SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI PERAIRAN SELATAN SULAWESI TENGGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI PERAIRAN SELATAN SULAWESI TENGGARA"

Transkripsi

1 SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI PERAIRAN SELATAN SULAWESI TENGGARA SEA SURFACE TEMPERATURE AND ITS RELATION WITH YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacores) CATCH AT SOUTHEAST SULAWESI SOUTHERN WATERS ABSTRACT The objective of this study was to find out the relation of Sea Surface Temperature (SST) and Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Catch Per Unit Effort (CPUE) especially in Southeast Sulawesi Southern Waters. Study was conducted from February to June 20. SST and CPUE relation determined by descriptive analysis to dominant SST and monthly catch graphic. Degrees of relation measured by Correlation Analysis (r). The result of this study indicates that big yellowfin tuna (> 10 kg/individu) has no obvious relation with SST, but small tuna (< 10 kg/individu) has significant relation with SST. Maximum CPUE obtain in dominant SST of 27,11 C. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara Suhu Permukaan Laut (SPL) dan hasil tangkapan per unit usaha madidihang (Thunnus albacores) khususnya di perairan selatan Sulawesi Tenggara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 20. Hubungan SPL dan CPUE ditentukan melalui analisis deskriptif terhadap grafik SPL dominan dan hasil tangkapan bulanan. Derajat hubungan dihitung dengan menggunakan Analisis Korelasi (r). Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa hubungan SPL dan CPUE bulanan madidihang besar (ukuran lebih dari 10 kg per ekor) tidak memiliki pola yang jelas, sedangkan madidihang kecil (ukuran kurang dari 10 kg per ekor) mempunyai hubungan yang signifikan dengan SPL. Penurunan SPL akan diikuti oleh peningkatan CPUE bulanan madidihang kecil, di mana CPUE tertinggi diperoleh pada SPL dominan 27,11 C. PENDAHULUAN Tuna adalah jenis ikan pelagis besar yang penyebarannya hampir meliputi seluruh perairan Indonesia. Pada umumnya ada empat jenis tuna yang terpenting di Indonesia yaitu madidihang, tuna mata besar, albakor dan tatihu/tuna sirip biru selatan. Dari keempat jenis tersebut madidihang pada umumnya merupakan jenis yang dominan di daerah tropis termasuk Indonesia.

2 Madidihang (Thunnus albacares), merupakan salah satu sumberdaya ikan unggulan di Sulawesi Tenggara dengan daerah penangkapan di bagian selatan Kabupaten Buton. Sebagai jenis ikan pelagis besar, madidihang melakukan ruaya untuk melengkapi daur hidupnya. Banyak faktor yang mempengaruhi ruaya dan keberadaan tuna dalam suatu perairan, di antaranya adalah suhu dan kesuburan perairan. Distribusi ikan pelagis seperti madidihang dapat diprediksi melalui analisis suhu optimum yang diketahui dan perubahan-perubahan suhu permukaan laut secara bulanan (Laevastu dan Hela 1970). Demikian pula suhu dan perubahanperubahannya sering merupakan indikator bagi kondisi dan perubahan-perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi distribusi ikan secara langsung. Penelitian tentang berbagai karakter oseanografi dan hubungannya dengan sebaran maupun hasil tangkapan madidihang telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut kebanyakan di luar wilayah perairan Indonesia atau di wilayah lintang sedang antara lain penelitian tentang suhu permukaan laut serta hubungannya dengan hasil tangkapan oleh Saito (1973) diacu dalam Burhanuddin (1984) di Pasifik Utara, Power dan May (1991) di Teluk Meksiko Bagian Barat dan lain-lain. Di Indonesia penelitian tentang karakter oseanografi dan hubungannya dengan hasil tangkapan tuna masih terbatas dan utamanya berlokasi di Samudera Hindia (Lumban Gaol 20; Halim 2005) atau di sekitar Laut Sulawesi dan daerah kepala burung Irian Jaya (Waas 20). Sedangkan penelitian di laut pedalaman seperti Laut Flores bagian timur masih sangat terbatas, padahal secara ekologis perairan ini memiliki arti yang sangat penting karena menurut Suda (1971) diacu dalam Burhanuddin (1984) perairan pedalaman Indonesia, di sekitar Laut Flores dan Laut Banda (Nontji 1993), kemungkinan merupakan tempat berbaur madidihang dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik atau tempat melintasnya madidihang. Saat ini pengukuran suhu permukaan laut telah dipermudah oleh adanya teknologi penginderaan jauh yang dapat menyiam areal permukaaan laut secara sinoptik untuk mendeteksi perubahan-perubahan fisik permukaan laut yang sangat dinamis. Citra satelit sebagai salah satu pengembangan teknologi deteksi suhu permukaan laut (SPL) telah digunakan sebagai acuan dalam pendeteksian daerah penangkapan ikan. Namun dalam kasus daerah penangkapan madidihang, perlu adanya kehati-hatian dalam penggunaan citra. Hal ini penting untuk diperhatikan karena nilai SPL yang diperoleh dari citra satelit hanya mengukur suhu pada bagian

3 permukaan laut sampai kedalaman 0,1 milimeter saja, sedangkan madidihang merupakan spesies pelagis yang tidak menetap tepat di bawah permukaan laut tetapi menyebar ke dalam kolom air sampai di bagian atas termoklin. Kenyataan tersebut mendasari perlunya penelitian tentang hubungan antara SPL dengan keberadaan ikan yang dinyatakan dengan hasil tangkapan madidihang. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di perairan bagian selatan Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara di sekitar 5 o 00-6 o 30 LS dan 122 o o 00 BT pada bulan Februari - Juni 20. Analisis citra SPL dilaksanakan di Laboratorium Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Laboratorium Penginderaan Jauh SEAMEO Biotrop Ciawi. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu data pendaratan ikan setiap bulan yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan pengumpul dan pengolah tuna di Kabupaten Buton dan data SPL dari citra satelit NOAA-16/AVHRR yang berorbit sekitar jam , diperoleh dari LAPAN Jakarta. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) Citra LAC satelit NOAA-16/AVHRR bulan Januari 20- April 20. (2) Data hasil tangkapan pancing tonda bulan Januari 20-April 20 (3) Software Ermapper versi 5.5 untuk pengolahan citra (4) Software Mapinfo Professional versi 7.0 untuk aplikasi SIG (5) Software SPSS versi 11 untuk analisis statistik (6) Software Microsoft Excel untuk input data dan pembuatan grafik (7) Global Positioning System (GPS) tipe Garmin 2000 untuk penentuan posisi daerah penangkapan. Hubungan antara SPL dan hasil tangkapan madidihang dikaji melalui analisis deskriptif terhadap grafik SPL dominan dan hasil tangkapan bulanan. Bentuk persamaan regresi Y atas X yang paling cocok dengan keadaan data ditentukan berdasarkan pola titik-titik dalam diagram pencar (Sudjana 20). Untuk menentukan derajat hubungan antara variabel-variabel maka dilakukan Analisis Korelasi. Derajat hubungan dinyatakan dengan nilai Koefisien Korelasi (r). Koefisien Korelasi (r) merupakan akar dari Koefisien Determinasi (R 2 ).

4 (Y i Y) 2 - (Y i Ŷ) 2 R 2 = (Y i Y) 2.(4) di mana : Y = rata-rata variabel Y Ŷ = nilai Y dari Persamaan Regresi (Persamaan 3) R 2 = Koefisien Determinasi Kisaran nilai Koefisien Korelasi -1 r +1 dan Koefisien Determinasi 0 R 2 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan SPL dan Hasil Tangkapan Madidihang Penangkapan tuna di perairan selatan Sulawesi Tenggara utamanya menggunakan alat tangkap huhate dan pancing tonda. Penelitian ini difokuskan pada hasil tangkapan tuna dengan menggunakan pancing tonda. Perikanan pancing tonda di Kabupaten Buton yang berbatasan langsung dengan daerah penelitian memberikan kontribusi rata-rata 44,32% dalam produksi tuna di daerah ini. Unit penangkapan pancing tonda di Kabupaten Buton dari tahun 1999 sampai tahun 20 mengalami perkembangan yang cukup signifikan rata-rata sebesar 46,85% per tahun. Di lain pihak, produksi tuna yang didominasi oleh jenis madidihang tidak menunjukkan peningkatan yang berarti seiring dengan pertambahan armada pancing tonda tersebut (Tabel 1). Tabel 1 Hasil Tangkapan (Ton), CPUE (Kg/Unit Alat) dan Jumlah Alat Tangkap (Unit) Pancing Tonda, TAHUN ALAT TANGKAP (Unit) * * HASIL TANGKAPAN (Ton) 279,9 287,7 292,3 280,0 289,9 333,1 CPUE (Kg/Unit Alat) ,77 417,91 312,73 245,47 * Tidak ada Data. Sumber : Data Diolah dari Dinas Perikanan Kabupaten Buton, 20. Data hasil tangkapan madidihang untuk keperluan analisis hubungan SPL dan hasil tangkapan diperoleh dari perusahaan-perusahaan pengumpul dan pengolah yang

5 beroperasi di daerah penelitian. Perusahaan ini membeli hasil tangkapan nelayan yang beroperasi di daerah penangkapan sekitar lintang 5 o 30-7 o 00 Selatan dan bujur 121 o o 00 Timur di antara Laut Flores dan Laut Banda yang merupakan daerah penangkapan tuna bagi nelayan dari Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Penangkapan tuna di Laut Flores bagian selatan Sulawesi Tenggara ini dapat dilakukan sepanjang tahun. Namun demikian hasil tangkapan yang didaratkan mengalami fluktuasi sepanjang tahun. Total produksi bulanan yang dikumpulkan dari perusahaan-perusahaan pengumpul dan pengolah hasil perikanan di Kabupaten Buton disajikan pada Gambar HASIL TANGKAPAN (KG) Jan- Feb- Mar- Gambar 1 Grafik Total Produksi Bulanan Madidihang (Kg) dengan Berat Lebih dari 10 Kg/Ekor dan Kurang dari 10 Kg/Ekor Total produksi bulanan madidihang di perairan selatan Sulawesi Tenggara ini berfluktuasi sepanjang tahun baik untuk madidihang dengan ukuran di atas 10 kg/ekor (madidihang besar) maupun madidihang dengan ukuran di bawah 10kg/ekor (madidihang kecil). Apr- Mei- Jun- Jul- Ags- Sep- Okt- Nov- Des- Jan- Feb- Mar- BULAN >10 KG <10 KG Apr- Mei- Jun- Jul- Ags- Sep- Okt- Nov- Des- Jan- Feb- Mar- Apr- Pembedaan ukuran madidihang ini berdasarkan kondisi permintaan pasar. Dalam proses pembelian, madidihang besar dihitung berdasarkan jumlah individu sedangkan madidihang kecil dihitung berdasarkan jumlah kilogram secara keseluruhan. Dari pengukuran panjang ikan yang dilakukan, berdasarkan tabel umur ikan oleh Sivasubramaniam (1965) dan Junichi (1981) diduga bahwa ikan dengan berat di bawah 10 kg/ekor umumnya berumur di bawah satu tahun atau

6 termasuk ikan yang belum dewasa atau dewasa awal. Sedangkan yang madidihang dengan berat lebih dari 10 kg/ekor adalah madidihang yang telah dewasa. Berdasarkan grafik pada Gambar 4, nampak bahwa musim puncak madidihang ukuran lebih dari 10 kg/ekor umumnya terjadi dua kali setahun yaitu pada bulanbulan Maret sampai awal Mei dan sekitar bulan Agustus sampai November. Sedangkan musim paceklik terjadi antara bulan Januari dan Februari serta pada awal Juni sampai bulan Juli. Musim puncak untuk madidihang ukuran kurang dari 10 kg/ekor terjadi sekitar bulan Februari dan Maret serta akhir bulan Juli sampai Oktober dan musim paceklik terjadi pada bulan-bulan Desember dan Januari. Terdapat kecenderungan bahwa musim tuna ukuran lebih dari 10 Kg/ekor didahului oleh musim puncak madidihang dengan ukuran kurang dari 10 Kg/ekor. Selanjutnya seiring dengan berkurangnya madidihang di bawah 10 Kg/ekor, terjadi peningkatan produksi madidihang di atas 10 Kg/ekor. Kecenderungan ini terlihat jelas terutama pada periode bulan Maret 20 dan Agustus 20. Namun demikian, pola musim paceklik kedua ukuran tuna ini menunjukkan waktu yang hampir bersamaan sepanjang tahun. Pola musim kedua ukuran madidihang ini dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam pengaturan musim penangkapan. Untuk hasil maksimum maka penangkapan yang terbaik dimulai pada bulan Maret sampai November. Hubungan SPL dan Hasil Tangkapan Madidihang Besar Suhu air memiliki pengaruh yang bervariasi di antara berbagai jenis ikan, bahkan dalam satu jenis ikan suhu dapat memiliki pengaruh yang berbeda terhadap Laju Metabolisme Standar (Standard Matebolic Rates/SMR) dari ikan. Dengan demikian madidihang akan memilih suhu yang sesuai dengan keperluan metabolismenya. Suhu yang terlalu ekstrim yang tidak dapat diadaptasi oleh madidihang pada tahap kehidupan tertentu dapat menyebabkan terjadinya reaksi penghindaran terhadap daerah tersebut. SPL bulanan di daerah penelitian berkisar antara 26,5-30,5 C. Nilai SPL ini masih berada dalam kisaran suhu yang disukai oleh madidihang yaitu C (FAO 20). Nilai SPL mengalami fluktuasi bulanan, demikian pula dengan hasil tangkapan bulanan madidihang besar sepanjang tahun (Gambar 2).

7 Berdasarkan grafik fluktuasai SPL dominan dan hasil tangkapan, nampak adanya kecenderungan penurunan SPL akan diikuti oleh peningkatan hasil tangkapan, sebaliknya peningkatan SPL akan diikuti oleh penurunan hasil tangkapan. Namun demikian perhitungan statistik menunjukkan bahwa fluktuasi hasil tangkapan madidihang besar tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan SPL dominan (Gambar 3) CPUE (EKOR/UNIT) SPL DOMINAN ( C) J an- Fe b- Ma r- A pr- M ei- J Julun- Ag s- Se p- O kt- No v- De s- J an- Fe b- Ma r- BULAN A pr- M ei- J Julun- Ag s- Se p- O kt- No v- De s- J an- Fe b- Ma r- A pr CPUE SPL Gambar 2 Fluktuasi SPL Dominan dan CPUE Bulanan Madidihang Besar CPUE (EKOR/UNIT) y = x x R 2 = r = n = SPL ( C) Gambar 3 Grafik Hubungan SPL dan CPUE Madidihang Besar

8 Hubungan yang tidak signifikan antara SPL dan hasil tangkapan madidihang besar diduga disebabkan karena madidihang besar pada umumnya bukan penghuni perairan lapisan permukaan seperti madidihang kecil. Secara alami, pada saat siang hari madidihang besar menghabiskan sebagian besar waktunya (60-80%) pada lapisan homogen atau tepat berada di bawah lapisan homogen (Brill et al, 1999). Madidihang merupakan predator yang berorientasi pada penglihatan, karena untuk berburu madidihang cenderung muncul di perairan permukaan pada siang hari (Gradieff 20). Penelitian tentang struktur otak madidihang (Kawamura et al. 1981) menemukan bahwa madidihang memiliki tectum optic yang berkembang dengan baik yang mengindikasikan bahwa penglihatan merupakan faktor penting bagi madidihang. Mata ikan madidihang dapat beradaptasi pada level cahaya tinggi pada lapisan permukaan sampai level cahaya rendah pada ambang bawah distribusi vertikalnya. Dengan demikian madidihang dewasa tidak mengalami hambatan dalam mendeteksi mangsa pada lapisan permukaan sampai lapisan batas bawah distribusi vertikalnya. Faktor lain yang diduga berkaitan dengan kecilnya pengaruh SPL terhadap hasil tangkapan adalah pola adaptasi yang berkembang pada madidihang besar. Adaptasi yang berkembang pada jenis tuna adalah adanya mekanisme penukar panas vascular counter-current yang memungkinkan tuna untuk mengembangkan inersia termal yang lebih efektif dibandingkan ikan pada ukuran yang sama (Neill et al. 1976; Stevens & Neill 1978, diacu dalam Brill et al. 1999). Karena individu yang lebih besar memiliki inersia termal yang lebih berkembang maka laju penurunan suhu otot lebih lambat bila dibandingkan tuna yang lebih kecil. Dengan demikian tuna dewasa yang lebih besar mampu melakukan pergerakan vertikal yang lebih intensif dibandingkan tuna juvenil. Selanjutnya tuna dewasa memiliki kemampuan untuk berada lebih lama di dalam lapisan termoklin dan mampu mengeksploitasi sumber-sumber makanan di lapisan yang lebih dalam. Kemampuan individu yang lebih besar untuk mengeksploitasi makanan pada lapisan yang lebih dalam ini diduga merupakan salah satu faktor yang berperan sehingga secara alami lapisan renang madidihang besar berada pada kolom air sampai pada bagian atas lapisan termoklin. Dengan demikian SPL tidak memiliki kaitan dengan keberadaan dan selanjutnya dengan hasil tangkapan madidihang besar. Keberadaan madidihang besar pada lapisan permukaan kemungkinan lebih

9 dipengaruhi oleh keberadaan mangsa pada lapisan permukaan atau faktor-faktor lainnya. Keberadaan madidihang besar pada lapisan permukaan dipengaruhi pula oleh pola asosiasinya dengan lumba-lumba (Stenella sp). Asosiasi madidihang dengan lumba-lumba ini sering digunakan sebagai indikator daerah penangkapan oleh nelayan. Sebagai hewan yang bernafas dengan udara bebas, lumba-lumba lebih mudah untuk diamati sehubungan dengan aktivitas mereka di permukaan. Model komposisi school madidihang yang berasosiasi dengan lumba-lumba menunjukkan bahwa madidihang dengan ukuran relatif besarlah yang ditemukan berasosiasi dengan lumba-lumba yaitu umur II dan III dengan panjang total cm (Edwards 1992). Selanjutnya berdasarkan model bioenergetik komparatif dari madidihang dan lumba-lumba terdapat kecenderungan madidihang berenang mengikuti lumba-lumba. Kekuatan asosiasi ini kemungkinan berkaitan pula dengan kondisi oseanografis yang mempengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan mangsa. Hubungan SPL dan Hasil Tangkapan Madidihang Kecil Hasil tangkapan madidihang kecil menunjukkan pola fluktuatif bulanan seperti pada madidihang besar (Gambar 4) di mana penurunan SPL hampir secara sertamerta diikuti oleh peningkatan hasil tangkapan. Ditemukan bahwa preferensi SPL madidihang kecil berada kisaran C. Pada kisaran ini hasil tangkapan menunjukkan peningkatan yang berarti, ini terlihat jelas terutama pada data bulan Agustus - September 20 dan Juni CPUE (KG/UNIT) SPL DOMINAN ( C) Jan- F eb- M ar- Apr- Mei- Jun- Jul- A gs- S ep- Okt- N ov- D es- Jan- F eb- M ar- BULAN Apr- Mei- Jun- Jul- A gs- S ep- Okt- N ov- D es- Jan- F eb- M Aprar CPUE SPL ( C)

10 Gambar 4 Fluktuasi SPL Dominan Bulanan dan CPUE Bulanan Madidihang Kecil (Lebih Kecil dari 10 Kg/Ekor) CPUE madidihang dengan berat kurang dari 10 Kg/ekor memiliki hubungan yang signifikan dengan SPL dominan bulanan dalam bentuk negatif yang berarti bahwa sejalan dengan penurunan SPL, maka terjadi peningkatan hasil tangkapan (Gambar 5). CPUE (KG/UNIT) y = 122.x x R 2 = r = n = SPL ( C) Gambar 5 Grafik Hubungan SPL dan CPUE Tuna Kecil Kemampuan inersia termal yang belum berkembang sempurna seperti pada tuna dewasa yang lebih besar berimplikasi pada keterbatasan daya jangkau individu madidihang yang lebih kecil terhadap lapisan vertikal yang lebih dalam. Hal ini disebabkan oleh laju penurunan suhu otot yang berjalan lebih cepat dibandingkan madidihang dengan ukuran yang lebih besar. Dengan demikian kemampuan madidihang kecil untuk melakukan ekspansi pada lapisan perairan yang lebih dalam dengan suhu yang lebih dingin menjadi terbatas. Ini menyebabkan distribusi vertikal madidihang yang lebih kecil cenderung terbatas sampai kedalaman tertentu pada lapisan permukaan perairan atau dengan kata lain madidihang kecil cenderung menghuni lapisan permukaan dibandingkan madidihang dengan ukuran yang lebih besar. Keberadaan madidihang kecil pada lapisan permukaan didukung oleh SMR yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang lebih besar (Brill 1987). SMR adalah energi minimal yang dibutuhkan oleh oleh ikan (McKeown 1984). Nilai SMR berbeda menurut berat ikan, semakin besar ikan semakin besar nilai SMR yang

11 berarti semakin besar energi minimal yang dibutuhkan oleh ikan. Dengan demikian individu yang lebih kecil memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menghuni atau tinggal lebih lama pada perairan lapisan permukaan yang relatif lebih hangat. Nilai SMR dipengaruhi pula oleh suhu perairan. Makin tinggi suhu maka semakin tinggi pula nilai SMR (Brill 1987), yang berarti bahwa makin tinggi energi minimal yang dibutuhkan oleh ikan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Ini menjelaskan mengapa terjadi hubungan yang negatif antara SPL dan hasil tangkapan madidihang kecil. Kemampuan adaptasi yang dipengaruhi oleh berat individu maupun suhu lingkungan ini berada dalam suatu nilai kesetimbangan yang berarti bahwa bila terjadi peningkatan suhu yang sangat tinggi pada lapisan permukaan, maka madidihang kecil kemungkinan mencari daerah lain yang suhunya lebih sesuai. Dalam hal ini tuna kecil dapat melakukan migrasi baik secara vertikal maupun horizontal yang menyebabkan terjadinya fluktuasi hasil tangkapan pada daerah penangkapan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa hubungan SPL dan CPUE bulanan madidihang besar tidak memiliki pola yang jelas, sedangkan madidihang kecil mempunyai hubungan yang signifikan dengan SPL. Penurunan SPL akan diikuti oleh peningkatan CPUE bulanan madidihang kecil, di mana CPUE tertinggi diperoleh pada SPL dominan 27,11 C. DAFTAR PUSTAKA Batubara P Suatu Studi tentang Prospek Perikanan Tuna di Perairan Indonesia. Karya Ilmiah. Bogor: IPB hlm 12. Brill RW On the Standard Metabolic Rates of Tropical Tunas, Including the Effect of Body Size and Acute Temperature Change. Fish Bull 85: Brill RW, Block BA, Boggs CH, Bigelow KA, Freud EV, Marcinek DJ Horizontal Movements and Depth Distribution of Large Adult Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Near the Hawaiian Islands, Recorded Using Ultrasonic Telemetry: Implication for the Physiological Ecology of Pelagic Fishes. Marine Biology 133 :

12 Burhanuddin, Moeljanto R, Martosewojo S, Djamali A Suku Scombridae : Tinjauan Mengenai Ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol. Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional LIPI hlm: Dagorn L, Bertrand A, Bach P, Petit M, Josse E Improving Our Understanding of Tropical Tuna Movement from Small to Large Scales. Di dalam Sibert JR, Nielsen JL, editor. Electronic Tagging and Tracking in Marine Fisheries. Netherlands: Kluwer Academic Publ hlm : [DISKOP SULTRA] Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal Daerah Sulawesi Tenggara. 20. Identifikasi Sumberdaya Ikan Unggulan di Sulawesi Tenggara. Kendari: Dinas Koperasi, UKM dan PMD Propinsi Sulawesi Tenggara dan Jurusan Perikanan Faperta UNHALU. hlm Edwards EF Energetics of Associated Tunas and Dolphins in the Eastern Tropical Pasific Ocean : A Basis For the Bond. Fish Bull 90: [FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 20. Thunnus albacares (Bonaterre, 1788)-Scombridae. Ferd?ds=species&fid=2497 [September 20]. Gardieff S. 20. Yellowfin Tuna. [September 20]. Gunarso W Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Alat Metoda dan Taktik Penangkapan. Bogor: Fakultas Perikanan IPB. Hal : Gunarso W Tingkah Laku Ikan dan Perikanan Pancing. Bogor: Fakultas Perikanan IPB. Halim A Distribusi parameter oseanografi dan kaitannya dengan hasil tangkapan ikan cakalang dan madidihang di perairan Sumatera Barat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor 107 hlm. Holland KM, Kleiber P, Kajiura SM Different Residence Times of Yellowfin Tuna, Thunnus albacares, and Big Eye Tuna, Thunnus obesus, Found in Mixed Aggregations Over a Seamount. Fish Bull 97: Ilahude AG Pengantar ke Oseanologi Fisika. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI 235 hlm. Kawamura G. Waichiro N, Soichi U, Tooru N Vision in tunas and marlins. Mem. Kagoshima Univ. Res. Center S. Pac. 1 : Laevastu T, Hela I Fisheries Oceanography. London: Fishing News 238 hlm. Laevastu T, Hayes ML Fisheries Oceanography and Ecology. England : Fishing News. 119 hlm.

13 Laevastu T Marine Climate, Weather and Fisheries. Halsted Press 2 hlm. Lalli CM, Parsons TR Biological Oceanography an Introduction. Butterworth Heinemann. 301 hlm. Lumban Gaol J. 20. Kajian Karakter Oseanografi Samudera Hindia Bagian Timur dengan Menggunakan Multi Sensor Citra Satelit dan Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus). Disertasi. Bogor: IPB. 231 hlm. McKeown BA Fish Migration. USA: Timber Press. hlm: Nontji A Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. 368 hal. Nontji A Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. 368 hlm. Power JH, May LNJr Satellite Observed Sea-Surface Temperatures and Yellowfin Tuna Catch and Effort in the Gulf of Mexico. Fish Bull 89 : Sudjana. 20. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 508 hlm. Waas HJD. 20. Analisis Daerah Potensial Penangkapan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Utara Papua, Pasifik Barat. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. hlm Wyrtki Physical Oceanography and Southeast Asian Water. Naga Report Vol. 2. California: The University of California. 195 hlm.

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES JOURNAL Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-8 Online di :

MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES JOURNAL Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-8 Online di : MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES JOURNAL Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-8 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares ANALISIS HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT, KLOROFIL-a DATA SATELIT

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR DETERMINATION OF FISHING AREA OF Euthynnus affinis BASED

Lebih terperinci

Kata kunci: Citra satelit, Ikan Pelagis, Klorofil, Suhu, Samudera Hindia.

Kata kunci: Citra satelit, Ikan Pelagis, Klorofil, Suhu, Samudera Hindia. HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) SADENG YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MODIS Dewantoro Pamungkas *1, Djumanto 1

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Sebaran suhu permukaan laut dan tracking daerah penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Barat Laut Banda

Sebaran suhu permukaan laut dan tracking daerah penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Barat Laut Banda Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 2(1): 41-49 Sebaran suhu permukaan laut dan tracking daerah penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Barat Laut Banda [Distribution of sea surface temperature and tracking

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 2, November 2012 Hal: 135-140 PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Tuna Lingline Fisheries Productivity in Benoa

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun Cacth (ton) 46 4 HASIL 4.1 Hasil Tangkapan (Catch) Ikan Lemuru Jumlah dan nilai produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Muncar dari tahun 24 28 dapat dilihat pada Gambar 4 dan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU Zulkhasyni Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu ABSTRAK Perairan Laut Bengkulu merupakan

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor KOMPOSISI JUMLAH DAN UKURAN PANJANG IKAN CAKALANG DAN TONGKOL HASIL TANGKAPAN PAYANG DI PERAIRAN PALABUHANRATU DAN BINUANGEUN The Amount and Length Size Composition of Skipjack and Frigate Mackerel Cought

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna 38 6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna Berdasarkan data statistik Palabuhanratu tahun 1997-2011, hasil tangkapan Yellowfin Tuna mengalami fluktuasi. Jika dilihat berdasarkan data hasil

Lebih terperinci

KONDISI ARUS DAN SUHU PERMUKAAN LAUT PADA MUSIM BARAT DAN KAITANNYA DENGAN IKAN TUNA SIRIP KUNING (THUNNUS ALBACARES) DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT

KONDISI ARUS DAN SUHU PERMUKAAN LAUT PADA MUSIM BARAT DAN KAITANNYA DENGAN IKAN TUNA SIRIP KUNING (THUNNUS ALBACARES) DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (156-163) KONDISI ARUS DAN SUHU PERMUKAAN LAUT PADA MUSIM BARAT DAN KAITANNYA DENGAN IKAN TUNA SIRIP KUNING (THUNNUS ALBACARES) DI PERAIRAN SELATAN JAWA

Lebih terperinci

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UTARA INDRAMAYU JAWA BARAT Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi geografis lokasi penelitian Keadaan topografi perairan Selat Sunda secara umum merupakan perairan dangkal di bagian timur laut pada mulut selat, dan sangat dalam di mulut

Lebih terperinci

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1128-1132 Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Widya Novia Lestari, Lizalidiawati, Suwarsono,

Lebih terperinci

Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis

Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 166-170 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra

Lebih terperinci

Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi Utara

Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi Utara Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi tara 1 Marline S. Paendong, 2 John Socrates Kekenusa, 3 Winsy Ch. D. Weku 1 Jurusan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN JAYAPURA SELATAN KOTA JAYAPURA

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN JAYAPURA SELATAN KOTA JAYAPURA PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN JAYAPURA SELATAN KOTA JAYAPURA THE DETERMINATION OF POTENTIAL FISHING AREA OF SKIPJACK TUNA

Lebih terperinci

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) Penangkapan Tuna dan... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

Diterima: 14 Februari 2008; Disetujui: Juli 2008 ABSTRACT

Diterima: 14 Februari 2008; Disetujui: Juli 2008 ABSTRACT PENDUGAAN FRONT DAN UPWELLING MELALUI INTERPRETASI CITRA SUHU PERMUKAAN LAUT DAN CLOROFIL-A DI PERAIRAN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA Forcasting of front and upwelling by the sea surface temperature and chlorophyl-a

Lebih terperinci

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha,   ABSTRAK ANALISIS PARAMETER OSEANOGRAFI MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS WEB (Sebaran Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a dan Tinggi Permukaan Laut) Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, e-mail

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN POTENSIAL IKAN TUNA MATA BESAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN LHOKSEUMAWE

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN POTENSIAL IKAN TUNA MATA BESAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN LHOKSEUMAWE PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN POTENSIAL IKAN TUNA MATA BESAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN LHOKSEUMAWE FISHING GROUND PREDICTION OF BIG-EYE TUNA USING SATELLITE IMAGINARY IN THE WATERS OF

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabilitas Kesuburan Perairan dan Oseanografi Fisika 4.1.1. Sebaran Ruang (Spasial) Suhu Permukaan Laut (SPL) Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) di perairan Selat Lombok dipengaruhi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan bervariasi dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Nilai rata-rata

Lebih terperinci

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2 HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa 2) Politeknik

Lebih terperinci

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS Irfan A. Silalahi 1, Ratna Suwendiyanti 2 dan Noir P. Poerba 3 1 Komunitas Instrumentasi dan Survey

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DAN SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS UTAMA DI PERAIRAN LAUT JAWA DARI CITRA SATELIT MODIS

HUBUNGAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DAN SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS UTAMA DI PERAIRAN LAUT JAWA DARI CITRA SATELIT MODIS Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: 1-10 ISSN 2087-4871 HUBUNGAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DAN SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS UTAMA DI PERAIRAN LAUT

Lebih terperinci

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT Martono Divisi Pemodelan Iklim, Pusat Penerapan Ilmu Atmosfir dan Iklim LAPAN-Bandung, Jl. DR. Junjunan 133 Bandung Abstract: The continuously

Lebih terperinci

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR 1 PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR (Trichiurus sp.) DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Adnan Sharif, Silfia Syakila, Widya Dharma Lubayasari Departemen Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

Domu Simbolon. Staf pengajar pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatn Institut Pertanian Bogor

Domu Simbolon. Staf pengajar pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatn Institut Pertanian Bogor 42 Eksplorasi Daerah Penangkapan Ikan Cakalang Jurnal Mangrove dan Pesisir X (1), Februari 2010: 42-49 ISSN: 1411-0679 Eksplorasi Daerah Penangkapan Ikan Cakalang Melalui Analisis Suhu Permukaan Laut dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA OLEH : Dr. Kunarso FOKUSED GROUP DISCUSSION CILACAP JUNI 2016 PERUBAHAN IKLIM GLOBAL Dalam Purwanto

Lebih terperinci

ANALISA VARIABEL OSEANOGRAFI DATA MODIS TERHADAP SEBARAN TEMPORAL TENGGIRI (Scomberomorus commersoni, Lacépède 1800) DI SEKITAR SELAT KARIMATA

ANALISA VARIABEL OSEANOGRAFI DATA MODIS TERHADAP SEBARAN TEMPORAL TENGGIRI (Scomberomorus commersoni, Lacépède 1800) DI SEKITAR SELAT KARIMATA ANALISA VARIABEL OSEANOGRAFI DATA MODIS TERHADAP SEBARAN TEMPORAL TENGGIRI (Scomberomorus commersoni, Lacépède 1800) DI SEKITAR SELAT KARIMATA Hanifati Masturah, Sahala Hutabarat 1, Agus Hartoko Program

Lebih terperinci

Asia, Jul Manohas, Raman Simanjuntak, Heru Santoso. Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung. Jl. Tandurusa, Po Bok 12 BTG/Bitung Sulawesi Utara

Asia, Jul Manohas, Raman Simanjuntak, Heru Santoso. Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung. Jl. Tandurusa, Po Bok 12 BTG/Bitung Sulawesi Utara NLISIS HUUNGN HSIL TNGKPN IKN KLNG (Katsuwonus pelamis) DENGN KONDISI SUHU PERMUKN LUT PD TIG WPP (WPP 714, 715, DN 716) SEGI FISHING GROUND NELYN DI ITUNG sia, Jul Manohas, Raman Simanjuntak, Heru Santoso

Lebih terperinci

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga 29 5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga Kandungan klorofil-a setiap bulannya pada tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Lampiran 3, konsentrasi klorofil-a di perairan berkisar 0,26 sampai

Lebih terperinci

J. Sains & Teknologi, Agustus 2008, Vol. 8 No. 2: ISSN

J. Sains & Teknologi, Agustus 2008, Vol. 8 No. 2: ISSN J. Sains & Teknologi, Agustus 2008, Vol. 8 No. 2: 158 162 ISSN 1411-4674 PREDIKSI DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN KONDISI OSEANOGRAFI DI PERAIRAN KABUPATEN TAKALAR DAN

Lebih terperinci

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(4): 147-154, Desember 2016 ISSN 2337-4306 Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG

KAJIAN HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG KJIN HUUNGN HSIL TNGKPN IKN CKLNG (Katsuwonus pelamis) DENGN KLOROFIL-a PD WPP 714, WPP 715, DN WPP 716 SEGI FISHING GROUND NELYN DI ITUNG sia*, Moh. Zaini, M. Zainul rifin Politeknik Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA DETERMINATION OF FISHING CATCHING SEASON (Decapterus Sp.) IN EAST WATERS OF SOUTHEAST SULAWESI Eddy Hamka 1),

Lebih terperinci

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT MODEL SPASIAL INFORMASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus spp) DI ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110 O -120 O BT 2 O 50-7 O 50 LS) ANDRIUS Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN MANADO SULAWESI UTARA 1)

ANALISIS PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN MANADO SULAWESI UTARA 1) ANALISIS PENENTAN MSIM PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN MANADO SLAWESI TARA ) John Socrates Kekenusa 2), Victor N.R. Watung 3), Djoni Hatidja 2) 3) ) Penelitian Hibah Bersaing

Lebih terperinci

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA Martono Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN, Jl.dr.Djundjunan 133, Bandung, 40173 E-mail :

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PELABUHAN LAMPULO BANDA ACEH. Oleh:

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PELABUHAN LAMPULO BANDA ACEH. Oleh: PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PELABUHAN LAMPULO BANDA ACEH Oleh: Khaidir Ali 1), T. Ersti Yulika Sari 2), Bustari 2) Abstrak mrq0104@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Verifikasi Model Visualisasi Klimatologi Suhu Permukaan Laut (SPL) model SODA versi 2.1.6 diambil dari lapisan permukaan (Z=1) dengan kedalaman 0,5 meter (Lampiran 1). Begitu

Lebih terperinci

Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di Samudera Hindia

Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di Samudera Hindia ISSN 853-7291 Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di Samudera Hindia Abram Barata*, Dian Novianto dan Andi Bahtiar Loka Penelitian Perikanan Tuna. Jalan Raya Pelabuhan Benoa, Denpasar Bali

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa)

SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa) SIMULASI PENGARUH ANGIN TERHADAP SIRKULASI PERMUKAAN LAUT BERBASIS MODEL (Studi Kasus : Laut Jawa) Martono Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Jl. Dr. Junjunan No 133 Bandung 40173 E-mail

Lebih terperinci

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK Indri Ika Widyastuti 1, Supriyatno Widagdo 2, Viv Djanat Prasita 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik : PENANGKAPAN DAN DISTRIBUSI HIU (APPENDIX II CITES) OLEH NELAYAN RAWAI DI PERAIRAN SELATAN TIMOR CATCH AND DISTRIBUTION OF SHARKS (APPENDIX II CITES) BY LONGLINE FISHERMEN IN SOUTH WATER OF TIMOR Oleh :

Lebih terperinci

Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Timur Di Perairan Tamperan, Pacitan

Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Timur Di Perairan Tamperan, Pacitan Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan akalang Pada Musim Timur i Perairan Tamperan, Pacitan Riyana Ismi nggraeni 1, Supriyatno Widagdo 2, Rahyono 3 1 Mahasiswa Jurusan Oseanografi, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Angin Di perairan barat Sumatera, khususnya pada daerah sekitar 2, o LS hampir sepanjang tahun kecepatan angin bulanan rata-rata terlihat lemah dan berada pada kisaran,76 4,1

Lebih terperinci

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN MELALUI PUKAT CINCIN (Purse Seine) TAHUN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN MELALUI PUKAT CINCIN (Purse Seine) TAHUN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN MELALUI PUKAT CINCIN (Purse Seine) TAHUN 2005-2011 DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH Junaidi M. Affan 1* 1 Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Lebih terperinci

Migrasi Ikan Tuna (Thunnus sp) secara Spasial dan Temporal di Laut Flores, Berbasis Citra Satelit Oseanografi

Migrasi Ikan Tuna (Thunnus sp) secara Spasial dan Temporal di Laut Flores, Berbasis Citra Satelit Oseanografi Migrasi Ikan Tuna (Thunnus sp) secara Spasial dan Temporal di Laut Flores, Berbasis Citra Satelit Oseanografi Safruddin*, Mukti Zainuddin, Achmar Mallawa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Lebih terperinci

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: ISSN: X

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: ISSN: X SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacares) DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA BAGIAN SELATAN Effect of Sea Surface Temperature and Chlorophyll-a

Lebih terperinci

PEMETAAN KARAKTER EKOSISTEM DAN SEBARAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacores) DI PERAIRAN UTARA PAPUA

PEMETAAN KARAKTER EKOSISTEM DAN SEBARAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacores) DI PERAIRAN UTARA PAPUA Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 1, Mei 2012 Hal: 71-82 PEMETAAN KARAKTER EKOSISTEM DAN SEBARAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacores) DI PERAIRAN UTARA PAPUA Ecosystem Character

Lebih terperinci

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. moderate.

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. moderate. Update 060910 BoM/POAMA La Nina moderate (-1.7) La Nina Kuat (-2.1) La Nina moderate (-1.4) La Nina moderate (-1. 1) NCEP/NOAA Jamstec 2.5 2 1.5 (Prediksi BMKG (Indonesia 1 0.5 La Nina moderate (-1.65)

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu Permukaan Laut (SPL) Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Daerah yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan dan memiliki peranan ganda sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati adalah seluruh keragaman bentuk kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati terjadi pada semua lingkungan mahluk hidup, baik di udara, darat, maupun

Lebih terperinci

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017 Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data Muhammad

Lebih terperinci

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di :

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di : JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 33-39 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/joce *) Penulis Penanggung Jawab STUDI STRUKTUR LAPISAN TERMOKLIN DI PERAIRAN

Lebih terperinci

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR Nurul Rosana, Viv Djanat Prasita Jurusan Perikanan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang

Lebih terperinci

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR Analysis of Upwelling Distribution and Area Enlargement in the Southern of Makassar Strait Dwi Fajriyati Inaku Diterima:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Verifikasi Hasil simulasi model meliputi sirkulasi arus permukaan rata-rata bulanan dengan periode waktu dari tahun 1996, 1997, dan 1998. Sebelum dianalisis lebih

Lebih terperinci

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina.

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina. Update 200910 BoM/POAMA NCEP/NOAA La Nina moderate (-1.8) La Nina Kuat (-2.25) La Nina moderate (-1.7) La Nina moderate (-1. 4) Jamstec 2.5 2 1.5 (Prediksi BMKG (Indonesia La Nina Moderate (-1.85) La Nina

Lebih terperinci

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT. 3. METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Februari hingga Agustus 2011. Proses penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari dilakukan pengumpulan

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

Safruddin*, Nur Indah Rezkyanti, Angraeni, M. Abduh Ibnu Hajar, St. Aisjah Farhum, Mukti Zainuddin

Safruddin*, Nur Indah Rezkyanti, Angraeni, M. Abduh Ibnu Hajar, St. Aisjah Farhum, Mukti Zainuddin Aplikasi Generalized Additive Model untuk mengungkap keterkaitan faktor oseanografi dan distribusi ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis): studi kasus di perairan Teluk Bone, September 2013 Februari 2014 Safruddin*,

Lebih terperinci

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA *) Budi Nugraha *) dan Karsono Wagiyo *) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta ABSTRAK Tuna long line merupakan

Lebih terperinci

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali Journal of Marine and Aquatic Sciences 3(1), 30-46 (2017) Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali I

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN THERMAL FRONT PADA MUSIM PERALIHAN DI PERAIRAN TELUK BONE

ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN THERMAL FRONT PADA MUSIM PERALIHAN DI PERAIRAN TELUK BONE ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN THERMAL FRONT PADA MUSIM PERALIHAN DI PERAIRAN TELUK BONE Spatial and Temporal Analysis of Skipjack Tuna (Katsuwonus

Lebih terperinci

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: ISSN: X

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: ISSN: X KARAKTERISTIK DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG DI TELUK BONE-LAUT FLORES BERDASARKAN DATA SATELIT SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A PADA PERIODE JANUARI-JUNI 2014 Characteristics of Skipjack

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN UTARA NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN UTARA NANGGROE ACEH DARUSSALAM E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.1, Hal. 24-32, Juni 29 PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN UTARA

Lebih terperinci

Variasi Temporal dari Penyebaran Suhu di Muara Sungai Sario

Variasi Temporal dari Penyebaran Suhu di Muara Sungai Sario ISSN 53-791 Variasi Temporal dari Penyebaran Suhu di Muara Sungai Sario Wilhelmina Patty* dan Adrie Tarumingkeng Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT Abstrak Distribusi suhu dapat dipelajari dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN

SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN Sebaran Laju Pancing Rawai Tuna di Samudera Hindia (Bahtiar A, et al) ABSTRAK SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN Andi

Lebih terperinci

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 1, Juni

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DI PERAIRAN SUMATERA BARAT

VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DI PERAIRAN SUMATERA BARAT VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DI PERAIRAN SUMATERA BARAT Muslim 1), Usman 2), Alit Hindri Yani 2) E-mail: muslimfcb@gmail.com

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang

Lebih terperinci

Komposisi tangkapan tuna hand line di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara

Komposisi tangkapan tuna hand line di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): 227-232, Desember 2014 ISSN 2337-4306 Komposisi tangkapan tuna hand line di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara Catch composition of tuna

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna mata besar (Thunnus obesus) atau lebih dikenal dengan bigeye tuna adalah salah satu anggota Famili Scombridae dan merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan tuna

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

LUNAR MOON PHASE TERHADAP TANGKAPAN PERSATUAN UPAYA IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp, Bleeker, 1851) DI PULAU DAMAR, KEPULAUAN SERIBU

LUNAR MOON PHASE TERHADAP TANGKAPAN PERSATUAN UPAYA IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp, Bleeker, 1851) DI PULAU DAMAR, KEPULAUAN SERIBU Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,1 (29) : 7-8 LUNAR MOON PHASE TERHADAP TANGKAPAN PERSATUAN UPAYA IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp, Bleeker, 1851) DI PULAU DAMAR, KEPULAUAN SERIBU Yonvitner, K.A. Aziz, N.A

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI ADRIANI GUHAR L231 07 032 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, OKTOBER 2002

STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, OKTOBER 2002 1 STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, KTBER 2002 Ankiq Taofiqurohman S Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRACT Ankiq

Lebih terperinci

Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin ABSTRAK

Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin   ABSTRAK Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 212 ANALISIS STRUKTUR UKURAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) MENURUT MUSIM, DAERAH DAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN DI PERAIRAN LUWU TELUK BONE SULAWESI SELATAN Achmar Mallawa,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3 ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3 1,2,3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Abstrack Pelagic

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kondisi Perairan Samudera Hindia Bagian Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kondisi Perairan Samudera Hindia Bagian Timur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Perairan Samudera Hindia Bagian Timur Perairan Samudera Hindia bagian Timur yang didalamnya termasuk perairan Barat Sumatera dan perairan Selatan Jawa merupakan perairan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Lokasi penelitian adalah Perairan Timur Laut Jawa, selatan Selat Makassar, dan Laut Flores, meliputi batas-batas area dengan koordinat 2-9 LS dan 110-126

Lebih terperinci

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(1): 9-13, Juni 2015 ISSN 2337-4306 Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara The effect of bait color

Lebih terperinci

KAITAN MONSUN TERHADAP VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A UNTUK PREDIKSI POTENSI FISHING GROUND DI PERAIRAN KARIMUNJAWA

KAITAN MONSUN TERHADAP VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A UNTUK PREDIKSI POTENSI FISHING GROUND DI PERAIRAN KARIMUNJAWA JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 505 511 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAITAN MONSUN TERHADAP VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A UNTUK

Lebih terperinci

Oleh : NIA SALMA PRlYANTl. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan C 31.

Oleh : NIA SALMA PRlYANTl. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan C 31. STUDl DAERAH PENANGKAPAN RAWAl TUNA Dl PERAIRAN SELATAN JAWA TlMUR - BAL.1 PADA MUSlM TlMUR BERDASARKAN POLA DlSTRlBUSl SUHU PERMUKAAN LAUT ClTRA SATELIT NOAAIAVHRR DAN DATA HASIL TANGKAPAN Oleh : NIA

Lebih terperinci

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b a Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, b Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat Malaka yang menjadi daerah penangkapan ikan dengan tingkat eksploitasi yang cukup tinggi. Salah satu komoditi

Lebih terperinci