DOKUMEN AKTA, LEGALISASI DAN WAARMERKEN NOTARIL. Oleh Raendhi Rahmadi* Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DOKUMEN AKTA, LEGALISASI DAN WAARMERKEN NOTARIL. Oleh Raendhi Rahmadi* Abstrak"

Transkripsi

1 DOKUMEN AKTA, LEGALISASI DAN WAARMERKEN NOTARIL Oleh * Abstrak Akta, Legalisasi dan Warmerken merupakan dokumen notaris yang memiliki nilai pembuktian yang berbeda-beda dan memuat tanggung jawab berbeda-beda pula dalam pertanggung jawabannya. Sebagai Pejabat umum tanggung jawab notaris atas dokumen yang dikeluarkannya dijadikan sebagai suatu jaminan rasa aman dan nyaman oleh masyarakat untuk menjamin perbuatannya. Perbedaan jenis dokumen ini pada akhirnya menciptakan perbedaan dalam tanggung jawab yang terkadang menimbulkan salah persepsi atas rasa aman tersebut, sebab anggapan bahwa semua dokumen yang dikeluarkan notaris merupakan alat bukti yang sempurna dan menuntut notaris untuk bertanggung jawab atas semua yang telah di cap dan di tandatanganinya menjadi suatu salah pengertian yang timbul akibat kaburnya pengertian atas apa yang disebut sebagai Akta Autentik yang dikatakan sebagai suatu alat bukti yang sempurna. Kata Kunci : Tanggung Jawab Akta, Legalisasi dan Warmerken A. PENDAHULUAN Image Notaris sebagai pejabat umum sudah tertanam dimasyarakat luas, dimana dalam pandangan masyarakat setiap perikatan yang dibuat dihadapan Notaris adalah suatu perbuatan yang sempurna dan mengikat kuat bagi para pihak yang membuat perjanjian, maka banyak yang merasa lebih aman bila perikatan yang dilakukan antar para pihak yang bersepakat dalam suatu perikatan dilakukan dihadapan pejabat umum yang berwenang membuatkan akta otentik sebagai suatu alat bukti yang sah atas perbuatan hukum yang dilakukannya. Bila kita melihat dari sisi sebuah perjanjian, dalam KUH Perdata pada pasal 1320 dan 1338 yang memuat syarat dan akibat hukum suatu perjanjian, maka konsep tersebut jelas menyatakan bahwa suatu perikatan berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya, artinya apa yang dilakukan oleh para pihak, walaupun dilakukan tidak didepan pejabat umum dalam kaca mata hukum dianggap sudah sah dan mengikat, namun demikian Rasa Aman dan Nyaman, itulah salah satu yang menjadi alasan mengapa para penghadap lebih suka bila suatu perjanjian di lakukan dihadapan pejabat umum. Pada pelaksanaannya, pembuatan surat perjanjian yang dilakukan tidak dihadapan notaris telah banyak dilakukan oleh masyarakat, hal ini biasa disebut sebagai sebuah perjanjian dibawah tangan. Pejanjian dibawah tangan pada umumnya meletakkan tanda kesepakatan antara para pihak dalam suatu dokumen perjanjian yang berbentuk sebuah surat perjanjian, untuk menambah rasa nyaman kemudian surat perjanjian ini dibawa kehadapan seorang pejabat umum, untuk dimasukkan dalam suatu buku daftar yang *) Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 36

2 dimiliki oleh Pejabat Umum tersebut untuk dibenarkan adanya, dimana hal ini pada akhirnya menimbulkan suatu akibat hukum tersendiri. Perbuatan yang dibenarkan oleh notaris ini memiliki kekuatan pembuktian selain itu juga tanggung jawab yang berbeda-beda bagi notaris, namun perbedaan ini terkadang banyak tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya, karena banyak diantara masyarakat menyamaratakan hal ini dan menganggap bahwa suatu perbuatan yang kemudian di bawa ke notaris maka perbuatan itu menjadi sempurna, maka hal inilah yang sering menjadi masalah di masyarakat baik yang berakibat pada perikatannya ataupun pada notaris, sebab bilamana suatu ketika terjadi masalah wanprestasi dikemudian hari, yang terjadi adalah orang yang melakukan perjanjian akan meminta pertanggung jawaban kepada notaris dari perikatan mana yang telah di lakukannya dan dibawanya menghadap kepada notaris tersebut, yang berujung pada di ikut sertakannya notaris dalam pelaporannya jika masalah tersebut berujung pada persidangan di pengadilan, walaupun pada posisi sebenarnya notaris bukanlah suatu pihak dalam perikatannya melankan hanya sebagai saksi yang memastikan suatu bagian dari perikatan yang dilakukannya. B. PEMBAHASAN Notaris adalah salah satu pendekar hukum, hal ini dirasa tepat karena menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) KBBI, pengertian dari pendekar adalah orang yang gagah berani (suka membela yang lemah, kebenaran dan sebagainya). Sebagai Pendekar Hukum Notaris berbeda dengan Pendekar hukum lainnya, sebab dalam menegakkan hukum seorang notaris tidak memihak pada seorangpun kecuali pada kebenaran yang diamanatkan undang-undang sehinggan ia menjadi seorang yang berada pada posisi yang netral, tidak seperti pendekar hukum lainnya seperti Advokat yang memang makna kata Advokat adalah pembela, ataupun Polisi dan Jaksa. Mungkin sedikit terdapat kesamaan pada hakim yang berpihak pada kebenaran namun tudags dan kewenangannya berbeda. Sebagaimana menurut Undangundang nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN) yang berbunyi Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini atau berdasarkan undang undang lainnya dimana Akta otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut (vide Pasal 165 HIR, Pasal 285 RBg, dan Pasal 1870 KUHPerdata) yang artinya Notaris sebagai pejabat umum dapat membuat suatu alat bukti yang sempurna yang diakui kebenarannya di muka pengadilan, image ini sudah melekat kuat dimata masyarakat. Atas dokumen yang dikeluarkan oleh notaris setidaknya kita dapat membagi menjadi 3 hal, yang membawa konsekwensi masing-masing, selain surat-surat yang diperintahkan undang-undang yaitu : 1. Akta Autentik (Otentik) 2. Warmerkeen 3. Legalisasi Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 37

3 Ketiga hal ini sangat berbeda dan memiliki akibat hukum yang berbeda pula, untuk poin nomor 1 sudah jelas menganai apa yang dimaksudkan oleh UUJN mengenai kewenangan Notaris adalah membuat akta autentik yang mana merupakan sebuah alat bukti yang sempurna. Istilah autentik ini yang disebutkan dalam Undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dulu disebut juga otentik, pada kedua ejan ini tidak ada perbedaan sama sekali, yang mana istilah ini dapat ditemukan pada pasal 1867 KUHPerdata dimana dalam pasal setelahnya yaitu pasal 1868 berbunyi Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undangundang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Sehingga setidaknya kita dapat menangkap ada 3 unsur yang harus ada dalan suatu Akta Autentik, yaitu : 1. Akta itu harus di buat oleh (door) atau dihadapan (ten overstaan) seorang Pejabat Umum. 2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undangundang. 3. Pejabat Umum yang membuatnya, harus memiliki wewenang untuk membuat akta tersebut. Ketiga unsur ini juga senada dengan pendapat Philipus M. Hadjon, Irawan Soerodjo ataupun UUJN sendiri. Walau demikian Akta Autentik juga dapat di keluarkan oleh Pejabat Tertentu lainnya yang memang diberi kewenangan untuk itu, seperti Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Pejabat Lelang dan Pegawai Kantor Catatan Sipil dan Polisi. Hal ini karena bila merujuk dari Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, Otentik atau Authentiek itu juga memuat arti, bersifat umum, bersifat jabatan, memberi pembuktian yang sempurna (dari suratsurat): khususnya dalam kata: authentieke akte. Para Notaris istimewa ditunjuk untuk membuat akta otentik baik atas permintaan atau atas perintah; akan tetapi juga beberapa pejabat negeri yang berhak membuatnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas pekerjaannya namun demikian penulis akan batasi saja pembahasannya pada Akta Autentik yang dikeluarkan oleh Notaris sebagai Pejabat Umum. Akta Notaris dikatakan sebagai alat bukti yang sempurna karena didalamnya telah memuat seluruh unsur dari alat bukti sebagaimana yang di sebutkan dalam pasal 1866 KUH Perdata, bahwa alat bukti yaitu : a. Bukti tulisan; Isi dari Akta Notaris adalah tulisan yang dibuat dengan bentuk sebagaimana yang diperintahkan oleh undang-undang; b. Bukti dengan saksi-saksi; Di dalamnya memuat saksi-saksi yang kompeten untuk menjadi saksi sebagai komponen yang tak terpisahkan atas setiap perbuatan sesuai dengan kebutuhan keadaan, dimana dikenal ada yang dinamakan saksi pengenal dan saksi akta, selain itu ada pula penghadap lainnya yang porsinya sebagai orang yang dibutuhkan untuk menyetujui suatu perbuatan yang dilakukan penghadap. c. Persangkaan-persangkaan; Dalam isi akta telah disebutkan keadaan dan segala hal mengenai niatan dari perbuatan dan akibat akibat bila suatu perbuatan di lakukan dan segala macam sanksi atas kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. d. Pengakuan; Dalam bagian komparan telah disebutkan keadaan dari para penghadap atau pihak yang sebenarnya, Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 38

4 hal ini sesuai dengan pengakuannya dihadapan noaris e. Sumpah Atas kewenangannya notaris telah disumpah dalam jabatannya untuk menjalankan jabatan sebagai pejabat umum, bahkan dalam bukunya Studi Notariat & Serba serbi praktek notaris, Tan Thong Kie menyatakan bahwa Notaris adalah saksi yang istimewa sebab telah disumpah. Selain itu ada beberapa alasan lainnya yang menunjang kekuatan hukum sebuah akta autentik, yaitu akta autentik dihadapan seorang pejabat umum negara sehingga legalitasnya dapat di pastikan, ditabah lagi bahwa seorang pejabat umum negara tidak memiliki keberpihakan dalam pembuatan akta. Demudian dari dokumentasinya, akta autentik memiliki kekuatan hukum karena memiliki minuta akta yang di simpan oleh negara melalui notaris sehingga akan sangat kecil kemungkinan akta autentik akan hilang, sehingga persangkalan atas sebuah perkara akan mudah diperiksa untuk dilakukan pembuktian 1. Maka dari itu, sebagai alat bukti yang sempurna maka, akta notaris tersebut harus dilihat apa adanya bukan ada apanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang tertuliskan dalam akta tersebut. Hal inilah yang menjadi perbedaan mendasar dengan akta dibawah tangan, karena akta dibawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian hanya sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak adanya penyangkalan dari salah satu pihak, sehingga jika para pihak mengakuinya, maka akta dibawah tangan itu mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna sebagaimana akta otentik 2. Kewenangan Notaris ini dapat dilihat pada pada Pasal 15 UUJN 3 yang bunyinya sebagai berikut : Pasal 15 (1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. (2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang pula: a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya; e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta; f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau g. membuat Akta risalah lelang. (3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain 1 Ira Koesomawati, Ke Notaris, Hal Pasal 1875 BW 3 UU No 2 tahun 2014 ttg Jabatan Notaris, Pasal 15 Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 39

5 yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam membuat Akta Autentik, akta Notaris terbagi kedalam dua bentuk yaitu : 1. Relas Akta (Akta Pejabat) adalah akta yang di buat berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan diketahui oleh Notaris atas suatu kejadian yang dia turut berada didalanya. Biasanya akta ini adalah akta Berita Acara RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dimana notaris turut serta hadir didalamnya. 2. Akta Partij (Akta Pihak) adalah akta yang dibuat notaris berdasarkan apa yang disampaikan oleh para pihak yang menghadap kepada notaris yang ingin melakukan perikatan dan apa yang di sampaikan itu di tuangkan notaris ke dalam aktanya. Biasanya akta ini adalah akta yang paling umum di ketahui masyarakat, seperti Akta Perjanjian, Pinjam Pakai, Sewa Menyewa dan sebagainya. Karena keduanya adalah akta autentik maka keduanya memiliki kekuatan nilai pembuktian yang sama yang terdiri dari : 1. Pembuktian Lahiriah (uitwendige bewijskracht) adalah kemampuan akta itu sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai akta autentik, jika di lihat dari luar segai akta autentik serta sesuai dengan aturan hukum yang sudah di tentukan mengenai syarat akta autentik, maka akta tersebut berlaku sebagai akta autenik sampai terbukti sebaliknya, artinya sampai ada yang membuktikan bahwa akta tersebut bukan akta autentik secara lahiriah dimana dalam hal ini beban pembukiannya ada pada pihak yang menyangkal ke autentikan akta notaris tersebut. 2. Formal (formale bewijskracht) adalah nilai pembuktian yang bertitik berat pada kebenaran formal yang menyangkut mengenai hari, tanggal, bulan, tahun, pukul (waktu) menghadap dan para penghadap, paraf dan tandatangan para piak, saksi dan Notaris, serta membuktikan apa yang dilihat, disaksikan, didengar oleh Notaris dan mencatat keterangan dan pernyataan para pihak/ penghadap. 3. Materil (Materiele bewijskracht) adalah kepastian tentang materi suatu akta bahwa apa yang disebutkan dalam akta adalah suatu pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang membuat akta atau mereka yang mendapatkan hak dan berlaku untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya (tegenbewijs). Dengan menilai pembuktian akta autentik ini, dari 3 kekuatan pembuktian di atas maka dalam sebuah putusan Mahkamah Agung Nomor 702 K/Sip/ 1973, tanggal 5 September 1973 yang menjadi sebuah yurisprudensi tentang tidak dibenarkannya pembatalan suatu akta notaris karena sesungguhnya notaris hanya menuliskan apa yang dikehendaki oleh para pihak yang menghadap notaris sedangkan tidak ada kewajiban dari notaris untuk menyelidiki secara materiil hal-hal yang di kemukakan oleh penghadap tersebut, maka dapan disimpulkan bahwa: 1. Akta Notaris tidak dapat dibatalkan, 2. Fungsi Notaris hanya mencatatkan (menuliskan) apa-apa yang dihendaki dan dikemukakan oleh para pihak yang menghadap Notaris tersebut. 3. Tidak ada kewajiban bagi Notaris untuk menyelidiki secara materil Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 40

6 apa-apa (hal-hal) yang dikemukakan oleh penghadap tersebut. 4 Walaupun hal ini bukan berarti bahwa suatu perjanjian didalamnya tidak dapat dibatalkan, karena hal tersebut adalah dua hal yang berbeda antara membatalkan akta dan membatalkan perikatan. Untuk poin nomor 2 dan 3, hal ini masuk ke dalam bagian dari kewenangan lainnya yang dapat kita sebutkan sebagai kewenangan untuk membenarkan atau mengesahkan dimana bentuk pelaksanaannya atas sebuah surat dituliskan dalam bentuk pasif yaitu disahkan, meskipun keduanya adalah perbuatan mengesahkan namun ada perbedaan yang signifikan antara warmerkeen dan legalisasi. Dalam melaksanakan jabatannya seorang notaris itu pada dasarnya harus teliti dan cermat serta conscientieus, karena tidak jarang pekerjaan mengenai legalisasi ini membuat notaris menjadi kewalahan bahkan pusing, karena sering kali terdapat seseorang client (tamu) dari notaris meminta agar sehelai surat dibawah tangan yang sudah ditandatanganinya untuk "disahkan". Kata-kata "disahkan" inilah yang langsung menyerang notaris. Pasalnya dari apa yang disebutkan dalam kata-kata tersebut mungkin saja notaris tidak tahu menahu terhadap para pihak yang disebut dalam akta di bawah tangan itu, atau mungkin juga tidak tahu siapa yang menandatangani dan apakah orang-orang itu berhak menandatanganinya, apalagi kalau isinya mengandung jual-beli barang atau pengakuan utang. Sedangkan bila notaris mengesahkannya bukankah artinya notaris telah membenarkannya?, dan artinya iapun telah menggunakan jabatannya untuk menjamin 4 Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Hal.22 kebenaran terhadap dokumen apa yang disahkannya tersebut, walau pengetahuannya sangat terbatas terhadap hal di atas. Dalam hal itu notaris tidak dapat berbuat lain selain dari memberi tanggal pasti, yaitu apa yang di sebut dengan waarmerken. Walaupun notaris dalam hal itu tidak membuat kesalahan secara yuridis, kata "disahkan" yang diucapkan tamu pasti akan mengganggunya, karena hal ini akan meninggalkan beban tanggung jawab bagi notaris. Kini pertanyaannya adalah Apakah dengan adanya tanda tangan dan cap notaris, isi akta itu langsung menjadi sah atau wetting? Sudah tentu tidak, namun banyak orang yang apabila ditanyakan mengenai hal ini ia akan menjawab, setidaknya perbuatan ini telah di tanda tangani oleh notaris, atau setidaknya dihadapan notais atau juga mereka akan mengatakan bahwa ini adalah permintaah bank yang mengatakan, asal ada tanda tangan notaris, surat itu dapat diterima oleh bank." Dan, alhasil kata-kata ini membuat notaris lebih pusing karena ia tahu akibat-akibatnya yang tidak lain adalah mengenai tanggung jawab, namun tanggung jawab yang bagaimana? Inilah yang perlu untuk diukur mengenai sejauh mana tanggung jawab tersebut ideal untuk dapat dilakukan dan dipenuhi. Notaris pada dasarnya harus selalu berhati-hati apabila ada surat kuasa di bawah tangan yang memberi hak untuk menjual dan sebagainya dan selalu meminta bukti atas setiap hal yang dilakukannya dalam menjalankan jabatan, berupa kartu pengenal atau identitas, bukti asli tanda pemilikan tanah (sertifikat) dan yang tidak kalah penting juga disebutkan bahwa orang itu diperkenalkan, kecuali notaris betul-betul mengenal penghadap tersebut, sebab disinilah letaknya sumber Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 41

7 kesulitan yang dapat dialami notaris. Notaris harus menulis yang benar (de waarheid) dikenal atau diperkenalkan dengan jelas serta bila ragu harus memastikan untuk meminta saksisaksi pengenal. Segala sesuatu sudah tentu dilakukan sesuai dengan bunyi undang-undang. Untuk menjalankan pekerjaan menurut undang-undang, sudah tentu kita harus mengetahui dan paham benar makna dari bunyi pasalperpasal dari kalimat dalam undangundang. Sejenak mari kita melihat dari sejarahnya, pengaturan pengesahan terkait notaris ini dimulai sejak Notaris Reglament (PJN Stbl ) dibuat, pada Pasal 44 menentukan bagaimana caranya dan oleh siapa tanda tangan seorang notaris harus dilegalisasi apabila tanda (dokumen) yang dibuat oleh notaris akan dipakai di dalam atau diluar negeri. Pasal 44 ini memakai kata "dilegalisasi" dan teks pasal itu masih dapat dibaca dalam Vellema 1909 hlm Pasal itu menentukan bahwa tanda tangan seorang notaris harus dilegalisasi oleh: a) gubernur, apabila tanda yang berkenaan hendak dipakai di dalam negeri; dan b) sekretaris umum negara atau sekretaris negara atau direktur kehakiman apabila tanda hendak dipakai di luar negeri. Namun Pasal 44 ini dicabut dengan Stbl dan diganti dengan ordonansi Stbl yang berjudul: Bepalingen nopens het Legaliseren van Handtekeningen. Dalam ordonansi ini diatur legalisasi tanda tangan, tidak hanya dari seorang notaris, tetapi juga dari pejabat-pejabat pemerintah atau penduduk lain (landsdienaren of andere ingezetenen) tanpa melihat apakah tanda (stuk) itu diperlukan di dalam atau di luar negeri. Wewenang untuk memberi legalisasi menurut ordonansi ini diberikan kepada beberapa pejabat tinggi pemerintahan, antara lain sekretaris negara, menteri Kehakiman, gubernur atau penggantinya. Dan karena justru tanda tangan notaris yang harus dilegalisasi, menurut penulis, aturan ini tidak termasuk pekerjaan seorang notaris pada saat itu. Hal ini juga ditegaskan oleh J. de Bruyn. Mgz. dalam buku serinya Het Notariaat in Ned. Indie, buku pertama 1884 dengan mengatakan dalam hlm. 22 bahwa undangundang tidak pernah menetapkan bahwa seorang notaris diperbolehkan melegalisasi tanda tangan seseorang; hanya dalam Stbl ia-menurut pasal 7-baru diperbolehkan, tetapi khusus untuk tanda tangan atas wesel, surat order, aksep, surat atas naina pembawa (aan toonder) dan surat dagang lainnya. Sehingga itu berarti bahwa secara sangat teliti (strikt genomen) De Bruyn menyatakan, seorang notaris tidak boleh melegalisasi tanda tangan orang Eropa (dan orang yang disamakan) dan orang pribumi (dan orang yang disamakan) dalam aturan mengenai notaris ini pada asalnya. Dalam sejarahnya, Hak Notaris Mengesahkan Tanda Tangan dapat ditemukan pada ketentuan yang paling tua yaitu dalam Engetbrecht 1960 hlm. 1753, yakni ordonansi Stbl yang berjudul: Bepalingen nopens de bewijskracht van onderhandse gesehriften van Indonesiers of met hen gelijkgestelde personen. atau dalam bahasa Indonesia pengertiannya adalah : Ketentuan-ketentuan mengenai kekuatan sebagai bukti dari surat-surat di bawah tangan yang dibuat oleh golongan Hukum pribumi atau orangorang yang disamakan dengan mereka. Dalam Pasal 1 ditentukan, bahwa cap jempol disamakan dengan tanda Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 42

8 tangan hanya apabila cap jempol itu diwaarmerk (yang bertanggal) oleh seorang notaris atau pejabat lain yang ditunjuk dalam ordonansi. Dalam keterangannya harus dinyatakan bahwa ia mengenal orang yang membubuhkan cap jempol atau orang itu diperkenalkan kepadanya, bahwa isi akta itu dijelaskan (voorhouden) kepada orang itu, setelah itu, orangnya membubuhkan cap jempolnya di hadapan pejabat itu. Setelah ordonansi itu diubah dengan Stbl jo.43, pasal 1 ayat 2 hanya menentukan bahwa sebuah cap jempol/jari tanda tangan orang termasuk golongan hukum pribumi (dan mereka yang disamakan) di bawah wesel, surat order, aksep, surat-surat atas nama pembawa (aan toonder), dan surat-surat dagang lainnya, disamakan dengan sebuah akta di bawah tangan, asalkan akta itu diberi waarmerking oleh seorang notaris atau pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah, bahwa ia mengenal orang yang membubuhkan cap jempol atau sidik jari atas tanda itu, bahwa isi akta itu telah dijelaskan kepada orang itu dan akhirnya, bahwa cap jempol atau sidik jari itu dibubuhkan dihadapan pegawai itu 5. Di sinilah baru untuk pertama kali seorang notaris diberi hak untuk melegalisasi akta dibawah tangan. De Bruyn Mgz memakai dua istilah: verklaring van visum dan legalisasi, Dengan verklaring van visum De Bruyn mengartikan waarmerken dan ia menjelaskan bahwa maksud verklaring van visum itu tidak lain dari memberi tanggal pasti (ia memakai kata-kata date certain), yaitu keterangan bahwa notaris telah melihat (gezieri) akta di 5 Tan Thong Kie, Studi Notariat & Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta, Ichtiar Baru van Hoeve, 2007, hal 519 bawah tangan itu pada hari itu. Sudah tentu-kata De Bruyn-tanggal yang diberi itu tidak lain dari tanggal ketika notaris melihatnya, bukan tanggal yang ia sukai atau yang diminta kliennya. Karena verklaring van visum ini hanya memberi tanggal pasti, maka tanda tangan yang tertera di atas surat di bawah tangan itu tidak pasti dan tetap dapat disangkal oleh orangnya atau ahli warisnya, tetapi tanggal tidak dapat disangkal. Dengan legalisasi (legalisatie) De Bruyn mengartikan suatu tindakan hukum yang harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: a) bahwa notaris itu mengenal orang yang membubuhkan tanda tangannya; b) bahwa isi akta itu diterangkan dan dijelaskan (voorhouden) kepada orangnya; dan c) bahwa kemudian orang itu membubuhkan tanda tangannya di hadapan notaris. Hal a), b), dan c) ini harus disebut oleh notaris dalam keterangannya dalam akta di bawah tangan itu. Tanda tangan yang dilegalisasi demikian kata De Bruyn tidak dapat disangkal, kecuali keterangan notaris dituduh sebagai keterangan palsu. Akhirnya ditulis oleh De Bruyn bahwa kekuatan legalisasi antara lain terletak pada pembubuhan tanda tangan atau cap jempol dari orang yang datang ke hadapan notaris. Banyak Niotaris minta agar diadakan dua saksi yang juga turut menandatangani akta itu, menurut De Bruyn hal ini tidak perlu karena suatu legalisasi adalah keterangan seorang notaris pribadi (een personele verklaring), dan bukan merupakan akta notaris 6. 6 Ibid. Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 43

9 Maksud pernyataan De Bruyn di atas hakikatnya adalah untuk membedakan bahwa kekuatan legalisasi adalah pada tanda tangannya, bukan karena dibuat dihadapan notaris karena memang bukan merupakan akta notaris, oleh karena itu penggunaan saksi ini bukan tidak boleh bahkan dianjurkan, demi keamanan notaris, memakai dua saksi dengan alamat dan kartu pengenalnya, khususnya apabila notaris tidak mengenal orang yong membubuhkan cap jemput atau tanda tangan sebagai suatu pihak dalam akta. Kemudian pada perjalanannya pada Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) kemudian barulah terdapat pengaturan yang lebih jelas menjelaskan kewenangan legalisasi ini yang menyebutkannya secara jelas. MACAM WAARMERKEN Sebagai ikhtisar dapat ditulis bahwa ordonansi Stbl mengenal dua macam waarmerken: A. Verklaring van Visum (Waarmer-keen) Seseorang memberikan kepada notaris akta yang sudah ditandatangani. Dalam hal ini notaris tidak lain hanya dapat memberi waarmerken yang disebut oleh De Bruyn sebagai verklaring van visum dan yang hanya memberi tanggal pasti atau date certain. Waarmerken secara demikian tidak mengatakan sesuatu mengenai siapa yang menandatangani dan apakah penandatangan memahami isi akta 7. Waarmerkeen ini dapat dilakukan dengan memberikan catatan di atas akta: Didaftarkan (gewaarmerkt) untuk memberi tanggai pasti pada hari [ ] tanggal [ ] tanda tangan notaris cap jabatan 7 Ibid. B. Legalisasi Akta dibawah tangan yang belum ditandatangani diberikan kepada notaris dan dihadapan notaris ditandatangani oleh orangnya, setelah isi akta dijelaskan oleh notaris (voorhouden) kepadanya 8. Dalam kasus ini: 1) tanggal dan tanda tangan adalah pasti ; dan 2) karena isi akta dijelaskan oleh notaris, maka penanda tangan tidak dapat mengatakan bahwa ia tidak mengerti apa yang ditandatangani (penting bagi orang-orang buta huruf dan orang-orang yang pura-pura tidak mengerti); 3) penanda tangan adalah benar orang yang namanya tertulis dalam keterangan ini. Sehingga keterangan yang ditulis dibawah akta itu biasanya berbunyi: Saya [ ] notaris di [ ] menerangkan telah menjelaskan isi akta ini kepada [ ] yang dikenal (diperkenalkan kepada) Saya notaris, setelah itu, [ ] menandatanganinya dihadapan saya, notaris. Jakarta, [ ] 19[ ] tanda tangan notaris cap jabatan NOTARIS SEBAGAI SAKSI YANG DISUMPAH Jangan dilupakan bahwa seorang notaris hanyalah seorang saksi istimewa karena ia, dalam melakukan setiap tindakan sebagai notaris, adalah saksi yang disumpah. Seorang notaris bukan seorang grafolog (yaitu orang ahli yang dari suatu tulisan dapat menemukan sifat-sifat pribadi orang yang menulisnya) 9. 8 Ibid. 9 Than Thong Kie, Op.Cit., hal Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 44

10 Dr. J. Schrijver dalam bukunya: Leerboek der Graphologie 1953 mengatakan: Graphologie is de wetenschap, die ons in staat stelt uit het handschrift zekere eigenschappen op te sporen, welke de persoonlijkheid von de scirijver kanmerken. terjemahannya kira-kira sebagai berikut: Grafologi adalah ilmu yang memungkinkan kita menemukan dalam suatu tulisan sifat-sifat khas tertentu yang membedakan penulisnya dari orangorang lain. Kita sekarang memiliki laboratorium di Markas Besar Kepolisian yang secara ilmiah dapat memeriksa apakah beberapa tanda tangan, yang pada mata orang awam sama bentuknya, ditulis oleh orang yang sama atau berlainan. Sedangkan bagi seorang notaris dalam ilmu ini ia adalah orang awam maka tidak mungkin menjamin keasliannya. Karena itu, maka Notaris sangat dianjurkan agar selalu bekerja tepat seperti diuraikan dalam undangundang dan dengan demikian notaris akan aman. CONTOH WAARMERKEN YANG TIDAK DIANJURKAN Berikut adalah contoh waarmerken yang ditemuinya dalam praktek yang tidak di anjurkan. Contoh ini jangan ditiru karena sangat membahayakan notaris: a. Mengetahui dan mengesahkan untuk legalisasi tanda tangan Tuan... partikelir dan tinggal di... dan dikenal oleh saya, [ ] notaris di [ ] pada hari [ ] tanggal [ ] tanda tangan notaris cap jabatan b. Untuk melegalisasi tanda tangan Tuan [ ] partikelir berempat tinggal di [ ] tanda tangan notaris cap jabatan Apakah notaris yang melakukannya sadar akan apa yang dikerjakan? Bukankah ia menyeret diri ke dalam suatu persoalan yang di dalamnya ia adalah awam? Teranglah bahwa kata "legalisasi" adalah istilah yuridis yang pengertiannya tidak dijelaskan dalam undang-undang, dan lagi kalau tanda tangan itu ternyata palsu, bagaimana notaris yang telah mengesahkan atau melegalisasinya? Sebab ia tidak menyaksikan siapa yang membubuhkan tanda tangan itu. Apabila ada notaris yang merasa harus memberi layanan kepada kliennya, itu tidak dapat disalahkan, namun notaris harus tetap berpegang teguh pada bunyi undang-undang, yaitu bahwa tanda tangan harus dibubuhkan dihadapannya. Layanan kepada klien dapat diberikan secara lain, umpamanya dengan menandatanganinya sendiri karena kebetulan ia tidak mempunyai waktu 10. C. PENUTUP Dengan memperhatikan hal diatas, dari bagaimana notaris membuat dokumen yang merupakan kewenangannya, maka dapatlah dibuat gambaran jelas bagaimana tanggung jawab notaris dalam dokumen Akta, Legalisasi dan Warmerken merupakan dokumen notaris yang ingin kita bahas, dimana apa yang merupakan Akta notaris dalam pertanggung jawabannya notaris harus bisa memastikan terpenuhinya syarat-syarat formil, materil, juga 10 Ibid. Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 45

11 syarat-syarat subjektifnya sehingga akta tersebut menjadi akta autentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna, walau demikian tetap memperhatikan keseimbangan posisinya sebagai pejabat umum yang tidak memihak karena ia hanya menuangkan kehendak para pihak ke dalam akta tanpa menjadi bagian dalam akta tersebut. Sedangkan dalam waarmerkeen notaris hanyalah memastikan bahwa memang seorang yang datang kepadanya pernah membuat perjanjian dan ia catatkan tanggal menghadap dari orang tersebut sebagai suatu kepastian tanggal, kepastian tanggal di sini adalah kepastian tanggal menghadap yang mana kapan, dimana dan apa yang menjadi isi dari perjanjian yang di buat oleh orang tersebut bukanlah bagian dari tanggung jawab notaris. Kemudian legalisasi adalah sebuah pengesahan mengenai perjanjian di bawah tangan, dimana notaris juga tidak bertanggung jawab atas isi dari perjanjian tersebut namun pengesahan yang dilakukan oleh notaris adalah sebatas sejauh mana orang yang menghadap kepadanya memang menandatangani perjanjian tersebut dan memastikan tanggal penandatanganan atas dokumen tersebut. Dari masing masing dokumen di atas, pada Akta yang dibuat oleh notaris jika di kemudian hari terjadi suatu permasalahan, maka sebagai suatu akta yang autentik, akta ini merupakan suatu alat bukti yang sempurna dan harus diakui keberadaannya sebagai suatu kebenaran yang tidak boleh dibantah, sepanjang dalam pebuatannya memenuhi syarat-syarat akta autentik yang telah ditentukan oleh undang-undang. Namun bila ternyata syarat sebagai akta yang autentik tidak terpenuhi maka akta tersebut dapat menjadi akta dibawah tangan yang kemudian akan dapat menarik notaris untuk masuk kedalam pelanggaran jabatannya atau lebih parah lagi bila ada interfensi keberpihakan atau pemalsuan dapat menimbulkan pertanggung jawaban atas perbuatan pidana sejauh mana perbuatan yang dilakukannya, namun jika Notaris sudah melakukan jabatannya sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh undang-undang maka tak ada yang perlu dikhawatirkan karena posisi notaris akan menjadi sangat kuat dimana aktanya tak dapat diganggugugat keberadaannya sesuai marwahnya. Pada waarmerkeen tanggung jawab notaris hanya sampai pada kebenaran tanggal dari sebuah surat sampai kepadanya yang diserahkan oleh seseorang kehadapan notaris yang kemudian di catatkannya dalam suatu daftar khusus dalam sebuah daftar Waarmerkeen. Pemberian tanggal pada surat inilah yang dipastikan oleh notaris dan tiada yang lainnya. Sehingga bila nantinya terdapat masalah pada surat tersebut, apakah merupakan suatu surat yang palsu tandatangannya, tidak adil isinya, bahkan bila ternyata terdapat kalausul yang diharamkan oleh undang undang maka tak ada yang dapat menyentuh notaris mengenai seluruh apa yang ada dalam surat itu selain hanya tanggal pasti kapan seorang datang ke notaris untuk memintakan tanggal pasti ia menghadap kepada notaris. Waarmerkeen ini juga dapat dilakukan pada amplop suatu surat yang tersegel isi di dalamnya sehingga notaris memang tidak membaca isi dari surat tersebut sama sekali. Pada Legalisasi, sebuah perjanjian itu sudah dibuat saat datang ke notaris, dimana kedatangan kehadapan notaris hanyalah sebagai sebuah bentuk pengesahan untuk memastikan bahwa Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 46

12 tanda tangan tersebut dilakukan pada tanggal dimana yang datang kehadapan notaris menandatangani perjanjian tersebut, apa yang dibacakan notaris mengenai suarat tersebut adalah seluruhnya berasal dari kehendak yang memang telah tertuang dalam suarat yang akan dilegalisasi tersebut dimana notaris hanya membacakan saja dan tidak bertanggung jawab atas apa yang di perjanjikan baik merupakan suatu yang halal ataupun diharamkan oleh undang-undang, karena notaris tidak bertanggung jawab dengan isi dari surat tersebut. Sehingga nantinya jia terdapat permasalahan dalam isi perjanjian maka tidak ada tanggung jawab notaris dalam isi perjanjian tersebut karena surat di bawah tangan tersebut memang di buat oleh para penghadap, sedangkan notaris hanya bertanggung jawab teradap terhadap waktu dan tanggal penandatanganannya. Dari penjelasan di atas jelas terlihat bahwa tanggung jawab terberat notaris adalah pada pertanggungjawaban akta yang dibuatnya, sedangkan pada waarmerkeen dan legalisasi hanyalah sebatas tanggal menghadap dan tanggal penandatanganannya saja, karena pada akta notaris tanggung jawab notaris meliputi hal yang berbau formil dan materil meskipun tidak ikut campur dari substansi perjanjian, tapi pengawasan terhadap perbuatan yang diharamkan dan dihalalkan oleh undang-undang juga diawasinya dalam perikatan yang dibuat oleh penghadap atau kuasa penghadap yang menghadap ke hadapannya. Akhirnya jelaslah yang membedakan tanggung jawab notaris dalam dokumen Akta Autentik dan surat dibawah tangan dalam hal ini Waarmerkeen dan Legalisasi. D. DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku Adjie, Habib, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Bandung, Refika Aditama, 2013 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2008 Koesoemawati, Ira, dkk, Ke Notaris, Jakarta, Raih Asa Sukses, 2009 Panduan Memasyarakatkan UUD 1945, Jakarta, Sekretariat Jenderal MPRRI, 2004 Prodjodikoro, Wirjono, Asas hukum perjanjian, Bandung, Mandar Maju, 2000 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa, 2000 Thong Kie, Tan, Studi Notariat & Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta, Ichtiar Baru van Hoeve, 2007 Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undang-undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 117 Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 47

13 , Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris, Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 3 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang 48

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS A. Kedudukan Notaris Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum faham terhadap pengertian, tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL 2.1 Pengertian Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa Inggris disebut act atau deed. Secara etimologi menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II AKTA NOTARIS DAPAT MENJADI BATAL OLEH SUATU PUTUSAN PENGADILAN

BAB II AKTA NOTARIS DAPAT MENJADI BATAL OLEH SUATU PUTUSAN PENGADILAN 28 BAB II AKTA NOTARIS DAPAT MENJADI BATAL OLEH SUATU PUTUSAN PENGADILAN A. Karakter Yuridis Akta Notaris Dalam hukum acara perdata, alat bukti yang sah atau diakui oleh hukum terdiri dari : a. Bukti tulisan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri, sebab hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga karena dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum. Tugas dan pekerjaan notaris sebagai

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang mempunyai berbagai macam profesi yang bergerak di bidang hukum. Profesi di bidang hukum merupakan suatu profesi yang ilmunya

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA A. Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Tertulis Yang Sempurna Lembaga Notariat merupakan lembaga kemasyarakatan yang timbul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Sebagai negara hukum pemerintah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1 KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1 A. PENDAHULUAN Notaris dengan kewenangan yang diberikan oleh perundang-undangan itu,

Lebih terperinci

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Penerbit dan pencetak: PT Refika Aditama (Cetakan kesatu, Juni 2011. Cetakan kedua, April

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014 BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014 A. Karakter Yuridis Akta Notaris Dalam hukum acara perdata, alat bukti yang sah atau diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara yang didasarkan kepada aturan hukum untuk menjamin. pemerintah Belanda pada masa penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara yang didasarkan kepada aturan hukum untuk menjamin. pemerintah Belanda pada masa penjajahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut dengan UUD 1945 telah menegaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara hukum. Syarat negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam berbagai hubungan bisnis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA. Menurut S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya Rechts geleerd

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA. Menurut S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya Rechts geleerd BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA A. Pengertian Akta Menurut S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya Rechts geleerd Handwoorddenboek, kata akta itu berasal dari bahasa Latin acta yang berarti geschrift 32

Lebih terperinci

BAB II. AKTA NOTARIS SEBAGAI AKTA OTENTIK YANG MEMILIKI KESALAHAN MATERIL A. Tinjauan Yuridis Tentang Akta dan Macam-Macam Akta

BAB II. AKTA NOTARIS SEBAGAI AKTA OTENTIK YANG MEMILIKI KESALAHAN MATERIL A. Tinjauan Yuridis Tentang Akta dan Macam-Macam Akta BAB II AKTA NOTARIS SEBAGAI AKTA OTENTIK YANG MEMILIKI KESALAHAN MATERIL A. Tinjauan Yuridis Tentang Akta dan Macam-Macam Akta Akta menurut A.Pitlo merupakan surat yang ditandatangani, diperbuat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari kehidupan tradisional kekehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hukum perdata mengenal mengenal tentang adanya alat-alat bukti. Alat bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2014 HUKUM. Notaris. Jabatan. Jasa Hukum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti saat sekarang ini merupakan wujud dari perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di dalamnya manusia bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM A. Bentuk-bentuk Rapat Umum Pemegang Saham dan Pengaturannya 1. Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Notaris yang hadir dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran jabatan Notaris dikehendaki oleh aturan hukum dengan tujuan untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 635.

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 635. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TERHADAP NOTARIS DAN KEWENANGANNYA DALAM UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

BAB III TINJAUAN TERHADAP NOTARIS DAN KEWENANGANNYA DALAM UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS BAB III TINJAUAN TERHADAP NOTARIS DAN KEWENANGANNYA DALAM UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS A. Karakteristik Notaris Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam menjalankan hubungan hukum terhadap pihak lain akan membutuhkan suatu kesepakatan yang akan dimuat dalam sebuah perjanjian, agar dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pasal-Pasal KUHP Mengenai Pembuktian dengan Tulisan

Lampiran 1 Pasal-Pasal KUHP Mengenai Pembuktian dengan Tulisan 104 Lampiran 1 Pasal-Pasal KUHP Mengenai Pembuktian dengan Tulisan Pasal 1867 berbunyi, Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan tulisan di bawah tangan. Pasal 1868 berbunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga notaris memegang peran yang cukup penting dalam setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga notaris memegang peran yang cukup penting dalam setiap proses BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya kehidupan perekonomian dan sosial budaya dalam masyarakat membuat notaris semakin diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Lembaga notaris memegang peran yang cukup penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Notaris sebagai pejabat umum dipandang sebagai pejabat publik yang menjalankan profesinya dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, untuk membuat akta otentik dan

Lebih terperinci

NOTARIS TIDAK BERWENANG MEMBUAT SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT), TAPI BERWENANG MEMBUAT AKTA KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (AKMHT)

NOTARIS TIDAK BERWENANG MEMBUAT SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT), TAPI BERWENANG MEMBUAT AKTA KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (AKMHT) NOTARIS TIDAK BERWENANG MEMBUAT SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT), TAPI BERWENANG MEMBUAT AKTA KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (AKMHT) Pasal 15 ayat (1) undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang

Lebih terperinci

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris; 59 dengan mencari unsur-unsur kesalahan dan kesengajaan dari Notaris itu sendiri. Hal itu dimaksudkan agar dapat dipertanggungjawabkan baik secara kelembagaan maupun dalam kapasitas Notaris sebagai subyek

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH MENARA Ilmu Vol. X Jilid 1 No.70 September 2016 KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH ABSTRAK Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari arti pentingnya sebuah jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari, sehingga banyak orang yang menuangkannya

Lebih terperinci

Oleh : Neriana. Pembimbing I : Dr. Maryati Bachtiar, SH.,M.Kn. Pembimbing II : Dasrol, SH.,M.H

Oleh : Neriana. Pembimbing I : Dr. Maryati Bachtiar, SH.,M.Kn. Pembimbing II : Dasrol, SH.,M.H KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN KEWENANGAN NOTARIS DALAM PASAL 15 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini

Lebih terperinci

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan BAB I 1. Latar Belakang Masalah Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan jaminan kepastian atas transaksi bisnis yang dilakukan para pihak, sifat otentik atas akta yang dibuat oleh

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM NOTARIS DALAM MENJAGA KERAHASIAAN AKTA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-X/2012 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014

PERLINDUNGAN HUKUM NOTARIS DALAM MENJAGA KERAHASIAAN AKTA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-X/2012 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 PERLINDUNGAN HUKUM NOTARIS DALAM MENJAGA KERAHASIAAN AKTA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-X/2012 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 RAHMI DWIYANA / D 101 10 014 ABSTRAK Notaris adalah pejabat

Lebih terperinci

Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. KUPAS TUNTAS TENTANG PEMALSUAN DAN MEMASUKKAN DOKUMEN PALSU DALAM AKTA OTENTIK DAN PEMAHAMAN PASAL 263, 264, 266 DAN PASAL 55 KUHP OLEH : PROF. DR. H. DIDIK ENDRO PURWOLEKSONO, S.H., M.H. PENDAHULUAN Dari

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Notaris sebagai pejabat umum yang diangkat oleh negara memiliki kewajiban dan kewenangan yang diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya sangat penting dalam membantu dalam memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. Notaris harus

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM)

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) A. Profil Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM Kantor Notaris dan

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB NOTARIS TERHADAP KEBENARAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

TANGGUNGJAWAB NOTARIS TERHADAP KEBENARAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS Jurnal Repertorium Volume III No. 2 Juli-Desember 2016 TANGGUNGJAWAB NOTARIS TERHADAP KEBENARAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS Whenahyu Teguh Puspa Email : whenapuspa@gmail.com (Mahasiswa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2014 HUKUM. Notaris. Jabatan. Jasa Hukum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan notaris sangat penting ditengah-tengah masyarakat. Notaris memberikan jaminan kepastian hukum pada masyarakat menyangkut pembuatan akta otentik. Akta

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka, 1 BAB III KERANGKA TEORI A. Perjanjian Hukum tentang Perjanjian diatur dalam buku III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka, maksudnya dalam hukum perikatan/perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara masyarakat dan hukum diungkapkan dengan sebuah istilah yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana ada hukum ) 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1 Hal itu menegaskan bahwa pemerintah menjamin kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SURAT TERGUGAT SEHINGGA DIMENANGKAN OLEH HAKIM DALAM PERKARA NO.12/PDT.G/2010/PN.LLG TENTANG SENGKETA TANAH.

BAB IV KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SURAT TERGUGAT SEHINGGA DIMENANGKAN OLEH HAKIM DALAM PERKARA NO.12/PDT.G/2010/PN.LLG TENTANG SENGKETA TANAH. BAB IV KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SURAT TERGUGAT SEHINGGA DIMENANGKAN OLEH HAKIM DALAM PERKARA NO.12/PDT.G/2010/PN.LLG TENTANG SENGKETA TANAH. Dalam pembuktian suatu perkara perdata alat bukti mempunyai

Lebih terperinci

AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MISSARIYANI / D ABSTRAK

AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MISSARIYANI / D ABSTRAK AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MISSARIYANI / D 101 10 630 ABSTRAK Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenal semua perbuatan, perjanjian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN HUKUM DAN PELAKSANAAN PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SEBAGAI SAKSI DAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA

BAB II KETENTUAN HUKUM DAN PELAKSANAAN PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SEBAGAI SAKSI DAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA 30 BAB II KETENTUAN HUKUM DAN PELAKSANAAN PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SEBAGAI SAKSI DAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA A. Ketentuan Hukum Proses Penyidikan Terhadap Notaris Sebagai Saksi dan Tersangka

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2 AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2 ABSTRAK Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah akibat hukum bagi notaris dalam pelanggaran

Lebih terperinci

BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN

BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN 44 BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN 1. Tugas dan Wewenang Perhimpunan Penghuni Rumah Susun Sebagai badan hukum, pengurus perhimpunan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015 KAJIAN YURIDIS PELANGGARAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA AUTENTIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 1 Oleh : Cicilia R. S. L. Tirajoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

PERANAN AKTA PERALIHAN HAK DENGAN GANTI RUGI OLEH NOTARIS DALAM PROSES PENDAFTARAN HAKNYA

PERANAN AKTA PERALIHAN HAK DENGAN GANTI RUGI OLEH NOTARIS DALAM PROSES PENDAFTARAN HAKNYA 30 BAB II PERANAN AKTA PERALIHAN HAK DENGAN GANTI RUGI OLEH NOTARIS DALAM PROSES PENDAFTARAN HAKNYA A. Fungsi Akta PHGR Oleh Notaris 1. Kewenangan Notaris dalam membuat Akta PHGR Notaris adalah pejabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan perlindungan hukum menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN KARYAWAN NOTARIS SEBAGAI SAKSI DALAM PERESMIAN AKTA

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN KARYAWAN NOTARIS SEBAGAI SAKSI DALAM PERESMIAN AKTA 12 BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN KARYAWAN NOTARIS SEBAGAI SAKSI DALAM PERESMIAN AKTA 2.1 Saksi secara umum 2.1.1. Pengertian saksi Secara umum saksi merupakan alat bukti yang sah. 10 Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Notaris sangat penting dalam membantu menciptakan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat, karena Notaris sebagai pejabat umum berwenang untuk membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang jabatan notaris.

Lebih terperinci

BAB IV TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP AKTA YANG TELAH DI LEGALISASI DI KABUPATEN MAGETAN

BAB IV TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP AKTA YANG TELAH DI LEGALISASI DI KABUPATEN MAGETAN BAB IV TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP AKTA YANG TELAH DI LEGALISASI DI KABUPATEN MAGETAN A. Kewajiban Notaris Dalam Pembuatan Akta. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bambang Riyanto selaku notaris

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Notaris bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh pemerintah yang memperoleh kewenangan secara atributif dari Negara untuk melayani

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan dengan tegas, dalam Pasal 1 angka 3, bahwa Indonesia adalah Negara yang berdasarkan

Lebih terperinci

TANGAN YANG DILEGALISASI NOTARIS 1 Oleh : Ghita Aprillia Tulenan 2

TANGAN YANG DILEGALISASI NOTARIS 1 Oleh : Ghita Aprillia Tulenan 2 KEDUDUKAN DAN FUNGSI AKTA DI BAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI NOTARIS 1 Oleh : Ghita Aprillia Tulenan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fungsi akta dibawah tangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan merupakan salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu hal yang erat hubungannya dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena manusia bertempat tinggal, berkembang biak, serta melakukan

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2 KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan bukti surat menurut Hukum Acara Perdata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS 2.1 Perjanjian Pada Umumnya 2.1.1 Pengertian Perjanjian dan Pola Perjanjian Kerjasama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( ) BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK (Email) 1. Pengertian Alat Bukti Dalam proses persidangan, alat bukti merupakan sesuatu yang sangat penting fungsi dan keberadaanya untuk menentukan

Lebih terperinci

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : Premanti NPM : 11102114 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah Mengkaji

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS 1 (satu) bulan ~ Notaris tidak membuat akta Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Notaris tidak membuat akta, Notaris, secara sendiri atau melalui kuasanya menyampaikan

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017. surat yang dimaksud adalah akte-akte autentik. Kata kunci: Tindak Pidana, Pemalsuan, Akta Autentik.

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017. surat yang dimaksud adalah akte-akte autentik. Kata kunci: Tindak Pidana, Pemalsuan, Akta Autentik. TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA AUTENTIK BERDASARKAN KUHP 1 Oleh : Erick M. Zougira 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana syarat akta notaris sebagai alat bukti dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa Menurut Tergugat : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris sebagai pejabat umum merupakan salah satu organ Negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum kepada masyarakat, teristimewa dalam

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017 PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN TUGAS KEWAJIBAN NOTARIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS 1 Oleh: Sri Susanti Mokodongan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Legalisasi Pengesahan Foto Copy Akta Bawah Tangan Dalam Pembuktian. Oleh : Retno Sari Dewi

Legalisasi Pengesahan Foto Copy Akta Bawah Tangan Dalam Pembuktian. Oleh : Retno Sari Dewi Legalisasi Pengesahan Foto Copy Akta Bawah Tangan Dalam Pembuktian Abstraksi : Oleh : Retno Sari Dewi Fungsi Legalisasi, Waarmerking, Coppie Collatione dan Pengesahan Kecocokan Foto copy, atas akta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan mengenai waris merupakan persoalan yang tidak dapat dilepaskan dari masalah yang terkait dengan bukti sebagai ahli waris. Bukti sebagai ahli waris

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN Oleh : I Gede Ngurah Mas Wiranata I Wayan Novy Purwanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci