BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS"

Transkripsi

1

2 BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah yang mengamanatkan bahwa Kepala Daerah terpilih wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah paling lambat 6 bulan setelah Kepala Daerah dilantik; b. Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun ;

3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pengembangan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4739); 10. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 106; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4879); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

5 Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

6 Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 25. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 26. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

7 28. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 Nomor 2). 29. Peraturan Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penataan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas (Berita Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2009 Nomor 16). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Anambas. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintaan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kepulauan Anambas. 4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah unit Kerja Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan barang daerah.

8 6. Masyarakat kabupaten Kepulauan Anambas adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama dalam batas administrasi Kabupaten Kepulauan Anambas. 7. Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang ada. 8. Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah adalah proses penyusunan rencana pembangunan daerah yang dilaksanakan untuk menghasilkan dokumen perencanaan selama periode satu tahun. 9. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Kepulauan Anambas untuk periode 20 tahun terhitung sejak tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Kepulauan Anambas. 10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten untuk periode 5 (lima) tahun, terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, yang merupakan penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah. 11. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas yang selanjutnya disebut RKPD adalah rencana pembangunan tahunan Daerah yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah yang mengatur struktur dan pola ruang Kabupaten Kepulauan Anambas.

9 13. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), yang selanjutnya disebut Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah periode 5 (lima) tahun. 14. Rencana Pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah periode 1 (satu) tahun. 15. Pembangunan Daerah adalah perubahan yang dilakukan secara terus menerus dan terencana oleh seluruh komponen di daerah untuk mewujudkan visi daerah. 16. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 17. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 18. Tujuan adalah suatu keadaan yang akan dicapai atau yang akan dihasilkan pada jangka waktu 5 (lima) tahun yang akan datang. 19. Sasaran adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan secara spesifik atau harus fokus dan rumusannya diusahakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur. 20. Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan dan dirancang secara konseptual, analitis, realistis, rasional dan komprehensif. 21. Program adalah penjabaran kebijakan dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi. 22. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri

10 dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya, baik berupa personal, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, Dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa. 23. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai pada setiap program dan kegiatan (yang direncanakan) satuan kerja perangkat daerah. 24. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai pada setiap program dan kegiatan (yang direncanakan) satuan kerja perangkat daerah. Pasal 2 RPJM Daerah dijadikan sebagai dasar penilaian atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati sejak Tahun anggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran BAB II KEDUDUKAN Pasal 3 RPJM Daerah merupakan: Penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah kedalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan daerah, dengan mempertimbangkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4

11 Maksud dan tujuan penetapan RPJM Daerah adalah untuk menetapkan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai pedoman dalam: a. Penyusunan Renstra SKPD; b. Penyusunan RKPD Kabupaten Kepulauan Anambas untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yang selanjutnya merupakan pedoman untuk penyusunan RAPBD; c. Penyusunan Renja SKPD; d. Penyusunan RKPD tahun anggaran 2016; BAB IV SISTEMATIKA RPJM DAERAH Pasal 5 Sistematika Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun meliputi: BAB I : PENDAHULUAN Memuat latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum kedudukan RPJM Kabupaten dengan Dokumen Perencanaan Provinsi, Sistematika Penulisan BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Memuat Sejarah Kepulauan Anambas, Letak dan Kondisi Geografis, Topolografi, Geologi dan Jenis Tanah, Klimatologi, Potensi pengembangan wilayah (Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan), Kawasan Rawan Bencana, Kondisi Demografi, Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing Daerah, Infrastruktur Wilayah, Sumberdaya Manusia. BAB III : TINJAUAN TERHADAP DOKUMEN PERENCANAAN TERKAIT

12 Memuat keterkaitan RPJM Daerah dengan RPJM Nasional, RPJM provinsi, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten BAB IV : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Menjelaskan arah pengelolaan, arah kebijakan dan perkiraan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BAB V : ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH Memuat tentang permasalahan daerah dan isu-isu strategis pembangunan daerah BAB VI : VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN Memuat dan menjelaskan strategi pembangunan dan kebijakan pembangunan daerah BAB VII : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH Memuat dan menjelaskan strategi pembangunan dan kebijakan pembangunan daerah BAB VIII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Memuat tentang program pembangunan daerah meliputi program per urusan dan program lintas kewilayahan. BAB IX : INDIKASI PROGRAM PRIORITAS DAN PENDANAAN Memuat tentang program-program prioritas beserta pagu indikatif. BAB X : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Memuat tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dari sisi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya dalam memenuhi kinerja pada aspek kesejahteraan, layanan, dan daya saing.

13 BAB XI : PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Memuat tentang Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan BAB XIII : PENUTUP Ditetapkan di Tarempa Pada tanggal,10 Nopember 2010 BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, T. MUKHTARUDDIN Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS, RADJA TJELAK NUR DJALAL, S.Sos, M.Si NIP BERITA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010 NOMOR 17.a

14 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Landasan Hukum Kedudukan RPJM Kabupaten dengan Dokumen Perencanaan Provinsi Sistematika Penulisan...7 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Kondisi Umum Sejarah Kepulauan Anambas Letak dan Kondisi Geografis Topografi, Geologi dan Jenis Tanah Klimatologi Potensi Pengembangan Wilayah Pertanian Perkebunan Peternakan Kehutanan Kawasan Rawan Bencana Kondisi Demografi Aspek Pelayanan Umum Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah...26 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas i

15 Rasio Guru/Murid Kesehatan Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) per Satuan Balita Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk Rasio Dokter per Satuan Penduduk Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk Lingkungan Hidup Persentase Penduduk Berakses Air Minum Sarana dan Prasarana Umum Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk Perhubungan Perhubungan Laut Perhubungan Darat Perhubungan Udara Komunikasi Energi Industri Rumah Tangga dan Alat Angkut dan Perdagangan Perikanan Budidaya dan Tangkap Pertanian Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan PDRB PDRB PerKapita Kesejahteraan Sosial Pendidikan Kesehatan Kemiskinan Kesempatan Kerja (Rasio Penduduk yang Bekerja)...56 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas ii

16 Kriminalitas Aspek Daya Saing Daerah Kemampuan Ekonomi Daerah Angka Konsumsi Rumah Tangga per Kapita Pengeluaran Konsumsi Non Pangan per Kapita Produktivitas Total Daerah Infrastruktur Wilayah Aksesibilitas Daerah Fasilitas Bank dan Non Bank Ketersediaan Air Bersih Ketersediaan Listrik Ketersediaan Penginapan, Restoran, dan Rumah Makan Sumber Daya Manusia Kualitas Tenaga Kerja Rasio Ketergantungan Jumlah Pegawai Pemerintah Daerah...71 BAB III TINJAUAN TERHADAP DOKUMEN PERENCANAAN TERKAIT RPJM Nasional Strategi Prioritas Nasional Arah Kebijakan Umum Kerangka Ekonomi Makro Peningkatan Kesejahteraan Rakyat melalui Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan Pembangunan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan Kebutuhan Investasi dan Kebijakan Pendanaan Pembangunan Nasional serta Pemanfaatannya RTRW Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai Kawasan Strategis Provinsi...79 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas iii

17 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Kepulauan Anambas Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi dan Energi Fokus Lingkungan Hidup Fokus Kawasan Pertambangan, Perindustrian, dan Pariwisata...85 BAB IV GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Belanja Daerah Belanja Pegawai Belanja Subsidi Hibah Belanja Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten dan Pemerintah Desa Belanja Tidak Terduga Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Proporsi Penggunaan Anggaran Analisis Pembiayaan Kerangka Pendanaan Proyeksi Data Masa Lalu Proyeksi Penerimaan Daerah Penghitungan Kerangka Pendanaan...98 BAB V ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH BAB VI VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Visi Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas iv

18 6.3. Tujuan Sasaran BAB VII STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH Strategi Pembangunan Daerah Arah Kebijakan Pembangunan Daerah BAB VIII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Program per Urusan BAB IX INDIKASI PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB X PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB XI PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Pedoman Transisi Kaidah Pelaksanaan BAB XIIPENUTUP Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas v

19 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Ibu Kota Kabupaten dan Provinsi Tabel 2. Keadaan Topografi, Jenis Tanah dan ph di Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 3. Rata-rata Penyinaran Matahari, Curah Hujan, dan Temperatur Udara Tiap Bulan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 4. Luas Potensi Lahan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dirinci Berdasarkan Daerah Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 5. Perkembangan Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 dan Tabel 6. Perkembangan Produksi Hortikultura di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 dan Tabel 7. Luas Potensi Lahan Perkebunan Dirinci Berdasarkan Daerah Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas (Ha) Tabel 8. Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 9. Potensi Pengembangan Ternak dan HMT Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 10. Populasi Ternak di Kabupaten KepulauanAnambas Tahun Tabel 11. Produksi Daging di Kabupaten KepulauanAnambas Tahun Tabel 12. Produksi Telur di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 13. Data Luas Penutupan Hutan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 14. Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Pada Tahun Tabel 15. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 16. Persentase Penduduk Menurut Kecamatan dan Golongan Umur di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 17. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Status Perkawinan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 18. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah dan Daerah Tempat Tinggal, Tabel 19. Jumlah Sekolah di Kabupaten Kepaulauan Anambas Menurut Kecamatan Tahun Tabel 20. Perkembangan Jumlah Sekolah dari Tahun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas vi

20 Tabel 21. Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah di Kepulauan Anambas Tahun Tabel 22. Jumlah Ruang Kelas dan Ruang Belajar Tahun Tabel 23. Perkembangan Jumlah Murid/Siswa Sekolah di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 24. Jumlah Siswa di Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut Kecamatan Tahun Tabel 25. Jumlah Tenaga Pendidik di Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut Kecamatan Tahun Tabel 26. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Hingga Menengah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 s.d Tabel 27. Indikator Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 28. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 29. Jumlah Posyandu dan Balita Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 s.d Tabel 30. Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatandi Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 31. Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan PustuKabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 32. Jumlah Puskel, Polindes, Pustu dan Posiansia per 1000 Penduduk Menurut Kecamatan Tahun Tabel 33. Perkembangan Ketersediaan Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 34. Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per Jumlah PendudukTahun Tabel 35. Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 36. Jumlah Dokter Tahun 2008 s.d 2009 Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 37. Jumlah Tenaga Medis di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 s.d Tabel 38. Proporsi Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum Tahun 2008 s.d Tabel 39. Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum Menurut Kecamatan Tahun Tabel 40. Rasio Tempat Ibadah Tahun Tabel 41. Banyaknya Dermaga Laut Menurut Kecamatan, Tahun Tabel 42. Banyaknya Angkutan Perahu Menurut Kecamatan, Tahun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas vii

21 Tabel 43. Jenis dan Panjang Jembatan menurut Kecamatan Tahun Tabel 44. Banyaknya Kendaraan Mobil dan Sepeda Motor Menurut Kecamatan, Tabel 45. Jumlah Industri Rumah Tangga, Industri Kecil dan Perdagangan di Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut Kecamatan Tahun Tabel 46. Jumlah Industri Kecil dan Menengah dan Tenaga Kerja Menurut Kecamatan Tahun Tabel 47. Produksi Perikanan Budidaya dan Tangkap di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 48. Jumlah Nelayan Tangkap, Nelayan Budidaya dan Kelompok Usaha Perempuan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 49. Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah Menurut Kecamatan Tahun Tabel 50. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Menurut Kecamatan Tahun Tabel 51. Luas Areal, Produksi, Rata-rata Produksi dan Jumlah Petani Kelapa Menurut Kecamatan Tahun Tabel 52. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Atas Dasar Harga Konstan dan Berlaku Menurut Sektor Tahun 2008 (dalam juta rupiah) Tabel 53. Angka Melek Huruf Menurut Kelompok Umur, Tahun Tabel 54. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 55. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 56. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan Tabel 57. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kecamatan dan Usia Tabel 58. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijazah/STTB di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 59. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2007 dan Tabel 60. Status Gizi Balita Menurut Kecamatan Tahun Tabel 61. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut Kecamatan Tahun Tabel 62. Jumlah Penyandang Cacat per Kecamatan Tahun Tabel 63. Jenis Pekerjaan Berdasarkan Lapangan Usaha Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas viii

22 Tabel 64. Pengeluaran Rata-rata (Rp) Nominal dan Persentase Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun Tabel 65. Persentase Penduduk di Perkotaan Menurut Kecamatan dan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun Tabel 66. Persentase Penduduk di Perdesaan Menurut Kecamatan dan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 67. Persentase Penduduk Menurut Kecamatan dan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 68. Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Golongan Pengeluaran Per Kapita di Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 69. Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 70. Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 71. Produktivitas Total Daerah di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 72. Panjang Jalan Berdasarkan Kategori Jalan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 73. Kondisi Jalan menurut Kecamatan Tahun Tabel 74. Banyaknya Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 75. Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 76. Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Sumber Penerangan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 77. Jumlah Hotel, Restoran, dan Rumah Makan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 78. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Kecamatan dan Ijazah/STTB di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 79. Persentase Penduduk Menurut Kecamatan dan Golongan Umur di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tabel 80. Jumlah Pegawai Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 81. Kerangka Ekonomi Makro Nasional Tabel 82. Arahan Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal di Kabupaten Kepulauan Anambas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas ix

23 Tabel 83. Jenis Pendapatan Daerah dan Realisasinya di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 84. Realisasi Belanja Tidak Langsung Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 85. Proporsi Penggunaan Anggaran Tahun Tabel 86. Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 87. Proyeksi Pendapatan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tabel 88. Alokasi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung pada APBD Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 89. Proyeksi APBD Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 90. Besaran Alokasi Pendanaan Program-Program Prioritas Tabel 91. Matriks Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Jangka Menengah Tabel 92. Strategi pembangunan daerah Tabel 93. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Tabel 94. Kebutuhan Pendanaan Program-Program Prioritas Tabel 95. Indikator Program-Program Prioritas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas x

24 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kedudukan RPJM Kabupaten dengan Dokumen Rencana Pembangunan Provinsi... 6 Gambar 2. Persentase Luas Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Gambar 3. Peta Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas Gambar 4. Distribusi Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Gambar 5. Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau Sebagaimana Tertuang dalam Rancangan RTRW Provinsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas xi

25 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batasan mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD juga sering disebut sebagai agenda pembangunan karena menyatu dengan agenda pemerintah yang akan dilaksanakan oleh Kepala Daerah selama menjadi pimpinan pemerintahan. Visi pembangunan jangka panjang menjadi koridor pemberi arah dan batasan pembangunan daerah jangka panjang yang dapat dijabarkan dalam periode pembangunan yang lebih pendek. Kabupaten Kepulauan Anambas terbentuk melalui Undang-Undang No. 33 Tahun 2008 tanggal 24 Juli Melakukan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilu Kada) pertama kali pada 26 Mei 2010 untuk memilih Bupati periode RPJMD Kabupaten Anambas tahun disusun dengan mengacu pada RPJM Nasional yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010, dan secara simultan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang sedang menyusun RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun , sehingga diharapkan terjadi keterpaduan kebijakan pembangunan Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Selain itu, RPJMD Kabupaten Kepulauan Anambas tahun sebagai tahap lima tahun pertama dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kepulauan Anambas harus mampu meletakkan dasar-dasar kebijakan strategis untuk pencapaian Visi Kabupaten Kepulauan Anambas 20 tahun kedepan. Merujuk pada pentahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) , maka tahapan skala prioritas utama dan strategi RPJMD Kabupaten Kepulauan Anambas secara ringkas adalah sebagai berikut: 1. RPJMD ke-1 ( ) diarahkan untuk menata dan meletakkan dasardasar pembangunan Kabupaten Kepulauan Anambas yang mandiri dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 1

26 berdaya saing dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2. RPJMD ke-2 ( ) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan dasardasar pembangunan Kabupaten Kepulauan Anambas yang mandiri dan berdaya saing di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian. 3. RPJMD ke-3 ( ) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan iptek yang terus meningkat. 4. RPJMD ke-4 ( ) ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas yang mandiri, maju, dan sejahtera melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing Maksud dan Tujuan Maksud Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun dimaksudkan untuk: 1. Memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan. 2. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang. 3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas. 4. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan. 5. Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 2

27 6. Memberikan tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap satuan kerja perangkat daerah dan kepala daerah Tujuan Tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun ini adalah tersedianya dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang selanjutnya dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan (i) arah kebijakan keuangan daerah, (ii) strategi pembangunan daerah, (iii) kebijakan umum, (iv) program SKPD dan lintas SKPD, serta (v) program kewilayahan yang disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan RPJMD ini adalah: 1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 No. 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4286); 2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118); 4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 3

28 6. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kepulauan Anambas; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4124); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kemenetrian Negara/Lembaga; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 4

29 18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 21. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar; 22. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; 23. Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 24. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor: 28 Tahun 2010; Nomor: 0199/M PPN/04/2010; Nomor: PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 229); 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 26. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kepulauan Riau ; 27. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor... Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 5

30 1.4. Kedudukan RPJM Kabupaten dengan Dokumen Perencanaan Provinsi Pemerintah daerah dalam membuat perencanaan pembangunan mengeluarkan 6 (enam) jenis dokumen perencanaan dan penganggaran yaitu RPJPD, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), RPJMD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD),Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD). Dari segi waktu dokumen tersebut dapat dibagi menjadi empat, yaitu dokumen perencanaan jangka panjang (20 tahun) yaitu RPJPDdan RTRW, perencanaan jangka menengah (5 tahun) yaitu RPJMD dan Renstra-SKPD, serta jangka pendek (1 tahun) yaitu RKPD dan Renja-SKPD.Keseluruhan dokumen itu adalah satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. RPJP Provinsi pedoman RPJM Provinsi pedoman RKP Provinsi diselaraskan diperhatikan diacu diacu RPJP Kabupaten pedoman RPJM Kabupaten pedoman RKP Kabupaten diacu diacu Renstra SKPD Kabupaten diacu Renja SKPD Kabupaten Gambar 1. Kedudukan RPJMKabupaten dengan Dokumen Rencana Pembangunan Provinsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 6

31 RPJM Kabupaten merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional dan Provinsi. RPJM Kabupatenmenjadi pedoman dalam penysunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan sekaligus menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD.Renstra SKPD menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. Dari RKPD dan RKA SKPD inilah selanjutnya disusun RAPBD. Dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran bersifat hierarkis, artinya dokumen yang jangka waktunya lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen yang jangka waktunya lebih pendek dan dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah yang lebih tinggi menjadi rujukan bagi dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah di bawahnya Sistematika Penulisan Penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini dibuat dalam sistematika berikut ini: BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.2 MAKSUD DAN TUJUAN I.3 LANDASAN HUKUM I.4 KEDUDUKAN RPJM KABUPATEN DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN PROVINSI I.5 SISTEMATIKA PENULISAN GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II.1 ASPEK GEOGRAFIS DAERAH DAN DEMOGRAFI II.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT II.3 ASPEK PELAYANAN UMUM II.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH TINJAUAN DOKUMEN PERENCANAAN TERKAIT III.1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) III.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 7

32 BAB V BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX BAB X BAB XI BAB XII PENDANAAN IV.1 KINERJA KEUANGAN MASA LALU IV.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU IV.3 KERANGKA PENDANAAN ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS V.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN V.2 ISU-ISU STRATEGIS VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VI.1 VISI VI.2 MISI VI.3 TUJUAN VI.4 SASARAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN VII.1 STRATEGI VII.2 ARAH KEBIJAKAN KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN PENUTUP Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 8

33 2. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Kondisi Umum Sejarah Kepulauan Anambas Sejarah pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas tidak terlepas dari sejarah Kabupaten Kepulauan Riau (sekarang Kabupaten Bintan), yang hingga saat ini Kabupaten Kepulauan Riau telah dimekarkan menjadi enam kabupaten yaitu Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Gugusan kepulauan Anambas sendiri pada masa pemerintahan kolonial Belanda pernah menjadi pusat kewedanaan yang berpusat di Tarempa. Ketika itu, Tarempa adalah pusat pemerintahan di Pulau Tujuh termasuk wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang disebut district dan Jemaja wilayahnya disebut onderdistrict dengan ibu kota Letung. Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia tanggal 18 Mei 1956, Provinsi Sumatera Tengah menggabungkan diri ke dalam Wilayah Republik Indonesia, dan Kepulauan Riau diberi status Daerah Otonomi Tingkat II yang dikepalai Bupati sebagai kepala daerah yang membawahi empat kewedanaan sebagai berikut (i) Kewedanaan Tanjungpinang, meliputi Bintan Selatan (termasuk Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur); (ii) Kewedanaan Karimun, meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan Moro; (iii) Kewedanaan Lingga, meliputi Lingga, Singkep dan Senayang; dan (iv) Kewedanaan Pulau Tujuh, meliputi Siantan, Jemaja, Midai, Serasan, Tambelan, Bungguran Barat dan Bungguran Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/247/5/1965, terhitung 1 Januari 1966 semua daerah administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapus. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 9

34 Setelah terjadi pemekaranan wilayah Provinsi Riau, terhitung tanggal 1 Juli 2004 Kepulauan Riau resmi menjadi provinsi ke 32 di Indonesia. Kepulauan Anambas tergabung dalam Kabupaten Natuna sampai dengan tanggal 24 Juli 2008 saat dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Kepulauan Anambas, terletak antara 2º10 0-3º40 0 LU s/d 105º º45 0 BT (UU No 33 Tahun 2008). Sebagai kabupaten yang terletak di beranda depan wilayah Indonesia, Kabupaten Kepulauan Anambas berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga lainnya yaitu (i) Laut Cina Selatan/Vietnam di sebelah utara, (ii) Kepulauan Tambelan di sebelah selatan, (iii) Laut Cina Selatan/Malaysia di sebelah barat, dan (iv) Laut Natuna di sebelah timur. Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah lainnya karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan pulau-pulau yang tersebar di Perairan Laut Natuna dan Laut Cina Selatan. Dari total luas Kabupaten Kepulauan Anambas ± ,15 km² hanya 607,72 km² (1,3%) yang merupakan daratan, selebihnya ,43 km² (98,7%) merupakan lautan. Secara administratif, Kabupaten Kepulauan Anambas terbagi dalam tujuh kecamatan, dua kelurahan, dan 34 desa (termasuk di dalamnya dua desa persiapan) meliputi: 1. Kecamatan Siantan dengan ibu kota Tarempa, terdiri atas satu desa, satu kelurahan, dan dua desa persiapan; 2. Kecamatan Siantan Selatan dengan ibu kota Air Bini, jumlah desa enam; 3. Kecamatan Siantan Timur dengan ibu kota Nyamuk, jumlah desa tiga; 4. Kecamatan Siantan Tengah dengan ibu kota Air Asuk, jumlah desa tiga; 5. Kecamatan Palmatak dengan ibu kota Tebang Ladan, jumlah desa sembilan; 6. Kecamatan Jemaja dengan ibu kota Letung, jumlah desa enam dan jumlah kelurahan satu; dan 7. Kecamatan Jemaja Timur dengan ibu kota Ulu Maras, jumlah desa empat. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 10

35 Luas masing-masing kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas dan persentase luasnya dapat dilihat padagambar 2. Siantan Tengah % Palmatak % Jemaja % Jemaja Timur % Siantan Timur % Siantan % Siantan Selatan % Gambar 2. Persentase Luas Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Sumber: Profil Kabupaten Keplauan Anambas Tahun 2010 Apabila ditinjau dari jarak ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten maka kecamatan terjauh adalah Jemaja dengan jarak ± 38,70 mil, disusul dengan Jemaja Timur dengan jarak ± 37,37 mil. Dan apabila diukur dari ibu kota provinsi Kepulauan Riau di Tanjung Pinang maka jarak terjauh di kecamatan Palmatak (± 208,41 mil) dan Siantan Tengah (± 205,16 mil). Untuk melakukan pergerakan antar wilayah kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas saat ini umumnya melalui transportasi laut, sedangkan untuk melakukan perjalanan ke provinsi dan kabupaten lain dapat dilakukan melalui transportasi laut dan udara. Tabel1. Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Ibu Kota Kabupaten dan Provinsi No Kecamatan Jarak ke Ibu Kota Kabupaten (mill) Jarak ke Ibu Kota Provinsi (mill) 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Sumber: Profil Kabupaten Keplauan Anambas Tahun 2010 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 11

36 Sebagai kabupaten yang berbatasan dengan negara tetangga, maka jarak Tarempa ke negara tetangga terdekat yaitu Singapura adalah ± 202,29 mil, ke Johor (Malaysia) ± 205,97 mil dan Kuching (Malaysia) ± 318,91 mil sedangkan jarak Tarempa ke ibu kota Jakarta ± 640,72 mil. Wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki 238 pulau yang tersebar di tujuh kecamatan, dengan jumlah pulau terbanyak di Kecamatan Siantan Timur, Siantan Selatan dan Palmatak. Selain itu, juga terdapat 5 buah pulau terluar yang berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Kelima pulau tersebut adalah Pulau Tokong Berlayar di kecamatan Palmatak, Pulau Tokong Nanas di Kecamatan Siantan, dan Pulau Damar, Pulau Mangkai, Pulau Tokong Malang Biru yang mana ketiga-tiganya masuk dalam wilayah Kecamatan Jemaja. Kelima pulau terluar tersebut masih belum berpenghuni. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 12

37 Gambar 3. Peta Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas Topografi, Geologi dan Jenis Tanah Topografi pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Anambas pada umumnya daratan berbukit dan sedikit landai di bagian pantainya, dengan ketinggian ratarata 2-5 meter dari permukaan laut. Wilayah di Kabupaten Kepulauan Anambas adalah daerah pesisir dengan sebagian besar penduduk bermukim di daerah fisiografi marine (sepanjang pantai). Hanya ada satu desa yaitu Bukit Padi di Kecamatan Jemaja Timur yang penduduknya tidak bermukim di sepanjang pantai. Secara topografi wilayah daratan setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas sebagian besar berbukit dan pergunungan yang terjal yang disusun oleh batuan metamorf. Umumnya batuan-batuan yang tersingkap merupakan batuan metamorf yang berunsur partier, batuan lainnya antara lain adalah batuan sedimen, endapan alluvial, trias, permokarbon, sekis, granit, diorerm, hiporit dan erufsi kwarter. Ketinggian Wilayah cukup bervariasi yakni berkisar meter dari permukaan laut (Sumber: Natuna dalam Angka, 2007). Sedangkan struktur tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan tanah mineral, umumnya terdiri dari jenis tanah podsolik, latosol dan alluvial. Tanah tersebut terbentuk dari bahan induk metamorf, batuan beku basa, batuan sediman dan endapan pantai, rawa, dan sungai (Sumber: RTRW Kab Natuna, 2007). Tanah-tanah yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki kesamaan di tiap kecamatan, ini dapat dibagi menurut letak geografis yaitu: 1. Daerah-daerah dengan ketinggian di atas 400 m dari permukaan laut adalah kompleks Podsolik dan Latosol. 2. Daerah-daerah dengan ketinggian antara m di atas permukaan laut adalah kompleks Podsolik, Latosol, Organosol dan Glei Humus. 3. Daerah-daerah dengan ketinggian kurang dari 15 m di atas permukaan laut adalah kompleks Organosol dan Glei Humus. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 13

38 Tabel2. Keadaan Topografi, Jenis Tanah dan ph di Kabupaten Kepulauan Anambas No Kecamatan Topografi 1 Jemaja Datar,bergunung dengan tingkat lereng <2 - >60 % 2 Jemaja Timur Datar sedikit berbukit dengan tingkat lereng <2 - >60 % 3 Siantan Datar, bergunung dengan tingkat lereng <2 - >60 % 4 Siantan Timur Landai bergunung dengan tingkat lereng <2 - >40 % 5 Siantan Selatan Datar bergunung dengan tingkat lereng <2 - >60 % 6 Palmatak Datar, bergunung dengan tingkat lereng <2 - >60 % 7 Siantan Tengah Datar, bergunung dengan tingkat lereng <2 - >40 % Ketinggian ( m dpl ) Jenis Tanah Podsolik,Latosol, Organosol, Glei Humus Podsolik,Latosol, Organosol, Glei Humus Podsolik,Latosol, Organosol, Glei Humus Podsolik,Latosol, Organosol, Glei Humus Podsolik,Latosol, Organosol, Glei Humus Podsolik,Latosol, Organosol, Glei Humus Podsolik,Latosol, Organosol, Glei Humus ph Sumber: Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Keplauan Anambas Tanah-tanah di Kabupaten Kepulauan Anambas banyak didominasi oleh tanah-tanah ber ph rendah yaitu tanah mineral yang telah mengalami pencucian maupun tanah organik. Kondisi tanah-tanah seperti ini merupakan faktor pembatas bagi usaha pertanian yang mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas tanaman, karena diperlakuan perlakuan khusus untuk mengembalikan kondisi tanah menjadi lebih baik agar dapat diusahakan Klimatologi Kondisi iklim di Kabupaten Kepulauan Anambas sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin, musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret hingga Mei, ketika angin bertiup dari arah Utara. Sedangkan musim hujan terjadi pada bulan September hingga Februari, ketika angin bertiup dari arah Timur dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 14

39 Selatan. Curah hujan rata-rata dalam satu tahun per jam berkisar ± 14.5 mm/h dengan kelembaban udara sekitar % dan temperatur berkisar 30 o C. Berdasarkan arah angin musim di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dibagi dalam 4 periode yaitu periode Januari - Maret: bertiup angin Utara dan Timur laut, curah hujan sedang dengan temperatur udara sedang, periode April - Juni: bertiup angin Timur Laut/Tenggara, hujan sedikit dengan temperatur udara agak panas (lebih kurang 32 C), periode Juli - September: bertiup angin tenggara, hujan turun agak banyak dengan temperatur udara agak panas (lebih kurang 32 C), periode Oktober - Desember: bertiup angin barat/utara, hujan banyak turun pada bulan September, Oktober dan November, temperatur udara agak dingin (lebih kurang 28.9 C) dan lembab pada malam hari. Tabel 3. Rata-rata Penyinaran Matahari, Curah Hujan, dan Temperatur Udara Tiap Bulan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 No Bulan Penyinaran Matahari (%) Curah Hujan (mm/h) Temperatur Udara Max ( o C) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : BMG Stasiun Tarempa, 2009 Keadaan tekanan udara pada tahun 2008 adalah minimum 1.004,80 mb dan maksimum 1.014,20 mb. Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki lautan lepas luas. Rata-rata kecepatan angin minimum berkisar antara 2 sampai 7 knot dan rata-rata maksimum berkisar antara 10 sampai 25 knot. Hal ini sangat berpengaruh pada kelancaran transportasi terutama laut dan udara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 15

40 Potensi Pengembangan Wilayah Pertanian Dalam rangka pembangunan pertanian di Kabupaten Kepulauan Anambas Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan masih menitikberatkan pada pencapaian produksi yang optimal khususnya pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura. Luas lahan potensial yang masih dapat dikembangkan merupakan salah satu modal dasar bagi pengembangan di bidang pertanian. Tabel 4. Luas Potensi Lahan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dirinci Berdasarkan Daerah Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas No Kecamatan Potensi Lahan (Ha) Tanaman Pangan Lahan Sawah Lahan Kering Buah- Buahan Sayursayuran 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Kep. Anambas Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Jumlah potensi lahan pertanian yang dapat dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Anambas adalah hektar, dengan luas terbesar di Kecamatan Jemaja Timur, Jemaja dan Siantan. Hal ini menunjukkan bahwa banyak lahanlahan pertanian merupakan lahan terlantar dan menjadi lahan tidur. Kondisi ini diperburuk dengan berpindahnya tenaga kerja di sektor pertanian menjadi tenaga kerja sektor non pertanian. Sehingga tingkat pemanfaatan lahan menjadi semakin berkurang. Hasil yang dicapai Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Anambas sejak dibentuk pada tahun 2008 pembangunan pertanian dapat dilihat sebagai berikut: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 16

41 Tabel 5. Perkembangan Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 dan 2009 No Komoditi Tanam Panen Produktivitas Produksi (Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Ton) (Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Ton) 1 Padi Palawija - Jagung Kedele K. Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, No Tabel 6. Perkembangan Produksi Hortikultura di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 dan 2009 Komoditi Tanam Panen Produktivitas Produksi Tanam Panen Produktivitas Produksi Tanam Panen Produktivitas Produksi (Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Ton) (Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Ton) 1 Buah-buahan ,6 77, ,1 2 Sayur-sayuran ,7 385,0 Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Perkembangan produksi pertanian untuk tanaman dan hortikultura sangat memprihatinkan mengingat potensi lahan di Kabupaten Kepulauan Anambas cukup besar. Meskipun pertumbuhan di tahun 2009 cukup baik namun belum sebanding dengan luas lahan pertanian yang tersedia. Masih kecilnya luas tanam dan panen merupakan kendala dimana menunjukkan indikasi lahan-lahan yang tersedia belum dimanfaatkan secara baik dan optimal. Sehingga perlu meningkatkan perluasan areal melalui pembukaan lahan baru dan optimasi lahan yang ada. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 17

42 Perkebunan Di Kabupaten Kepulauan Anambas mayoritas komoditi perkebunan yang dikembangkan terdiri dari kelapa, karet dan cengkeh yang semuanya tersebar hampir seluruh kecamatan. Hanya beberapa kecamatan yang membudidayakan komoditi kopi dan lada namun masih dalam skala kecil dan hanya untuk kebutuhan rumah tangga. Secara umum potensi lahan perkebunan di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Luas Potensi Lahan Perkebunan Dirinci Berdasarkan Daerah No Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas (Ha) Kecamatan Poten-si Lahan (Ha) Potensi Lahan ( Ha ) Kelapa Cengkeh Karet Sagu 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Tabel 8. Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2009 No Komoditi Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton/Tahun) 1 Kelapa 2, Cengkeh 0, Karet 2, Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Komoditas perkebunan di Kabupaten Kepulauan Anambas didominasi tanaman kelapa, cengkeh dan karet. Pada umumnya merupakan komoditas lokal yang berumur lebih dari tahun dan jarang menggunakan sarana produksi sehingga pertumbuhan dan produktivitasnya masih rendah. Mengingat lahan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 18

43 No pertanian yang masih cukup luas sehingga perlu peremajaan melalui penanaman bibit unggul yang memiliki produktivias tinggi Peternakan Pada sektor peternakan Kabupaten Kepulauan Anambas masih memiliki peluang pengembangan bibit ternak baik ternak ruminansia maupun unggas. Potensi lahan yang masih ada memungkinkan bagi pengembangan ke arah itu. Namun tidak semua kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dikembangkan ternak-ternak besar seperti sapi dan kambing. Wilayah kecamatan yang menjadi prioritas utama sebagai daerah sentra ternak besar antara lain Kecamatan Jemaja Timur, Jemaja, Palmatak dan Siantan sedangkan Kecamatan Siantan selatan, Siantan Timur dan Siantan Tengah akan diarahkan sebagai penunjang kabupaten sebagai sentra peternakan unggas. Gambaran potensi pengembangan ternak dan Hijauan Makanan Ternak dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 9. Potensi Pengembangan Ternak dan HMTKabupaten Kepulauan Kecamatan Anambas Ternak (Ekor) dan HMT (Ha) Sapi Kerbau Kambing Ayam Buras Ayam Pedaging Ayam Petelur 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Secara umum perkembangan populasi ternak di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2009 dapat dilihat sebagai berikut: Itik HMT Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 19

44 Tabel 10. Populasi Ternak di Kabupaten KepulauanAnambas Tahun 2009 No Jenis Ternak Populasi (Ekor) 1 Sapi Potong Kerbau - 3 Kambing Ayam Buras Ayam Pedaging - 6 Ayam Petelur - 7 Itik Merpati - Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Jika dibandingkan jumlah populasi ternak yang ada dan potensi pengembangan ternak dan HMT terlihat belum termanfaatkannya lahan-lahan sebagai daerah peternakan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Hal ini merupakan tantangan bagi Kabupaten Kepulauan Anambas untuk mengembangkan potensi peternakan yang ada dengan menfokuskan pada pembentukan sentra-sentra peternakan baru dengan pemanfaatan lahan dan pembinaan kelompok-kelompok tani-ternak. Perkembangan dari produksi daging di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2009 perjenis ternak seperti pada tabel berikut: Tabel 11. Produksi Daging di Kabupaten KepulauanAnambas Tahun 2009 No Jenis Ternak Produksi Daging (Kg) 1 Sapi Kambing 703,2 3 Ayam - Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Penyediaan produksi telur berasal dari ternak ayam ras petelur, ayam buras dan itik. Perkembangan produksi telur unggas di Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2009 seperti pada tabel berikut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 20

45 Tabel 12. Produksi Telur di Kabupaten Kepulauan AnambasTahun 2009 No Jenis Komoditi Produksi Telur (Kg) 1 Ayam Buras Itik 91 Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Berdasarkan data produksi daging dan telur pada tahun 2009, terlihat produksi pada komoditas ini masih jauh dari pemenuhan kebutuhan daging dan telur bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas. Untuk itu dalam usaha pemenuhan kebutuhan akan daging dan telur bagi masyarakat perlu peningkatan produksi daging dan telur melalui peningkatan populasi jumlah ternak melalui pemberdayaan dan pengembangan usaha peternakan yang ada di kelompok tani-ternak di Kabupaten Kepulauan Anambas Kehutanan Luas penutupan hutan di Kabupaten Kepulauan Anambas sampai dengan tahun 2009 berkisar ,08 hektar yang tersebar pada 2 (dua) kecamatan yakni Kecamatan Siantan seluas 4.949,54 Ha dan Kecamatan Jemaja seluas 6.049,54 Ha. Jumlah keseluruhan penutupan hutan di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2009 dapat dilihat padatabel 13. Tabel 13. Data Luas Penutupan Hutan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2009 No Kecamatan Jumlah Luas Tutupan Hutan (ha) 1 Jemaja 2.495,78 2 Jemaja timur - 3 Palmatak - 4 Siantan 3.453,76 5 Siantan selatan - 6 Siantan tengah - 7 Siantan timur - Kepulauan Anambas 5.949,54 Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 21

46 Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering terjadi bencana. Kecamatan Siantan merupakan salah satu daerah sebagai kawasan rawan bencana banjir. Di Kecamatan Siantan terdapat sungai yang berhulu dari mata air Pegunungan. Sementara sepanjang pathway sungai tersebut terdapat fasilitas-fasilitas perkantoran, perumahan dan jalan. daerah 1 mil sepanjang pathway kawasan sungai tersebut merupakan daerah rawan banjir. Pada tanggal 18 Januari 2008 telah terjadi bencana banjir yang terjadi di daerah pathway tersebut. Bencana ini disebabkan oleh faktor fisik yakni terjadinya pendangkalan akibat erosi dan penebalan lumpur. Selain itu, pada daerah tersebut merupakan daerah pertemuan antara air laut dan air dari darat. Meskipun tidak terdapat korban jiwa dan harta ketika terjadinya banjir namun hal tersebut sangat menghawatirkan masyarakat disekitar kawasan pathway tersebut Kondisi Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebesar jiwa yang terdiri dari laki-laki jiwa (51,91%) dan perempuan jiwa (48,09%), dengan jumlah KK keseluruhan KK. Rata-rata keluarga beranggotakan 4,09 orang. Tabel 14. Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut Jenis No Kelamin dan Kecamatan Pada Tahun 2010 Kecamatan SP 2010 L P L+P % thd Kab Sex Ratio 1 Jemaja Jemaja Timur Siantan Selatan Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Palmatak Kepulauan Anambas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 22

47 % thd Kep.Riau 2,25 2,11 2,21 Kepulauan Riau Sumber : Hasil Sensus Penduduk BPS Kepulauan Riau Tahun Distribusi persebaran penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas terpusat di dua kecamatan yaitu Kecamatan Palmatak dan Kecamatan Siantan. Sebanyak 28,37 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas berdiam di Kecamatan Palmatak ( jiwa)dan 26,57 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas bermukim dikecamatan Siantan (9.961 jiwa). Sedangkan sisanya sebanyak 45,06 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas tersebar di lima kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Jemaja, Jemaja Timur, Siantan Selatan, Siantan Timur dan Siantan Tengah (Gambar 3). Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2010 disajikan pada Tabel 15. Palmatak Siantan Tengah 7.4 Siantan Timur 8.8 Jemaja Siantan Jemaja Timur 5.4 Siantan Selatan 8.48 Gambar 4. Distribusi Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas (Sumber: Profil kabupaten Kepulauan Anambas 2010) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 23

48 Tabel 15. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010 No Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk(jiwa) Kepadatan Penduduk(jiwa/km2) 1 Jemaja 78, ,79 2 Jemaja Timur 154, ,19 3 Palmatak 129, ,85 4 Siantan 45, ,45 5 Siantan Selatan 115, ,53 6 Siantan Tengah 22, ,25 7 Siantan Timur 88, ,11 Kepulauan Anambas 634, ,10 Sumber: Anambas Dalam Angka dan Profil Kabupaten Kep.Anambas 2010 (diolah) Tabel 16. Persentase Penduduk Menurut Kecamatan dan Golongan Umurdi No Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 Kecamatan Golongan Umur Jumlah 1 Jemaja 27,81 67,89 4,29 100,00 2 Jemaja Timur 29,89 66,85 3,26 100,00 3 Palmatak 32,51 63,62 3,87 100,00 4 Siantan 30,75 64,91 4,35 100,00 5 Siantan Selatan 34,63 61,84 3,53 100,00 6 Siantan Tengah 26,15 71,15 2,69 100,00 7 Siantan Timur 31,04 65,90 3,05 100,00 Kepulauan Anambas 30,89 65,25 3,87 100,00 Sumber: Suseda Kab. Kep. Anambas 2010 Berdasarkan besarnya persentase penduduk menurut golongan umur, dapat diketahui bahwa penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kabupaten Kepulauan Anambas jumlahnya mencapai 65,25%, sedangkan sisanya merupakan penduduk usia tidak produktif, yang terdiri dari 30,89% penduduk usia 0-14 tahun, sedangkan 3,87% lainnya merupakan penduduk usia 65 tahun ke atas. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 24

49 Tabel 17. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Status Perkawinan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010 No Kecamatan Status Perkawinan Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Jumlah 1 Jemaja 44,58 51,12 1,02 3,27 100,00 2 Jemaja Timur 50,00 45,65 1,63 2,72 100,00 3 Palmatak 49,96 45,60 0,74 3,70 100,00 4 Siantan 48,29 46,82 0,70 4,19 100,00 5 Siantan Selatan 45,94 48,06 0,71 5,30 100,00 6 Siantan Tengah 47,69 48,85 0,38 3,08 100,00 7 Siantan Timur 52,42 44,27 0,00 3,31 100,00 Kep. Anambas 48,61 46,89 0,71 3,79 100,00 Sumber: Suseda Kab. Kep. Anambas Aspek Pelayanan Umum Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tabel 18. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah dan Daerah Tempat Tinggal, Kelompok umur dan Jenis Kelamin Perkotaan Pedesaaan Perkotaan+Pedesaan 7-12 laki-laki 100,00 94,28 95,73 Perempuan 100,00 97,12 97,75 Laki-laki + perempuan 100,00 95,71 96, laki-laki 100,00 100,00 100,00 Perempuan 87,80 81,82 84,81 Laki-laki + perempuan 92,99 91,89 92, laki-laki 66,67 75,00 73,33 Perempuan 83,33 90,00 87,50 Laki-laki + perempuan Sumber : Anambas Dalam Angka, ,54 82,62 81,40 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 25

50 Angka Partisipasi sekolah di Kabupaten Kepulauan Anambas untuk tingkat usia 7-12 tahun, mencapai 96,72 persen, artinya daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah relatif tinggi. perkotaan dan pedesaan. Terdapat perbedaan APS di APS perkotaan untuk usia 7-12 tahun (setingkat SD/MI) dan tahun (setingkat SMP/MTS) lebih tinggi darpada di perdesaan, sedangkan untuk usia tahun (setingkat SMU) justru lebih tinggi APSnya di pedesaan daripada perkotaan Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Tabel 19. Jumlah Sekolah di Kabupaten Kepaulauan Anambas Menurut No Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan TK/PAUD SD Sederajat Jumlah Sekolah SLTP/ Sederajat SLTA/ Sederajat 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Total Total Jumlah Sekolah 96 Sumber : Disdikbudpora Kabupaten Kepulauan Anambas, 2009 Tabel 20. PerkembanganJumlah Sekolah dari Tahun No Jenis Sekolah / TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Sumber : Disdikbudpora Kabupaten Kepulauan Anambas, 2009 dan Natuna dalam Angka, 2006 dan 2007 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 26

51 Berdasarkan data di atas maka jumlah sekolah semakin meningkat dari tahun 2006 sampai tahun 2008, namun peningkatan jumlah sekolah ini seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk melihat ketersediaan jumlah sekolah terhadap jumlah penduduk maka perlu dihitung rasionya pada masingmasing usia sekolah. Tabel 21. Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah di Kepulauan Anambas Tahun 2008 No Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah gedung sekolah Jumlah Penduduk Kelompok usia 7-12 tahun NA NA Rasio 141,10 NA NA 2 SMP/MTS Jumlah gedung sekolah jumlah penduduk kelompok usia tahun NA NA Rasio 97,40 NA NA 3 SMU/SMK/MA Jumlah gedung sekolah jumlah penduduk kelompok usia tahun NA NA Rasio 33,97 NA NA Sumber : Anambas Dalam Angka, 2008 dan Disdikbudpora, , diolah. Dari data di atas maka kemampuan menampung semua penduduk usia 7-12 tahun mencapai menunjukkan kecukupan ketersediaan sekolah dasar (terdapat 141 sekolah setiap penduduk kelompok usia 7-12 tahun) sedangkan untuk tingkat SMP dan SMU kemampuan untuk menampung semua penduduk usia tahun dan tahun masih relatif rendah. Ini menunjukkan bahwa masih diperlukan peningkatan jumlah gedung sekolah untuk SMP dan SMU. Jika ditinjau dari jumlah ruang kelas dan ruang belajar tahun 2009 untuk tingkat SD/MI terjadi peningkatan 4.7 persen dan 1.12 persen dibandingkan pada tahun 2008, sedangkan untuk tingkat SMP/MTS terjadi penurunan sementara untuk ruang belajar tingkat SMU/MA justru tidak terjadi peningkatan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 27

52 Tabel 22. Jumlah Ruang Kelas dan Ruang Belajar Tahun 2008 No Kecamatan R. Kelas SD/MI SMP/MTs SMU/MA R. Belajar R. Kelas R. Belajar R. Kelas R. Belajar R. Kelas R. Belajar R. Kelas R. Belajar R. Kelas 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan tengah Siantan Timur Jumlah Sumber : Disdikbudpora Kabupaten Kepulauan Anambas, 2009 R. Belajar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 28

53 Rasio Guru/Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Tabel 23. Perkembangan Jumlah Murid/Siswa Sekolah di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun No Jenis Sekolah / TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Sumber : Disdikbudpora Kabupaten Kepulauan Anambas 2009, Natuna dalam Angka 2006 dan 2007 Tabel 24. Jumlah Siswa di Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut No Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan TK/ PAUD SD Sederajat Jumlah Siswa SLTP/ Sederajat SLTA/ Sederajat Jumlah 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Siswa Sumber : Disdikbudpora Kabupaten Kepulauan Anambas, 2009 Tabel 25. Jumlah Tenaga Pendidik di Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut Kecamatan Tahun 2008 No Kecamatan Jumlah Tenaga Pendidik TK SD SLTP SLTA Jumlah 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 29

54 No Kecamatan Jumlah Tenaga Pendidik TK SD SLTP SLTA Jumlah 5 Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Total tenaga pendidik di Kabupaten Kepulauan Anambas 836 Sumber : Disdikbudpora Kabupaten Kepulauan Anambas, 2009 Tabel 26. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Hingga Menengah No. Jenjang 1 SD/MI Pendidikan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 s.d Jumlah guru 507 NA 617 Jumlah murid NA Rasio (per 1000 murid) 2 SMP/MTS NA Jumlah guru 179 NA 207 Jumlah murid NA 2025 Rasio (per 1000 murid) 3 SMU NA Jumlah guru 66 NA 84 Jumlah murid 970 NA 1196 Rasio (per 1000 murid) NA Sumber : Anambas Dalam Angka, 2008 dan Disdikbudpora Kabupaten Kepulauan Anambas, Diolah. Dari data di atas maka rasio guru murid untuk SMP relatif baik artinya ketersediaan tenaga pengajar untuk tingkat SMP lebih baik daripada tingkat SD/MI dan SMU Kesehatan Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) per Satuan Balita Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 30

55 pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan idealnya satu Posyandu melayani 100 balita. Oleh karena itu perlu dihitung rasio ketersediaan posyandu per balita. Kegunaannya untuk mengetahui berapa selayaknya jumlah posyandu yang efektif tersedia sesuai dengan tingkat penyebarannya serta sebagai dasar untuk merevitalisasi fungsi dan peranannya dalam pembangunan daerah. Tabel 27. Indikator Kesehatan di Kabupaten Kepulauan AnambasTahun 2008 No Kecamatan Sasaran Balita Gizi Buruk Status Gizi Gizi Kurang 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber : Diskessos Kabupaten Kepulauan Anambas, Januari-Maret 2009 Tabel 28. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun No 2008 Kecamatan RSL Pustu Polindes Sarana Pelayanan Kesehatan Pos yandu Posiansia Laut Puskel 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Darat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 31

56 7 Siantan Timur Jumlah Sumber : Diskessos Kabupaten Kepulauan Anambas, April 2009 Tabel 29. Jumlah Posyandu dan Balita Kabupaten Kepulauan AnambasTahun 2008 s.d 2009 No Uraian Jumlah posyandu Jumlah balita Rasio Sumber : Diskessos Kepulauan Anambas, diolah Tabel 30. Jumlah Posyandu dan Balita Kepulauan Anambas Tahun 2008 Menurut Kecamatandi Kabupaten No Kecamatan Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio 1 Jemaja ,17 2 Jemaja Timur Palmatak ,71 4 Siantan Siantan Selatan ,71 6 Siantan Tengah ,14 7 Siantan Timur Jumlah ,88 Sumber : Diskessos Kepulauan Anambas, diolah Jika dilihat dari data di atas maka setiap Posyandu di Kepulauan Anambas melayani 86 Balita dan rasio yang paling besar ada di Kecamatan Siantan dimana setiap posyandu melayani 162 balita dan rasio yang paling kecil terdapat di Kecamatan Siantan Tengah dimana setiap posyandi melayani 39 balita Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Tabel 31. Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan PustuKabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 No Uraian Jumlah Puskel 9 2 Jumlah Polindes 9 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 32

57 No Uraian Jumlah Pustu 21 4 Jumlah Posiansia 1 5 Jumlah Penduduk Rasio Puskel persatuan penduduk 0,27 Rasio Polindes persatuan penduduk 0,27 Rasio Pustu persatuan penduduk 0,63 Jumlah Posiansia 0,03 Sumber : DIskessos Kepulauan Anambas, diolah Tabel 32. Jumlah Puskel, Polindes,Pustu dan Posiansia per 1000 PendudukMenurut Kecamatan Tahun 2008 Puskel Polindes Pustu Posiansia No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio 1 Jemaja ,18 2 0,36 6 1, Jemaja Timur ,52 1 0,52 2 1, Palmatak ,58 1 0,12 3 0, Siantan ,28 2 0,28 1 0,14 1 0,14 5 Siantan Selatan ,33 5 1, Siantan Tengah ,28 2 0, Siantan Timur ,31 2 0, Jumlah ,28 9 0, ,63 1 0,03 Sumber : Diskessos Kepulauan Anambas, diolah Berdasarkan data di atas maka ketersediaan fasilitas kesehatan pada setiap kecamatan belum merata, hal ini terlihat dari rasio pustu, puskel, posiansia dan puskel. Tabel 33. Perkembangan Ketersediaan Sarana Kesehatandi Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun No Sarana Kesehatan Ket 1 Rumah Sakit/Rumah Sakit Lapangan Unit 2 Puskesmas Unit 3 Puskesmas Pembantu Unit Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 33

58 4 Puskesmas Keliling Unit 5 Klinik/Balai Pengobatan Unit Total Unit Sumber : Natuna Dalam Angka dan Diskessos Kabupaten Kepulauan Anambas, Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Tabel 34. Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per Jumlah PendudukTahun 2008 No Uraian Jumlah Rumah Sakit Lapangan 1 2 Jumlah Rumah Sakit Jiwa/Paru dan penyakit khusus lainnya 0 3 milik Jumlah pemerintah Rumah Sakit AD/AU/ AL/POLRI 0 4 Jumlah Rumah Sakit Daerah 0 5 Jumlah seluruh Rumah Sakit 1 6 Jumlah Penduduk Rasio 0,03 Sumber : Diskessos Kepulauan Anambas, diolah. Rumah sakit yang beroperasi di Anambas adalah rumah sakit lapangan yang dimiliki oleh konsorsium, sedangkan Rumah Sakit Umum Daerah belum tersedia. Jika dilihat dari rasio rumah sakit per seribu jumlah penduduk adalah sebesar Rasio Dokter per Satuan Penduduk Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani penduduk. Selain itu distribusi dokter dan dokter spesialis tidak merata serta kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Jumlah tenaga kesehatan (dokter dan paramedis) di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2009 sejumlah 131 orang, tetapi masih belum ada keahlian-keahlian tertentu seperti dokter spesialis penyakit dalam, dokter Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 34

59 spesialis bedah umum, dan tenaga lulusan D III Fisiotherapi guna melayani masyarakat di bidang kesehatan. Berdasarkan data perkembangan tenaga kesehatan, tahun 2009 terjadi penurunan jumlah tenaga kesehatan. Tabel 35. Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Tahun Dokter Paramedis Spesialis Umum Gigi Perawat Anastesi Sanitasi Jumlah Sumber : Natuna Dalam Angka dan Diskessos Kabupaten Kepulauan Anambas, 2009 Tabel 36. Jumlah Dokter Tahun 2008 s.d 2009Kabupaten Kepulauan Anambas No Uraian Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio 0,66 0,96 Sumber : Anambas Dalam Angka 2008 dan Diskessos Kepulauan Anambas, 2009, diolah. Jika dilihat dari rasio jumlah dokter terhadap jumlah penduduk maka terjadi peningkatan dari 0.66 pada tahun 2008 menjadi 0.96 pada tahun 2009 (sekitar 1 orang setiap 1000 penduduk). Namun jika dibandingkan dengan standar nasional dimana setiap dokter idealnya melayani 2500 penduduk, maka rasio di Kepulauan Anambas relatif baik, akan tetapi rasio ini memperhitungkan semua dokter meliputi spesialis, umum dan dokter gigi. Sebagaimana permasalahan daerah kepulauan yang dihadapi adalah pemerataan dokter di setiap kecamatan dan pulau, sehingga seringkali dijumpai satu pulau tidak terdapat dokter yang melayani masyarakat Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk Rasio Tenaga Medis per jumlah penduduk menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada penduduk. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 35

60 Tabel 37. Jumlah Tenaga Medis di Kabupaten Kepulauan AnambasTahun 2008 s.d 2009 No Uraian Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio 3,94 2,54 Sumber : Anambas Dalam Angka 2008 dan Diskessos Kepulauan Anambas, 2009, diolah. Jika dilihat dari rasio tenaga medis yang meliputi perawat, perawat gigi, anastesi dan sanitasi maka rasio tenaga medis terhadap jumlah penduduk pada tahun 2009 lebih rendah daripada tahun Tahun 2009 terdapat 3 orang tenaga medis setiap seribu penduduk, sedangkan tahun 2008 terdapat 4 tenaga medis setiap seribu penduduk. Hal ini karena selain meningkatnya jumlah penduduk juga karena menurunnya jumlah tenaga medis, terutama tenaga perawat Lingkungan Hidup Hingga saat ini terdapat dua kawasan yang dijadikan sebagai hutan konservasi (hutan lindung) yaitu berada di pegunungan Siantan dan penggunungan di Jemaja termasuk hutan yang berada pada kawasan sumber daya air. Namun demikian kawasan tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut, meningat telah banyaknya masyarakat yang melakukan aktivitas di sebagian daerah yang terkonservasi. Diantaranya terdapatnya perumahan di sekitar perairan sungai pegunungan dan terjadinya penebangan kayu di sekitar daerah konservasi. Sampah merupakan bagian dari limbah rumah tangga. Sampah rumah tangga terdiri dari sampah organik, non organik dan sampah B3. Ketika tidak dikelola secara baik, maka akan menjadi bencana bagi kehidupan manusia. Umumnya, intensitas penumpukan sampah akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya penduduk, pola konsumsi penduduk serta budaya masyarakat. Oleh karena itu, penanganan sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi dengan pertimbangan keseimbangan lingkungan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 36

61 Persentase Penduduk Berakses Air Minum Syarat-syarat air minum menurut Kementerian Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Tabel 38. Proporsi Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum Tahun 2008 s.d 2009 No Uraian Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum Jumlah penduduk Proporsi penduduk berakses air minum 13,21 14,77 Sumber : Anambas Dalam Angka, 2008, diolah. Tabel 39. Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum No Menurut Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk yang mendapatkan akses air minum Persentase 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak ,72 4 Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah ,86 7 Siantan Timur Jumlah ,21 Sumber : Anambas Dalam Angka, 2008, diolah. Persentase penduduk berakses air bersih adalah proporsi jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Yang dimaksud akses air bersih meliputi air minum yang berasal Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 37

62 dari air PAM dan Non PAM. Berdasarkan data di atas jumlah penduduk yang memiliki akses air bersih di Kepulauan Anambas 13,21 persen, dan 86,79 persen belum memiliki akses terhadap air bersih Sarana dan Prasarana Umum Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk Tabel 40. Rasio Tempat Ibadah Tahun 2008 No Tempat Ibadah Jumlah (unit) Jumlah pemeluk Rasio 1 Mesjid ,99 2 Gereja ,29 3 Pura Vihara/Kelenteng ,5 5 Lain-Lain 0 0 Jumlah ,42 Sumber : Anambas Dalam Angka 2008, diolah Perhubungan Perhubungan Laut Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai prasarana pelabuhan berjumlah lima pelabuhan utama yang terletak di kecamatan Siantan (dua buah pelabuhan), kecamatan Jemaja (satu buah pelabuhan), kecamatan Palmatak (satu buah pelabuhan) dan Antang (satu buah pelabuhan). Saat ini, kondisi pelabuhan dengan konstruksi dan dimensinya dirasa kurang layak dalam rangka memperlancar mobilisasi orang dan barang dari desa ke ibu kota kecamatan dan ibu kota kabupaten serta dari sentra-sentra produksi menuju pasar di Kabupaten Kepulauan Anambas dan antar kabupaten /propinsi. Pelabuhan Palmatak digunakan sebagai pelabuhan ekspor impor atau pelabuhan khusus milik ConocoPhilips juga digunakan sebagai pelabuhan domestik. Sementara untuk pelabuhan Tarempa dan Jemaja hanya digunakan untuk pelabuhan domestik, sedangkan untuk pelabuhan Antang ditetapkan sebagai pelabuhan perikanan. Berdasarkan data yang dihimpun dari Kantor Pelabuhan Tarempa, pada tahun 2008 jumlah kunjungan kapal dalam negeri sebanyak 651 kapal, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 38

63 sementara untuk kapal luar negeri sebanyak 137 kapal. Sepanjang tahun tersebut telah terjadi perdagangan dalam negeri untuk kegiatan bongkar sebanyak ton dan muat sebanyak ,5 ton sedangkan perdagangan luar negeri hanya melakukan pembongkaran sebanyak 411,1 ton. Selain kegiatan tersebut, juga terdapat pergerakan manusia yang melakukan pergerakan antar daerah dengan intensitas penumpang turun sebanyak orang dan penumpang yang naik sebanyak orang. Untuk sarana transportasi laut, saat ini terdapat KM. Bukit Raya, kapal perintis, dan speed boat sebagai alat transportasi antar daerah. Selain itu, sebagai alat penghubung yang mengantar penumpang ke kecamatan Palmatak (menuju Bandara), terdapat speed boat. Sementara alat transportasi yang menghubungkan antar kecamatan umumnya menggunakan motor rakyat yang terbuat dari kayu (pompong). Tabel 41. Banyaknya Dermaga Laut Menurut Kecamatan, Tahun 2008 No Kecamatan Jenis Dermaga Besar Sedang Kecil Jumlah 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber : Anambas Dalam Angka, 2008 Tabel 42. Banyaknya Angkutan Perahu Menurut Kecamatan, Tahun 2008 No Kecamatan Jumlah 1 Jemaja Jemaja Timur 54 3 Palmatak Siantan Siantan Selatan 67 6 Siantan Tengah 67 7 Siantan Timur 84 Total 959 Sumber : Anambas Dalam Angka, 2008 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 39

64 Perhubungan Darat Jembatan merupakan sarana penghubung antara lintas jalan yang dipisahkan oleh sungai atau kondisi lain. Kondisi jembatan di Kabupaten Kepulauan Anambas saat ini ada yang dibangun dengan kayu dan semen (beton). Berdasarkan data yang terhimpun, di Kabupaten Kepulauan Anambas terdapat 46 unit jembatan beton dan 42 unit jembatan kayu. Jika dilihat dari sebarannya, jembatan tersebut paling banyak terdapat di Palmatak (sebanyak 24 jembatan beton dan 14 jembatan kayu). Jika digabungkan keseluruhan jembatan yang ada (baik beton maupun kayu), maka panjangnya akan mencapai hampir satu kilometer (tepatnya 902,6 meter). Tabel 43. Jenis dan Panjang Jembatan menurut Kecamatan Tahun 2009 Konstruksi No Kecamatan Beton Kayu Unit Panjang (m) Unit Panjang (m) 1 Jemaja Timur Jemaja Palmatak Siantan Selatan Siantan Timur Siantan Siantan Tengah Total Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Anambas, 2011 Pada tahun 2008, terdapat kendaraan bermotor di Kabupaten Kepulauan Anambas yang terdiri atas 70 kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua. Keberadaan kendaraan bermotor tersebut paling banyak terdapat di kecamatan Jemaja (sebanyak 405 unit) untuk kendaraan roda dua dan di kecamatan Palmatak (sebanyak 37 unit) untuk kendaraan roda empat. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 40

65 Tabel 44. Banyaknya Kendaraan Mobil dan Sepeda Motor Menurut Kecamatan, 2008 No. Kecamatan Mobil Sepeda Motor 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur - 14 Total Sumber : Anambas Dalam Angka, Perhubungan Udara Kabupaten Kepulauan Anambas saat ini baru memiliki sebuah bandara yaitu Bandara Matak yang merupakan bandara khusus milik BP Migas yang juga digunakan sebagai bandara domestik yang terletak di Kecamatan Palmatak. Panjang landasan meter dan lebar 30 meter. Rute penerbangan menuju berbagai jalur seperti jalur Bandara Matak ke Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Bandara Hang Nadim (Batam), Bandara Sultan Syarif Qasim II (Pekanbaru) dan Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta) Komunikasi Jaringan telekomunikasi di Kabupaten Kepulauan Anambas telah menjangkau hampir seluruh kecamatan. Beberapa perusahaan telekomunikasi dan operator telepon seluler yang beroperasi di Kabupaten Kepulauan Anambas antara lain adalah Telkom, Indosat, Telkomsel, dan Excelindo. Namun untuk kecamatan Palmatak, Siantan Tengah dan Siantan Timur, hanya jaringan Indosat yang mampu dijangkau, sedangkan di kecamatan Siantan Selatan jaringan telekomunikasi belum terjangkau. Kabupaten Kepulauan Anambas juga telah memiliki satelit internet tersendiri, namun masih dalam tahap pembenahan.selain itu, di Kabupaten Kepulauan Anambas juga sudah memiliki jaringan internet melalui V-Satelit. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 41

66 Energi Kabupaten Kepulauan Anambas memilikii satu Unit Pelayanan Terpadu (UPT) PLN. Dari jumlah daya yang tersedia, sebagian besar pelanggan berasal dari rumah tangga serta perkantoran (bisnis). Sisanya diserap oleh lembaga sosial, industri, pemerintahan serta multiguna. Kondisi wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang terdiri dari pulau-pulau menyebabkan banyak desa yang belum terjangkau listrik. Pemenuhan kebutuhan listrik di desa-desa masih menggunakan mesin dan listrik tenaga surya. Jumlah KK pengguna listrik PLN sebanyak KK dan pengguna listrik Non PLN sebanyak KK Industri Rumah Tangga dan Alat Angkut dan Perdagangan Sektor industri juga memberikan kontribusi bagi PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas. Jenis industri yang banyak dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Anambas antara lain adalah industri makanan dan alat angkut. Hampir di seluruh desa di Kabupaten Kepulauan Anambas telah tumbuh dan berkembang pengrajin kapal dan pengrajin kerupuk ikan. Berikut ini adalah tabel jumlah industri rumah tangga (home industry), industri kecil dan perdagangan di Kabupaten Kepulauan Anambas menurut kecamatan tahun 2008: Tabel 45. Jumlah Industri Rumah Tangga, Industri Kecil dan Perdagangandi Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut Kecamatan Tahun 2008 No Kecamatan Home Industri Industri Perdagangan 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber : Dinas Peridustrian dan Perdagangan, UKM & Koperasi Kabupaten Kepulauan Anambas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 42

67 No Tabel 46. Jumlah Industri Kecil dan Menengah dan Tenaga Kerja Menurut Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan Jumlah (unit) Industri Kecil Tenaga Kerja (orang) Industri Menengah Jumlah (unit) Tenaga Kerja (orang) 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber : Anambas dalam Angka, 2008 Berdasarkan data di atas jumlah industri kecil dan menengah terbanyak terdapat di Kecamatan Siantan, sedangkan beberapa kecamatan seperti Jemaja Timur dan Siantan Selatan data tidak tersedia Perikanan Budidaya dan Tangkap Sektor kedua yang sangat potensial adalah pertanian subsektor perikanan dengan komoditas utama adalah ikan dari hasil perikanan tangkap. Berikut ini adalah tabel produksi perikanan budidaya dan tangkap di Kabupaten Kepulauan Anambas tahun Tabel 47. Produksi Perikanan Budidaya dan Tangkap di Kabupaten Kepulauan No Anambas Tahun 2009 Kecamatan Luas Karang (Ha) Budidaya (Kg) Tangkap (Kg) Jumlah (Kg) 1 Jemaja Jemaja Timur 1.833, Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah 1.309, Siantan Timur 2.694, Jumlah , Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan, 2009 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 43

68 Jika dibandingkan dari sisi jumlah orang yang menggeluti, maka profesi nelayan tangkap lebih banyak jumlah orangnya (2.340 orang) dibanding profesi nelayan budidaya (1.547 orang). Untuk nelayan tangkap, keseluruhan orangnya tersebar pada 131 kelompok nelayan sedangkan untuk pembudidaya tersebar pada 11 kelompok. Selain nelayan tagkap dan pembudidaya, terdapat pula kelompok usaha perempuan di sektor perikanan ini. Rata-rata kelompok usaha perempuan ini bergerak di bidang pengolahan ikan seperti pembuatan berbagai jenis kerupuk dan abon. Terdapat 49 kelompok usaha perempuan dengan jumlah anggota keseluruhannya mencapai 641 orang. Tabel 48. Jumlah Nelayan Tangkap, Nelayan Budidaya dan Kelompok Usaha No Perempuan di Kabupaten Kepulauan Anambas Kecamatan Nelayan Tangkap (NT) Nelayan Budidaya (NB) Kelompo k Usaha Perempu an (KUP) Jumlah 1 Jemaja ,001 2 Jemaja Timur Palmatak ,707 Keterangan 4 Siantan NB belum 5 Siantan Selatan NB terdata belum 6 Siantan Tengah KUP terdata belum 7 Siantan Timur KUP terdata belum Jumlah 2,340 1, ,528 terdata Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Anambas, 2011 Sumber daya perikanan kelautan sangat tergantung dari kondisi terumbu karang yang dimiliki. Hingga akhir tahun 2007 luas terumbu karang adalah ,841 ha. Kecamatan Siantan Selatan memiliki cakupan terumbu karang yang terluas dibandingkan dengan kecamatan lainnya, disusul kemudian dengan kecamatan Siantan Timur Minyak dan Gas (Migas) Potensi ekonomi Kabupaten Kepulauan Anambas terbesar dari sektor migas. Tiga perusahaan utama yang mengelola migas di laut Anambas adalah Conoco-Philips, Premier Oil, dan Star Energi. Selain di laut, ketiga perusahaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 44

69 tersebut juga mengandalkan aktivitasnya di basecamp mereka yang terletak di desa Payalaman, kecamatan Palmatak. Potensi sumber daya alam mineral dan energi bervariasi baik berupa galian A (strategis), bahan galian B (vital) maupun bahan galian golongan C. Jenis-jenis bahan tambang yang bisa dijumpai di Kabupaten Kepulauan Anambas, antara lain : minyak bumi dan gas alam, granit, pasir, yang dijadikan sebagai sumber ekonomi. Cadangan minyak bumi dan gas alam yang besar di lepas pantai Kepulauan Anambas (minyak bumi sebesar 326,15 MMSTB dan gas alam 53,06 TSCF (Dirjen Migas 2008) dan cadangan sumber daya mineral batu granit sebesar m 3 yang dimanfaatkan sebagai material bangunan Pertanian Kepulauan Anambas bukan termasuk daerah penghasil beras, namun memiliki potensi untuk dikembangkan. tahun 2008, terdapat Menurut data Anambas dalam angka dua kecamatan yaitu jemaja dan jemaja timur yang memiliki lahan sawah sedangkan kecamatan lainnya belum memiliki lahan sawah. Tabel 49. Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah Menurut Kecamatan Tahun No 2008 Kecamatan Lahan sawah (Ha) Lahan Kering (Ha) Bukan Lahan Sawah Lainnya (Ha) Jumlah (Ha) 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber : Anambas Dalam Angka, 2008 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 45

70 Tabel 50. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi No PadiMenurut Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan Luas tanam(ha) Luas Panen(Ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi 1 Jemaja ,0 2 Jemaja Timur ,0 3 Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah ,8 Sumber : Anambas Dalam Angka 2008 Tabel 51. Luas Areal, Produksi, Rata-rata Produksi dan Jumlah Petani Kelapa No Menurut Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi Jumlah Petani (orang) 1 Jemaja , Jemaja Timur , Palmatak , Siantan , Siantan Selatan , Siantan Tengah , Siantan Timur , Jumlah , Sumber : Anambas Dalam Angka, Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Perhitungan konstan Produk Domestik regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Anambas menggunakan perhitungan dasar tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan migas atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 adalah Rp 5,29 triliun. Sedangkan besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan migas Kabupaten Kepulauan Anambas atas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 46

71 dasar harga konstan 2000 pada tahun 2008 adalah Rp 1,94 triliun. Kemudian jika dilihat PDRB tanpa migas atas dasar harga berlaku hanya Rp 0,56 triliun dan PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan sebesar Rp 0,24 triliun. Selama tahun 2008, sektor yang dominan berdasarkan kontribusinya atas PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki kontribusi sekitar 90%, dilanjutkan sektor pertanian sebesar 6,69%. Pola tersebut juga nampak pada kondisi PDRB atas dasar harga konstan. Jika dilihat pada kondisi PDRB tanpa migas menurut harga berlaku, dominansi sektoral terletak pada sektor pertanian yaitu sebesar 64,05%, dilanjutkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang sebesar 18,02%. Pola tersebut pada kondisi PDRB tanpa migas juga nampak pada keadaan atas dasar harga konstan. Gambaran PDRB menurut harga berlaku dan harga konstan, baik dengan migas dan tanpa migas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 52. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Atas Dasar No Harga Konstan dan Berlaku Menurut Sektor Tahun 2008 (dalam juta rupiah) Lapangan Usaha Dengan Migas Harga Berlaku Tanpa Migas Harga Konstan Dengan Migas Tanpa Migas 1 Pertanian , , , ,62 2 Pertambangan dan Pengolahan , , ,54 929,57 3 Industri Pengolahan 7.230, , , ,82 4 Listrik, Gas & Air Bersih 5 Bangunan dan Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 385,83 172,45 385,83 172, , , , , , , , , , , , , , , , ,07 9 Jasa-jasa , , , ,22 Kep. Anambas , , , ,20 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 47

72 PDRB PerKapita PDRB perkapita diperoleh dengan cara penghitungan pendapatan regional netto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun pertengahan. Dari jumlah PDRB perkapita atas harga berlaku, dapat diketahui mengenai nilai PDRB per satu orang penduduk, sedangkan PDRB perkapita atas harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan perekonomian perkapita penduduk. PDRB perkapita Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2008menurut harga berlaku adalah Rp ,26, sedangkan menurut harga konstan tahun 2000 adalah Rp ,68. PDRB menurut harga yang berllaku adalah Rp ,98 sedangkan menurut arga konstan sebesar Rp , Kesejahteraan Sosial Pendidikan Angka Melek Huruf (AMH) Angka Melek Huruf (dewasa) merupakan proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Pada pemaparan kali ini pengukuran Angka Melek Huruf menggunakan ukuran 10 tahun keatas sesuai dengan data yang tersedia. Data Angka melek huruf disajikan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan wilayah/ Kecamatan seperti yang tersajipadatabel 53 dan Tabel54. Angka melek huruf selain berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur, ternyata tidak berbeda nyata menurut daerah tempat tinggal. Untuk penduduk dewasa yang tinggal di daerah perkotaan, angka melek hurufnya sedikit lebih rendah dibandingkan penduduk dewasa yang tinggal di daerah pedesaan. Dari Tabel 53dapat dilihat bahwa angka melek huruf penduduk dewasa yang tinggal di daerah perkotaan mencapai 89,03 persen, sementara untuk mereka yang tinggal di daerah pedesaan angka melek hurufnya mencapai 89,82 persen. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 48

73 Tabel 53. Angka Melek Huruf Menurut Kelompok Umur, Tahun 2008 No Kelompok Umur Perkotaan Perdesaan Total ,02 98,26 96, ,61 97, ,18 77,57 79, ,52 84,28 83,27 Jumlah 89,03 89,82 89,62 Laki-laki 95,01 91,41 92,25 Perempuan 84,46 88,32 87,26 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil. Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 Jika dilihat khusus untuk penduduk pada usia 50 tahun atau lebih, angka melek hurufnya adalah sebesar 81,52 persen untuk di daerah perkotaan dan 84,28 persen untuk di daerah pedesaan, atau dapat dikatakan bahwa angka buta huruf untuk penduduk usia 50 tahun atau lebih adalah 18,48 persen di daerah perkotaan dan 15,72 persen di daerah pedesaan. Angka Melek huruf jika dilihat dari jenis kelamin, terlihat jelas bahwa Angka Melek Huruf Perempuan masih lebih rendah daripada Laki-laki dengan selisih presentase sebanyak 4,99%. Hal ini menunjukkan masih kurangnya akses Perempuan terhadap pendidikan dan program-program pemberantasan buta huruf. Untuk meningkatkan presentase tersebut maka diperlukan adanya program peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan dan program pemberantasan buta huruf. Tabel54menunjukkan persentase jumlah penduduk usia di atas 10 tahun yang dapat membaca dan menulis. Data yang tersaji terpilah jenis kelamin berdasarkan Kecamatan menunjukkan merupakan data tahun Jika ddibandingkan dengan tahun 2008, AMH total penduduk telah mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan data sebelumnya (tahun 2008), presentase AMH laki-laki meningkat sedangkan Presentase AMH perempuan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa pada rentang tahun 2008 hingga 2010, perempuan tidak mengalami peningkatan akses terhadap pendidikan, sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 49

74 yang terjadi adalah perempuan semakin kekurangan akses terhadap pendidikan. Data tahun 2010 tersebut jauh lebih kaya karena memuat jenis huruf secara lebih spesifik. Tabel54. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan No Kecamatan Latin Arab Lainnya Latin Arab Lainnya Latin Arab Lainnya 1 Jemaja 97,08 88,32 2,92 95,54 86,61 0,89 96,39 87,55 2,01 2 Jemaja Timur Palmatak 92,59 77,16 19,75 84,40 70,92 17,73 88,78 74,26 18,81 4 Siantan 96,22 61,05 4,07 85,27 55,48 6,16 91,19 58,49 5,03 5 Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur 80,30 83,33 1,52 68,75 85,42 0,00 75,44 84,21 0,88 Kep.Anambas 94,08 72,07 7,19 85,67 67,45 7,42 90,25 69,97 7,30 Sumber : Suseda Anambas Angka Rata-Rata Lama Sekolah Lamanya Sekolah (years of schooling) dapat menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT). Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Pada analisa kali ini, penghitungan angka rata-rata lama sekolah menggunakan usia di atas 10 tahun sesuai dengan data yang tersedia. PadaTabel 55 tersaji mengenai data rata-rata lama sekolah penduduk yang berumur 10 tahun keatas menurut wilayah dan jenis kelamin. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa penduduk di perdesaan memiliki rata-rata lama sekolah yang lebih pendek daripada penduduk Perkotaan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 50

75 Secara keseluruhan, rata-rata masyarakat di Kabupaten Kepulauan Anambas hanya mengenyam pendidikan sekolah hingga lulus tingkat SD yang di tunjukkan dari angka total di Kepulauan Anambas sebanyak 5,94 tahun. Dilihat dari sebarannya, sebagian melanjutkan ke tingkat SMP namun tidak sampai lulus dan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Menurut jenis kelamin, jika dilihat secara menyeluruh, perempuan memiliki lama sekolah yang lebih pendek daripada penduduk laki-laki. Hal ini dapat dikarenakan adanya anggapan di masyarakat untuk lebih mempriorotaskan lakilaki untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Tabel 55. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 No Kecamatan Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan L P Total L P Total L P Total 1 Jemaja 7,12 7,07 7,10 6,58 6,22 6,43 6,91 6,77 6,85 2 Jemaja Timur ,81 6,73 6,25 5,81 6,73 6,25 3 Palmatak 6,13 5,29 5,74 5,67 5,20 5,45 5,82 5,23 5,54 4 Siantan 8,20 7,01 7,66 6,27 5,50 5,92 7,48 6,45 7,00 5 Siantan Selatan ,94 3,83 4,39 4,94 3,83 4,39 6 Siantan Tengah ,31 5,63 5,47 5,31 5,63 5,47 7 Siantan Timur 4,27 3,35 3,89 3,98 3,40 3,71 4,09 3,38 3,78 Kep.Anambas 7,15 6,32 6,77 5,59 5,16 5,38 6,22 5,61 5,94 Sumber: Suseda Anambas Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Angka partisipasi murni merupakan perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. Angka partisipasi Murni penduduk untuk mengenyam pendidikan memiliki tren yang terus turun. Dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin rendah tingkat partisipasi Murni penduduk. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 51

76 Tabel 56. Angka Partisipasi Murni Pendidikan (APM) Menurut Kecamatan dan Tingkat No Kecamatan APM SD SLTP SMU 1 Jemaja 92,45 13, Jemaja Timur 86,96 31, Palmatak 87,43 22,22 1,49 4 Siantan 88,68 18,75 2,86 5 Siantan Selatan 94,44 61, Siantan Tengah 76,67 38,46 10,53 7 Siantan Timur 88,89 36,67 10,71 Kepulauan Anambas 88,31 26,69 3,45 Sumber: Suseda Anambas Angka Partisipasi Kasar (APK) Berbeda dengan APM, APK merupakan perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Tabel 57. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kecamatan dan Usia No Kecamatan Angka Partisipasi Kasar Jemaja 111,32 91,3 46,15 2 Jemaja Timur 143,48 81, Palmatak 107,19 87,5 86,57 4 Siantan 116,98 118,75 72,86 5 Siantan Selatan 127, Siantan Tengah 113,33 123,08 78,95 7 Siantan Timur 114,81 113,33 67,86 Kepulauan Anambas 114,75 98,31 70,26 Sumber: Suseda Anambas 2010 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 52

77 Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) Angka Pendidikan yang Ditamatkan adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. Penghitungan APT bermanfaat untuk melihat pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. Tabel 58. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijazah/STTB di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 No Kecamatan Tidak Mempu nyai Ijazah SD/MI SLTP/ MTs SMU/ MA SMK 1 Jemaja 26,88 43,22 13,57 12,81 1,01 1,01 0,25 1,26 0,00 2 Jemaja Timur 35,33 40,00 11,33 8,67 2,67 0,67 0,00 1,33 0,00 3 Palmatak 48,69 29,21 10,05 8,69 0,73 0,84 0,52 1,26 0,00 4 Siantan 33,07 29,05 11,09 14,23 4,51 1,67 1,67 4,51 0,20 5 Siantan Selatan 62,74 26,42 2,83 5,66 0,94 0,94 0,00 0,47 0,00 6 Siantan Tengah 44,65 33,02 11,63 4,65 1,86 1,86 1,40 0,93 0,00 7 Siantan Timur 66,56 22,81 7,50 2,50 0,31 0,00 0,31 0,00 0,00 Kep.Anambas 42,95 30,80 10,25 9,85 2,08 1,10 0,83 2,08 0,06 Sumber: Suseda Anambas 2010 DI/ D II DIII DIV/ S1 Angka APT berkisar antara 0 sampai dengan 100. Dari Tabel 58terlihat bahwaapt yang paling banyak adalah APT SD sebanyak 30,80% yang diikuti oleh SLTP/MTs (10,25%), SMU/MA (9,85%), SMK (2,08%), Universitas (2,08), Diploma II (1,10%), Diploma III (0,83%), dan yang terendah adalah tingkat S3 sebanyak 0,06. Dari data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Kapulauan Anambas hanya tamat SD. S2- S Kesehatan Angka Usia Harapan Hidup Tabel 59menunjukkan angka harapan hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 67,07 tahun. Hal ini memiliki arti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2008 diperkirakan dapat mencapai usia antara 67 sampai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 53

78 68 tahun. Sedangkan angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan mencapai 69,70 tahun, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan harapan hidup penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Ini menunjukkan perlunya ditingkatkan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Tabel 59. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2007 dan 2008 Angka Harapan Tahun Standar UNDP Hidup Nilai Maksimum Nilai Minimum Kepulauan Riau 69,6 69, Kepulauan Anambas - 67, Sumber : BPS, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2007 dan 2008 Untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup, diperlukan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan Persentase Balita Gizi Buruk Dari data yang diperolah mengenai status gizi balita, Kabupaten kepulauan Anamabas tidak memiliki balita yang mengalami gizi buruk. Namun demikian masih ada sejumlah balita yang mengalami kekurangan gizi. Tabel 60. Status Gizi Balita Menurut Kecamatan Tahun 2010 No Kecamatan Sasaran Balita Status Gizi Gizi buruk Gizi Kurang 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber: Profil Anambas 2010 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 54

79 Kemiskinan. Berdasarkan data sekunder yang terhimpun, jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai jiwa (Dinkessos Kabupaten Kepulauan Anambas 2009). Artinya, 19,13% penduduk yang ada tergolong miskin. Angka kemiskinan ini masih di atas angka kemiskinan desa di Indonesia yang sebesar 17,35%. Sementara jumlah rumah tangga miskin Kabupaten Kepulauan Anambas berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2008 (PPLS08) yang dilaksanakan oleh BPS Kabupaten Kepulauan Natuna tahun 2008 adalah rumah tangga. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Anambas menurut Kecamatan Tahun Tabel 61. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Kepulauan Anambas Menurut No Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Miskin * Jumlah Masyarakat Miskin ** KK ART 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Jumlah Sumber : * BPS (2008) dan **Dinkessos Kabupaten Kepulauan Anambas (April 2009) Selain penduduk miskin, juga terdapat sejumlah penduduk yang rawan sosial atau penyandang cacat. Penyandang cacat terdiri dari cacat fisik, netra, runggu, mental/jiwa, fisik mental dan cacat lainnya. Data yang ditampilkan pada Tabel 62menunjukkan jumlah terbesar adalah penyandang cacat fisik. Data tersebut juga menunjukan bahwa penyandang cacat fisik paling banyak ditemukan di Kecamatan Palmatak yakni 67 orang. Kemungkinan faktor yang menyebabkan kecacatan fisik tersebut adalah kecelakaan pekerjaan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 55

80 Tabel 62. Jumlah Penyandang Cacat per Kecamatan Tahun 2008 No Kecamatan Penyandang Cacat Fisik Netra Rungu Mental/jiwa Fisik/mental Lainnya 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Total Sumber: Disdukcapilnakertrans 2009 Di Kabupaten Kepulauan Anambas saat ini terdapat beberapa yayasan yang bergerak di bidang sosial. Meskipun di Kabupaten Kepulauan Anambas terdapat sejumlah penduduk sebagai penyandang cacat, namun tidak satupun yayasan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengelola penyandang cacat fisik. Adapun yayasan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Anambas lebih menekankan programnya di bidang pendidikan dan penyantunan anak yatim piatu serta fakir miskin. Yayasan tersebut antara lain Yayasan Miftahul Janah dan Yayasan Al Muhajirin. Kedua yayasan tersebut berdomisili di Tarempa, ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas. Kedua yayasan tersebut hampir memiliki program yang sama yakni (i) menyantuni anak-anak yatim piatu dan fakir miskin agar dapat menjalani pendidikan, (ii) memberikan uang saku dan tambahan makanan secara periodik, (iii) menyantuni anak-anak ketika bulan suci Ramadhan dan Idul Adha, dan (iv) mengkuliahkan anak-anak tersebut sesuai dengan kemampuan yayasan. Jumlah keseluruhan anak-anak yang disantuni hingga Maret 2009 sejumlah 355 orang dengan jumlah pengasuh 10 orang. Dari sejumlah tersebut 40 orang anak ditampung di pemondokan Kesempatan Kerja (Rasio Penduduk yang Bekerja) Ketenagakerjaan di Kabupaten Kepulauan Anambas masih cukup memprihatinkan. Data yang dikeluarkan oleh Dinas Penduduk, Catatan Sipil dan Tenaga Kerja per Januari 2009 menunjukkan bahwa sekitar penduduk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 56

81 No Kabupaten Kepulauan Anambas belum mendapatkan pekerjaan. Angka ini tergolong besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Berdasarkan perbandingan antar kecamatan, kecamatan Palmatak memiliki penduduk yang paling besar dari kecamatan lainnya untuk pengangguran terbuka (belum mendapatkan pekerjaan) yakni sejumlah orang. Namun demikian, jika dilihat dari rasio penduduk yang belum bekerja dengan jumlah total penduduk di masing-masing kecamatan, justru Kecamatan Siantan Selatan yang lebih besar tingkat pengangguran yakni sebesar 23%. Tabel 63. Jenis Pekerjaan Berdasarkan Lapangan Usaha Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 Lapangan Usaha Siantan Siantan Selatan Siantan Timur Siantan Tengah Palmatak Jema -ja Jema -ja Timur 1 Belum Bekerja Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa Pensiunan PNS/TNI/POLRI Perdagangan Nelayan Pertanian/Perkebu nan Peternak Industri Konstruksi Karyawan Buruh Harian/Lepas Jasa Lain-lain Jumlah Sumber : Diolah dari data Disduk Capil dan Taker Kabupaten Kepulauan Anambas, Kriminalitas Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk dalam kondisi yang aman dan kondusif. Namun potensi gangguan keamanan dan ketertiban yang perlu dicermati adalah konflik sumber Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 57

82 daya alam (perambahan dan penangkapan ikan secara liar), konflik antarkelompok atau antar-desa tertentu, serta konflik masalah tanah (petuanan). Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya sangat membutuhkan partisipasi dan keterlibatan dari seluruh komponen jajaran suprastruktur dan infrastruktur kemasyarakatan dalam mengantisipasi dan mengatasinya melalui peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk menyelesaikannya secara rasional ataupun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Aspek Daya Saing Daerah Daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan. Untuk mempertahankan para pelaku ekonomi yang telah berada di daerah atau mengundang pelaku ekonomi baru, maka ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness). Beberapa indikator untuk mengukur daya tarik daerah adalah sebagai berikut: Kemampuan Ekonomi Daerah Angka Konsumsi Rumah Tangga per Kapita Indikator angka konsumsi rumah tangga (RT) per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 menunjukkan bahwa pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar rupiah per bulan, dan pengeluaran makanan dan non makanan secara persentase memiliki bobot yang hampir sama, yaitu sekitar 50 persen, terlihat juga bahwa sebanyak 24,92 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk ke dalam 40 persen terendah, 63,37 persen termasuk kedalam 40 persen menengah, dan sebanyak 11,71 persen penduduk yang termasuk ke dalam 20 persen teratas. Berdasarkan kriteria tingkat ketimpangan pendapatan penduduk yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, maka dapat dikatakan bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 58

83 tingkat ketimpangan pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terendah angkanya di atas 17 persen. Tabel 64. Pengeluaran Rata-rata (Rp) Nominal dan Persentase Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2008 No Keterangan Pengeluaran Rata-rata Nominal Persen 1 Makanan ,58 2 Bukan Makanan ,42 - Perumahan ,30 - Barang dan Jasa ,85 - Pakaian ,15 - Barang Tahan Lama ,95 - Lainnya ,17 Jumlah ,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Prov.Kepri, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008 Tabel 65menyajikan data persentase penduduk menurut kecamatan dan golongan pengeluaran perkapita sebulan dari hasil Kor Suseda Tabel 65menunjukkan bahwa modus rata-rata pengeluaran penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas sebulan berada pada golongan pengeluaran antara Rp Rp dengan persentase sebesar 31,06 persen, diikuti golongan pengeluaran antara Rp Rp dengan persentase sebesar 29,66 persen. Bila dibandingkan menurut tipe daerah, modus pengeluaran penduduk perkotaan dan perdesaan berbeda. Di daerah perkotaan modus rata-rata pengeluaran penduduk sebulan pada golongan pengeluaran di atas Rp sebesar 36,18 persen, sedangkan didaerah perdesaan modusnya adalah pada golongan pengeluaran antara Rp Rp sebesar 36,66 persen. Keadaan ini menggambarkan bahwa rata-rata tingkat pengeluaran perkapita penduduk perkotaan jauh lebih tinggi daripada penduduk perdesaan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 59

84 Tabel 65. Persentase Penduduk di Perkotaan Menurut Kecamatan No danpengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2010 Kecamatan Persentase Penduduk di Perkotaan berdasarkan Golongan Pengeluaran per Kapita sebulan (%) Jemaja 0,00 6,49 48,05 23,38 9,09 12,99 2 Jemaja Timur Siantan Selatan Siantan 0,00 1,09 7,65 18,03 15,30 57,92 5 Siantan Timur 0,00 18,75 56,25 21,88 3,13 0,00 6 Siantan Tengah Palmatak 0,00 1,05 17,89 37,89 17,89 25,26 Kep.Anambas 0,00 3,62 22,22 24,29 13,70 36,18 Sumber: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008, diolah Tabel 66. Persentase Penduduk di Perdesaan Menurut Kecamatan dan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 Persentase Penduduk di Perdesaan berdasarkan No Kecamatan Golongan Pengeluaran per Kapita sebulan (%) Jemaja 2,17 4,35 45,65 45,65 0,00 2,17 2 Jemaja Timur 2,08 6,25 62,50 27,08 2,08 0,00 3 Palmatak 0,00 2,43 26,21 30,58 21,84 18,93 4 Siantan 0,00 3,70 28,70 33,33 14,81 19,44 3 Siantan Selatan 0,00 0,00 35,53 42,11 11,84 10,53 6 Siantan Tengah 0,00 6,35 33,33 33,33 14,29 12,70 7 Siantan Timur 0,00 9,38 62,50 25,00 3,13 0,00 Kep. Anambas 0,33 3,93 36,66 33,06 13,42 12,60 Sumber: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008, diolah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 60

85 Tabel 67. Persentase Penduduk Menurut Kecamatan dan Pengeluaran per No Kapita Sebulan di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 Kecamatan Persentase Penduduk Menurut Kecamatan berdasarkan Golongan Pengeluaran per Kapita sebulan (%) Jemaja 0,81 5,69 47,15 31,71 5,69 8,94 2 Jemaja Timur 2,08 6,25 62,50 27,08 2,08 0,00 3 Palmatak 0,00 1,99 23,59 32,89 20,60 20,93 4 Siantan 0,00 2,06 15,46 23,71 15,12 43,64 5 Siantan Selatan 0,00 0,00 35,53 42,11 11,84 10,53 6 Siantan Tengah 0,00 6,35 33,33 33,33 14,29 12,70 7 Siantan Timur 0,00 12,50 60,42 23,96 3,13 0,00 Kep.Anambas 0,20 3,81 31,06 29,66 13,53 21,74 Sumber: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008, diolah Tabel 68. Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Golongan Pengeluaran Per Kapita dikabupaten Kepulauan Anambas No Golongan Pengeluaran per Kapita Persentase (%) , , , , , ,74 Jumlah 100,00 Sumber: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008, diolah Berdasarkan penggolongan angka konsumsi per kapita, maka jumlah RT paling banyak (31,06%) terdapat pada golongan angka konsumsi per kapita Rp ,00-Rp ,00. Terbanyak kedua (29,66%) adalah pada golongan Rp ,00-Rp ,00. Golongan konsumsi paling kecil (<Rp ,00) memiliki persentase rumah tangga paling kecil pula yaitu sebesar 0,20% (Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008). Hal ini menunjukkan bahwa kelas menengah adalah dominan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 61

86 Pengeluaran Konsumsi Non Pangan per Kapita Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita dibuat untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga di luar pangan. Pada tahun 2009, rata-rata pengeluaran konsumsi non pangan per kapita adalah sebesar 40,65%. Besaran pengeluaran konsumsi non pangan berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan. Dari Tabel 69dapat dilihat bahwa diantara 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas, kecamatan yang persentase pengeluaran non pangannya paling tinggi adalah Kecamatan Siantan Tengah, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Palmatak. Tabel 69. Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Menurut Kecamatan di No Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2009 Kecamatan Pengeluaran (Rp) Makanan Bukan Makanan Total Pengeluaran 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Kepulauan Anambas Sumber: BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Tabel 70. Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Menurut No Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2009 Kecamatan Persentase Pengeluaran (%) Makanan Bukan Makanan 1 Jemaja 58,57 41,43 2 Jemaja Timur 66,53 33,47 3 Palmatak 73,28 26,72 4 Siantan 60,92 39,08 5 Siantan Selatan 62,37 37,63 6 Siantan Tengah 42,69 57,31 7 Siantan Timur 56,91 43,09 Kepulauan Anambas 59,35 40,65 Sumber: BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 62

87 Produktivitas Total Daerah Produktivitas total daerah menunjukkan tingkat produktivitas tenaga kerja untuk setiap lapangan usaha/sektor. Produktivitas total daerah dihitung dengan membagi nilai PDRB per sektor dengan jumlah angkatan kerja pada sektor tersebut. Pada tahun 2008, sektor yang memiliki produktivitas tertinggi adalah pertanian dan perikanan dengan nilai produktivitas sebesar 60.11, disusul oleh sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai Produktivitas sektor perdagangan ada di urutan ketiga dengan nilai Sektor dengan produktivitas terendah adalah sektor jasa-jasa dengan nilai produktivitas sebesar Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian, yaitu mencapai 5956 orang. Nilai produktivitas dari sektor ini mencapai 60,11. Produktivitas sektor pertanian menggungguli seluruh sektor yang lainnya. Sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah sektor lainnya, yang meliputi sektor bangunan; dan sektor listrik dan air bersih, yaitu dengan jumlah tenaga kerja 416. Nilai produktivitasnya yaitu sebesar 41,85. Selengkapnya mengenai produktivitas total daerah dapat dilihat pada Tabel 71. Tabel 71. Produktivitas Total Daerah di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun No 2008 Lapangan Usaha/Sektor PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas Jumlah Tenaga Kerja *) Produktivitas 1 Pertanian dan Perikanan , ,11 2 Industri dan Pertambangan 9.266, ,05 3 Perdagangan , ,49 4 Angkutan dan Komunikasi , ,23 5 Jasa Kemasyarakatan , ,81 6 Lainnya , ,85 Jumlah , ,49 Keterangan: *)Tenaga kerja --> penduduk kelompok umur 15 tahun ke atas Sumber: BPS Prov.Kepri, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 63

88 Infrastruktur Wilayah Aksesibilitas Daerah Rasio panjang jalan Panjang jalan di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2009 mencapai 158,8 km yang terdiri atas 31,9 km jalan aspal, 67,3 km jalan semen, dan 59,6 km jalan tanah batu. Tabel 72. Panjang Jalan Berdasarkan Kategori Jalan di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2009 Jenis Permukaan No Kecamatan Panjang Ruas (m) Aspal (m) Semen (m) Tanah Batu (m) 1 Jemaja Timur 22,400 4,500 14,400 3,500 2 Jemaja 13,300 9,500 1,800 2,000 3 Palmatak 49,690 4,900 21,035 23,755 4 Siantan Selatan 8,400-2,752 5,648 5 Siantan Timur 8,452-4,332 4,120 6 Siantan 52,328 13,000 20,611 18,717 7 Siantan Tengah 4,215-2,350 1,865 Total 158,785 31,900 67,280 59,605 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, Pada tahun yang sama, jumlah kendaraan pribadi roda empat yang terdaftar mencapai 70 unit.berdasarkan panjang jalan yang ada, maka rasio panjang jalan per jumlah kendaraan roda empat mencapai 2.3. Artinya, untuk setiap kendaraan roda empat tersedia jalan sepanjang 2.3 km. Untuk kondisi jalan, aspal sebagian besarnya (14,45 km atau 45,30%) berada dalam kondisi sedang, jalan semen sebagian besarnya (31,45 km atau 46,74%) berada dalam kondisi baik, dan jalan tanah sebagian besarnya (28,36 km atau 47,57%) berada dalam kondisi sedang. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 64

89 Tabel 73. Kondisi Jalan menurut Kecamatan Tahun 2009 N o Keca mata m Jemaj a Timur Aspal Kondisi Baik (km) Sedang (km) Rusak (km) Rusak Berat (km) Se me n Tan ah Asp al Se me n Tan ah As pal Se me n Tan ah Asp al Seme n Jemaj a Palm atak Siant an Selat an Siant an Timur Siant an Siant an Teng ah Tan ah Total Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Anambas Jumlah bongkar muat barang melalui pelabuhan Pelabuhan Tarempa yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas dilalui pelayaran dalam dan luar negeri. Berdasarkan data banyaknya bongkar muat barang melalui pelabuhan, dapat diketahui bahwa jumlah bongkar muat barang melalui perdagangan dalam negeri lebih tinggi dibanding luar negeri. Tabel 74. Banyaknya Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Tarempa, Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 No Jenis Bongkar Muat Jumlah 1 Perdagangan Dalam Negeri , ,5 2 Perdagangan Luar Negeri 411, ,1 Total , , ,6 Sumber: Anambas Dalam Angka 2008 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 65

90 Fasilitas Bank dan Non Bank Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian tidak lepas dari peran sektor perbankan. Selain sebagai tempat untuk melakukan simpan pinjam, juga sebagai media transaksi yang cepat dan akurat. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2008 hanya memiliki dua (2) bank. Seiring semakin meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat diharapkan sektor perbankan ini dapat memperluas jangkauan pelayanan agar memudahkan para pelaku ekonomi Ketersediaan Air Bersih BerdasarkanTabel 75, pada tahun 2010, 65.89% rumah tangga telah menggunakan air bersih. Air bersih tersebut berasal dari bermacam sumber meliputi air kemasan bermerek, air isi ulang, air ledeng meteran, air ledeng eceran, sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung (Statistik Kesejahteraan Rakyat, Hasil Suseda Kabupaten Kepulauan Anambas 2010). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 66

91 Tabel 75. Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kepulauan Anambas No Tahun 2010 Kecamatan Air kemasan bermer k Air isi ulang Leding meteran Leding eceran Sum ur bor/ pom pa Sumur terlindung Sumu r tak terlindung Mata air terlindung Mata air tak terlin-dung Air sunga i 1 Jemaja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 93,50 5,69 0,00 0,00 0,81 2 Jemaja Timur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Palmatak 2,66 6,31 0,00 1,66 6,64 8,31 23,26 32,56 18,27 0,00 0,00 0,33 4 Siantan 24,83 5,52 8,97 1,38 0,00 1,38 0,34 41,03 15,86 0,69 0,00 0,00 Air huja n Lain nya 5 Siantan Selatan 6 Siantan Tengah 7 Siantan Timur Kepulauan Anambas 0,00 1,32 0,00 0,00 0,00 13,16 0,00 72,37 13,16 0,00 0,00 0,00 0,00 1,59 0,00 0,00 0,00 0,00 7,94 17,46 73,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,04 0,00 98,96 0,00 0,00 0,00 8,02 3,71 2,61 0,90 2,01 3,91 7,72 44,73 25,98 0,20 0,00 0,20 Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, Hasil Suseda Kab. Kep. Anambas 2010 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 67

92 Ketersediaan Listrik Pada tahun 2008, tercatat terdapat 1438 rumah tangga di Kabupaten Kepulauan Anambas yang menggunakan listrik, dimana 748 rumah tangga menggunakan listrik yang bersumber dari PLN (52.2%), sedangkan sisanya (47.8%) bersumber dari non PLN. Jumlah pelanggan tersebut tidak keseluruhannya adalah pelanggan rumah tangga karena memperhatikan golongan tarifnya, selain rumah tangga juga terdapat sosial, bisnis, industri, pemerintah, dan multiguna. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Kepulauan Anambas (2008) menyatakan bahwa 92,89% rumah tangga telah menggunakan penerangan listrik, yaitu 44.69% bersumber dari PLN, sedangkan 48.20% bersumber dari non PLN (Tabel 76). Tabel 76. Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dansumber No Penerangan di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 Kecamatan Listrik PLN Listrik non PLN Petromak/ Aladin Pelita/ Sentir/ Obor Lainnya 1 Jemaja 54,47 30,89 2,44 12,20 0,00 2 Jemaja Timur 20,83 64,58 0,00 14,58 0,00 3 Palmatak 44,19 51,50 1,00 2,99 0,33 4 Siantan 75,26 16,15 0,34 7,90 0,34 5 Siantan Selatan 0,00 93,42 1,32 2,63 2,63 6 Siantan Tengah 6,35 88,89 0,00 4,76 0,00 7 Siantan Timur 13,54 86,46 0,00 0,00 0,00 Kep.Anambas 44,69 48,20 0,80 5,91 0,40 Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, Hasil Suseda Kab. Kep. Anambas Ketersediaan Penginapan, Restoran, dan Rumah Makan Pada tahun 2008, di Kabupaten Kepulauan Anambas terdapat 15 penginapan, 4 restoran, dan 33 rumah makan. Sebaran penginapan, restoran, dan rumah makan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Tabel 77 berikut ini. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 68

93 Tabel 77. Jumlah Hotel, Restoran, dan Rumah Makan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2008 No Kecamatan Penginapan Restoran Hotel 1 Jemaja Jemaja Timur Palmatak Siantan Siantan Selatan Siantan Tengah Siantan Timur Kepulauan Anambas Sumber: Dinas Pariwisata, Perhubungan dan Komunikasi, Kabupaten Kepulauan Anambas (Anambas Dalam Angka, 2008) Sumber Daya Manusia Kualitas Tenaga Kerja Ketenagakerjaan di Kabupaten Kepulauan Anambas masih sangat memprihatinkan. Dari data yang dikeluarkan oleh Dinas Penduduk, Catatan Sipil dan Tenaga Kerja per Januari 2009, menunjukkan bahwa sekitar 6549 orang masyarakat di Kabupaten Kepulauan Anambas yang belum mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan perbandingan antar kecamatan, Kecamatan Palmatak memiliki penduduk yang paling besar dari kecamatan lainnya untuk pengangguran terbuka (belum mendapatkan pekerjaan), yakni sejumlah 1789 orang. Namun demikian, jika dilihat dari rasio penduduk yang belum bekerja dengan jumlah total penduduk di masing-masing kecamatan, justru Kecamatan Siantan Selatan yang lebih besar tingkat pengangguran yakni sebesar 23%. Dari populasi penduduk berusia 10 tahun ke atas, 4.01% diantaranya menamatkan pendidikan tinggi, yaitu Diploma, S1, S2 dan S3 (Profil Kabupaten Kepulauan Anambas 2010). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 69

94 Tabel 78. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Kecamatan dan Ijazah/STTB di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 No Kecamatan Tidak Mempu nyai Ijazah SD/MI SLTP/ MTs SMU/ MA SMK 1 Jemaja 26,88 43,22 13,57 12,81 1,01 1,01 0,25 1,26 0,00 2 Jemaja Timur 35,33 40,00 11,33 8,67 2,67 0,67 0,00 1,33 0,00 3 Palmatak 48,69 29,21 10,05 8,69 0,73 0,84 0,52 1,26 0,00 4 Siantan 33,07 29,05 11,09 14,23 4,51 1,67 1,67 4,51 0,20 5 Siantan Selatan 62,74 26,42 2,83 5,66 0,94 0,94 0,00 0,47 0,00 6 Siantan Tengah 44,65 33,02 11,63 4,65 1,86 1,86 1,40 0,93 0,00 7 Siantan Timur 66,56 22,81 7,50 2,50 0,31 0,00 0,31 0,00 0,00 Kep.Anambas 42,95 30,80 10,25 9,85 2,08 1,10 0,83 2,08 0,06 Sumber: Profil Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 DI/ D II DIII DIV/ S1 S2- S Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja (Permendagri 54/2010). Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sebaliknya, persentase dependencyratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi (Permendagri 54/2010). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 70

95 Tabel 79. Persentase Penduduk Menurut Kecamatan dan Golongan Umur di Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 No Kecamatan Golongan Umur Jumlah 1 Jemaja 27,81 67,89 4,29 100,00 2 Jemaja Timur 29,89 66,85 3,26 100,00 3 Palmatak 32,51 63,62 3,87 100,00 4 Siantan 30,75 64,91 4,35 100,00 5 Siantan Selatan 34,63 61,84 3,53 100,00 6 Siantan Tengah 26,15 71,15 2,69 100,00 7 Siantan Timur 31,04 65,90 3,05 100,00 Kepulauan Anambas 30,89 65,25 3,87 100,00 Sumber: Profil Kabupaten Kepulauan Anambas, 2010 Berdasarkan Tabel 79dapat dihitung bahwa jumlah penduduk yang belum produktif (< 15 tahun) mencapai 30.89% dan penduduk yang tidak produktif (> 65 tahun) mencapai 3.87% sedangkan penduduk usia produktif (15 tahun > usia produktif < 64 tahun) adalah sebesar 65,25%. Maka, rasio ketergantungan adalah sebesar 53,27. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 53 orang penduduk usia tidak produktif. Semakin besar angka ketergantungan, maka semakin besar pula beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif, berarti semakin besar hambatan atas upaya perkembangan daerah Jumlah Pegawai Pemerintah Daerah Secara total, jumlah pegawai kabupaten Kepulauan Anambas mencapai orang yang terdiri atas orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 354 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan orang Pegawai Tidak Tetap (PTT).Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, maka terbanyak adalah lulusan S1 sebesar 38%, disusul dengan lulusan SLTA sebanyak 20,63%. Hanya 1,96% diantaranya yang berpendidikan S2. Tabel 80. Jumlah Pegawai Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas No Unit Organisasi/Nama/ PNS CPNS PTT JUMLAH 1 Total Pegawai Kabupaten Kep. Anambas Jumlah Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas 2011 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 71

96 3. BAB III TINJAUAN TERHADAP DOKUMEN PERENCANAAN TERKAIT Mengingat dokumen-dokumen perencanaan lainnya yang menjadi acuan belum tersedia, maka pada Bab ini hanya dilakukan tinjauan terhadap dokumen perencanaan yang telah tersedia saja yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN ) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kepulauan Riau RPJM Nasional Strategi Visi Indonesia adalah: Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.Adapun misi-misinya adalah: 1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera 2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi 3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional , ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun , yaitu: Agenda I Agenda II Agenda III Agenda IV Agenda V : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat; : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan; : Penegakan Pilar Demokrasi; : Penegakan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi; dan : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan Prioritas Nasional Visi dan Misi pemerintah , perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 72

97 Nasional di bawah ini bertujuan untuk sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Dengan demikian Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi prioritas nasional ke-10 karena merupakan salah satu dari 183 kabupaten yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal dalam RPJMN Selain itu posisi Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan memiliki beberapa pulau terluar diharapkan menjadi beranda depan bagi NKRI Arah Kebijakan Umum Arah kebijakan umum pembangunan nasional adalah sebagai berikut: 1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan. 2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab. 3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 73

98 kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender. Keadilan juga `hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih Kerangka Ekonomi Makro Peningkatan Kesejahteraan Rakyat melalui Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan Selama kurun waktu ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh secara bertahap dari 5,5-5,6 persen pada tahun 2010 menjadi 7,0-7,7 persen pada tahun 2014 atau dengan rata-rata 6,3-6,8 persen pertahun selama 5 tahun. Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi masyarakat yang merupakan komponen utama dari permintaan domestik, serta investasi dan ekspor barang dan jasa. Konsumsi masyarakat diproyeksikan pada tingkat pertumbuhan 5,3-5,4 persen per tahun, sedangkan investasi dan ekspor diharapkan akan meningkat secara bertahap mulai tahun 2010 setelah mengalami pertumbuhan negatif. Investasi diperkirakan tumbuh rata-rata 9,1-10,8 persen dan eskpor barang dan jasa meningkat rata-rata 10,7-11,6 persen per tahun. Konsumsi masyarakat terus didorong dengan meningkatkan daya beli masyarakat melalui upaya mengendalikan inflasi dan menjaga ketersediaan bahan pokok. Upaya untuk mendorong investasi dilakukan dengan peningkatan harmonisasi kebijakan dan penyederhanaan prosedur perijinan investasi; dan peningkatan fasilitas investasi. Ekspor terus dipacu pertumbuhannya dengan berbagai kebijakan, antara lain: peningkatan akses pasar internasional terutama pasar non tradisional; peningkatan kualitas dan diversifikasi produks ekspor; dan peningkatan fasilitas ekspor. Dari sisi produksi, setelah mengalami pertumbuhan rendah selama , pertumbuhan industri pengolahan non migas akan didorong kembali sebagai penggerak pertumbuhan dengan rata rata pertumbuhan 6,1-6,7 persen. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 74

99 Upaya mendorong pertumbuhan industri dilakukan dengan kebijakan penumbuhan populasi usaha industri, penguatan struktur industri, dan peningkatan produktivitas usaha industri. Sementara itu sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan diperkirakan tumbuh ratarata 3,6-3,7 persen per tahun, dengan kebijakan antara lain mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, serta peningkatan pendapatan petani.dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ini, kesejahteraan rakyat akan senantiasa bisa ditingkatkan Pembangunan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan Target pertumbuhan ekonomi tersebut akan disertai dengan berbagai kebijakan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan antara lain kebijakan dalam ketenagakerjaan, pemberdayaan usaha kecil dan menengah, dan penanggulangan kemiskinan. Untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif termasuk menyertakan semua kelompok masyarakat dan golongan serta masyarakat yang berada di wilayah-wilayah yang terpencil dan terisolasi, dilakukan kebijakan dan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, meningkatkan efektivitas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sebagaimana diuraikan di dalam Prioritas Penanggulangan Kemiskinan agar dapat melayani dan menjangkau masyarakat miskin, yang selama ini memiliki tingkat pendapatan yang rendah serta keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar. Program-program bantuan sosial berbasis keluarga dilakukan untuk membantu kelompok masyarakat ini, agar mereka tetap terpenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga pemenuhan kebutuhan dan layanan dasar yang masih rendah dapat ditingkatkan dan kesenjangan akses antar kelompok pendapatan akan dapat dikurangi. Selanjutnya, program bantuan sosial ini juga akan lebih memperhatikan kelompok masyarakat penyandang cacat, lansia terutama yang berasal dari keluarga miskin, anak terlantar, serta masyarakat terpinggirkan, agar mereka mendapatkan akses terhadap kebutuhan dan layanan dasar serta sumber daya produktif untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sementara itu, program PNPM Mandiri dikhususkan untuk membantu masyarakat bersama penduduk miskin agar mereka berdaya dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 75

100 akhirnya mampu berpartisipasi aktif dalam mengentaskan dirinya dari kemiskinan dan pada gilirannya mampu berpartisipasi dalam pembangunan di wilayahnya secara lebih luas. Selanjutnya, program dalam cluster Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro juga diarahkan untuk dapat membantu pekerja informal, sehingga mereka memiliki akses yang sama untuk berusaha dan meningkatkan pendapatan untuk memperbaiki kesejahteraannya. Secara keseluruhan programprogram dalam tiga cluster penanggulangan kemiskinan ditingkatkan efektivitasnya untuk meningkatkan jangkauan pemenuhan kebutuhan layanan dasar bagi masyarakat miskin, penyandang cacat, lansia dan terpinggirkan sehingga proses pembangunan dapat mengikutsertakan seluruh komponen bangsa.hasil pembangunan dapat dinikmati semua lapisan masyarakat dan pada akhirnya dapat secara aktif berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, kebijakan dan program yang berpihak kepada perempuan dan anak terus dilakukan, terutama pembinaan anak-anak terlantar yang tidak memiliki keluarga dan orang tua yang dapat membantu mereka untuk membangun masa depan demi peningkatan kualitas kesejahteraannya. Kebijakan dan program untuk memberi perhatian pada perempuan dan anak dilakukan melalui kebijakan dan program dalam Prioritas Nasional lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat. Ketiga, pembangunan infrastruktur perdesaan merupakan program penting yang akan dilakukan untuk memberi kesempatan sama kepada masyarakat di daerah perdesaan, dan daerah terpencil dan terisolasi. Berkaitan dengan itu, pembangunan daerah perbatasan memerlukan perhatian khusus, sehingga masyarakat di daerah perbatasan akan memiliki kesempatan yang sama dengan masyarakat di wilayah lainnya untuk menikmati hasil pembangunan dan berpartisipasi serta berkontribusi dalam pembangunan nasional. Kebijakan dan program yang diarahkan untuk ini semua dilakukan melalui Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik Kebutuhan Investasi dan Kebijakan Pendanaan Pembangunan Nasional serta Pemanfaatannya Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan, kebijakan pendanaan investasi diarahkan untuk menjamin ketersediaan dan mengoptimalkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 76

101 pendanaan pembangunan menuju kemandirian pendanaan pembangunan. Dalam kaitan itu, strategi utama pendanaan pembangunan adalah (i) optimalisasi sumber dan skema pendanaan pembangunan baik yang telah ada maupun yang akan dikembangkan, dan (ii) peningkatan kualitas pemanfaatan sumber dan skema pendanaan pembangunan. Salah satu sumber pendanaan yang dapat diotimalkan adalah melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Pelaksanan CSR oleh badan usaha yang beroperasi di Indonesia telah diamanatkan dalam UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. CSR selanjutnya lebih diarahkan kepada peningkatan keselarasan kegiatannya dengan program pemerintah dalam mendukung pembangunan nasional, antara lain termasuk pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) serta penanganan perubahan iklim. Mengingat potensi CSR cukup besar dalam menunjang pencapaian tujuan pembangunan, maka harus dilakukan upaya harmonisasi kebijakan lembaga/perusahaan dengan pemerintah dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 77

102 Tabel 81. Kerangka Ekonomi Makro Nasional Sumber: RPJMN RTRW Provinsi Kepulauan Riau Tujuan dari RTRW Provinsi Kepulauan Riau dirumuskan sebagai berikut: Mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan keserasian tata ruang Provinsi Kepulauan Riau sebagai wilayah kepulauan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 78

103 Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai Kawasan Strategis Provinsi Di dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau, kabupaten Kepulauan Anambas ditetapkan sebagai salah satu dari empat kawasan strategis provinsi (tiga lainnya adalah pulau Dompak di kota Tanjungpinang, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Natuna). Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Dasar penetapan Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Kepulauan Anambas dilihat dari aspek kepentingan pertumbuhan ekonomi dan dari kepentingan pendayagunaan sumber daya alam adalah sebagai berikut: 1. Sebagai kabupaten termuda di Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki berbagai macam potensi perlu penanganan lebih serius; 2. Memiliki potensi perikanan dan kelautan dengan daerah tangkapan yang luas, dimana 98,65% dari luasan Kabupaten Kepulauan Anambas berupa lautan. Di samping itu, sumber daya perikanan merupakan sumber daya yang bersifat pulih, sehingga ketersediaan potensi perikanan selalu ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. Selain perikanan tangkap, kabupaten ini juga memiliki potensi budidaya perikanan; 3. Memiliki potensi wisata bahari yang merupakan salah satu potensi kelautan yang dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Anambas. Kabupaten Kepulauan Anambas kaya dengan keindahan pantai dan terumbu karang. Kawasan objek wisata tersebut dapat dijumpai di sejumlah 19 kawasan objek wisata. Objek wisata laut/pantai seperti terumbu karang di Kecamatan Jemaja. Objek wisata air terjun seperti Air Terjun Ulu Maras dan Air Terjun Temurun. Potensi objek wisata air terjun air bunyi di Kecamatan Siantan Selatan dan Pulau Bawah termasuk dalam wilayah Kecamatan Siantan Selatan. Wisata Bahari seperti Pulau Kelong dan Pulau Batu Alam di Palmatak, Pulau Penjali dan Pulau Punjong di Tarempa, dan Pulau Bawah di Jemaja; 4. Memiliki potensi konservasi laut di perairan Kepulauan Anambas yaitu di Penjalin sebelah utara Pulau Jemaja dan Pulau Durai Kecamatan Palmatak. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 79

104 Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Kepulauan Anambas diarahkan pada kegiatan perikanan tangkap, kegiatan budidaya perikanan dan industri pengolahan hasil perikanan, dimana lokasinya terdiri dari: 1. Kegiatan Perikanan Tangkap terletak di seluruh perairan Kabupaten Kepulauan Anambas. 2. Kegiatan Perikanan Budidaya terbagi atas 2 yakni: a. Budidaya perikanan keramba tancap berada di Kecamatan Siantan Tengah (Desa Air Sena, Desa Air Asuk, Dusun Liuk dan Dusun Lidi), Kecamatan Siantan Selatan (Desa Air Bini), Kecamatan Siantan Timur (Desa Nyamuk dan Desa Batu Belah), Kecamatan Palmatak (Desa Tebang Ladan, Desa Candi dan Desa Piabung); b. Budidaya rumput laut berada di Kecamatan Siantan Tengah (Desa Air Sena dan Desa Air Asuk), Kecamatan Siantan Timur (Desa Batu Belah dan Desa Nyamuk), Kecamatan Siantan Selatan (Desa Air Bini), Kecamatan Palmatak (Desa Ladan dan Desa Bayat), Kecamatan Jemaja (Letung), serta di Kecamatan Jemaja Timur (Desa Genting Pulur dan Kuala Maras). c. Industri pengolahan hasil perikanan berada di Kecamatan Jemaja (Letung), Kecamatan Palmatak (Desa Bayat), dan Kecamatan Siantan (Dusun Antang). Untuk mendukung pengembangan Kawasan Strategis Provinsi di Kepulauan Anambas, perlu dilakukan beberapa perencanaan yang dapat memacu dan mengkondisikan tercapainya tujuan Kawasan Strategis Provinsi di Kepulauan Anambas, diantaranya: 1. Pembangunan dan pengembangan simpul transportasi udara dan laut sehingga tercipta keterpaduan antarmoda dalam menciptakan kemudahan aksesibilitas di Kepulauan Anambas, meliputi pengembangan bandar udara, terminal fery dan terminal angkutan darat yang terletak di Palmatak. 2. Rencana Pengembangan Sumber Daya Energi Kabupaten Kepulauan Anambas. Kondisi geografis Kabupaten Kepulauan Anambas yang merupakan daerah kepulauan sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan sumber daya energi alternatif yang bersumber dari energi arus pasang surut air laut, terutama di alur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 80

105 celah antar pulau yang mempunyai kecepatan arus yang cukup besar. Selain itu, sumber energi alternatif dari sumber angin dan tenaga surya sangat berpotensi untuk dikembangkan. Perlu dikembangkan Pelabuhan Check Point di Kabupaten Kepulauan Anambas (Tarempa) guna mempermudah akses wisatawan luar negeri terhadap pariwisata di Kepulauan Anambas. Menindaklanjuti penetapannya sebagai kawasan strategis provinsi, maka disusun indikasi-indikasi program seperti (i) pengembangan kota sentra produksi perikanan, dan (ii) pengembangan dan pemantapan sistem pasca produksi perikanan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Kepulauan Anambas Tarempa, sebagai ibu kota kabupaten Kepulauan Anambas, di dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Dua ibu kota kecamatan yaitu Letung (ibu kota kecamatan Jemaja) dan Palmatak ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Arahan dari masingmasing pusat tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 82. Arahan Pusat Kegiatan Wilayah dan Kabupaten Kepulauan Anambas Pusat Kegiatan Lokal di Sistem Kota Kota Arahan PKW Tarempa Pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas Pusat koleksi dan distribusi skala regional Pusat kegiatan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal dan regional Sentra produksi perikanan dan kelautan Pengembangan industri pendukung dan pengolahan perikanan Kawasan pariwisata Simpul transportasi laut skala nasional Kota transit lalu lintas pelayaran PKL Letung Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan kelautan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 81

106 Sistem Kota Kota Arahan Kawasan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal Daerah pusat kegiatan lokal untuk pengembangan pertanian Kawasan industri perikanan dan kelautan Kawasan pariwisata Simpul pelayanan transportasi laut regional Palmatak Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan kelautan Pusat industri pengolahan perikanan dan kelautan Kawasan perdagangan lokal Kawasan pariwisata Pusat kegiatan pertambangan minyak dan gas Simpul pelayanan transportasi laut lokal Simpul transportasi udara skala regional Sumber : Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Untuk mendukung hirarkinya sebagai pusat, maka diusulkan indikasi program pengembangan/peningkatan fungsi-fungsi kota sebagai PKW untuk Tarempa yang dilaksanakan secara bertahap dalam rentang , dan program pengembangan/peningkatan fungsi dan peran PKL yang dilaksanakan dalam periode yang sama. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 82

107 Gambar 5. Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau Sebagaimana Tertuang dalam Rancangan RTRW Provinsi Sumber : Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi dan Energi Sementara itu rencana pengembangan jaringan angkutan penyeberangan lintas kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau salah satunya meliputi Lintas Penyeberangan Tanjungpinang Palmatak Natuna. Pengembangan jaringan angkutan penyeberangan dalam kabupaten di kabupaten Kepulauan Anambas adalah lintas penyeberangan Palmatak Tarempa dan lintas penyeberangan Jemaja Tarempa Adapun rencana pengembangan rute angkutan laut pelayaran rakyat baik bagi penumpang maupun barang meliputi Anambas Sedanau dan Natuna Anambas. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Kep. Anambas 83

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATENKEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Karimun 2011-2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR : 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008 2013 DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG : : : : PERATURAN DAERAH 4 TAHUN 2012 20 April 2012 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2011-2016 BAB I PENDAHULUAN Perencanaan adalah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan- Nya penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Lamandau Tahun 2014 akhirnya dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006-2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH, RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH SERTA MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan,

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar-Dokumen Perencanaan... I-6 1.4. Maksud

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 20162021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BALANGAN TAHUN

Lebih terperinci

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kabupaten yang baru berusia 17 tahun, sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk mengisi pembangunan, dapat dilihat akses-akses masyarakat yang terpenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pengertian RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 13 TAHUN 2011

BUPATI SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 13 TAHUN 2011 SALINAN BUPATI SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010-2015 GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2013 SERI E.9 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2013 SERI E.9 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2013 SERI E.9 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci