PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DALAM MATERI CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Oleh: Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA UPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO SD NEGERI 6 PENYARINGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 i

2 PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA UPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO SD NEGERI 6 PENYARINGAN Alamat : Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo LEMBAR PENGESAHAN PTK Nomor:.. Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Disusun oleh a. Nama : Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd b. NIP : c. Pangkat/Gol : Penata Muda Tk I, III/b d. Jabatan : Guru Pertama Anggota Peneliti : 1 (satu) orang Lokasi Penelitian : SD Negeri 6 Penyaringan Lama Penelitian : 3 Bulan (April-Juni) Mengetahui Kepala SD Negeri 6 Penyaringan Jembrana, 30 September 2016 Peneliti Ni Luh Sekarini, S.Pd NIP Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP ii

3 LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd Pangkat, Golongan : Penata Muda Tk. I (III/b) NIP : Jabatan : Guru Pertama Satuan Pendidikan : SD Negeri 6 Penyaringan Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 yang saya susun untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Mendoyo, 21 September 2016 Peneliti Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP iii

4 iv

5 PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA UPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO SD NEGERI 6 PENYARINGAN Alamat : Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo SUARAT KETERANGAN Nomor :. Yang bertanda tangan di bawah ini, Petugas perpustakaan SD Negeri 6 Penyaringan menerangkan dengan sesungguhnya bahwa laporan PTK : Judul Penulis : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 : Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP : Telah didokumentasikan/disimpan di perpustakaan dan telah menjadi milik perpustakaan SD Negeri 6 Penyaringan. mestinya. Demikian surat keterangan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagai mana Mengetahui Kepala SD Negeri 6 Penyaringan Jembrana, 30 September 2016 Petugas Perpustakaan Ni Luh Sekarini, S.Pd NIP Pande Paf Rusdyana, S.Pd NIP v

6 KATA PENGANTAR Melalui kesempatan yang berbahagia ini, peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya, peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Peneliti sadari bahwa laporan penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kepala SD Negeri 6 Penyaringan yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 2. Rekan Guru-guru dan pegawai SD Negeri 6 Penyaringan yang telah memberikan bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. 3. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 6 Penyaringan yang telah dengan senang hati mengikuti proses pembelajaran selama peneliti mengadakan penelitian. 4. Semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik bentuk maupun isinya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang peneliti miliki, sehubungan dengan hal tersebut dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga laporan penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama bagi perkembangan dunia pendidikan. Mendoyo, September 2016 Peneliti vi

7 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DALAM MATERI CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa dalam pata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Penelitan ini dilakukan di keas V SD Negeri 6 Penyaringan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih rendahnya hasil belajar IPA dikelas V Hal ini berdasar observasi pra siklus di ketahui nilai ulangan harian matematika pada pelajaran IPA sebelumnya nilai ratarata kelas untuk IPA masih rendah yaitu Nilai rata-rata ini masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 65. Maka dari itu perlu untuk ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringan, Semester genap tahun pelajran 2015/2016 yang berjumlah 23 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar IPA dalam materi cahaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Pelaksanaan Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus selama tiga bulan. Dengan keriteria keberhasilan dalam penelitian apa bila nilai rata-rata kelas minimal 65, dan ketuntasan belajar minimal 85. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Cahaya siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Kesimpulan tersebut didungkung oleh hasil belajar siswa jika dilihat dari Rerata skor hasil belajar IPA siswa dari prasiklus (sebesar 60.87) ke siklus I (sebesar 69.35), dan Siklus II (sebesar 74.13). dan ketuntasan belajar siswa meningkat berturut-turut dari pra siklus 30.43, siklus I dan siklus II Jika dibandingkan dengan keriteria keberhasilan pada siklus II sudah memenuhi rata-rata kelas melebihi KKM diatas 65 dan kentuntasan belajar juga lebih dari 80. Maka dapat dikatakan penelitian ini telah berhasil. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe time token, dan hasil belajar IPA vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii LEMBAR PERNYATAAN...iii BERITA ACARA SEMIANR...iv SURAT KETERANGAN PERPUSTAKAAN...v KATA PENGANTAR...vi ABSTRAK...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK...x DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran... 6 D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 9 A. Kajian Teori... 9 B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Seting Penelitian C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian D. Instrumen Penelitian E. Metode Pengumpulan Data F. Metode Analisis Data G. Kriteria Keberhasilan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian B. Analisis Data C. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran dan Tindak Lanjut DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL TABEL HALAMAN Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran Kooperatif...12 Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Time token...15 Tabel 3.1 : Daftar Nama Siswa Kelas V (lima)...28 Tabel 4.1 Analisi Hasil Belajar Ipa Siswa Pada Prasiklus Tabel 4.2: Pemetaan Kompetensi Dasar pada Siklus I.38 Tabel 4.3: Analisi Data Prestasi Belajar IPA Siklus I..39 Tabel 4.4 Pemetaan Kompetensi Dasar IPA pada Siklus II.42 Tabel 4.5: Analisi Data Hasil Belajar IPA Siklus II. 43 Tabel 4.6: Perbandingan Rerata Skor Hasil Blajar IPAdari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II...45 Tabel 4.7: Data Hasil Belajar IPA dari Pra Siklus Sampai Siklus II 46 ix

10 DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Grafik 4.1. Peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar pra siklus dengan tes akhir pada siklus I II...46 x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian. 2. Daftar nama siswa. 3. Nilai prestasi belajar Matematika pra siklus 4. Pemetaan Setandar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika 5. Silabus Matematika 6. Daftar hadir siswa siklus I 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 8. Instrument tes sklus I 9. Rekap nilai prestasi belajar Matematika siklus I 10.Sampel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I 11.Dokumentasi Siklus I 12.Daftar hadir siswa siklus II 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 14.Instrument tes sklus II 15. Rekap nilai prestasi belajar siklus II 16. Sampel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II 17. Dokumentasi Siklus II 18.Surat izin penelitian 19. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian 20. Notulen Seminar PTK 21. Daftar Hadir Peserta Seminar 22. Dokumentasi Seminar PTK xi

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Pendidikan berkualitas harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan ilmu pegetahuan dan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun, etika serta didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, mutu pendidikan menjadi sorotan penting di masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing sejalan dengan kemajuan IPTEK yang semakin berkembang pesat. IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, begitu juga dalam kehidupan manusia. IPA juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Tujuannya tidak hanya menambah ilmu pengetahuan guna mempersiapkan diri didalam meniti karier terutama dalan menjalankan tugas-tugas sebagai guru SD, tetapi juga berguna untuk 1

13 menunjang ilmu pengetahuan lainnya. Suherman dan Winataputra (1992:127) menyatakan bahwa banyak ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari IPA. Aisyah, dkk (2008:4) menyatakan tujuan pembelajaran IPA sekolah, khususnya di SD atau MI adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. memahami konsep IPA, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah, 2. melatih cara berpikir dan bernalar siswa, 3. mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4. mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan, baik secara lisan maupun tulisan, dan 5. memiliki sikap menghargai kegunaan IPA dalam kehidupan. Model pembelajaran yang mampu mewujudkan tujuan pembelajaran IPA ini adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran IPA. Siswa dapat bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari materi, menyelesaikan tugas-tugas, persoalan yang disajikan oleh guru, dan memberikan penjelasan di dalam kelompok. Secara individu siswa mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah IPA, sehingga akan mengurangi (bahkan menghilangkan) rasa cemas terhadap IPA yang banyak dialami para siswa. Sementara secara sosial, siswa mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi, bertukar pikiran, ide dan gagasan dalam sebuah kelompok diskusi (Ibrahim, 2000). Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (dalam Ibrahim dkk, 2000) pada beberapa mata pelajaran, termasuk IPA, telah membuktikan 2

14 bahwa siswa yang belajar secara kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar secara individu. Berdasarkan hasil penelitiannya, melalui penerapan pembelajaran kooperatif tidak ditemukan pengaruh negatif pada hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa, model pembelajaran kooperatif cocok diterapkan dalam pembelajaran, termasuk mata pelajaran IPA.Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaranpada siswa-siswa SD Negeri 6 Penyaringan, Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA belum tercapai secara maksimal. Hal tersebut secara umum nampak dari kurangnya antusias siswa SD Negeri 6 Penyaringandalam mengikuti proses pembelajaran IPA dan rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang ada, hasil belajar IPA siswa SD Negeri 6 Penyaringan tergolong rendah walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA, seperti melalui penyempurnaan kurikulum, mengadakan penataran bagi staf pengajar, mensuplai buku-buku yang relevan. Namun semua usaha ini belum memberikan hasil yang diharapkan. Hal ini terbukti dari perolehan hasil belajar IPA siswa kelas V, yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Menurut Nurman, Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) (Nurman, 2012). Berpatokan pada Kreteria Ketuntasan Minimal ( KKM) 65 pada mata pelajaran IPA, siswa kelas V pada hasil belajar pra siklus menunjukkan bahwa baru 7 3

15 siswa yang mencapai KKM di tetapkan. Hal ini menyebabkan 16 siswa perlu meningkatkan perolehan hasil belajar. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya perlu ada upaya yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan data diatas ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa SD adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA di kelas tersebut kurang optimal. Menurut Artini (2011), kurang optimalnya proses pembelajaran yang dilaksanakan bisa bersumber pada metode pembelajaran, tidak menggunakan media dalam pembelajaran, alat evaluasi yang tidak memiliki blue-print, tidak tersedia buku pelajaran yang memenuhi tuntutan kurikulum, paradigma guru yang yang menganut sistem transfer pengetahuan, tidak menganut filosofi konstruktivisme, dan guru yang sering meninggalkan kelas. Sehubungan dengan penggunaan metode pembelajaran, seorang guru harus jeli (prigel) di dalam memilih metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Menurut Puger (2004: 14), untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan penanaman konsep, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa.salah satu metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan pemahaman, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa adalah dengan menggunakan metode belajar kooperatif. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, maka pengungkapan konsep-konsep dalam suatu bidang studi dapat diwujudkan melalui cara-cara yang rasional, komunikatif, edukatif, dan kekeluargaan. 4

16 Sesungguhnya dalam pembelajaran kooperatif banyak cara yang dapat dilakukan dalam berdiskusi. Salah satunya adalah menggunakan tipe time token. Tipe time token dapat membantu guru dalam mengelola kelompok belajar, sehingga siswa yang mendominasi percakapan dapat berbagi aktif dengan siswa yang malu bahkan tidak pernah berbicara sama sekali (Ibrahim dkk, 2000). Adapun kelebihan tipe time token adalah adanya peluang pemeratan kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan pendapat/gagasan/jawaban maupun pertanyaan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kupon bicara dalam waktu ± detik, tanpa menghalangi aktivitas maupun kreativitas siswa yang memiliki kemampuan lebih. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat menyampaikan gagasan/pendapat maupun memberikan penjelasan pada teman yang kurang mengerti di tengah kelompok. Secara tidak langsung melalui tipe time token siswa belajar untuk bisa mendengarkan dan menghormati pendapat orang lain serta bertanggung jawab pada tugas bersama. Jadi, manfaat proses pembelajaran time token adalah selain siswa berdiskusi sesamanya, siswa juga mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelompok. Tipe pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa, khususnya siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringanberbagi aktif serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan kerja sama yang baik di antara anggota kelompok. Berdasarkan uraian di atas, sangat penting dilakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif dengan tipe time token dalam proses pembelajaran IPA dengan suatu usulan tindakan yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi 5

17 Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkanhasil belajar IPA siswa kelas VSD Negeri 6 PenyaringanSemester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanpenerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe time tokendalam meningkatkan hasil belajaripa siswa kelas VSD Negeri 6 PenyaringanSemester Genap Tahun Ajaran 2015 / D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretik a. Dapat menambah informasi, khususnya bagi guru IPASD dalam ranah model pembelajaran kooperatiftipe time token.hal ini berperan sebagai variasi di dalam mengimplementasikan materi ajar di kelas. b. Sebagai bahan informasi, khususnya bagi guru IPASD agar memberikan latihan menggunakan media asli yang tepat dalam menyampaikan pokok bahasan, sehingga siswa mempunyai kemampuan berpikir konkret yang baik. 6

18 c. Dapat dijadikan dasar pijakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih khusus dalam usaha mendapatkan hasil penelitian yang betul-betul representatif dan akurat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dengan adanya temuan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan pemahaman konsep IPAsehingga hasil belajar siswa dapat memenuhi standar KKM yang telah ditentukan dan dapat melatih keterampilan kooperatif siswa.dengan demikian siswa akan memperoleh gambaran bahwa belajar agama dapat lebih mudah dipahami dengan bekerjasama dalam kelompok. Selain itu pula,melalui model pembelajaran ini, siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar yang lebih efektif dan tidak membosankan. b. Bagi Guru Penelitian ini berusaha mengungkap beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dan pemahaman konsep IPA khususnya pada materi sifat operasi hitung bilangan. Apabila ternyata terungkap bahwa strategi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA(prestasi) dan ketrampilan kooperatif siswa, maka informasi ini akan merupakan masukan yang berharga bagi para guru IPAdalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi kondisi di sekolah, dan materi yang diajarkan serta diharapkan dapat memiliki pedoman baru tentang pembelajaran dan membina proses belajar mengajar yang lebih efektif, efesien serta dapat memberikan kontribusi yang positif untuk meningkatkan prestasi belajar 7

19 c. Bagi Sekolah Temuan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan pemahaman konsep IPAdan meningkatkan keterampilan kooperatif siswa, dapat memberikan masukan kepada sekolah untuk memasukan model pembelajaran ini sebagai salah satu model pembelajaran IPAyang dapat dipilih. Dan tidak hanya terbatas pada mata pelajaran IPAsaja, jika memungkinkan untuk dapat pula digunakan pada mata pelajaran yang lain, sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya. 8

20 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Sehubungan dengan pernyataan tersebut Slavin (dalam Sanjaya, 2009) mengemukakan dua alasan penggunaan pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murda (dalam Astawan, 2010) bahwa pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan tidak hanya untuk meningkatkan prestasi akademik tetapi juga untuk mengembangkan budi pekerti. Sehubungan dengan prestasi akademik siswa, Slavin (dalam Ibrahim dkk, 2000) telah menelaah penelitian dan melaporkan 45 penelitian yang dilakukannya antara tahun 1972 sampai 1986 untuk menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, IPA, bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, membaca, dan menulis. Dari 45 laporan tersebut, 37 diantaranya 9

21 menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, 8 studi menunjukkan tidak ada perubahan, dan tak satupun yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif, pembelajaran lebih terpusat pada siswa. Selama pembelajaran berlangsung, siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas, serta memberikan penjelasan pada kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Santyasa (dalam Astawan, 2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran atau strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Simpulan mengenai model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Suyatno, 2009:51). Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana dalam kegiatan belajar siswa dibagi dalam kelompok diskusi untuk membahas bersama 10

22 masalah yang disajikan oleh guru dengan mengutamakan pemberian penghargaan kelompok dibandingkan individu. Pendekatan struktural merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan Spencer Kagen, dkk. Pada pendekatan ini lebih memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola intraksi siswa (Ibrahim dkk, 2000). Jadi struktural itu lebih mengarah kepada interaksi dan kerja sama dalam kelompok. Setiap tindakan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula penerapan model pembelajaran kooperatif. Arends (dalam Ibrahim dkk, 2000: 7) menyatakan model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: hasil akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Ketiga tujuan pembelajaran kooperatif menurut Arends dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Hasil Belajar Akademik Selain mencakup tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Menurut para ahli pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk memberikan penghargaan kelompok telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. 2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, 11

23 kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah megajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan bekerja sama inilah yang disebut dengan keterampilan kooperatif Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran koopertif selain meningkatkan hasil belajar juga menumbuhkembangkan keterampilan sosial siswa untuk dapat saling menghargai dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama di dalam pelaksanaan pelajaran, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyajikan informasi Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif/tim-tim belajar Fase-4 Membimbing/membantu kelompok bekerja dan belajar Fase-5 Evaluasi atau mengujikan berbagai materi Fase-6 Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi, ceramah, tanya jawab atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan setiap kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik 12

24 Memberi penghargaan atau upaya maupun hasil belajar individu maupun pengakuan kelompok. (Sumber : Ibrahim dkk, 2000: 10) Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tersusun atas kelompok yang terdiri dari dua, tiga, empat, sampai enam orang dengan kemampuan dan latar belakang berbeda. Struktur yang dikembangkan ini lebih menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan penghargaan yang diberikan secara kooperatif. Ada dua macam pengembangan dalam pendekatan struktural yaitu untuk meningkatkan perolehan isi akademik dan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan keterampilan kelompok. Model active learning dan time token merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial (Ibrahim dkk, 2000).Time token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan dan menjamin peran serta yang seimbang antara anggota kelompok. Menurut Sugihharto (2011) tipe time token merupakan salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Model pembelajaran time token digunakan untuk mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali (Suyatno, 2009). Pembelajaran time token memberi kesempatan yang sama pada siswa untuk menjawab pertanyaan atau mengungkapkan pendapat/ide/gagasan. Pengertian time token dapat dijelaskan sebagaisuatu kegiatan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran koooperatif untuk dapat membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap siswa dengan menggunakan kupon berbicara untuk waktu yang telah ditentukan, dengan nilai 10 atau 15 detik (Ibrahim, 2000). Tentunya 13

25 penerapan tipe time token dalam pembelajaran akan efektif bila dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Banyak pendapat mengenai langkahlangkah pembelajaran time token. Arends (dalam Suprijono, 2009: 113) menyatakan, langkah-langkah pembelajaran time token: (a) kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi ( cooperative learning/cl), (b) tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ±30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan, (c) bila telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon, (d) siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi, yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis, (e) dan seterusnya. Pendapat yang tidak jauh berbeda mengenai langkah pembelajaran time token dikemukakan oleh Suyatno (2009:76), langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato -tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai, kupon dikembalikan. Secara sederhana Riyatno (2010 :277) menjelaskan, model ini menggunakan kartu. Langkah-langkanya sebagai berikut: (a) semua siswa diberi kartu bicara, (b) di dalam kelompok siswa yang sudah menyampaikan pendapat harus menyerahkan satu kartunya, (c) demikian seterusnya sampai siswa yang sudah habis kartunya tidak berhak bicara lagi Adapun Tata Cara Pelaksanaan Time token menurut Ibrahim, dkk (2000) secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: 14

26 (a) tiap siswa diberikan kupon berbicara dengan nilai 10 atau 15 detik waktu bicara (dapat disesuaikan), (c) seorang siswa memonitor interaksi dan meminta pembicara untuk menyerahkan satu kupon apabila ia telah menghabiskan waktu yang ditetapkan di kupon itu, dan (d) apabila seorang siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa tersebut tidak dapat berbicara lagi, agar siswa yang masih memegang kupon dapat ikut berbicara dalam diskusi tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan ciri khusus dari model pembelajaran kooperatif tipe time token terlihat pada pelaksanaan pembelajaran, dengan memberikan kupon bicara pada setiap siswa dengan waktu ±10 atau 15 detik. Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi. Hal ini menghendaki siswa yang masih memegang kupon untuk ikut berbicara dalam diskusi. Cara ini menjamin keterlibatan semua siswa yang ada di kelas. Rumusan tahap pelaksanaan pembelajaran time token yang dapat membedakannya dengan model pembelajaran lainnya dapat dijelaskan melalui tabel berikut. Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Time token Tahap Aktivitas yang dilakukan Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/kd kepada Menjelaskan tujuan siswa pembelajaran/kd Guru menjelaskan kegiatan belajar yang akan dilalui Tahap 2 Membentuk kelompok Tahap 3 Menyajikan informasi Tahap 4 Pembagian kupon bicara Tahap 5 Diskusi kelompok Tahap 6 siswa Guru membentuk kelompok belajar, masing-masing kelompok terdiri dari 2-6 orang Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi, ceramah, tanya jawab atau melalui bahan bacaan Guru membagikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 10 atau 15 detik hingga 30 detik per kupon pada tiap siswa. Guru mengkondisikan kelas untuk melakukan diskusi Kupon sudah dapat digunakan sebelum kegiatan 15

27 Penggunaan kupon bicara diskusi dimulai untuk merespon pertanyaan dari guru. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara siswa menyerahkan satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara. Jika semua kupon habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi kupon lagi dan mengulangi prosedurnya kembali Tahap 7 Penilaian Tahap 8 Memberi penghargaan atau pengakuan Guru memberi sejumlah nilai sesuai dengan waktu yang digunakan dan jumlah indikator yang muncul melalui penggunaan kupon Guru memberikan penghargaan atau pengakuan terhadapm upaya maupun hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok (Sumber : Sintaks Pembelajaran Time token Arends yang telah dimodifikasi sesuai dengan keperluan). 2. Media Dalam Pembelajaran. Peranan Media dalam proses pembelajaran tidak perlu diragukan lagi karena dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat, proses transformasi pengetahuan dapat berjalan dengan cepat.dalam kontek pembelajaran media dapat diartikan segala sesuatu yang dapat mermbantu jalannya proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Arsyad (2007) yang mengatakan,media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat, grafis,photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal 16

28 yang dapat membawa pesan atau informasiyang bertujuan untuk instruksional yang mengandung maksud pengajaran. Laria. (2008) mengatakan media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajarsumber ( guru ) maupun sumber lain kepada penerima (siswa ). Disisi lain media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya prosesdan hasil belajar pada diri peserta didik.( Sudrajat,2008 : 15 ). 3. Hasil Belajar Hamalik (2001) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Tentu dalam suatu proses belajar terdapat hasil yang dicapai, di bawah ini dijelaskan pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi dan ciri-ciri hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunnya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman(interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi. Bloom dalam Sudjana (1990 : 22), secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga aspek, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yaitu pengetahuan atau 17

29 ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sikap yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan dalam melakukan serangkaian kegiatan. Dari ketiga aspek di atas yang menjadi obyek penilaian yang paling banyak dinilai oleh para guru adalah aspek kognitif, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Nurkancana dan Sunartana (1990:11) Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar selama kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Berdasarkan penjelasan dari para pakar pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar.hasil belajar mata pelajaran IPA yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengalami proses interaksi mata pelajaran IPA. Dalam kaitannya dengan penelitian ini tentunya hasil belajar mata pelajaran IPA yang dimaksud yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah penerapan metode demonstrasi melalui media alat peraga dalam proses pembelajaran materipelajaran yang akan diteliti dalam mata pelajaran IPa. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap pendidikan, ini berarti berhasil atau tidak pendidikan tergantung dari proses belajar yang dialami siswa. Sebagai suatu proses tentu ada yang diproses masukan atau input. Untuk menghasilkan suatu out put yang 18

30 diinginkan tersebut maka faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut harus diperhatikan. Suryabrata (1995:249) menyatakan bahwa "faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: faktor luar dan faktor dalam diri siswa". Sedangkan Rusyan (1993:2) "menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1) faktor kesiapan, yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu, 2) motivasi, yaitu dorongan dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu, 3) tujuan yang ingin dicapai". Setelah siswa memperoleh pengetahuan, pengalaman di sekolah dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan tingkah laku baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Dengan perubahan tingkah laku yang dimiliki siswa setelah belajar maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar tersebut memiliki ciri-ciri tertentu. Mengenai ciri-ciri hasil belajar akan diuraikan sebagai berikut. Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Hasil belajar kognitif merupakan keinginan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi. Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecenderungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar dari kegiatan sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian, adanya respon atau tanggapan dan penghargaan. Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian 19

31 berpartisipasi di dalam kegiatan sebagai usaha kreatifitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain (Dimyati dan Moedjiono, 1999:201). Ahmadi (dalam Muliana, 2010:20) menyatakan bahwa ciri -ciri hasil belajar berupa kemampuan-kemampuan yang mencakup tiga hal yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Yang tergolong pada ranah kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis. Ranah afektif meliputi: perhatian menerima, respon, dan penghargaan. Kemudian ranah psikomotor meliputi: keberanian dan kemampuan berpendapat, kreatif, dan melakukan hal-hal tanpa tekanan orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri hasil belajar adalah: 1) Adanya perubahan baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa yang belajar. 2) Adanya perubahan pada seseorang yang belajar akibat adanya usaha. Seseorang akan mengalami perubahan dari belum mampu menjadi mampu atau dari belum tahu menjadi tahu. Kemampuan tersebut berlaku relatif lama sehingga siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Pengertian Penilaian Hasil Belajar Salah satu indikator keberhasilan penilaian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran adalah tinggi atau rendahnya nilai yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran tersebut. Umumnya alat ukur yang paling sering digunakan guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran adalah berupa tes.berkenaan dengan penilaian hasil belajar Suprayekti, dkk. ( 2008 : 4.43 ) mengatakan penilaian hasil belajar tidak semata-mata diperoleh dari siswa mengerjakan tes akhir, atau tes hasil belajaryang berbentuk uraian terbatas atau objektif saja, namun hasil belajar siswa dinilai melalui berbagai cara dan 20

32 perwujudan.guru menggunakan beragam teknik dan alat ukur, siswa mengekspresikan keberhasilannya dalam beragam bentuk. Sementara itu Kemp dalam Ibrahim (2000) menilai hasil belajar merupakan unsur terakhir dari keempat unsur penting dalam proses perancangan pengajaran yang meliputi siswa, tujuan,metode,dan evaluasi.sebagai salah satu tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi adalah menetukan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru,hal ini berguna sebagai perbaikan pengajaran yang akan dilaksanakan kemudian. Dengan diketahuinya daya serap siswa terhadap materi pembelajaran, memudahkan guru untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Menurut Suherman ( ) daya serap adalah sebagai cermin an penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya atau materi tes yang disajikan. Daya serap untuk setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam satu bidang studi dinamakan daya serap studi atau daya serap khusus, sedangkan daya serap yang berkenaan dengan seluruh bidang studi dalam satu kelas tertentu dinamakan daya serap umum. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila ia telah mencapai daya serap 60 % atau nilai rata-rata 60 disebut daya serap perseorangan. Suatu kelas disebut tuntas belajar apabila kelas tersebut telah mencapai nilai 80 %, yang telah mencapai daya serap 60 % disebut daya serap klasikal. ( Anonim,1994 : 30 ). Menurut Kartono ( 1985 : 1 ) faktor yang menyebabkan rendahnya daya serap siswa digolongkan dalam dua macam yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi 21

33 kecerdasan dan motivasi, sedangkan faktor eksternal meliputi siswa itu berada di sekolah serta peralatan belajar. 5. Materi IPA SD Kelas 5 Semester 2 : Cahaya dan Sifat-Sifatnya Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar mm.pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak.cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris dan optika fisis. Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang 22

34 teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E. Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain. Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960.Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan. Sifat-Sifat Cahaya Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Kamu tentu menjawab tidak dapat. Tahukah kamu mengapa kita hanya dapat melihat benda-benda ketika ada cahaya yang mengenai benda tersebut? Cahaya yang masuk melalui jendela kamarmu di pagi hari merambat lurus seperti terlihat pada gambar di awal bab. Merambat lurus merupakan salah satu sifat cahaya. 23

35 Agar kamu mengetahui sifat-sifat cahaya lainnya, perhatikan uraian berikut ini. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dan dapat dipantulkan. Cahaya Merambat Lurus Pernahkah kamu melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah atau jendela yang ada di rumahmu? Bagaimana arah rambatan cahaya tersebut? Cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela merambat lurus Bagaimanakah cahaya itu bergerak, apakah merambat lurus atau berkelok-kelok? Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap? Bagaimanakah perambatan cahaya yang kamu lihat? Untuk membuktikan jawabanmu, Jika kamu melakukan kegiatan tersebut dengan baik, cahaya akan keluar dari karton terakhir ketika lubang ketiga karton tersebut berada pada satu garis lurus. Hal ini membuktikan bahwa cahaya merambat lurus. Hal yang sama terjadi pada saat kamu melihat perambatan cahaya melalui lubang kecil di suatu ruang yang gelap. Jika sumber cahaya tersebut adalah Matahari, kamu akan melihat perbedaan arah rambat cahaya di ruang gelap tersebut ketika Matahari terbit sampai Matahari terbenam. Akibat cahaya merambat lurus, benda yang tidak tembus cahaya seperti buku, pohon, kertas, atau tubuh manusia akan membentuk bayangan apabila terkena cahaya. 24

36 Cahaya Menembus Benda Bening Mengapa kaca jendela rumahmu merupakan kaca yang bening? Bagaimana jika kaca tersebut ditutup dengan triplek atau kertas karton? Apakah cahaya matahari dapat masuk? Cahaya dapat masuk ke dalam rumahmu selain melalui celah-celah juga melalui kaca jendela yang ada di rumahmu. Kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari. Apabila kamu menutup kaca jendela rumahmu dengan menggunakan karton maka cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumahmu. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya hanya dapat menembus benda yang bening. Cahaya Putih Terdiri Atas Berbagai Warna Tahukah kamu warna dari cahaya matahari yang setiap hari dipancarkan ke bumi? Apakah cahaya matahari berwarna putih? Bagaimana dengan sumber cahaya lainnya? Cahaya matahari yang kita lihat seperti warna putih sebenarnya terdiri dari berbagai macam warna. Agar lebih jelas, pehatikan uraian berikut ini! Peristiwa Penguraian Cahaya dalam Kehidupan Sehari-hari Kalian tentu penah melihat pelangi di langit. Pelangi merupakan salah satu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penguraian cahaya. Pelangi biasanya dapat kita lihat pada saat hujan turun rintik-rintik. Warnapelangi sama halnya seperti warna spektrum cahaya yang terbentuk pada kegiatan yang telah kamu lakukan sebelumnya. Warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu pada pelangi berasal dari pembiasan dan penguraian cahaya putih matahari oleh bintikbintik air hujan. Pelangi yang memilki warna dan bentuk yang indah dapat kita buat melalui percobaan sederhana berikut ini.. 25

37 B. Kerangka Berpikir Selain memunculkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe time token akan berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam mata pelajaran IPA, ternyata lebih memberi peluang pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Perhatian siswa terfokus pada kegiatan belajar, karena siswa akan mengalami sendiri kegiatan belajar. Penemuan konsep setelah melalui kegiatan diskusi yang melibatkan seluruh anggota kelompok akan membuat informasi yang diperoleh melekat kuat dalam memori pikiran mereka. Terfokusnya perhatian siswa dan melekat kuatnya informasi yang diperoleh inilah yang secara tidak langsung memberi pengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA siswa. Bertitik tolak dari kerangka berpikir demikian, dapat ditegaskan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token secara tepat dalam kegiatan pembelajaran IPA akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA siswa. C. Hipotesis Tindakan Bertolak dari permasalahan dan kerangka berpikir yang didasarkan pada kerangka teori serta didukung oleh bukti-bukti empirik yang relevan, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time tokendiharapakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mengenai pemahaman konsep IPA tentang Cahaya dan keterampilan kooperatif siswa kelas VSD Negeri 6 Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. 26

38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. B. Seting Penelitian Tempat penelitian tindakan kelas ini bertempat di SD Negeri 6 Penyaringan, yang berlokasi di daerah pegunungan, beralamat di Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembarna. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V (lima) SD Negeri 6 Penyaringan Tahun Pelajaran 2015/2016 Semester II. Dengan jumlah siswa 23 orang, 13 orang laki-laki dan 10 orang Perempuan. Berikut ini peneliti sajikan daftar nama siswa kelas V sebagi subyek penelitian. 27

39 Tabel 3.1 : Daftar Nama Siswa Kelas V (lima) No NIS Nama I GEDE AGUS WIDIANTARA NI KADEK ARI PUSPITA ANA DEWI NI MADE APRI LIANTINI KOMANG ADI WIRADANA NI KADE AYU RIFSI GISILAWATI I GUSTI MADE ADI ARTAWAN I KOMANG AGUS ADI PUTRA I PUTU GEDE DARMA ARDI PUTRA NI MADE AYU SRI PARAMITA DEWI I MADE AGUS RYAN SETIAWAN I PUTU AGUS ARY MAHARDIKA NI PUTU CHRISYA MARSYA GITA DEWI GUSTI PUTU HADI NUGRAHA I NYOMAN IVAN MERTHA ANANDA PUTRA NI KOMANG INTAN TRIASTINI RAHAYU KADE MEITHA NANDA SUKMA LESTARI I GEDE PANDE PRADNYANA PUTRA NI PUTU RAHAYU APRILIANI I MADE RIPKI ANGGARA PUTRA NI NYOMAN SINTYA MAHARANI NI NYOMAN WIASTIKA PUTRI I PUTU WEDA WIDYATAMA I KADEK DWIPA YOGA SAPUTRA Objek penelitian adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Waktu yang digunakan dalam penelitian beserta penyusunan laporan penelitian ini selama 3 bulan dari bulan April-Juni. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran IPA Kelas V yaitu pada hari senin dan selasa. Berikut ini rincian jadwal penelitiannya. Prasiklus : Tanggal 6-11 April 2016 Siklus I : Pertemuan ke 1 : Hari Selasa, tanggal 12 April 2016 Pertemuan ke 2 : Hari Senin, tanggal 18 April 2016 Pertemuan Ke- 3 : Hari Selasa, tanggal 19 April

40 Siklus II : Pertemuan ke 1 : Hari Senin, tanggal 25 April 2016 Pertemuan ke 2 : Hari Selasa, tanggal 26 April 2016 Pertemuan Ke- 3 : Hari Senin, tanggal 2 Mei 2016 C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui beberapa siklus. Berdasar refleksi awal akan dilakukan perbaikan pada suklis I, refleksi siklus I akan diperbaiki pada siklus II dan begitu juga seterusnya. Setiap siklus yang dilaksanakan terdiri dari perencnaan tindakan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi (Arnyana, 2009:3). Setiap siklus dilakukan dalam tiga kali pertemuan, dua kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan satu pertemuan untuk evaluasi pembelajaran. Adapun bagan alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat pada bagan dibawah ini.. Keterangan: 1. Rencana 2. Tindakan 3. Evaluasi 4. Refleksi Penjelasan alur di atas adalah: Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas 29

41 1. Perencanaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Pelaksanaan /Tindakan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model resitasi. 3. Observasi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Untuk mengetahui efektif tidaknya tindakan, dilakukan pemantauan atau observasi dan evaluasi. Pemantauan ini dilakukan oleh dua orang guru dari sekolah yang sama pada saat tindakan dilaksanakan. Pemantauan diarahkan pada proses pembelajaran itu sendiri, untuk mengetahui apakah tindakan yang ditempuh peneliti pada saat menerapkan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Evaluasi dilakukan tiap selesai pelaksanaan tindakan baik pada siklus I maupun II. Caranya, dengan mengkaji data hasil belajar siswa. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa. Segenap informasi yang terkumpul dari hasil evaluasi dimanfaatkan untuk membuat keputusan atas tindakan 4. Refleksi, Semua data yang diperoleh selanjutnya dianalisis. Analisis dilakukan secara kontinyu setelah tindakan atau pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis ini dilakukan refleksi dengan melibatkan tim pengamat/observer. Refleksi dilaksanakan setelah semua informasi hasil tindakan terkumpul, baik itu informasi berupa efektif tidaknya tindakan peneliti sesuai dengan rencana, perilaku belajar siswa maupun informasi berupa perolehan hasil belajar siswa 30

42 berdasarkan tindakan tersebut. Tujuan refleksi, untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dari penganalisisan data termasuk temuan-temuan dalam pelaksanaan tindakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau revisi terhadap tindakan siklus terdahulu serta merancang tindakan siklus berikutnya. Refleksi akan memperlihatkan beberapa kemungkinan yaitu: Jika tindakan yang dilaksanakan menunjukkan hasil yang baik (efektif), maka tindakan tersebut diulang/dipertahankan pada siklus berikutnya. Jika tindakan yang dilaksanakan menunjukan hasil yang kurang baik (kurang efektif), maka tindakan dimodifikasi atau direvisi atau diganti untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada siklus berikutnya. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Proses Pelajaran (RPP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 4. Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Pengetahuan Sosial 31

43 pada pokok bahasan kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Indonesia. Tes formatif ini diberikan setiap akhir siklus. E. Metode Pengumpulan Data Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan menggolongkan data untuk mejawab dua permasalahan pokok, yaitu: 1. Tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini dan (2) seberapa jauh data -data ini dapat meyokong tema tersebut (Sukidin dkk., 2002:111). Penelitian ini akan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data yang akan dianalasis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data utama yaitu data hasil belajar siswa. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar dalam bentuk tes formatif. Dilihat dari waktu pelaksanaannya, ada dua macam tes yang digunakan yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan untuk memperoleh data awal sebelum dilaksanakannya tindakan hasil. Tes awal ini di ambil dari nilai ulangan harian sebelumnya. Tes akhir dilakukan memperoleh data pada setiap berakhirnya pelaksanan tindakan yang dilakukan sebanyak dua kali masing-masing menjelang berakhirnya pelaksanaan tindakan pada siklus I dan pada siklus II. Berpedoman pada metode pengumpulan data tersebut di atas maka instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Butir soal tes hasil belajar dibuat sama bentuk maupun isi soalnya. F. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh maka digunakan teknik analisis data 32

44 deskriptif komparatif yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa. Dalam analisis dicari nilai rata-rata kelas, daya serap, dan ketuntasan belajar siswa berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam setiap siklus. Adapun teknik analisi data tersebut adalah sebagi berikut 1. rata-rata kelas (M) Prestasi belajar siswa dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menggunakan nilai rata-rata kelas (M) hasil tes dengan rumus : M = X N Keterangan : M = Nilai rata-rata kelas X = Jumlah total skor siswa N = Jumlah siswa (Nurkancana, 1992) 2. Ketuntasan Belajar (KB) Untuk analisis Ketuntasan Belajar (KB). Dengan rumus daya serap dan ketuntasan belajar sebagai berikut: Banyak siswa yang memperoleh nilai 65 K B = X 100 N Keterangan: KB N = Ketuntasan Belajar = Jumlah siswa (Depdikbud, 1994) 33

45 G. Kriteria Keberhasilan Kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini didasarkan pada pedoman kriteria / Indikator keberhasilan prestasi belajar siswa, yaitu apa bila nilai rata-rata kelas (M) minimal 65, dan ketuntasan belajar (KB) minimal

46 BAB IV HASIL PENELITIAN Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan April2016 sampai dengan bulan Mei 2016 pada siswa kelas V semester genap SD Negeri 6 Penyaringan tahun pelajaran 2015/2016 untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. A. Hasil Penelitian 1. Pada Prasiklus Data hasil belajar pada prasiklus diambil dari nilai ulangan siswa pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Setelah data terkumpul, yang dalam hal ini berupa skor hasil belajar IPA, setelah dilakukan analisis data diketahui bahwa dari 23 siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM sebanya 7 siswa dan 16 siswa masih dibawah KKM. Nilai rata-rata kelas (M) dan Ke tuntasan Belajar (KB) jika di bandingkan dengan keriteria keberhasilan masih belum memenuhi. Berikut ini peneliti sajikan analisis data pra siklus kedalam bentuk tabel. Tabel 4.1 Analisi Hasil Belajar Ipa Siswa Pada Prasiklus. NILAI NO FREKUENSI JUMLAHNILAI NO ABSEN SISWA KET TES , 18 BT , 5, 6, 8, 10, 12, 20 BT , 9, 13, 14, 16, 21, 23 BT , 22 T , 15, 19 T T T N 23 X 1400 Rata-rata Ketuntasan

47 Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan maka dapat direfleksi bahwa nili hasil belajar matetmatika siswa masih tergolong rendah dilihat dari analisi data nilai ulangan harian sebelumnya diketahui rata- rata kelas 60.87, dan ketuntasan belajar secara kelasikal 30.43, jika dibandingkan dengan keriteria yang ditentukan masih belum memenuhi yaitu rata-rata kelas sesuai KKM harus 65, daya serap dan ketuntasan belajra 80.. Maka dari hasil observasi awal ini nilai hasil belajar IPA harus ditingkatkan lagi agar memenuhi keriteria yang ditentukan. Untuk memperbaiki hasil belajar ini maka perlu perbaikan yang dilakukan pada siklus selanjutnya. Untuk memperbaiki hasil belajar IPA siswa maka peneliti akan mencoba mengunakan metode yang belum pernah peneliti gunakan. Melihat dari observasi awal bahwa peneliti merasa dalam pembelajaran sebelumnya hanya mengunakan metode ceramah dan jarang mengunakan media pembelajaran sehinga siswa kurang aktif. Jadi dalam perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya peneliti akan menerapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Dengan harapan siswa akan lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Pada Siklus I Pembicaraan pada siklus I, pelaksanaanya dibagi menjadi 4 tahapan, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan pengukuran, dan tahap refleksi. Masing-masing tahapan ini, akan dibahas secara rinci pada bagian berikut. a. Tahap perencanaan. 36

48 Perencanaan pembelajaran pada siklus I menggunakan dasar analisis hasil pengukuran bidang studi IPApada prasiklus. Peneliti mengkaji-ulang ( review) mengenai RPP pada prasiklus dan skor hasil belajar IPAsiswa. Hasil review peneliti terhadap RPP yang dikaitkan dengan jumlah siswa yang memperoleh skor di bawah KKM menunjukkan bahwa metode ceramah yang diterapkan pada prasiklus kurang cocok untuk mengomunikasikan materi ajar yang menuntut pemahaman konsep secara konkret. Metode ceramah lebih banyak berperan untuk memahami konsep secara abstrak. Padahal pemahaman konsep secara konkret merupakan base philosophy untuk memahami konsep secara abstrak. Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan siswa mengalami miskonsepsi ( misconception). Indikator dari siswa mengalami miskonsepsi adalah sebanyak 16 siswa memperoleh skor IPAdi bawah KKM. Berpijak atas analisis RPP dan skor hasil belajar IPApada prasiklus, peneliti merancang skenario pembelajaran dalam bentuk RPP untuk diimplementasikan pada siklus I. Metode ceramah diganti dengan metode pembelajaran kooperatif tipe time token. Mengenai perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP pada siklus I dapat dikaji secara lengkap pada Lampiran 4b. b. Tahap pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan disesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun. Sesuai dengan jadwal yang telah disusun, penelitian tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes siklus untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan pada tiap pertemuan disajikan dalam tabel 4.2 berikut. 37

49 Tabel 4.2: Pemetaan Kompetensi Dasar pada Siklus I Pertemuan Setandar Kompetensi Kompetensi Dasar Mendeskripsikan sifat-sifat 6.1.1Memahami peta konsep cahaya tentang cahaya 6.1.2Menyebutkan sifat cahaya Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 3 UJIAN SIKLUS I Memahami sifat cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung Memahami bayangan yang terjadi pada cermin datar, cermin cekung, cermin cembung. Fokus pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token adalah siswa aktif membangun pengetahuannya ( student centered). Hal ini dapat disaksikan pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok. Melalui metode kooperatif tipe time token ini, dimaksudkan dapat mengurangi miskonsepsi siswa, menambah aktivitas siswa dalam pembelajaran, meningkatkan hubungan sosial, dan meningkatkan pemahaman konsep secara holistik. c. Tahap pengamatan dan pengukuran. Pengamatan ( observation) terhadap pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok dan keterampilan siswa saat menyampaikan hasil tugasnya ( peer teaching) pada kelompok. Hasil amatan peneliti saat siswa mengerjakan tugas di kelompok masih terlihat dominasi siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah cenderung hanya mengadopsi pendapat dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok, pihak yang menyajikan cenderung masih gugup, tidak percaya diri, dan ada nuansa keragu-raguan terhadap apa yang 38

50 menjadi tanggungjawabnya. Pada saat mengerjakan tugas dalam kelompok, beberapa siswa dalam kelompok masih bersikap acuh, pada saat diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum dimengerti, siswa lebih banyak diam, beberapa siswa yang belum terbiasa berbicara di kelas masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat/ide, jawaban, pertanyaan maupun sanggahan, siswa yang aktif berbicara masih belum mampu berbagi aktif dengan teman yang lainnya. Hal inilah yang menjadi indikator awal dari prediksi bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada siklus I.Metode pembelajaran yang diterapkan pada siklus I adalah metode pembelajaran kooperatif tipe time token. Berdasarkan Tahapan pelaksanaan yang telah peneliti lakukan dari evaluasi pembelajaran Siklus I, penulis dapat mengobservasi nilai hasil belajar IPA yang diperoleh oleh masing-masing siswa. Hasil pengumpulan dan analisis data siklus I peneliti paparkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.3: Analisi Data Prestasi Belajar IPA Siklus I NO NILAI TES FREKUENSI JUMLAHNILAI NO ABSEN SISWA KET , 6 BT , 8, 14, BT , 9, 10, 13, 18, 20 T , 7, 12, 23 T , 15, 16, T , 21, 22 T , 19 T N 23 X 1595 Rata-rata Ketuntasan d. Tahap Refleksi Berdasarkan analisis data dari tahap observasi diatas tampak bahwa nilai ratarata kelas siklus I sudah memenuhi keriteria. Itu artinya sebagian kecil pada 39

51 siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran. Namun dari ketuntasan belajar secara klasikal masih belem memenuhi keriteria ketuntasan 80, siswa yang mendapat nilai tuntas 18 orang dan yang belum tuntas 5 orang siswa. Jadi masih perlu diadakan tindakaan pada siklus II untuk memaksimalkan nilai hasil belajar siswa. Dari perbandingan skor pada prasiklus dan siklus I dapat dikatakan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswa. Namun demikian, karena indikator keberhasilan belum terpenuhi maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus II. Tidak terpenuhinya indikator keberhasilan pada siklus I disebabkan oleh dua hal, yakni masih didominasinya pelaksanaan diskusi pada kelompok oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa saat menyampaikan hasil tugasnya pada kelompok tidak percaya diri. 3. Pada Siklus II Pembicaraan pada siklus II, pertelaannya dibagi menjadi 4 tahapan, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan pengukuran, dan tahap refleksi. Masing-masing tahapan ini, akan dibahas secara rinci pada bagian berikut. a. Tahap perencanaan Perencanaan pembelajaran pada siklus II menggunakan dasar analisis hasil pengukuran bidang studi IPA pada siklus I. Peneliti yang juga guru IPAkelas VSD Negeri 6 Penyaringan mengkaji-ulang ( review) mengenai RPP pada siklus I, pelaksanaan tindakan, tahap refleksi, dan skor hasil belajar IPA siswa. Hasil review peneliti terhadap RPP yang dikaitkan dengan jumlah siswa yang memperoleh skor di 40

52 bawah KKM berkonklusi bahwa indikator keberhasilan pelaksanaan tindakan kelas (PTK) pada siklus I belum tercapai. Masih banyak siswa yang melakukan diskusi pada kelompok hanya mengadopsi pendapat siswa yang dianggap memiliki kemampuan tinggi dan saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok tampak tidak percaya diri. Hal inilah yang menyebabkan masih banyak siswa yang belum berhasil meningkatan kemampuan di dalam memahami konsep IPA. Indikator dari siswa yang belum berhasil meningkatan kemampuan di dalam memahami konsep IPA adalah sebanyak 5 siswa dari 23 siswa. Berpijak atas analisis RPP, pelaksanaan tindakan, tahap refleksi, dan skor hasil belajar IPA pada siklus I, peneliti merancang skenario pembelajaran dalam bentuk RPP untuk diimplementasikan pada siklus II. Metode pembelajaran kooperatif tipe time token tetap digunakan, aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok yang menuntut penggunaan media dan penggunaan literatur yang sudah dirujuk sebelumnya ditekankan, dan peningkatan kepercayaan diri saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok. Penggunaan media sebagai konkretisasi konsep dan penggunaan buku-buku yang dirujuk berperan sebagai abstraksi konsep. Mengenai perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP pada siklus II dapat dikaji secara lengkap pada Lampiran 7. b. Tahap pelaksanaan tindakan Tindakan siklus II dilaksnanakan dalam 3x Pertemuan.. Materi ajar yang dikomunikasikan adalah menggunakan sifat operasi hitung dengan berpatokan pada RPP yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan. Pelaksanaan tindakan pada tiap pertemuan disajikan dalam tabel 4.4 berikut. 41

53 Tabel 4.4 Pemetaan Kompetensi Dasar IPA pada Siklus II Pertemuan Setandar Kompetensi Kompetensi Dasar Mendeskripsikan sifatsifat cahaya pemantulkan teratur, Memahami istilah dari bayangan semu, bayangan nyata, pembiasan, medium, garis normal, spektrum Menyebutkan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari Mendeskripsikan sifatsifat cahaya 3 UJIAN SIKLUS II Memahami bahwa benda terlihat oleh mata karena benda memantulkan cahaya Memahami bahwa mata tidak dapat melihat benda yang sangat kecil Mengetahui cara menjaga mata agar tidak rusak Mengetahui cacat mata Menyebutkan alat-alat optik yang lain Fokus pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token adalah masing-masing siswa berani berbicara, mengungkapkan pendapat, jawaban, pertanyaan, dalam pembelajaran.. Melalui metode kooperatif tipe time token ini, dimaksudkan dapat mengurangi miskonsepsi siswa, menambah aktivitas siswa dalam pembelajaran, meningkatkan hubungan sosial, dan meningkatkan memahami konsep secara holistik. Peneliti melakukan pengawasan saat siswa melakukan diskusi pada kelompok dan saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok. Melalui perhatian dan pengawasan yang lebih ketat, siswa melakukan aktivitas belajar secara intens. c. Tahap pengamatan dan pengukuran. 42

54 Pengamatan ( observation) terhadap pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok dan keterampilan siswa saat menyampaikan hasil tugasnya (peer teaching) di kelompok. Hasil amatan peneliti saat siswa mengerjakan tugas di kelompok sudah kelihatan semua siswa berkontribusi terhadap tugas yang menjadi tanggungjawabnya, dan saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok, pihak yang menyajikan sudah tampak percaya diri terhadap apa yang menjadi tanggungjawabnya. Dua hal inilah yang menjadi indikator awal dari prediksi bahwa siswa yang belum berhasil meningkatan kemampuan di dalam memahami konsep IPA pada siklus II dapat ditekan.metode pembelajaran yang diterapkan pada siklus II adalah metode pembelajaran kooperatif tipe. Berdasarkan Tahapan pelaksanaan yang telah peneliti lakukan dari evaluasi pembelajaran Siklus II, penulis dapat mengobservasi nilai hasil belajar matematika yang diperoleh oleh masing-masing siswa. Hasil pengumpulan dan analisis data Siklus II peneliti paparkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.5: Analisi Data Hasil Belajar IPA Siklus II NO NILAI TES FREKUENSI JUMLAHNILAI NO ABSEN SISWA KET , 6, 14, 18 BT , 2, 8, 13 T , 9, 20, 21 T , 23 T , 11 T , 15,16 T , 17, 22 T N 23 X 1705 Rata-rata Ketuntasan d. Tahap refleksi. 43

55 Tampak pada analisis data hasil belajar siklus II di atas siswa adanya peningkatan yang sangat baik, bisa dilihat siswa yang memperoleh nilai tuntas/sesuai KKM sebanyak 19 orang dan yang belum tuntas 4 orang. Dilihat dari rata-rata kelas siklus II 74,13 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar sudah memenuhi kreteria yang ditentukan. Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat ketuntasan belajar secara kelasikal siswa yang sudah memenuhi KKM sebanyak 19 orang walu ada 4 siswa belum tuntas namun secara umum sudah mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan. B. Analisis Data Oleh karena rumusan hipotesis tindakan pada Bab II menyatakan perbandingan peningkatan skor hasil belajar IPA, maka analisis data dalam PTK ini menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Adapun rumusan hipotesis tindakan alternatif (H 1 ) adalah: penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswa. Agar bisa dilakukan analisis data dengan statistik deskriptif kuantitatif, maka hipotesis tindakan alternatif (H 1 ) diubah menjadi hipotesis tindakan nol (H o ). Adapun rumusan hipotesis tindakan nol (H o ) adalah: penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token tidak dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. 44

56 Adapun hasil analisis statistik deskriptif kuantitatif, yakni melalui perbandingan rerata skor hasil belajar IPA pada prasiklus, siklus I, dan siklus II, dapat dikaji pada Tabel 4.6. Tabel 4.6: Perbandingan Rerata Skor Hasil Blajar IPAdari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Nomor Perbandingan Rerata Skor Poin Peningkatan Rerata dari: 1. Prasiklus ke Siklus I poin 2. Siklus I ke Siklus II poin Dari perbandingan rerata (yakni dari prasiklus ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II) ternyata terjadi peningkatan skor hasil belajar IPA, secara berurut sebesar 8.48 poin, dan 4.79 poin. Oleh karena ketiga perbandingan rerata skor hasil belajar IPA siswa terjadi peningkatan maka hipotesis tindakan nol (H o ) ditolak. Dengan kata lain, hipotesis tindakan alternatif (H 1 ) diterima. Hal ini berarti penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. C. Pembahasan Pembahasan difokuskan pada variabel yang diteliti yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pmbelajaran kooperatif tipe time token.hasil analisis data menunjukkan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswa. Temuan dalam penelitian ini adalah rerata skor hasil belajaripa siswa dari prasiklus (sebesar 60.87) ke siklus I (sebesar 69.35), dan ke siklus II (sebesar 74.13),. Dan ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari prasiklus (sebesar 30.43), siklus I (sebesar 78.26) dan siklus II (sebesar 82.61), ternyata terjadi peningkatan yang signifikan. Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan kedalam bentuk tabel dan diagram batang di bawah ini. 45

57 Tabel 4.7: Data Hasil Belajar IPA dari Pra Siklus Sampai Siklus II No Nilai tes Pra siklus Siklus I Siklus II Ket Frekuensi Jml Frekuensi Jml Frekuensi Jml BT BT BT T T T T T 9 90 N = T X Rata-rata Ketuntasan Adanya peningkatan rata-rata, daya serap, dan ketuntasan hasil belajar pada pra siklus dan tes akhir baik itu pada siklus I maupun siklus II juga dapat diamati pada grafik histogram berikut ini Ketuntasan Rata-rata Kelas Pra Siklus Siklus I Siklus II Grafik 4.1. Peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar pra siklus dengan tes akhir pada siklus I II Dari hasil penelitian ini diketahui beberapa temuan penting, diantaranya: (1) meningkatnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, (2) meningkatnya hasil belajar IPA siswa, dan (3) terjadinya komunikasi yang multi arah, yakni antara 46

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. (dalam Mangun, 2010:116.), membagi tiga ranah perilaku yang dapat dijadikan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. (dalam Mangun, 2010:116.), membagi tiga ranah perilaku yang dapat dijadikan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Pemahaman Siswa Pemahaman dalam penelitian ini adalah jenjang kemampuan siswa sekolah dasar, dimana kemampuan siswa ada tahapannya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 5 SD Kristen 04 Salatiga. Jumlah siswa adalah 15 siswa, dimana siswa laki-laki adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1 Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO Aan Setiawati, S.Pd. SD NIP. 196705041991032006 ABSTRAK Penelitian ini merupakan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 3 JP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 3 JP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 3 JP Standar Kompetensi 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah Tempat penelitian ini adalah MI Cepiring yang beralamatkan Desa Cepiring RT 10/RW 04 Cepiring Kabupaten Kendal. Ditinjau dari tenaga pengajarnya,

Lebih terperinci

Lampiran 2 DAFTAR NAMA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lampiran 2 DAFTAR NAMA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Lampiran 2 DAFTAR NAMA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 NO NIS NAMA 1 1356 I GEDE AGUS WIDIANTARA 2 1357 NI KADEK ARI PUSPITA ANA DEWI 3 1358 NI MADE APRI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau atau berita antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 45 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester

Lebih terperinci

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd.

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd. KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA Optika = llmu yang membahas tentang cahaya. Optik terbagi menjadi 2: optika geometris dan optika fisis. Optika Geometris membahas tentang pemantulan dan pembiasan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2)

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2) PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MATERI POKOK SIFAT-SIFAT BENDA KELAS III SEMESTER GANJIL DI SDN 1 DAWUAN KECAMATAN SUBOH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN

Lebih terperinci

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK 131 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PESAWAT SEDERHANA DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 SIMEULU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SITI ARFAH, S.Pd 1 Oleh: ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, April 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW SD Negeri 01 Kebonsari

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd

SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd PERKEMBANGAN TEORI TENTANG CAHAYA Teori abad ke-10 Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham /Alhazen (965 sekitar 1040), menganggap bahwa sinar cahaya adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Piaget dalam Heruman (2007:1), Anak SD berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan

BAB II KAJIAN TEORI. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Eksperimen Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09. Total jumlah siswa di kelas 4 berjumlah 38 siswa, dengan total

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalibeji terletak di RT 01 RW 02 Desa Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dijabarkan berbagai landasan sebagai pendukung penelitian, permasalahan dan variabel penelitian yang diteliti semua ditulis pada kajian teori. Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbahasa meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbahasa meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya

3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester : SMA : Fisika : XII/I (Satu) Alokasi Waktu : 8 x 45 Menit ( 4 Pertemuan ) Topik : Fisika Kuantum Standar Kompetensi 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal Penelitian Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengamatan langsung saat pembelajaran IPA dan kegiatan wawancara dengan guru

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DAN PENGUASAAN MATERI LINGKARAN I MELALUI LATIHAN MANDIRI BAGI SISWA KELAS VIIIE SMP N 5 SRAGEN SEMESTER GENAP TAHUN 2009/2010 Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SD Negeri Sumogawe 04, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dengan jumlah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan Inhar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SDN MOJOLUHUR

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SDN MOJOLUHUR UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SDN MOJOLUHUR TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 1 Maret 2017, hal 39-44 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Hj. Annisa NIP.

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA KELAS VIIC SEMESTER 2 SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015 PENGGUNAAN MODEL DIRECT INSTRUCTION KOMBINASI DENGAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG DI KELAS V SDN KUIN CERUCUK 3 BANJARMASIN Diana Fatmasari, Hj.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Dasar Negeri Dukuh 02 Salatiga. Penelitian ini rancang dengan menggunakan tahap-tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan, akan dapat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO Defi Selfiana 1), Edy Nurfalah 2), Wendri Wiratsiwi 3) 1) PGSD FKIP Unirow, Tuban;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 1 Pojok semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 orang siswa

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.. Jenis, Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 3... Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research,

Lebih terperinci