Lebih terperinci