BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN. A. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN. A. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data"

Transkripsi

1 47 BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN A. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang peneliti pergunakan adalah metode penelitian deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan data dan fakta yang ada pada saat penelitian berlangsung, kemudian data yang diperoleh dikumpulkan, diolah, dianalisis dan dapat menarik suatu kesimpulan. 2. Teknik Pengmpulan Data Teknik pengumpulan data adalah instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang didapat dengan cara mempelajari buku-buku, catatan, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti maupun hanya sebagai penunjang dan referensi. b. Penelitian Lapangan, terdiri dari : 1) Observasi non partisipan, yaitu suatu teknik pengumpulan data dan informasi dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti pada Bidang Industri Formal Pada Dinas

2 48 Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, tetapi peneliti tidak terlibat langsung dalam proses kerja. 2) Wawancara, merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh penulis dengan Kepala Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3) Angket, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan pernyataan secara tertulis kepada responden yang disertai dengan alternatif jawaban guna memperoleh keterangan-keterangan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil jawaban angket yang disebarkan kepada responden, merupakan data yang kemudian diolah menjadi informasi. Adapun proses pengolahan data yaitu sebagai berikut : a) Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan yang telah didapat di lapangan untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. b) Coding adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Langkah dalam melakukan coding adalah menentukan kategori-kategori yang akan digunakan dan mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut. c) Tabulasi adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tabulasi merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses pengolahan

3 49 data. Pada tahap ini data dapat dianggap telah selesai diproses sehingga tabulasi merupakan tahap yang penting. Dengan tabulasi data lapangan akan segera tampak ringkas dan bersifat rangkuman. Dalam keadaan yang ringkas dan tersusun ke dalam suatu tabel yang baik, data dapat dibaca dengan mudah dan maknanya akan mudah dipahami. Dan ini juga berupa daftar skor jawaban angket dari setiap variabel. Jawaban positif diberi bobot lebih tinggi dibanding dengan jawaban yang negatif. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan melihat bobot/nilai dari setiap alternatif jawaban pada tabel 1, yaitu sebagai berikut : JAWABAN PERNYATAAN TABEL 1 SKOR JAWABAN ANGKET SKOR JAWABAN DARI PERNYATAAN POSITIF SKOR JAWABAN DARI PERNYATAAN NEGATIF Sangat setuju 5 1 Setuju 4 2 Netral 3 3 Tidak setuju 2 4 Sangat tidak setuju 1 5 Sumber : Sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Administratif (2005:108) 4) Populasi yaitu keseluruhan responden yang terdapat pada Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dengan anggota populasi untuk keseluruhan responden sebanyak 14 orang, maka peneliti menggunakan teknik Sensus yaitu keseluruhan Populasi yang terdapat pada Seksi Pengembangan Usaha Konsumsi berhak untuk ikut berpartisipasi dalam pengisian angket.

4 50 3. Teknik Analisis Data Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kinerja Pegawai, dan skala pengukuran kedua variabel adalah skala ordinal, maka koefisien yang paling tepat adalah koefisien korelasi Rank Spearman. Secara operasional hipotesis statistiknya : 1. Ho : ρs 0 Kualitas Sumber Daya Manusia (X) Kinerja Pegawai (Y) artinya antara kualitas sumber daya manusia dengan kinerja pegawai tidak ada hubungan yang signifikan (hubungan tidak bermakna) 2. H1 : ρs 0 Kualitas Sumber Daya Manusia (X) Kinerja Pegawai (Y) artinya antara kualitas sumber daya manusia dengan kinerja pegawai ada hubungan yang signifikan (hubungan yang bermakna) Maka rumus yang digunakan : a. Jika tidak ada data kembar n 6 i rs 1 n (Siegel, 1992:52) Keterangan : 1 3 di 2 n rs di n = Koefesien korelasi yang dicari = Jumlah selisih rangking x-y = Banyaknya data.

5 51 b. Jika ada data kembar rs = n ii R 2 n ii R XiRYi 2 n 1 2 i n 1 n 2 2 Xi n R Yi n I 2 n 1 n 2 2 (Conover. Dikutip oleh Nirawan Sk Sitepu 1995:25) Keterangan : rs : Koefesien Korelasi Rank Sperman R(Xi) : Ranking untuk X untuk data yang ke-1 R(Yi) : Ranking untuk Y untuk data yang ke-1 N : Banyaknya responden Cara-cara perhitungan melalui langkah-langkah, sebagai berikut : 1. Tiap-tiap angket diberi nomor. 2. Menyusun daftar jawaban angket yang telah diberi nomor 3. Skor item dianggap X 4. Total skor item dianggap Y 5. Mencari rangking dari X 6. Mencari rangking dari Y Operasionalisasi variabel merupakan penjelasan dan pengertian teoritis variabel untuk dapat diamati dan diukur sesuai dengan alat ukur yang dijabarkan kedalam indikator pernyataan angket serta disusun urutan item pernyataan dari setiap varisbel penelitian. Adapun variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Sumber Daya Manusia

6 52 NO sebagai variabel bebas (Variabel X) dan Kinerja Pegawai sebagai variabel terikat (variabel Y) dapat dilihat pada Tabel 2. TABEL 2 OPERASIONALISASI VARIABEL KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA SUB VARIABEL INDIKATOR 1. Variabel Bebas : Kualitas Sumber Daya Manusia VARIABEL 1. Kualitas Fisik dan Kesehatan. 2. Kualitas Intelektual (Pengetahuan dan Keteramplan). 3. Kualitas Spiritual (Kejuangan). a. Kesehatan fisik yang baik. b. Kesegaran jasmani. c. Tingkat kehidupan yang layak dan manusiawi. a. Memiliki kemampuan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. b. Penguasaan bahasa asing. c. Keterampilan dalam pekerjaan. d. Keterampilan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. a. Ketakwaan terhadap Tuhan YME b. Toleransi beragama yang tinggi c. Semangat kerja yang tinggi d. Kejujuran e. Mengutamakan kepentingan bersama f. Sikap kritis dan adaptif terhadap pengaruh negatif dari luar g. Kedisiplinan h. Semangat Kompetisi yang tinggi. i. Berpikiran positif dalam menghadapi masalah pekerjaan j. Sifat keterbukaan k. Kesadaran hukum yang tinggi ITEM Sumber:Sudarwan Danim(1996:45-47), Transformasi Sumber Daya Manusia

7 53 NO TABEL 3 OPERASIONALISASI VARIABEL KINERJA PEGAWAI SUB VARIABEL INDIKATOR 1. Variabel terikat : Kinerja Pegawai VARIABEL 1. Kuantitas a. Jumlah pekerjaan yang diberikan kepada pegawai. b. Hasil kerja yang dicapai sesuai target yang diharapkan. 2. Kualitas a. Penempatan pegawai sesuai dengan pendidikan. b. Ketelitian dalam melaksanakan pekerjaan. c. Peninjauan terhadap hasil kerja pegawai. 3. Ketepatan Waktu a. Adanya batasan waktu penyelesaian pekerjaan. b. Hadir di kantor tepat waktu. ITEM Sumber : Agus Dharma (2003 : 355) dalam bukunya Manajemen Supervisi Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan skala pengukuran ordinal untuk kedua variabel yang kemudian dicari korelasinya dengan menggunakan analisis koefisien korelasi rank spearman (rs) dengan rumus, sebagai berikut: a. Signifikan adalah data yang mempunyai makna penting, maksudnya dalam suatu item hasil perhitungan dengan totalnya menunjukan koefisien korelasi yang signifikan. Artinya, perhitungan tersebut mempunyai makna arti penting. b. Titik Kritis digunakan untuk pengertian batas antara signifikan dengan non signifikan tentang suatu nilai yang dihitung.

8 54 c. Alpha (a) yaitu tingkat keabsahan atau disebut dengan derajat kepercayaan tingkat simpang baku misalnya a = 0,05 artinya tingkat kepercayaan 95%, apabila terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam analisis tersebut dapat diterima atau ditoleransi hanya sampai 5% dalam ilmu sosial umumnya menggunakan a = 0,05 d. ρ s, yaitu simbol untuk mengetahui eratnya antara dua variabel yaitu Variabel Bebas (X) dengan Variabel Terikat (Y). e. Menentukan keeratan hubungan kedua variabel menggunakan kriteria Guilfor dari S.K Sitepu dalam bukunya Analisis Korelasi (1995:12) adalah sebagai berikut : 1. 0,00 0,20 : Hubungan yang sangat kecil 2. 0,20 0,40 : Hubungan yang kecil 3. 0,40 0,70 : Hubungan yang moderat 4. 0,70 0,90 : Hubungan yang erat 5. 0,90 1,00 : Hubungan yang sangat erat f. Pedoman untuk untuk memberikan imterpretasi koefisien determinasi menurut S.K Sitepu dalam bukunya Analisis Korelasi (1995:11), sebagai berikut : Interval Koefisien Tingkat Hubungan Rendah atau lemah sekali Rendah tapi pasti Cukup kuat Tinggi atau kuat Sangat tinggi/kuat sekali

9 55 B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 1. Kedudukan Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagagan Kota Bandung Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur, Bupati/Walikota Melalui Sekda. Sebagai konsekwensi logis penerapan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka keluarlah Peraturan Daerah Kota Bandung No.13 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah dimana terjadi penggabungan dua SKPD yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Perindustrian Perdagangan menjadi Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 2. Tugas pokok dan fungsi Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 1) Tugas Pokok Melaksanakan urusan pemerintah di bidang koperasi usaha kecil menengah dan perindustrian perdagangan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan. 2) Fungsi a) Perumusan kebijakan teknis dibidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan

10 56 dan pendaftaran, pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah: b) Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan dan pendaftaran, pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah; c) Pembinaan dan pelaksanaan dibidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan dan pendaftaran,pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan e) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan kegiatan Dinas. 3. Struktur Organisasi Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Kota Bandung. Struktur Organisasi mempunyai peranan yang penting didalam suatu organisasi. Begitu pula pada Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung struktur organisasi dapat membantu dan menyelaraskan tugas-tugas/pekerjaan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.

11 57 Struktur kerja yang ada pada setiap organisasi pada dasarnya merupakan kerangka pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pegawai yang melaksanakan pekerjaannya. Struktur kerja disusun untuk memudahkan perangkat organisasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan demikian, masing-masing dari pegawai mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.13 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah dimana terjadi penggabungan dua SKPD yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Perindag menjadi Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung dengan struktur organisasi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung terdiri dari : 1. Kepala Dinas 2. Sekretaris, membawahkan : 1) Kepala Sub Bagian Umum dan kepegawaian; 2) Kepala Sub Bagian Keuangan dan Program; 3. Kepala Bidang Industri Kecil dan Dagang Kecil Non Formal, membawahkan : 1) Kepala Seksi Industri Kecil Non Formal; 2) Kepala Seksi Perdagangan Barang dan Jasa Non Formal 4. Kepala Bidang Industri Formal, membawahkan; : 1) Kepala Seksi Industri Tekstil,Produk Tekstil dan Mesin Elektronik

12 58 2) Kepala Seksi Industri Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi dan Elektronika. 5. Kepala Bidang Perdagangan, membawahkan; : 1) Kepala Seksi Bimbingan Usaha dan Sarana Perdagangan 2) Kepala Seksi Perlindungan Konsumen dan Kemetrologian 3) Kepala Seksi Ekspor-Impor dan Hubungan Kerjasama Luar Negeri 6. Kepala Bidang Kelembagaan dan Pendaftaran, membawahkan; : 1) Kepala Seksi Bina Kelembagaaan Koperasi 2) Kepala Seksi Pendaftaran 7. Kepala Bidang Pengembangan Usaha Koperasi Aneka Usaha dan Simpan Pinjam, membawahkan; : 1) Kepala Seksi Pengembangan Usaha Produksi dan Jasa 2) Kepala Seksi Pengembangan Usaha Konsumsi 3) Kepala Seksi Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam 8. Kepala Bidang Usaha Kecil Menengah, membawahkan; : 1) Kepala Seksi Usaha Kecil 2) Kepala Seksi Usaha Menengah Selanjutnya untuk lebih jelasnya mengenai bagan struktur organisasi Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 3 :

13 59

14 60 4. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Industri Formal Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 4.1 Tugas pokok Bidang Industri Formal yaitu melaksanakan tugas Dinas lingkup industry formal. 4.2 Fungsinya antara lain yaitu : a) Penyusunan rencana dan program lingkup industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. c) Pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. d) Pengkajian rekomendasi, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan usaha industry dan usaha kawasan industry; dan e) Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. 4.3 Seksi Industry Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik 1. Tugas pokok Seksi Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang Industri

15 61 Formal lingkup Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik dan aneka. 2. Fungsinya antara lain yaitu : a) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka; b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka; c) Pelaksanaan lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka yang meliputi pendataan industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka, fasilitasi, bimbingan teknik, penyuluhan dan pembinaan usaha dan pengembangan produksi industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta fasilitasi kerjasama pengembangan usaha dan produksi industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka; d) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan usaha industry; dan e) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka. 4.4 Seksi Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi Dan Elektronika 1. Tugas pokok Seksi Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi Dan Elektronika yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang Industri

16 62 Formal lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. 2. Fungsinya antara lain yaitu : a) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika; b) Penyusunan bahan perencanaan dan petunjuk teknis lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika; c) Pelaksanaan lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika yang meliputu pendataan industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika, fasilitasi, bimbingan teknik, penyuluhan dan pembinaan usaha dan pengembangan produksi industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika serta fasilitasi kerjasama pengembangan usaha dan produksi industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika; dan d) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika.

17 63 C. Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja Bidang Industri Formal pada Dinas koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. 1. Keadaan Pegawai Bidang Industri Formal pada Dinas koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. Keadaan pegawai pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi organisasi dalam upaya mencapai tujuan, meskipun aspek manusia bagi organisasi merupakan sumber daya yang paling penting keberadaannya dan juga sebagai pelaksana kerja yang baik dalam bentuk fisik maupun pemikiran merupakan faktor pendukung dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Mengingat hal tersebut di atas peneliti akan menggambarkan keadaan pegawai berdasarkan satuan atau unit kerja jumlah pegawai Bidang Industri Formal sebagai berikut : TABEL 4 KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN UNIT KERJA BIDANG PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI ANEKA USAHA DAN SIMPAN PINJAM PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG. No. Unit Kerja Jumlah Pegawai 1. Kepala Bidang Industri Formal 1 2. Seksi Industry Tekstil, Produk Tekstil Dan Mesin 5 Elektronik 3. Seksi Industry Argo, Kimia, Logam, Alat 8 Transportasi Dan Elektronika Jumlah 14 Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.

18 64 Selanjutnya peneliti akan menyajikan keadaan pegawai berdasarkan pangkat dan golongan, yaitu sebagai berikut : TABEL 5 DATA PEGAWAI BIDANG INDUSTRI FORMAL BERDASARKAN PANGKAT DAN GOLONGAN No. Pangkat Gol/Ruang Jumlah 1. Pembina Tk. I IV/b 1 2. Penata Tk. I III/d 2 3. Penata Muda III/b 3 4. Penata Muda III/a 5 5. Penata Muda II/a 1 6. CPNS - 2 Jumlah 14 Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, Dari gambaran Tabel 5 diatas jelas bahwa para pegawai rata-rata sudah mencapai tingkat atau golongan tiga yang menandakan bahwa kemampuan pegawai sudah dapat dikatakan cukup baik. Berikut ini akan peneliti kemukakan keadaan pegawai berdasarkan jenis kelamin, yaitu sebagai berikut : TABEL 6 KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN JENIS KELAMIN BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG No. Jenis Kelamin Jumlah 1. Laki-laki 6 2. Perempuan 8 Jumlah 14 Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, Peneliti akan menguraikan mengenai tingkat pendidikan pegawai pada bidang industri formal, untuk lebih jelasnya keadaan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

19 65 TABEL 7 KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG. No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1. S S SMA 3 4. STM 3 Jumlah 14 Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, Fasilitas kerja pegawai Bidang Industri Formal pada Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. Fasilitas kerja dapat menunjang dalam pelaksanaan tugas karena dengan fasilitas kerja yang dimiliki dapat menunjang mempengaruhi para pegawai, serta peralatan dan perlengkapan yang tersedia dapat menunjang meningkatnya kinerja pegawai yang berdaya guna dan berhasil guna, dengan tidak terlepasnya dari dorongan kepala bidang industry formal untuk mengarahkan kea rah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berikut dapat dilihat peralatan dan perlengkapan yang dimiliki bidang industry formal pada tabel 8 berikut ini :

20 66 TABEL 8 DAFTAR FASILITAS KERJA BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG No. Jenis Barang Jumlah Kondisi 1. Meja kerja 9 Baik 2. Kursi lipat 15 Baik 3. Kursi putar 6 Baik 4. Lemari buku 12 Baik 5. Lemari arsip 5 Baik 6. Papan visual 1 Baik 7. Televisi 1 Baik 8. Dispenser 1 Baik 9. Monitor 2 Baik 10. CPU 4 Baik 11. Printer 4 Baik 12. Meja computer 3 Baik 13. AC 1 Baik 14. Note book 1 Baik 15. Proyektor 3 Baik 16. Camera digital 1 Baik 17. Computer 1 Baik Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, D. Gambaran Umum Hubungan Kualitas Sumber Daya Manusia Dengan Kinerja Pegawai Kualitas sumber daya manusia merupakan hal terpenting dalam sebuah organisasi, dimana tercapai tidaknya suatu tujuan organisasi/perusahaan tergantung pada kualitas Sumber daya manusia yang ada, keterlibatan anggota-anggota individual dari personil dalam organisasi / perusahaan jasa sangat diperlukan di mana perilaku dan performance individual secara langsung memberikan dampak kepada Kinerja Pegawai. Dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas maka kinerja pegawai

21 67 dapat ditingkatkan berdasarkan standar pengukuran Kinerja pegawai yang ada. Gambaran umum dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada bidang industry formal berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh keterangan yang bertitik tolak dari pada alat analisis dari indikatorindikator kualitas sumber daya manusia. Berikut ini peneliti sajikan gambaran umum mengenai kualitas sumber daya manusia yang ada pada bidang industry formal, sebagai berikut : a. Kualitas fisik dan kesehatan Merupakan hal terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena dengan fisik yang sehat manusia akan dapat menghidupi dirinya sendiri yang selanjutnya akan menjurus pada peningkatan jiwa yang sehat. Dalam hal ini, kualitas fisik dan kesehatan pegawai pada bidang industry formal sudah cukup memuaskan. Masalah ini menjadi perhatian utama Pimpinan karena dengan memiliki kondisi fisik yang prima, maka pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya secara maksimal. b. Kualitas Intelektual ( Pengetahuan dan Keterampilan ) Kualitas intelektual menitikberatkan pada peningkatan Kualitas manusia melalui peningkatan kemampuan berpikir atau rasio intelektual yang antara lain dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan untuk menilai keadaan salah atau benar. Pengetahuan merupakan pembentukan pemikiran berdasarkan kenyataan dan pengalaman yang berulang-ulang tanpa

22 68 pemahaman mengenai kausalitas yang hakiki dan universal. Sedangkan keterampilan merupakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu yang dapat dipelajari dan dikembangkan yang dilakukan secara sadar, progmatis, sistematis, khususnya dalam berbagai bidang yang sifatnya teknis dan dalam penerapannya lebih ditujukan kepada kegiatankegiatan operasional. Dalam hal ini, Kualitas keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai pada bidang industry formal menunjukkan kondisi yang kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari kurangnya keterampilan pegawai dalam hal pengetikan/mengoperasikan program komputer serta kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pimpinan. c. Kualitas Spiritual (Kejuangan) Berkaitan dengan peningkatan etika dalam melaksanakan pekerjaan, yang biasanya dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk memberikan penilaian baik atau buruk suatu keadaan/kondisi di lingkungan kerja.dalam hal ini kualitas spiritual (Kejuangan), menurut pengamatan peneliti di lapangan pada kenyataannya cukup memuaskan. Meskipun masih terdapat sedikit kekurangan, seperti faktor motivasi, semangat kerja dan sikap kritis terhadap pekerjaan masih perlu ditingkatkan. Hal ini menjadi kendala yang berarti sehingga menghambat proses pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti Masih adanya pegawai bidang industry formal yang tidak masuk kerja pada saat jam kerja.

23 69 Gambaran tentang keadaan Kinerja Pegawai pegawai pada bidang industry formal yang peneliti ukur berdasarkan indikator-idikator kinerja pegawai menunjukan pelaksanaannya belum semaksimal mungkin sehingga hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : a. Kuantitas Merupakan jumlah yang harus diselesaikan atau harus dicapai. Perhitungan kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan ini dengan jumlah keluaran yang dihasilkan. Dalam melaksanakan pekerjaan kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh kuantitas oleh pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan terhadap pegawai, sehingga pegawai tidak merasa terbebani oleh tugas yang diberikan. Dalam hal ini pada Bidang Industry Formal Dinas Koperasi Ukm Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, Kepala Bidang Industri Formal belum sepenuhnya berusaha untuk menyesuaikan jumlah pekerjaan yang diberikan kepada pegawai dengan kemampuan yang dimilikinya. b. Kualitas Merupakan mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Hal tersebut tidak terlepas dari pegawai yang professional dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, sehingga pegawai mampu bekerja dengan teliti.

24 70 c. Ketepatan Waktu Sesuai tidaknya waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari kuantitatif yng menentukn ketepatan waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Dalam hal ini Bidang Industry Formal Dinas Koperasi Ukm Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung masih banyaknya pekerjaan yang tidak terselesaikan tepat pada waktunya.

BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG 2.1. STRUKTUR ORGANISASI Dasar pembentukan struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang adalah sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung adalah salah satu perangkat daerah di lingkungan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan tugas dan pekerjaan merupakan suatu kewajiban bagi para anggota di dalam suatu organisasi, baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian prestasi kerja dan kepuasan kerja karyawan, serta untuk melihat sejauhmana penilaian prestasi kerja yang baik, adil, dapat menciptakan kepuasan

Lebih terperinci

KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Alasan pemilihan lokasi karena pada wilayah Kecamatan Cibinong

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 103 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN JABATAN PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN INVESTASI KABUPATEN BENGKALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar BAB III DISKRIPSI LEMBAGA A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar Dinas Perindustrian, Perdagangan, koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode III. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode kuantitatif merupakan

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PERKANTORAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN GARUT

PENGARUH MANAJEMEN PERKANTORAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN GARUT PENGARUH MANAJEMEN PERKANTORAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN GARUT Mila Karmila 1 ; Sartibi Bin Hasyim 2 1 Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan

Lebih terperinci

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A GUBERNUR JAWA TENGAH

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN SUSUNAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG A. Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 19 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 1. STRUKTUR ORGANISASI Keberadaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor diatur dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan

Lebih terperinci

2.1. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI SKPD

2.1. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI SKPD GAMBARAN PELAYANAN SKPD Bab ini menjabarkan tentang Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi, Sumber Daya SKPD, Kinerja Pelayanan SKPD, serta Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD. BAB 2 2.1.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pekerjaan Terhadap Kinerja (Studi Kasus Pegawai Badan Perencanaan. Bappeda dan BPMPPKB Pemerintah Kota Cimahi.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pekerjaan Terhadap Kinerja (Studi Kasus Pegawai Badan Perencanaan. Bappeda dan BPMPPKB Pemerintah Kota Cimahi. 51 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Sebagai obyek penelitian Pengaruh Implementasi Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Terhadap Kinerja (Studi Kasus Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN KOPERASI PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN SUKAMARA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 121 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN KABUPATEN BANTUL DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 19 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 19 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 19 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KOTA BLITAR PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 18 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 18 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KOTA DUMAI KOTA DUMAI PEMERINTAH KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN INVESTASI KOTA DUMAI DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009 PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN SEMARANG 23 BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN SEMARANG 2.1. Latar Belakang Terbentuknya Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang Sebagai salah satu dari

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini melihat keterkaitan dua variabel melalui analisa data yang dikemukakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI BAGIAN UMUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI BAGIAN UMUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI BAGIAN UMUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 207 A. GAMBARAN UMUM Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Kota Salatiga No. 7 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kumpulan orang yang mempunyai sikap dan. suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kumpulan orang yang mempunyai sikap dan. suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan kumpulan orang yang mempunyai sikap dan perilaku serta melaksananakan proses administrasi dalam usaha mencapai suatu tujuan tertentu. Untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 51 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Suyanto dan Sutinah (2008) melibatkan lima komponen informasi ilmiah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nasir (1999:64), menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN KOTA SAMARINDA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2008 SERI D NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DINAS DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 96 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 96 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 61 TAHUN 2016

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 61 TAHUN 2016 - 1 - SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 NOMOR 35 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 NOMOR 35 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 86 TAHUN 2016 TETANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS DAN FUNGSI SERTA

Lebih terperinci

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax.

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax. daerah-kabupaten-barrutahun-2008 PEMERINTAH DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) 21157 21003 21125 21090 21001 21000 Fax. (0421) 24330 Kode Pos 91122 PERATURAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 8 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul hubungan antara persepsi tentang kualitas pelayanan dan loyalitas pengguna jasa kereta api argo gede di Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran hubungan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar Bangunan Gedung II terhadap Kesiapan Siswa SMK

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 86 TAHUN 2016

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 86 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 51 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Ari Kunto (1998:15), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan tempat di mana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO,

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriftif

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriftif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Metode Deskriftif Kualitatif yaitu mendeskripsikan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi pemerintah. Tanpa unsur manusia yang ada pada hakekatnya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi pemerintah. Tanpa unsur manusia yang ada pada hakekatnya sebagai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting bagi jalannya roda organisasi pemerintah. Tanpa unsur manusia yang ada pada hakekatnya sebagai perencanaan,

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN. emosional (emotional intelligence) pimpinan sebagai variabel X dan variabel

BAB III DESAIN PENELITIAN. emosional (emotional intelligence) pimpinan sebagai variabel X dan variabel BAB III DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini yaitu kecerdasan emosional (emotional intelligence) pimpinan sebagai variabel X dan variabel terikatnya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SRAGEN SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD Biro Organisasi Sekretariat Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha Indonesia agaknya sudah melalui masa trauma pasca krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha Indonesia agaknya sudah melalui masa trauma pasca krisis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha Indonesia agaknya sudah melalui masa trauma pasca krisis moneter yang menimpa beberapa tahun silam. Hal ini terbukti dengan persiapanpersiapan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan mempunyai kebijakan-kebijakan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebijakan-kebijakan tersebut di ambil dan dilaksanakan sesuai dengan

Lebih terperinci

1 of 5 02/09/09 11:48

1 of 5 02/09/09 11:48 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 7 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Dinas Perindustrian Kota Semarang Dinas Perindustrian Kota Semarang terletak di Jalan Pemuda No. 175 Gedung Pandanaran lantai 4 Semarang, sebelum menempati

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI POKOK DINAS TENAGA KERJA Kepala Dinas Tenaga Kerja

TUGAS DAN FUNGSI POKOK DINAS TENAGA KERJA Kepala Dinas Tenaga Kerja TUGAS DAN FUNGSI POKOK DINAS TENAGA KERJA Kepala Dinas Tenaga Kerja (1) Kepala Dinas Tenaga Kerja mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan otonomi daerah di bidang Tenaga Kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 14 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang titik beratnya diletakkan pada penelitian relasional: yakni mempelajari hubungan variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. Objek penelitian Hubungan penggunaan mesin kantor dengan efektivitas

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. Objek penelitian Hubungan penggunaan mesin kantor dengan efektivitas 47 BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian Hubungan penggunaan mesin kantor dengan efektivitas kerja pegawai pada Sub Kepegawaian dan Umum Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Arikunto, 2006). Objek pada penelitian ini adalah hubungan karakteristik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 5 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2008

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen sumber daya manusia,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen sumber daya manusia, 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen sumber daya manusia, khususnya mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 17 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 17 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DINAS PERINDUSTRIAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 17 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB III. Objek dan Metode Penelitian

BAB III. Objek dan Metode Penelitian 46 BAB III Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan proses yang mendasari pemilihan, pengolahan, dan penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono (006:11) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Dinas Koperasi Kota Bandung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Dinas Koperasi Kota Bandung BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1.1 Sejarah Perusahaan 4.1.1.1.1 Sejarah Singkat Dinas Koperasi Kota Bandung Koperasi diperkenalkan oleh Patih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa penataan organisasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 55 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-Y TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 55 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-Y TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 55 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-Y TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci