BAB I PENDAHULUAN. Sistem penentuan nilai tukar telah berubah beberapa kali. Pada tahun 1876

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sistem penentuan nilai tukar telah berubah beberapa kali. Pada tahun 1876"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penentuan nilai tukar telah berubah beberapa kali. Pada tahun 1876 hingga tahun 1913 nilai tukar ditentukan oleh standar emas (gold standar), yaitu tiap valuta dapat dikonversikan ke dalam emas memakai suatu formula tertentu. Nilai tukar antara dua valuta ditentukan oleh daya konversi relatifnya per troy ounce emas. Sistem ini menjadikan setiap negara menggunakan cadangan emas untuk mendukung valutanya. Standar emas ditangguhkan ketika terjadi Perang Dunia 1 dimulai pada tahun Sejumlah negara kembali memakai standar emas pada tahun 1920-an, tetapi kemudian meninggalkannya menyusul kepanikan perbankan di AS dan Eropa tidak lama setelah Great Depresion. Pada tahun 1930-an, sejumlah negara berupaya mem-peg valutanya ke dolar atau pound Inggris, tetapi terjadi revisi beberapa kali. Volume perdagangan internasional menurun sebagai akibat dari ketidakstabilan dalam pasar valas dan ketatnya restriksi atas transaksi-transaksi internasional selama periode ini. Kesepakatan antar negara (yang dikenal dengan Bretton Woods Agreement) pada tahun 1944 menghasilkan sistem nilai tukar tetap. Sistem ini berlangsung hingga tahun Berdasarkan sistem ini, pemerintah berbagai 1

2 negara melakukan intervensi untuk mencegah nilai tukar bergerak lebih dari 1 % di atas atau di bawah tingkat yang telah ditentukan sebelumnya. Tahun 1971, dolar AS tampak mengalami overvalued, karena permintaan luar negeri terhadap dolar AS jauh lebih kecil dari pada penawaran dolar. Wakil dari negara-negara penting bertemu untuk membahas bagaimana menangani dilema ini. Sebagai hasil dari konferensi ini, yang dikenal dengan Smithsonian Agreement, dolar AS didevaluasi relatif terhadap valuta-valuta lain. Besarnya devaluasi dolar bervariasi menurut valuta. Nilai dolar tidak hanya diubah, tetapi nilai tukar lain juga dibolehkan berfluktuasi sampai 2,25% (turun atau naik) dari tingkat baru. Ini merupakan langkah pertama dalam rangka melepaskan kekuatan pasar (penawaran dan permintaan) menentukan nilai yang tepat bagi suatu valuta. Walaupun pergerakan nilai tukar masih dibatasi, akan tetapi dalam pita (band) yang lebih luas, sehingga nilai valuta lebih bebas bergerak ke tingkat yang lebih tepat (Madura, 2000). Setelah ditandatanganinya Smithsonian Agreement, pemerintah dari berbagai negara masih tetap memiliki kesulitan mempertahankan nilai tukar dalam batas-batas yang dimaksud. Pada tahun 1973, valuta-valuta akhirnya dibolehkan bergerak mengikuti kekuatan pasar, dan batas-batas resmi dihapus. Negara-negara yang ikut dalam perjanjian tersebut, mengubah standar uangnya antara uang fiat atau fractional reserve dengan gold standard. Apabila kekayaan atau cadangan emas berkurang karena perang, negara menggunakan uang fiat atau fractional reserve, kemudian kembali lagi ke gold standard saat uang fiat atau fractional reserve sudah berlebihan (terjadi hiperinflasi). 2

3 Pada tahun terjadi krisis yang parah di Asia, kemudian pada tahun 2008 terjadi krisis subprime mortgage di Amerika, dan baru-baru ini terjadi krisis finansial di Eropa, khususnya Yunani. Fenomena krisis ini mengakibatkan harga barang-barang komoditas semakin mahal termasuk naiknya harga emas dunia. Pada bulan April tahun 2009 dalam KTT G-20, Perancis dan Rusia mengusulkan agar sistem moneter kembali ke standar emas. Selain itu, bulan Juni 2010, PBB yang merupakan lembaga yang disegani menganjurkan untuk meninggalkan dolar (Reuters, Juni 2010) Krisis ekonomi yang melanda berbagai negara baik di Eropa, Asia, dan Amerika mengakibatkan berbagai negara mengeluarkan kebijakan ekonomi yang dirasa mampu mengakhiri krisis ekonomi. Salah satu kebijakan yang populer adalah Quantitative Easing (QE). Quantitative Easing adalah sebuah kebijakan penciptaan uang oleh bank sentral untuk memacu perkreditan dan mendorong pembelanjaan yang akhirnya dapat menggerakan roda perekonomian. Quantitative mengacu pada kuantitas uang yang diciptakan, sedangkan easing mengacu pada mengurangi tekanan pada bank. Skema Quantitative Easing adalah sebagai berikut, bank sentral memperluas distribusi uang dengan menciptakan penambahan suplai uang yang dilakukan bukan dengan cara mencetak uang secara fisik melainkan dengan menambah angka baru di neraca elektronik bank sentral tersebut. Kemudian uang tersebut digunakan untuk membeli surat utang seperti obligasi pemerintah, aset milik bank dan institusi keuangan lainnya. Institusi keuangan lalu menggunakan uang tersebut untuk mengucurkan kredit atau membeli aset lain. Dengan demikian 3

4 uang yang semula hanya berupa account di bank sentral, kini telah memasuki sistem keuangan negara tersebut. Quantitative Easing (QE) merupakan solusi ketika cara normal menambahkan pasokan uang dengan memangkas suku bunga tidak ampuh lagi. Umumnya ketika suku bunga hampir nol dan mustahil untuk memangkasnya lagi. Quantitative Easing (QE) menjadi langkah alternatif saat kebijakan konvensional dinilai tidak mampu mendorong roda perekonomian. Dalam hal ini, langkah penyesuaian suku bunga dinilai sudah optimal namun kondisi makro belum membaik. Tambahan dana merupakan tambahan modal bagi pelaku aktifitas ekonomi. Negara yang sukses pertama kali menerapkan kebijakan QE secara modern ini adalah Jepang. Mengacu kepada tingkat pertumbuhan ekonomi, rasio kenaikan angka produk domestik bruto (PDB) Jepang naik konsisten antara tahun 2002 hingga tahun Kinerja PDB jauh lebih baik dari pada apa yang dicapai pemerintah di awal tahun 1990-an (Monexnews, Januari 2012). Walaupun demikian bukan berarti langkah QE tidak mengandung kelemahan dan potensi negatif. Sistem ini tidak akan efektif apabila perbankan lebih memilih untuk bertransaksi dengan bank sentral dari pada sesama kolega perbankan. QE sifatnya hanya sementara, digunakan untuk mengulur waktu sampai sistem dan lembaga perbankan kembali menemukan ritme operasionalnya. 4

5 Gambar 1.1 Pertumbuhan PDB Jepang Sumber : Bank of Japan Gambar 1.1 memperlihatkan pertumbuhan PDB jepang dari tahun 2002 hingga 2006 setelah penerapan QE yang berjalan dengan sukses. Berbeda dengan Jepang, negara Amerika yang telah menerapkan Quantitative Easing untuk kedua kalinya belum menunjukkan adanya perbaikan ekonomi yang signifikan. Kebijakan pelonggaran moneter yang diterapkan semakin mengakibatkan lemahnya nilai mata uang dolar Amerika dibandingkan nilai mata uang negara lainnya. Efek buruk dari gagalnya QE ini adalah rusaknya daya beli masyarakat karena nilai uang yang semakin menurun akibat kelebihan suplai uang sebagaimana sesuai prinsip sederhana tentang permintaan dan penawaran. Bahkan sangat dimungkinkan terjadinya hiperinflasi dan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi yang berdampak pada sektor riil seperti menurunnya kegiatan ekonomi serta meningkatnya pengangguran manakala tidak ditangani dengan baik. Dalam teori ekonomi, kebijakan moneter akan efektif bila masyarakat mengalami ilusi uang (money illusion), yaitu merasa lebih kaya karena memiliki jumlah nominal 5

6 uang yang lebih banyak. Setelah pertambahan uang beredar terefleksi pada kenaikan harga-harga, barulah masyarakat sadar telah tertipu (Kontan, Juli 2010). Secara teori, meningkatnya suplai uang beredar akan meningkatkan hargaharga komoditas dan pengurangan suplai uang beredar akan menurunkan hargaharga komoditas. Namun tidak demikian dengan emas. Komoditas yang dahulu pernah dijadikan sebagai alat tukar, pada perkembangannya terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun 2000 hingga tahun 2012 baik pada saat sebelum QE pertama di Amerika di berlakukan maupun di saat QE di terapkan. Hal ini menjadikan emas merupakan komoditas yang unik dan menjadi suatu fenomena tersendiri. Tidak sedikit individu bahkan suatu negara yang kini menyimpan emas untuk investasi maupun sarana lindung nilai (safe haven) terhadap inflasi dan ketidakpastian kondisi ekonomi dunia. Gambar 1.2 Harga Emas dalam Dolar Amerika Sumber : Kitco.com Gambar 1.2 memperlihatkan perubahan harga emas dari tahun 2000 hingga tahun 2012 yang terus meningkat. Banyak fenomena ekonomi yang terjadi 6

7 di Amerika dalam rentang waktu tersebut, diantaranya adalah suku bunga Federal Reserve yang mendekati nol akibat penerapan kebijakan quantitative easing, naik turunnya inflasi Amerika, perubahan indeks dolar Amerika terhadap mata uang utama dunia, dan pertumbuhan riil Amerika yg turun naik selama periode tersebut. Perubahan perubahan indikator tersebut sangat mempengaruhi harga-harga komoditas khususnya harga komoditas internasional dalam denominasi dolar Amerika. Emas sebagai komoditas yang dijadikan sebagai instrumen investasi dan lindung nilai (safe haven) diperkirakan dipengaruhi oleh berbagai indikator ekonomi seperti suku bunga, inflasi, dan PDB. Ketatnya kebijakan moneter di Amerika untuk mengontrol inflasi menyebabkan terjadi resesi lainnya. Inflasi ini pula yang mengakibatkan meningkatnya harga emas dalam rentang waktu tersebut. Hal tersebut kembali berulang saat terjadinya krisis perumahan di Amerika pada tahun Krisis tersebut mengakibatkan meningkatnya inflasi yang terefleksi pada tahun berikutnya. Ketika inflasi naik terus menerus dan mengakibatkan pelemahan nilai mata uang dolar, maka masyarakat akan cenderung mengalihkan uangnya dengan membeli emas yang dipercaya apresiasinya mampu melebihi nilai inflasi. Hal tersebut mengakibatkan naiknya harga emas dunia. Inflasi berkaitan erat dengan suku bunga. Umumnya ketika inflasi naik, pemerintah menaikkan suku bunga untuk mengurangi jumlah uang beredar. Tujuan dari mengurangi jumlah uang beredar itu sendiri adalah agar inflasi turun atau terkendali. Namun hal tersebut berbeda dengan apa yang dilakukan oleh 7

8 negara Amerika dalam penentuan kebijakan ekonominya. Menurut data yang dirilis oleh Bureau of Labor Statistics dan Bureau of Economic Analysis, negara Amerika meluncurkan program QE dengan suku bunga bank sentral (fed fund rate) yang mendekati nol. Hal ini mengakibatkan inflasi yang terus meningkat karena bertambahnya suplai uang dimasyarakat yang tidak diikuti oleh penyerapan uang masyarakat di bank yang diakibatkan oleh suku bunga bank yang rendah. Kebijakan suku bunga rendah ini sebenarnya bertujuan agar dana yang disuplai digunakan untuk membangkitkan sektor usaha riil. Tujuan ini dapat dikatakan berhasil dengan positifnya data PDB Amerika dipertengahan tahun 2009 hingga akhir tahun 2011 yang dirillis oleh Bureau of Economic Analysis. Namun naiknya inflasi dan PDB Amerika direspon oleh pasar emas dunia dengan kenaikan harga yang sangat signifikan. Meningkatnya PDB akan menyebabkan naiknya tingkat konsumsi dan investasi negara tersebut, karena PDB itu sendiri merupakan fungsi dari konsumsi dan investasi. Dengan naiknya tingkat pendapatan dan investasi maka masyarakat sangat dimungkinkan memilih intrumen emas dalam portofolio investasinya sehingga meningkatkan permintaan emas di pasar. Sementara itu perubahan dolar Amerika terhadap indeks mata uang utama dunia juga ikut mempengaruhi permintaan emas. Emas sebagai komoditas yang unik tidak hanya dibutuhkan oleh masyarakat Amerika saja, masyarakat dari negara lain juga ingin memilikinya untuk kebutuhan yang sama. Transaksi emas dalam denominasi dolar Amerika akan membuat permintaannya dipengaruhi oleh perubahan kurs dolar Amerika. Dengan melemahnya dolar Amerika akan membuat emas terlihat murah sehingga 8

9 permintaan akan naik. Permintaan yg melebihi ketersediaan suplai emas akan mengakibatkan harga emas naik. Gambar 1.3 Permintaan Koin Emas dan Batangan dari Berbagai Negara. Sumber : Thomson Reuters GFMS, World Gold Council Gambar 1.3 memperlihatkan Permintaan koin emas dan batangan dari berbagai negara. Terlihat bahwa permintaan emas di kuartal 3 tahun 2012 dibandingkan dengan rata-rata permintaan selama 5 tahun sebelumnya mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti kebutuhan akan instrumen yang mampu melawan inflasi, untuk perhiasan, teknologi, Exchange Traded Funds (ETFs), kebutuhan cadangan bank sentral berbagai negara, dan sektor-sektor resmi lainnya. 9

10 Gambar 1.4 Perbandingan Utang Negara Amerika dengan Harga Emas Dunia Sumber : World Gold Council Kenaikan utang negara Amerika ternyata seiring dengan kenaikan harga emas sebagaimana yang terlihat pada gambar 1.4. Kenaikan utang negara Amerika yang diiringi dengan kenaikan harga emas didasari akan persepsi kekhawatiran masyarakat akan runtuhnya dolar Amerika. Keruntuhan dolar akan mengakibatkan guncangnya perekonomian dunia. Masyarakat akan mencoba mengamankan uangnya dengan membeli instrumen yang diterima oleh seluruh dunia yaitu emas. Selain komoditas emas, komoditas yang juga dipengaruhi oleh krisis ekonomi adalah minyak, baik itu minyak yang berasal dari sumber yang terbarukan maupun sumber yang tidak terbarukan. Total produksi energi dunia berdasarkan data yang dirillis oleh United States Energy and World Energy 10

11 Production and Consumption Statistics pada tahun 2004 adalah sebagai berikut, 40% berasal dari minyak, 23,3% dari batu bara, 22,5% dari gas alam, hydroelectric sebesar 7%, nuklir sebesar 6,5%, biomassa dan sumber energi lainnya sebesar 0,7%. Salah satu skenario investasi energi abad 21 memproyeksikan bahwa total investasi yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur pasokan energi dunia tahun berkisar 16 triliun dolar Amerika. Sektor listrik akan mendominasi investasi energi, kurang lebih investasi untuk pembangkit (power generation), transmisi dan distribusi listrik dunia membutuhkan investasi sekitar 10 triliun dolar Amerika. Sementara itu pengembangan sumber-sumber energi terbarukan seperti CPO menyerap hampir sepertiga dari total investasi sektor listrik di negara-negara OECD (IEA, World Energy Outlook). Tahun 1970-an yang merupakan tahun pertumbuhan luar biasa ekonomi Amerika, secara mendadak dihentikan oleh lonjakan harga minyak. Sejak itu, harga minyak naik hampir 10 kali lipat antara tahun Akibatnya, konsumsi minyak riil per dolar Amerika ekuivalen dengan anjloknya hampir sepertiga PDB Amerika. Dalam perekonomian Amerika, setiap 1000 dolar PDB membutuhkan 2,4 barel minyak pada tahun 1973 jika disesuaikan dengan angka inflasi. Pada tahun 2005, konsumsi minyak Amerika berkisar 7,5 juta bbl dan PDB berkisar ,6 miliar dolar atau 1465,45 dolar per bbl (Ja far, 2009). Minyak mampu menggerakkan harga-harga di pasar dunia, perang, dan konflik. Lonjakan yang terjadi selama revolusi Iran tahun 1979 akhirnya menaikkan harga minyak ke level 39 dolar per barel di tahun Harga terus naik hingga level 76 11

12 dolar per barel pada Juni tahun 2006 dan level 100 dolar per barel tahun Lonjakan harga minyak tersebut memicu anjloknya pertumbuhan ekonomi dunia dan konsumsi minyak dunia. 200 Harga Minyak dan CPO Dunia 150 US $ Harga Minyak CPO Harga Minyak Brent 0 24/07/ /01/ /07/ /12/2014 Periode Gambar 1.5 Harga Minyak Bumi (Brent) dan CPO dengan Satuan Barrel (disesuaikan) dalam Dolar Amerika. Sumber : Bloomberg Kenaikan harga minyak baik minyak bumi maupun CPO ternyata di ikuti oleh kenaikan harga emas di pasar dunia. Kenaikan tersebut mengakibatkan masyarakat yang memiliki emas pada saat itu tidak terkena exposure yang begitu berarti terhadap kenaikan harga minyak dan inflasi. Karena emas dapat dikonversi menjadi fresh money yang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan bahan bakar maupun kebutuhan sehari-hari. Secara ekonomi, kapitalisme global di gerakkan oleh energi. Mantan gubernur bank sentral Amerika, Alan Greenspan, menyatakan bahwa jika harga minyak menyentuh level 100 dolar per barel, maka itulah awal krisis global yang akan merasuki seluruh ekonomi negara di dunia. (Ja far, 2009). Mengingat 12

13 minyak bumi maupun CPO merupakan bahan yang sangat vital yang dibutuhkan oleh manusia dan perubahan atas harga minyak bumi dan CPO juga diikuti oleh perubahan harga emas maka atas dasar ini penulis mencoba untuk menganalisis stabilitas emas dengan menggunakan minyak bumi dan CPO sebagai variabel pembandingnya. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan, penulis menganalisis dinamika emas sebagai suatu instrumen yang pernah digunakan dunia sebagai alat untuk bertransaksi dan investasi, maka di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan stabilitas emas terhadap harga komoditi minyak dan crude palm oil dalam 3 periode waktu, yaitu sebelum, sesaat dan sesudah kebijakan Quantitative Easing? 2. Apakah pergerakan harga emas dunia dipengaruhi oleh variabel ekonomi suku bunga bank sentral Amerika (Fed fund rate), tingkat inflasi Amerika (CPI-AU), pertumbuhan ekonomi Amerika (GDP US)? 1.3 Batasan Masalah Batasan permasalahan dalam tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 periode waktu, yaitu periode sebelum Quantitative Easing (bulan 13

14 Januari tahun 2001 s/d bulan Februari tahun 2009), periode Quantitative Easing (bulan Maret 2009 s/d bulan Juni tahun 2011, penulis mengabaikan jeda QE 1 dengan QE 2 yang relatif singkat), dan periode setelah Quantitative Easing (bulan Juli tahun 2011 s/d bulan Juli 2012). 2. Variabel pembanding yang digunakan dalam mengukur stabilitas emas adalah komoditas minyak dunia (Brent) dan Crude Palm Oil (CPO). 3. Satuan emas yg digunakan adalah troy ounce dalam dolar US. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis perbedaan stabilitas emas terhadap harga komoditi minyak dan crude palm oil dalam 3 periode waktu, yaitu sebelum, sesaat dan sesudah kebijakan Quantitative Easing. 2. Menganalisis pengaruh suku bunga bank sentral Amerika (Fedfund rate), tingkat inflasi Amerika (CPI-AU), pertumbuhan ekonomi Amerika (GDP US) terhadap harga emas. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat: 1. Bagi Perusahaan: 14

15 Dapat dijadikan bahan masukan kepada perusahaan untuk penentuan strategi lindung nilai terhadap kas yang dimiliki. 2. Bagi individu: Dapat digunakan dalam pertimbangan dalam portofolio investasi dan sarana lindung nilai terhadap aset yang dimiliki. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai penulisan tesis ini, maka dalam pembahasannya dibagi ke dalam lima bab, yaitu: BAB I Pendahuluan Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul tesis ini, yaitu fenomena menurunnya nilai mata uang yang ada relatif terhadap emas, kebijakan Quantitative Easing, dampak harga komoditas minyak terhadap perekonomian suatu negara, dan isu dari beberapa negara yang tergabung dalam KTT G-20 yang menyerukan agar sistem moneter kembali kepada emas sebagai standar nilainya. Pada bab ini juga disebutkan beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, manfaat dari penelitian ini, dan terakhir adalah sistematika penulisan. BAB II Literatur Dalam bab ini, akan dibahas mengenai kerangka teoritis dan pengertian yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian, seperti Konsep dasar inflasi, konsep dasar bunga, dan PDB yang mempengaruhi 15

16 perubahan nilai kurs dan harga emas dunia. Selain itu dipaparkan pula teori tentang uang, teori kuantitas uang dan penelitian terdahulu serta pengembangan hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini memberi penjelasan tentang metode data yang akan digunakan, cara memperoleh data, kriteria sampel, metode analisis dan uji statistik. BAB IV Analisis dan Pembahasan Bab ini merupakan inti dari pembahasan, yaitu melakukan uraian kestabilan emas terhadap harga-harga komoditi tertentu seperti minyak dan CPO. Setelah itu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas dunia. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, beserta saran untuk penelitian selanjutnya. Selain itu akan disampaikan pula mengenai keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian lanjutan. 16

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - Analisa Fundamental I. Fundamental Forex I.1 Faktor penggerak pasar Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediately institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian. Sebagai lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

Bernavigasi melewati Kerentanan

Bernavigasi melewati Kerentanan Bernavigasi melewati Kerentanan Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia (sebagaimana disusun untuk diserahkan, Indonesia Fixed Income and High Yield Bond Forum 2015) 22 September 2015, Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan kegiatan investasi telah mengalami kemajuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan kegiatan investasi telah mengalami kemajuan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kegiatan investasi telah mengalami kemajuan yang pesat. Investasi menjadi sangat penting bagi suatu negara, organisasi maupun individu untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran

BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah negara besar yang memiliki kekuatan ekonomi terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran ekonomi dunia. Ekonomi

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain.

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau harga mata uang domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kas perusahaan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kas perusahaan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kinerja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja yang dicapai, laporan keuangan, kas perusahaan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kinerja sehingga memberikan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam negeri biasa sering dikenal sebagai kurs atau nilai tukar. Menurut Bergen, nilai tukar mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi otoritas kebijakan moneter dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi. Analisis

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Gambaran Ekonomi Amerika dan Jepang III.1.1 Gambaran Ekonomi Amerika A Kondisi Ekonomi Amerika Petaka krisis diawali jauh hari ketika World Trade Centre (WTC)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah transmisi yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian,terutama pendapatan nasional

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin berinvestasi di

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator ekonomi makro guna melihat stabilitas perekonomian adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena moneter dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT

PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT UNITED STATES of AMERICA Populasi: 309.349.689 Import Utama: Pasokan industri ( minyak mentah, dll ), barang modal ( komputer, peralatan telekomunikasi, otomotif, mesin kantor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara didukung oleh adanya suntikan dana dari pihak pemerintah baik melalui Lembaga Keuangan Bank (selanjutnya disingkat menjadi LKB) ataupun Lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian, karena dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

SISTEM MONETER INTERNASIONAL SISTEM MONETER INTERNASIONAL Sejarah sistem Moneter Internasional 1. Zaman Emas (1876-1913): penggunaan emas sebagai standar alat tukar Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai tukar mata uang negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan jasa. Jika suatu negara memiliki hubungan ekonomi dengan negara-negara lain maka

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai Tukar adalah harga mata uang dari suatu negara yang diukur, dibandingkan, dan dinyatakan dalam nilai mata uang negara lainnya. 1 Krisis moneter yang terjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami instrumen kebijakan moneter. 2. Memahami kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian dunia. Bahkan pasar modal dapat juga dipandang

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/8/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci