SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD"

Transkripsi

1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

2 BAB I HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah Anda mengkaji unit 1, kompetensi yang diharapkan adalah Anda dapat memahami hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa dengan indikator (1) menjelaskan hakikat bahasa Indonesia melalui ilustrasi kasus, (2) mengemukakan hakikat pemerolehan bahasa melalui ilustrasi kasus. B. Uraian Materi 1. Hakikat Bahasa Indonesia Pengertian Bahasa Kata bahasa tidaklah asing bagi kita. Setiap hari kita menggunakan bahasa. Dalam aktivitas untuk berkomunikasi digunakan bahasa, tidak ada peradaban tanpa bahasa tulis. Pernyataan tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia dan kemanusiaan. Namun, apakah setiap alat komunikasi dapat disebut bahasa? Apakah penanda khusus bahasa manusia sebagai alat komunikasi yang membedakan dengan alat komunikasi yang lain? Perhatikan ilustarsi kasus berikut ini. Pada suatu hari dalam perjalanan menumpangi mobil angkot. Dua penumpang yang masih muda belia tertawa, tetapi tidak terdengar mereka melakukan interaksi secara verbal. Karena penasaran, saya mencoba memperhatikan apa yang mereka lakukan. Ternyata mereka adalah siswa-siswa tuna rungu sedang asyik berkomunikasi, akan tetapi komunikasi yang dilakukan tidak menggunakan bahasa. Mereka menggunakan jari-jari tangan untuk berkomunikasi. Dengan demikian mereka menggunakan bahasa isyarat. Kasus lain, ketika mengikuti kegiatan perkemahan pramuka. Hanya bunyi sempruitan dan sandi morse serta menggerakkan bendera, mereka sudah berkumpul di lapangan. Ilustasi yang digambarkan di atas membuktikan bahwa ternyata alat komunikasi sangat beragam. Ada yang menggunakan benda-benda, tanda, atau bunyi-bunyian. Bahasa, berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah juga alat komunikasi. Secara umum, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang merujuk pada bahasa tertentu misalnya 1

3 bahasa Indonesia atau bahasa yang lain. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Akan tetapi menggunakan alat-alat/tanda misalnya dengan gerakan jari tangan, ekspresi wajah, menggunakan benda-benda tertentu. Perlu pula diperhatikan bahwa tidak semua ujaran atau bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia dapat dikatakan bahasa, karena ujaran dapat dikatakan sebagai bahasa apabila mengandung makna. Perhatikan kata [kelinci], [hotel], [sakit], adalah contoh kata yang mempunyai makna dan dapat disebut bahasa. Lain halnya [dskhj], [ahjgt], merupakan contoh bunyi yang tidak bermakna atau bukan bahasa. Secara konvensional disepakati bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung suatu makna tertentu, secara bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa. Perbendaharaan kata tersebut dapat berfungsi apabila suatu arus ujaran mengadakan inter-relasi antar anggota-anggota masyarakat. Penyusunan kata mengikuti kaidah tertentu yang bila diucapkan dapat mengikuti gelombang ujaran. Sifat-sifat Bahasa Sebagai alat komunikasi, bahasa mengandung beberapa sifat, yaitu: (a) Sistematik, (b) Mana suka, (c) Ujaran, (d) Manusiawi, dan (e) Komunikatif. Bahasa dikatakan bersifat sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur oleh dua sistem yaitu sistem bunyi dan sistem makna. Bahasa disebut mana suka sebagaimana Santoso (Paisal, 2009) bahwa bahasa disebut mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Contoh, kata buku, pinsil, baju, sepatu, dsb. Kata-kata tersebut tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Bukan pula atas dasar kriteria dan standar tertentu, akan tetapi unsur-unsur bahasa dipilih secara mana suka. Demikian pula bahasa disebut ujaran karena bentuk dasar bahasa adalah ujaran dan media bahasa adalah bunyi. Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa dapat berfungsi selama manusia memanfaatkannya. Dan bahasa disebut bersifat komunikatif karena fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antara anggota-anggota masyarakat. 2

4 2. Pemerolehan Bahasa Anak Terdapat dua keterampilan yang dilibatkan dalam pemerolehan bahasa anak, yaitu kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan dkk, 1998). Dengan demikian, proses pemerolehan bahasa adalah merupakan proses bawah sadar. Penguasaan bahasa tidak disadari dan tidak dipengaruhi oleh pengajaran yang secara eksplisit tentang sistem kaidah yang ada di dalam bahasa kedua. Berbeda dengan proses pembelajaran, adalah proses yang dilakukan secara sengaja atau secara sadar dilakukan oleh pembelajar di dalam menguasai bahasa. Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk (1998) adalah: (a) Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban, dan di luar sekolah; (b) pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus (dilakukan tanpa sadar atau secara spontan; (c) Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak. Waktu Pemerolehan Bahasa Dimulai Sejak Kapankah sebenarnya anak mulai berbahasa? Karena berbahasa mencakup komprehensif maupun produksi. Oleh karena itu maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa sebelum dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih janin. Kata-kata dari ibunya tiap hari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu '`masuk" ke janin. Kata-kata ibunya ini rupanya "tertanam" pada janin anak. Itulah salah satu sebabnya mengapa di mana pun anak selalu lebih dekat pada ibunya daripada ayahnya. Seorang anak yang menangis akan berhenti menangisnya bila digendong oleh ibunya. Sebuah ilustari dapat pula kita amati seorang bayi yang mulai berinteraksi dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang tidak beraturan ketika diperlihatkan sebuah mainan dan diajak berbicara. Seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada bayi untuk ikut dalam komunikasi sosial dengannya. Bayi mengangkat-angkat badannya seolah-olah memberi tanda 3

5 untuk minta digendong. Ketika itulah bayi pertama kali mengenal sosialisasi dan merasakan bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal dapat disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Ketika pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa, kini telah memperoleh satu bahasa. Bahasa Siswa Sekolah Dasar (SD) Kemampuan berbahasa anak berkembang bersama-sama pertambahan usianya. Ketika baru lahir seorang bayi tidak berdaya. la hanya dapat meronta dan menangis jika basah, lapar atau sakit. Pada usia tiga minggu ia dapat tersenyum dan mulai bereaksi terhadap rangsangan. Pada usia dua atau tiga bulan ia mulai mengeluarkan bunyi-bunyi vokal. Kira-kira pada usia enam bulan ia mulai pandai mengucapkan suku-suku kata dan tak lama kemudian meraban. Menjelang usia satu tahun, biasanya ia sudah memahami beberapa nama benda dan dapat mengucapkan kata-kata seperti papa, mama, baba dan sebagainya. Setelah berumur satu tahun, ia pandai membuat kalimat satu kata. Pada usia menjelang dua tahun ia sudah dapat membuat kalimat dua kata. Perkembangan selanjutnya berlangsung cepat. Perbendaharaan katanya bertambah dengan pesat, demikian pula kemampuannya dalam membuat kalimat yang lebih panjang. la sering kali mencoba menggunakan kata-kata baru, meniru orang dewasa. Pada usia prasekolah ia boleh dikatakan telah menguasai bahasa ibunya seperti orang dewasa di sekitarnya. Waktu antara masa bayi dan masa prasekolah merupakan waktu yang paling penting dalam perkembangan seseorang. Itulah masa yang paling baik untuk belajar bahasa yang disebut usia keemasan untuk belajar berbahasa. Karena itu, para orang tua hendaknya membantu perkembangan tersebut dengan sebaik-baiknya. Jika kesempatan itu terlewat dengan sia-sia, maka hilanglah peluang anak untuk menguasai bahasanya dengan baik. 4

6 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB II DASAR-DASAR DAN KAIDAH BAHASA INDONESIA SEBAGAI RUJUKAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

7 BAB II DASAR-DASAR DAN KAIDAH BAHASA INDONESIA SEBAGAI RUJUKAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan Anda dapat menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan indikator (1) mengkategorikan penggunaan huruf kapital yang benar dalam kalimat, (2) menyusun huruf miring yang benar dalam kalimat melalui ilustrasi, (3) menerapkan penggunaan tanda baca yang benar (koma, titk dua, dan tanda seru) melalui sajian kalimat. B. Uraian Materi 1. Penggunaan Huruf Kapital atau Huruf Besar yang Benar Dalam Kalimat Huruf kapital dipakai pada huruf pertama: a. Petikan langsung, misalnya: Adik bertanya, Kapan kita pulang? b. Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan, misalnya: Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Weda, Islam, Kristen, Budha, bimbinglah hamba-mu. c. Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang, misalnya: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim. (Huruf kapital tidak dipakai bila tidak diikuti nama orang, misalnya: Ia naik haji tahun lalu, ia diangkat menjadi sultan). d. Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, misalnya: Presiden Jokowi, Jaksa Agung, Profesor Supomo. (Huruf kapital tidak dipakai bila tidak diikuti nama orang atau nama tempat, misalnya: Siapakah gubernur yang baru dilantik itu? e. Nama bangsa, suku, dan Bahasa, seperti: bangsa Indonesia, suku Bugis, bahasa Indonesia. f. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah, misalnya: tahun Hijriah, bulan Juli, hari Jumat, hari Lebaran, hari Natal, hari Galungan, hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perang Padri. (huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama, misalnya: Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia). 1

8 g. Nama geografi, seperti: Maros, Danau Tempe, Gunung Latimojong, Sungai Saddang, Selat Makassar, Teluk Bone. (Huruf kapital tidak dipakai bila tidak diikuti nama, misalnya: saya mandi di sungai, berlayar ke teluk. h. Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi, misalnya: Perserikatan Bangsa- Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. i. Semua kata (termasuk kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal, seperti: Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, ia menyelesaikan makalah Asas-Asas Hukum Perdata. j. Kata penunjuk hukum kekerabatan (bapak, adik, ibu, paman, dll) yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan, misalnya: Kapan Bapak berangkat? tanya Dirman. (Jika bukan sebagai penyapaan atau pengacuan maka tidak ditulis dengan huruf kapital, seperti: semua adik dan kakak saya sudah berkeluarga. k. Kata ganti Anda, seperti: Surat Anda telah kami terima. 2. Menyusun Huruf Miring Yang Benar Dalam Kalimat Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk a. menulis judul buku, nama majalah dan nama surat kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh: Salah satu buku yang menceritakan keadaan Indonesia pada masa lampau ialah Negarakertagama karangan Prapanca. b. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata Contoh: Bahasa Indonesia Baku adalah bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah atau pola bahasa Indonesia yang sedang berlaku. Susunlah kalimat dengan menggunakan kata depan masing-masing: di, ke, dan dari c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh: Istilah devide et impera mengandung pengertian pecah belahkan dan perintahlah. 2

9 3. Penggunaan Tanda Baca yang Benar melalui sajian Kalimat a. Pemakaian Tanda Baca (Titik dua, Koma, dan Seru) Pemakaian Tanda Titik dua(:) Tanda titik dipakai: 1) Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian Contoh: Kita sekarang memerlukan prabot rumah tangga: meja, kursi, dan lemari. Tidak dipakai jika rangkaian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh: Kita sekarang memerlukan meja, kursi, dan lemari. 2) Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh: a) Ketua ujian : Muhammad Arif Sekretaris : Sutina Bendahara : Putri Anugrah b) Tempat sidang : Ruang PGSD lantai 3 Hari/tanggal : Senin/17 Oktober 2016 Waktu : ) Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh: Ibu : (melempar tas pakaian) Ambil baju ini dan pergi! Nina: Baik, Bu. (mengambil tas pakaian sambil menangis) Ibu : Dasar anak tak tahu diri (duduk di kursi) 4) Di antara jilid atau nomor halaman, di antara bab, ayat,judul dan anak judul, nama kota dan penerbit buku pada suatu karangan. Contoh: - Surah Yasin:7 - Tarigan Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa 3

10 Pemakaian Tanda Koma Tanda koma dipakai: 1) di antara unsur-unsur dalam suatu perincian; Contoh: Saya membeli tempat tidur, lemari pakaian, dan meja belajar. 2) untuk memisahkan kalimat majemuk setara yang menggunakan kata tetapi; Contoh: Saya ingin cepat datang, tetapi jalan macet. 3) untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat; Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak ke lapangan karebosi. (saya tidak ke lapangan karebosi kalau hari hujan) 4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat ( jadi, akan tetapi, oleh karena itu, namun demikian, dll.); Contoh: Jadi, dia memang cerdas. Akan tetapi, belum banyak latihan 5) Untuk memisahkan kata seperti (o, ya, wah,aduh, kasihan) dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh: O, begitu? Wah, bagus, ya! Aduh, sakitnya bukan main. 6) Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: Kata ibu, Saya bahagia sekali. Saya berbahagia sekali, kata ibu, karena kamu berhasil 7) Di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh: Makassar, 11 Juni 2016 Bangkok, Thailand 8) di antara nama orang dan gelar akademik yang mengiutinya untuk membedakan dari singkatan nama keluarga; Contoh: - Drs. Abd. Halik, S.E., M.Pd. - Dra. Rosdiah S., S.Pd., M.Pd. 4

11 9) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: Guru saya, Pak Yani, pandai sekali. 10) Untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Atas pertolongan Rina, Darmi mengucapkan terima kasih. 11) Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: Di mana pertandingan itu diadakan? tanya Arif. Pemakaian Tanda Seru dan Tanda Tanya Tanda seru (!) Tanda seru dipakai untuk kalimat perintah dan kalimat yang menggambarkan emosi atau kesungguhan yang kuat, suara yang tinggi, dan sering menandai akhir suatu kalimat. a. Dipakai pada kalimat yang menyatakan perintah. Contoh: 1) Simpan HP dalam tasmu! 2) Pilihlah bus malam yang lebih nyaman! b. Dipakai pada kalimat yang menyatakan kesungguhan. Contoh: 1) Sungguh, Pak! saya tadi berjalan kaki ke sini! 2) Benar, Pak! uang saya tidak cukup untuk beli karcis! c. Kalimat yang menyatakan perasaan emosi. Contoh: 1) Celaka, jalan macet! 2) Aduh, rumah berantakan! Tanda Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya; Contoh: - Apakah dia sakit? 5

12 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

13 BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA (MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS) A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan Anda dapat memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), dengan indikator 1) mengkategorikan menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa, 2) menegaskan keterampilan membaca di kelas rendah dan kelas tinggi, 3) menyimpulkan jenis-jenis membaca melalui sebuah kasus, B. Uraian Materi 1. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa Hubungan Menyimak dengan Berbicara Kegiatan menyimak merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keterampilan berbahasa. Sebagaimana Tompkins dan Hoskisson (Aminuddin, 1997:71) disebut sebagai "most mysterious language process'. Dinyatakan demikian karena seseorang yang tampak dengan serius menyimak belum tentu memahami isi simakan. Sementara itu, menyimak sambil melakukan aktivitas lain, misalnya membaca, ternyata tidak mampu menanggapi secara tepat ketika ditanya. Di antara ketiga kegiatan, mendengar, mendengarkan, dan menyimak, maka taraf tertinggi adalah kegiatan menyimak. Dalam peristiwa menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bahkan lebih dari itu, faktor perhatian dan penilaian pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak. Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diindentifikasi menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai, 1

14 dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Pada kenyataanya, peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi. Dengan uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam komunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam satu kegiatan yang resiprokal. Keduanya dapat berganti peran secara spontan, dari pembicara menjadi penyimak atau sebaliknya, dari penyimak menjadi pembicara. Dengan demikian, kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi atau saling melengkapi. Tujuan Menyimak Setiap orang tentu mempunyai tujuan dalam menyimak antara lain: Ada bertujuan agar dapat memeroleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara. Ada pula orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan. Ada pula yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang disimaknya. Ada pula penyimak bermaksud untuk dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan). Ada pula yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Menyimak dapat pula bertujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti, mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa Asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli. Dapat pula dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memeroleh banyak masukan berharga, untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan. 2

15 Jenis-Jenis Mendengarkan Tarigan (1981) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengarkannya dan diperoleh dua jenis mendengarkan yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif. Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada empat jenis kegiatan mendengarkan ekstensif yang meliputi mendengarkan sekunder, sosial, estetika, dan pasip. a) Mendengarkan sekunder Mendengarkan sekunder adalah proses mendengarkan yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, seseorang sedang membaca suatu bacaan sambil mendengarkan percakapan orang lain, siaran radio, suara televisi, atau yang lainnya. b) Mendengarkan sosial Mendengarkan sosial adalah proses mendengarkan yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial atau di tempat umum seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, atau di tempat yang umum lainnya. c) Mendengarkan estetika Mendengarkan estetika atau mendengarkan apresiatif yaitu proses mendengarkan untuk menikmati dan menghayati keindahan misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, lagu, dan yang sejenisnya. d) Mendengarkan pasif Mendengarkan pasif adalah proses mendengarkan suatu yang dilakukan tanpa sadar. Misalnya, kita tinggal di suatu daerah yang menggunakan bahasa daerah. Sedangkan kita sendiri menggunakan bahasa nasional. Setelah beberapa lama tanpa disadari kita dapat mampu menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemampuan menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Tetapi, kenyataannya orang tersebut mampu menggunakan bahasa bahasa daerah dengan baik. Mendengarkan intensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap, memahami, dan mengingat informasinya. Kamidjan dan Suyono, (2002: 12) menjelaskan ciri-cirinya sebagai berikut. Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman yaitu proses 3

16 mendengarkan dengan tujuan untuk memahami makna pembicaraan dengan baik. Berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi yaitu pemusatan pikiran terhadap makna pembicaraan. Cara yang dapat dilakukan agar kita dapat mendengarkan dengan konsentrasi yang tinggi adalah kita harus mampu menjaga pikiran agar tidak terpecah dan perasaan agar tenang, serta menjaga perhatian agar terpusat pada makna pembicaraan serta menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu. Tahapan Mendengarkan Tarigan, (1991) menjelaskan tahapan-tahapan mendengarkan yaitu tahapan mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan tahap mengevaluasi. Tahap mendengarkan merupakan tahap mendengarkan pembicaraan. Tahap memahami adalah tahap memahami isi pembicaraan. Tahap menginterpretasi adalah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan. Tahap mengevaluasi tahap menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya menanggapinya. 2. Keterampilan Membaca di Kelas Tinggi dan Kelas Rendah Pengertian membaca Membaca merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan. Dengan memiliki kemampuan membaca, berbagai pengetahuan dapat diperoleh. Kemampuan membaca, seperti juga halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain, dapat dimiliki melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Latihan kemampuan membaca pada tingkat dasar sangat penting karena merupakan penanaman dasar membaca. Latihan dasar ini sangat menentukan kemampuan siswa dalam membaca lanjut. Davies (1997) memberikan pengertian membaca sebagai suatu proses mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan katakata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik simpulan mengenai maksud bacaan. 4

17 Tujuan Membaca Pelajaran membaca di SD kelas rendah dan kelas tinggi memiliki perbedaan. Membaca permulaan yang diberikan di kelas I, II dan III bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Mengupayakan agar siswa dapat mengenal dan membaca huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan lafal yang tepat dan lancar dan intonasi yang wajar. Pada awal bacaan hendaknya diberikan materi bacaan dengan memperhatikan pengenalan huruf secara bertahap (a, i, m, n.), (u, l, b), (o, d), (k, s), dan seterusnya), dan diupayakan menghindari bacaan yang terdapat huruf yang sulit dibaca anak, seperti: f, v, r, sy, ny, ng, dan str. Adapun membaca lanjut diberikan pada kelas III, IV, V, dan VI bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1995:5) Pengajaran bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan. Aspek-aspek keterampilan untuk membaca lanjut, untuk memahami isi bacaan ada bermacam-macam Syaf'ie (1994) menyebutkan empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif. Pembahasan mengenai tingkat pemahaman berikut mengacu pada Burns dan Roe sebagaimana diuraikan sebagai berikut. Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe, 1996:225). Pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit 5

18 dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis. Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks. Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. (Hafni, 1981) dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis. 3. Jenis Membaca di SD Jenis membaca berdasarkan tujuan membaca yang harus dicapai pada tiap kelas menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan BI SD, adalah: (1) membaca teknik, (2) membaca sekilas, (3) membaca memindai, (4) membaca intensif, (5) membaca cepat, dan (6) membaca indah. Membaca teknik Membaca teknis adalah jenis membaca yang dilakukan dengan bersuara. Jenis membaca ini biasa dilakukan pada kelas-kelas rendah dengan tujuan untuk melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tertulis. Melalui kegiata ini siswa dilatih membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan yang baik, lafal yang benar, dan pemakaian tanda baca. 6

19 Membaca Pemahaman/Membaca Dalam Hati Membaca merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memahami isi bacaan melalui kegiatan pengenalan kata demi kata atau kalimat demi kalimat. Durkin (1989: 7) membaca merupakan kegiatan mengenali kata-kata pengarang dan memahami isinya sesuai konteks yang ada. Untuk mencapai hal tersebut, pembaca perlu melakukan berbagai proses, seperti: (1) mengajukan dan atau menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan, (2) menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri, (3) meringkas bacaaan, (4) mengemukakan gagasan utama, (5) menentukan bagian yang menarik dalam cerita, (6) mengemukakan pesan cerita dan sifat pelaku, dan (7) memberi tanggapan. Membaca menurut Antony dkk (Miller, 1993: 283) bukan hanya sekedar melafalkan huruf demi huruf atau kata demi kata dalam wacana, melainkan suatu proses menyusun makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan pembaca yang dikuasainya dengan informasi yang ada dalam bahasa tulis dan konteks situasi membaca. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa membaca menuntut adanya interaksi aktif antara pikiran dengan bahasa pembaca dan antara pikiran dengan bahasa penulis yang dinyatakan dalam teks tertulis. Membaca Cepat Membaca cepat menurut sabarti (1999) adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan agar siswa mampu memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif cepat. Dengan demikian, membaca cepat pada dasarnya dapat dikatakan juga dengan membaca pemahaman, hanya saja dipercepat waktunya. Artinya, tanpa mengabaikan aspek pemahaman isi bacaan secara tepat, siswa dapat membaca suatu teks bacaan dalam waktu yang relatif singkat. Jadi, membaca cepat adalah salah satu bagian dari membaca pemahaman yang intinya mengharapkan siswa dapat membaca teks bacaan secara "cepat" dengan pemahaman isi yang tepat. 7

20 Teknik Membaca Cepat Macam-macam teknik membaca cepat terbagi dua yaitu: skiming dan skaning. Skiming adalah teknik untuk mencari gagasan pokok atau hal-hal penting yang ada dalam bacaan. Orang yang sedang membaca skiming berarti tidak harus membaca kata demi kata. Contoh skiming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah buku teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail. Jadi, Skiming bisa dilakukan apabila: - Ingin mengenal topik bacaan - Melakukan penyegaran akan yang pernah dibaca - Mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan - Sebagai penyegaran yang pernah dibaca - Mempersiapkan sebelum menyampaikan ceramah - dsb. Skanning adalah teknik membaca untuk memahami informasi dari suatu bacaan. Teknik ini biasanya dilakukan jika Anda telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik. Tujuan membaca ini yaitu ingin mengetahui isi keseluruhan sebuah buku secara cepat dan menyeluruh, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas. Contoh: bila Anda menemukan buku yang menarik di perpustakaan. Sementara waktu Anda hanya 15 menit. Lalu buku itu Anda buka-buka secara keseluruhan dengan cepat ingin mengetahui isinya. Skaning dapat dilakukan bila: - Menemukan nomor tertentu pada direktori telepon. - Mencari arti kata dalam kamus. - Membaca daftar menu makanan di rumah makan - Membaca jadwal pelajaran - dsb. Membaca Sekilas Menurut Tarigan (1991) membaca sekilas adalah sejenis membaca yang dengan cepat membuat pandangan mata kita bergerak melihat, memerhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi. Dan semakin dipahami bila dikaitkan dengan pendapat Sudarso (1991) bahwa "membaca sekilas berarti mencari hal-hal penting dari bacaan itu, yaitu ide pokok dan detil yang penting". 8

21 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB IV TEORI DAN APRESIASI BAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

22 BAB IV TEORI DAN APRESIASI SASTRA INDONESIA A. Kompetensi Dasar dan Indikator Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan Anda dapat memahami teori dan apresiasi sastra Indonesia dengan indikator 1) menganalisis jenis-jenis sastra Indonesia, 2) menentukan tema puisi, 3) melengkapi puisi yang rumpang, 4) mengubah puisi menjadi prosa. B. Uraian Materi 1. Jenis-jenis Sastra Indonesia/ Genre Sastra Karya sastra menurut genre atau jenisnya terbagi atas puisi, prosa, dan drama. Pembagian tersebut semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya. Berikut ini dipaparkan ketiga bentuk karya sastra tersebut. a. Puisi Pengertian Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Inggris, poetry "mencipta". Secara terminologis, puisi menurut W.Dunton adalah ekspresi yang konkret atau bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa yang emosional dan berirama. Penggunaan bahasanya berupa pengalaman bathin yang disusun secara khas pula. Susunan kata singkat dan padat, menggunakan majas untuk memperindah dari berbagai segi: makna, citraan, rima, ritme, nada, rasa, dan jangkauan simboliknya. Dari segi bentuknya kita mengenal puisi terikat dan puisi bebas. Puisi terikat dapat dikatakan sebagai puisi lama, puisi yang diciptakan oleh masyarakat lama, seperti pantun, syair,dan gurindam. Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh syarat-syarat, seperti jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik, pola rima dan irama, serta muatan setiap bait Sedangkan puisi baru, puisi bebas atau yang lebih dikenal sebagai puisi modern yang mulai muncul pada masa Pujangga Baru yang dipelopori oleh Chairil Anwar yang disebut angkatan 45. Puisi modern merupakan bentuk pengucapan puisi yang tidak menginginkan pola-pola estetika yang kaku atau patokan-patokan yang membelenggu kebebasan jiwa penyair. Dengan demikian, nilai puisi modern dapat dilihat pada keutuhan, 1

23 keselarasan, dan kepadatan ucapan, dan bukan terletak pada jumlah bait dan larik yang membangunnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa puisi merupakan pengungkapan pikiran dan perasaan dengan kata-kata yang terbatas jumlahnya serta dengan bahasa yang emosional dan berirama. Unsur-unsur puisi Unsur-unsur puisi terbagi atas unsur lahiriah (struktur fisik puisi) dan unsur batiniah (struktur bati). Unsur lahiriah yaitu: rima atau irama adalah persamaan bunyi yang terdapat pada puisi, baik pada awal, tengah, atau pada akhir baris puisi. Imaji merupakan suatu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi seperti perasaan, penglihatan, dan pendengaran. Diksi yaitu pemilihan beberapa kata yang dilakukan penyair dalam karyanya. Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan menggunakan indra yang memungkinkan menculnya imaji. Gaya bahasa yang dapat menghidupkan efek serta menimbulkan konotasi tertentu. Tipografi adalah bentuk puisi yang tepi kanan dan kiri tidak dipenuhi kata, tidak selalu dimulai dengan huruf besar pada setiap baris serta tidak diakhiri tanda titik. Unsur batiniah yaitu: tema atau makna baik tiap kata atau makna keseluruhan. Rasa merupakan sikap penyair terhadap suatu pokok permasalahan yang ada dalam puisi, Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya serta nada berhubungan dengan tema dan rasa. Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca. Menentukan Makna Puisi Pemahaman makna puisi bila memaknai secara literal, pengertian tersirat, dan nilai kehidupan. Makna literal merupakan makna yang digambarkan oleh kata-kata dalam puisi seperti lazim dipersepsikan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan perbandingan atau metafora aku layaknya atau bagaikan binatang jalang. Menentukan Tema Puisi Tema puisi merupakan dasar atau kokok pikiran/perasaan di dalam penulisan suatu puisi. Tema puisi dapat diketahui melalui hubungan kata-kata yang semakna yang ada di dalamnya. 2

24 Contoh menentukan tema puisi: SAAT ITU Saat mentari mulai terbit Itulah awal Aku mengenalmu dalam buku Saat raja siang membakar Itulah awal Aku bersamamu Saat hujan turun dengan lebat Itulah saat Aku mengkhawatirkanmu Saat bintang bertabur dan bulan tersenyum Itulah saat Aku memikirkanmu Saat malam semakin larut Saat itulah aku merasa takut untuk kehilangan dirimu Sumber: soal ujian Nasional Bahasa Indonesia SMP/MTs. Pembahasan Kata yang berulang dan semakna adalah sebagai berikut: a. Kata-kata penunjuk waktu adalah: pagi, siang, dan malam. b. Kata-kata penunjuk kepada sikap perhatian yaitu: mengenalmu, bersamamu, mengkhawatirkanmu, memikirkanmu, takut kehilanganmu. Dengan demikian berdasarkan kata-kata itu, puisi tersebut menunjukkan seseorang yang sangat perhatian/ kesetiaan pada sesuatu (apakah orang ataupun benda). Melengkapi Puisi yang Rumpang Puisi rumpang adalah bagian dari suatu puisi yang hilang dan biasanya dijadikan sebagai latihan dalam menulis puisi bagi siswa. Silakan Anda perhatikan puisi lama berikut: Kalau ada jarum yang patah Jangan disimpan di dalam laci Kalau ada kata yang salah Jangan disimpan di dalam hati Puisi di atas adalah salah satu bait puisi lama dalam bentuk pantun. Apabila Anda akan menulis puisi lama dengan bentuk demikian, syarat-syarat yang harus Anda patuhi adalah jumlah larik dalam setiap baitnya harus berjumlah empat, jumlah suku kata dalam 3

25 setiap lariknya harus antara delapan dan dua belas, rimanya mesti berpola a-b-a-b (larik ke-1 dan larik ke-3 mesti sama, demikian juga larik ke-2 dan larik ke-4), dan dua larik pertama mesti memuat sampiran. Adapun dua larik terakhir mesti memuat isi, makna, amanat, atau pesan pantun. Penyebutan puisi lama disebabkan adanya fenomena puisi setelahnya yang dianggap baru. Namun, yang lebih perlu Anda pahami adalah bahwa puisi lama merupakan pancaran masyarakat lama atau warisan budaya nenek moyang kita yang masih hidup dalam tradisi lisan. Bentuk lainnya yang juga termasuk puisi lama adalah bidal, gazal, gurindam, mantra, masnawi, nazam, kithah, rubai, seloka, syair, talibun, dan teromba. Contoh puisi lama (pantun) yang rumpang di bawah ini: Jalan-jalan ke Mall (...). Janganlah sampai lupa (...). Jika pandai menanam budi Kelak akan dikenang orang Contoh puisi baru yang rumpang adalah sebagai berikut: Pagiku hilang sudah membayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang (...) Mengubah Puisi Menjadi Prosa (Parafrasa Pusi) Parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa dalam bentuk bahasa lain tanpa mengubah pengertian. Pengungkapan kembali bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi. Cara membuat parafrasa adalah pertama-tama hendaklah memahami puisi. Untuk memahami puisi beberapa langkah yang harus dilalui dengan seksama. Langkah-langkah tersebut adalah : (1) membaca puisi secara berulang-ulang, (2) memahami arti lugas katakata tiap larik dan bait, (3) menambahkan kata-kata untuk memperjelas hubungan makna kata dalam larik dan bait, (4) memahami makna symbolik/konotatif, (5) memparafrasekan tiap bait, (6) merumuskan makna utuh, (7) mengungkapkan amanat puisi. Contoh parafrase puisi menjadi prosa adalah sebagai berikut: 4

26 DOA Chairil Anwar Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh Mengingat kau penuh seluruh Cahayamu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintumu aku mengetuk Aku tak bisa berpaling. Tuhanku Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, di tengah malam yang sunyi hening ini, aku duduk dalam keadaan termangu lalu secara serta merta aku menyebut nama-mu, berzikir dengan asma-mu sembari mengingat segala dosa dan nista yang telah mewarnai setiap langkah kehidupanku di masa lalu. Kehidupanku sungguh gelap gulita, pelita hatiku seakan padam. Betapun gelapnya hidupku dan hatiku; namun aku tetap berikhtiar sekuat tenaga untuk mengingat asma-mu Yang Maha Agung, sekalipun hal itu kulakukan dengan perjuangan batin yang sangat berat. Dengan mengingat kepada-mu, aku merasakan bagaikan ada cahaya panas yang terpancari dari-mu, dan cahaya membakar dan menghanguskan segala dosa dan nista yang telah membeku dalam jiwa ragaku secara sedikitdemi sedikit. Hal seperti tak pernah terlupa mengingat-mu setiap hari dan malam, dan akhirnya muncul kembali titik suci bersih dalam relung qalbuku, yang sebelumnya bagaikan kerdip lilin yang akan mati karena ditiup angin di tengah kelamnya malam yang sunyi sepi. 5

27 Ya Tuhan, aku kini telah menyadari dan menyesali segala perbuatanku yang selalu melanggar perintah dan larangan-mu. Penyesalan itu muncul karena kurasakan jiwaku kering kerontang, sengsara tiada tara, dan terasa hancur berkeping-keping, remuk, dan hanya dengan ampunan-mu dan rahmah-rahim-mu yang dapat mempersatukan kembali seperti fitrah-mu semula. Pada akhir hayatku ini, baru aku sering mengingat dan memohon ampun atas segala dosa yang telah kuperbuat di masa lalu, dengan demikian aku merasakan diriku bagaikan mengembara di negeri asing, negeri yang tak kukenal, negeri yang dihuni oleh manusia yang berprilaku yang keji dan kejam daripada setan-iblis. Olehnya itu, Ya Allah Yang Maha Pemberi Hidayah dan taufik, kiranya Engaku melimpahkan taufik dan hidayah- Mu agar aku bisa keluar dari negeri yang pernah onar dan nista ini. Ya Allah Yang Maha Pengampun atas segala dosa, kini aku datang bersimpuh dipangkuan kemuliaanmu, mengetuk di pintu ampunan-mu. Karena aku menyadari dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya dengan kasih sayang-mu dan mapunan-mu, aku dapat selamat menjalani hidup dan kehidupan di dunia fana ini. oleh karena itu, aku berjanji kepada-mu bahwa aku tak akan berpaling kembali melakukan dosa-dosa seperti masa silam. Aku benar-benar sadar dan hanya ingin berbakti dan menjalankan perintah dan mejauhi larangan-mu semata. b. Prosa Contoh parafrase puisi di atas adalah salah satu contoh prosa. Karangan prosa merupakan jenis karya sastra dengan ciri-ciri antara lain (1) bentuknya yang bersifat penguraian, (2) adanya satuan-satuan makna dalam wujud alinea-alinea, dan (3) penggunaan bahasa yang cenderung longgar. Bentuk ini merupakan rangkaian peristiwa imajinatif yang diperankan oleh pelaku-pelaku cerita, dengan latar dan tahapan tertentu yang sering disebut dengan cerita rekaan. Unsur-unsur cerita rekaan antara lain sebagai berikut (a) tokoh dan penokohan, (b) alur, (c) latar, (d) tema, (e) amanat, (f) sudut pandang, (g) dan gaya bahasa, yang semuanya saling berhubungan sehingga membentuk satu cerita yang utuh. 6

28 Pembagian bentuk prosa seperti yang dikemukakan oleh H.B.Yassin adalah cerpen, novel, dan roman. Menurutnya, cerpen adalah cerita fiksi yang habis dibaca dalam sekali duduk. Novel adalah cerita fiksi yang mengisahkan perjalanan hidup para tokohnya dengan segala liku-liku perjalanan dan perubahan nasibnya. sedangkan roman adalah cerita fiksi yang mengisahkan tokoh-tokohnya sejak kanak-kanak sampai tutup usia. Namun, sekarang ini istilah roman sudah jarang digunakan karena dianggap sama dengan novel. Unsur-unsur pembangun karya sastra biasa disebut dengan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Menurut Jakob Sumardjo (1986) yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri, seperti: tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. Sementara itu, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar karya sastra, misalnya sosial, budaya, ekonomi, politik, agama, dan filsafat. Faktor ekstrinsik tidak menjadi penentu yang menggoyahkan karya sastra. Beberapa kegiatan yang telah kita lakukan dalam menulis puisi dapat pula kita manfaatkan juga untuk kepentingan menulis prosa, khususnya cerpen. Kegiatan yang dimaksud adalah mendeskripsikan objek konkret secara emotif dan menulis cerpen berdasarkan tokoh dalam sejarah, mitologi, atau karya sastra lainnya. Menulis prosa pun dapat kita lakukan dengan cara memperhatikan konvensi yang terdapat dalam sebuah karya prosa. Jika cara ini yang kita pilih, maka Anda harus memerhatikan hal-hal berikut. a. Tentukanlah tema cerita berdasarkan persoalan yang Anda kuasai, kemudian konkretkan tema tersebut dengan judul yang menarik dan sesingkat mungkin, misalnya tidak lebih dari lima kata. b. Sadarilah bahwa cerita yang konvensional selain menyertakan judul dan pengarangnya harus juga dilengkapi aspek formal cerpen lainnya, yaitu adanya narasi dan dialog tokoh. c. Kembangkanlah tema ke dalam unsur-unsur cerita, seperti fakta cerita (alur, tokoh, dan latar), sarana cerita (sudut pandang, penceritaan, dan gaya bahasa). d. Padukanlah unsur-unsur cerita dengan memerhatikan kaidah alur, yaitu peristiwa disusun secara logis dan kronologis, menghadirkan suspense rasa ingin tahu membuat surprise kejutan dan menjalin seluruh unsur cerita sehingga tampak utuh. 7

29 c. Drama Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Jadi tujuan penulisan drama adalah untuk dipentaskan. Oleh karena itu drama memiliki dua aspek esensial, yakni aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan dengan seni lakon atau teater. Drama sebenarnya memiliki tiga dimensi, yakni (1) sastra, (2) gerakan, dan (3) ujaran. Oleh karena itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca seperti cerpen atau novel, tetapi lebih daripada itu dalam penciptaan naskah drama sudah dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya. 8

30 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I GEJALA ALAM BIOTIK DAN ABIOTIK Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

31 BAB I GEJALA ALAM BIOTIK DAN ABIOTIK A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah unit ini diharapkan peserta dapat mengetahui gejala alam baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun idikator Pencapaian kompetensi (IPK) sebagai berikut: 1. Menelaah beberapa gejala alam biotik. 2. Merancang penelitian tentang gejala alam biotik. 3. Melakukan observasi beberapa gejala alam biotik. 4. Menyusun laporan hasil observasi beberapa gejala alam biotik. 5. Menilai hasil observasi beberapa gejala alam biotik. 6. Menelaah beberapa gejala alam abiotik. 7. Merancang penelitian tentang gejala alam abiotik 8. Melakukan observasi beberapa gejala alam abiotik. 9. Menyusun laporan hasil observasi beberapa gejala alam abiotik. 10. Menilai hasil observasi beberapa gejala alam abiotik B. Uraian Materi 1. Gejala Alam Biotik Pernakah Anda berpikir mengapa ada disiplin ilmu tertentu? Mengapa ada yang disebut Ilmu Pengatuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan bidang ilmu lainnya? Tuhan memberi karunia pada manusia berupa naluri dan kemampuan berpikir, yang dengan kemampuan berpikirnya, manusia selalu berusaha mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Pengetahuan yang diperoleh dapat dikomunikasikan dengan orang lain dan keturunannya. Pengetahuan-pengetahuan itu akhirnya terkumpul membentuk suatu disiplin ilmu. Kita sadar semua sadar bahwa manusia tidak akan dapat hidup sendiri, melainkan hidup berdampingan dan saling berinteraksi dengan lingkungan. 1

32 Mari kita perhatikan gambar berikut ini: Sumber: Apa saja yang dapat anda dapat amati dari gambar tersebut? Kita akan sepakat bahwa paling kurang ada dua kelompok yang bisa diamati yakni kelompok makhluk yang hidup (lingkungan biotik) dan kelompok makhluk yang tak hidup (lingkungan abiotik). Jika dicermati lebih jauh maka Anda akan melihat pada gambar ada bahwa yang termasuk lingkungan biotik adalah pohon, rerumputan, dan rusa. Sedangkan yang termasuk lingkungan abiotik adalah tanah, air, dan batu-batuan. Isilah tabel berikut ini: Tabel 1. Contoh lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. No. Lingkungan Biotik No. Lingkungan Abiotik Komponen biotik dan kemponen abiotik mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat kita amati. Ciri-ciri tersebut disebut gejalan alam yang berdasarkan objeknya, gejala alam dapat dibedakan menjadi dua gejala alam biotik dan gejala alam abiotik. Gejala alam biotik meliputi hal-hal yang berkaitan dengan makhluk hidup, misalnya metamorfosis serangga, fotosintesis, penyerbukan, pertumbuhan makhluk hidup, dan lain-lain. Gejala alam biotik hanya dimiliki atau dapat dilakukan oleh makhluk hidup, sehingga merupakan ciri-ciri makhluk hidup. 2

33 Perhatikan gambar-gambar berikut ini, ciri apakah yang diperlihat-kan pada setiap gambar. Setiap gambar memperlihatkan salah satu ciri yang dimiliki makhluk hidup Sumber: Daniel, Keskel, dan Siegel (Focus on Life Science,1987, h.89) Jika Anda cermat melihatnya maka akan menemukan gejala-gejala alam biotik (cocokkan dengan hasil yang anda peroleh) sebagai berikut: a. Memerlukan makanan b. Bernapas (respirasi) c. Bertumbuh/berkembang d. Gerak e. Reprodukasi 2. Gejala Alam Abiotik Gejala alam abiotik berkaitan dengan sifat fisik dan kimia di luar makhluk hidup, contohnya hujan, pelapukan, erosi, ledakan, dan sebagainya. Beberapa karakteristik atau sifat gejala alam abiotik antara lain sebagai berikut. a. Wujud b. Bentuk c. Warna d. Ukuran e. Bau f. Rasa g. Tekstur 3

34 Selanjutnya kita perhatikan salah satu komponen abiotik, seperti air. Air akan mengalami gejala alam berupa menerima suhu tinggi sehingga terjadi penguapan yang menjadi awan. Apabila awannya sudah terkumpul, penurunan suhu akan menimbulkan pengembunan. Pengembunan akan mengubah awan kembali menjadi air melalui hujan. Dengan demikian, gejala alam yang diterima oleh air terdiri dari penaikan suhu, penguapan, terbentuk awan, penurunan suhu, pengembunan, hujan, dan kembali menjadi air. Gambar: Contoh Gejala Alam Abiotik pada Air Kita dapat menemukan banyak contoh lain gejala alam abiotik di sekitar lingkungan kita. Beberapa di antaranya antara lain terjadinya gunung meletus, tsunami, hujan, kemarau, dan terjadinya angin. Indonesia dikenal memiliki banyak gunung berapi, coba dsikusikan dalam kelompok apa keuntungan dan kekurangan gunung berapi? Alasan ilmiah apa yang menjadikan masyarakat sekitar gunung berapi enggan meninggalkan desa mereka? 3. Interaksi Peristiwa Alam Biotik dan Abiotik Saling mempengaruhi antara alam biotik dan abiotik biasa disebut juga saling ketergantungan. Banyak hal dalam kehidupan nyata sehari-hari yang menunjukkan saling pengaruh tersebut. Biji yang kita yang diletakkan di atas tanah merupakn calon untk untuk 4

35 menjadi mahkluk hidup (biotik), akan tetapi apakah bisa bertumbuh atau mati sangat ditentukan oleh faktor abiotik di lingkungannya. Jika temperatur sesuai dan tanah tempatnya berada cukup subur maka biji akan tumbuh menjadi tanaman baru. Keadaan akan berbeda jika temperatur sangat panas atau sangat dingin serta tanah yang gersang maka kemungkinan biji tidak akan tumbuh dengan baik. Nah..anda tahu bahwa temperatur dan tanah adalah faktor abiotik sedangkan biji adalah faktor biotik. Dalam hal ini faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap faktor alam biotik. Sebaliknya, tidak jarang faktor biotik mempengaruhi alam biotik. Pernakah anda melihat batu kerikil yang banyak di sungai? Batu-batu kerikil diolah dijadikan campuran semen untuk membuat beton yang kuat. Manusia sebagai faktor biotik dapat menjadikan alam biotik berubah dan seringkali berdampak kembali kepada alam biotik. Terjadinya longsor yang mengerikan dibeberapa daerah disebabkan karena manusia (biotik) tidak memperlakukan secara bijak gunung yang sudah tandus (abiotik). Amati gambar biji yang sedang berkecambah di bawah ini. Bagian yang dekat dengan ujung akar akan memanjang lebih cepat karena disamping terjadi pertambahan jumlah sel juga terjadi pembentangan sel-sel di bagian tersebut. Sumber: Haryanto (Sains, SD Kelas II, 2004, h.21). Pertumbuhan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor baik faktor abiotik maupun faktor biotik. Diskusikan dalam kelompok dan tuliskan hasil diskusinya pada kolom yang tersedia. 5

36 Tugas: Perhatikanlah gambar di samping. Idebtifikasi faktor-faktor biotik dan abiotik yang ada dan diskusikan bagaimana terjadinya interaksi antara abiotik dan biotik. Buat kesimpulan, mengapa berteduh dibawah pohon terasa sejuk di siang hari. Sumber: Slesnick,dkk.,(Biology, 1988,h.655) Selanjutnya, silahkan Anda mengisi tabel berikut ini dan tentukan faktor apa yang lebih berpengaruh dalam interaksi biotik dan abiotik. Berikan tanda centang (V) pada kolom yang sesuai. Tabel 2. Pengaruh Alam Biotik dan Biotik No. Gejala/ Peristiwa Aalam 1 Lumut tumbuh dibatuan sehingga terjadi pelapukan 2 Fotosintesis pada tumbuhan Biotik Abiotik Abiotik Biotik Biotik Biotik Abiotik Abiotik 3 Respirasi pada manusia 4 Respon tumbuhan terhadap cahaya 5 Metamorfosis pada kupu-kupu 6 Perkarataan pada besi 7 Pengendapan lumpur di sungai 8 Mentega yang mencair 9 Benalu tumbuh di pohon lain 4. Mengamati Peristiwa Alam Biotik dan Abiotik Lalu kapan dan di mana kita bisa melakukan pengamatan gejala alam? kita dapat melakukan di mana saja dan kapan saja (pengamatan di alam). Namun demikian ada pula pengamatan yang harus dilakukan di tempat khusus (laboratorium). Anda bisa melakukan pengamatan untuk meneliti gejala alam biotik. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan dapat 6

37 dipertanggung jawabkan maka digunakanlah langkah ilmiah yang sering disebut metode Ilmiah (Scientific Methods) Metode ilmiah mulai digunakan Aristoteles ribuan tahun lalu, bertumpu pada metode deduktif, sampai pada masa Francis Bacon pada abad ke 17 yang mengembangkan metode keilmuan yang bertumpu pada metode induktif. Menurut Bacon, logika tidak cukup untuk menemukan kebenaran dan dapat menimbulkan penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya (Cain, 1986). Perkembangan keilmuan masa kini adalah gabungan antara metode deduksi dan metode induksi. Para peneliti dapat menggunakan metode induksi untuk menghubungkan antara apa yang diamati, hasil pengamatan, dan hipotesis yang diajukan. Selanjutnya, secara deduktif hipotesis dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kesesuain inplikasinya. Hipotesis diuji melalui serangkaian data yang dikumpulkan melalui observasi dan eksperimen untuk menguji sah atau tidaknya hipotesis tersebut secara empiris (Sarkim, 1998). Metode keilmuan masa kini adalah perpaduan antara observational and theoretical. Sedangkan, Horner dan Hunt (Sarkim, 1998) menyatakan bahwa metode keilmuan itu adalah perpaduan antara rasionalisme dan emperisme, dengan kerangka dasar dalam enam langkah, yaitu (a) menyadari adanya masalah dan merumuskan masalah, (b) mengumpulkan data yang relevan melalui pengamatan, (c) menyusun atau mengklasifikasi data, (d) merumuskan hipotesis, (e) deduksi hipotesis, dan (f) tes dan pengujian kebenaran hopotesis. Model-model lain metode keilmuwan (scientific methods) dikemukakan banyak ahli. Urutan langkah yang dikemukakan meng-gunakan istilah yang sedikit berbeda tetapi pada hakikatnya tujuannya adalah sama. Goodman,et.al. (1986) menggunakan langkah: (a) mendefenisikan masalah, (b) mengumpulkan informasi yang sesuai, (c) menyusun hipotesis, (d) menguji hipotesis, (e) merekam dan menganalisis data, dan (f) menarik kesimpulan. Sedangkan, Slesnick, et.al (1988) memulai langkah dengan melakukan pengamatan dan mengumpulkan fakta, kemudian menyusun hipotesis untuk menjelaskan pengamatan dan merencanakan percobaan terkontrol untuk menguji hipotesis. Selanjutnya, melaksanakan dan mengevaluasi percobaan serta menguji ulang hipotesis jika perlu, dan langkah terakhir menarik kesimpulan. Langkah yang lebih sederhana termasuk pelaporan digambarkan oleh 7

38 Gega (1986) sebagai berikut: pertanyaan pengamatan hipotesis percobaan kesimpulan. Penerapan dalam proses pembelajaran di kelas, (Bundu, 2010) mengemukakan bahwa untuk lebih teraturnya pembelajaran IPA khususnya dalam percobaan sederhana dapat diurutkan langkah sebagai berikut: 1) Pangantar/ Deskripsi singkat 2) Penyampaian tujuan percobaan 3) Menetapkan langkah percobaan 4) Pelaksanaan percobaan (kerja kelompok) 5) Kesimpulan/ Konfirmasi hasil percobaan Berikut ini contoh pengamatan dan percobaan sederhana yang memperlihatkan gejala alam biotik. Untuk memudahkan disajikan dalam bentuk pendekatan inkuiri tipe terbimbing model cook book (buku resep). Mengamati Pengaruh Latihan pada Denyut Jantung Pendahuluan Latihan menjadikan kebutuhan energi bagi otot meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi otot memerlukan oksigen dan zat makanan. Ketika otot menggunkanan energi dalam jumlah banyak, maka pernapasan, denyut nadi/ jantung, dan tekanan darah akan mengalami perubahan karena harus bekerja lebih cepat untuk memenuhi kebetuhan energi tersebut Tujuan Untuk mengukur jumlah denyut nadi/ jantung dalam keadaan diam, dan membandingkannya dalam keadaan sesudah latihan. Alat dan Bahan Arloji dengan ukuran detik atau Stowatch Prosedur Kegiatan a. Bekerjalah secara berpasangan dan bergantian melakukan pengukuran. b. Ukurlah denyut jantung (nadi) pasangan Anda sementara dia duduk dengan tenang. Untuk kegiatan ini, letakkan dua jari pada bagian dalam pergelangan teman Anda dan cari letak denyut nadi. 8

39 c. Hitunglah berapa denyutan dalam 15 detik. Ulangi sampai tiga kali, hitung rataratanya, kemudian kalikan dengan 4 untuk mendapatkan jumlah denyutan dalam satu menit. Ulangi sampai tiga kali. Lakukan kegiatan yang sama secara bergantian. Catat hasil pengamatan Anda. Hasil Denyut Nadi/Jantung Teman Anda (Diam) Pengukuran I II III Rata-Rata 15 dtk I 15 dtk II Hasil Denyut Nadi/Jantung Anda (Diam) Pengukuran 15 dtk I I II III Rata-Rata 15 dtk II 15 dtk III 15 dtk III Rerata Jml/mnt Rerata Jml/mnt Lari-lari ditempat selama 5 menit. Kemudian ukurlah seperti pada langkah pertama, kedua dan ketiga. Hasil Denyut Nadi/Jantung Teman Anda (Latihan) Pengukuran I II III Rata-Rata 15 dtk I 15 dtk II 15 dtk III Rerata Jml/mnt Hasil Denyut Nadi/Jantung Anda (Latihan) Pengukuran I II III Rata-Rata 15 dtk I 15 dtk II 15 dtk III Rerata Jml/mnt 9

40 Petanyaan/ Kesimpulan 1. Buatlah grafik data dari hasil pengukuran yang Anda lakukan! 2. Mengapa harus mengukur denyut nadi sebelum melakukan latihan? 3. Buatlah laporan hasil percobaan tentang pengaruh latihan terhadap denyut jantung, dan hubungannya dengan tekanan darah. Kita tentu sepakat bahwa hasil percobaan atau kegiatan ilmiah yang dilakukan harus dilaporkan sebagai pertanggung jawaban secara ilmiah. Pola laporan yang paling sederhana adalah: 1) Kata Pengantar 2) Pendahuluan 3) Pembahasan 4) Penutup 10

41 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB II KONSEP DAN HUKUM IPA DALAM BERBAGAI KEHIDUPAN SEHARI-HARI Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

42 BAB II KONSEP DAN HUKUM IPA DALAM BERBAGAI KEHIDUPAN SEHARI-HARI A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Pada akhir pembelajaran diharapkan peserta mampu memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum ilmu pengetahuan alam dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Adapun indikator pencapaian kompetensi (IPK) sebagai berikut. 1. Menerapkan ilmu pengetahuan alam dengan cara ikut menjaga, lingkungan alam sekitar. 2. Meningkatkan perawatan/pemeliharaan lingkunan alam sekitar. 3. Menerapkan ilmu pengetahuan alam dengan cara ikut mengelola lingkungan alam. 4. Menerapkan ilmu pengetahuan alam dengan cara ikut melestarikan lingkungan alam 5. Menciptakan ide-ide untuk memperbaiki lingkungan alam sekitar. 6. Menganalisis hukum-hukum ilmu pengetahuan alam yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Menerapkan hukum-hukum ilmu pengetahuan alam melalui contoh yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. B. Uraian Materi 1. Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Kehidupan manusia tidak terlepas dilepaskan dengan air dan udara. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Udara bersih merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia. Tanpa udara kita tidak bisa hidup. Salah satu unsur dalam udara yang diperlukan oleh manusia adalah oksigen (O2). Manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Tumbuhan melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan oksigen. 1

43 Mari kita berlatih dan menganalisis siklus air dalam kehidupan kita dan bagaimana kita berusaha untuk menghemat air (Usaid, 2014). Siklus Air 1) Disediakan potongan-potongan konsep tentang siklus air: titik air hujan, awan, laut, daratan, angin, uap air, sungai, matahari. TITIK AIR HUJAN AWAN LAUT DARATAN ANGIN UAP AIR SUNGAI MATAHARI 2) Susun potongan konsep tersebut menjadi sebuah siklus air. Tambahkan tanda panah untuk menunjukkan arah siklus tersebut! 3) Berikan penjelasan siklus air dan menjelaskan prosesnya dengan kata-kata sendiri. Siklusi Air di Alam Penghematan Air Coba diskusikan pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari. Berapa banyak jumlah air yang diperlukan setiap hari? Sangat banyak bukan, apalagi jika kita tidak hemat dalam pemakaian air. Bagaimana tindakan yang dapat dilakukan untuk menghemat air di rumah, di sekolah, dan di masyarakat? Tabel Tindakan Penghematan Air No Tempat Tindakan Penghematan Air 1 Rumah. 2 Sekolah/kampus 3 Lingkungan masyarakat Menjaga Keseimbangan Lingkungan 1 1 Sumber: Usaid Prioritas, Curricula and Material for Primary School. Jakarta: USAID 2

44 Lingkungan adalah suatu media dimana makhluk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peran yang lebih kompleks. Menurut Programme on Flood Management (2006), lingkungan terdiri unsurunsur, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan keterkaitan antara unsurunsur tersebut. a. Upaya Pelestarian Lingkungan Perhatikan gambar-gambar berikut, galilah informasi melalui eksplorasi gambar secara cermat www. anangsupriady.blogspot.com Apa yang dilakukan siswa Sekolah Dasar di atas? Mengapa penting Apa fungsi dari hutan bakau? Rangkailah kedua gambar tersebut menjadi sebuah narasi yang lebih bermakna. Narasi : 3

45 Percobaan Konservasi Tanah Judul Percobaan : Praktikum Konservasi Tanah Tujuan Percobaan : Mengetahui fungsi pohon sebagai penyimpan air Alat dan Bahan : 1. tiga wadah besar berukuran sama (dapat memanfaatkan botol air mineral bekas berukuran 1,5 liter) 2. tiga wadah dengan volume 500 ml 3. tanah untuk mengisi ketiga wadah tersebut 4. Tanah yang di tumbuhi rumput 5. Serasah 6. Air 1 liter 7. Gunting Prosedur Kerja 1. Wadah pertama isi dengan tanah yang ditumbuhi rumput, wadah kedua isi dengan tanah bercampur serasah, dan wadah ketiga diisi tanah saja 2. Bagi dua wadah 500 ml kemudian lubangi ujungnya setelah itu pasang benang sehingga botol bisa digantung 3. Tuangkan air kedalam wadah yang telah dipotong di ujung wadah berukuran 1,5 liter 4. Tuang air di masing-masing wadah secara perlahan sebanyak 100 ml. 5. Amati tingkat kekeruhan air yang telah ditampung dibagian bawah wadah 6. Untuk lebih memahami langkah percobaan dapat dilihat gambar di bawah ini. Gambar.3.5 Percobaan Konservasi Tanah ( 4

46 Setelah melakukan praktikum konservasi tanah, diskusikanlah: 1) Apa yang terjadi ketika kita mengalirkan air ke dalam ketiga wadah tersebut? 2) Dari ketiga wadah, mana yang memiliki air yang lebih banyak dan jernih? 3) Apa pendapat anda tentang fungsi dari tanaman rumput di wadah 1? 4) Diskusikan mengapa terjadi banjir bandang serta bagaimana cara mengantisipasinya. b. Produk Ramah Lingkungan Masalah lingkungan adalah berbicara tentang kelangsungan hidup (manusia dan alam). Melestarikan lingkungan sama maknanya dengan menjamin kelangsungan hidup manusia dan segala yang ada di alam dan sekitarnya. Sebaliknya, merusak lingkungan hidup, apapun bentuknya merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup alam dan segala isinya, tidak terkecuali manusia. Sikap ramah lingkungan harus tumbuh dari diri kita sendiri, kita harus sadar bahwa saya adalah bagian dari lingkungan. Perhatikan tabel berikut ini yang berisikan produk/bahan dan aktivitas ramah lingkungan dan tidak ramah lingkungan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari hari! Kemudian isilah kolom-kolom bagian kanan yang sesuai dengan karakteristik produk atau bahan di kolom sebelah kiri. Presentasi hasil kerja kelompok dan kelompok lain memberikan tanggapan. Tabel.2.2 Produk/Bahan dan Aktivitas ramah lingkungan dan tidak ramah lingkungan No Produk/bahan Ramah Lingkungan Alasan Alternatif /Solusi Ya Tidak 1. Daun pisang pem-bungkus makanan 2. Botol Air mineral Plastik 3. Botol Parfum dari kaca 4. Kantong dari kertas bekas 5. Bungkus biskuit dari seng 6. Menggunakan lampu tenaga surya 7. Lemari pendingin 8. Televisi 9. Pembangkit listrik tenaga panas bumi 5

47 10 Menggunakan AC 11 Menggunakan Sepeda motor ke kantor 12 Menggunakan Ankutan Umum c. Upaya Pelestarian Lingkungan Ada beberapa bentuk upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup pada wilayah daratan, perairan, udara, flora dan fauna ( sebagai berikut: 1) Upaya pelestarian lingkungan daratan Reboisasi atau penanaman kembali hutan dan daerah perbukitan yang gundul. Rehabilitasi lahan atau pengembalian kesuburan tanah kritis yang tidak produktif. Pengaturan tata guna lahan dan menerapkan pola tata ruang wilayah yang tepat. Menjaga daerah-daerah yang menjadi resapan air agar selalu hijau dan asri. Pembuatan terasering atau sengkedan pada daerah kemiringan yang rawan erosi. Rotasi tanaman dengan berbagai teknik. Penanaman hingga pemeliharaan hutan kota sebagai paru-paru suatu wilayah. 2) Upaya pelestarian lingkungan perairan o Penyediaan tempat sampah memadai, terutama daerah pantai dan lokasi wisata. o Larangan membuang limbah rumah tangga, terutama daerah dekat sungai. o Mengantisipasi kebocoran tangki pengangkut bahan bakar di wilayah laut. o Melakukan netralisasi limbah industri sebelum dilakukan pembuangan ke sungai. o Mengontrol kadar polusi udara atau yang dikenal dengan istilah emisi gas buang. o Melakukan pencagaran habitat laut dengan nilai sumber daya tinggi. 3) Upaya pelestarian udara Menggalakkan upaya penanaman pohon maupun tanaman hias. Mengupayakan pengurangan proses pembuangan gas sisa pembakaran atau emisi, baik dari pembakaran hutan maupun mesin. Mengurangi hingga menghindari penggunaan gas kimia merusak lapisan ozon. 4) Upaya pelestarian flora dan fauna o Mendirikan suaka marga satwa dan cagar alam, terutama menjaga kelestarian flora maupun fauna dengan spesies langka (hampir punah). 6

48 o Melarang adanya kegiatan perburuan liar yang dapat mengancam pelestarian flora serta fauna. Menindak dengan tegas jika ditemukan ragam bentuk pelanggaran yang berkaitan dengan praktek perburuan liar dan tindakan sejenisnya. o Menggalakkan kegiatan penghijauan hutan pada lingkungan sekitar tempat tinggal maupun wilayah hutan terdekat. 3. Penerapan Konsep IPA dalam Kehidupan Sehari-hari Ada banyak orang ketika sudah selesai belajar tentang sesuatu tidak tahu untuk apa teori atau konsep yang sudah dipelajari, sehingga ilmu yang mereka peroleh hanya sekedar untuk melewati saja mata pelajaran/mata kuliah yang harus ditempuh. Padahal apabila kita mau menerapkan konsep itu kita bisa menyelesaikan masalah yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan ketika mereka belajar tidak berusaha memahami konsep namun lebih banyak menganggap itu sebagai pengetahuan saja sehingga lebih bersifat hafalan. Lebih bagus lagi sebenarnya bila kita mau mencari manfaat dari konsep yang kita pelajari untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga seseorang dikatakan cerdas bila dapat menyelesaikan masalah yang dia jumpai dalam waktu singkat, tidak sekedar mendapatkan nilai bagus ketika ujian/ulangan.( ) Konsep/ hukum IPA yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari adalah: (1) Penerapan konsep gaya (2) Penerapan konsep energi (3), Pesawat sederhana, (2) Penerapan Hukum Archimedes, (3) Penerapan Energi Cahaya, dan (4) Penerapan Energi Magnet dan Listrik. a. Penerapan Konsep Gaya Dalam ilmu fisika gaya diartikan sebagai tarikan atau dorongan yang diberikan kepada suatu benda. Gaya yang diberikan pun dapat merubah bentuk benda, mengubah arah gerak benda hingga menyebabkan benda bergerak. Dengan kata lain, sebuah gaya dapat menyebabkan suatu obyek dengan massa tertentu untuk mengubah kecepatannya. Secara umum gaya dibedakan menjadi dua jenis yaitu gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh sendiri merupakan gaya yang dilakukan secara langsung antara benda yang mengerjakan dan benda yang dikenai gaya. Gaya tak sentuh merupakan gaya yang dikenakan pada suatu benda yang tidak secara langsung bersentuhan atau yang tidak adanya kontak langsung antara benda yang dikenai gaya 7

49 dengan benda dalam mengerjakan gaya. Gaya sendiri memiliki besaran dan arah, sehingga gaya merupakan salah satu kuantitas vektor. Satuan SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalah Newton yang dilambangkan dengan N. Lantas apa saja macam-macam gaya dalam ilmu fisika? Berikut ulasannya ( 1) Gaya gesek Yang pertama adalah gaya gesek. Gaya gesek merupakan salah satu jenis gaya yang ditimbulkan karena adanya dua benda yang saling bergesekan. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam gaya gesek adalah mengasah pisau, mengamplas dinding, antara rem dan ban dan lainnya. 2) Gaya magnet Yang kedua adalah gaya magnet. Jenis gaya yang satu ini merupakan gaya yang terjadi karena muatan listrik. Contohnya yaitu pasir akan menempel pada magnet jika didekatkan, besi akan menempel jika didekatkan dengan magnet dan lainnya. 3) Gaya pegas Macam-macam gaya dalam ilmu fisika selanjutnya adalah gaya pegas. Pegas sendiri juga identik dengan benda yang bersifat elastis. Oleh karena itu, gaya pegas adalah gaya yang disebabkan dan ditimbulkan oleh pegas atau benda yang memiliki sifat elastis. Misalnya saja, shockbreaker motor ketika di pakai, karet gelang yang ditarik, panah yang dilepaskan dari busurnya, dan lain-lain. Baca juga pengertian energi potensial pegas dan contohnya. 4) Gaya listrik Berikutnya adalah gaya listrik. Sama seperti namanya, gaya listrik adalah gaya yang ditimbulkan oleh benda yang bermuatan yang berada dalam medan listrik. Contohnya adalah kipas angin akan bergerak ketika dihubungkan dengan sumber listrik, serpihan kertas akan bergeral ketika didekatkan dengan sisir atau penggarasi plastik yang telah digosokkan pada rambut. 5) Gaya otot 8

50 Gaya otot adalah gaya yang berupa dorongan atau tarikan terhadap suatu benda yang dihasilkan. Contohnya, menendang bola, membawa air dalam ember, tarik tambang dan lainnya. 6) Gaya gravitasi Yang terakhir adalah gaya gravitasi. Gaya gravitasi adalah gaya tarik menarik pada semua partikel yang memiliki massa di alam semesta, contohnya yaitu benda yang dilempar ke atas akan kembali dan jatuh ke tanah, buah mangga jatuh dari pohoh dan lainnya. Setelah mengetahui pengertian dan macam-macam gaya dalam ilmu fisika, tak ada salahnya untuk mengetahui apa saja pengaruh gaya terhadap suatu benda. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasannya berikut ini. Apa yang akan terjadi pada sebuah benda ketika benda tersebut dikenakan suatu gaya? Apakah benda tersebut akan bergerak, mengubah kecepatan, merubah bentuk benda ataupun ketiga hal tersebut? Sebagai contoh lain adalah plastisin. Pernah Anda bermain plastisin? Hampir setiap orang pastinya sudah pernah bermain permainan yang satu ini. Sebelum dibentuk, plastisin atau malam memiliki bentuk yang bulat ataupun kotak. Akan tetapi pada saat Anda menekan plastisin, tangan akan memberikan gaya pada permainan tersebut. Lantas bagaimana bentuk dari plastisin itu? Ya, plastisin akan berubah bentuk. Selain dapat mengubah kecepatan suatu benda, gaya juga dapat merubah bentuk suatu benda. 1) Mengubah arah benda Yang pertama adalah dapat mengubah arah benda. Sebagai contoh adalah air mancur. Air seharusnya bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Karena diberikan gaya, maka air mancur dapat berubah arah geraknya. 2) Menyebabkan perubahan kecepatan Yang kedua adalah dapat menyebabkan perubahan kecepatan. Contohnya adalah buah kelapa yang jatuh dari pohonnya. 3) Menyebabkan benda diam menjadi bergerak ataupun sebaliknya Contohnya yaitu ketika mendang bola, pastinya benda diam tersebut akan menjadi bergerak dan juga mengerem sepeda, benda bergerak tersebut akan menjadi diam atau berhenti. 4) Mengubah posisi benda Pengaruh gaya terhadap benda selanjutnya adalah dapat mengubah posisi benda, contohnya yaitu mendiring meja hingga berpindah tempat. 9

51 b. Penerapan Konsep Energi Energi dapat lebih dicirikan melalui sifat yang dapat diamati. Ada banyak jenis energi seperti energi mekanik, energi potensial, energi kinetik, energi kalor, energi listrik, energi magnetik, energi elektromagnetik, dan energi listrik. 1) Energi Mekanik Hal ini pada dasarnya didefinisikan sebagai penjumlahan dari energi potensial dan kinetik dari tubuh, yang dipengaruhi oleh kekuatan eksternal. Jika tubuh tidak terpengaruh oleh kekuatan eksternal, maka energi mekanik EM tetap konstan, yaitu, benda terisolasi dari setiap gaya eksternal. 2) Energi Potensial Entitas yang melekat dan aktif disimpan dalam sistem fisik, karena posisi dan struktur di lingkungan, bersama dengan gaya yang diterapkan disebut energi potensial. Sebagai contoh, bayangkan seorang pemanah dengan busur dan anak panah siap untuk memulai itu. Ketika panah dibuat siap untuk meluncurkan dan tali busur kencang ditarik kembali, pada posisi itu, tali memiliki energi potensial elastis yang tersimpan di dalamnya. Dalam posisi ini, tali memiliki potensi untuk melakukan usaha untuk meluncurkan panah. 3) Energi Kinetik Dalam contoh di atas, ketika pemanah melepaskan tali busur, panah akan diluncurkan ketika energi potensial elastis yang tersimpan akan diubah menjadi energi kinetik. Tali busur bergerak memiliki energi kinetik. Dengan demikian, setiap partikel bergerak memiliki energi semacam ini. Energi kinetik bervariasi sesuai dengan kerangka acuan dari pengamat, bersama dengan inersia. Misalnya, jika mobil melewati seorang pengamat yang diam, maka kecepatan kedua benda adalah relatif satu sama lain, dan karenanya mobil memiliki energi kinetik dengan nilai positif. Tapi, jika kedua pengamat dan mobil bepergian dengan kecepatan yang sama, maka energi ini setara dengan nol. 4) Energi Kalor Hal ini dapat dipelajari atau diperkirakan dengan mengukur suhu benda Energi ini merupakan kombinasi dari kedua energi kinetik dan potensial dari benda, dan ditandai oleh aspek penyerapan panas dari atom, molekul, dan partikel sub-atom lainnya. Dalam perpindahan energi kalor dikenal tiga cara yakni secara konduksi, konveksi, dan radiasi. 5) Energi Listrik Energi listrik berasal dari energi potensial listrik yang ada diantara muatan, yang disampaikan dalam bentuk arus listrik. Bila Anda menghubungkan terminal baterai dengan 10

52 bohlam, energi listrik mengalir di antara dua terminal, dalam bentuk arus listrik. Proses ini terjadi karena transfer elektron melalui kawat, antara terminal. 6) Energi magnetik Ketika suatu objek atau benda ditandai dengan keberadaan dua kutub, yang memiliki karakteristik justru sebaliknya, maka entitas yang mengontrol semua proses yang terkait disebut energi magnetik. Gaya yang diberikan adalah dalam bentuk medan magnet, dan kutub Utara dan Selatan dari bidang ini terletak persis berlawanan satu sama lain. Contoh yang populer adalah bahwa planet kita, Bumi, yang berperilaku seperti sebuah magnet raksasa. Energi magnetik bergerak dalam bentuk garis-garis magnetik, yang membentang dari Utara ke kutub Selatan, menciptakan medan magnet. 7) Energi Kimia Ini adalah entitas fisik mendasar yang mengontrol reaksi yang terjadi atau melibatkan senyawa organik dan anorganik dan zat, dan juga mengontrol proses yang berhubungan dengan kehidupan. Energi kimia dapat diwujudkan dalam bentuk lain seperti panas, cahaya, listrik, dll, dari berbagai sumber. 8) Energi suara/ Bunyi Energi suaraberasal dari gerak osilasi molekuludara. Getaran yang dihasilkan ketika gelombang bergerak melalui media diserap dan ditafsirkan. Getaran ini sejajar satu sama lain dan berada dalam arah yang sama. Manusia dan makhluk hidup lainnya memiliki karakter yang luar biasa mendengar gelombang suara dengan bantuan komponen telinga khusus. Intensitas bunyi ada yang sangat kuat (ultrasonik) ada yang lemah (infrasonik) 9) Energi Cahaya atau radiasi Hal ini disebarkan oleh gelombang elektromagnetik melalui ruang; misalnya, cahaya yang diterima dari Matahari adalah contoh dari energi radiasi. Spektrum radiasi elektromagnetik sangat luas-dari gelombang radio sampai sinar gamma dengan frekuensi tinggi. Energi yang berasal dari sumber ini berbanding lurus dengan frekuensi gelombang. Manusia hanya dapat mendeteksi spektrum cahaya tampak dari radiasi elektromagnetik, dan semua panjang gelombang lain tidak terlihat. Mayoritas energi cahaya yang diterima oleh planet kita adalah dalam bentuk sinar matahari. 10) Energi nuklir Ini adalah jenis energi potensial, dan hal ini terutama berasal dari proses yang melibatkan fisi nuklir dan fusi nuklir. Atom unsur radioaktif dibagi atau dipisahkan, lebih lanjut 11

53 menimbulkan unsur baru, dan melepaskan sejumlah besar energi. Prinsip ini digunakan dalam kasus reaktor nuklir dan aplikasi yang terkait teknologi lainnya. c. Pesawat Sederhana Setiap hari kamu pasti selalu melakukan usaha. Ada yang mudah dan ada pula yang sulit. Oleh karena itu, kadang-kadang kamu memerlukan suatu alat sederhana yang dapat membantumu melakukan usaha. Alat itu disebut dengan pesawat sederhana. Misalnya, kamu akan menancapkan paku pada kayu, tentu akan sulit tanpa palu. Begitu pula ketika kamu akan membuka baut, akan kesulitan apabila tanpa bantuan kunci pembukanya. Pesawat sederhana banyak sekali jenisnya dan semuanya dibuat untuk memudahkan kamu melakukan usaha. Prinsip kerja pesawat sederhana dikelompokkan menjadi beberapa bagian, di antaranya tuas, katrol, dan bidang miring. ( Pesawat sederhana yang sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang prinsip kerjanya berdasarkan sekrup adalah dongkrak mobil mekanik, paku ulir, dan baut. Pesawat sederhana adalah alat sederhana yang dipergunakan untuk mempermudah manusia melakukan usaha. Pesawat sederhana berdasarkan prinsip kerjanya dibedakan menjadi : tuas /pengungkit, bidang miring, katrol dan roda berporos/roda bergandar. Pesawat sederhana mempunyai keuntungan mekanik yang didapatkan dari perbandingan antara gaya beban dengan gaya kuasa sehingga memperingan kerja manusia. 1) Tuas/Pengungkit Tuas/pengungkit berfungsi untuk mengungkit, mencabut atau mengangkat benda yang berat. Bagian-bagian pengungkit: A = titik kuasa T = titik tumpu B = titik beban F = gaya kuasa (N) w = gaya beban (N) lk = lengan kuasa (m) lb = lengan beban (m) Jenis-jenis tuas: 12

54 Tuas Jenis pertama Yaitu tuas dengan titik tumpu berada diantara titik beban dan titik kuasa. Contoh : pemotong kuku, gunting, penjepit jemuran, tang Tuas Jenis kedua Yaitu tuas dengan titik beban berada diantara titik tumpu dan titik kuasa. Contoh : gerobak beroda satu, alat pemotong kertas, alat pemecah kemiri, pembuka tutup botol. Tuas Jenis ketiga Yaitu tuas dengan titik kuasa berada diantara titik tumpu dan titik beban. Contoh :sekop yang biasa digunakan untuk memindahkan pasir. Keuntungan Mekanik Tuas Keuntungan mekanik pada tuas adalah perbandingan antara gaya beban (w) dengan gaya kuasa (F), dapat dituliskan sebagai : KM = w/f atau KM = lk/lb Keuntungan mekanik pada tuas bergantung pada masing-masing lengan. Semakin panjang lengan kuasanya, maka keuntungan mekaniknya akan semakin besar. 2) Bidang Miring Bidang miring merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang digunakan untuk memindahkan benda dengan lintasan yang miring. Bagian-bagian bidang miring: Keuntungan mekanik bidang miring Keuntungan mekanik bidang miring bergantung pada panjang landasan bidang miring 13

55 dan tingginya. Semakin kecil sudut kemiringan bidang, semakin besar keuntungan mekanisnya atau semakin kecil gaya kuasa yang harus dilakukan. Keuntungan mekanik bidang miring dirumuskan dengan perbandingan antara panjang (l) dan tinggi bidang miring (h). KM = l/h Pemanfaatan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari terdapat pada tangga dan jalan di daerah pegunungan. 3) Katrol Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya pada katrol juga terdapat tali atau rantai sebagai penghubungnya. Berdasarkan cara kerjanya, katrol merupakan jenis pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan beban. Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk. Katrol tetap Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak berpindah pada saat digunakan. Katrol jenis ini biasanya dipasang pada tempat tertentu. Contoh : katrol yang digunakan pada tiang bendera dan sumur timba. Keuntungan mekanik pada katrol tetap, panjang lengan kuasa sama dengan lengan beban sehingga keuntungan mekanik pada katrol tetap adalah 1, artinya besar gaya kuasa sama dengan gaya beban. Katrol bebas 14

56 Berbeda dengan katrol tetap, pada katrol bebas kedudukan atau posisi katrol berubah dan tidak dipasang pada tempat tertentu. Katrol jenis ini biasanya ditempatkan di atas tali yang kedudukannya dapat berubah. Salah satu ujung tali diikat pada tempat tertentu. Jika ujung yang lainnya ditarik maka katrol akan bergerak. Katrol jenis ini bisa kita temukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan. Keuntungan mekanik pada katrol bebas, panjang lengan kuasa sama dengan dua kali panjang lengan beban sehingga keuntungan mekanik pada katrol tetap adalah 2, artinya besar gaya kuasa sama dengan setengah dari gaya beban. Roda Berporos/roda bergandar Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama. Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda. d. Penerapan Hukum Archimedes Sebagai guru pasti Anda pernah mengajarkan prinsip tenggelam, terapung, dan melayang. Prinsip tersebut ditemukan oleh Archimedes ( SM). Beliau seorang penemu dan ahli matematika dari Yunani yang terkenal sebagai penemu hukum hidrostatika atau yang sering disebut Hukum Archimedes. Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip pengapungan diatas benda cair. Bunyi Hukum Archimedes Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhya kedalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut Rumus Hukum Archimedes : FA = ρa x Va x g FA = Gaya keatas yang dialami benda (N) ρa= Massa Jenis zat cair (kg/m 3 ) Va= Volume air yang terdesak (m 3 ) g = Percepatan Gravitasi (m/det 2 ) 15

57 Turunan Hukum Archimedes Berdasarkan bunyi dan rumus hukum Archimedes tersebut, suatu benda yang akan terapung, tenggelam atau melayang didalam zat cair tergantung pada gaya berat dan gaya ke atas. Oleh karena itu, berdasarkan hukum Archimedes, terciptalah 3 hukum turunan dari Hukum Archimedes (Haspari. yang berbunyi: 1. Benda akan terapung jika massa jenis benda yang dimasukkan ke dalam air lebih kecil dari massa jenis zat cairnya. 2. Benda akan melayang jika massa jenis benda yang dimasukkan kedalam air sama dengan massa jenis zat cairnya. 3. Benda akan tenggelam jika massa jenis benda yang dimasukkan kedalam air lebih besar dari pada massa jenis zat cairnya. Konsep melayang, tenggelam, dan terapung ini bisa Anda temui dalam peristiwa telur nan tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air biasa. Telur tenggelam sebab berat telur lebih besar dari gaya ke atas oleh zat air dan massa jenis telur lebih besar dari massa jenis zat cair. Bagaimana jika Anda menginginkan telurnya tak tenggelam? Agar telur tersebut tak tenggelam, maka Anda harus memasukkan garam pada air tersebut. Dengan demikian, berat telur akan lebih kecil dibanding gaya ke atas oleh zat air dan massa jenis telur juga akan lebih kecil dibanding massa jenis zat air. 16

58 Ambillah beberapa benda yang gampang didapat dilingkungan sekitar anda seperti gabus, kelereng, paku, kayu, penjepit kertas, dan benda-benda yang lain. Masukkanlah bendabenda tersebut ke dalam gelas berisi air. Catalah hasilnya pada tabel berikut ini: Tabel Konsep Tenggelam, Melayang, Terapung No. Nama Benda Tenggelam Melayang Terapung Dst Adakah contoh penerapan hukum Archimedes pada peristiwa lain dalam kehidupan seharihari. Jawabannya, tentu ada misalnya pada kapal laut, hydrometer, kapal selam, dan lain-lain. e. Penerapan Hukum Pascal ( Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan zat cair pada ruang tertutup diteruskan ke segala arah sama besar. Pada gambar di bawah ini tampak sebuah kran air yang dihubungkan dengan sebuah bejana yang memiliki berbagai bentuk. Telah kita ketahui bahwa besar tekanan hidrostatis tidak dipengaruhi oleh wadahnya. Dengan demikian, besar tekanan yang dialami oleh dinding bejana adalah sama, meskipun bentuk bejana berbeda-beda. Oleh karena tekanan pada masing-masing bejana sama besar maka tinggi permukaan masing-masing bejana juga sama. Hukum Pascal banyak diterapkan pada beberapa peralatan, diantaranya: a. dongkrak hidrolis, b. pompa hidrolis, c. mesin pengangkat mobil hidraulis, d. kempa hidraulis, dan e. rem piringan hidrolis. 17

59 Gambar: Rem mobil memanfaatkan prinsip hukum Pascal Peristiwa pengereman mobil melibatkan prinsip hukum Pascal. Ketika kaki pengemudi menekan pedal rem, pengemudi tersebut mendorong piston (1) yang memaksa zat cair mengalir di dalam silinder (2). Zat alir atau fluida yang ada dalam silinder akan mengalir menuruni pipa ke dua silinder lain (tanda anak panah). Silinder-silinder ini menekan bantalan rem (3) ke cakram di roda. Akibatnya terjadi gesekan antara cakram dengan roda. Gesekan ini akan memperlambat laju mobil sehingga mobil menjadi berhenti. (Pakar Raya. 2006). f. Penerapan Konsep Pembiasan Cahaya Pengertian Pembiasan Cahaya. Di udara, cahaya merambat dengan kecepatan km/s. Ketika berkas cahaya melalui kaca, kecepatan berkurang menjadi km/s. Pada saat kecepatannya berkurang atau bertambah, berkas cahaya akan membelok. Pembelokan atau perubahan arah cahaya ketika memasuki kaca atau benda bening lainnya disebut pembiasan (refraksi). Pembiasan cahaya terjadi karena dalam zat antara (medium) yang berbeda, besarnya cepat rambat cahaya juga berbeda. Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks 18

60 bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna. Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari diantaranya: dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas. kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan. terjadinya pelangi setelah turun hujan. Mungkin Anda pernah melihat sebuah pensil yang tercelup ke dalam air di dalam gelas, peristiwa itu memperlihatkan pembiasan. Perhatikan gambar, bagian pensil yang tercelup ke air kellihatan patah. Mungkin anda juga pernah melihat pada kolam yang airnya jenih akan terlihat dasar kolam terlihat lebih dangkal. Peristiwa ini merupakan contoh peristiwa pembiasan cahaya. Selain di air pembiasan cahaya juga terjadi di udara, misalnya peristiwa terjadinya kelap-kelip bintang di langit. Untuk mengetahui berapa pembesaran bayangan benda, maka Anda harus tahu berapa ukuran benda (baik itu tinggi maupun panjangnya) dan berapa ukuran bayangan yang dihasilkan. Setelah diketahui ukuran benda dan ukuran bayangan maka untuk mencari pembesaran bayangan dapat digunakan rumus di bawah ini. Dengan: M = pembesaran bayangan h = tinggi benda h = tinggi bayangan benda s = jarak benda s = jarak bayangan benda Catatan: Jika M bernilai positif (+), berati bayangannya bersifat maya dan tegak, sedangkan jika M bernilai negatif ( ), berati bayangannya bersifat nyata dan terbalik. 19

61 Nah untuk memantapkan pemahaman Anda tentang cara menghitung pembesaran bayangan pada lensa, silahkan simak contoh soal di bawah ini. Sebuah benda berada 10 cm di depan lensa cembung yang memiliki jarak fokus 15 cm. Tentukan letak, pembesaran, dan sifat bayangannya. Penyelesaian: Diketahui: s = 10 cm f = 15 cm Ditanyakan: s', M, dan sifat bayangan =? Jawab: 1/f = 1/s + 1/s 1/s = 1/f 1/s 1/s = 1/15 1/10 1/s = 2/30 3/30 1/s = 1/30 s' = 30 cm Jadi letak bayangannya 30 cm di depan lensa cembung. M = s /s M = ( 30 cm)/15 cm M = 2 Jadi, pembesaran bayangannya 2 kali Sifat bayangan benda yakni maya, tegak, dan diperbesar. Di sini kita dapatkan sifat bayangan benda maya dan tegak karena M bernilai positif. 20

62 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I RUANG LINGKUP DAN PENGERTIAN IPS SERTA KONSEP DASAR ILMU SOSIAL Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

63 BAB I RUANG LINGKUP DAN PENGERTIAN IPS SERTA KONSEP DASAR ILMU SOSIAL A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mempelajari materi pada unit 1, peserta mampu memahami materi ruang lingkup dan pengertian IPS serta konsep dasar ilmu sosial yang terintegrasi dalam ilmu pengetahuan sosial. Adapun Indikator Pencapaian Kompetensi unit 1 adalah Menegaskan Fokus utama kajian pembelajaran IPS di SD B. Uraian Materi 1. Ruang Lingkup IPS Beberapa ahli ilmu sosial menjabarkan Pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan dari disiplin ilmu sosial, idiologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Di sekolah, IPS merupakan mata pelajaran yang dengan bahan kajian utama manusia, dengan mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian goegrafi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi peserta didik dan kehidupannya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu- ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Untuk sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan mata pelajaran dari beberapa ilmu sosial sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan antropologi. Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran IPS dengan ruang lingkupnya manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Bahan kajian yang berkembang yang selalu berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Bagaimana manusia berusaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan 1

64 budayanya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya yang ada dan terbatas untuk bisa mengatur kesejahteraan hidupnya. Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka pada pembelajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Pada sekolah dasar ruang ligkup IPS dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi atau pengetahuan sosial dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lingkungan hidup peserta didik. Gejala dan masalah sosial kehidupan sehari hari yang terdapat dalam lingkungan hidup peserta didik mulai dari yang ada disekitar tempat tinggal dan ligkungan sekolah, kemudian tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan akhirnya negara-negara tetangga. Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri, keluarga, tetangga, lingkungan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Kelurahan/desa, Kecamatan, Kota/Kabupaten, Propinsi, Negara-negara tetangga, kemudian dunia. Mulai dari lingkungan terdekatnya, peserta didik akan belajar dan menjadi berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin meluas, dan mencoba serta berusaha berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya. Maka dari itu, ruang lingkup pendidikan IPS adalah salah satu upaya yang akan membawa kesadaran terhadap ruang, waktu, dan lingkungan sekitar bagi peserta didik. Dari gejala dan masalah sosial kehidupan sehari hari bukan hanya konsep konkrit (riil) yang muncul tetapi konsep abstrak juga. Berbagai cara dan metode dikaji untuk memungkinkan konsep abstrak itu dipahami oleh peserta didik, Itulah sebabnya IPS di SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah interaksi manusia hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah. Dengan demikian IPS yang dilaksanakan baik di pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot 2

65 dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang atau di masa lampau. Dengan demikian peserta didik yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau. Itulah mengapa IPS menggunakan pendekatan Expanding Community Approach (ECA) dalam mengembangkan materi, yakni dimulai dari lingkungan masyarakat yang sangat sempit/terdekat (kontekstual) menuju pada lingkungan masyarakat yang lebih luas/terjauh. 2. Pengertian IPS Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian kajian IPS yang cukup luas karena juga meliputi gejala gejala serta masalah kehidupan manusia dalam masyarakat. Dibawah ini akan diuraikan perbadaan IPS, baik sebagai mata pelajaran yang diajarkan di tingkat sekolah (SD sampai sekolah menengah) maupun sebagai kajian akademik yang diberikan di tingkat universitas khususnya di LPTK dengan Ilmu-Ilmu Social (Ilmu Murni yang diajarkan di universitas). Antara IPS (Social Studies) dengan Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences) mempunyai hubungan yang sangat erat, karena keduanya sama-sama mempelajari dan mengkaji hubungan timbale balik antar manusia (human relationships). IPS merupakan Pengetahuan terapan yang dilaksanakan dalam kegiatan instuksional di sekolah-sekolah guna mencapai tujuan pendidikan dan pengjaran tertentu, antara lain untuk mengembangkan kepekaan anak didik terhadap kehidupan Sosial di sekitarnya. IPS bukan Ilmu, karena itu IPS tidak menemukan pengetahuan-pengetahuan baru, konsep-konsep baru maupun teori-teori baru malainkan memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan, konsep, dan teori-teori yang telah dikembangkan oleh berbagai disiplin Ilmu Sosial. Hubungan Ilmu Pengetahuan Sosial denga Ilmu-Ilmu Sosial adalah: bahwa Ilmu pengetahuan sosial bersumber pada Ilmu-Ilmu Sosisl. Atau dapat dikatakan ilmu pengetahuan sosial mengambil bahannya dari ilmu-ilmu sosial baik berupa konsep,pengetahuan maupun teori. Ilmu-ilmu sosial yang perlukan dalam rangka pengajaran ilmu pengetahuan sosial terbatas pada ilmu-ilmu yang di anggap sesuai dengan pengetahuan dan perkembangan anak 3

66 didik. Tidak semua ilmu-ilmu sosial di turunkan kedalam ilmu pengetahuan sosial, tergantung pada tingkat pendidikan dan tingkat kematangan berfikir siswa. Secara singkat disini dikemukakan bahwa letak perbedaan antara Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah sebagai berikut: 1. Dilihat dari tingkatannya (level), Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) diberikan di tingkat perguruan tinggi/universitas, sedang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diberikan di tingkat sekolah. 2. Dilihat dari batasan (scope) dan ukurannya (size), Ilmu-Ilmu Sosial jauh lebih luas dibanding Ilmu Pengentahuan Sosial. 3. Dilihat dari tingkat kesulitannya (level of difficulty), Ilmu-Ilmu Sosial menyelidiki aneka ragam human relationship yang serba kompleks dan seringkali berhubungan dengan hal-hal yang abstrak dan data-data, konsep-konsep, dan generalisasi yang serba sulit, sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial konsep dan generalisasi perlu di sedehanakan agar lebih muda di pahami oleh murid-murid. 4. Dilihat dari tujuannya (purposes), Ilmu-Ilmu sosial menetapkan kebenaran Ilmiah sebagai focus tujuanya, sedangkan pada Ilmu Pengetahuan Sosial mengarah pada penanaman BASK (Behavior, attitude, Skill, dan Knowledge). 5. Dilihat dari pendekatan (approach), pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial adalah bersifat disipliner sesuai dengan kehidupan yang menjadi obyek studi berdasrkan bidang Ilmu masing-masing, sedangkan pada pendekatan Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat intensdisipliner. 6. Kerangka kerja Ilmu-Ilmu Sosial di arahkan kepada pengembangan teori dan prinsip Ilmiah, sedangkan kerangka kerja Ilmu Pengetahuan Sosial lebih di arahkan kepada arti paraktisnya dalam mencari alternative pemecahan masalah Sosilal dan dalam menyusun alternatif pengembangan kehidupan ke taraf yang lebih tinggi. Konsep Dasar Ilmu Sosial 1. Konsep Geografi Secara harfiah geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard Hartshorne, geografi berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang bervariasi secara tepat (akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad Hoc Geografi, menyatakan bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem lingkungan alam terorganisasi di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar di 4

67 permukaan bumi, itu dalam hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama manusia. Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan gejala yang terdapat dipermukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun manusia yang meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain. Geografi selau meninjau lokasinya dalam ruang yang disebut permukaan bumi termasuk proses, perubahan, dan perkembangannya. Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga dimensi terdiri atas muka bumi yang berupa darat atau perairan serta udara diatasnya. Ruang dalam geografi adalah meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu, lapisan batuan sampai kedalam tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu, konsep geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari tingkat lokal, regional, sampai global. Melalui proses pengamatan perspektif global, anda dapat menyaksikan bahwa perkampungan satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk perkampungan yang lebih luas dari perkampuangan-perkampungan semula. Sebagai penghubung perkampungan satu dengan perkampungan yang lainnya, yaitu adanya jalan, alat angkutan atau transportasi, juga karena arus manusia dan barang. Disini terjadi proses sosial ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia) dan saling ketergantungan (interdepedensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dalam keadaan yang demikian, perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang disebut kampung atau perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih luas. Selain areal atau kawasannya yang makin luas, isi kota itu juga mengalami perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan, jumlah penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan. Dari pembahasan, konsep geografi atau keruangan itu, tidak lagi melihat kawasan lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, konsep geografi ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian region atau wilayah atau kawasan menurut Peter Hagget adalah bagian dari permukaan bumi, baik ilmiah maupun binaan manusia yang membedakan diri dari areal yang disekitarnya. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri, jalan, lapangan golf, dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata air, tatanan kehidupan 5

68 tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan cuaca dan seterusnya. Dengan menerapkal analisis perspektif region ini, anda akan mampu memprediksi perkembangan dusun menjadi kota kecil. Perkembangan dan interaksi serta interdependensi keruangan itu, tidak hanya terjadi antar regional di dalam provinsi dan didalam negri, melainkan juga menembus batas-batas negara. Hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan transportasi, dan juga media elektronika, Interaksi keruangan antar regional ini tercermin dari pakaian, makanan, kesenian, dan perdagangan. Berdasarkan analisis konsep geografi atau konsep keruangan, penggundulan hutan yang terjadi secara regional dikawasan tertentu dipermukaan bumi, pencemaran udara yang berlebihan dikawasan tertentu, tidak hanya berdampak negatif pada kawasan yang bersangkutan, melainkan juga berdampak global bagi seluruh dunia, contohnya pemanasan global. 2. Konsep Sejarah Sejarah dan geografi merupakan ilmu Dwitunggal artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu kapan terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap, jika tidak dipertanyakan dimana tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Konsep sejarah mengacu pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Dari sudut pandang sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang, pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas terhadap tatanan kehidupan global dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki kehidupan global dimasa yang akan datang. Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka bah dan Masjidil Haram di Mekah, Piramida di Mesir, adalah beberapa bangunan Keajaiban Dunia, tidak hanya bernilai dan bermakna sejarah, melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat. Berbagai perang diberbagai kawasan, terutama perang dunia yang tercatat sebagai peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya penggunaan senjata dan ngerinya pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari sudut pandang global, dapat diungkapkan nilai dan makna kemanusiaannya, ternyata setelah selesai perang tersebut menjadi alat pemersatu berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara global. Pertemuan Internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti antara lain Konferensi Asia Afrika, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan 6

69 haknya sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri, bernilai kemanusiaan yang meningkatkan martabat manusia dikawasan ini. 3. Konsep Ekonomi Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Menurut H. W Arndt dan Gerardo P. Sicat (Nursid Sumaadmadja), Ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan. Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas, namun sumber daya yang dapat digunakan terbatas. oleh karenanya, sumber daya ini langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan). Pembahasan ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi: 1. Menentukan pilihan 2. Keinginan yang tidak terbatas 3. Persediaan sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka 4. Kegunaan alternatif sumber daya 5. Penggunaan hari ini dan hari esok Telah jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok. Sedangkan apa yang diprediksikan berkenaan dengan keinginan yang cenderung tidak terbatas, persediaan sumber daya terbatas bahkan langka, dan adanya penggunaan alternatif sumber daya. Sumber daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga persediaannya makin terbatas. sedangkan pihak lain, kebutuhan terus meningkat karena pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas. kesenjangan ini bukan bersifat lokal atau regional, melainkan telah menjadi masalah global. Disini dituntut kiat-kiat ekonomi untuk menciptakan keseimbangan antara konsumsi disatu pihak, dan diproduksi dilain pihak. Salah satu kiat itu, bagaimana kemajuan dan penerapan iptek berupaya mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Dilema besar yang paling utama pada saat ini yaitu bahwa penduduk dunia telah sampai pada ketergantungan terhadap teknologi untuk mempertahankan dan menopang kehidupan-kehidupan secara berkelanjutan. Dalam menghadapi dilema yang demikian, kebutuhan kita sebagai manusia menjadi tiga kali lipat yaitu pertama kita harus menguasai teknologi tersebut, kedua menstabilkan penduduk, dan ketiga mengembangkan tatanan 7

70 sosial yang mampu hidup produktif dan sejahtera secara terpadu, dengan mengekosistemkan yang seimbang. Dalam kondisi global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan tantangan baik ekonomi, sosial, budaya, politik maupun lingkungan hidup, pengembangan dan pembinaan akhlak menjadi kunci penyelamatan kehidupan dengan lingkungannya. Oleh karena itu untuk menghadapi globalisasi ekonomi berupa perekonomian pasar bebas,. Beralihkan kawasan ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik dan kebangkitan ekonomi Asia Afrika, kita bangsa Indonesia wajib siap mental dengan akhlak yang tinggi. 4. Konsep Sosiologi Pengertian Sosiologi menurut Pitirin Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, dll). Selo Sumardjan menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya ia menyatakan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial(norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan sosial. Jadi sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat, dan merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dengan ciri-ciri utamanya adalah: a) Sosiologi bersifat empirik b) Sosiologi bersifat teoritis c) Sosiologi bersifat nonetis Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat. Kelanjutan interaksi sosial terjadi interelasi sosial yang akhirnya membentuk kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu, oleh karena itu merupakan bagian yang aktif yang berinteraksi dari kelompokkelompok sosialnya. Ruang Lingkup Sosiologi dimulai dari obyek yang menjadi sorotan utamanya adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut dengan lingkungan sosial. Apabila hubungan tersebut ditimbulkan oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan terjadi 8

71 interaksi sosial. Berhubungan dengan ruang lingkup, walaupun dalam sosiologi ada banyak pengkhususan atau spesialisasi yang berhubungan dengan bagian dari kehidupan sosial, dimana sosiologi dapat dipandang sebagai satu keseluruhan dari kelompok-kelompok ilmu sosial, tetapi dilihat dari ruang lingkupnya, sosiologi mempunyai ciri-ciri tertentu, ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, merupakan spesialisasi yang obyeknya atau ruang lingkupnya adalah menemukan hubungan-hubungan antara disiplin-disiplin lain dan memberikan keterangan tentang sifat umum relasi-relasi sosial. Jadi, ruang lingkup sosiologi adalah (1) sosiologi berusaha membuat klasifikasi tipe-tipe / bentuk-bentuk relasi sosial; (2) sosiologi berusaha menemukan relasi faktor antara faktor-faktor atau bagianbagian dari kehidupan sosial misalnya relasi antara faktor politik dan ekonomi. Kedua, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat kategorik, tidak normatif. Artinya bahwa sosiologi membatasi pada persoalan apa dan mengapa, tetapi tidak pada persoalan bagaimana seharusnya. Ketiga, sosiologi adalah ilmu pengetahuan murni bukan ilmu yang diterapkan, artinya tujuan langsung sosiologi adalah memperoleh pengetahuan tentang masyarakat manusia, bukan menggunakan pengetahuan itu. Keempat, sosiologi adalah ilmu pengetahuan abstrak, artinya ia lebih tertarik pada bentuk-bentuk dan polapola yang diambil dari suatu pola. Kelima, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mencari generalisasi. Artinya sosiologi mencari prinsip-prinsip umum tentang interaksi dan kumpulan manusia, tentang sifat, bentuk, isi, dan struktur kelompok kelompok sosial dan masyarakat pada umumnya. Ada beberapa definisi mengenai pengertian masyarakat, mislanya Ralph Linton menyatakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama yang cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dari mereka dan menganggap diri mereka itu sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dari definisi tersebut, masyarakat mengandung beberapa unsur, sebagai berikut: a) Manusia yang hidup bersama, minimalnya dua orang yang hidup bersama, b) Bercampur untuk yang lama, sebagai hidup bersama timbullah sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut, c) Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan, d) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama, setiap anggota kelompok merasa dirinta terikat antara satu dengan yang lainnya Park dan Burgess adalah ahli sosiologi, menganalisis 9

72 interaksi sosial sebagai proses sosial yang dapat diklasifikasikan dalam enam kategori : a) Komunikasi, b) Konflik, c) Kompetisi, d) Akomodasi, e) Asimilasi, dan f) Kooperasi Interaksi adalah dasar dari adaptasi, sebab sifat biologisnya yang khusus, dimana manusia tidak dapat hidup menyendiri dan tergantung pada orang lain. Sedangkan yang menjadi dasar interaksi sosial adalah komunikasi, yaitu proses penerusan dan penerimaan dari stimulus simbolis dengan cara bercakap-cakap, gerakan, atau tanda-tanda lain. Motif interaksi sosial yang terjadi, sangat beragam, bisa bermotif ekonomi, budaya, politik, dan juga motifnya bisa majemuk. Motif dan tujuan dari pihak-pihak yang berinteraksi bisa sama bisa berbeda, misalnya interaksi antara produsen dan konsumen motif ekonominya. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Sebagai dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi dan komunikasi, interaksi sosial makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat, laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan media elektronik (TV, Radio, telepon, dan internet) telah makin mengintensifkan interaksi sosial tersebut, walaupun tidak secara langsung. Salah satu dampaknya yaitu pakaian, makanan, peralatan, tidak hanya dikenal dan digunakan oleh masyarakat tertentu, tetapi telah memasuki segala lapisan masyarakat secara lokal, nasional, maupun global. Tatanan nonmaterial juga mengalami pergeseran, misalnya bersalaman, tepuk punggung, tegur sapa ala Eropa, sampai dengan berciuman antar keluarga, antar teman, dan sebagainya. Jenis permainan dan olahraga yang dahulu termasuk tradisional, sekarang berkembang tidak hanya dinegerinya sendiri tetapi sudah menyebar kesegala penjuru dunia, misalnya kesenian gamelan, kungfu, dan lain lain. Pertukaran pemuda pelajar dan pertandingan olahraga, pertemuan pramuka tingkat daerah, nasional, serta antar negara merupakan interaksi yang meluas. Hal seperti itu akan berdampak lokal, nasional, maupun global, misalnya yang berdampak positif pertukaran pengalaman, kemampuan, dan nilai. Sebagai akibat interaksi sosial yang semakin intensif sampai ke tingkat global menunjukkan perubahan sosial dimasyarakat sampai ke proses modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan, sedangkan yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara pemecahannya. 10

73 5. Konsep Antropogi Pengertian Antropologi Secara harfiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat ditinjau dari dua segi yaitu sudut biologi dan sudut sosiobudaya. Antropologi, khususnya antropologi budaya oleh Koentjaraningrat dikatakan sebagai pengganti ilmu budaya, merupakan studi tentang manusia dan kebudayaannya. Menurut Koentjaraningrat dalam perkembangannya, antropologi dibagi atas empat fase: Fase pertama (sebelum tahun 1800), merupakan kisah perjalanan atau laporan-laporan yang merupakan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa diluar Eropa. Fase kedua (kirakira pertengahan abad ke-19), timbul karangan-karangan yang menyusun bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berkembang secara lambat (evolusi) dalam jangka waktu yang sangat lama, atau dari bentuk yang belum beradab sampai bentuk masyarakat tertinggi. Fase ketiga (permulaan abad ke-20), pada saat ilmu antropologi dirasa penting karena bangsa Eropa sedang melancarkan penjajahannya diluar Eropa. Sehingga antropologi menjadi ilmu praktis untuk penjajah. Fase keempat (sesudah kira-kira tahun 1930), antropologi mengalami perkembangan luas, karena bertambahnya pengetahuan dan ketajaman metode ilmiahnya. Mengenai tujuan antropologi pada fase keempat ini adalah: a) Akademikal dan b) Praktis Ruang Lingkup Antropologi Dilihat dari sudut antropologinya, manusia dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah melainkan holistik artinya merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial. Di Amerika Serikat, Antropologi telah berkembang luas hingga ruang lingkup dan batas lapangan penyelidikannya paling sedikit mempunyai lima masalah penelitian khusus yaitu: a) Sejarah asal dan perkembangannya manusia secara biologis b) Sejarah terjadinya aneka ragam makhluk manusia, dipandang dari sudut cirri-ciri tubuhnya c) Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan manusia diseluruh dunia d) Perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka ragam kebudayaan manusia di seluruh dunia 11

74 e) Mengenai asas-asas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global pada hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai dampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal. Perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, kita telah melihat perspektif kebudayaan, menganalisi perkembangan kebudayaan dari masa yang lalu, hari ini, dan kecendrungannya dimasa yang akan datang. Salah satunya yang terus berkembang, baik perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya adalah iptek. Hanya saja disini wajib kita sadari bahwa iptek itu produk akal pikiran manusia sehingga jangan terjadi manusia seolah-olah dikendalikan iptek, justru sebaliknya manusia yang mengendalikan iptek. Kesimpulan Konsep geografi atau keruangan itu, tidak lagi melihat kawasan lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, konsep geografi ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Konsep sejarah mengacu pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Dari sudut pandang sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang, pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas terhadap tatanan kehidupan global dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki kehidupan global dimasa yang akan datang. Sumber daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga persediaannya makin terbatas. sedangkan pihak lain, kebutuhan terus meningkat karena pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas. kesenjangan ini bukan bersifat lokal atau regional, melainkan telah menjadi masalah global. Akibat interaksi sosial yang semakin intensif sampai ke tingkat global menunjukkan perubahan sosial dimasyarakat sampai ke proses modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan, sedangkan yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara pemecahannya. Pada hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai dampai tingkat 12

75 global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal. Nilai mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Nilai juga dapat mempengaruhi prilaku dan perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan penilaian terhadap konsekuensi daripada prilaku dan perbuatan seseorang tersebut. Melalui proses inilah, nilai dapat dilihat sebagai kunci bagi lahirnya prilaku dan perbuatan seseorang. Oleh karena itu, pengajaran dan penanaman nilai merupakan hal penting dalam rangka pembinaan sikap dan kepribadian siswa. 13

76 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB II KETERAMPILAN DASAR DAN NILAI DALAM IPS Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

77 BAB II KETERAMPILAN DASAR DAN NILAI DALAM IPS A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Setelah mempelajari materi pada unit 2, peserta mampu menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi keterampilan dasar dan nilai dalam IPS. Adapun Indikator Pencapaian Kompetensi unit 2 adalah sebagai berikut: 1. Memecahkan Pembelajaran IPS SD terkait dengan materi keilmuan yang meliputi dimensi keterampilan dasar dan nilai dalam IPS 2. Menegaskan Fokus utama kajian pembelajaran IPS di SD terkait dengan materi keilmuan yang meliputi dimensi keterampilan dasar dan nilai dalam IPS melalui contoh kasus. B. Uraian Materi 1. Keterampilan Dasar dalam IPS Pada pembelajaran IPS selain nilai maka dikembangkan juga keterampilan yang merupakan keterampilan dasar yang diharapkan dicapai dan dimiliki oleh peserta didik melalui proses dalam pembelajaran IPS. Keterampilan dasar IPS dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Namun secara umum dapat terbagi atas : 1. Work-study skills, contohnya adalah membaca, membuat outline, membuat peta dan menginterpretasikan grafik. 2. Group-process skills, contohnya adalah berpikir kritis dan pemecahan masalah. 3. Social-living skills, contohnya adalah tanggungjawab, bekerjasama dengan orang lain, hidup dan bekerja sama dalam suatu kelompok. Keterampilan IPS merupakan dasar seseorang untuk dapat berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat maka NCSS (1971) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keterampilan yang seyogianya dapat dimiliki, antara lain: 1. Keterampilan Penelitian Keterampilan penelitian diperlukan untuk mengumpulkan dan memproses data, seperti berikut ini: 1

78 a. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi data b. Mengumpulkan dan mengorganisasi data c. Menginterprestasi data d. Menganalisis data e. Mengevaluasi hasil f. Menggeneralisasi hasil g. Mengaplikasikan pada konteks yang lain 2. Keterampilan Berpikir Berpikir kritis adalah melihat sesuatu dengan jelas, sedangkan berpikir kreatif adalah melihat sesuatu dengan kreatif. Beberapa hal yang termasuk ke dalam keterampilan berpikir yang dapat dikembangkan guru dalam pembelajarna, antar lain berikut ini: a. Menetapkan sebab dan akibat b. Mengevaluasi fakta c. Memprediksi d. Menyarankan konsekuensi-konsekuensi dari suatu fenomena e. Meramalkan masa depan f. Menyarankan alternatif pemecahan masalah g. Mampu memandang sesuatu dari perspektif yang berbeda 3. Keterampilan Berpartisipasi Sosial Beberapa ketearmpilan yang termasuk ke dalam keterampilan partisipasi sosial, antara lain berikut ini: a. Mengidentifikasi konsekuensi dari tindakan seseorang dan dampaknya terhadap orang lain b. Memperlihatkan kebaikan dan perhatian terhadap orang lain c. Berbagi tugas dan membangun kerja sama dengan orang lain d. Memfungsikan keanggotaan dan sebuah kelompok e. Mengadopsi beberapa variasi dari peran dalam kelompok f. Terbuka terhadap kritik dan saran 2

79 4. Keterampilan Berkomunikasi Beberapa diantaranya yang termasuk dalam keterampilan untuk menunjang berkomunikasi adalah: a. Pemahaman tentang lambang dan sistem lambang, seperti warna dalam peta dan lambang >, =, + dalam matematika b. Pemahaman tentang aturan dan ketentuan yang terkaitkan dengan sarana komunikasi c. Pengungkapan gagasan secara jelas dan kreatif melalui berbagai bentuk komunikasi 2. Nilai dalam IPS Menurut Purwodarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah harga, hal-hal penting atau berguna bagi manusia. Nilai atau sistem nilai adalah keyakinan, kepercayaan, norma atau kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh seseorang ataupun kelompok masyarakat. (Kosasih Djahiri. 1980:5). Sedangkan menurut Fraenkel dalam (Husein Achmad. 1981:87), menyatakan bahwa nilai menggambarkan suatu penghargaan atau semangat yang diberikan seseorang atas pengalaman-pengalamannya. Selanjutnya ia mengatakan nilai itu merupakan standar tingkah laku, keindahan, efisiensi, atau penghargaan yang telah disetujui seseorang, dimana seseorang berusaha hidup dengan nilai tersebut serta bersedia mempertahankannya. Richard Meril, dalam Dwi Siswoyo, dkk (2005:23), menyatakan, bahwa nilai adalah patokan atau standar pola-pola pilihan yang dapat membimbing seseorang atau kelompok kearah satisfication, fulfillment, and meaning. Pada setiap mata pelajaran sekolah dasar, wajib memasukkan atau mengajarkan sikap dan nilai yang terkandung dalam masing-masing mata pelajaran. Hal tersebut dikarenakan pada setiap mata pelajaran berbeda kemampuan sikap yang harus dimiliki oleh pesertadidik. Misalnya kemampuan sikap mata pelajaran IPA berbeda dengan kemampuan sikap IPS. Kemampuan sikap pada tiap-tiap mata pelajaran yang tertanam setelah pembelajaran berlangsung akan menjadi bekal ketika peserta didik dirumah dan di masyarakat. Penanaman sikap tersebut akan menjadi nilai tersendiri bagi peserta didik. Sikap peserta didik di sekolah akan tercermin atau teraplikasi pada kehidupan di rumah dan masyarakat. Maka dari itu, penanaman sikap dan nilai pada masing-masing mata pelajaran 3

80 harus benar-benar dilaksnakan secara baik. Khusus mata pelajaran IPS, penanaman sikap dan nilai pada peserta didik harus benar-benar tercapai. Hal itu karena IPS merupakan mata pelajaran yang sedikit banyak mengajarkan tentang sikap dan nilai yang baik pada kehidupan di keluarga, sekolah, dan kehidupan masyarakat. Sangat disayangkan jika pengajaran IPS tidak dilaksanakan dengan terstruktur, maka aspek sikap yang terdapat dalam tiap-tiap materi tidak akan tersampaikan dan tertaman dengan baik ke dalam diri setiap peserta didik. Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai- nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Menurut Paul Suparno, SJ. sikap dan tingkah laku yang berlaku umum, yang lebih mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain sebagai berikut: (Paul Suparno, SJ. 2001) 1. Sikap penghargaan kepada setiap manusia Penghargaan bahwa pribadi manusia itu bernilai, tidak boleh direndahkan atau disingkirkan tetapi harus dikembangkan. Setiap manusia, siapapun orangnya adalah bernilai, inilah yang menjadi hak asasi manusia, dan sikap ini harus dipunyai. Oleh karena itu tindakan meremehkan, menghina, merendahkan, apalagi mengganggu kebahagiaan orang lain dianggap tidak baik. Dalam wujud tindakan, misalnya siswa saling menghargai temannya, tidak menjelekkan temannya dan sebagainya. 2. Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, dan tepat janji Sikap ini jelas membantu orang dalam berhubungan dengan orang lain dan hidup bersama orang lain. 3. Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang lain yang berbeda Sikap ini jelas sangat membantu kita menjadi manusia, karena memanusiakan manusia lain. Bagi negara Indonesia yang sedang mencari bentuk demokrasi, sikap ini sangat jelas diperlukan. Apalagi sikap rela hidup bersama, meskipun lain gagasan, lain idiologi perlu ditekankan. Kita rela hidup besama dalam pebedaan karena perbedaan adalah keadaan asasi kita 4

81 4. Kebebasan dan tanggung jawab Sikap manusia sebagai pribadi adalah ia mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan dirinya dan bertanggung jawab terhadap ungkapannya. Sikap ini berlaku baik terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain maupun terhadap alam dan Tuhan. Sikap ini jelas diwujudkan dalam kebebasan mimbar, kebebasan berbicara, kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan tanggung jawab. Siswa diajak bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak lari dari tanggung jawab. 5. Penghargaan terhadap alam Alam diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia agar dapat hidup bahagia. Berkenaan dengan hal tersebut penggunaan alam hanya untuk dirinya sendiri tidak dibenarkan. Termasuk juga pengrusakan alam yang hanya dapat memberikan kehidupan kepada segelintir orang juga tidak benar. Keserakahan dalam penggunaan alam adalah kesalahan. 6. Penghormatan kepada Sang Pencipta Sebagai makhluk kita menghormati Sang Pencipta. Kita melalui penghayatan iman, siswa diajak untuk menghormati dan memuji Sang Pencipta, dan pujian itu dapat diwujudkan dalam sikap berbaik kepada semua makluk ciptaan, termasuk pada diri sendiri. Sikap menghargai iman orang lain, menghargai bentuk iman orang lain, menghargai budaya orang lain perlu dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling membantu dan menerima orang lain. 7. Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi. 5

82 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I BILANGAN Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

83 BAB I BILANGAN A. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 1. Memerinci konsep bilangan bulat dalam pemecahan masalah (termasuk prima, FPB, KPK) 2. Menguji pengetahuan konseptual, prosedural, dan keterkaitan keduanya dalam konteks materi Aritmatika 3. Menentukan alat peraga dalam pembelajaran bilangan B. Uraian Materi 1. Pengertian Bilangan Bilangan adalah suatu konsep atau ide yang ada dalam pikiran (abstrak) yang memberikan gambaran tentang banyaknya suatu benda. Untuk menggambarkan bilangan itu dalam dunia nyata digunakan angka-angka. Dengan demikian, angka diberi batasan agar hanya ada sepuluh angka dasar (hindu-arab) yang berbeda 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan yang utuh dalam arti bukan berupa pecahan. Bilangan bulat terdiri dari bilangan nol, positif dan negatif. Dalam bentuk himpunan, himpunan bilangan bulat yang dimaksud adalah I = {, 3, 2, 1, 0, 1, 2, 3, }. Apabila digambarkan dengan garis bilangan bentuknya akan seperti berikut: Operasi pada Bilangan Bulat a. Operasi Penjumlahan Sifat-sifat penjumlahan penjumlahan: 1) Tertutup, yaitu untuk setiap a, b I berlaku a + b I 2) Komutatif (pertukaran), yaitu untuk setiap a, b I berlaku a + b = b + a. 3) Assosiatif (pengelompokan), yaitu untuk setiap a, b, c I berlaku (a + b) + c = a + (b + c). 4) Mempunyai elemen identitas 0 yaitu untuk setiap a I berlaku 1

84 a + 0 = 0 + a = a. 5) Setiap bilangan bulat mempunyai invers aditif. Invers dari bilangan bulat a adalah a dan berlaku a + ( a) = ( a) + a = 0 b. Operasi Pengurangan Diketahui a, b dan k bilangan-bilangan bulat. Bilangan a dikurangi b, ditulis a b adalah bilangan bulat k jika dan hanya jika a = b + k. Sifat-sifat yang berkaitan: 1) Bilangan bulat tertutup terhadap pengurangan, yaitu jika a dan b bilangan-bilangan bulat maka a b juga bilngan bulat. 2) Jika a dan b bilangan-bilangan bulat maka a b = a + ( b) 3) Jika a dan b bilangan-bilangan bulat maka a ( b) = a + b. 4) Jika a bilangan bulat maka ( a) = a. c. Operasi Perkalian Sifat-sifat operasi perkalian pada bilangan bulat 1) Tertutup, yaitu untuk setiap a, b I berlaku a b I 2) Komutatif (pertukaran), yaitu untuk setiap a, b I berlaku a b = b a 3) Assosiatif (pengelompokan), yaitu untuk setiap a, b, c I, berlaku: (a b) c = a (b c) 4) Mempunyai elemen identitas 1, yaitu untuk setiap bilangan bulat a berlaku a 1 = 1 a = a. 5) Sifat bilangan nol yaitu a 0 = 0 a = 0, untuk setiap bilangan bulat a. 6) Sifat distributif (penyebaran) a) a (b + c) = (a b) + (a c), dan disebut distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan. 2

85 b) (b + c) a = (b a) + (c a) dan disebut distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan d. Operasi Pembagian Diketahui a, b dan k bilangan-bilangan bulat dengan b 0. Pembagian a oleh b, ditulis a b, adalah bilangan bulat k (jika ada) sehingga berlaku: a b = k a = b k. Pembagian pada bilangan bulat tidak tertutup, sebab 7 dan 3 masing-masing bilangan bulat, tetapi hasil dari 7 3 bukan bilangan bulat. Operasi perkalian dan pembagian pada bilangan bulat memiliki pola yang unik dan tetap, sehingga dapat lebih memudahkan pengerjaannya. Perhatikan tabel berikut 1.1 berikut: Tabel 1.1 Hasil Operasi Perkalian dan Pembagian pada bilangan bulat positif atau negatif Bilangan pertama Bilangan Kedua Hasil Perkalian atau Pembagian positif positif positif positif negatif negatif negatif positif negatif negatif negatif positif Contoh 1. 3 x ( 6) =... Penyelesaian: Bilangan positif dikali Bilangan negatif maka hasilnya Bilangan negatif Sebelumnya diketahui bahwa 3 x 6 = 18, maka 3 x ( 6) = 18 Urutan Hitung Operasi Operasi hitung campuran adalah operasi hitung yang melibatkan lebih dari satu macam operasi dalam suatu perhitungan. Berikut adalah beberapa kesepakatan pada operasi perhitungan campuran: a. Operasi dalam tanda kurung ( ) dikerjakan terlebih dahulu. b. Perkalian dan Pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan pengurangan. c. Perkalian dan pembagian sama kuat. Apabila perkalian dan pembagian muncul secara bersama-sama, maka urutan operasinya dari sebelah kiri, yaitu yang muncul di sebelah kiri harus dioperasikan terlebih dahulu. 3

86 d. Penjumlahan dan Pengurangan sama kuat. Apabila penjumlahan dan pengurangan muncul secara bersama-sama, maka urutan operasinya dari sebelah kiri, yaitu yang muncul di sebelah kiri harus dioperasikan terlebih dahulu. Pembelajaran Bilangan Bulat a. Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat 1) Peragaan Gerakan Model Penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat dapat dilakukan peragaan gerakan suatu model, yaitu dengan gerakan maju atau naik (untuk Penjumlahan) dan gerakan mundur atau turun (untuk pengurangan) dengan ketentuan sebagai berikut. (a) Arah menghadap model. - Positif : Model menghadap ke kanan - Negatif : Model menghadap ke kiri (b) Titik permulaan selalu dimulai dari titik yang mewakili bilangan 0. Contoh 2. Hitunglah jumlah dari 7 + ( 5) ( 4) Penyelesaian: Tetapkan posisi awal model sebagai titik nol, lalu hadapkan model ke kanan (dilihat dari posisi siswa). Kemudian gerakkan/langkahkan model ke kanan sebanyak 7 langkah. Setelah itu, balikkan arah model (hadapkan ke kiri) kemudian gerakkan/langkahkan model maju sebanyak 5 langkah. Siswa diminta untuk memperhatikan posisi terakhir model berada, yaitu di titik 2. Jadi 7 + ( 5) = 2. selanjutnya hasil penjumlahan akan dikurangi dengan 4. Pada posisi 2, balikkan arah model (hadapkan ke kiri) kemudian gerakkan/langkahkan model mundur sebanyak 4 langkah. Siswa diminta untuk memperhatikan posisi terakhir model berada, yaitu di titik 6. Jadi 7 + ( 5) ( 4) = 6 2) Penggunaan Garis Bilangan Penjumlahan dan pengurangan pada garis bilangan dapat dikatkaan sebagai suatu gerakan atau perpindahan sepanjang suatu garis bilangan. Suatu bilangan bulat positif menggambarkan gerakan ke arah kanan, sedangkan bilangan bulat negatif menggambarkan gerakan ke arah kiri. Titik permulaan selalu dimulai dari titik yang mewakili bilangan 0. Contoh 4. Hitunglah jumlah dari 6 + ( 2) dengan menggunakan garis bilangan! Penyelesaian: 4

87 6 + ( 2) berarti suatu gerakan yang di mulai dari 0, bergerak 6 satuan ke kanan dan dilanjutkan dengan bergerak 2 satuan lagi ke kiri. Gerakan ini berakhir di titik yang mewakili bilangan 4. Gerakan tersebut apabila dibuat diagramnya sebagai berikut. Jadi 6 + ( 2) = 4 Selanjutnya pengurangan pada bilangan bulat melalui garis bilangan menjadi bahan diskusi lebih lanjut! 3) Penggunaan Muatan Penjumlahan dengan menggunakan muatan dapat divisualisaikan dengan potongan karton yang berwarna, misal warna hitam dan yang lain warna putih atau warna lain yang sesuai dengan selera masing-masing. Penggunaan warna perlu disepakati pula, misal karton berwarna hitam dianggap mewakili bilangan bulat negatif, sedang karton yang berwarna putih dianggap mewakili bilangan bulat positif, sebagai ilustrasi dinyatakan sebagai berikut berikut. Warna putih (positif) Warna hitam (negatif) Contoh 3. Hitunglah 7 + (-3)! Penyelesaian : Ambillah 7 karton putih dan kemudian ambil lagi 3 karton hitam. Pasang- pasangkan masing-masing karton hitam dengan satu karton putih sehingga kira-kira seperti keadaan berikut. 5

88 Selanjutnya, amati dan hitung banyaknya karton yang tidak mempunyai pasangan. Ternyata ada 4 karton putih yang tidak mempunyai pasangan. Karena karton putih menyatakan bilangan positif, diperoleh 7 + (-3) = 4. Contoh 4. Selesaikan (-2) + (-4)! Penyelesaian : Ambil 2 karton hitam, kemudian ambil lagi 4 karton hitam. Kumpulkan karton-karton tersebut pada satu wadah dan hitung banyaknya seluruh karton hitam yang ada dalam wadah tersebut. Ternyata ada 6 karton hitam. Karena karton hitam menyatakan bilangan negatif, maka diperoleh (-2) + (-4) = - 6. Selanjutnya pengurangan pada bilangan bulat melalui penggunaan muatan menjadi bahan diskusi lebih lanjut! b. Pembelajaran Perkalian dan Pembagian pada Bilangan Bulat - Perkalian pada Bilangan Bulat Untuk menanamkan konsep perkalian pada bilangan bulat, yang melibatkan bilangan bulat negatif agar sukar dilakukan dengan menggunakan alat peraga. Pada batas-batas tertentu, hal tersebut dapat diperagakan dengan menggunakan garis bilangan, khusunya untuk perkalian yang pengalinya meupakan bilangan bulat positif. Cara lain untuk menanamkan konsep perkalian pada bilangan bulat adalah dengan menggunakan pola bilangan. Berikut cara penanaman konsep pada perkalian dengan menggunakan pola bilangan 1) a ( b) contoh 5. Hitunglah 5 ( 3)! Penyelesaian: Perhatikan 4 x ( 2) = ( 2) + ( 2) + ( 2) + ( 2) = 8 (ingat konsep perkalian) 2) a b Untuk menjelaskan perkalian jenis ini, sebaiknya menggunakan pola bilangan, dan yang perlu diperhatikan adalah para siswa perlu diingatkan kembali tentang perkalian pada bilangan cacah. 6

89 Contoh 6. Carilah ( 3) x 4. Penyelesaian: Perhatikan pola bilangan berikut: Amati bahwa faktor kedua (terkali) dalam perkalian ini adalah tetap 4, sedangkan faktor pertama (pengali) berkurang satu demi satu. Ternyata hal ini diikuti berkurangnya hasil perkalian empat demi empat. Berdasarkan pola ini diperoleh (-3) x 4 = 12. 3) a ( b) Untuk menanamkan konsep perkalian pada bagian ini, dipersyaratkan siswa harus sudah menguasai perkalian bilangan bulat a ( b) dan a b. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut. Contoh 7. Hitunglah 3 ( 4). Penyelesaian: Perhatikan pola bilangan berikut : Amati bahwa pada pola bilangan sebelah kiri, terkali tetap ( 4) sedangkan pengali berkurang satu satu demi satu. Ternyata hasil kalinya bertambah empat demi empat. Pada pola bilangan sebelah kanan, pengali tetap ( 3) sedangkan terkali berkurang satu demi satu. Ternyata hasil kalinya bertambah tiga demi tiga. Kedua pola bilangan tersebut memberikan hasil yang sama yaitu ( 3) x ( 4) = Pembagian pada Bilangan Bulat Penanaman konsep pembagian pada bilangan bulat sukar ditunjukkan dengan menggunakan alat peraga. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan menggunakan konsep perkalian bilangan bulat dan didefinisi pembagian bilangan bulat. 7

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB II DASAR-DASAR DAN KAIDAH BAHASA INDONESIA SEBAGAI RUJUKAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR Dra.Hj.Rosdiah

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB IV TEORI DAN APRESIASI BAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Juli Membedakan berbagai bunyi bahasa Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dengan bahasa yang santun nyaring suku kata dengan lafal Menyalin berbagai

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 1.1 Menggunakan wacana lisan untuk wawancara 1.1.1 Disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS IV SEMESTER 1 SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : Tahun Pelajaran : Kelas : IV Smt

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING) BAB III Metodologi Penelitian A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian bisa dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009-2010 Kompetensi Dasar MENDENGARKAN 1.1 Menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio. Indikator Pencapaian (peserta didik

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar Guru C C2 C3 C4 C5 C6 Menggunakan secara lisan wacana wacana lisan untuk wawancara Menggunakan wacana lisan untuk wawancara Disajikan penggalan

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 2. Mengungkapkan wacana tulis nonsastra 1.1

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas : VII, VIII, IX Nama Guru : Dwi Agus Yunianto, S.Pd. NIP/NIK : 19650628

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN 1. Tulisan merupakan karya orisinal penulis (bukan plagiasi) dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dalam proses publikasi pada media lain yang

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Oleh: BAHAUDDIN AZMY BAHASA INDONESIA SD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu: Menguasai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran KELAS XII SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan Laporan laporan kegiatan OSIS

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Informasi 107. Bab 10. Informasi

Informasi 107. Bab 10. Informasi Informasi 107 Bab 10 Informasi Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) menirukan percakapan teks drama yang dibacakan guru; 2) menceritakan peristiwa yang pernah dialami;

Lebih terperinci

SILABUS. Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung

SILABUS. Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung KELAS X SEMESTER 1 SILABUS Nama Sekolah : SMA / MA... Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung 1.1 Menanggapi siaran

Lebih terperinci

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7?

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7? 7 Sekolahku Tahukah kamu profesi juru bicara presiden? Mereka dipilih karena keahliannya berbicara di depan umum. Agar kamu bisa seperti mereka, biasakanlah berlatih berbicara di depan umum dengan berpidato

Lebih terperinci

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN GURU KELAS SD

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN GURU KELAS SD KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN GURU KELAS SD Kompetensi Utama Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru SD (Kompetensi Dasar) Standar Kompetensi Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN TUKPD II PAKET A SMP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN 2012/2013

KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN TUKPD II PAKET A SMP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN 2012/2013 KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN TUKPD II PAKET A SMP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN 2012/2013 NO Kunci PEMBAHASAN 1 C Gagasan utama atau gagasan pokok merupakan pernyataan umum yang terdapat pada kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XII EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XII EJAAN YANG DISEMPURNAKAN YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Menulis 2.1.1. Pengertian Menulis Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, yakni yang pertama Penerapan EYD pada Surat Dinas Keluar di Pondok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, yakni yang pertama Penerapan EYD pada Surat Dinas Keluar di Pondok BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan EYD pada surat pribadi untuk saat ini belum ada. Namun, penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini telah

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB II KETERAMPILAN DASAR DAN NILAI DALAM IPS Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG SOAL TUGAS TUTORIAL III Nama Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kode/SKS : PDGK 4504/3 (tiga) Waktu : 60 menit/pada pertemuan ke-7 I. PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS / SEMESTER : III (Tiga) / 2 (dua) Standar Kompetensi

Lebih terperinci

TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY

TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY Sebelum kita sampai pada pembicaraan mengenai teori pembelajaran apresiasi sastra menurut Moody, ada baiknya Anda terlebih dahulu mengetahui prinsip ganda

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMP DAN MTs BAHASA INDONESIA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS i KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan penyelenggaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran:

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran: Penggunaan bahasa Tujuan pembelajaran: "Penggunaan bahasa" fokus pada bagaimana sebuah pengertian dari fungsi-fungsi bahasa itu penting dalam logika. Bahasa adalah sebuah alat yang kompleks, dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, maka kehidupan manusia akan kacau. Sebab dengan bahasalah manusia

Lebih terperinci