Jumlah keluarga menurut tingkat kesejahteraan di kecamatan pesisir Tangerang tahun 2000.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jumlah keluarga menurut tingkat kesejahteraan di kecamatan pesisir Tangerang tahun 2000."

Transkripsi

1 4 HASIL 4.1 Profil Wilayah Pesisir Tangerang Geografi dan administratif Tangerang terletak tepat di sebelah barat Propinsi DKI Jakarta. Di sebelah barat wilayah Tangerang berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Serang, di sebelah selatan dengan Kabupaten Bogor, di sebelah timur dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta, sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Luas wilayah seluruhnya mencapai 1110,38 Km 2. Wilayah pesisir Tangerang terletak di bagian utara dengan luas total mencapai 229,59 km 2 atau 20,68% dari luas total Tangerang. Ketinggian tempat di wilayah pesisir Tangerang berkisar antara 2 hingga 5 meter di atas permukaan laut. Jarak ke ibukota Tangerang berkisar antara 13 hingga 42 km. Secara administratif Tangerang secara keseluruhan terdiri dari 26 kecamatan. Tujuh kecamatan diantaranya merupakan wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Kemiri, Kecamatan Kosambi, Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mauk, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri dan Kecamatan Teluknaga. Dua diantara ketujuh kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Kemiri dan Sukadiri, merupakan kecamatan baru hasil pemekaran Kecamatan Mauk. Berdasarkan rencana pengembangan tata ruang, Tangerang terdiri dari tiga wilayah pembangunan yang merupakan pusat pembangunan. Dalam hal ini Kota Serpong akan menjadi pusat pembangunan wilayah bagian selatan, Kecamatan Balaraja akan menjadi pusat pembangunan wilayah bagian barat dan Kecamatan Teluknaga akan menjadi pusat pembangunan wilayah bagian utara. Bagi wilayah pesisir dengan adanya rencana pusat pembangunan tersebut maka Kecamatan Kronjo termasuk dalam pusat pertumbuhan Balaraja sedangkan enam kecamatan lainnya termasuk dalam pusat pertumbuhan Teluknaga Demografi Jumlah penduduk total Tangerang tahun 2001 sebanyak jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 1995 ( jiwa) maka laju pertumbuhan penduduk Tangerang selama mencapai 4,13% 64

2 pertahun. Khususnya di wilayah pesisir, jumlah penduduk di kecamatan pesisir Tangerang tahun 2001 adalah sebanyak jiwa atau sekitar 17,74% dari total penduduk Tangerang. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 1999 ( jiwa) maka jumlah penduduk di kecamatan pesisir ini meningkat dengan laju sebesar 4,21% pertahun. Laju pertumbuhan penduduk di wilayah pesisir yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Tangerang secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kronjo (4,52% pertahun) dan Kecamatan Teluknaga (5,20% pertahun). Sementara laju pertumbuhan penduduk di lima kecamatan pesisir lainnya lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Tangerang secara keseluruhan. Tercatat laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mauk adalah sebesar 3,80% pertahun, Kecamatan Kemiri 3,66% pertahun, Kecamatan Sukadiri 3,71% pertahun, Kecamatan Pakuhaji 3,62% pertahun dan Kecamatan Kosambi 4,21% (BPS, 2001). Secara tidak langsung, kondisi ini menyiratkan Kecamatan Kronjo dan Kecamatan Teluknaga merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah pesisir Tangerang. Khusus di wilayah pesisir, berdasarkan tingkat kesejahteraan (BPS, 2001) tampak bahwa dari total kepala keluarga sebagian besar merupakan keluarga pra sejahtera (32,09%), sejahtera I (26,26%), dan sejahtera II (23,63%). Data didalam tabel 9 menunjukkan bahwa secara spasial jumlah keluarga pra sejahtera di kecamatan pesisir Tangerang lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata wilayah Tangerang secara keseluruhan. Tabel 9 Kriteria A.Pra Sejahtera Alasan Ekonomi Non ALEK Jumlah Jumlah keluarga menurut tingkat kesejahteraan di kecamatan pesisir Tangerang tahun Kecamatan Rata-rata Kosambi Kronjo Mauk Pakuhaji Teluknaga Tangerang (21,86%) (42,20%) (40,41%) (24,63%) (27,27%) (16,59%) B. Sejahtera Tahap I - Alasan Ekonomi - Non ALEK Tahap II Tahap III ,

3 Kriteria Tahap III Plus Jumlah Kecamatan Rata-rata Kosambi Kronjo Mauk Pakuhaji Teluknaga Tangerang (78,14%) (55,80%) (59,49%) (75,37%) (72,73%) (83,41%) C. Total Keluarga Sumber : Badan Pusat Statistik Tangerang, Tahun Kelembagaan usaha sektor perikanan Tempat Pelelangan Ikan. Tangerang memiliki tujuh tempat pelelangan ikan, masing-masing satu di setiap kecamatan pesisir. Pengelolaan TPI sebagian dilakukan oleh koperasi mina dengan pembinaan bersama oleh Dinas Kelautan dan Perikanan beserta Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Tangerang. Tabel 10 Keragaan tempat pelelangan ikan dan pengelolanya di Tangerang NO NAMA TEMPAT PELELANGAN IKAN TPI Kronjo, Kecamatan Kronjo TPI Benyawakan, Kecamatan Kemiri TPI Ketapang, Kecamatan Mauk TPI Karang Serang, Kecamatan Sukadiri TPI Cituis, Kecamatan Pakuhaji TPI Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga TPI Dadap, Kecamatan Kosambi Sumber : Laporan Tahunan Dinas Perikanan Tangerang, 2005 PENGELOLA Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Koperasi Perikanan Laut "Bahari" Koperasi Unit Desa "Mina Samudera" Koperasi Unit Desa "Mina Dharma" Koperasi Unit Desa "Mina Bahari" Koperasi Perikanan. Koperasi perikanan di Tangerang berjumlah empat buah. Masing-masing adalah : (1) Koperasi Unit Desa "Mina Samudera" berkedudukan di Cituis Kecamatan Pakuhaji, (2) Koperasi Unit Desa "Mina Dharma" berkedudukan di Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga, (3) Koperasi Unit Desa "Mina Bahari" berkedudukan di Dadap Kecamatan Kosambi, dan (4) Koperasi Perikanan Laut "Bahari" berkedudukan di Karang Serang Kecamatan Sukadiri. Dari empat koperasi perikanan tersebut, hanya KUD "Mina Samudera" yang masih aktif dan memiliki kinerja yang bagus. Koperasi Unit Desa "Mina Samudera" memiliki empat unit usaha yakni : (1) Unit usaha pelayanan rekening 66

4 listrik, (2) Unit usaha niaga dan BBM, (3) Unit usaha tempat pelelangan ikan, dan (4) Unit usaha simpan pinjam. Lembaga Pembiayaan. Beberapa lembaga pembiayaan yang dijumpai di wilayah pesisir Tangerang antara lain adalah bank komersial, koperasi, Lembaga Perkreditan Kecamatan, pegadaian, dan lembaga non formal (pelepas uang dan langgan atau box). Keberadaan dan ketersebaran lembaga-lembaga tersebut tidak merata antar wilayah atau kecamatan pesisir. Dalam kelompok bank komersial terdapat BRI-BRI Unit dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Tidak semua kecamatan pesisir memiliki lembaga demikian, bahkan BPR hanya dijumpai di Kecamatan Teluknaga. Dengan demikian beberapa unit BRI dan BPR swasta tersebut memiliki wilayah pelayanan yang relatif luas dan bersifat lintas kecamatan. Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK) juga tidak dijumpai di setiap kecamatan pesisir. Dari tujuh kecamatan pesisir di Tangerang hanya dua kecamatan yakni Kecamatan Kronjo dan Kecamatan Mauk yang memiliki LPK. Pada saat ini LPK Kronjo dan Mauk masih aktif melakukan aktivitas simpan pinjam. Pada saat ini hanya dijumpai satu lembaga pegadaian di wilayah pesisir Tangerang yakni Pegadaian Cabang Mauk. Pegadaian ini didirikan pada tahun 1902 dan tergolong kelas II dengan Kantor Wilayah Pusat berkedudukan di DKI Jakarta. Perum pegadaian ini juga memiliki wilayah pelayanan yang relatif luas dan bersifat lintas kecamatan. Pembiayaan non formal tampaknya lebih berkembang dan memiliki keterkaitan yang erat dalam pembiayaan usaha. Pelaku pembiayaan non formal di wilayah pesisir didominasi oleh para pedagang sarana dan hasil perikanan serta pedagang sarana dan hasil pertanian. Mekanisme pembiayaan non formal berlangsung melalui cara yang terdesain untuk memenuhi keterkaitan antara pasar komoditas, pasar tenaga kerja, dan pasar modal. Pelaku lainnya adalah bank keliling atau bank harian. 67

5 4.2 Profil Wilayah Pesisir Pasuruan Geografi dan administratif Secara geografis Pasuruan terletak antara 112 o 3355" hingga '37" Bujur Timur dan antara '34" hingga '20" Lintang Selatan dengan batas wilayah Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Pasuruan, Selat Madura dan Kabupaten Sidoarjo. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Malang. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto. Letak geografis Pasuruan yang sangat strategis tersebut, dimantapkan dengan posisinya pada jalur pusat pertumbuhan Surabaya - Malang dan Jember. Hal tersebut sangat menguntungkan dalam membuka peluang inyestasi di Pasuruan. Kondisi wilayah Pasuruan terdiri dari pegunungan berbukit dan dataran rendah, yang secara rinci terbagi menjadi tiga bagian, yakni: (1) bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian permukaan tanah antara 186 m sampai m yang membentang mulai dari wilayah Kecamatan Tosari, Puspo sampai Barat, yakni - Kecamatan Tutur, Purwodadi, dan Prigen, (2) bagian tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan ketinggian permukaan antara 6 m sampai 91 m dan pada umumnya relatif subur, dan (3) bagian Utara terdiri dari dataran rendah pantai yang tanahnya kurang subur dengan ketinggian permukaan 2 m sampai 8 m. Daerah ini membentang dari Timur mulai dari wilayah Kecamatan Nguling ke arah Barat, yaitu Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton, dan Bangil. Daerah utara merupakan daerah pesisir yang dominan merupakan masyarakat nelayan. Masyarakat pesisir adalah merupakan masyarakat yang komplek dari segi konstruksi kelompok etnik dan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan sumberdaya kelautan, masyarakat nelayan merupakan kelompok sosial terpenting/dominan dalam struktur masyarakat pesisir. Dilihat dari aspek sosial budaya Pasuruan memiliki kelompok etnik yang beragam, secara umum di Kabupaten ini terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Jawa yang banyak bermukim di daerah pedalaman dan Madura yang banyak bermukim di wilayah pesisir, serta masyarakat Tengger, Cina dan Arab. Daerah perpaduan antara kebudayaan jawa dan madura sering disebut sebagai wilayah mendalungan. 68

6 Dari luas Pasuruan ,50 Ha, 2,86% merupakan luas areal perikanan yang berupa tambak, kolam, dan danau. Sektor kelautan dan perikanan di Pasuruan sangat potensial untuk dikembangkan dalam rangka menunjang perekonomian daerah. Di Pasuruan terdapat 24 kecamatan dengan 3 kecamatan potensial perikanan yaitu Kecamatan Kraton, Kecamatan Lekok dan Kecamatan Nguling Demografi Jumlah Penduduk di Pasuruan pada Tahun 2005 sebanyak orang dan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan jumlahnya hampir imbang. Sedangkan jumlah penduduk asing hanya sebanyak 17 orang. Sejumlah penduduk di Pasuruan tersebut, komposisinya dapat diikuti pada tabel 11. Tabel 11 Jumlah penduduk menurut kewarganegaraan, jenis kelamin dan kecamatan di Pasuruan tahun No. Kecamatan Jumlah penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan 1 Purwodadi 31,305 31,269 2 Tutur 25,648 25,627 3 Puspo 13,183 13,678 4 Tosari 8,838 9,319 5 Lumbang 16,257 16,592 6 Pasrepan 23,946 24,992 7 Kejayan 29,570 31,768 8 Wonorejo 25,694 27,274 9 Purwosari 37,397 37, Prigen 40,065 39, Sukorejo 37,897 38, Pandaan 46,692 47, Gempol 56,760 56, Beji 37,780 38, Bangil 40,845 43, Rembang 27,506 29, Kraton 43,895 43, Pohjentrek 13,259 13, Gondang Wetan 24,426 25, Rejoso 21,185 20, Winongan 19,645 20, Grati 35,682 36, Lekok 31,916 33, Nguling 27,236 28,123 Jumlah 716, ,303 Sumber: Pasuruan dalam Angka,

7 Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Pasuruan masih didominasi oleh lulusan SD, SMP bahkan yang tidak tamat SD. Sekitar orang atau 37,6% dari penduduk Pasuruan temyata masih belum tamat SD dan orang atau 36,2% hanya tamat SD. Hal ini berarti lebih dari 73% masyarakat Pasuruan masih termasuk dalam tingkat pendidikan yang rendah. Fakta ini mengindikasikan perlunya upaya peningkatan ekonomi produktif di masyarakat harus disertai dengan peningkatan kualitas SDM seperti memperbanyak pelatihan live skill di masyarakat. Tenaga kerja yang bergerak di bidang perikanan, baik di laut maupun di darat sebanyak orang. Komposisi tenaga kerja tersebut terdistribusi pada 18 wilayah kecamatan (tabel 12). Berdasarkan data dalam tabel 12 tersebut diketahui Kecamatan Beji, Bangil, Kraton, Lekok dan Nguling merupakan pusat aktivitas masyarakat nelayan di Pasuruan. Nelayan adalah masyarakat yang biasanya secara sosial ekonomi lebih memprihatinkan dibanding para petani ikan. Hal ini disebabkan pekerjaan mereka sangat rentan akan pengaruh musim. Jika data tersebut dikaitkan dengan program pemberdayaan masyarakat miskin di pesisir, maka Kraton, Lekok dan nguling adalah daerah yang harus diutamakan dalam program pemberdayaan masyarakat nelayan karena menjadi pusat aktivitas masyarakat nelayan miskin di Pasuruan. Tabel 12 Komposisi tenaga kerja sub sektor perikanan menurut kecamatan (orang) di Pasuruan, tahun No Kecamatan Nelayan Petani Ikan 1 Purwodadi Pasrepan Kejayan Wonorejo Purwosari 42 6 Sukorejo Pandaan Gempol Beji Bangil Rembang Kraton Pohjentrek Rejoso

8 No Kecamatan Nelayan Petani Ikan 15 Winongan Grati Lekok Nguling Jumlah Sumber: Pasuruan dalam Angka, Kelembagaan usaha sektor perikanan Berdasarkan data statistik yang diperoleh (tabel 13), sarana jenis perahu dan lainnya yang digunakan menunjukkan nelayan Pasuruan termasuk nelayan tradisional karena pada umumnya menggunakan perahu bermotor kecil. Tabel 13 Komposisi jenis perahu dan sarana lain yang digunakan nelayan di Pasuruan, tahun No. Kecamatan Tanpa Perahu (unit) Motor Tempel (unit) Perahu (unit) Kapal Motor (unit) 1. Kraton Lekok Nguling Jumlah Sumber: Pasuruan dalam Angka, Dikaitkan dengan wilayah operasinya diketahui bahwa perairan penangkapan yang relatif terbatas yaitu di selat Madura berpotensi menyebabkan persaingan dengan nelayan-nelayan dari daerah lain. Pesaing utama adalah nelayan Probolinggo, Gresik dan Lamongan yang memakai kapal atau perahu ukuran besar dengan teknologi gardan untuk penarik faring. Persaingan ini tentunya perlu dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan Pasuruan. Diperlukan suatu kajian untuk mencarikan mata pencaharian alternatif yang mampu memberikan jaminan lebih didalam pendapatan. Salah satu upaya mata pencaharian alternatif yang kiranya tidak terlalu banyak merubah kondisi sosial budaya masyarakat nelayan Pasuruan adalah usaha pengolahan ikan. Di Pasuruan terdapat 807 RTP pengolah ikan skala tradisional. Jumlah dan jenis pengolahan tradisional hasil laut di tahun 2002 meliputi pemindangan (917.5 ton), pengeringan ( ton), pengasapan (8 195 ton), pembuatan tepung ikan (97.1 ton), ikan segar (294.9 ton), dan lainnya (50.3 ton). 71

9 Di Pasuruan juga tersebar coldstorage maupun pengalengan ikan sebanyak 24 unit, yaitu di Kecamatan Beji, Gempol, Rejoso, kawasan PIER, dengan rata-rata produksi 500 ton pertahun. Jenis ikan yang diolah adalah rajungan, kakap, teri nasi, tuna. 4.3 Kelembagaan Koperasi Koperasi serba usaha M3 Tangerang Kebijakan dan prosedur Mikro Mitra Mina (M3) adalah lembaga keuangan mikro yang melayani aktivitas simpan pinjam berskala kecil dengan menggunakan pendekatan Grameen Bank bagi kelompok miskin di wilayah pesisir. Sebagai bentuk replikasi Grameen Bank, maka segala aktivitas yang menyangkut pembentukan lembaga, perekrutan anggota dan kelompok, transaksi simpan-pinjam, pengembalian pinjaman dan aktivitas lainnya mengikuti metode yang digariskan Grameen Bank. Modifikasi dapat dilakukan sesuai kebutuhan lokalita setempat namun esensiesensi pokok Grameen Bank harus tetap dipertahankan. Pembentukan lembaga, perekrutan anggota dan kelompok didalam replikasi M3 difokuskan pada mekanisme pembentukan dan penguatan kelompok masyarakat untuk dapat berdayaguna didalam akses permodalan usaha. Adapun mekanisme tersebut dilapangan dibagi kedalam beberapa tahap yang secara sistematis mencakup: (1) Pertemuan umum; (2) Uji kelayakan; (3) Pembentukan kelompok; (4) Latihan wajib kumpulan atau LWK; (5) Ujian pengesahan kumpulan; dan (6) Pembentukan rembug pusat. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus KSU M3 dan para anggotanya diketahui bahwa pelaksanaan tahapan (2) dan (3) kurang sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Pengurus KSU M3 kurang memperhatikan pentingnya proses sosialisasi program. Mereka langsung mendatangi masyarakat target peminjam dalam rangka pembentukan kelompok. Informasi tentang calon potensial tidak begitu baik dikumpulkan terlebih dahulu. Kesan adanya ketergesa-gesaan juga diketahui dari kurang diperhatikannya kriteria keadaan rumah, asset rumah tangga dan pendapatan sebagaimana ditetapkan didalam uji kelayakan bagi anggota. Pembentukan kelompok 72

10 sepertinya lebih ditekankan pada posisi kedekatan rumah antar anggota didalam satu kelompok. Batasan tentang tidak adanya tali keluarga antar anggota didalam satu kelompok pada akhirnya tidak dapat dipenuhi. Di Desa Jenggot diketahui terdapat satu RP dengan 3 anggotanya memiliki pertalian keluarga satu sama lain. Latihan Wajib Kumpulan telah dilakukan dengan cukup baik. Selama tiga hari para calon anggota diberikan gambaran dan pengertian yang selengkapnya mengenai tata cara pengajuan dan pengambilan pinjaman dalam program M3. Penelusuran terhadap materi LWK yang ada menunjukkan LWK yang telah dilaksanakan tampaknya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, yaitu mencakup materi-materi: (1) Ikrar anggota; (2) Azas dan prinsip program kredit; (3) Fungsi dan peranan Kumpulan, Rembug Pusat, Dana Tabungan Kumpulan; (4) Prosedur pengajuan dan pengembalian pinjaman; (5) Tanggung jawab Rembug Pusat terhadap tunggakan anggota; dan (6) Sanksi-sanksi tunggakan kredit. Adanya kekhawatiran dari pengurus mengenai minimnya jumlah anggota M3 muncul kembali saat pelaksanaan ujian pengesahan kumpulan (UPK). Tahapan ini sesungguhnya bertujuan menguji pemahaman anggota terhadap azas, syarat dan prinsip-prinsip skema M3. Akibatnya, sebagian anggota masih belum benar-benar memahami materi yang sesungguhnya menjadi prasyarat pembentukan rembug pusat. Rembug pusat yang dibentuk berdasarkan jumlah anggota tampaknya telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Rembug Pusat merupakan federasi dari beberapa kumpulan, yang terdiri dari minimal 2 Kumpulan (10 anggota) dan maksimal 8 Kumpulan (40 anggota). Rembug Pusat diketuai oleh seorang anggota dan dibantu oleh seorang wakil ketua yang dipilih secara musyawarah. Hasil survey menunjukkan bahwa rembug pusat umumnya beranggotakan 10 orang dan merupakan kaum ibu. Berdasarkan prosedur, semua aktivitas M3 dilakukan dalam pertemuan mingguan masing-masing RP dan setiap anggota kelompok wajib hadir. Aturan lebih lanjut, kehadiran dalam pertemuan mingguan RP dan disiplin dalam pembayaran angsuran pinjaman akan menjadi kriteria penilaian untuk mendapatkan pinjaman berikutnya. Pada kenyataannya, saat ini telah cukup 73

11 banyak pertemuan mingguan yang tidak lagi aktif. Akibatnya fungsi penarikan angsuran seminggu sekali yang seharusnya dilakukan saat pertemuan mingguan tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Penarikan angsuran saat ini dilakukan oleh pengurus melalui sistem door to door. Menurut beberapa anggota, ketidaklancaran angsuran disebabkan oleh tidak adanya sanksi terhadap peminjam yang lalai atau secara sengaja tidak mau membayar angsuran. Akibatnya, anggota lainnya merasa diperlakukan tidak adil dan pada akhirnya enggan untuk menanggung tunggakan yang ditimbulkan oleh anggota didalam kelompok mereka. Skema pembiayaan M3 di lapangan juga sudah mulai bergeser, terutama pada masyarakat target atau masyarakat pemanfaat program. Menurut kriterianya, pemanfaat haruslah merupakan keluarga nelayan yang sangat miskin. Pada kenyataannya, pemanfaat saat ini lebih banyak berasal dari kalangan non-target. Alasan utama dari pengurus dalam hal ini adalah untuk menyelamatkan pembiayaan yang diberikan agar tidak semakin menimbulkan pembiayaan bermasalah Pengelolaan organisasi Pengelolaan organisasi merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan replikasi M3. Mulai dari pembentukannya hingga kini kepengurusan KSU M3 Tangerang tidak mengalami perubahan. Berdasarkan strukturnya, kepengurusan terdiri dari badan pengawas dan badan pelaksana. Badan pengawas terdiri dari ketua dan anggota. Badan ini bertugas mengawasi jalannya operasional lembaga yang dilaksanakan oleh badan pelaksana. Badan pengawas juga bertugas memeriksa kebenaran dan kelayakan laporan keuangan yang disampaikan tiap akhir tahun oleh badan pelaksana. Sedangkan badan pelaksana berjumlah lima orang yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris I dan II serta bendahara. Ketua memiliki tugas dan wewenang: (1) Memimpin rapat pengurus dan rapat anggota tahunan; (2) Menandatangani surat-surat keluar; (3) Bertindak dan atas nama KSU M3 mengadakan kerjasama dengan pihak lain; serta (4) Bertanggung jawab terhadap kinerja KSU M3 pada RAT. Pada saat ini kedudukan ketua dapat dikatakan tidak dilaksanakan dengan baik. Ketua KSU M3 lebih 74

12 banyak tidak di tempat karena memiliki kesibukan diluar tugasnya sebagai Ketua KSU M3. Tugas-tugas ketua saat ini banyak diperankan oleh wakil ketua. Namun demikian kualifikasinya dan perannya yang dominan sebagai ibu rumah tangga tidak memungkinkan untuk mampu bertugas secara optimal didalam menangani usaha koperasi. Akibatnya, banyak keputusan yang terkait dengan pelaksanaan usaha menjadi tertunda. Beberapa pekerjaan yang tertunda diantaranya adalah rekap transaksi harian menjadi laporan neraca keuangan bulanan dan laporan laba rugi bulanan. Kondisi ini kurang baik dari sisi pengendalian manajemen. Pengurus tidak dapat melihat kecenderungan yang terjadi di setiap pos neraca. Akibatnya, pengurus tidak akan mampu melakukan tindakan dengan segera manakala kondisi keuangan di suatu periode telah mengarah pada kondisi yang negatif dibandingkan periode sebelumnya. Wakil ketua bersama-sama dengan sekretaris I dan II serta bendahara (2 laki-laki dan 2 perempuan) pada saat ini lebih berperan sebagai petugas lapang yang bertugas melakukan pengumpulan angsuran pinjaman secara door to door. Hal ini terpaksa dilakukan mengingat rapat mingguan di beberapa rembug pusat tidak lagi berfungsi sebagai tempat setiap transaksi dalam skim kredit M3. Perlunya perbaikan didalam pengelolaan organisasi juga ditunjukkan belum dimilikinya bussines plan untuk setiap tahun yang akan dijalankan. Bussiness plan merupakan suatu alat penting didalam menjalankan bisnis. Didalamnya berisi uraian tentang proyeksi perkembangan usaha Jaringan Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui jangkauan dan cakupan layanan KSU M3 Tangerang sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 14 berikut: Tabel 14 Perkembangan jangkauan dan cakupan layanan KSU M3, Tangerang, tahun Uraian Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Kecamatan Desa Rembug Pusat Anggota Sumber: Profil KSU M3 Tangerang,

13 Data dalam tabel 14 menunjukkan bahwa dari tahun 2003 hingga 2005 telah terjadi peningkatan jangkauan dan cakupan layanan dari sisi cakupan kecamatan dan desa yang dilayani serta rembug pusat yang dibentuk. Namun demikian, tampak pula bahwa terjadi penurunan jumlah anggota sebanyak 101 orang atau sekitar 13,3% dibandingkan jumlah anggota di tahun Terjadinya penurunan jumlah anggota ini adalah berpangkal dari ketergesa-gesaan pembentukan rembug pusat. Beberapa prasyarat yang tidak dipenuhi menyebabkan adanya anggota yang mengundurkan diri. Dari sisi kemitraan, tampak pengurus KSU M3 sudah melakukan upayaupaya ke arah sana. Setidaknya kemitraan ditunjukkan dengan adanya pemberian tambahan modal dalam bentuk pinjaman berbunga lunak dari dinas kelautan dan perikanan setempat Koperasi serba usaha LEPP Pasuruan Kebijakan dan prosedur Koperasi Sumber Usaha LEPP Pasuruan merupakan salah satu lembaga ekonomi lokal yang dibentuk melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Oleh karena itu prosedur yang ditetapkan dan diterapkan oleh lembaga ini tidak akan terlepas dari prosedur yang ditetapkan dalam Program PEMP untuk LEPP. Berdasarkan pedoman umum Program PEMP yang berlaku, prosedur yang berlaku mulai tahun untuk pembentukan hingga berjalannya fungsi LEPP sebagai lembaga keuangan mikro yang membiayai kegiatan ekonomi anggotanya (kelompok/individu) adalah sebagai berikut: (1) Penyusunan rencana kegiatan PEMP; (2) Pembentukan Kelompok Masyarakat Pemanfaat; (3) Pembentukan dan Pemilihan Pengurus LEPP; (4) Penguatan Status LEPP; (5) Penguatan fungsi lembaga keuangan mikro; dan (6) Penguatan fungsi lembaga ekonomi pendukung pembangunan daerah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap berbagai stakeholder program PEMP di Pasuruan diketahui bahwa pembentukan dan penguatan KSU LEPP merupakan hasil dari diterapkannya kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. 76

14 Pengelolaan organisasi Pengelolaan organisasi sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan penguatan kelembagaan LEPP dalam program PEMP perlu didasarkan pada prinsip pengelolaan program sebagai berikut: (1) Acceptable. Pilihan kegiatan ekonomi (usaha) berdasarkan potensi sumberdaya, kelayakan usaha serta kebutuhan/keinginan dan kemampuan masyarakat; (2) Transparency. Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka, diinformasikan dan diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut memantaunya; (3) Accountability. Pengelolaan kegiatan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat; (4) Responsiveness. Kegiatan dilakukan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk yang kurang berdaya (miskin); (5) Quick disbursement. Penyampaian bantuan kepada masyarakat sasaran secara cepat dan tepat; (6) Democracy. Proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilakukan secara musyawarah; (7) Sustainability. Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara optimal dan berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal maupun eksternal; (8) Equality. Pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belum memperoleh kesempatan, agar semua masyarakat merasakan manfaat langsung; (9) Competitiveness. Setiap ketentuan dalam pemanfaatan dana ekonomi produktif (DEP) masyarakat diharapkan dapat mendorong terciptanya kompetisi yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak. Secara rinci pemenuhan prinsip-prinsip pengelolaan program itu didalam pengelolaan organisasi Koperasi LEPP mencakup: (1) Menerima dan menyalurkan DEP kepada KMP/individu; (2) Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan PEMP; (3) Membukukan penggunaan dana PEMP; (4) Melaporkan perkembangan kegiatan Program PEMP dan permodalan (keuangan) kepada pimpinan proyek/kuasa pengguna anggaran di dinas kabupaten/kota; (5) Membantu penyelesaian KMP bermasalah; (6) Melakukan pemeriksaan pembukuan KMP; (7) Berperan sebagai tim verifikasi bagi usulan ekonomi produktif masyarakat dan pembentukan KMP baru serta konsultasi dengan mitra desa setempat; (8) Mengembangkan kegiatan usaha yang dapat mendukung kegiatan usaha KMP/individu anggota; Melakukan identifikasi potensi dan mengembangkan kemitraan sebagai dasar perencanaan strategis untuk jangka pendek, menengah dan 77

15 panjang; (9) Berperan mengelola dana pengembangan modal usaha pasca kegiatan PEMP tahun anggaran berjalan dan menyalurkannya kepada KMP baru terutama di desa yang belum memperoleh program PEMP. Struktur organisasi KSU LEPP saat ini telah mampu disusun dan dikembangkan untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan LEPP sebagaimana telah disyaratkan. Adapun aturan main dari setiap stakeholder yang terlibat dalam pengembangan KSU LEPP tergambar pada struktur organisasi. Mekanisme pemberian kredit juga telah diterapkan sesuai dengan pedoman umum yang disusun oleh pemerintah. Bahkan KSU LEPP telah menyusun suatu mekanisme pencairan kredit yang lebih terperinci sehingga diharapkan semakin mempermudah setiap calon nasabah didalam memahaminya dalam rangka memanfaatkan fasilitas program dimaksud. Pengelola KSU LEPP M3 juga telah menyusun business plan untuk setiap satu tahun ke depan sebagai acuan prestasi yang harus dicapai. Kesemuanya ditujukan untuk semakin meningkatkan kinerja KSU LEPP itu sendiri. Adanya berbagai perubahan sistem program yang dihasilkan melalui proses musyawarah menggambarkan bahwa kewenangan yang ada sudah terbagi secara relatif seimbang antara masyarakat penerima program dengan pengurus KSU LEPP. Di samping itu, dinamika sistem pembiayaan tersebut menggambarkan partisipasi masyarakat, meskipun baru terbatas dari kelompok elit, didalam memberikan tanggapan sudah mulai berjalan Jaringan Pada awalnya LEPP masih berfungsi sebagai lembaga keuangan mikro yang kegiatannya masih terbatas mengelola perguliran dana ekonomi produktif yang dialokasikan oleh pemerintah dan belum memiliki legalitas standar operasional yang jelas, dengan adanya perkembangan dari LEPP yang terus dikembangkan agar supaya menjadi Holding Company yang nantinya LEPP tidak hanya menangani satu usaha tetapi berbagai usaha yang ada hubungannya dengan masyarakat pesisir. Untuk itu perlu adanya upaya penguatan dari Dinas Kelautan dan Penkanan Pasuruan, Konsultan Managemen Daerah dan Pengurus LEPP untuk penguatan kelembagaan LEPP menjadi Koperasi Serba Usaha Lembaga Ekonomi Pengcmbangan Masyarakat Pesisir 78

16 Mikro Mitra Mina (KSU LEPP) dengan Nomor : 504/400/BH/ /2003 tanggal pendirian 05 Agustus Dengan adanya aspek legalitas yang jelas KSU LEPP Pasuruan akan dengan mudah untuk mengembangkan sayapnya merambah sektor lainnya agar lebih berdaya. Berdasarkan tujuannya, KSU LEPP adalah lembaga ekonomi yang dimiliki masyarakat pesisir untuk mendorong kegiatan perekonomian dikawasan pesisir. Wilayah kerja KSU LEPP Pasuruan meliputi 6 (enam ) Kecamatan, yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Bangil, Kecamatan Kraton, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Lekok dan Kecamatan Nguling. Berbeda dengan badan usaha swasta, Bank atau yang lainnya KSU LEPP merupakan usaha yang berdasarkan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang tetap menjunjung tinggi profesionalisme. KSU LEPP hadir untuk memberikan pelayanan kepada anggotanya, Kelompok Masyarakat Pemanfaat (KMP), Nasabah dan masyarakat pesisir pada umumnya bagi kemajaan bersama. Perkembangan KSU LEPP menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari ada peningkatan dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah unit-unit usaha yang meningkat. Saat ini di Kecamatan Lekok terdapat Unit Usaha Perbengkelan. Lokasi berada dalam kompleks TPI Lekok. Dengan adanya Unit Perbengkelan ini diharapkan akan meningkatkan pelayan kepada nelayan. Meskipun Unit Perbengkelan, namun unit ini menangani juga penjualan berbagai peralatan seperti pancing, jaring, jala dan sebagainya. Unit Perbengkelan langsung ditangani oleh Pendamping Lapang. Di Kecamatan Kraton terdapat Unit Waserda yang menyediakan berbagai peralatan serta sembako. Unit ini ditangani dan mengambil lokasi di rumah salah satu Ketua Kelompok. 79

17 4.4 Analisis Kinerja Keuangan LKM Koperasi serba usaha M3 Tangerang Analisis vertikal dan horizontal Tabel 15 berikut menyajikan kondisi keuangan KSU M3 Tangerang pada tahun 2003 hingga 2005 berdasarkan laporan laba rugi yang dilaporkan. Tabel 15 Kondisi keuangan berdasarkan laporan laba (rugi) KSU M3 Tangerang, tahun (per 31 Desember). Pos-pos PENDAPATAN Tahun 2005 Tahun 2004 Tahun 2003 Rp % Rp % Rp % 01 Jasa pembiayaan , , ,14 02 Bunga bank-pajak , , ,01 03 Denda , , ,39 04 Pendapatan lain-lain , , ,47 Total Pendapatan , , ,00 BIAYA 05 Gaji karyawan (+ lembur) , , ,55 06 ATK , , ,12 07 Telpon, listrik, air , , ,41 08 Perawatan inventaris , , ,65 09 Biaya bunga , , Transport , , ,85 11 Restitusi , , ,24 12 Konsumsi , , ,95 13 Sewa kantor , ,85 14 Biaya rapat , ,21 15 Rupa-rupa , , ,48 16 Dana darurat , , ,52 17 Dana sosial , , ,74 18 Penghapusan utang , ,93 19 THR , , ,72 20 Biaya RAT , ,89-21 Pembagian SHU Bayar jasa tab.sukarela , , ,52 23 Penyusutan , , ,24 Total Biaya , , ,00 Laba rugi tahun berjalan Pajak Laba setelah pajak Sumber: Laporan Keuangan Koperasi M3 Tangerang, Dari pola yang diperoleh dari perubahan nilai-nilai dalam pos antara tahun diketahui bahwa pos yang sangat mempengaruhi besarnya pendapatan yang dihasilkan adalah jasa pembiayaan. Lebih dari 90% pendapatan diperoleh 80

18 dari jasa pembiayaan. Sementara itu, cenderung meningkatnya kontribusi denda terhadap besarnya pendapatan yang dihasilkan secara tidak langsung menunjukkan adanya peningkatan terhadap pembiayaan bermasalah. Di sisi biaya, gaji karyawan (termasuk lembur) sangat mempengaruhi besarnya biaya yang perlu dikeluarkan oleh KSU M3 Tangerang didalam melaksanakan usahanya. Lebih dari 50% biaya disebabkan oleh pembayaran gaji dan THR terhadap karyawan. Tampaknya pengelola lebih memilih untuk melakukan upaya efisiensi melalui penghematan pada pos-pos biaya lainnya seperti ATK, jasa penggunaan energi listrik, air dan telepon, perawatan barang inventaris dan transport. Telaah lebih mendalam atas hasil analisis horizontal di atas dilakukan melalui kajian terhadap kondisi masing-masing pos neraca keuangan antar waktu. Tabel 16 berikut menyajikan kondisi keuangan KSU M3 Tangerang pada tahun 2003 hingga 2005 berdasarkan neraca keuangan yang dilaporkan. Tabel 16 Kondisi keuangan berdasarkan neraca keuangan KSU M3 Tangerang, (per 31 Desember). AKTIVA Pos-pos Neraca Tahun 2005 Tahun 2004 Tahun 2003 Rp % Rp % Rp % 01 Kas , , ,80 02 Bank , , ,10 03 Pembiayaan diberikan , , ,32 04 Sewa dibayar di muka , , ,85 05 Inventaris , , ,94 06 Bangunan , ,42 - Total Aktiva , , ,00 PASIVA Kewajiban 07 Tab. LWK dan Minggon , , ,52 08 Tab. 5% Pinjaman , , ,24 09 Tab. Sukarela , , ,07 10 Hutang Pajak , ,49-11 Hutang Usaha , ,18 - Modal 12 Simpanan Pokok , , ,24 13 Simpanan Wajib , , ,80 14 Hibah , , ,95 15 Cadangan , , Rugi Laba TOTAL PASSIVA ,859 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi M3 Tangerang,

19 Berdasarkan perbandingan antar pos di neraca keuangan tahun KSU M3 Tangerang diketahui bahwa besarnya aktiva sangat dipengaruhi oleh besarnya pembiayaan diberikan atau pinjaman yang disalurkan. Pembelian rumah penduduk sebagai kantor juga cukup mempengaruhi besarnya aktiva yang dimiliki. Sementara itu besarnya pasiva sangat dipengaruhi oleh besarnya modal yang berasal dari hibah. Hibah dalam hal ini berupa dropping dana dari pemerintah (c.q. Departemen Kelautan dan Perikanan) melalui program pemberdayaan masyarakat melalui penguatan permodalan Mikro Mitra Mina. Modal yang bersumber dari penggalangan dana dari anggota tampak belum menjadi bagian yang mampu mengangkat kemandirian KSU M3 didalam permodalan. Kecenderungan yang tampak dari perbandingan antar pos dalam satu waktu didukung oleh hasil perbandingan pos antar waktu. Di sisi aktiva, terjadinya peningkatan aktiva tampak sangat dipengaruhi oleh meningkat atau tidaknya pembiayaan diberikan atau pinjaman disalurkan. Di sisi pasiva, meskipun modal yang bersumber dari anggota berupa simpanan pokok dan simpanan wajib semakin meningkat namun belum dapat berpengaruh besar terhadap total pasiva. Di sisi lain, kecenderungan semakin menurunnya hibah yang diterima sebagai kontributor besar terhadap total pasiva menunjukkan perlunya kerja ekstra dari pengelola untuk meningkatkan kinerja keuangan KSU M3. Berdasarkan analisis vertikal dan analisis horizontal terhadap laporan laba rugi dan neraca keuangan KSU M3 tahun 2003 hingga 2005 diketahui bahwa kinerja keuangan dapat ditingkatkan melalui: (1) Peningkatan produktivitas karyawan. Hal ini mengingat porsi biaya terbesar ditimbulkan oleh hal-hal yang terkait dengan reward dan insentif kepada karyawan; (2) Monitoring secara periodik terhadap kelancaran angsuran. Hal ini mengingat aktiva masih sangat dipengaruhi oleh besarnya pembiayaan yang diberikan atau pinjaman yang disalurkan. Peran ketua kelompok perlu lebih ditingkatkan dan merupakan isu krusial didalam keberlanjutan usaha KSU M3 dikarenakan adanya kecenderungan menurunnya jumlah nasabah atau anggota kelompok; (3) Perlunya penggalangan modal yang bersumber dari dalam atau anggota KSU M3. Hal ini mengingat pada masih dominannya hibah dari pihak lain terhadap modal didalam pasiva. 82

20 Sementara itu dari tahun ke tahun jumlah hibah tersebut tampaknya semakin menurun Rasio keuangan Berdasarkan data-data tentang kondisi keuangan maka dapat diketahui tingkat kesehatan KSU M3 Tangerang pada tahun 2004 dan Tingkat kesehatan keuangan LKM tersebut tercermin pada nilai beberapa rasio keuangan yang digunakan. Adapun nilai-nilai rasio keuangan tersebut disajikan pada tabel 17 berikut: Tabel 17 Kinerja keuangan KSU M3 Tangerang berdasarkan beberapa rasiorasio keuangan, tahun (per 31 Desember). No. Kinerja Keuangan/ Jenis Rasio 1. Struktur Keuangan - Rasio total modal terhadap simpanan pihak ketiga 2. Aktiva Produktif - Rasio total pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan diberikan 3. Likuiditas - Rasio total pembiayaan terhadap total dana yang diterima dari anggota 4. Efisiensi - Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5. Rentabilitas Tahun 2005 Nilai Rasio Keuangan (%) Tahun 2003 Tahun 2004 PT X (BPR) per 30 Desember ,63 292,45 793,51 231,35 28,19 3,48 1,02 0,47 71,44 55,26 44,39 58,26 70,36 82,22 79,39 84,53 - Rasio laba tahun berjalan terhadap aset 11,10 7,07 3,18 3,55 - Rasio laba tahun berjalan terhadap total modal 16,08 9,92 3,69 5,46 Sumber: Data diolah, Laporan Tahunan KSU M3 Tangerang, Penjelasan tentang perkembangan kinerja keuangan KSU M3 berdasarkan perbandingan nilai rasio-rasio keuangan antara tahun serta dalam tabel 17 dipaparkan sebagai berikut: (1) Struktur Keuangan Secara keseluruhan struktur keuangan KSU M3 tergolong Baik. Nilai rasio struktur keuangan dari tahun 2003 (793,51%), tahun 2004 (292,45%) hingga tahun 2005 (275,63%) menunjukkan modal yang dimiliki mampu menjamin kondisi keuangan tetap stabil apabila terjadi penarikan simpanan pihak ketiga secara besar-besaran. Di sisi lain, menurunnya nilai rasio keuangan ini secara beruntun dan dalam jumlah yang cukup signifikan perlu 83

21 diperhatikan. Hal ini dikarenakan modal yang dimiliki sebagian besar masih berasal dari hibah dan bukan dari peningkatan modal internal. (2) Aktiva Produktif Berdasarkan kecenderungan nilai rasio yang diperoleh tampak bahwa pengelola KSU M3 mengalami kendala didalam menjamin kelancaran pengembalian pinjaman atau terjadinya ketidaklancaran didalam angsuran anggota. Nilai rasio di tahun 2003 (1,02%) yang tergolong Baik mulai menurun menjadi Cukup Baik di tahun 2004 (3,48%). Penurunan kinerja sangat signifikan terjadi di tahun 2005 karena nilai rasio yang diperoleh (28,19%) menunjukkan kondisi Buruk. Pembiayaan bermasalah dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Permasalahan ini timbul terutama pada anggota yang berprofesi sebagai nelayan. Hal ini terkait dengan rendahnya pendapatan akibat alam yang tidak bersahabat serta akibat teknologi penangkapan yang masih tradisional yang menyebabkan mereka tidak mampu mendapatkan hasil tangkapan yang optimal. Pembiayaan yang diberikan pada kalangan pedagang atau bakul atau anggota yang berprofesi di pekerjaan yang berorientasi daratan tampaknya tidak menjadi suatu permasalahan (angsuran tetap lancar). Tabel 18 berikut menyajikan persentase pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan berdasarkan lokasi penerima pembiayaan di tahun Tabel 18 Total pembiayaan disalurkan, pembiayaan bermasalah dan pembiayaan lancar pada KSU M3 Tangerang, Tahun (per 31 Desember). No. Uraian Nominal (Rupiah) Total nilai pinjaman yang disalurkan Jumlah yang seharusnya dibayar Jumlah yang nyata dibayar Pinjaman bermasalah Sumber: Laporan Tahunan KSU M3 Tangerang, (3) Likuiditas Berdasarkan kecenderungan yang terjadi diketahui bahwa kinerja keuangan KSU M3 cukup memprihatinkan. Nilai rasio pada tahun 2003 (44,39%) dan tahun 2004 (55,26%) tergolong buruk. Namun demikian 84

22 tampak telah adanya upaya pengelola koperasi untuk memperbaiki kinerjanya. Hal ini tampak dari meningkatnya status kinerja menjadi cukup buruk pada tahun 2005 (71,44%). (4) Efisiensi Berdasarkan nilai rasio keuangan yang digunakan tampak bahwa pengelolaan dana semakin efisien. Pada tahun 2003 (79,39%) dan 2004 (82,22%) masih menunjukkan kinerja cukup buruk. Namun demikian pada tahun 2005 pengurus koperasi telah mampu memperbaiki kinerjanya. Nilai rasio keuangan ini (BOPO) sebesar 70,36 menunjukkan efisiensi yang dilakukan termasuk kategori cukup baik. (5) Rentabilitas Kemampuan KSU M3 dalam memperoleh laba berdasarkan aset (nilai ROA) maupun modal (nilai ROE) yang dimiliki semakin meningkat. Nilai ROA sebesar 3,18% pada tahun 2003 atau tergolong buruk mampu ditingkatkan hingga mencapai nilai 11,10% pada tahun 2005 atau tergolong cukup buruk. Bahkan untuk ROE nilai pada tahun 2003 (3,69%) yang tergolong buruk telah mampu ditingkatkan pada tahun 2005 (16,08%) hingga tergolong cukup baik Koperasi serba usaha LEPP Pasuruan Analisis vertikal dan horizontal Tabel 19 berikut menyajikan kondisi keuangan KSU LEPP Pasuruan pada tahun 2003 hingga 2005 berdasarkan laporan laba rugi yang dilaporkan. Tabel 19 Kondisi Keuangan berdasarkan laporan laba (rugi) KSU LEPP Pasuruan, tahun (per 31 Desember). POS-POS NERACA PENDAPATAN Tahun 2005 Tahun 2004 Tahun 2003 Rp % Rp % Rp % 01 Jasa Bank , , ,50 02 Jasa Pembiayaan , , ,05 03 Pendapatan Prov.dan Adm , , ,22 04 Pendapatan dll , , ,23 Total Pendapatan , , ,00 BIAYA 05 Biaya barang dan jasa , , ,15 85

23 06 Biaya renovasi kantor , , ,45 07 Biaya gaji karyawan , , ,02 08 Biaya pendidikan , , ,73 09 Pemeliharaan dan Perbaikan , , ,38 10 Biaya penyusutan AK Tetap , , ,27 11 Penghapusan AK Produktif , , ,51 12 Jasa simpanan , , ,17 13 Jasa pembiayaan dr pihak lain , , ,31 14 Biaya lain-lain (sosial) , , ,80 15 Biaya fee , , ,22 Total Biaya , , ,00 Laba-rugi tahun berjalan Laba rugi tahun lalu Total Laba Rugi Sumber: Laporan Keuangan Koperasi LEPP Pasuruan, Perubahan nilai-nilai dalam pos antara tahun menunjukkan besarnya pendapatan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jasa pembiayaan. Besarnya kontribusi jasa pembiayaan terhadap pendapatan KSU LEPP semakin ditunjukkan oleh peranan pos ini terhadap penurunan total aktiva pada periode Di sisi biaya, gaji karyawan (termasuk lembur) paling mempengaruhi besarnya biaya yang perlu dikeluarkan oleh KSU M3 Tangerang didalam melaksanakan usahanya. Biaya yang dikeluarkan untuk gaji karyawan berkisar antara 21 25% dari total biaya. Pos lain yang cukup mempengaruhi komponen biaya adalah penyediaan barang dan jasa, jasa pembiayaan dari pihak lain serta biaya fee. Dalam skim kredit PEMP, KSU LEPP menetapkan adanya fee sebesar 18%. Fee tersebut dibagikan pada pengurus koperasi (8%), mitra desa (10%), ketua KMP (50%) dan sebagai dana penggemukan (10%), dana operasional (20%) dan dana sosial (2%). Fee ini dari sisi pemberdayaan menunjukkan adanya upaya peningkatan akses permodalan kepada masyarakat. Komposisi terbesar fee diberikan pada ketua KMP karena figur ini memegang peran penting didalam menjaga kelancaran angsuran pinjaman para anggotanya. Dari sisi biaya juga tampak adanya penurunan biaya pada periode , suatu kondisi yang berlawanan dengan periode Penurunan biaya pada periode tersebut dikarenakan oleh menurunnya biaya atas jasa pembiayaan dari pihak lain. Upaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pengelola juga berpengaruh besar terhadap biaya secara keseluruhan. 86

24 Telaah lebih mendalam atas hasil analisis vertikal dan horizontal pada laporan laba rugi dilakukan melalui kajian terhadap kondisi masing-masing pos neraca KSU LEPP Pasuruan pada tahun 2003 hingga 2005 berdasarkan neraca keuangan yang dilaporkan. Tabel 20 Kondisi keuangan berdasarkan neraca keuangan KSU LEPP Pasuruan, (per 31 Desember). POS-POS NERACA AKTIVA Aktiva Lancar Rp % Rp % Rp % 01 Kas , , ,44 02 Bank , , ,65 03 Pembiayaan diberikan 031 Program PEMP , , , Umum , , ,27 04 Penyisihan Penghapusan AP ( ) (0,05) ( ) (0,31) ( ) (0,13) 05 Aktiva Tetap dan Inventaris , , ,26 06 Akumulasi penyusutan ( ) (1,29) ( ) (0,59) ( ) (0,25) 07 Rupa-rupa Aktiva , , ,45 Total Aktiva , ,00 PASIVA 08 Kewajiban lainnya Simpanan , , ,85 10 Pembiayaan dari pihak lain , , ,96 11 Dana Bantuan Modal , , ,96 13 Cadangan ( ) (0,75) ( ) (0,68) Rupa-rupa pasiva , , ,14 Laba-rugi tahun lalu , , ,30 Laba rugi tahun berjalan , , ,79 Total Pasiva , ,00 Sumber: Laporan Keuangan Koperasi LEPP Pasuruan, Berdasarkan neraca keuangan yang dimiliki tampak bahwa pembiayaan diberikan atau pinjaman yang disaalurkan merupakan komponen paling besar didalam aktiva KSU LEPP. Berdasarkan perbandingan antara neraca keuangan tahun 2003 dan tahun 2004 dapat diketahui bahwa pada tahun 2004 meningkatnya aktiva KSU LEPP sangat dipengaruhi oleh ekspansi kredit yang dilakukan. Hal ini tampak dari meningkatnya pembiayaan yang diberikan sejumlah Rp ,-. Pembiayaan ditujukan pada pembiayaan Program PEMP yang sudah lunas serta pembiayaan umum dengan tujuan menambah nilai pendapatan. Ekspansi kredit sebagian bersumber dari simpanan di bank tampak dari 87

25 berkurangnya aktiva lancar dalam bentuk simpanan di bank sejumlah Rp ,-. Nilai investasi juga meningkat sebesar Rp ,- dengan tujuan melengkapi sarana-prasarana yang mampu menunjang efektivitas dan efisiensi kegiatan usaha. Meningkatnya aktiva KSU LEPP di tahun 2004 sangat dipengaruhi oleh meningkatnya kewajiban dalam bentuk simpanan pihak ketiga dan pembiayaan dari pihak lain. Peningkatan aktiva sebaliknya diiringi dengan menurunnya modal yang dimiliki. Menurunnya modal disebabkan oleh pembangunan warung serba ada (waserda) yang merupakan salah satu upaya LKM untuk meningkatkan pendapatan. Kondisi keuangan KSU pada periode tahun merupakan kebalikan dari periode tahun Terjadi penurunan aktiva yang sangat dipengaruhi oleh menurunnya pembiayaan yang diberikan. Tercatat pada tahun 2005 terjadi penurunan pembiayaan yang diberikan sejumlah Rp ,- dibandingkan tahun Meningkatnya aktiva di bank lebih dikarenakan adanya penambahan DEP dari pemerintah dan bukan berasal dari adanya penumpukan aktiva dalam bentuk pembiayaan yang sudah jatuh tempo. Adapun peningkatan nilai aktiva tetap dan inventaris disebabkan oleh faktor inflasi disamping pengadaan barang untuk keperluan kantor maupun pengisian warung serba ada. Seperti halnya di periode tahun , tampak bahwa kondisi aktiva masih sangat dipengaruhi oleh kewajiban terhadap pihak ketiga. Peranan modal terhadap aktiva belum tampak karena di saat yang sama terjadi peningkatan modal sebesar Rp ,-. Secara menyeluruh analisis vertikal dan horizontal menunjukkan bahwa laba rugi KSU LEPP Pasuruan sangat dipengaruhi oleh biaya atas jasa pembiayaan dari pihak lain. Lebih lanjut, pos dalam biaya ini pada akhirnya mempengaruhi aktiva KSU LEPP. Kondisi ini tampak dari menonjolnya peran pembiayaan yang diberikan terhadap pembentukan aktiva KSU LEPP. Peran modal didalam pembentukan aktiva LKM ini tampaknya masih perlu ditingkatkan. 88

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

VII KESIMPULAN DAN SARAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka berikut ini penulis akan menyajikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil analisis kinerja keuangan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PASURUAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PASURUAN BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG PUSAT STRATEGI DAN LAYANAN EKONOMI MASLAHAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG PUSAT STRATEGI DAN LAYANAN EKONOMI MASLAHAT BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG PUSAT STRATEGI DAN LAYANAN EKONOMI MASLAHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

Koperasi Karyawan PT. ADIS PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012

Koperasi Karyawan PT. ADIS PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012 L1 PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012 No Uraian Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (Dalam Rp) (Dalam Rp) (Dalam Rp) I PENDAPATAN OPERASIONAL Penjualan Harga Pokok Penjualan Jumlah laba

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 6.1. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Analisis rasio keuangan KBI dilakukan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan lembaga. Analisis

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kabupaten Gresik merupakan salah satu wilayah yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi pemerintah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM SUMBER DAYA AIR DAN TATA

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Unit Pengelola

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1 Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa terbentuk pada tanggal 24 September 1991 berdasarkan Undang-undang Nomor 06 tahun 1991. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemahaman atau visi-misi yang sama terhadap konsep penduduk miskin

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemahaman atau visi-misi yang sama terhadap konsep penduduk miskin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu penanggulangan kemiskinan adalah sangat diperlukan adanya penanganan secara sungguh-sungguh. Seiring dengan dinamika masyarakat pemerintah harus mengubah paradigma

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

RINGKASAN EKSEKUTIF : : : DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keberlangsungan suatu perusahaan terutama di bidang lembaga keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan beroperasinya perusahaan.

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III 1 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 3.1.KINERJA KEUANGAN MASA LALU No Kinerja keuangan daerah masa lalu merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.05/2014 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.05/2014 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO Yth. PT/Koperasi Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.05/2014 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1.KINERJA KEUANGAN MASA LALU Kinerja keuangan daerah masa lalu merupakan informasi yang penting untuk membuat perencanaan daerah

Lebih terperinci

KAB GRESIK _2015 DI _BATU

KAB GRESIK _2015 DI _BATU KAB GRESIK _2015 DI _BATU JARINGAN KERJA EKSTERNAL ORGANISASI KEPEMIMPINAN PROGRAM SISTEM KELOLA misi-visi SARANA PRASARANA SUMBERDAYA INTERNAL VISI MISI ATURAN PROFESI- ONALISME INSENTIF SUMBER DAYA PROGRAM

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

Contoh laporan keuangan koperasi

Contoh laporan keuangan koperasi Contoh laporan keuangan koperasi Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya atas dasar prinsip koperasi dan kaidah ekonomi

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pasuruan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pasuruan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pasuruan Tahun 2013 sebanyak 183.031 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Pasuruan Tahun 2013 sebanyak 26 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

Rapat Anggota. Manajer

Rapat Anggota. Manajer LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Rapat Anggota BPP Pengurus Pengawas Manajer Unit TPI Unit Simpi Unit Waserda Anggota 106 Lampiran 2. Hasil Analisis Trend

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota dari Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

JAWABAN BAB 7. Nama : Fitri Gusniawati. Nim :

JAWABAN BAB 7. Nama : Fitri Gusniawati. Nim : JAWABAN BAB 7 Nama : Fitri Gusniawati Nim : 51912102 Kelas : DKV-3 1. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang lembaga keuangan. Apa yang dimaksud dengan lembaga deposito dan non deposito? Apa saja bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam (KSP/USP) Koperasi haruslah dikelola agar sehat sehingga meningkatkan citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi sebagai lembaga keuangan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri 48 BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri 1. Letak Geografis Kabupaten Wonogiri terletak pada posisi

Lebih terperinci

PEMBAGIAN SHU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYEJAHTERAKAN ANGGOTA KOPERASI BINTANG SAMUDRA

PEMBAGIAN SHU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYEJAHTERAKAN ANGGOTA KOPERASI BINTANG SAMUDRA PEMBAGIAN SHU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYEJAHTERAKAN ANGGOTA KOPERASI BINTANG SAMUDRA Oleh: RIANTO RITONGA Salah satu hal penting dalam upaya menyejahterakan anggota Koperasi Bintang Samudra, selain memberikan

Lebih terperinci

PROFIL KEUANGAN DAERAH

PROFIL KEUANGAN DAERAH 1 PROFIL KEUANGAN DAERAH Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang adalah menyelenggarakan otonomi daerah dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, serta

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan daerah tahuntahun sebelumnya (20102015), serta kerangka pendanaan. Gambaran

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011 RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Tahun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 321 /KPTS/013/2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 321 /KPTS/013/2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 321 /KPTS/013/2013 TENTANG PENGESAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 910/ 055 /SK.XI/503/2012

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENGELOLA DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Purworejo. Adapun yang menjadi fokus adalah kinerja

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara restrukturisasi pinjaman PDAM / penyelesaian piutang negara pada PDAM telah ditetapkan dalam PMK nomor

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016 BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber

Lebih terperinci

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Apa itu BLU LPMUKP? BLU LPMUKP adalah Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan 2. Apa Pengertian BLU? BLU adalah

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR m BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus masih menjadi titik lemah dalam rangka

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Metrokom Jaya berdiri pada tahun 2007, telah menjadi pemimpin dalam bidang penjualan komputer bekas. Memulai bisnis di

Lebih terperinci

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB GaneÇ Swara Vol. No. Maret 6 PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB ABSTRAK SAHRUL IHSAN Fakultas Ekonomi Universitas Gunung Rinjani

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

Lebih terperinci

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA KABUPATEN DELI SERDANG Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia, Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 05 Tahun 2006 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN KECAMATAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian yang semakin maju memicu banyak munculnya perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang dagang, jasa, maupun lainnya yang pada umumnya

Lebih terperinci

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 No.257, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. USP oleh Koperasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 /PER/M.KUKM/ II /2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN PERAH KUD 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan 7.1.1 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Dalam menjalankan usahanya manajemen

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2008-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Cimahi. Koperasi PT. PLN ini diberi nama Koperasi Usaha Kita. Koperasi PLN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Cimahi. Koperasi PT. PLN ini diberi nama Koperasi Usaha Kita. Koperasi PLN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Koperasi PT. PLN (Persero) Cimahi ini berdiri pada tahun 1997 dimana sekarang bertempat di PT. PLN (Persero) Ruko

Lebih terperinci

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah;

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan Kabupaten Lamongan adalah salah satu wilayah yang mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;

7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK PIHAK BMT MITRA USAHA UMMAT. Dilakukan pada tanggal 10 Desember 2011, di BMT Mitra Usaha Ummat

PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK PIHAK BMT MITRA USAHA UMMAT. Dilakukan pada tanggal 10 Desember 2011, di BMT Mitra Usaha Ummat LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK PIHAK BMT MITRA USAHA UMMAT Dilakukan pada tanggal 10 Desember 2011, di BMT Mitra Usaha Ummat 1. Bisa perkenalkan nama Bapak? Bapak Agus Sulistiono 2. Sudah berapa lama

Lebih terperinci