BAB II KAJIAN TEORITIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Masalah pada umumnya merupakan sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Siswono (dalam Ilmiyah dan Masriyah: 2013) mengemukakan bahwa masalah merupakan suatu situasi atau pertanyaan yang dihadapi seseorang atau kelompok dimana aturan dan langkah tertentu dalam memecahkan masalah belum diketahui secara pasti untuk menentukan jawabannya. Sehingga, tidak semua persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dapat dikatakan sebuah masalah. Hal ini senada dengan pendapat Cooney (Shadiq, 2004: 10), menyatakan bahwa for a question to be a problem, it must present a challenge that cannot be resolved by some routine procedure known to the student. (Suatu pertanyaan akan menjadi sebuah masalah jika menunjukkan adanya sesuatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan melalui prosedur rutin yang telah diketahui oleh siswa). Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pertanyaan atau kondisi yang dihadapi oleh seseorang dikatakan suatu masalah jika orang tersebut tidak bisa menemukan secara langsung prosedur atau langkah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahannya itu. Setiap masalah tentu menuntut adanya suatu solusi. Untuk mencapai solusi permasalahan tersebut diperlukan adanya proses pemecahan masalah. Pemecahan masalah dijelaskan sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan 7

2 untuk mencapai suatu tujuan yang tidak mudah dicapai (Polya, 1973). Tahapan pemecahan masalah berdasarkan Polya dibagi menjadi empat tahap penting, yaitu: 1. Memahami Masalah (understanding the problem) Tahap memahami soal menurut Polya ialah bahwa siswa harus dapat memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut. 2. Membuat Rencana (devising a plan) Menurut Polya pada tahap perencanaan penyelesaian, siswa harus dapat memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. 3. Melaksanakan Rencana (carrying out the plan) Yang dimaksud tahap melaksanakan rencana adalah siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai. Pada tahap ini siswa harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku, dalam arti rumus-rumus yang akan digunakan sudah merupakan rumus yang siap untuk digunakan sesuai dengan apa yang digunakan dalam soal, kemudian siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus ke rencana pemecahannya, setelah itu baru siswa melaksanakan langkah-langkah rencana sehingga akan diharapkan dari soal dapat dibuktikan atau diselesaikan. 4. Memeriksa Kembali (looking back) Pada tahapan ini siswa harus berusaha mengecek ulang jawaban yang telah diperoleh dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukannya. 8

3 Berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya, pada penelitian ini indikator yang ingin diketahui oleh peneliti pada waktu siswa mengerjakan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Tahap Pemecahan Masalah Indikator I Memahami Masalah Siswa dapat menyebutkan atau menuliskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan. II Membuat Rencana Penyelesaian Siswa dapat membuat rencana penyelesaian masalah dari hal-hal yang diketahui untuk pemecahan masalah. III Melaksanakan rencana Siswa dapat melaksanakan pemecahan masalah melalui rencana yang telah dibuat. IV Memeriksa Kembali Jawaban Siswa dapat melakukan pemeriksaan kembali terhadap jawaban yang sudah ada. Dalam proses pemecahan masalah matematis tentu dibutuhkan sebuah kemampuan, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis. Kemampuan diartikan sebagai kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan maupun praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Sedangkan, pemecahan masalah matematis merupakan kegiatan menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan memeriksa kembali jawaban. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kecakapan atau potensi yang dimiliki seseorang atau siswa dalam menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan memeriksa kembali jawaban. 9

4 B. Gaya Belajar V-A-K Otak merupakan organ utama yang dimiliki manusia untuk belajar, karena seluruh pembelajaran terjadi di dalamnya dan di simpan. Memahami proses belajar di dalam otak, memahami keberagaman manusia, dan kebutuhankebutuhan belajar mereka yang berbeda amatlah penting bagi seorang pendidik (Prashnig, 1998). Karena hal ini akan mengarah pada praktik pengajaran yang lebih baik. Dalam bukunya yang berjudul The Power of Learning Styles, Prashnig (1998) mengungkapkan bahwa peran guru yang akrab dengan otak akan melakukan hal-hal sebagai berikut: Memberi tahu para siswa cara memanfaatkan kekuatan gaya belajar yang dimiliki demi kepentingan mereka ketika belajar di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja; Memberi pilihan-pilihan kegiatan yang melibatkan karakter visual, auditori, kinestetik, maupun taktil secara rutin; Melekatkan materi baru ke dalam seluruh indera, emosi, dan pengalamanpengalaman nyata (konkret); Membantu siswa dalam memahami gaya belajarnya sendiri dan menjelaskan bahwa semua gaya belajar adalah normal, sah, dan sama berharganya; Mengajarkan cara menghargai keunikan setiap manusia, potensi, dan kompleksitas. 1. Pengertian Gaya Belajar Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing, terutama dalam proses pembelajaran. Salah satu keunikan tersebut ialah cara belajar siswa atau 10

5 yang lebih dikenal dengan gaya belajar. Sebagian besar siswa belajar dengan berbagai macam gaya, namun tetap saja pada kenyataannya salah satu gaya lebih dominan daripada yang lainnya. De Porter dan Hernacki (2003) mengungkapkan bahwa gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap, mengatur, hingga mengolah suatu informasi. Senada dengan De Porter dan Hernacki, gaya belajar didefinisikan sebagai cara terbaik seseorang dalam mendapatkan informasi (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan: 2007). Definisi lebih jelas dikemukakan oleh Ghufron dan Risnawita (2014) bahwa gaya belajar merupakan cara yang digunakan seseorang dalam belajar, berkonsentrasi pada proses dan penguasaannya terhadap sesuatu hal. Menurut Windura (2008) gaya belajar individu atau personal learning style merupakan pilihan modal belajar yang utama dan selaras dengan buku manual otak seseorang. Sedangkan Krishnawati dan Suryani (2010) mengungkapkan bahwa gaya belajar merupakan perpaduan dari tiga kecenderungan dalam mengolah informasi melalui indera penglihatan, pendengaran, atau melalui tangan/tubuh. Levefer (2004) memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam melihat atau merasakan hal-hal terbaik dan kemudian diproses atau digunakan sesuai apa yang dilihatnya, sebagaimana dikemukakannya bahwa A learning style is the way in which the person sees or perceives things best and then processes or uses what has been seen. Dari pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan cara yang dimiliki oleh setiap individu dalam belajar untuk 11

6 memproses, mendalami, dan mengolah informasi dengan mudah. Dalam penelitian ini gaya belajar yang akan digunakan yaitu pendekatan gaya belajar dengan modalitas sensori yang dikembangkan oleh Bandler dan Grinder pada tahun 1970-an. Gaya belajar yang dikembangkan dibagi dalam tiga jenis, yaitu gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. 2. Gaya Belajar Visual Menurut Windura (2008) gaya belajar visual adalah gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indera penglihatan, baik berupa gambar maupun tulisan. Zahar (2009) mengungkapkan bahwa gaya belajar visual merupakan modalitas yang lebih mudah mengingat gambar, mengakses gambar, warna, bentuk, bangun ruang dua dimensi dan tiga dimensi. Senada dengan itu, De Porter dan Hernacki (2003) dalam bukunya yang berjudul Quantum Learning mengemukakan bahwa orang-orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Sehingga, dari pendapat-pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan cara belajar seseorang yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan dalam menerima dan mengolah informasi. Siswa dengan gaya belajar visual (visual learner) dapat diartikan sebagai individu yang lebih dominan menggunakan indera penglihatannya ketika belajar. Berikut ini ciri-ciri individu dengan gaya belajar visual yang dikemukakan oleh De Porter dan Hernacki (2003: ), diantaranya ialah: a. Rapi dan teratur. b. Berbicara dengan cepat. c. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik. 12

7 d. Teliti terhadap detail. e. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi. f. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka. g. Mengingat apa yang dilihat, daripada apa yang didengar. h. Mengingat dengan asosiasi visual. i. Biasanya tidak terganggu oleh keributan. j. Mempunyai masalah mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya. k. Pembaca cepat dan tekun. l. Lebih suka membaca daripada dibacakan. m. Membutuhkan pandangan dann tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek. n. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat. o. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain. p. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak. q. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato. r. Lebih suka seni daripada musik. 3. Gaya Belajar Auditori Windura (2008) memandang bahwa indera pendengaran lebih dominan digunakan oleh seseorang yang memiliki gaya belajar auditori, diantaranya berupa suara, bunyi, music atau pembicaraan lisan. Senada dengan Windura, 13

8 menurut Zahar (2009) gaya belajar auditori merupakan modalitas yang berhubungan dengan berbagai jenis bunyi, nada, irama, dan mengingat katakata. Selain itu, menurut De Porter dan Hernacki (2003) pelajar auditori melakukan kegiatan belajar melalui apa yang didengarnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar auditori adalah cara belajar seseorang baik dalam menerima maupun mengolah informasi lebih dominan menggunakan indera penglihatannya. Auditory learner atau siswa dengan gaya belajar auditori merupakan individu yang dominan menggunakan indera pendengarannya ketika belajar. De Porter dan Hernacki (2003: 118) mengutarakan ciri-ciri individu dengan gaya belajar auditori adalah sebagai berikut: a. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja. b. Mudah terganggu oleh keributan. c. Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca. d. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. e. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara. f. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita. g. Berbicara dalam irama yang terpola. h. Biasanya pembicara yang fasih. i. Lebih suka musik daripada seni. j. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat. 14

9 k. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. l. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain. m. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. n. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. 4. Gaya Belajar Kinestetik Menurut Windura (2008) gaya belajar kinestetik lebih dominan menggunakan gerakan atau praktik langsung dan juga kekuatan perasaan. Sama halnya dengan Windura, gaya belajar kinestetik menurut Zahar (2009) dianggap sebagai suatu modalitas yang berhubungan dengan koordinasi gerakan, irama, kenyamanan fisik serta peran emosionil. De Porter dan Hernacki (2003) menegaskan bahwa melalui sentuhan dan gerakanlah pelajar kinestetik belajar. Dari pendapat-pendapat para ahli yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar kinestetik adalah cara belajar seseorang yang lebih mudah menerima dan mengolah informasi dengan banyak praktik dan kenyamanan fisik. Siswa dengan gaya belajar kinestetik atau kinestethic learner merupakan individu yang lebih dominan menggunakan gerakan dalam proses belajarnya. Ciri-ciri individu dengan gaya belajar kinestetik menurut De Porter dan Hernacki (2003: ), diantaranya: a. Berbicara dengan perlahan. b. Menanggapi perhatian fisik. c. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka. 15

10 d. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang. e. Selalu beroroentasi pada fisik dan banyak bergerak. f. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar. g. Belajar melalui memanipulasi dan praktik. h. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat. i. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. j. Banyak menggunakan isyarat tubuh. k. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama. l. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu. m. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. n. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca. o. Kemungkinan tulisannya jelek. p. Ingin melakukan segala sesuatu. q. Menyukai permainan yang menyibukkan. C. Gender Menurut Desmita (2009) istilah gender diartikan sebagai sikap dan tingkah laku yang berhubungan dengan perempuan atau laki-laki. Pengarusutamaan Gender (2010: 11-12) memberikan penjabaran mengenai definisi gender, diantaranya ialah sebagai berikut: 16

11 1. Gender adalah karakteristik sosial sebagai laki-laki dan perempuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat budaya melalui sosialisasi yang diciptakan oleh keluarga dan/atau masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya, interpretasi agama, struktur sosial, dan politik. 2. Gender merupakan perbedaan karakteristik sosial yang membedakan laki-laki dan perempuan. Hyde menjelaskan bahwa perbedaan kognitif antara laki-laki dan perempuan cenderung kecil. Sebagai contoh, Hyde menyatakan skor kemampuan matematis dan visuospasial antara laki-laki dan perempuan memiliki selisih yang tipis (Santrock, 2007). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gender merupakan perbedaan jenis kelamin seseorang yaitu laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan istilah gender untuk membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam dimensi biologis saja. D. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 1. Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 17

12 KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. 2. Kompetensi Dasar 3.2 Menentukan nilai variabel persamaan linear dua variabel dalam konteks nyata. 4.1 Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear dua variabel. 3. Indikator Menghitung nilai variabel dari masalah SPLDV dengan metode substitusi Menghitung nilai variabel dari masalah SPLDV dengan metode eliminasi Menghitung nilai variabel dari masalah SPLDV dengan metode grafik Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV dengan metode campuran 4. Materi Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua variabel dan pangkat masing-masing variabelnya satu. Sedangkan, sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu sistem persamaan yang terdiri atas 18

13 dua buah persamaan linear dengan dua variabel yang hanya mempunyai satu penyelesaian. Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel: } Ada empat metode penyelesaian dalam SPLDV, diantaranya: a. Metode Substitusi Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi dilakukan dengan cara mengganti (mensubstitusikan) salah satu variabel dengan variabel lainnya. b. Metode Eliminasi Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan (mengeliminasi) salah satu variabel. c. Metode Grafik Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode grafik dilakukan dengan cara membuat grafik dari kedua persamaan yang diketahui dalam satu diagram. Koordinat titik potong kedua garis yang telah dibuat merupakan penyelesaian dari sistem persamaan. d. Metode Campuran Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode campuran merupakan perpaduan antara metode eliminasi dan metode substitusi. Dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linear dua variabel terdapat beberapa penyebab kesalahan yang sering dihadapi siswa berdasarkan hasil penelitian Ayunanda (2012), diantaranya: 19

14 1. Siswa tergesa-gesa/kurang konsentrasi membaca soal. 2. Ketidakcermatan siswa dalam mengidentifikasi fakta dan masalah pada soal. 3. Kebingungan yang dialami siswa dalam mengubah kalimat menjadi model matematika. 4. Siswa tidak terbiasa menuliskan keterangan dari variabel pada model matematika yang dibuat. 5. Siswa tergesa-gesa dalam menyelesaikan model matematika. 6. Kesalahpahaman yang terjadi ketika menyimpulkan jawaban. 7. Siswa tidak mengecek kembali pekerjaanya. 8. Mencari solusi permasalahan berdasarkan perkiraan saja. 9. Tidak mampu menuangkan proses perhitungan yang ada di pikiran kedalam bentuk tulisan. 10. Kurang gigih dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapi. 11. Kurang teliti saat menyelesaikan model matematika. Hal ini bisa jadi disebabkan juga karena siswa kurang diberi permasalahan yang menuntut mereka untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah atau menjadi problem solver. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini menggunakan soal tes pemecahan masalah dengan materi sistem persamaan linear dua variabel yang diharapkan dapat menggali kemampuan pemecahan masalah siwa secara maksimal sesuai gaya belajar dan gendernya. 20

15 E. Penelitian Relevan Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan gaya belajar maupun gender sudah cukup banyak dilakukan. Salah satunya ialah penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Pratitis (2012) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara gaya belajar dari tipe kepribadian dan jenis kelamin. Penelitian ini juga menyebutkan faktor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah dengan mengenal dan memahami bahwa setiap individu baik perempuan maupun laki-laki adalah unik dengan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Persamaannya dengan penelitian ini adalah memandang siswa laki-laki maupun perempuan memiliki sebuah keunikan gaya belajar dalam dirinya. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini tidak mengkaji tipe kepribadian akan tetapi kemampuan pemecahan masalah siswanya. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhu (2007) yang menegaskan bahwa siswa perempuan dan laki-laki memiliki kecenderungan yang berbeda dalam penggunaan strategi pemecahan masalah. Persamaannya dengan penelitian ini adalah pebedaan gender siswa berpengaruh pada proses berpikirnya, sehingga akan menimbulkan perbedaan pula pada pemilihan strategi pemecahan masalahnya. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak hanya menganalisa perbedaan gender dalam pemecahan masalah saja, namun juga ditinjau dari perbedaan gaya belajar V-A-K siswa. Sejalan dengan Zhu, Ilmiyah dan Masriyah (2013) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan dalam proses pemecahan masalah berdasarkan tahapan 21

16 pemecahan masalah Polya dari subjek yang memiliki gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Kesamaan dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan tahapan Polya dan ditinjau dari gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Penelitian Soenarjadi (2013) menyimpulkan secara umum profil pemecahan masalah geometri antara subjek visual laki-laki (VL) dan visual perempuan (VP) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, antara subjek kinestetik laki-laki (KL) dan subjek kinestetik perempuan (KP) menunjukkan perbedaan yaitu subjek kinestetik laki-laki (KL) lebih unggul dalam melakukan visual spasial dan subjek kinestetik perempuan lebih teliti, cermat, dan seksama. Pada penelitian ini, materi yang digunakan ialah sistem persamaan linear dua variabel bukan geometri sedangkan persamaannya ialah kemampuan pemecahan masalah matematis yang diteliti ditinjau dari gaya belajar dan gender siswa. Dari beberapa penelitian yang relevan, peneliti sangat tertarik untuk melakukan analisis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ditinjau dari gaya belajar dan gender pada materi sistem persamaan linear dua variabel. F. Kerangka Pikir Masalah dalam matematika dapat diartikan sebagai soal non rutin yang memberikan tantangan tersendiri untuk dapat diselesaikan. Sehingga kegiatan pemecahan masalah perlu dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan. Pemecahan masalah merupakan langkah untuk 22

17 menyelesaikan situasi yang dihadapi oleh seseorang dan belum diketahui cara/strategi yang digunakan untuk menyelesaikannya. Untuk menyelesaikan suatu masalah menurut Polya (1973) ada empat tahapan penting yang perlu dilakukan yaitu memahami masalah (understanding the problem), merencanakan penyelesaian (devising a plan), melaksanakan rencana (carrying out the plan), dan memeriksa kembali (looking back). Pada jenjang SMP, pembelajaran matematika dirasa lebih kompleks oleh kebanyakan siswa, karena siswa mulai mengenal adanya variabel pada soal. Variabel erat kaitannya dengan pokok bahasan aljabar yang memang harus dikuasai oleh siswa pada jenjang ini. Selain itu aljabar juga berkaitan dengan materi sistem persamaan linear satu variabel yang merupakan mata pelajaran wajib di kelas VII semester 2. Oleh karena itu, akan dilihat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel yang merupakan mata pelajaran wajib yang diberikan kepada siswa pada kelas VIII semester 2. Siswa berpikir, memahami, memproses, dan memecahkan masalah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya ialah gaya belajar siswa. Hasil riset menunjukkann bahwa siswa yang belajar sesuai gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes akan memberikan hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar tidak sejalan dengan gaya belajarnya (Gunawan: 2003). Hingga saat ini telah banyak cara yang dilakukan untuk mengkategorikan cara manusia belajar dan memperoleh informasi. Beragam gaya belajar yang ada memiliki kelebihannya masing-masing. Walaupun begitu hal 23

18 yang paling penting dipahami ialah bagaimana cara kita mengamalkan pengetahuan mengenai gaya belajar ini untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Secara garis besar ada tujuh pedekatan gaya belajar yang dikenal termasuk gaya belajar V-A-K (visual, auditori, dan kinestetik) yang akan digunakan dalam penelitian ini. Gaya belajar V-A-K dikembangkan oleh Bandler dan Grinder dengan pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori yakni menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Siswa merupakan individu yang unik dengan segala macam perbedaannya termasuk cara mereka belajar, memperoleh, dan mengolah informasi. Oleh karena itu, subjek dalam penelitian ini diambil untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual, siswa yang memiliki gaya belajar auditori, dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Selain gaya belajar, pembelajaran matematika biasanya dipengaruhi juga oleh faktor gender. Sebagaimana yang telah diketahui, banyak riset yang membuktikan bahwa prestasi siswa laki-laki cenderung lebih unggul dibandingkan siswa perempuan pada mata pelajaran matematika. Sehingga, ada kemungkinan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa juga dipengaruhi oleh gender siswa. Oleh karena itu, penelitian ini akan meninjau kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau dari dua faktor, yakni gaya belajar dan gender siswa. Hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang berupa aktivitas-aktivitas pada tahap memahami masalah (understanding the problem), membuat rencana penyelesaian (devising a 24

19 plan), melaksanakan rencana (carrying out the plan), dan memeriksa kembali jawaban (looking back) untuk siswa laki-laki maupun perempuan yang memiliki gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Diharapkan dengan mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siwa untuk masing-masing kelompok gaya belajar dan gender dapat membantu siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa diharapkan juga dapat mengoptimalkan cara belajar yang lebih dominan agar dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Bagi guru diharapkan dengan mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau dari gaya belajar dan gender dapat lebih mengoptimalkan proses pembelajaran serta memahami perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa. 25

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak yang memiliki peranan penting dalam kehidupan, baik dalam bidang pendidikan formal maupun non formal. Sekolah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong siswa untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang akan dicapai. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR Sailatul Ilmiyah 1, Masriyah 2 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya email : sailatul@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan)

BAB II KAJIAN TEORITIK. Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan) 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut Shadiq (2014), sesungguhnya ada perbedaan antara soal dan masalah. Soal adalah segala sesuatu yang menuntut jawaban. Sebagian besar

Lebih terperinci

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Available online at  Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 82 Available online at www.journal.unrika.ac.id Jurnal KOPASTA Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Junierissa Marpaung* Division of Counseling and

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual. 1) Hakikat Belajar. Syah (2009) berpendapat belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang

Universitas Negeri Malang LANDASAN TEORETIK-KONSEPTUAL Pemanfaatan Multimedia dalam pembelajaran Nyoman S. Degeng Teknolog Pembelajaran Universitas Negeri Malang Kita ada di mana sekarang????????????? Era pertanian Era industri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Gaya Belajar 2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

Lebih terperinci

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNANETRA

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNANETRA - 318 - I. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SMALB TUNANETRA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA JPPM Vol. 10 No. 2 (2017) IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA Yusri Wahyuni Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP... Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VII / 1 Materi Pokok : Perbandingan dan Skala Alokasi Waktu : 1 JP x 30 Menit ( 1 kali pertemuan

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

Belajar yang Efektif dan Kreatif

Belajar yang Efektif dan Kreatif Belajar yang Efektif dan Kreatif http://staff.uny.ac.id/dosen/agus-triyanto-mpd Pertanyaan-Pertanyaan Apa yang Anda harapkan sebelum memasuki SMKN 6 Yogyakarta? Apakah harapan Anda sudah sebagian atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi matematis 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dan hubungan manusiawi guru dengan siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang

Lebih terperinci

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNADAKSA

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNADAKSA - 1528 - I. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SMALB TUNADAKSA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000).

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000). BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Representasi Matematis Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin,

Lebih terperinci

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNANETRA

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNANETRA - 351 - N. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNANETRA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan : 1 MODALITAS BELAJAR Nama : Faridatul Fitria NIM : 152071200008 Prodi/SMT : PGMI A1/ V Email Ringkasan : : faridatulfitria05@gmail.com Artikel ini membahas tentang modalitas belajar. Definisi model belajar

Lebih terperinci

4. Menentukan Himpunan Penyelesaian untuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

4. Menentukan Himpunan Penyelesaian untuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel BAHAN AJAR A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,

Lebih terperinci

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNADAKSA

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNADAKSA - 1561 - N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNADAKSA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial,

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA - 345 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Abstraksi Menurut Grey & Tall (2007) abstraction mempunyai dua arti, pertama sebagai proses melukiskan suatu situasi, dan kedua merupakan konsep

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNADAKSA

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNADAKSA - 1555 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMALB TUNADAKSA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Munandar (2009), kreativitas merupakan kemampuan umum

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY

Lebih terperinci

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko No. Kode Nama 1 A1 2 A2 3 A3 4 A4 5 A5 6 A6 7 A7 8 A8 9 A9 10 A10 11 A11 12 A12 13 A13 14 A14 15 A15 16 A16 17 A17 18 A18 19 A19 20 A20 21

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNADAKSA - 1495 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNADAKSA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan. Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Belajar 1.1 Defenisi Menurut Winardi A (2008) Gaya belajar adalah cara yang digunakan seseorang dalam menyerap informasi baru dan sulit, bagaimana mereka berkosentrasi, memperoses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : X / 2 (dua) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Geometri Ruang 1

Lebih terperinci

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMALB TUNANETRA

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMALB TUNANETRA - 300 - G. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) HO-3.1-2 RENN PELKSNN PEMELJRN (RPP) Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas Semester lokasi Waktu spek : Sekolah Menengah Pertama (SMP) : Prakarya : VII : 1 (satu) : 1 x pertemuan (2 jam pelajaran) : udidaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut Komaruddin (2002), analisis adalah kegiatan berpikir

Lebih terperinci

KI dan KD Matematika SMP/MTs

KI dan KD Matematika SMP/MTs KI dan KD Matematika SMP/MTs Kelas VIII Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

9. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

9. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan PERMENDIKBUD 68 TAHUN 2013 TENTANG KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SMP MTS HAL 80-85 9. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan KELAS VII KELAS VII KOMPETENSI INTI 1. Menghargai

Lebih terperinci

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMALB TUNARUNGU

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMALB TUNARUNGU - 689 - G. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMALB TUNARUNGU KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Belajar dan Tipe Belajar 1.1 Defenisi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR Hidayatulloh Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI RUPA)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI RUPA) SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI RUPA) Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII Kompetensi Inti : KI 1 :Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai perilaku

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen) 104 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen) Satuan Pendidikan : SMP IT Adzkia Sukabumi Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : VII / Genap Materi Pokok : Interaksi Mahluk Hidup Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil tes, wawancara, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Rincian kegiatan penelitian kegiatan Maret April Mei Juni Juli

Tabel 3.1 Rincian kegiatan penelitian kegiatan Maret April Mei Juni Juli BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara-cara yang akan dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Metode penelitian ini lebih cenderung sebagai pertanggungjawaban mengenai metode-metode

Lebih terperinci

11. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SMP/MTs

11. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SMP/MTs 11. KOMPETENSI INTI DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit PENDAHULUAN 1 Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit 2 Setiap siswa memproses informasi secara berbeda Jika guru hanya menggunakan satu gaya belajar

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan modifikasi dari limbah organik.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan modifikasi dari limbah organik. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (kerajinan) : VIII / Ganjil : Kerajinan modifikasi dari limbah organik.

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA - 287 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat perkembangan suatu bangsa. Banyak pihak sangat berharap bahwa pendidikan akan mampu memosisikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (Kerajinan) : VII / Ganjil : Kerajinan dari Bahan Serat Alam.

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SATUAN PELAJARAN: SMP KELAS : KOMPETENSI INTI : KI 1 : Menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai perilaku

Lebih terperinci

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa 1. Lembar Kerja Siswa 1. K s. Aritmatika Sosial. Harga Jual, Harga Beli, Untung, Rugi. Matematika.

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa 1. Lembar Kerja Siswa 1. K s. Aritmatika Sosial. Harga Jual, Harga Beli, Untung, Rugi. Matematika. Lampiran 2 L K s Lembar Kerja Siswa 1 Lembar Kerja Siswa 1 Aritmatika Sosial Harga Jual, Harga Beli, Untung, Rugi Matematika Kelas VII 1 Mata Pelajaran Hari / tanggal : Nama Anggota Kelompok : : Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK. : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kai Flanel).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK. : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kai Flanel). RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (kerajinan) : VIII / Ganjil : Kerajinan dari Bahan Tekstil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga mengenali tanda-tanda komponen, hubungannya

Lebih terperinci

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNANETRA

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNANETRA - 309 - H. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMALB TUNANETRA KELAS: X Tujuan Kurikulum mencakup empat Kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pembelajaran Alokasi Waktu :SMP Negeri 1 Bondowoso : IPA : VIII / DUA :SISTEM TRANSPORT PADA TUMBUHAN : 3 JP A. Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 3 (tiga) : Matematika : Wajib :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Representasi Matematis Janvier (Kartini, 2009) mengungkapkan bahwa konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep psikologi yang dipakai dalam pendidikan matematika

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 3 (tiga) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Lingkaran 1 Alokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Geometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik informasi yang berupa ilmu pengetahuan umum, teknologi, maupun yang lainnya.

Lebih terperinci

PENILAIAN KOMPETENSI KETERAMPILAM (Suroto, Kun Setyaning Astuti, Marwanti, Erman)

PENILAIAN KOMPETENSI KETERAMPILAM (Suroto, Kun Setyaning Astuti, Marwanti, Erman) KOMPETENSI KETERAMPILAM (Suroto, Kun Setyaning Astuti, Marwanti, Erman) Penilaian keterampilan ini dikembangkan didasarkan pada standar penilian, standar proses, Kompetensi inti, Kompetensi dasar. Tes

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI. : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kain Flanel).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI. : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kain Flanel). RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (Kerajinan) : VII / Ganjil : Kerajinan dari Bahan Tekstil (Kain

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 4 (empat) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Integral 1 Alokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 4 (empat) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Integral 1 Alokasi

Lebih terperinci

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Luas Permukaan Kubus dan Balok. Disusun Oleh : Imama Sabilah NIM Pendidikan Matematika 2012C

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Luas Permukaan Kubus dan Balok. Disusun Oleh : Imama Sabilah NIM Pendidikan Matematika 2012C Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Luas Permukaan Kubus dan Balok Disusun Oleh : Imama Sabilah NIM. 12030174038 Pendidikan Matematika 2012C JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP 32. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan masalah Kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam pembelajaran khususnya matematika. Sebab dalam matematika siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan

Lebih terperinci

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INGGRIS SMALB TUNADAKSA

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INGGRIS SMALB TUNADAKSA - 1546 - L. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INGGRIS SMALB TUNADAKSA Kelas: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Matriks

Lebih terperinci

RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013

RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013 RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013 Disusun Oleh : 1. Nikmah Nurvicalesti (06121408007) 2. Ellin Juniarti (06121408012) 3. Rizki Septa Wiratna (06121408015) 4. Indah Oktriani (06121408018) Dasar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 1 (satu) : Matematika : Umum : Komposisi

Lebih terperinci

22. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMP/MTs

22. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMP/MTs 22. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRAKTEK Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (kerajinan) : VIII / Ganjil : Kerajinan dari Bahan Alam. :

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan dari limbah organik (kulit jagung dan pelepah pisang).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan dari limbah organik (kulit jagung dan pelepah pisang). RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (kerajinan) : VIII / Ganjil : Kerajinan dari limbah organik (kulit

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Klasifikasi Benda : Ciri-ciri makhluk hidup

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Klasifikasi Benda : Ciri-ciri makhluk hidup RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Sub Materi Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : Kelas VII / I : Klasifikasi Benda : Ciri-ciri makhluk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu : SMP : Matematika-Wajib : VIII/1 : Fungsi : 10 40 menit A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Trigonometri

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Matriks

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : X / 2 (dua) : Matematika : Umum : Limit

Lebih terperinci

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INGGRIS SMALB TUNANETRA

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INGGRIS SMALB TUNANETRA - 336 - L. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INGGRIS SMALB TUNANETRA KELAS : X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

This study entitled "Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang"

This study entitled Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang This study entitled "Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang" Guslaini) Elni Yakub 2) Prof. Dr. H. Zulfan Saam, Ms)Email:gusliani@gmail.com 1)Mahasiswa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah 9 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Pemecahan masalah menurut Turmadi (008) adalah proses melibatkan suatu tugas yang metode pemecahannya belum diketahui lebih

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (Kerajinan) : VII / Ganjil : Kerajinan dari Bahan aalam. : 2

Lebih terperinci