BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Pengertian belajar Morgan dkk (dalam Sunarto, 2009) belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Sedangkan belajar yang lebih modern diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Sedangkan Mulyani Sumantri (dalam Sunarto, 2009) menyatakan bahwa belajar yang lebih modern ini mengandung dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah karena latihan atau pengalaman Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dimana perubahan itu terjadi karena adanya latihan dan sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya. 5

2 Sardiman A.M (dalam Sunarto, 2009) mengemukakan belajar dalam pengertian luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Menurut Sumadi Suryabrata (1998) mengemukakan bahwa belajar itu membawa perubahan, perubahan tersebut didapatkan dari kecakapan baru, dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha. Sedangkan Syaiful B.Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang didapatkan dari kecakapan baru dan terjadi karena usaha menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar harus menghasilkan perubahan tingkah laku. Hasil tersebut, dapat berupa pengetahuan, ketrampilan (dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan), serta nilai dan sikap (dari tidak dapat berlaku sopan sampai mengetahui, memahami, menguasai dan dapat bertingkahlaku sopan). Belajar akan berlangsung (dengan baik) apabila perubahanperubahan berikut terjadi; 1. Penambahan informasi, 2. Mengembangkan 6

3 atau meningkatkan pengertian, 3. Penerimaan sikap-sikap baru, 4. Memperoleh penghargaan baru, 5. Mengerjakan sesuatu dengan apa yang telah dipelajari. (Surjadi dalam Aryanti, 2004). Suatu perubahan tingkah laku disebut belajar apabila perubahan tersebut merupakan hasil upaya yang dilakukan individu secara sadar dan disengaja. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku, yang pada prinsipnya individu yang belajar memperoleh sesuatu yang baru Pengertian Prestasi Belajar Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi baru yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat didalam kurikulum. Menurut Adi Negoro (dalam Aryanto, 2009), prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu menunjukkan kecakapan suatu bangsa. Arif Gunarso (dalam Setyowati,2006) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulan bahwa prestasi belajar adalah usaha yang dilakukan anak 7

4 secara maksimal dan mendapatkan hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan Suryabrata, (1988) menyatakan bahwa prestasi belajar diwujudkan dengan nilai baik, dengan menggunakan lambang A, B, C, D dan E untuk menunjukkan kelakuan, kerajinan, kerapian, dan kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan untuk penilaian kemampuan atau prestasi dalam mata pelajaran dengan menggunakan skala 0 sampai 10. (Koster dalam Aryanto, 2009) berpendapat bahwa prestasi belajar siswa merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran yang dimuat dalam raport sebagai buku laporan nilai atau laporan pendidikan. Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang dimuat dalam bentuk nilai raport. Penilaian kemampuan atau prestasi dalam mata pelajaran dengan menggukana skala 0 sampai 10, sedangkan penilaian kelakuan, kerajinan, kerapian dan kegiatan ekstrakurikuler menggunakan lambang A,B,C,D, dan E. Menurut J.S Purwadarminto dalam Sunarto (2009) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada 8

5 waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan baik ranah kognitif, afektif maupun psikomator dengan penjelasan sebagai berikut : a. Ranah Penilaian Kognitif Ranah penilaian kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. 1. Mengingat, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, metode. 2. Pemahaman, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahakan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.. 3. Penerapan, yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring dan menerapkan dngan tepat tentang teori, prinsip, simbol, pada suatu situasi atau baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur. 9

6 4. Analisis, kemampuan berpikir secara logis dalam neninjau suatu fakta/objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan. 5. Sintesis, kemampuan berpkir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan. 6. Evaluasi, kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap suatu situasi, sistem nilai, metode, persoalan dan pemecahan dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempetimbngkan dan menentukan. b. Ranah Penilaian Afektif Ranah penilaan afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, emosi, dan nilai. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah : 1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gajala, kerelaan, mengarah, perhatian. 10

7 2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi pearturan. 3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai. 4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistm suatu nilai. c. Ranah Penilaian Psikomotor Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan berindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misalnya lari, lompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi yang dibuat. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar psikomotor, misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan menggunakan analisis ketika belajar. 11

8 Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap kemampuan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen test atau instrumen lain yang relevan baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Saifudin Anwar (2005) test prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkapkan keberhasilan seseorang setelah belajar. Test prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkapkan performa maksimal subjek dalam menguasai bahanbahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal test prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, test formatif, test sumatif bahkan ebtanas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Nana Sudjana (1989) dibedakan dalam: a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain ialah kemampuan yang dimilikinya, gaya belajar, minat, motivasi serta faktor-faktor lainnya. b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Bloom dalam Arif Setiawan (2007) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yaitu kemampuan kognitif, motivasi belajar, 12

9 dan kualitas pembelajaran. Robinson dan Tanner (dalam Slameto 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu perilaku sosial, konsep diri akademik, strategi belajar siswa, motivasi, pola asuh dan status ekonomi. Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern tersebut meliputi beberapa hal antara lain: a. Faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis, terdapat tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah intelegensi, minat,gaya belajar, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. 2. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ekstern meliputi beberapa hal antara lain: a. Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah 13

10 Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c. Masyarakat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor tersebut meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 2.2 Gaya Belajar Pengertian Gaya Belajar Bobbi De Porter dan Mike Hernacki ( 2004 ) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam perkerjaan, sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana gaya belajar siswa. Terdapat dua kategori utama yang telah disepakati oleh para ahli tentang bagaimana siswa belajar. Pertama bagaimana siswa menyerap informasi dengan mudah dan kedua, cara siswa mengatur dan mengolah informasi. Adi W. Gunawan ( 2004 ) mengatakan gaya belajar merupakan cara yang paling disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses, 14

11 dan mengerti suatu informasi. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana siswa menyerap informasi dan kemudian mengaturnya serta mengolah informasi tersebut dengan baik. The National Task Force On Learning Style and Brain Behavior dalam Supeno(2003) mendefinisikan gaya belajar sebagai pola perilaku dan kinerja yang konsisten yang digunakan siswa sebagai bagian dalam pengalaman siswa. Gaya belajar memegang peran kunci dalam menentukan cara individu mengamati dan menanggapi lingkungan belajar. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan suatu cara yang disukai siswa dalam kegiatan berpikir. Dalam kegiatan berpikir itu merupakan suatu kombinasi yang dilakukan siswa dalam menyerap informasi, mengatur, dan mengolah informasi tersebut dengan baik. Gaya belajar memegang peran dalam menentukan cara individu mengamati dan menanggapi lingkungan belajar baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah. Tim Power Indonesia ( 2006 ) mendefinisikan gaya belajar sebagai suatu cara bagaimana seseorang menyerap informasi yang masuk melalui panca indra. Senada dengan definisi tersebut, menurut Rita Dunn dan Kenneth Dunn (dalam Nina Fauzi, 2007 ) mendefinisikan gaya belajar adalah cara manusia mulai berkonsentrasi, menyerap, memproses, dan menampung informasi. 15

12 DePorter dan Hernacki ( 2002) mengatakan gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan kecenderungan gaya yang paling disukai bagi seseorang dalam menyerap, memproses dan menerima informasi dari luar dirinya secara lebih optimal melalui panca indra. Menurut Supeno ( 2003 ) mendefinisikan gaya belajar sebagai pola perilaku dan kinerja yang konsisten yang digunakan siswa sebagai bagian dalam pengalaman pembelajaran. Pendapat lain mengemukakan gaya belajar adalah cara konsisten individu merespon dan menggunakan stimuli dalam konteks belajar Kolb (1984). Ahli lain mendefinisikan gaya belajar merupakan salah satu cara belajar yang lebih disukai siswa. Umumnya, menganggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991). Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar memegang peran dalam menentukan cara individu mengamati dan menanggapi lingkungan belajar. Gaya pembelajaran dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran baik di 16

13 lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah. Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih atau dilakukan karena kebiasaan untuk menerima informasi dari sekolah sebagai perolehan baru dari pengetahuan, ketrampilan atau sikap-sikap dalam memproses informasi tersebut melalui belajar atau pengalaman. Pengetahuan tentang gaya belajar dapat membantu guru untuk mampu menciptakan lingkungan belajar yang bersifat multi indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan gaya belajar setiap siswa. Dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya yang berbeda, para guru akan lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pembelajaran dan siswa akan menjadi lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemampuan belajar mereka. Dari hal ini diharapkan proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif. Secara rinci Barbara ( 2007 ), mengungkapkan bahwa hasil identifikasi gaya belajar juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk: 1. Memahami keragaman siswa dalam kelas. 2. Memperbaiki komunikasi dengan siswa/ orang tua. 3. Membantu merancang kelas yang sesuai dengan belajar siswa. 4. Meningkatkan interaksi antar murid dan guru. 5. Mencocokkan gaya belajar dan mengajar. 17

14 6. Mengurangi stres pada situasi-situasi sulit. 7. Memperbaiki kinerja dan menambah kepuasan bekerja. Berdasar pada paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mengenai gaya belajar selalu menjadi basis dalam interaksi siswa-guru dalam upaya memahami dan mendukung dalam upaya kebutuhan belajar siswa dan membantu mereka menjadi lebih fleksibel dalam belajar. Penyesuaian gaya belajar siswa dan gaya mengajar, manajemen kelas yang lebih baik, dan teknik-teknik pengajaran kreatif akan membantu semua siswa memunculkan potensi mereka dan meningkatkan prestasi. Pada praktiknya, proses bagaimana guru berkomunikasi dengan siswa juga sama pentingnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa cara mereka saling berinteraksi, dapat memberi pengaruh yang cukup besar pada keberhasilan atau kegagalan proses belajar. Gaya belajar siswa dikaitkan dengan persepsi dan indranya. Cara melihat, mendengarkan, memperhatikan, menyimak, melakukan dan meniru gerakan tubuh selama belajar berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi. Indra siswa yang terlatih dengan baik akan mempercepat daya tangkap dan mengaktifkan memori jangka panjang, yang dapat mendukung prestasi belajar siswa menjadi lebih baik Bandler dan Grinder ( 1981 ) mengatakan, meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke tiga modalitas visual,auditorial,kinestetik hampir 18

15 semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran,pemrosesan dan komunikasi Selanjutnya Michael Grinder (1991) mengatakan bahwa pada awal pengalaman belajar salah satu di antara langkah langkah pembelajaran yang pertama guru adalah mengenali modalitas seseorang dengan (V-A- K). Orang visual belajar melalui apa yang di lihat,pelajar auditori melakukannya dengan apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat sentuhan dan gerak. Walaupun masing-masing dari siswa belajar dengan tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiga modalitas tersebut. Bobby DePotter (2000) berpendapat bahwa masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga gaya belajar yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditory, Kinestethic. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa setiap siswa atau manusia mempunyai modalitas gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik. Akan tetapi hampir semua siswa memiliki kecenderungan pada satu modalitas gaya belajar saja. Dengan demikian maka guru diharapkan dapat mengenali gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa sehingga dapat menentukan gaya mengajar yang tepat. Harapannya, untuk dapat lebih meningkatkan 19

16 prestasi belajar siswa, walaupun gaya belajar yang dimiliki oleh masingmasing dari siswa tidak sama Macam-macam Gaya Belajar Bobbi deporter (2000) mengklarifikasikan gaya belajar menjadi 3 yaitu: A. Gaya belajar visual Gaya belajar visual ini secara umum dapat diartikan sebagai gaya belajar yang lebih menekankan pada indra penglihatan atau mata. Menurut pendapat Hermono (2001) visual merupakan tindakan melihat dengan mata. Siswa yang mempunyai kecenderungan gaya belajar visual memiliki khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan kreatif. Karakteristik gaya belajar visual ini berhubungan dengan visualitas. Pertama, adalah kebutuhan melihat sesuatu baik informasi maupun pelajaran secara visual, lalu memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan, dan yang terakhir adalah anak akan lebih mudah mengingat jika dibantu gambar, serta lebih suka membaca daripada dibacakan (ISTPI : 2008). Frans M. Royan ( 2000 ) menyatakan gaya belajar visual adalah orang yang lebih suka menggunakan penglihatan dalam menerima informasi. Siswa yang cenderung memiliki gaya belajar visual lebih menitik beratkan ketajaman penglihatan. 20

17 Dari ketiga pendpat diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang menitik beratkan pada ketajaman indra penglihatan. Siswa yang berkecenderungan gaya belajar visual memiliki khayalan internal sehinga cenderung imajinatif dan kreatif. Rose dan Malcolm ( 2002 ) menyatakan orang-orang visual, belajar melalui melihat sesuatu, siswa suka melihat gambar atau diagram, pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video. Selaras dengan pendapat Gunawan ( 2006 ) siswa visual akan sangat mudah melihat atau membayangkan apa yang dibicarakan. Mereka sering melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaaan dan mereka akan mengerti tentang suatu informasi bila mereka melihat kejadian, melihat informasi itu tertulis atau dalam bentuk gambar. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan suatu kecenderungan yang dimiliki siswa yang lebih menitik beratkan pada indra penglihatan. Dimana siswa ini dalam hal menerima informasi bahkan dalam hal berbicarapun siswa ini lebih cenderung menggunakan penglihatan. Siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual ini lebih menyukai hal-hal yang dapat dilihat dengan jelas. Siswa visual ini lebih menyukai gambar, atau diagram pada saat guru menjelaskan. Giles, Sarah Pitre, and Sara Womack ( 2003 ) mengungkapkan bahwa orang visual perlu melihat bahasa tubuh pengajarnya dan ekspresi 21

18 wajah sehingga mampu memahami isi atau makna dari suatu materi. Didalam ruangan mereka akan mengambil posisi duduk di depan agar pandangannya tidak terhalang misalnya kepala temannya. Selama proses pembelajaran atau diskusi kelas, orang-orang visual seringkali membuat catatan yang terperinci agar mudah menyerap informasi. Haynes ( 2008 ) berpendapat bahwa orang visual merupakan siswa yang lebih menyenangi membaca dengan tenang dari pada dengan menggunakan video. Mereka belajar dengan mengobservasi dan menyenangi bekerja dengan Grafik komputer, peta, diagram, kartunkartun, poster, teks dengan gambar. Siswa dengan kecenderungan gaya belajar visual biasanya mudah untuk menerima informasi atau pelajaran dengan visualisasi dalam bentuk gambar, tabel, diagram, grafik, peta pikiran, goresaan, atau simbol-simbol ( Nurulfikri : 2011). Bobbi De Porter ( 2000 ) gaya belajar visual dapat diterapkan oleh guru dalam berbagai mata pembelajaran, dengan menggunakan beberapa pendekatan: menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi/materi pelajaran berupa film, slide, ilustrasi, coretan atau kartukartu gambar berseri untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siwa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual ini cederung mudah dalam 22

19 menerima informasi melalui penglihatan, suka membaca di tempat yang tenang, suka belajar dengan bantuan grafik, peta, diagram, atau gambar. Ciri-ciri siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual menurut Bobbi De Porter (2000) adalah sebagai berikut : a. Rapi dan teratur. b. Berbicara dengan cepat. c. Teliti terhadap detail. d. Mementingkan penampilan,baik dalam hal pakaian maupun prestasi. e. Mengingat apa yang dilihat,daripada di dengar. f. Tidak terganggu dengan keributan. g. Pembaca cepat dan tekun. h. Lebih suka membaca dari pada di bacakan. i. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ketika guru menjelaskan. B. Gaya belajar auditori Pengertian dari auditori ini berhubungan erat dengan telinga atau pendengaran. Auditori juga merupakan salah satu bagian dari aktivitas belajar. Didalam kamus besar bahasa Indonesia( 1990 ) mendefinisikan, auditori adalah dapat mendengar dengan indra pendengaran (telinga). Gunawan ( 2006 ) mengatakan orang auditori mengekspresikan diri mereka melalui suara, baik itu melalui komunikasi internal dengan diri sendiri maupun eksternal dengan orang lain. Bila hendak menuliskan 23

20 sesuatu, orang ini akan mendengar suara dari apa yang akan ditulis. Pada saat siswa auditorial ini akan berbicara dengan seseorang yang baru dikenal, maka siswa ini akan melakukan latihan mental mengenai apa saja yang akan siswa ini katakan dan bagaimana cara mengatakan. Cara siswa belajar dengan auditori adalah diskusi, membicarakan sesuatu dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Orang auditori menginterpretasikan makna melalui bunyi suara, dan nada suara. Informasi dalam bentuk tulisan dimana makna yang mereka terima mungkin Cuma sedikit sampai mereka dapat mendengarkan informasi tersebut. Orang auditori seringkali memanfaatkan menggunakan tape recorder (Giles, Sarah Pitre, Sara Womack : 2003). Pendapat Hermono ( 2001 ), auditori merupakan tindakan mendengar dengan telinga. Jadi anakanak dengan kecerdasan auditori yang tinggi cenderung berpikir secara auditori. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari gaya belajar auditorial adalah cara belajar yang digunakan siswa untuk memastikan apa yang didengar dan mengingat apa yang didengar. Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial ini sangat mengandalkan pendengarannya untuk menangkap informasi dan mengolah informasi tersebut. Frans M. Royan ( 2000 ) berpendapat bahwa gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar yang lebih suka menggunakan 24

21 pendengaran dalam menerima informasi. Siswa yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial lebih menitik beratkan ketajaman pendengaran. Dalam artian, suara-suara yang tajam sangat membantu belajar siswa auditorial ini agar mereka paham dan mampu menerima informasi dengan baik. Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial menangkap pelajaran lewat materi suara-suara yang khas.karakteristik model belajar auditorial ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Ciri ciri siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditoril menurut Bobbi De Porter ( 2000 ) adalah : a. Berbicra sendiri ketika mengerjakan tugas. b. Mudah terganggu dengan keributan. c. Menggerakkan bibir saat mereka membaca. d. Senang membaca dengan keras. e. Kesulitan dalam menulis. f. Berbicara dengan fasih. g. Belajar dengan memdengarkan. h. Suka berbicara dan berdiskusi. i. Lebih suka mengeja dengan keras daripada menulisnya. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, siswa auditorial menitik beratkan pada indra pendengaran, dimana telinga sangat mendukung aktifitas belajar siswa auditorial ini. Kebanyakan siswa 25

22 auditorial ini kurang konsentrasi belajar pada saat kelas dalam keadaan gaduh, mereka sangat menyenangi suasana kelas yang kondusif dan dalam keadaan tenang. Siswa auditorial ini lebih suka membaca dengan suara keras. Dan yang menjadi keunikan dari siswa auditorial ini adalah cenderung lebih suka mendengarkan teman membaca materi pelajaran, ketimbang membaca sendiri. Karena bagi siswa auditorial ini membaca merupakan salah satu kegiatan yang kurang menyengkan, siswa auditorial dapat konsentrasi dengan baik pada saat belajar, akan tetapi harus di dukung suasana yang tenang dan tanpa ada suara yang dapat mengganggu konsentrasinya. C. Gaya belajar kinestetik Kinestetik adalah cara menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik (Akbar Zainudin, 2010). Bentuk kecerdasan ini karena terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas-aktivitas belajar baik di dalam kelas maupun dirumah. Menurut pendapat DePorter & Mike ( 2008 ) siswa-siswi kinestetik cenderung belajar dengan menyentuh, bekerja dan lebih banyak bergerak. Sementara Gunawan ( 2006 ) menyatakan bahwa orang kinestetik sangat peka terhadap perasaan atau emosi dan pada sensasi sentuhan dan gerakan. 26

23 Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari kinestetik adalah bentuk kecerdasan karena terjadinya hubungan antara pikiran dan gerak tubuh yang lebih banyak bergerak. Hiatono santoso ( 2009 ) berpendapat kinestetik adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan dan sensasi tubuh. Istilah kinestetik juga digunakan untuk melingkupi semua jenis dari perasaan termasuk di dalamnya perasaan sentuhan, sensasi oleh rangsangan dan perasaan dari dalam. Menurut Frans M. Royan (2000) bahwa orang gaya belajar kinestetik adalah orang yang lebih suka menggunakan berbagai sentuhan dalam menerima dan mengolah informasi. Siswa yang cenderung memiliki gaya belajar kinestetik ini lebih menitik beratkan ketajaman indra peraba. Bobbi De Porter (2000) mengatakan untuk dapat menerapkannya dalam pembelajaran, kepada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, guru dapat melakukannya dengan menggunakan berbagai model peraga, semisal bekerja di laboratorium atau belajar yang membolehkannya bermain. Cara sederhana yang juga bisa ditempuh adalah secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu belajarnya. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa gaya belajar kinestetik dapat diartikan sebagai cara belajar yang digunakan anak ialah 27

24 memastikan apa yang disentuh dan mengingat apa yang lakukan. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik sangat mengandalkan indra peraba mereka untuk menangkap informasi dan mengolah informasi tersebut secara baik. Ciri- ciri siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik menurut Bobbi De Porter (2000 ) adalah sebagai berikut : a. Berbicara dengan berlahan. b. Menanggapi perhatian fisik. c. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. d. Menghafal dengan cara berjalan. e. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca. f. Banyak menggunakan isyarat tubuh. g. Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama Perbedaan Masing-Masing Gaya belajar Menurut pendapat beberapa ahli, perbedaan masing-masing gaya belajar dapat dilihat dari berbagai hal yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Ciri- ciri tipe kecenderungan gaya belajar dilihat dari kegiatan yang sering dilakukan (Rose dan Malcolm, 2002) dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini. 28

25 v Suka membaca (menyukai/menikmati bacaan), menonton televise, menonton film (pergi ke bioskop), menerka teka-teki atau mengisi TTS, lebih suka membaca ketimbang dibacakan. Lebih suka memperhatikan ekspresi wajah ketika berbicara dengan orang lain atau membacakan bacaan kepadanya. Tabel 2.1 Ciri-ciri tipe kecenderungan gaya belajar Visual Auditori Kinestetik v Suka mendengar radio, musik, v Menyukai kegiatan sandiwara, drama atau lakon, aktif baik social maupun debat. (Anak-anak auditori suka olahraga, seperti menari cerita yang dibacakan kepadanya dan lintas alam. v Mengingat orang melalui penglihatan- tak pernah lupa wajah. Mengingat kata-kata dengan melihat dan biasanya bagus dalam mengeja atau melafalkan-tetapi perlu waktu lebih lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan awalnya. v Kalau memberi/ menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar v Selera pakaian: bergaya. Penampilan penting. Warna pilihannya sesuai, tertata atau terkoordinasi. v Menyatakan emosi melalui ekspresi muka v Menggunakan kata dan ungkapan seperti: melihat, menonton, menggambarkan, sudut pandang, mencerahkan, perspektif, mengungkapkan, tampak bagiku, meneropong, terang ibarat Kristal, focus, cemerlang, bersemangat, pandangan dari atas, pendek akal, suka pamer. v Aktivitas kreatif: menulis, menggambar, melukis, dengan berbagai ekspresi. v Ingat dengan baik nama orang. Bagus dalam mengingat fakta. Suka berbicara dan punya perbendaharaan kata luas. v Menerima dan mmemberikan penjelasan arah dengan kata-kata (verbal)- Ambil arah kiri dan berjalanlah kira-kira dua blok sebelum belok ke kanan. Senang menerima instruksi secara verbal. v Selera: yang penting label! Mengetahui siapa perancangnya dan dapat menjealskan pilihan pakaiannya. v Mengungkapkan emosi secara verbal melalui perubahan nada bicara atau vokal v Ingat kejadian-kejadian; halhal yang terjadi. v Memberikan dan menerima penjelasan arah dengan mengikuti jalan yang dimaksud- lebih mudah apabila anda mengikuti saya saja. v Selera: nyaman dan rasa bahan lebih penting daripada gaya. v Mengungkapkan emosi melalui bahasa tubuh, gerak/nada otot v Menggunakan kata-kata dan v Menggunakan kata dan ungkapan-ungkapan ungkapan seperti: merassa, seperti:kedengarannya benar, menyentuh, menangani, mulai membangkitkan lonceng, dari awal, menaruh kartu di mendengar apa yang anda meja, meraba, memegang, katakana, seperti music bagi memetik dawai, mendidihkan, telinga saya, ceritakan, dengarkan, bergandeng tangan, mengatasi, pesan tersembunyi (tersirat), menahan, tajam laksana pisau. panggil, lantang dan jelas, omong kosong, alasan/nalar, lebih dari cukup, teguran, ungkapkan diri anda, jaga lidah anda, cara berbicara, member perhatian, berkata benar, lidah kelu, tulikan telinga. v Aktivitas kreatif: menyanyi, mendongeng (mengobrol apa v Aktivitas kreatif: kerajinan tangan, berkebun, menari, 29

26 merancang (mendesain), melukis saja), bermain musik, membuat di udara berita lucu, berdebat, berfilosofi. v Menangani proyek-proyek v Menangani proyek-proyek dengan merencanakan dengan berpijak pada prosedur, sebelumnya, meneliti gambaran memperdebatkan masalah, menyeluruh -nya. mengatasi solusi verbal. Mengorganisasikan rencana permainan dengan menghimpun daftarnya lebih dahulu. Berorientasi detail. v Cenderung berbicara cepat tetapi mungkin cukup pendiam di dalam kelas v Berhubungan dengan orang lain lewat kontak mata dan ekspresi wajah v Saat diam suka melamun atau menatap ke angkasa v Menjalankan bisnis atas dasar hubungan personal antarwajah v Punya ingatan visual bagus, ingat dimana meninggalkan sesuatu beberapa hari yang lalu v Merespon lebih bagus ketika anda perlihatkan sesuatu ketimbang cerita tentangnya v Berbicara dengan kecepatan sedang. Suka berbicara bahkan di dalam kelas v Berhubungan dengan orang lain lewat dialog, diskusi terbuka v Dalam keadaan diam suka bercakap-cakap dengan dirinya sendiri atau bersenandung v Suka menjalankan bisnis melalui telepon v Cenderung mengingat dengan baik dan menghafal kata-kata dan gagasan-gagasan yang pernah diucapkan v Merespon lebih baik tatkala mendengar informasi ketimbang membaca berolahraga. v Menangani proyek langkah demi langkah. Suka menggulung lengan bajunya dan terlibat secara fisik. v Berbicara agak lambat v Berhubungan dengan orang lain lewat kontak fisik, mendekat/ akrab, menyentuh v Dalam keadaan diam selalu merasa gelisah; tidak bisa duduk tenang v Suka melakukan urusan seraya mengerjakan sesuatu, suka berjalan-jalan saat bermain golf v Ingat lebih baik menggunakan alat bantu belajar tiga dimensi v Belajar konsep lebih baik dengan menangani objek secara fisik (contoh, Dalai Lama dan arlojinya) 2.3 Penelitian Relevan Bebepara penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah 1 Perbedaan prestasi belajar mata pelajaran sejarah berdasarkan gaya belajar visual, auditori, kinestetik siswa kelas X SMU N 11 Malang(Irma Mulyati, 2011). Dengan hasil bahwa siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditori memiliki nilai lebih unggul dari pada siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. 30

27 2 Pengaruh penggunaan multimedia berbasis computer dan media pembelajaran tiga dimensi terhadap prestasi belajar ilmu pengetahuan alam siswa kelas IV Sekolah Dasar di Girimarto Wonogiri ditinjau dari gaya belajar siswa (Fety Marhayuni, 2012). Dengan hasil terdapat perbedaan antara gaya belajar siswa visual, auditori, kinestetik terhadap prestasi belajar ilmu pengetahuan alam. Hal ini ditunjukkan dengan hail F hitung (38,44) > F tabel (4,00) dengan nilai rata-rata siswa visual sebesar 75,70, siswa auditori sebesar 62,25,dan siswa kinestetik sebesar 57, Kerangka Berpikir Belajar merupakan kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses interaksi siswa dengan lingkungan belajar akan menghasilkan sebuah prestasi belajar. Prestasi belajar adalah tolok ukur dalam proses belajar mengajar. Belajar dapat dikatakan berhasil jika siswa mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar tersebut berhasil dan sebaliknya bila prestasi belajar belajar siswa rendah berarti proses belajar mengalami kegagalan. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa salah satunya adalah gaya belajar siswa. Terdapat tiga jenis kecenderungan gaya belajar yang dimiliki oleh sisiwa yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya 31

28 belajar kinestetik. Dari kerangka berpikir diatas maka dapat digambarkan pada gambar diagram yang dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut Gambar 2.1 Gambar kecenderungan gaya belajar dan prestrasi belajar Gaya Belajar Gaya Belajar Visual Auditori Kinestetik PRESTASI BELAJAR 32

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Available online at  Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 82 Available online at www.journal.unrika.ac.id Jurnal KOPASTA Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Junierissa Marpaung* Division of Counseling and

Lebih terperinci

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan : 1 MODALITAS BELAJAR Nama : Faridatul Fitria NIM : 152071200008 Prodi/SMT : PGMI A1/ V Email Ringkasan : : faridatulfitria05@gmail.com Artikel ini membahas tentang modalitas belajar. Definisi model belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik informasi yang berupa ilmu pengetahuan umum, teknologi, maupun yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Belajar 1.1 Defenisi Menurut Winardi A (2008) Gaya belajar adalah cara yang digunakan seseorang dalam menyerap informasi baru dan sulit, bagaimana mereka berkosentrasi, memperoses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Belajar dan Tipe Belajar 1.1 Defenisi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan sekaligus pembelajaran. Pendidikan dan pembelajaran dapat diberikan sejak anak masih kecil sampai anak menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR 19 BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR A. Gaya Belajar 1. Pengertian Gaya Belajar Gaya adalah sikap, tingkah laku, ragam dan cara melakukan. 1 Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Gaya Belajar 2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning

Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning Insight Institute Memulai Pengajaran/ pelatihan Kunci Mulailah tepat waktu Perlakuan dengan semua audience Membangun Hubungan baik Bangun kredibilitas anda.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA JPPM Vol. 10 No. 2 (2017) IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA Yusri Wahyuni Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaankepercayaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaankepercayaan, 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar 1. Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL RATRI CANDRA HASTARI 1 1 STKIP PGRI TULUNGAGUNG 1 ratricandrahastari@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Quantum Teaching Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang

Universitas Negeri Malang LANDASAN TEORETIK-KONSEPTUAL Pemanfaatan Multimedia dalam pembelajaran Nyoman S. Degeng Teknolog Pembelajaran Universitas Negeri Malang Kita ada di mana sekarang????????????? Era pertanian Era industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Dengan demikian dalam program pembangunan masalah pendidikan mendapatkan

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016 STKIP PGRI Banjarmasin PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan analisis hasil penelitian, berdasarkan hasil penelitian pada bab tiga yang akan didasarkan pada teori di bab dua. Pada keempat ini penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin disibel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin disibel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kedisiplinan 2.1.1 Pengertian Disiplin Belajar Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin disibel yang berarti Pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Belajar 1.1. Definisi Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

Lebih terperinci

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi teori 1. Prestasi belajar listrik otomotif a. Pengertian prestasi belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan pendidikan lanjutan, hal ini menyebabkan beberapa mahasiswa baru mengalami kegagalan dalam belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih modern

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap proses pembelajaran, terutama pembelajaran di sekolah akan dilihat hasil belajarnya. Untuk mengetahui hasil belajar siswa bisa dilakukan melalui tes, misalnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : TRI WULANDARI F 100 030 247 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit PENDAHULUAN 1 Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit 2 Setiap siswa memproses informasi secara berbeda Jika guru hanya menggunakan satu gaya belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan secara rinci mengenai latar belakang, rumusan masalah serta tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Mahasiswa, pada tingkat perguruan tinggi adalah orangorang

Lebih terperinci

Belajar yang Efektif dan Kreatif

Belajar yang Efektif dan Kreatif Belajar yang Efektif dan Kreatif http://staff.uny.ac.id/dosen/agus-triyanto-mpd Pertanyaan-Pertanyaan Apa yang Anda harapkan sebelum memasuki SMKN 6 Yogyakarta? Apakah harapan Anda sudah sebagian atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mutu pendidikan atau kualitas pendidikan yang diwakili oleh hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: Tiap-tiap warga. Negara berhak mendapat pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: Tiap-tiap warga. Negara berhak mendapat pengajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan tujuan pendidikan nasional Undang-undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1:8 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra,

Lebih terperinci

Dari beberapa definisi tersebut maka pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang mempelajari

Dari beberapa definisi tersebut maka pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang mempelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini terdiri dari pengertian, ruang lingkup dan tujuan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Pengertian, sintaks, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran VAK (Visual

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SUMIARTI, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SUMIARTI, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan terdiri dari input proses output. Maksudnya yaitu pendidikan terdiri input yaitu siswa dengan berbagai latar belakangnya, proses yaitu kegiatan

Lebih terperinci

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberbagai tingkat pendidikan, masih banyak ditemukan hasil belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan, seseorang diharapkan membangun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia

JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia Kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah nafas kehidupan dari sebuah lembaga pendidikan. Dapatkan saudara membayangkan sebuah universitas tanpa adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami aspek-aspek yang akan diperbaharui agar dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. memahami aspek-aspek yang akan diperbaharui agar dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut satu sama lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Ary Herlina Kurniati HM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dan tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Munandar (2009), kreativitas merupakan kemampuan umum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang membawakan hasil belajar yang sesuai yang dengan diharapkan. Belajar adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran. a. Pengertian Pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013

KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013 KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013 Anak Belajar dari Kehidupannya Children Learn What They Live (by Dorothy Law Nolte) Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan dilaksanakan untuk maksud yang positif dan konstruktif yang pelaksanaannya diarahkan untuk membimbing, membina manusia dalam kehidupan nyata.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Masalah pada umumnya merupakan sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Siswono (dalam Ilmiyah dan Masriyah: 2013) mengemukakan bahwa masalah

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 10 No 1 (2016) 90-100 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jppi PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP

Lebih terperinci

Rapi Us. Djuko Dosen FIP Jur. PAUD

Rapi Us. Djuko Dosen FIP Jur. PAUD MENINGKATKAN MINAT MEMBACA PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR DI PAUD ANDINI KELURAHAN BULOTADAA TIMUR KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO Rapi Us. Djuko Dosen FIP Jur. PAUD Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar

Lebih terperinci