oleh: Fred. B.G. Tumbuan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "oleh: Fred. B.G. Tumbuan."

Transkripsi

1 123 BEBERAPA CATATAN MENGENAI KEKUATAN PEMBUKTlAN AKTA OTENTIK oleh: Fred. B.G. Tumbuan. I. PENDAHULUAN Kekuatan pembuktian akta otehtik merupakan akibat langsung dari adanya beberapa ketentuan dalam perundang undangan kita yang mene tapkan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diwajibkan akta otektik sebagai alat pembuktiannya. Misalnya saja ps. 38 K.U.H. Dagang yang menentukan bahwa sah atau tidaknya berdirinya suatu perseroan terbatas hanya dapat dibuktikan dengan akta otektik. Selanjutnya dalam Hukum Acara Perdata terdapat ps. 157 H.l.R. yang menentukan bahwa kuasa dengan mana seseorang dikuasakan, dalam keadaan istimewa dap. dengan seizin hakim, untuk mengucapkan sumpah, baik yang ctiperintahkan oleh hakim (sumpall suppletoir dan taxatoir) maupun sumpah yang diminta atau dikembalikan oleh satu pihak kepada pillak lain (sumpall decisoir), hanya boleh diberikan dengan akta otektik yang dengan seksama dan terperinci menyebutkan sumpah yang diucapkan itu: Dalam K.U.H. Per data juga kita jumpai beberapa pasal yang mengharuskan dibuatnya akta otentik untuk perbuatan hukum tertentu, seperti misalnya ps. 147 ten tang perjanjian perkawinan, ps. 938 tentang apenbaar testament, ps yang antara lain mengatur tentang pemberian kuasa untuk memasang hipotik. Dalam karangan ini penulis bermaksud untuk membahas apa sebe tulnya yang diartikan dengan kekuatan pembuktian akta otentik. Ter istimewa dengan adanya ketentuan dalam ps K.U.H. Perdata, yang pada hakekatnya sam a isinya dengan ps. 165 H.l.R. dan ps. 285 R. Bg., yang menentukan bah,,!a akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian sempurna bagi para pihak yang disebut dalam akta beserta para ahliwaris dan para penerima hak dari mereka. Adapun mengenai kekuatan pembuktian akta otentik dikenal3 (tiga) macam kekuatan pembuktian, yaitu: I. kekuatan pembuktian lahiriah; 2. kekuatan pembuktian formil; dan 3. kekuatan pembuktian materiil.

2 124 MAJA LAH FH UI 2. KEKUATAN PEMBUKTlAN LAHIRIAH (uitwendige bewijskracht). Apa sebenaroya yang diartikan dengan kekuatan pembuktian lahiriah? Yang dimaksudkan dengan kekuatan pembuktian lahiriah dari suatu akta otentik, adalah kemampuan dari akta itu untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai otentik. Dalam bahasa Latin kenyataan ini diungkapkan sebagai berikut 'acta publica probant sese ipsa', maksudoya suatu akta yang secara lahiriah menampilkan dirinya sebagai otentik, harus diterima sebagai otentik, terkeeuali terbukti sebaliknya. "Ziet een ter tajel gebracht stuk er uitwendig als een authentiek stuk uit en voldoet het Qan de vereisten, die voor ieder stuk soortelijk naar de aard die, stukken zijn geregeld, dan geldt het stuk als authentiek, totdat het tegendeel zal zij" vastgesteld. Die bewijslast rust dus in deze geheel op hem, die de authenticiteit betwist".l Kita ketahui bahwa suatu akta itu otentik adanya bilamana dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berwenang. Kesimpulan dari itu adalah ballwa tanda-tangan yang terdapat di bawah suatu akta otentik harus diterima sebagai tanda-tangan yang sesungguhnya berasal dari pegawai umum yang membuatnya. Dengan demikian beban pembuktian ada pada mereka yang menyanggahnya. Harus penulis akui bal,wa hal itu tidak ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Akan tetapi kesimpulan dimaksud harus kita terima, karena bila tidak, maka apa gunanya undangundang itu sendiri memberikan tempat serta arti yang demikian istimewa kepada akta otentik, dengan mewajibkan dibuatnya akta otentik untuk perbuatan hukum tertentu. Selain itu juga tidak masuk akal kiranya, apabila setiap kali seseorang bermaksud menggunakan suatu akta otentik, maka harus terlebih dahulu ia buktikan kebenaran dari tanda-tangan pe gawai umum yang membuat akta yang bersangkutan. Kekuatan pembuktian lahiriah dimaksud justru tidak terdapat pada akta yang dibuat di bawah tangan, demikian ps K.U.H. Perdata. Dan di sinilall terletak perbedaan hakiki antara akta otentik dan akta yang dibuat di bawah tangan sebagai alat pcmbuktian tertulis. ''De authentieke acte mage door andere belangr'jke pull ten als haar executoriale kracht, haar onmisbaarheid voor de geldigheid vall solllll1ige rechtshandelingen, haar 'verkieslijkheid voar het verkeer in sommige gevallen,..., als rechtsinstelling zich onderscheiden van de onderhandse, al deze fju;nten raken het bewijsrecht niet. Ais bewijsmiddel is haar enige bijzonderheid haar uitwendige bewijskracht".2 Dapat -dikatakan pada umumnya ballwa para S3l'ja.na hukum menerima adanya kekuatan pembuktian laluriah dari akta otentik. Bahkan beberapa diantara mereka, yaitu Suijling, Eggens dan teristimewa Serel tema mengajar dengan tegas bahwa "vermoeden van achtheid" dari akta otentik dinyatakan dalam pasal-pasal 148 (3) dan 150 Rv. dan pasal pasal 1869 dan 1872 K.U.H. Perdata 3

3 PEMBUKTIAN AKTA OTENTIK 125 Akhirnya perlu dicatat di sini bah",a kekuatan pembuktian lahiriah tersebut berlaku terhadap siapa saja. "'Onberwisr is in werenschap en prakrijk dar deze uitwendige bewijskrachr geldt voor en tegell elk en een ieder en dus geenzins beperkt is lot de patti/en, die bij Lie inhoud de acte onmiddelijk betrokken zijn",4 3. KEKUATAN PEMBUKTlAN FORMIL. Akta otentik mempunyai kckuatan pembuktian formil.!tu berarti bahwa yang tertulis di atas tanda-tangan pegawai umum yang membuat :akta yang bersangkutan, harus dianggap sebagai ditulis dalam bentuk (forma) itu. Siapa saja yang menyanggah hal itu, misalnya bahwa dalam teks akta diadakan perobahan sesudall penandatanganan, harus membuktikan hal itu. Apa sebenaroya yang dibuktikan oleh akta otentik secara formi!? "Door haar zgn_ formele bewijskracht doet de authentieke akte vaststaan, dat de ambtenaar in het geschrift heeft verklaard, zoals daarin staat vermeld en bovendien de waarheid van datgene, waf door de ambtenaar in de akte is gerelateerd als door hem in zijn ambtsfullctie verricht of W{J(lrgenomen ", S Dalam arti formil akta otentik membuktikan kebenaran tanggal dari akta, identitas dari para yang hadir (comparanten) dan para saksi, tandatangan yang terdapat dalam akta dimaksud, dan juga tempat di mana akta itu dibuat. Akan tetapi hendaknya diperhatikan bahwa "'de bewijskracht strekt zich uiteraard niet uit tot wat de notaris -niet kan waarnemell of beoardelen. Het gelie[koosde, oak in de Nederlandse rechtspraak voorkonzend voorbeejd daarvan is de verklaring van de notaris in een testament, dat iemond voor hem is verschenen gezond van zinnen. Evenmin zullen bepaalde hoedanigheden, die de verschijnende personen hebben opgegeven voor de notaris, door de aefe vaststaan, zo b. v. de recht~ matigheid van bijgevoegde academische of ade/ijke tite/s. Dit alles spreekt vanzelf".6 Selanjutnya dalam hal akta partai (partij-akte), akta yang bersangkutan secara formil membuktikan bahwa para pihak benar telah menerangkan apa yang termuat dalam akta dirnaksud. Misalnya dalam hal perjanjian sewa-menyewa yang dibuat dihadapanseorang notaris, akta itu secara farmil membuktikan bahwa para pihak betul telah menerangkan kepada notaris bahwa mereka mengadakan perjanjian sewa-menyewa ten tang sebuah persil, dengan harga sewa dan dengan perjanjian-perjanjian sebagaimana dirnuat dalam akta yang bersangkutan_ Adapun mengenai kebenaran isi daripada keterangan yang mereka berikan, hal itu menyangkut kebenaran materiil dari akta otentik yang akan dibahas dalam bagian ke-4 di bawail ini.

4 126 MAJALAH FH Ul Seperti halnya kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian forini! akta otentik berlaku terhadap siapa saja. "Deze algemeen aangeno men 'formele bewijskracht', of hoe men haar dan noemell wil, is een verplicht-volledige; zij geldt tegenover iedereen en steunt, wat de autilenticke akte betreft, op de betrouwbaarheid van de ambtenaar, ter-.vijl een argument ten haren gunste kan worden ontleend aan art B. W. (!,s K.u.lf. Perdata), waaruit immers voigt, dat de juistheid van de door de ambtenaar aall de authentieke akte gegevell dagtekening door de akte wordt bewezen, zelfs tegen derden". 7 Dengan demikian akta otentik secara formil membuktikan kepada siapa saja bahwa pegawai umum yang bersangkutan, dan para pillak dalam hal suatu akta partai, telah menerangkan perillal apa yang tercantum/ tertulis di atas tanda tangan mereka dalam akta itu. 4. KEKUATAN PEMBUKTlAN MATERIIL. Dahulu diajarkan bahwa akta otentik hanya membuktikan bahwa para pillak betul telah menghadap di muka pegawai umum (notaris) pad a hari dan tanggal sebagaimana disebut dalam akta itu, dan bal,wa mereka sudah menerangkan perihal apa yang dituliskan dalam akta dimaksud. Dengan lain perkataan akta otentik hanya membuktikan kebenaran perillal telall dibuatnya keterangan-keterangan oleh para pihak sebagaimana tercantum dalanl akta yang bersangkutan, akan telapi akta otentik ilu tidak membuktikan kebenaran dari isi keterangan-keterangaf; dimaksud. Ajaran semacam itu yang dinamakan "de leer van de [outer formele bewijskracht" sudah lama ditinggalkan. Para sarjana hukum sekarang mengajar bahwa akta otenlik, selain membuktikan bal,wa para pihak benar telall menerangkan perillal apa yang tertulis di dalamnya, juga membuktikan bal,wa apa yang diterangkan itu adalah benar.' Kenyataan terakhir inilah yang dinamakan 'kekuatan pembuktian materiil'. "Niet slechts het simpele feit dat verklaard werd, bewijst de akte, doch oak de inhoud van het verklaarde wordt als waar, als bewezen aangenomen, tegenover hem, die de akte als bewijsstuk tegen zich, als preuve preconstituee,.in het leven riep; deze akte heeft materiele bewijskracht". 9 Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksudkan oleh undang-undang sebagaimana disebutkan dalarn pasal-pasal 1870, 1871 dan 1875 K.U.H. Perdata, yaitu bahwa antara para pihak beserta para ahliwarisnya dan orang orang yang memperoleh hak dari mereka suatu akta otentik merupakan bukti yang sempurna ten tang apa yang dimuat di dalarnnya, dengan pengecualian dari apa yang termuat di dalamnya sebagai suatu penuturan belaka dan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan apa yang menjadi pokok dari akta itu.

5 PEMBUKTlAN AKTA OTEN ilk 127 Maka karenanya apabila dalam suatu akta otentik yang dibuat dihadapan seorang nataris tercantum bahwa pada suatu hari tertentu si A. dan si B. telah menghadap di muka notaris, dan menerangkan bahwa 4 mereka telah mengadakan perjanjian sewa menyewa mengenai sebuah persil tertentu dengan harga sewa dan untuk jangka waktu tertentu, maka haruslah diterima sebagai benar, tidak saja bahwa mereka itu telah menerangkan ten tang terjadinya sewa menyewa itu, melainkan juga bahwa perjanjian &ewa-menyewa dimaksud benar telah terjadi sebagaimana mereka terangkan dan tertulis dalam akta itu. Jadi rumah si A. benar telah disewakan kepada si B. dengan harga sewa dan untuk jangka waktu sebagaimana tertutis dalam akta sewa menyewa tersebu!. Dalam berbagai arresten kekuatan pembuktian materill terse but dari akta otentik diakui seeara tegas oleh Hoge Raad. "Voorts besliste de H.R. bij zijn an'est van 19 Dec (N.J. 1922, 272; W ) in een valsheidprocedure (slrafproces), dat een notariele akte van /coop en verkoop dient 0111 te beqijzen en inderdaad oak bewijst, krachtens art B. W. (ps K.u.H. Perdata) niet aileen, dat partijen zekere verklaringen hieromtrent voor de notaris hebben afgelegd, maar evenzeer dat de partijell om trent de in de akte opgenomen overeenkomst het eens zijn ge:lvorden, die overeenkomst dus gesloten hebben, zodat de akte ook strek! om de koopprijs en dus oak de waarheid der daaromtrent gedane opgave te bewijzen. In een soortgelijke procedure besliste de H.R. bij arrest van 26 November 1934 (N.J. 1934, 1608; W ), dat de in een akte van oprichtil!g ener N. V. voorkomende opgave van hetgeen in contanten werd gestort, ongetwijfeld betreft een feit, t;n aanzien waarvan de akte volledige bewijskracht bezit, ten aanzien waarvan de akte gezegd kan worden bestemd te ziin om van de waarheid van dat feit te doel! blijken". 10 Bila kita perhatikan d_engan seksanla uraian di ata>, 1o\<1l{a jelaslah bahwa kekuatan pembuktian materiil yang dibahas sampai sekarang adalah kekuatan pembuktian materiil dari akta partai. Dan memang demikianlah halnya. Dengan pengeeualian akta Catatan Sipil, kekuatan pembuktian materiil hanya terdapat dalam akta paliai, karena merupakan kekuatan pembuktian materii! dari keterangan para 'pihak, yaitu kekuatan pembuktian materill dati kcterangan yang diberikan oleh 'para piliak kepada pegawai umum (notari.) dan yang oleh pegawai umum itu ditulis dalanl akta partai yang bersangkutan. Dan itulah kekuatan pembuktian., yang seeara tegas dlmaksudkan oleh ps K.U.H. Perdata. Sebenamya kenyataan itu tidak mengherankan, bila kita perhatikan bahwa maksud para pihak pada waktu mereka minta dihuatkan suatu akta oleh pegawai umum -" adalall _ Jurtru agar dilahirkannya suatu a1at pembuktian, yang dengan jelas akan menetapkan <:~rt~ mel11hllvtilran

6 128 MAJALAH FHUI hal-hal yang telah mereka terangkan kepada pegawai umum itu. Dengan demikian kekuatan pembuktian materiij dari akta partai. yang diakui oleh ps K.U.H. Perdata, bersandar pada pernyataan kehendak (wilsverklaring) para pihak itu sendiri. Karenanya apa yang selanjutnya ditentukan dalam ps K.U.H. Perdata, yaitu bahwa kekuatan pembui<tian materill itu hanya berlaku terhadap para pihak beserta para ahliwaris dan orang-orang yang mendapat hak dari mereka memang tepat sekali. Dengan lain perkataan, kekuatan pembuktian materiij akta partai tidak mengikat pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam akta. Mengapa demikian halnyii? Karena pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam akta partai tidak dapat dan tidak wajar dtikat oleh kehendak para pihak tadi. Di sini kita melil,.t bahwa azas yang diterapkan dalam ps K.U.H. Perdata oleh pembuat undang-undang adalah sama dengan apa yang kita jumpai dalam ps dan 1340 K.U.H. Perdata. Bagaimana sikap seorang hakim bila sebuall akta partai diajukan sebagai barang bukti dalam suatu perkara perdata? "Door de akte geldt dus de inhoud der daarin vervatte verklaringen voor waar, staat die in- houd als met de werkelijkheid strokend vast, wordt hij verplicht-vol/edig bewezen tussen partijen en rechtverkrijgenden, met dien verstande: 1. dat d? akte, als zij ten processe lvordt overgelegd, voldoende is en dat de rechter daamaast geen meerder bewijs mag vorderen en 2. dat tegenbelvijs steeds is toegelaten met de gewone middelen, die de wet daarvoor toegelaten aanlvijst".l 1 Sedang terhadap pillak ketiga, hakim dalam hal itu bebas. Ia boleh menerima kebenaran dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam akta dimaksud, akan tetapi ia tidak wajib untuk menerimanya. "Lettende op het feit,..., sluiten wij ons geheel aan bij de mening van KOKSMA, die wij... aldus formuleren, dat ons positief recht de rechter geheel vrij Ioat in de beoordeling der bewijskrachi tegenover derden, vuar zover deze niet als rechtverkrijgenden zijn Ie beschouwen". t 2 Sehubungan dengan kutipan terakhir tadi, maka siapakah yang dimaksudkan dengan para penerima hak itu (rechtverkrijgenden)? Mereka itu bukan saja para penerima hak berdasarkan titel umum (rechtverkrijgenden onder algemene titel), melainkan juga pani penerima hak berdasarkan titei khusus (rechtverkrijgenden onder bijzondere titel). Di atas dikatakan bahwa kekuaum pembuktian materill hanya ter: dapat pada akta partai. Bagaimana kemudian dengan ak!a kepegawaian? "Nu val/en al nanstonds de ambtelijke act,m,.. :, uit ons betoog weg. Bij al deze acten is van materiele bewijskracht geen sprake. Zij hebben naoit verder strekking, dan om de waarheid te bevestigen van wat de ambtenaar lwarnam en verrichtte. Heeft de ambtenaar verklaringen van personen gehoord (b.v. bij het wissel-protest), dan is de hoogste betekenis, zoals wij straks zagen, dat vast staat, _dat zij aldus ve!kloard hebben.

7 ~EMBUKTIAN AKTA OTENTIK 129 Nooit ecluer geldt tegenover zulke person en de inhoud van het ver klaarde als reitelijk waar".13 Mengapa demikian halnya? Karena :. akta kepegawaian semata mata bertujuan untuk membuktikan periha! apa yang dilihat dan didengar (waargenomen) atau diperbuat oleh pegawai umum yang membuat akla itu. MaI<a kendatipun akta kepegawaian dapat memuat keterangan keterangan dari orang orang yang disebut dalam akta itu, akan tetapi akta serupa itu bukanlah bertujuan unluk membuktikan kebenaran dad keterangan keterangan yang mereka berikan (kebenaran materiil), me lainkan untuk membuktikan ballwa mereka itu benar telah memberikan keterangan keterangan dimaksud. Sifat khas tersebut dati akta kepega waian jelas terlihat dalam berita acara juru sita dan berita acara penarikan undian yang dibuat oleh seorang notaris. Akan tetapi perlu dieatat di sini bahwa kendatipun apa yang diuraikan di atas ten tang akta kepegawaian, terdapat satu maeam akta kepegawaian yang toh mempunyai kekuatan pembuktian materiil, yaitu akta Cata:t~n Sipi!. "Zoals boven reeds terloops werd ' opgemerkt nemen aclen van de Burgerlijke Stand in dit opzicht een bijzondere plaats in door de arzon derlijke regeling in art 24 B. W. Door die acte staan niet slechts de verk laringen van aangever en getuigen omtrellt de geboorte van een kind vasi, maar behoudens tegenbewijs, ook de geboorte zel!... Dit is dus e~n voorbeeld van eell amblelijke authentieke acte mel maleriele bewijskracht; de slrekking van het stuk brengt dat mee. Ware het anders, de registers van de Burgerlijke Stand zouden vrijwel waardeloos zijn". 14 Bahkan, dan. di sinilah terletak keistimewaannya yang lain, akta Catatan Sipil memiliki kekuatan pembuktian materiil terhadap siapa pun saja, termasuk pihak ketiga. Dengan demikian akta Catatan Sipil merupakan pengecuajian lerhadap akta kepegawaian lainnya yang tidak mempunyai kekuatan pem buktian materiil, dan disamping itu akta Catatan Sipi! juga merupakari. pengecualiallterhadap akta partai yang kekuaian pembuklian materiilpya tidak mengikat pihak ketiga. Sebagai penutup karangan ini penolis ingin kemukakan di sin; b'ahwa ketiga macam kekuatan pembuktian tersebut, yaitu kekuatan pembuktian lahiriah dan kekuatan pembuktian formi! yang sekalipun tidak dise.but dalam undang undang namun merupakan kelanjutan dad sifal akta <lten. tik itu sendiri, maupun kekuatan pembuktian materiil yang Stcara tegas disebut dalam ps K.U.H.Perdata, ketiga tiganya merupakan1j[ekuatan pembuktian sempurna atau mengikat. Dengan lain perkataan pemjjuktia" sebaliknya (tegenbewijs) senahtiasa dimungkinkan dengan alat al>! pem buktian biasa yang diperbolehkan' untuk itu menurut undang undang. De ngan deinikian akta otentik tidak pernah mempunyai kekuatan pembuktian mutlak (beslissende bewijskracht), yaitu kekuatan pembuktian yang \idak memungkinkan diajukannya pembuktian sebaliknya. Jakarta, 20 September 1915.

8 130 MAJALAH FH UI Catatan kaki: I Mr. C. Asser, HOlldleiding tot de beoe/ellinf( van het Nederlands Burxeriljk Recht. vijfde decl - Van Bcwijs, bewerkt door Prof. Mr. A. Anema met medewerkin~ van Mr. P.J. Vcrdam, vijfde druk, N.V. Uitgcvers-Maatschappij, W.E.J. Tjcenk Willink, Zwolle, 1953, h Ibid. 3 J.e.H. Mclis, De NOlariswet, derde druk, N.V. Uitgevers-Maatschappij, W.E.1. Tjecnk Willink, Zwolle, 1951, h Mr. C. Asser, op. cit., h l.ch. Mclis, op. cit., h Mr. C. Asser, op. cit., h J.e.H. Melis, op. cit., h Prof. R. Subekti S.H. Hukum Pembuktian, cetakan kc-2, Pradnja Paramita, Jakarta, 1969, h. 2S. 9 1.C.H. Metis, op. cit., h. 90. ID Ibid., h. 9l. II Ibid., h Mr. C. Asser. op. cit., h Ibid., h. ISO. 14 Ibid., h.isl. I Majalah ini dapat diperoleh di-kota= lain di Indonesia: Toko Buku TRIMORA II. Supratman 31 BANDA ACEH. Tnk<:> Buku DELI n. A. Yani 48 MEDAN. Toko Buku PANCARAN ILMU II. Hiligoo 26. PADANG. Yavasan Perpustakaan Islam II. Prof. M. Yamin 116 PEKANBARU. M.A. Alwirais II. lend. Sudirman 580 PALEMBANG. C.V. Mauli II. Mahakam No. 11 Pahoman TANIUNG KARANG. "Abdullah Fatah Agency" JI. Ir. H. luanda BOGOR. Toko Buku PT Fili. II. Merdeka 7 BOGOR. "Budy Sari Bookstore" Jl. Tamblong 62 BANDUNG. Toko Buku "Murni Baru" II. A. Yani 38 BAN DUNG. Toko Buku PT Pemb:mbing Masa II. Naripan 105 BANDL'NG. Toko Buku "Sang~ar Jasa" JI. Sukaji 160 BAN DUNG. Toko Buku MERBABU II. Pandanaran 108 SEMA RANG Toko Buku PT. "Sari Agung" J1. Tunjungan 5 SURABA Y A. Hanali M Sadar II. Basuki Rahmat V /393 MALANG. Toko Buku Fa. SUMBl:.J<. ILMLI J I. wr. Supratman 2A JEMBEK Toka Buku "Gunung Agung" J1. Sulawesi 109 DENPASAR. Agon Buku dan Majalah Dirman Toha Kr. Taruna Gang H! MATARAM. Toko Buku "Cempaka Wangi" II. Siliwangi 30.1 KUPANG. Penvalur Harian & Majalah B. Gosal JI. Mesjicl Raya 8 PALU. Toko Buku "KITA" Jl. Cokla! AMBON. Toko Buku Bhakti Baru J1. A. Yani 15 UJUNG PAN DANG. Toko Buku A. TERANG II. Mesdjid Raya 123. SAMARINDA. Toko Buku "VIOLETA" II. Seroja III No. 242 PONTIANAK., ---- J'

AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MISSARIYANI / D ABSTRAK

AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MISSARIYANI / D ABSTRAK AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MISSARIYANI / D 101 10 630 ABSTRAK Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenal semua perbuatan, perjanjian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT 53 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Analisa Hukum Mengenai Keharusan

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1 KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1 A. PENDAHULUAN Notaris dengan kewenangan yang diberikan oleh perundang-undangan itu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL 2.1 Pengertian Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa Inggris disebut act atau deed. Secara etimologi menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH MENARA Ilmu Vol. X Jilid 1 No.70 September 2016 KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH ABSTRAK Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

APA KEGUNAAN BENDA-BENDA YANG DISIT A DALAM HUKUM ACARA PI DANA KIT A SEKARANG? Handoko Tjondroputranto

APA KEGUNAAN BENDA-BENDA YANG DISIT A DALAM HUKUM ACARA PI DANA KIT A SEKARANG? Handoko Tjondroputranto Hukum Acara Pidana 87 APA KEGUNAAN BENDA-BENDA YANG DISIT A DALAM HUKUM ACARA PI DANA KIT A SEKARANG? Handoko Tjondroputranto Benda-benda yang disita dalam suatu tindak pidana memegang peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN AKTA NOTARIS. Pasal 1868 BW merupakan sumber lahirnya akta otentik dan secara

BAB III KEABSAHAN AKTA NOTARIS. Pasal 1868 BW merupakan sumber lahirnya akta otentik dan secara 241 BAB III KEABSAHAN AKTA NOTARIS 1. Karakter Yuridis Akta Notaris Pasal 1868 BW merupakan sumber lahirnya akta otentik dan secara implisit memuat perintah kepada pembuat undang-undang agar mengadakan

Lebih terperinci

B AB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 875 BW, yang dimaksud Surat Wasiat (testament) adalah suatu

B AB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 875 BW, yang dimaksud Surat Wasiat (testament) adalah suatu 8 B AB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Wasiat Berdasarkan Pasal 875 BW, yang dimaksud Surat Wasiat (testament) adalah suatu akta yang berisi pernyataan seseorang tentang apa yang akan terjadi setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA. Menurut S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya Rechts geleerd

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA. Menurut S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya Rechts geleerd BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA A. Pengertian Akta Menurut S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya Rechts geleerd Handwoorddenboek, kata akta itu berasal dari bahasa Latin acta yang berarti geschrift 32

Lebih terperinci

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS A. Kedudukan Notaris Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

KEDUDUKAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) SEBAGAI AKTA OTENTIK DALAM KAITAN DENGAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS SEBAGAI PEJABAT UMUM

KEDUDUKAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) SEBAGAI AKTA OTENTIK DALAM KAITAN DENGAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS SEBAGAI PEJABAT UMUM Kedudukan Risalah RUPS sebagai Akta Otentik dalam Kaitan dengan Tanggung Jawab Notaris Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 18, No. 1, (April, 2016), pp. 159-172. KEDUDUKAN RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM A. Bentuk-bentuk Rapat Umum Pemegang Saham dan Pengaturannya 1. Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Notaris yang hadir dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Oleh. Keywords : Legal Basis, Notary, Certificate of Inheritance

Oleh. Keywords : Legal Basis, Notary, Certificate of Inheritance A c ta C o m ita s (2 0 1 6 ) 2 : 219 2 29 IS SN : 2502-8 9 6 0 I e -I SS N : 2502-7573 DASAR HUKUM NOTARIS DALAM PEMBUATAN SURAT KETERANGAN WARIS Oleh Gede Afriliana Saputra*, (I G. A.A Ariani)**, (I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

BAB II. AKTA NOTARIS SEBAGAI AKTA OTENTIK YANG MEMILIKI KESALAHAN MATERIL A. Tinjauan Yuridis Tentang Akta dan Macam-Macam Akta

BAB II. AKTA NOTARIS SEBAGAI AKTA OTENTIK YANG MEMILIKI KESALAHAN MATERIL A. Tinjauan Yuridis Tentang Akta dan Macam-Macam Akta BAB II AKTA NOTARIS SEBAGAI AKTA OTENTIK YANG MEMILIKI KESALAHAN MATERIL A. Tinjauan Yuridis Tentang Akta dan Macam-Macam Akta Akta menurut A.Pitlo merupakan surat yang ditandatangani, diperbuat untuk

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017 KEDUDUKAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH DILEGALISASI NOTARIS DALAM PEMBUKTIAN DI PENGADILAN 1 Oleh : Sita Arini Umbas 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa fungsi legalisasi

Lebih terperinci

BAB II AKIBAT HUKUM TERHADAP AKTA WASIAT YANG DIBUAT OLEH NOTARIS YANG MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PEMBUATAN AKTA WASIAT

BAB II AKIBAT HUKUM TERHADAP AKTA WASIAT YANG DIBUAT OLEH NOTARIS YANG MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PEMBUATAN AKTA WASIAT 31 BAB II AKIBAT HUKUM TERHADAP AKTA WASIAT YANG DIBUAT OLEH NOTARIS YANG MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PEMBUATAN AKTA WASIAT A. Akta Wasiat Sebagai Akta Notaris Sebagaimana ditentukan dalam

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2 KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan bukti surat menurut Hukum Acara Perdata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan

Lebih terperinci

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA BAGI NOTARIS YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PEMBUATAN AKTA OTENTIK

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA BAGI NOTARIS YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PEMBUATAN AKTA OTENTIK PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA BAGI NOTARIS YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM PEMBUATAN AKTA OTENTIK Oleh : MOCHAMAD SYAFRIZAL B. S.H. M.Kn ABSTRAK Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty 53 PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA Oleh: Sarah S. Kuahaty ABSTRACT Dalam pembagiannya subjek hukum Perdata terdiri atas manusia (naturlijkperson) dan badan

Lebih terperinci

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD 4.1. POSISI KASUS 4.1.1. Para Pihak Para pihak yang berperkara dalam kasus gugatan perdata ini diantaranya adalah: 1) Penggugat Pihak yang menjadi Penggugat dalam

Lebih terperinci

Ambonese woonoorden Barneveld

Ambonese woonoorden Barneveld Ambonese woonoorden Barneveld r B A R N E V E L D RAPPORT VAN C. 23-3.75 Aan : CFO No. : 18.307 Betr.: Ontruiming woonoord te Barneveld. Op 21-2-1973 werd van Hip., GP-Barneveld, het volgende vernomen*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran jabatan Notaris dikehendaki oleh aturan hukum dengan tujuan untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara yang didasarkan kepada aturan hukum untuk menjamin. pemerintah Belanda pada masa penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara yang didasarkan kepada aturan hukum untuk menjamin. pemerintah Belanda pada masa penjajahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut dengan UUD 1945 telah menegaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara hukum. Syarat negara

Lebih terperinci

HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram )

HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram ) HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram ) A. Pendahuluan Pembuktian merupakan bagian dari tahapan pemeriksaan perkara dalam persidangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( ) BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK (Email) 1. Pengertian Alat Bukti Dalam proses persidangan, alat bukti merupakan sesuatu yang sangat penting fungsi dan keberadaanya untuk menentukan

Lebih terperinci

DOKUMEN AKTA, LEGALISASI DAN WAARMERKEN NOTARIL. Oleh Raendhi Rahmadi* Abstrak

DOKUMEN AKTA, LEGALISASI DAN WAARMERKEN NOTARIL. Oleh Raendhi Rahmadi* Abstrak DOKUMEN AKTA, LEGALISASI DAN WAARMERKEN NOTARIL Oleh * Abstrak Akta, Legalisasi dan Warmerken merupakan dokumen notaris yang memiliki nilai pembuktian yang berbeda-beda dan memuat tanggung jawab berbeda-beda

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP NEGARA HUKUM DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS

IMPLEMENTASI PRINSIP NEGARA HUKUM DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS Adonara, Implementasi Prinsip Negara Hukum... IMPLEMENTASI PRINSIP NEGARA HUKUM DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS Firman Floranta Adonara Fakultas Hukum Universitas Jember e-mail: floranta777@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden merupakan sumber data primer dalam penulisan skripsi, untuk itu sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu perlu diketahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN MASALAH BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN MASALAH 2.1. Akta Otentik sebagai Akta yang Dibuat oleh Pejabat Umum 2.1.1. Pengertian Akta Otentik Akta merupakan suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani, dibuat

Lebih terperinci

Sebelum membahas mengenai grosse akta, terlebih dahulu dijelaskan. A. Pitlo mengartikan akta itu sebagai berikut Surat-surat yang

Sebelum membahas mengenai grosse akta, terlebih dahulu dijelaskan. A. Pitlo mengartikan akta itu sebagai berikut Surat-surat yang Sebelum membahas mengenai grosse akta, terlebih dahulu dijelaskan mengenai pengertian akta. Istilah akta yang dalam bahasa Belanda disebut acta dan dalam bahasa Inggris disebut act atau deed. Menurut R.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antara satu pengertian perbuatan pidana dengan pengertian perbuatan pidana yang lain

BAB I PENDAHULUAN. Antara satu pengertian perbuatan pidana dengan pengertian perbuatan pidana yang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian perbuatan pidana telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum pidana. Antara satu pengertian perbuatan pidana dengan pengertian perbuatan pidana yang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi diantara masyarakat itu sendiri semakin menjadi kompleks. satu fungsi hukum adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam

BAB I PENDAHULUAN. interaksi diantara masyarakat itu sendiri semakin menjadi kompleks. satu fungsi hukum adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dengan kemajuan teknologi yang semakin modern saat ini, ikut mendorong peningkatan perekonomian yang semakin maju, sehingga berdampak terhadap

Lebih terperinci

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) MAHKAMAH AGUNG Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 JAKARTA Jakarta, 1 Desember 1975 No Lampiran : 2 (dua) : MA./Pemb./1021/1/75 Hakim

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D 101 08 063 ABSTRAK Membuat wasiat (testament) adalah perbuatan hukum, seseorang menentukan tentang apa yang terjadi dengan harta kekayaannya

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA A. Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Tertulis Yang Sempurna Lembaga Notariat merupakan lembaga kemasyarakatan yang timbul

Lebih terperinci

BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM TINDAK LANJUT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM TINDAK LANJUT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING 25 BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM TINDAK LANJUT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING 2.1 Tinjauan Umum Notaris Lembaga kemasyarakatan yang dikenal dengan notariat timbul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti baginya mengenai hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN HUKUM PERJANJANJIAN KERJA BERSAM (PKB) Oleh H. MOESTOPO, SE, SH, MH

HUBUNGAN HUKUM PERJANJANJIAN KERJA BERSAM (PKB) Oleh H. MOESTOPO, SE, SH, MH HUBUNGAN HUKUM PERJANJANJIAN KERJA BERSAM (PKB) Oleh H. MOESTOPO, SE, SH, MH Sifat Ketentuan-Ketentuan dalam PKB. Ketentuan-ketentuan dalam PKB, ditinjau dari sifatnya dapat diklarifikasi sebagai ketentuan

Lebih terperinci

BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM PERUBAHAN PERSEROAN TERBATAS NON FASILITAS MENJADI PENANAMAN MODAL ASING

BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM PERUBAHAN PERSEROAN TERBATAS NON FASILITAS MENJADI PENANAMAN MODAL ASING BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM PERUBAHAN PERSEROAN TERBATAS NON FASILITAS MENJADI PENANAMAN MODAL ASING 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Tinjauan Umum Notaris 2.1.1.1 Sejarah Singkat dan Jabatan Notaris berdasarkan

Lebih terperinci

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Penerbit dan pencetak: PT Refika Aditama (Cetakan kesatu, Juni 2011. Cetakan kedua, April

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

EKSEKUSI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP EKSEKUSI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Jalan Semolowaru Nomor 45, Surabaya 60118, Indonesia Abstrak Peranan

Lebih terperinci

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN DALAM HUKUM PERDATA (BURGERLIJK WETBOEK) A. Pengertian Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) Anak menurut bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkuat dan terpenuh, namun terdapat beberapa kasus yang membuat Pengadilan menilai

BAB I PENDAHULUAN. terkuat dan terpenuh, namun terdapat beberapa kasus yang membuat Pengadilan menilai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sehubungan dengan kekuatan akta autentik yang merupakan alat bukti tertulis terkuat dan terpenuh, namun terdapat beberapa kasus yang membuat Pengadilan menilai bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS LEGALISASI AKTA DI BAWAH TANGAN OLEH NOTARIS AYU RISKIANA DINARYANTI / D

TINJAUAN YURIDIS LEGALISASI AKTA DI BAWAH TANGAN OLEH NOTARIS AYU RISKIANA DINARYANTI / D TINJAUAN YURIDIS LEGALISASI AKTA DI BAWAH TANGAN OLEH NOTARIS AYU RISKIANA DINARYANTI / D 101 10 225 ABSTRAK Kekuatan pembuktian akta di bawah tangan sebagai alat bukti dalam proses persidangan di pengadilan

Lebih terperinci

BAB II KECAKAPAN HUKUM SESEORANG YANG BERADA DI DALAM RUMAH TAHANAN MENANDATANGANI AKTA NOTARIS

BAB II KECAKAPAN HUKUM SESEORANG YANG BERADA DI DALAM RUMAH TAHANAN MENANDATANGANI AKTA NOTARIS 29 BAB II KECAKAPAN HUKUM SESEORANG YANG BERADA DI DALAM RUMAH TAHANAN MENANDATANGANI AKTA NOTARIS A. Tinjauan Umum Notaris 1. Sejarah Notaris Lembaga Notariat mempunyai peranan yang penting, karena yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN AKTA OTENTIK SEBAGAI AKTA PENGAKUAN HUTANG (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN No.: 384/Pdt.G/2010/PN.Jkt.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN AKTA OTENTIK SEBAGAI AKTA PENGAKUAN HUTANG (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN No.: 384/Pdt.G/2010/PN.Jkt. 1 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN AKTA OTENTIK SEBAGAI AKTA PENGAKUAN HUTANG (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN No.: 384/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel) Oleh Rina Puspitasari Mahasiswi FHUI Program Ext. (0806370412)

Lebih terperinci

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk BAB II JENIS- JENIS PUTUSAN YANG DIJATUHKAN PENGADILAN TERHADAP SUATU PERKARA PIDANA Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan- badan peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa,

Lebih terperinci

Pelajaran 1-6 PENGANTAR

Pelajaran 1-6 PENGANTAR Pelajaran 1-6 PENGANTAR Teks-teks Pelajaran 1-6 berasal dari buku yang sama: J. van Goor, De Nederlandse Kolonien, Geschiedenis van de Nederlandse expansie 1600-1975, Den Haag: Sdu Uitgeverij, 1994. Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum bukanlah semata-mata sekedar sebagai pedoman untuk dibaca, dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II. Prosedur Pengajuan Grasi Kepada Presiden Baik Tahap I. Maupun Tahap II

BAB II. Prosedur Pengajuan Grasi Kepada Presiden Baik Tahap I. Maupun Tahap II BAB II Prosedur Pengajuan Grasi Kepada Presiden Baik Tahap I Maupun Tahap II A. Sejarah Penerapan Grasi Pemberian grasi atau pengampunan pada mulanya di zaman kerajaan absolut di Eropa adalah berupa anugerah

Lebih terperinci

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN SEBAGAI UPAYA PEMBUKTIAN DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NO. 0758/PDT.G/2013 TENTANG PERKARA CERAI TALAK A. Analisis Yuridis Terhadap Pengakuan Sebagai

Lebih terperinci

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN 23 BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN A. Bentuk dan Isi Pemberian Kuasa Apabila dilihat dari cara terjadinya, perjanjian pemberian kuasa dibedakan menjadi enam macam yaitu: 28

Lebih terperinci

B A B II KESEPAKATAN PERDAMAIAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ANTARPERSERO PT. MMC

B A B II KESEPAKATAN PERDAMAIAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ANTARPERSERO PT. MMC B A B II KESEPAKATAN PERDAMAIAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ANTARPERSERO PT. MMC A. Tinjauan Umum Mengenai Notaris 1. Profesi Notaris Bekerja merupakan kodrat manusia sebagai kewajiban dasar.

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A.Latar Belakang

I. Pendahuluan. A.Latar Belakang Implementasi Prinsip Negara Hukum dalam Memberikan Perlindungan Hukum terhadap Notaris Firman Floranta Adonara Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember Jalan Kalimantan No.37, Kampus Tegalboto, Sumbersari,

Lebih terperinci

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH Hukum Keluarga dan Waris HUKUM WARIS ISTILAH Didalam hukum waris dikenal istilah-istilah seperti pewaris, ahli waris, harta waris, boedel, testament, legaat, dan legitieme portie[1]. Yang dimaksud Pewaris

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG (UU) 1947 Nomer. 40. ) (40/1947) HUKUM DISIPLIN TENTARA. Menyesuaikan peraturan-peraturan Hukum Disiplin Tentara (Staatsblad 1934, No. 168) dengan keadaan sekarang. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA Alat bukti adalah segala sesuatu yang oleh undang- undang ditetapkan dapat dipakai membuktikan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB III TEORI TEORI HUKUM YANG MENYANGKUT HUKUM ACARA PERDATA

BAB III TEORI TEORI HUKUM YANG MENYANGKUT HUKUM ACARA PERDATA BAB III TEORI TEORI HUKUM YANG MENYANGKUT HUKUM ACARA PERDATA A. Pengertian Hukum Acara Perdata Pelaksanaan dari pada hukum materill, khususnya hukum materill perdata, dapatlah berlangsung secara diam-diam

Lebih terperinci

ALAMAT KANTOR BANK INDONESIA

ALAMAT KANTOR BANK INDONESIA Lampiran SE No. 6/49/DPU tgl. 14 Desember 2004 -------------------------------------------------------------- Lampiran 1 ALAMAT KANTOR BANK INDONESIA No. Nama Kantor Alamat Kantor 1. KBI Ambon Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA 2.1. Pengertian Berita Acara Pemeriksaaan (BAP) Dan Terdakwa Sebelum masuk pada pengertian

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2

MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2 MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2 A. Pengertian Akta di Bawah Tangan Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL (PERKOSAAN) DI BAWAH UMUR OLEH ORANG TUA TIRI

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL (PERKOSAAN) DI BAWAH UMUR OLEH ORANG TUA TIRI BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL (PERKOSAAN) DI BAWAH UMUR OLEH ORANG TUA TIRI A. Peraturan Menurut KUHP Tindak pidana kesopanan dalam hal persetubuhan tidak ada yang

Lebih terperinci

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBORONGAN KERJA. 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjian kerja/perburuhan dan;

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBORONGAN KERJA. 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjian kerja/perburuhan dan; BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBORONGAN KERJA A. Pengertian Pemborongan Kerja Undang-undang membagi perjanjian untuk melakukan pekerjaan dalam tiga macam yaitu : 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa

Lebih terperinci

BAB II AKTA NOTARIS DAPAT MENJADI BATAL OLEH SUATU PUTUSAN PENGADILAN

BAB II AKTA NOTARIS DAPAT MENJADI BATAL OLEH SUATU PUTUSAN PENGADILAN 28 BAB II AKTA NOTARIS DAPAT MENJADI BATAL OLEH SUATU PUTUSAN PENGADILAN A. Karakter Yuridis Akta Notaris Dalam hukum acara perdata, alat bukti yang sah atau diakui oleh hukum terdiri dari : a. Bukti tulisan;

Lebih terperinci

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) 1. Pronomina Persona (Kata Ganti Orang) (Het Persoonlijk Voornaamwoord) Objek/di belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya, yang ditentukan oleh Undang-Undang. Keberadaan Notaris sangat penting

Lebih terperinci

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN 1 UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1951 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PERUBAHAN ORDONANSI PAJAK PERALIHAN 1944, ORDONANSI PAJAK UPAH DAN ORDONANSI PAJAK KEKAYAAN 1932 (UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

SISTEM PEMBUKTIAN TERBUKA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA SECARA LITIGASI. Oleh: Efa Laela Fakhriah

SISTEM PEMBUKTIAN TERBUKA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA SECARA LITIGASI. Oleh: Efa Laela Fakhriah SISTEM PEMBUKTIAN TERBUKA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA SECARA LITIGASI Oleh: Efa Laela Fakhriah I. Pendahuluan Indonesia merupakan negara hukum dalam konsep negara kesejahteraan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk. kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini (Pasal 1 ayat 1)

Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk. kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini (Pasal 1 ayat 1) Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta-otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini (Pasal 1 ayat 1) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembuktian adalah tahap yang memiliki peranan penting bagi hakim untuk menjatuhkan putusan. Proses pembuktian dalam proses persidangan dapat dikatakan sebagai sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pasal-Pasal KUHP Mengenai Pembuktian dengan Tulisan

Lampiran 1 Pasal-Pasal KUHP Mengenai Pembuktian dengan Tulisan 104 Lampiran 1 Pasal-Pasal KUHP Mengenai Pembuktian dengan Tulisan Pasal 1867 berbunyi, Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan tulisan di bawah tangan. Pasal 1868 berbunyi

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri, sebab hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Abdoel Djamali mengatakan, Peristiwa Pidana atau sering disebut Tindak Pidana (Delict) ialah suatu perbuatan atau rangkaian

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/8/PBI/2002 PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMBAWA UANG RUPIAH KELUAR ATAU MASUK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/8/PBI/2002 PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMBAWA UANG RUPIAH KELUAR ATAU MASUK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/8/PBI/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMBAWA UANG RUPIAH KELUAR ATAU MASUK WILAYAH PABEAN REPUBLIK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PELANGGARAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PELANGGARAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 12 BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PELANGGARAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 2.1. Pengertian Notariat 2.1.1. Sejarah, Fungsi dan Tugas Notaris a. Sejarah 1. Asal usul

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB NOTARIS TERHADAP KEBENARAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

TANGGUNGJAWAB NOTARIS TERHADAP KEBENARAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS Jurnal Repertorium Volume III No. 2 Juli-Desember 2016 TANGGUNGJAWAB NOTARIS TERHADAP KEBENARAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS Whenahyu Teguh Puspa Email : whenapuspa@gmail.com (Mahasiswa

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 2/Mar-Apr/2017. KETERANGAN AHLI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PUTUSAN HAKIM 1 Oleh : Nixon Wulur 2

Lex Crimen Vol. VI/No. 2/Mar-Apr/2017. KETERANGAN AHLI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PUTUSAN HAKIM 1 Oleh : Nixon Wulur 2 KETERANGAN AHLI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PUTUSAN HAKIM 1 Oleh : Nixon Wulur 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keterangan ahli sebagai salah satu alat bukti telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1. Pengertian dan Azas Perjanjian Pengertian perjanjian secara khusus diatur dalam title XVIII buku ketiga Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi : Perjanjian adalah

Lebih terperinci

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa Menurut Tergugat : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat

Lebih terperinci

BAB III SUMBER HUKUM

BAB III SUMBER HUKUM BAB III SUMBER HUKUM A. Pengertian Sumber Hukum Adapun yang dimaksud dengan sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN UNDIAN BERHADIAH SERTA PENGATURAN PUNGUTAN PAJAKNYA PADA EVENT XYZ

BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN UNDIAN BERHADIAH SERTA PENGATURAN PUNGUTAN PAJAKNYA PADA EVENT XYZ BAB 2 PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN UNDIAN BERHADIAH SERTA PENGATURAN PUNGUTAN PAJAKNYA PADA EVENT XYZ 2.1 Tinjauan Umum Tentang Kenotariatan 2.1.1 Sejarah Notariat Notaris adalah pejabat umum yang

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SURAT TERGUGAT SEHINGGA DIMENANGKAN OLEH HAKIM DALAM PERKARA NO.12/PDT.G/2010/PN.LLG TENTANG SENGKETA TANAH.

BAB IV KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SURAT TERGUGAT SEHINGGA DIMENANGKAN OLEH HAKIM DALAM PERKARA NO.12/PDT.G/2010/PN.LLG TENTANG SENGKETA TANAH. BAB IV KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SURAT TERGUGAT SEHINGGA DIMENANGKAN OLEH HAKIM DALAM PERKARA NO.12/PDT.G/2010/PN.LLG TENTANG SENGKETA TANAH. Dalam pembuktian suatu perkara perdata alat bukti mempunyai

Lebih terperinci

Perkawinan Campuran. Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki

Perkawinan Campuran. Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki Hukum Antar Tata Hukum: Perkawinan Campuran Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki Fakultas Hukum Universitas Indonesia Depok,, 13 Juli 2009 GHR, Stb 1898 No. 158 Regeling op de Gemengde Huwelijken. Koninklijk Besluit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Ini

Lebih terperinci

QUA VADIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PPU-X/2013 TERTANGGAL 28 MEI 2013

QUA VADIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PPU-X/2013 TERTANGGAL 28 MEI 2013 91 QUA VADIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PPU-X/2013 TERTANGGAL 28 MEI 2013 H. Saripudin Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup berkelompok (bermasyarakat). Kehidupan bermasyarakat menuntut manusia untuk saling berinteraksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechstaat) dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechstaat) dimana prinsip negara hukum adalah menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM)

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) A. Profil Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM Kantor Notaris dan

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA Oleh : H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., MH. I. PENDAHULUAN Dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 sekarang (hasil amandemen)

Lebih terperinci