2 Tinjauan Pustaka. Tabel 2.1 Nama-nama unsur logam tanah jarang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 Tinjauan Pustaka. Tabel 2.1 Nama-nama unsur logam tanah jarang"

Transkripsi

1 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Logam Tanah Jarang Logam tanah jarang (LTJ) merupakan unsur yang terletak di dalam golongan lantanida dan termasuk tiga unsur tambahan yaitu itrium, torium dan skandium. Pemasukan itrium, torium dan skandium ke dalam golongan logam tanah jarang dilakukan dengan alasan kesamaan sifat. Unsur yang termasuk dalam logam tanah jarang adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Nama-nama unsur logam tanah jarang Simbol Nama Unsur No. Atom Simbol Nama Unsur No. Atom Y Yttrium 39 Gd Gadolinium 64 Sc Scandium 21 Tb Terbium 65 La Lanthanum 57 Dy Dysprosium 66 Ce Cerium 58 Ho Holmium 67 Pr Praseodymium 59 Er Erbium 68 Nd Neodymium 60 Tm Thulium 69 Pm Promethium 61 Yb Ytterbium 70 Sm Samarium 62 Lu Lutetium 71 Eu Europium 63 Th Thorium 90 Logam tanah jarang tidak ditemukan berupa unsur bebas dalam lapisan kerak bumi (earth s crust) melainkan dalam bentuk senyawa kompleks karbonat ataupun fosfat. Sehingga logam tanah jarang harus dipisahkan terlebih dahulu dari senyawa kompleks tersebut. Di bawah ini adalah beberapa contoh mineral logam tanah jarang yang ditemukan di alam. 1 o Bastnaesite (CeFCO 3 ) merupakan sebuah fluoro-carbonat cerium yang mengandung 60 70% oksida logam tanah jarang seperti lanthanum dan neodymium. Mineral bastnaesite merupakan sumber logam tanah jarang yang utama di dunia. Bastnaesite ditemukan dalam batuan cabonatite, dolomite breccia, pegmatite dan amphibole skarn.

2 o Monazite ((Ce,La,Y,Th)PO 3 ) merupakan senyawa fosfat logam tanah jarang yang mengandung 50-70% oksida LTJ. Monasit diambil dari mineral pasir berat yang merupakan hasil samping dari senyawa logam berat lain. Monasit memiliki kandungan torium yang cukup tinggi. Sehingga mineral tersebut memiliki sifat radioaktif. Torium tersebut memancarakan radiasi berupa sinar ini memiliki tingkat radiasi yang rendah. Sehingga dengan menggunakan selembar kertas saja, maka akan terhindar dari radiasi yang dipancarkan. o o Xenotime (YPO 4 ) merupakan senyawa itrium fosfat yang mengandung 54-65% LTJ termasuk erbium, serium dan torium. Xenotime juga mineral yang di temukan dalam mineral pasir berat seperti pegmatit dan batuan leleh (igneous rocks). Zircon, merupakan senyawa zirconium silicate yang di dalamnya ditemukan torium, itrium dan serium. Dalam memperoleh mineral di atas, tidak bisa didapatkan dengan mudah. Karena jumlah mineral tersebut sangat terbatas. Telebih lagi, mineral di atas tidak terpisah sendiri,tetapi tercampur dengan mineral lain. Seperti contohnya di Kepulauan Bangka Belitung, mineral ini merupakan hasil samping dari penambangan timah. Sehingga sebelum memperoleh mineral di atas, maka diperlukan proses pemisahan terlebih dahulu. Mineral-mineral yang mendominasi dalam senyawa logam tanah jarang di atas adalah lantanium, serium, neodimium. Sehingga mineral ini, menjadi ekonomis untuk dilakukan proses ekstraksi. Pemanfaatan ketiga mineral ini, sangat tinggi dibanding mineral logam tanah jarang lainnya. 2.2 Mineral Monasit Kata monasit berasal dari bahasa yunani, monazein, yang artinya menjadi sendiri. Nama ini sesuai dengan sifat kristal pada monasit, yaitu kristal terpisah dalam bentuk senyawa fosfat. Kristal-kristal ini tidak bercampur dengan matriks kristalinnya. Monasit merupakan bijih utama dari beberapa logam tanah jarang, seperti torium, serium, dan lantanium. Semua logam tersebut memiliki banyak kegunaan dalam industri dan bernilai tinggi. Torium merupakan logam radioaktif dan dapat digunakan untuk menggantikan uranium dalam pembangkit energi nuklir. Secara teknis, terdapat tiga jenis monasit, yaitu monasit-(ce), monasit-(la), dan monasit- (Nd), dengan formula masing-masing (Ce, La, Nd, Th, Y)PO 4, (La, Ce, Nd)PO 4, dan (Nd, La, Ce)PO 4. Perbedaan formula menunjukkan perbedaan persentase masing-masing unsur dalam mineral. Unsur pertama dalam formula munjukkan bahwa unsur tersebut memiliki 5

3 persentase paling besar. Walaupun formula tersebut hanya menunjukkan adanya senyawa fosfat, namun dalam mineral monasit juga terdapat sedikit silika. Di bawah ini merupakan komposisi oksida LTJ (% berat) dalam sampel referensi monasit Bangka yang dianalisis secara spektrometri pendar fluor sinar-x (XRF). Tabel 2.2 Komposisi oksida logam tanah jarang (% berat) dalam sampel referensi 3 monasit Bangka Komponen Monasit Komponen Monasit (bentuk oksida) (bentuk oksida) Y 2 O3 2,48 Lu 2 O 3 <0,01 La 2 O3 12,42 ThO2 7,55 CeO2 26,85 Cl 3 O8 0,37 Pr 6 O11 2,48 SiO2 2,45 Nd 2 O3 11,71 TiO2 0,42 Sm 2 O3 0,05 Fe 2 O 3 0,10 Eu 3 O3 0,28 CaO 0,93 Gd 2 O3 1,21 MgO <0,01 Tb 2 O3 0,06 P 2 O5 24,36 Dy 2 O3 0,63 Nb 2 O5 0,19 Ho 2 O3 0,01 Sc 2 O 3 0,04 Er 2 O3 0,28 Ta 2 O5 0,03 Tm 2 O 3 <0,01 WO3 0,03 Yb 2 O3 0,21 ZrO2 1,00 Hilang pijar (HP) 0,31 Total 99,77 Total oksida tanah 60,67 jarang 2.3 Unsur Ce Serium merupakan unsur tanah jarang yang paling melimpah di alam. Serium pertama kali ditemukan di Bastnas, Swedia oleh Jons Jakob Berzelius dan Wilhelm Hisinger, dan secara terpisah oleh Martin Heinrich Klaproth di Jerman, tahun Nama serium diberikan oleh Berzelius mengacu pada penemuan asteroid Ceres dua tahun sebelumnya (1801). Di alam, serium ditemukan dalam bentuk oksida, dengan nama ceria. Serium ditemukan dalam mineral allanite, monazite, bastnasite, hydroxylbastnasite, rhabdophane, zircon, dan synchysite. Sekitar tahun 1891, Kegunaan serium dalam teknologi mulai dikenal, yaitu ketika unsur ini digunakan sebagai bahan campuran kain penutup pada petromax yang dibuat oleh Welsbach. Kain yang digunakan saat itu dicampur dengan torium oksida dan serium oksida. Serium umumnya terdapat dalam dua bilangan oksidasi, yaitu +3 dan +4. Senyawa serium yang paling umum adalah serium(iv) oksida (CeO 2 ), yang digunakan sebagai pelapis permata. Kedua bentuk serium ini memiliki perbedaan sifat yang cukup signifikan. Serium (III) bersifat basa kuat, sebanding dengan lantanida trivalen lainnya, sedangkan serium (IV) 6

4 adalah basa lemah. Serium (IV) dalam kondisi asam bersifat oksidator kuat, tapi stabil dalam kondisi alkali, sedangkan serium (III) adalah reduktor kuat dan mudah teroksidasi dalam udara terbuka. Tabel 2.3 Karakteristik unsur serium No Karakteristik Keterangan 1 Lambang Ce 2 Nomor atom 58 3 Ar 140,12 g/mol 4 Konfigurasi elektron [Xe] 4f 1 5d 1 6s 2 5 Bilangan oksidasi +3 dan +4 6 Jari-jari ionik Ce(III): 116 pm Ce (IV): 97 pm 7 Energi ionisasi Pertama: 534,4 kj/mol Kedua: 1050 kj/mol Ketiga: 1949 kj/mol 2.4 H 2 SbBP dan H 2 AdBP Turunan 4-asil-5-pirazolon dikenal sebagai ligan pengkelat tipe heterosiklik β-diketon, berkoordinasi dengan ion logam melalui atom oksigen, bersifat basa Lewis keras, dan memiliki afinitas yang kuat dengan asam Lewis keras, seperti lantanida. Gambar 2.1 Turunan 4-asil-5-pirazolon 4-asilbis(pirazolon) diperoleh dengan mengkombinasikan dua sub-unit 1-fenil-3-metil-4-asil- 5-pirazolon dihubungkan dengan sebuah rantai polimetilen (CH2) n - (n=0-8, 10,20). Turunan 4-asil-5-pirazolon yang dihasilkan memiliki beberapa sifat unik yang berbeda dari senyawa induknya, seperti nilai pka yang lebih rendah dan koefisien partisi yang lebih besar dibandingkan 4-asil-5-pirazolon. Turunan 4-asil-5-pirazolon ini memiliki dua sisi donor β- diketon pada kedua buah sisi rantai polimetilen. Kedua sisi donor ini menghasilkan kompleks spesifik bergantung pada panjang rantai polimetilen. 2 Gambar asilbis(pirazolon) 2 7

5 Ligan 4-sebakoilbis(1-fenil-3-metilpirazolon-5) (H 2 SbBP) adalah ekstraktan yang bersifat non polar dan diperkirakan sesuai untuk pemisahan LTJ. Ligan ini memiliki atom oksigen yang mampu mendonorkan elektron untuk membentuk kompleks dengan LTJ. Selain itu, terdapat gugus-gugus fungsional yang dapat membantu proses pembentukkan kompleks dengan LTJ. N N CH 3 (CH 2 ) 8 H 3 C CH N N O O O H H O Gambar 2.3 Struktur molekul H 2 SbBP Ligan 4-adipoilbis(1-fenil-3-metilpirazolon-5) (H2AdBP) memiliki sifat yang lebih polar dibandingkan H 2 SbBP. Perbedaan H 2 AdBP dan H 2 SbBP adalah pada panjang rantai polimetilen. Rantai polimetilen pada senyawa H 2 SbBP memiliki n = 8 sedangkan H 2 AdBP memiliki n = 4. Perbedaan panjang rantai polimetilen inilah yang menyebabkan H 2 AdBP memiliki sifat yang lebih polar. N N CH 3 (CH 2 ) 4 H 3 C CH N N O O O H H O Gambar 2.4 Struktur molekul H 2 AdBP 2.5 Spektrofotometri FT-IR (Fourier Transform-InfraRed) Bila sinar inframerah dilewatkan pada suatu sampel, beberapa dari frekuensi akan diserap sementara frekuensi lainnya akan diteruskan. Penyerapan sinar inframerah oleh suatu molekul akan mengakibatkan terjadinya transisi yang berhubungan dengan perubahan tingkat energi vibrasi di dalam molekul tersebut. Ikatan-ikatan yang berbeda-beda pada suatu molekul (antara lain C-C, C=C, dan C-O) memiliki frekuensi vibrasi yang berbeda. Adanya ikatan-ikatan ini pada polimer dapat dideteksi dengan cara mengidentifikasi frekuensi karakteristiknya sebagai pita absorpsi pada spektrum inframerah. Aplikasi spektroskopi inframerah untuk mengkarakterisasi senyawa diantaranya adalah sebagai berikut: 8

6 1. Untuk identifikasi senyawa. Spektrum IR senyawa organik dan anorganik merupakan sifat fisik yang khas bagi senyawa-senyawa tersebut kecuali senyawa-senyawa isomer optis, tidak ada dua senyawa yang memiliki kurva serapan IR yang identik. 2. Menentukan struktur. Daerah frekuensi gugusan, yaitu daerah frekuensi penyerapan oleh gugus fungsional, sangat berguna dalam penentuan struktur. Frekuensi gugusan dapat berubah-ubah sedikit disebabkan oleh antaraksi dengan vibrasi-vibrasi lain yang berkaitan dengan salah satu atau kedua atom yang membentuk gugus tersebut. Tetapi biasanya antaraksi itu tidak besar sehingga memungkinkan untuk membandingkan suatu range frekuensi dengan gugus fungsional tersebut. Dalam menentukan struktur suatu senyawa dapat digunakan peta korelasi. Berdasarkan peta korelasi ini dapat diperkirakan gugus fungsional apa yang ada dan tidak ada di dalam suatu molekul dengan cara membandingkan spektrum absorpsi molekul tersebut dengan peta korelasi. 2.6 Spektrofotometri UV-Vis Bila cahaya putih yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang, melewati suatu medium seperti kaca atau suatu larutan kimia berwarna yang tembus cahaya bagi panjangpanjang gelombang tertentu tetapi menyerap panjang-panjang gelombang yang lain, medium itu akan tampak berwarna bagi pengamat. Karena hanya gelombang yang diteruskan sampai ke mata, panjang gelombang tersebutlah yang menentukan warna medium. Warna ini dikatakan komplementer pada warna yang akan diinderai seandainya cahaya yang terserap itu dapat ditilik, karena cahaya yang diteruskan dan cahaya yang diabsorpsi menyusun warna putih aslinya. Tabel 2.4 Spektrum cahaya tampak dan warna-warna komplementer Panjang gelombang (nm) warna Warna komplementer Violet Kuning-hijau Biru Kuning Hijau-biru Oranye Biru-hijau Merah Hijau Ungu Kuning-hijau Violet Kuning Biru Oranye Hijau-biru merah Biru-hijau Spektrum tampak terentang dari 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah), sedangkan spektrum ultraviolet terentang dari 100 nm sampai 400 nm. Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah UV-Vis karena mengandung elektron, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorpsi itu terjadi bergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam molekul. Elektron dalam suatu ikatan 4 9

7 kovalen tunggal terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk eksitasinya (transisi σ-σ * ). Jika suatu molekul mengandung suatu atom yang mempunyai pasangan elektron bebas, sebuah elektron tak terikat (non bonding) dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi karena elektron non bonding tak terikat terlalu kuat seperti elektron bonding-sigma, maka absorpsinya terjadi pada panjang gelombang yang lebih panjang (transisi n-σ * ). Elektron dalam ikatan rangkap dua dan rangkap tiga agak mudah dieksitasikan ke orbital yang lebih tinggi (transisi π-π * ). Pengabsorpsian energi dalam transisi tersebut lebih kuat daripada transisi σ-σ *. Besarnya energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi: E = hv = hc/λ (Pers. 2.1) Dimana E = energi yang diabsorpsi (erg) h = tetapan planck, 6,6x10-27 erg det v = frekuensi (Hz) c = kecepatan cahaya, 3x10 10 cm/det λ = panjang gelombang (cm) Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran absorpsi radiasi oleh suatu sampel pada panjang gelombang tertentu dan dialirkan pada suatu perekam untuk menghasilkan data absorbans. Sumber sinar (P o ) λi...λn Alat pemilah panjang gelombang (P o ) λi Ruang sampel/ acuan standar Pengolah data dan luaran (P) λi detektor Gambar 2.5 Skema dasar instrumen spektrofotometri UV-Vis Absorpsi energi direkam sebagai absorbans (A). Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan sebagai: A = log (Pers. 2.2) 5 Dimana A = absorbans 10

8 P o = energi radiasi awal P = energi radiasi akhir Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami transisi. Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawanya dan juga pada kepekaan contoh serta panjangnya sel contoh. Menurut hukum Bouguer-Beer, hubungan tersebut dapat digambarkan dengan persamaan: A = εbc (Pers. 2.3) Dimana ε = koefisien ekstingsi molar/ absorptivitas molar b = panjang sel (cm) c = konsentrasi (M) Persyaratan prosedur analisis kuantitatif secara spektrofotometri adalah: 1. Pembentukan analit menjadi molekul yang dapat menyerap sinar tampak dengan kuat misalnya dengan cara mereaksikan suatu unsur dengan pereaksi organik. 2. Pemilihan panjang gelombang bila tidak ada zat-zat lain yang mengganggu yaitu panjang gelombang yang sesuai dengan absorbans maksimum 3. Pembuatan kurva kalibrasi. Untuk keperluan ini dibuat sejumlah larutan zat yang dianalisis dengan berbagai konsentrasi yang diketahui. Absorbans larutan diukur pada panjang gelombang serapan maksimumnya, kemudian dibuat grafik absorbans terhadap konsentrasi. 4. Pengukuran absorbans analit. Pembentukan warna pada cuplikan harus dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada pembentukan warna untuk standar. Pereaksi organik yang menimbulkan warna dengan unsur yang dianalisis harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Reaksinya dengan analit harus selektif dan sensitif untuk rentang konsentrasi analit 2. Tidak membentuk warna dengan zat lain yang ada dalam larutan yang akan dianalisis. 3. Reaksinya dnegan analit harus berlangsung cepat dan kuantitatif boleh ulang. 4. Warna yang ditimbulkan harus stabil paling tidak untuk jangka waktu yang tidak terlalu pendek. 5. Pengaruh ph terhadap kompleks warna harus diketahui. 11

9 2.7 X-ray Diffraction (XRD) Salah satu sifat dari sinar-x adalah bahwa sinar ini menjalar menurut arah garis lurus dan mempunyai daya tembus (ke dalam) bahan yang besar. Karena sinar-x adalah juga sinar elektromagnetik maka sinar-x dapat didifraksi oleh kisi difraksi. Kisi kristal dapat bertindak sebagai kisi difraksi untuk sinar-x. Sebagai jalur pendifraksi atom-atom atau ion-ion di dalam suatu kristal. Gambar 2.6 Geometri dan difraksi sinar X dalam suatu kristal Bragg menyusun persamaan matematis berikut untuk menggambarkan difraksi sinar-x yang terjadi: nλ = 2d sin θ (Pers. 2.4) Dimana n = bilangan bulat (1, 2, 3..) θ = sudut difraksi (sudut Bragg) λ = panjang gelombang sinar-x d = jarak antar bidang Pengukuran melalui difraksi sinar-x ini merupakan salah satu metoda untuk mengetahui sistem kristal dari suatu bahan. Pengukuran didasarkan pada perhitungan jarak antara puncak-puncak difraktogram yang terbentuk dengan menggunakan persamaan Bragg. Selain itu, XRD juga dapat digunakan untuk menentukan derajat kristalinitas bahan. Banyak polimer yang berstruktur parsial kristalin. Pola difraksi sinar x untuk suatu polimer kristalin menunjukkan adanya puncak tajam yang berhubungan dengan daerah berketeraturan tinggi, dan juga puncak landai yang karakteristik untuk senyawa dengan keteraturan rendah seperti cairan. Adanya kedua jenis puncak ini menunjukkan bahwa pada polimer kristalin terdapat daerah yang teratur dan tidak teratur. 12

10 Keteraturan struktur molekul dengan kristalinitas saling berhubungan. Polimer kristalin adalah polimer yang strukturnya teratur secara kimia dan geometris. Adanya ketidakteraturan seperti percabangan rantai akan mengurangi kristalinitas. Sebaliknya, polimer amorf, atau tidak kristalin adalah polimer yang strukturnya tidak teratur. Suatu polimer dapat memiliki struktur intermediet antara kristalin dan amorf. Pada difraktogram dari struktur intermediet tersebut, terlihat dua buah puncak kristalin yang tajam dan puncak amorf yang landai. Perhitungan derajat kristalinitas umumnya didasarkan pada perbandingan luas di bawah puncak-puncak tersebut. Perhitungan berdasarkan tinggi puncak: Oc Xc = 100% (Pers. 2.5) ( Oc + KOa) Dimana Xc = derajat kristalinitas Oc = luas bagian kristalin Oa = luas bagian amorf K = tetapan geometri 2.8 Ekstraksi Cair-Cair Ekstraksi cair-cair adalah suatu metoda yang digunakan untuk memisahkan komponenkomponen dari suatu campuran. Ekstraksi cair-cair memiliki peranan penting bagi lingkungan, pengobatan, dan laboratorium industri. Salah satu penggunaan ekstraksi cair-cair dalam lingkungan adalah pada analisis trihalometan. Monitoring trihalometan (CHCl 3, CHBrCl 2, CHBr 2 Cl, dan CHBr 3 ) dalam air minum dilakukan karena senyawa-senyawa tersebut diketahui bersifat karsinogenik. Sebelum dilakukan analisis dengan kromatografi gas, trihalometan dipisahkan dari matriks air dengan ekstraksi cair-cair menggunakan pentana. Gambar 2.7 Prinsip pemisahan ekstraksi cair-cair Dalam ekstraksi cair-cair sederhana, senyawa yang akan dipisahkan (solut) terpartisi antara dua fasa yang saling tidak campur. Dalam sebagian besar kasus, salah satu fasa adalah (air) dan fasa yang lain adalah pelarut organik, seperti dietil eter atau kloroform. Karena kedua fasa saling tidak campur maka akan terbentuk dua lapisan, dimana fasa yang memiliki 13 7

11 kerapatan lebih tinggi akan berada di bagian bawah. Pada awal ekstraksi, solut berada di salah satu fasa, namun ketika ekstraksi berlangsung, solut akan berada di kedua fasa. Misalkan fasa umpan mengandung suatu komponen I, yang ingin dipisahkan. Penambahan fasa kedua (fasa pelarut), yang saling tidak campur dengan fasa umpan, namun komponen I dapat larut di kedua fasa, menyebabkan beberapa komponen I (solut) berpindah dari fasa umpan ke fasa pelarut. Setelah ekstraksi selesai, fasa umpan disebut fasa raffinate dan fasa pelarut disebut fasa ekstrak. Efisiensi ekstraksi cair-cair ditentukan oleh konstanta keseimbangan untuk partisi solut antara kedua fasa. Efisiensi ekstraksi juga dipengaruhi oleh reaksi sekunder yang melibatkan solut. Contoh reaksi sekunder adalah reaksi asam-basa dan pembentukan kompleks. Setelah ekstraksi selesai, kedua fasa dapat dipisahkan karena sifat saling tidak campur antara dua fasa. Komponen I dapat dipisahkan dari fasa ekstrak dengan cara distilasi. Ekstraksi dapat dilakukan berulang kali hingga diperoleh komponen I lebih banyak. Untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi, dapat ditambahkan satu atau beberapa ekstraktan ke dalam fasa pelarut. Ekstraktan akan berinteraksi dengan komponen I dan meningkatkan kapasitas pelarut terhadap komponen I. Untuk memperoleh kembali solut dari fasa ekstrak, kompleks solut-ekstraktan harus didegradasi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut: 1. Selektivitas Tingkat kemudahan pemisahan suatu ion logam dengan menggunakan proses ekstraksi pelarut dapat diketahui bedasarkan nilai faktor pemisahan atau selektivitas (α) yang merupakan suatu perbandingan antara angka banding distribusi logam yang satu dengan logam yang lain. α = D 1 /D 2 (Pers. 2.6) Dimana α = selektivitas D 1 D 2 = angka banding distribusi logam 1 = angka banding distribusi logam 2 Agar dapat dilakukan pemisahan, pelarut harus mampu menghasilkan α > 1. Sedangkan untuk proses ekstraksi yang menghasilkan jumlah logam yang terekstraksi masingmasing 99% logam 1 dan 1% logam 2 harus memiliki nilai α = Koefisien distribusi (K ) D Koefisien distribusi merupakan suatu tetapan yang menggambarkan distribusi suatu zat terlarut di antara kedua fasa. Dalam hal ini hanya digunakan satu bentuk zat terlarut dalam mendefinisikan koefisien distribusi. Apabila suatu fasa kedua ditambahkan ke

12 dalam fasa pertama yang di dalamnya terdapat suatu zat terlarut (S), maka S terpartisi di antara kedua fasa tersebut. S fasa 1 S fasa 2 Pada keadaan ini, terdapat suatu tetapan kesetimbangan yang disebut koefisien distribusi. K D = [S fasa2 ]/[S fasa1 ] (Pers. 2.7) Dimana KD = koefisien distribusi [S fasa1 [S fasa2 ] = konsentrasi S dalam fasa 1 ] = konsentrasi S dalam fasa 2 Jika nilai KD cukup besar, maka zat terlarut sebagian besar akan berpidah dari fasa 1 ke fasa 2. Sebaliknya, jika nilai K D kecil, maka zat terlarut akan cenderung tetap berada di fasa 1. Apabila 2 fasa mengandung 2 jenis zat terlarut, dan salah satunya lebih cenderung larut dalam fasa kedua yang ditambahkan, maka dapat dilakukan pemisahan diantara kedua zat terlarut tersebut. Angka banding distribusi (D) adalah perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam kedua fasa. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut: D = [S fasa2 ] total /[S fasa1 ] total (Pers. 2.8) Dimana D = angka banding distribusi [S fasa1 ] total = konsentrasi total S dalam fasa 1 Nilai K D [S fasa2] total satu spesi dalam masing-masing fasa. 3. Kelarutan pelarut = konsentrasi total S dalam fasa 2 akan sama dengan nilai D apabila zat terlarut hanya terdapat dalam bentuk Gambar 2.8 Diagram fasa dua pelarut Dari diagram fasa di atas terlihat bahwa A dan S merupakan campuran yang saling tidak campur dan sangat cocok digunakan untuk ekstraksi cair-cair. 4. Perolehan kembali solut dari pelarut Persyaratan agar solut mudah diperoleh kembali: a. Tidak terbentuk azeotrop antara pelarut dan solut. b. Campuran bersifat volatile. c. Pelarut memiliki energi penguapan yang rendah. 5. Kerapatan 8 15

13 Fasa dengan kerapatan lebih besar akan berada di lapisan bawah. Agar terbentuk 2 lapisan atas dan bawah, maka kerapatan dua fasa harus berbeda. 6. Tegangan antarmuka Semakin besar tegangan antarmuka antara dua fasa maka penggabungan emulsi semakin mudah terjadi sehingga dua fasa terpisah dengan jelas. Namun hal ini akan mempersulit dispersi solut antar dua fasa sehingga efisiensi ekstraksi berkurang. 7. Kereaktivan kimia Pelarut harus bersifat stabil dan inert terhadap fasa umpan. 8. Harga Karena dalam ekstraksi cair-cair dibutuhkan jumlah pelarut yang banyak, perlu dipertimbangkan harga dari pelarut tersebut. Diutamakan penggunaan pelarut yang murah. 9. Sifat fisik Viskositas rendah, tekanan uap rendah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun. 2.9 Ekstraksi Cair-Cair yang Melibatkan Pengkelat Logam Salah satu aplikasi ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi selektif ion logam menggunakan agen pengkelat. Sebagian besar agen pengkelat memiliki kelarutan yang sangat kecil dalam fasa (air), oleh karena itu agen pengkelat ditambahkan pada fasa organik. Agen pengkelat akan terekstraksi ke dalam fasa (air) dan membentuk kompleks logam-ligan yang kemudian terekstrak ke dalam fasa organik, sesuai skema ekstraksi: Gambar 2.9 Skema ekstraksi yang melibatkan pengkelat logam Jika konsentrasi ligan jauh lebih besar daripada konsentrasi ion logam, maka rasio distribusi dapat dihitung dengan persamaan: (Pers. 2.9) 9 16

14 Dimana β = tetapan pembentukan kompleks ligan-logam K D,c K C K a L = koefisien distribusi kompleks = tetapan asam HL = konsentrasi ligan di fasa organik sebelum ekstraksi D,L = koefisien distribusi ligan [H3O + ] = konsentrasi H + di fasa (air) n = koefisien ligan yang membentuk kompleks dengan 1 koefisien logam Persamaan 2.9 dapat disubstitusi ke persamaan 2.10 untuk menentukan efisiensi ekstraksi. (Pers. 2.10) Dimana Q aq = fraksi solut yang tertinggal di fasa (air) skeletal ekstraksi terakhir V V aq org = volume pelarut fasa (air) = volume pelarut fasa org n = jumlah perulangan ekstraksi 2.10 Pembentukan Kompleks Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tidak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (seperti dalam kasus Fe 2+, Fe 3+, Zn 2+, Cr 3+, C 3+ O, Ni 2+, Cd 2+ ), kadang-kadang 4 (Cu 2+, Cu +, Pt 2+ ), tetapi bilangan-bilangan 2 (Ag + ) dan 8 (beberapa ion dari golongan platinum) juga terdapat. Untuk golongan lantanida, bilangan koordinasi umumnya dijumpai melebihi 6. Dalam ion [Ce(NO 3 ) 6 ] 2-, Ce dikelilingi oleh 12 atom oksigen dari gugus kelat NO 3. Reaksi pembentukan sebuah kompleks disebut sebagai reaksi asam basa Lewis. Asam Lewis adalah penerima elektron, dan basa lewis adalah penyumbang elektron. Dalam pembentukan kompleks Ag(CN) 2 -, ligan CN - bertindak sebagai basa yang menyumbangkan sepasang elektron ke Ag +, yaitu asamnya. 17

15 Molekul-molekul atau ion-ion yang berlaku sebagai ligan umumnya mengandung sebuah atom elektronegatif, seperti nitrogen, oksigen, atau salah satu unsur halogen. Ligan-ligan yang hanya mempunyai satu pasang elektron yang tidak tergabung, sebagai contoh: NH 3, akan dikatakan unidentat. Ligan-ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom pusat akan dikatakan bidentat. Gambar 2.10 Senyawa kelat EDTA-logam Lingkaran heterosiklik yang terbentuk melalui interaksi dari sebuah ion logam dengan dua atau lebih gugus fungsional dalam ligan yang sama disebut lingkaran kelat; molekul organiknya adalah bahan kelat, dan kompleks-kompleksnya disebut kelat atau senyawa kelat. Reaksi pembentukan kompleks secara umum: M + nl MLn Tetapan pembentukan kompleks didefinisikan sebagai: (Pers. 2.11) 9 Dimana K = tetapan pembentukan kompleks [MLn] = konsentrasi kompleks [M] = konsentrasi logam pusat [L] = konsentrasi ligan n = jumlah ligan yang terikat dengan logam 2.11 Alizarin Alizarin red S (sodium alizarinesulfonate) adalah molekul yang diekstrak dari madder : Rubia tinctorum. Tanaman ini menghasilkan bahan pencelup tekstil dan diketahui memiliki efek menyembuhkan beberapa jenis penyakit seperti keletihan di farmakologi tradisional Moroccan. Saat ini, alizarin disintesis dari antraquinon. Senyawa ini termasuk dalam keluarga dihidroksiantraquinon yang dikenal memiliki sifat biologi dan farmasi. 18

16 Gambar 2.11 Struktur molekul Alizarin Red S 10 Molekul quinon adalah penerima elektron yang baik karena memiliki LUMO yang rendah. Substituen hidroksil bersifat elektronegatif sehingga menyebabkan konjugasi molekular dan menurunkan LUMO. Oleh karena itu memungkinkan banyaknya transisi π π*. Molekul ini berwarna dan digunakan sebagai pencelup. Gambar 2.12 Struktur molekul Alizarin Alizarin digunakan dalam bentuk kompleks sebagai pencelup mordant untuk katun, wool, dan sutra. Ion-ion logam membantu kemudahan molekul pencelup masuk dalam fiber tekstil sehingga meningkatkan kecepatan pencucian. Kemampuan alizarin untuk menangkap ion logam digunakan pada banyak aplikasi, seperti: 1. Analisis tanah, tanaman, air alam, dan air pembuangan. 2. Sintesis matriks resin penukar ion. 3. Reaksi katalisis. 4. Pengukuran sifat keras air, analisis serum dalam darah manusia dengan penentuan kadar kalsium dan magnesium secara spektrometri. 5. Penentuan voltametri kation logam menggunakan elektroda yang dimodifikasi dengan alizarin. 6. Pengukuran konsentraasi anion: penentuan florida dalam air hujan asam, air tanah, dan air keran dengan kompleks lantanium-alizarin. 7. Indikator logam karena terjadi perubahan warna yang tajam ketika terbentuk kompleks

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Ligan H AdBP dan H SbBP Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa H AdBP dan H SbBP berdasarkan metode Jensen yang telah dimodifikasi. CH 3 1 H H H 3 CH 3 -H H

Lebih terperinci

4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Sintesis serta Karakterisasi H 2 SbBP Sintesis ligan H2SbBP dilakukan dengan mereaksikan MPP dengan sebakoil pada suhu 100-125 o C selama 5 jam. Pada sintesis ligan

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang

I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang Monasit merupakan salah satu mineral yang banyak mengandung unsur logam tanah jarang (LTJ) atau logam dari golongan lantanida. Keberadaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS Anggota Kelompok : Azizah Puspitasari 4301412042 Rouf Khoironi 4301412050 Nur Fatimah 4301412057 Singgih Ade Triawan 4301412079 PENGERTIAN DAN PRINSIP

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom: Senyawa Koordinasi Terdiri dari atom pusat (kation logam transisi), ligan(molekul yang terikat pada ion kompleks) dan di netralkan dengan bilangan koordinasi. Dari gambar [Co(NH 3 )6]CI 3, 6 molekul NH3

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan

Lebih terperinci

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi. TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Salah satu keistimewaan logam transisi adalah dapat membentuk senyawa klompeks, yaitu senyawa yang paling sedikit terdiri dari satu ion kompleks (terdiri dari kation

Lebih terperinci

SOAL. Za-salsabiila Page 1

SOAL. Za-salsabiila Page 1 SOAL 1. Mengapa transisi dalam terpisah dalam tabel periodic? 2. Apa penghambat sifat atau kegunaan unsur transisi dalam banyak tidak ditemukan? 3. Apa kegunaan dari lampu mantel jinjing JAWAB 1. Lantanoid

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 EKSTRAKSI LOGAM KROMIUM (Cr) DAN TEMBAGA (Cu) PADA BATUAN ULTRABASA DARI DESA PUNCAK MONAPA KECAMATAN LASUSUA KOLAKA UTARA MENGGUNAKAN LIGAN POLIEUGENOL

Lebih terperinci

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur 1. Identifikasi suatu unsur dapat dilakukan melalui pengamatan fisis maupun kimia. Berikut yang bukan merupakan pengamatan kimia adalah. A. perubahan warna B. perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) Bagian I: Pilihan Ganda 1) Suatu atom yang mempunyai energi ionisasi pertama bernilai besar, memiliki sifat/kecenderungan : A. Afinitas elektron rendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TITRASI KOMPLEKSOMETRI TITRASI KOMPLEKSOMETRI I. TUJUAN a. Menstandarisasi EDTA dengan larutan ZnSO 4 b. Menentukan konsentrasi larutan Ni 2+ c. Memahami prinsip titrasi kompleksometri II. TEORI Titrasi kompleksometri adalah

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik 08.30 Posted by ferry Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL : RABU, 8 JUNI 2011 ASISTEN

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech.

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech. TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech. 1 Pendahuluan Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan kompleks atau ion kompleks

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGARUH LOGAM TANAH JARANG SERIUM (Ce) dan. LANTANUM (La) PADA ANALISIS TORIUM DENGAN METODA PENDAR SINAR-

MEMPELAJARI PENGARUH LOGAM TANAH JARANG SERIUM (Ce) dan. LANTANUM (La) PADA ANALISIS TORIUM DENGAN METODA PENDAR SINAR- MEMPELAJARI PENGARUH LOGAM TANAH JARANG SERIUM (Ce) dan LANTANUM (La) PADA ANALISIS TORIUM DENGAN METODA PENDAR SINAR-X Ratmi Herlani, Muljono, Sri Widiyati, Mujari BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

! " "! # $ % & ' % &

!  ! # $ % & ' % & Valensi ! " "! # $ % & ' %& # % ( ) # *+## )$,) & -#.. Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +1 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +2 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +3. Tl juga memiliki bilangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

MAKALAH Spektrofotometer

MAKALAH Spektrofotometer MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Sumber/ Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

SILABUS. Alokasi Sumber/ Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/1 Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia Alokasi Waktu : 18 jam pelajaran (untuk

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Rizki Tanggal Percobaan : 25 Oktober 2013 Tanggal Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Matahari adalah sumber energi yang sangat besar dan tidak akan pernah habis. Energi sinar matahari yang dipancarkan ke bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan yang mengandung

Lebih terperinci

Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometri Serapan Atom I. Tujuan Menentukan kepekaan dan daerah konsentrasi analisis logam Cu pada panjang gelombang 324.7 nm Menentukan pengaruh spesi lain, matriks, dan nyala api pada larutan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam karboksilat adalah salah satu grup senyawa organik oleh grup karboksil yang berasal dari dua kata yaitu karbonil dan hidroksil. Pada umumnya formula dari asam

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan

Lebih terperinci

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia Ikatan kimia 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia Ikatan kimia Gaya tarik menarik antara atom sehingga atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan. gol 8 A sangat

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Spektroskopi Raman Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai keunggulan dalam penggunaannya. Dalam spektrum Raman tidak ada dua molekul yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Besi (Fe) dalam Air Tanah Aliran air tanah merupakan perantara goelogi yang memberikan pengaruh unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya

Lebih terperinci

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111) KIMIA TAHAP PERSIAPAN BERSAMA Departemen Kimia, Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung E-mail: first-year@chem.itb.ac.id UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111) http://courses.chem.itb.ac.id/ki1111/ 22 Oktober

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN SIFAT KIMIA UNSUR-UNSUR

SIFAT FISIS DAN SIFAT KIMIA UNSUR-UNSUR SIFAT FISIS DAN SIFAT KIMIA UNSUR-UNSUR ALKALI Sifat Fisika Unsur Golongan Alkali Jari-jari atom dan massa jenis bertambah sedangkan titik Lebur dan titik didih. Sementara energi ionisasi dan keelektronegatifan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2017 Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik 16 Mei 2017 Waktu : 120 menit Petunjuk Pengerjaan 1. Tes ini berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara mengandung sejumlah oksigen, yang merupakan komponen esensial bagi kehidupan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Terapi Fotodinamik (Photodynamic Therapy, PDT) Proses terapi PDT dapat diilustrasikan secara lengkap pada tahapan berikut. Mula-mula pasien diinjeksi dengan senyawa fotosensitizer

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL UjianTeori Waktu: 100 menit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Glibenklamid merupakan sulfonylurea generasi kedua yang digunakan sebagai obat antidiabetik oral yang berperan menurunkan konsentrasi glukosa darah. Glibenklamid merupakan salah satu senyawa

Lebih terperinci

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

PENDAHULUAN. 1  (5 September 2006) PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

Oksigen memasuki udara melalui reaksi fotosintesis tanaman : CO 2 + H 2 O + hv {CH 2 O} + O 2 (g)

Oksigen memasuki udara melalui reaksi fotosintesis tanaman : CO 2 + H 2 O + hv {CH 2 O} + O 2 (g) Bahan Kimia dan Reaksi-Reaksi Fotokimia Dalam Atmosfer REAKSI-REAKSI OKSIGEN ATMOSFER Reaksi umum dari perubahan oksigen dalam atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Siklus oksigen sangat penting

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. 1 Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. Subcapaian pembelajaran: 1. Menjelaskan sifat unsur golongan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci