HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI PADA IBU BERSALIN SERTA DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DENGAN KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI PADA IBU BERSALIN SERTA DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DENGAN KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI TESIS"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI PADA IBU BERSALIN SERTA DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DENGAN KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak Oleh: Fitriana S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 i

2 ii

3 iii

4 BIODATA a. Nama : Fitriana b. Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 23 Oktober 1988 c. fitri2310@ymail.com d. Riwayat pendidikan di Perguruan Tinggi: No Institusi Bidang Ilmu Tahun Gelar 1 STIKes Aisyiyah Yogyakarta Kebidanan 2009 Amd.Keb 2 STIKes Aisyiyah Yogjakarta Bidan pendidik 2011 SST Surakarta, Juli 2015 Fitriana iv

5 Fitriana HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI PADA IBU BERSALIN SERTA DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DENGAN KEBERHASILAN INISISASI MENYUSU DINI TESIS. Pembimbing I : Prof.Dr.Didik Tamtomo,dr.,M.Kes, II : Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ABSTRAK Kesehatan Ibu dan Anak, sepertinya sebuah isu yang tidak pernah lekang oleh waktu, karena kesehatan ibu dan anak tidak dapat terlepas dari Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia, bahkan di dunia, tidak heran jika dalam kesepakatan MDG's (Millenium Development Goals), program-program tersebut menjadi Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu negara. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Sample Jenuh. Besar sampel yaitu 39 ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat pengumpulan data dengan kuesioner. Teknik analisis data regresi logistik. Hasil penelitian terdapat hubungan positif dan signifikan antara pendampingan suami pada ibu bersalin dengan keberhasilan inisiasi dini (IMD) (p = 0.014), Dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini (IMD) (p = 0.048). Hubungan positif dan secara statistik signifikan antara pendampingan suami pada ibu bersalin serta dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini (p = 0.000). Kesimpulan terdapat hubungan signifikan antara pendampingan suami pada ibu bersalin serta dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini (IMD) di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Kata Kunci: Pendampingan suami, ibu bersalin, dukungan tenaga kesehatan, inisiasi menyusu dini. v

6 Fitriana RELATED ASSISTANCE AND HUSBAND IN MOTHER SUPPORT DELIVERY OF HEALTH WITH SUCCESS THESIS early breastfeeding initiation. Supervisor I: Prof.Dr.Didik Tamtomo, dr., Kes, II: Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si, Department of Public Health Sciences, Graduate School, University of March, Surakarta. ABSTRACT Maternal and Child Health, seems to be an issue that was never cracked by time, because the maternal and child health can not be separated from the indicator is the Human Development Index (HDI). Not only in Indonesia, even in the world, do not be surprised if a deal MDG's (Millennium Development Goals), these programs become successful development of indicators of health in a country. This study used quantitative methods, analytical observational research with cross sectional design. The sampling technique using Sample Saturated. A large sample of 39 pregnant women in Private Practice Midwife In Depok Sleman Yogyakarta. Data collection tools with a questionnaire. Logistic regression data analysis technique. Results of the study are positive and significant relationship between husband on maternal assistance with the success of early initiation (IMD) (p = 0.014), support health workers with the success of early breastfeeding initiation (IMD) (p = 0048). Positive relationships and statistically significant between husband on maternity assistance and support of health workers with the success of early breastfeeding initiation (p = 0.000). Conclusion there is a significant relationship between husband on maternity assistance and support of health workers with the success of early breastfeeding initiation (IMD) in Depok Sleman Yogyakarta. Keywords: Assistance husband, maternity, health workers support, early breastfeeding initiation. vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul : Hubungan pendampingan suami pada ibu bersalin serta dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna tercapainya maksud dan tujuan penulis. Dalam penyusunan Tesis ini, penulis mendapat bantuan baik material maupun moril dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi,M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH.,M.Sc.,Ph.D selaku Kepala Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4. Prof.Dr.Didik Tamtomo,dr.,M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah senantiasa meluangkan waktu serta memberikan bimbingan kepada penulis selama menyusun Tesis ini. 5. Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah senantiasa meluangkan waktu serta memberikan bimbingan kepada penulis selama menyusun Tesis ini. 6. Ibu-ibu bidan di Kecamatan depok Kabupaten Sleman yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut. vii

8 7. Teman seperjuangan mahasiswa pascasarjana Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan dorongan dan semangat atas kebersamaan baik dalam suka maupun duka selama menempuh pendidikan. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penulisan Tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan dari semua pihak diterima Allah SWT dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta waktu. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhirnya penulis berharap Tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Surakarta, Juli 2015 Penulis viii

9 DAFTAR ISI Halaman Pengesahan... ii Pernyataan Keaslian... iii Biodata... iv Abstrak... v Abstract... vi Kata Pengantar... vii Daftar Isi... ix Daftar Gambar... xi Daftar Tabel... xii Daftar Lampiran... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Inisiasi Menyusu Dini Pendampingan Suami Dukungan Tenaga Kesehatan B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ix

10 B. Waktu Penelitian C. Jenis Penelitian D. Populasi dan Sampel E. Tehnik Pengambilan Sampel F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional G. Teknik Pengumpulan Data H. Instrumen dalam Pengumpulan Data J. Teknik dan Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat B. Analisis Bivariat C. Analisis Multivariat D. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 31 xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen dukungan tenaga kesehatan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi pendampingan suami Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dukungan tenaga kesehatan Tabel 3.3 Distribusi frekuensi keberhasilan inisiasi menyusu dini Tabel 4.4 Hubungan antara pendampingan suami dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini Tabel 4.5 Hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini Tabel 4.6 Analisis regresi logistik pendampingan suami dengan dukungan tenaga kesehatan xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Rencana Penelitian Lampiran 2 : Surat keterangan permohonan studi pendahuluan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dari Universitas Sebelas maret Lampiran 3 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala Badan Penanaman Modal Semarang dari Universitas Sebelas maret Lampiran 4 : Surat keterangan permohonan Ijin Penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dari Universitas Sebelas maret Lampiran 6 : Surat Rekomendasi Penelitian Dari Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah Lampiran 7 : Surat Rekomendasi perijinan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta Lampiran 8 : Surat Ijin Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman Lampiran 9 : Surat permohonan pengisian kuesioner Lampiran 10 : Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent) Lampiran 11 : Kuesioner Lampiran 13 : Tabulasi data penelitian Lampiran 14 : Analisis univariat Lampiran 15 : Analisis bivariat Lampiran 16 : Analisis multivariat xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak, sepertinya sebuah isu yang tidak pernah lekang oleh waktu, karena kesehatan ibu dan anak tidak dapat terlepas dari Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia, bahkan di dunia, tidak heran jika dalam kesepakatan MDG's (Millenium Development Goals), program-program tersebut menjadi Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu negara. Berbicara tentang kesehatan ibu dan anak tentunya tidak bisa lepas dari angka kematian ibu, angka kematian bayi, yang sampai saat ini masih menjadi masalah di Negara berkembang, termasuk Indonesia (Setianingrum, 2012). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per kelahiran hidup atau mengembalikan pada kondisi tahun 1997 (Saputra, 2013). Adapun angka kematian bayi pada tahun 2012 sebesar 32 per kelahiran hidup (BKKBN, 2013). Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di DIY mempunyai angka yang relatif tinggi, yaitu sebesar 25 per kelahiran hidup (taget MDG s sebesar 23 per kelahiran hidup pada tahun 2015). Apabila melihat angka hasil SDKI 2012 tersebut, maka masalah kematian bayi merupakan hal yang serius yang harus diupayakan penurunannya agar target MDG s dapat dicapai (Dinkes DIY, 2013). 1

15 2 Faktor penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah kematian neonatal sebesar 46,2%, diare sebesar 15,0%, dan pneumonia sebesar 12,7%. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan langkah-langkah nyata dalam upaya pencegahan kasus-kasus yang menyebabkan tingginya angka kematian bayi, khususnya angka kematian neonatal. Faktor penyebab kematian neonatal diakibatkan infeksi 36%, prematuritas 28%, dan asfiksia 23%. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh neonatal, yaitu dengan sesegera mungkin memberi kolostrum yang ada dalam Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi baru lahir. Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuningkuningan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara dan merupakan sel darah putih dan antibodi yang mengandung imunoglobulin A (IgA) yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi (Sejatiningsih & Raksanagara, 2013). Program Inisiasi Menyusu Dini sangat perlu dilakukan kepada bayi yang baru lahir untuk mencegah tingginya kematian neonatal. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir. Pada IMD, bayilah yang diharapkan berusaha untuk menyusu. Pada jam pertarma, bayi berhasil menemukan payudara ibunya. Inilah awal hubungan menyusui antara bayi dan ibunya, yang akhirnya berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi (Prasetyono, 2012). Hubungan IMD dan ASI eksklusif telah dibuktikan melalui beberapa penelitian, antara lain dilaporkan bahwa IMD dapat: (1) menurunkan kematian bayi sebesar 22% pada 28 hari pertama kehidupan,

16 3 (2) berpengaruh terhadap durasi menyusui, perilaku ibu dan fungsi fisiologis bayi, (3) memberikan peluang delapan kali lebih besar untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif, dan (4) memberikan mental positif bagi ibu yaitu terjalin ikatan kuat dengan bayi dan perasaan nyaman untuk menyusui (Noer et al, 2011). Namun demikian, cakupan inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia masih rendah. Hasil Riskesdas tahun 2010 hanya 29,3 % bayi yang menyusu kurang dari satu jam setelah persalinan (Sejatiningsih & Raksanagara, 2013). Menurut data UNICEF tahun 2009, menyebutkan bahwa angka cakupan praktik inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia dari tahun 2003 hingga 2008 sebesar 39% dan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 40% (Noer et al, 2011) perlu dilakukan upaya-upaya secara komprehensif untuk meningkatkan cakupan inisiasi menyusu dini (IMD). Prasetyono (2012) menyatakan bahwa dalam proses IMD dibutuhkan kesiapan mental ibu. Ibu tidak boleh merasa risih ketika bayi diletakkan di atas tubuhnya. Saat inilah, dukungan dan pendampingan dari keluarga, terutarna suami, sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan melakukan IMD usai melahirkan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan suami antara lain memberikan perhatian kepada istri, misalnya mengelus-elus rambut disertai mengungkapkan kalimat yang menenangkan hati. Selain pendampingan dari keluarga khususnya suami, maka dukungan dari petugas kesehatan juga mendukung pelaksanaan IMD. Hal ini dikarenakan tenaga kesehatan berperan menangani langsung proses

17 4 persalinan ibu, dan ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa dukungan dan fasilitasi dari tenaga kesehatan. Namun pada kenyataannya, sering ditemui penolong persalinan memisahkan bayi dan ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai, dan diberi pakaian. Hal ini menyebabkan inisiasi menyusu dini tidak dilakukan. Hasil studi pendahuluan di beberapa bidan praktik swasta dan RS di Kecamatan Depok, masih ada yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) terhadap bayi yang baru dilahirkan. Dari 6 Rumah sakit dan 15 Bidan praktik swasta (BPS) yang ada di Kecamatan Depok hanya 2 rumah sakit dan 4 bidan praktik swasta yang mempunyai program untuk melakukan IMD dengan benar. Tindakan itu dilakukan dengan alasan untuk memberikan kesempatan kepada ibu melahirkan istirahat setelah proses persalinan yang memakan banyak waktu dan tenaga. Sedangkan untuk pendampingan suami hampir 70 % ibu bersalin didampingi oleh suaminya, tetapi tidak banyak para suami yang mengetahui akan pentingnya inisiasi menyusu dini. Sejauh ini pengertian mereka hanya sebatas memberikan support pada saat istri meneran sampai melahirkan itu saja. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Pendampingan Suami pada ibu bersalin serta Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

18 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah ada pengaruh pendampingan suami terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman? 2. Apakah ada pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman? 3. Apakah ada pengaruh pendampingan suami dan dukungan tenaga kesehatan secara bersama-sama terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan pendampingan suami dan dukungan tenaga kesehatan secara bersama-sama dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis pengaruh pendampingan suami pada ibu bersalin terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. b. Menganalisis pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

19 6 c. Menganalisis hubungan pendampingan suami pada ibu bersalin dan dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan IMD di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat menjadi bukti empirik tentang adanya hubungan pendampingan suami pada ibu bersalin serta dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : a. Bagi Ibu dan keluarga pendamping persalinan Penelitian ini dapat menjadi gambaran tentang adanya hubungan pendampingan suami pada ibu bersalin serta dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini (IMD). b. Bagi Puskesmas Penelitian ini dapat menjadi acuan tentang keadaan sebenarnya bagaimana pelaksanaan inisiasi menyusu dini dilapangan serta menjadi dasar dalam evaluasi dan perbaikan program tersebut.

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir (Prasetyono, 2012). Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir (Roesli, 2008). Pada IMD, bayilah yang diharapkan berusaha untuk menyusu. Pada jam pertama, bayi berhasil menemukan payudara ibunya. Inilah awal hubungan menyusui antara bayi dan ibunya, yang akhirnya berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi (Prasetyono, 2012). b. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Sendiri Menurut Roesli (2008), pentingnya kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama adalah : 1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian bayi karena kedinginan commit (hypothermia). to user 7

21 8 2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi. 3) Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembangbiak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan. 4) Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. 5) Makanan awal non-asi mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu mamalia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal. 6) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif dan akan lebih lama disusui. 7) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di putting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Pentingnya hormon oksitosin : a) Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu.

22 9 b) Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia. c) Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua. Oleh karena itu dinamakan juga hormone kasih sayang. d) Merangsang pengaliran ASI dari payudara. 8) Bayi mendapatkan ASI kolostrum ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini. 9) Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah. c. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Ganga et al (2007) menyatakan bahwa Inisiasi dini memberikan beberapa keuntungan untuk bayi dan ibu, yaitu :

23 10 1) Membantu bayi tetap hangat. 2) Mengarahkan keterampilan menyusu secara lebih cepat. 3) Bayi mulai mendapatkan kolostrum sebagai makanan pertama. Kolostrum memiliki antibodi (kekebalan) dengan konsentrasi yang tinggi. Bayi mulai mendapatkan koloni kuman yang aman (flora bakteri) dari ibu. Kedua hal ini menawarkan perlindungan terhadap infeksi dan karenanya penting untuk kelangsungan hidup bayi. 4) Membantu kontraksi uterus, pengeluaran plasenta lebih cepat, mengurangi kehilangan darah ibu dan mencegah anemia. 5) Menghasilkan kadar gula yang lebih baik dan parameter biokimia lain dalam beberapa jam pertama kelahiran. 6) Bagian awal dari mekonium (tinja pertama kehitaman-hijau) dan karenanya menurunkan intensitas normal (fisiologis) ikterus. 7) Awal dari kesuksesan menyusui dalam jangka panjang. 8) Menambah ikatan ibu dan bayi. 9) dimungkinkan memiliki peran dalam meningkatkan perkembangan sistem saraf bayi. d. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada pelaksanaan IMD, setelah bayi lahir, ia akan dibersihkan dengan kain lap, lalu ditaruh di atas perut ibu. Selanjutnya, bayi dibiarkan mencari putting payudara ibu secara mandiri. Ketika itu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Jika perlu, ibu boleh mendekatkan bayi pada puting payudara, tetapi jangan memaksakan

24 11 bayi saat itu. Biasanya, bayi siap minum ASI pada 3040 menit setelah dilahirkan (Prasetyono, 2012). Menurut Roesli (2008), tatalaksana inisiasi menyusu dini adalah sebagai berikut : 1) Dianjurkan suami dan keluarga mendampingi ibu saat persalinan. 2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing. 3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok. 4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernik) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan. 5) Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu, gunakan topi bayi. 6) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke putting susu. 7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan

25 12 meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selam satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. 8) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar. 9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin k dan tetesan mata bayi yang ditunda. 10) Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkuan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar ) dihindari. Ganga et al (2007) menyatakan bahwa segera setelah melahirkan dan setelah bayi telah menangis dan mulai bernapas dengan baik, maka : 1) Bayi itu harus benar-benar dikeringkan (kecuali untuk tangan) dengan kain katun lembut. 2) Tangan harus dicuci dengan benar menggunakan sabun dan air sebelum menyentuh bayi.

26 13 3) Selanjutnya bayi ditunjukkan dan kemudian didekatkan kepada ibu serta dilakukan sebentar kontak pipi dengan pipi. Hal ini memungkinkan ibu untuk mencium bayi dan juga memfasilitasi kebiasaan mengatakan pesan suci di telinga bayi. 4) Telungkupkan bayi di antara payudara ibu. Bayi dan dada ibu keduanya telanjang, sehingga bayi memiliki kontak kulit ke kulit dengan ibu secara penuh. Bayi dan ibu harus ditutup bersama-sama dengan kain, sehingga mereka tetap hangat sambil terus dengan kontak kulit ke kulit. 5) Perawatan harus dilakukan untuk mencegah bayi jatuh. 6) Bayi sangat waspada dan responsif segera setelah dilahirkan sehingga nalurinya berada di tingkat yang terbaik. 7) Bayi dijaga tetap hangat selama kontak kulit ke kulit dengan ibu. Sentuhan juga merupakan stimulus yang kuat untuk perkembangan saraf. 8) Risiko infeksi pada bayi berkurang karena kuman yang aman (bakteri) dari ibu mulai menjajah kulitnya dan usus, serta mencegah kuman berbahaya untuk tumbuh. 9) Posisi ini memastikan stimulasi naluriah awal dan memberikan kehangatan, cinta, keamanan dan makanan. Hal ini juga memulai proses ikatan antara bayi dan ibu. 10) Bila mungkin, angkat kepala ibu di atas bantal untuk memfasilitasi kontak visual ibu-bayi.

27 14 11) Tendangan dari bayi akan memberikan sentakan yang merangsang kontraksi rahim. Hal ini akan membantu untuk mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan. 12) Setelah bayi menyadari bahwa terdapat makanan di dekatnya, dia mulai mengeluarkan air liur. 13) Bau payudara merupakan stimulus kuat yang mendorong bayi menuju puting. Penciuman bayi berkembang dengan baik. Bau zat yang dikeluarkan oleh puting mirip dengan bau zat dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam rahim. 14) Pijatan bayi membuat puting memanjang. Pijatan terhadap puting juga melepaskan hormon yang disebut oksitosin pada ibu. Hal ini membantu untuk kontrak rahim, mengurangi perdarahan dan mencegah anemia pada ibu. 15) Bayi mulai membuat gerakan. Tangan bayi harus memiliki cairan ketuban pada mereka, sebagai panduan bayi ke puting. 16) Bahu, pinggul dan leher otot bayi yang cukup berkembang untuk membantu dia bergerak. 17) Walaupun dengan pandangan yang terbatas, bayi dapat melihat areola. Jika bayi mengangkat kepalanya, dia juga bisa melihat wajah ibunya. 18) Bayi itu kemudian mencapai puting, mengangkat kepalanya dan posisi melekat ke puting yang baik dengan mulut terbuka lebar untuk mengambil seteguk ASI.

28 15 19) Kontak kulit ke kulit pertama ini harus terus dipertahankan sampai bayi selesai menyusu pertama. Pencarian putting susu pada bayi akan terjadi dengan sendirinya, karena adanya bau yang khas dari ibunya sehingga bau sang ibu itulah yang akhirnya menuntun bayi untuk mencari puting susu ibu sesaat setelah bayi lahir (Widjanarko, 2011). Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi Caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat. Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan Caesar, berikut ini tatalaksananya. 1) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif. 2) Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20 derajad-25 derajad C. disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu.

29 16 Disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi. 3) Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum. 4) Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih (Roesli, 2008). e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Aprillia (2009) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara lain: 1) Kebijakan Instansi pelayanan kesehatan tentang IMD dan ASI Eksklusif. 2) Pengetahuan, Motivasi dan Sikap tenaga penolong persalinan. 3) Pengetahuan, Motivasi dan Sikap ibu. 4) Gencarnya promosi susu formula 5) Dukungan anggota keluarga Penelitian Örün (2012) mendapatkan hasil adanya hubungan yang positif antara multiparitas dan bayi yang cukup bulan terhadap inisiasi menyusu dini (IMD). Lumula et al (2012) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa dukungan keluarga, pendidikan ibu, dan tindakan bidan mempunyai pengaruh positif terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD). Adapun dalam penelitian Lessen et al

30 17 (dalam Örün et al, 2010) mendapatkan hasil bahwa pengalaman menyusui sebelumnya mempunyai hubungan positif dengan inisiasi menyusui dini (IMD). Adapun faktor penghambat inisiasi menyusu dini (IMD) menurut Roesli (2008) adalah sebagai berikut : 1) Bayi kedinginan tidak benar Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajad dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr, Neils Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1 derajad celcius lebih panas dari pada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 derajad celcius. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2 o C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal. 2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya-tidak benar Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membnatu menenangkan ibu.

31 18 3) Tenaga kesehatan kurang tersedia-tidak masalah Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu. 4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk-tidak masalah Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. 5) Ibu harus dijahit-tidak masalah Kegiatan merangkak mencari payudara di area payudara terjadi di area payudara yang dijahit bagian bawah tubuh ibu. 6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir tidak benar Menurut American College of Obstetrics and Gynecology and Academy Breasfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi. 7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukurtidak benar Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernic caseosa meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat

32 19 dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusui awal selesai. 8) Bayi kurang siaga-tidak benar Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama, jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding. 9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan pralaktal)-tidak benar. Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu. 10) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi-tidak benar Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi petama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. 2. Pendampingan Suami Suami merupakan keluarga yang paling dekat dengan ibu melahirkan. Pendampingan suami akan mempengaruhi keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dilakukan ibu yang baru melahirkan. Kehadiran suami mendatangkan rasa tenang dan aman bagi ibu, serta percaya diri sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanan IMD. Hal ini juga didukung dengan commit hasil to penelitian user Suryani & Mularsih (2011)

33 20 yang menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum. Menurut (Marshall, 2000) menyebutkan bahwa dukungan pada persalinan dapat di bagi menjadi dua yaitu: 1. Dukungan Fisik Adalah dukungan langsung berupa pertolongan langsung yang diberikan oleh keluarga atau suami kepada ibu bersalin. 2. Dukungan Emosional Adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa di cintai dan diperhatikan oleh suami, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan. Persalinan merupakan saat yang menegangkan dan menggugah emosi bagi ibu dan keluarga. Persalinan menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu, kerena itu pastikan bahwa setiap ibu mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran. Asuhan ibu yang dimaksud berupa dukungan emosional dari suami dan angota keluarga lain untuk berada di samping ibu selama proses persalinan dan kelahiran. Suami dianjurkan untuk melakukan peran aktif dalam mendukun ibu dan mengidentifikasikan langkah-lngkah yang mungkin untuk kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara untuk menemaninya (BKKBN, 2013).

34 21 Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang akan menyebabkan selsel sarafnya mengeluarkan hormon oksitosin yang reaksinya akan menyebabkan kontraksi pada rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi yang selanjutnya juga akan berpengaruh terhadap pengeluaran ASI ibu (Ganggal, 2007). Menurut Devi dalam Hamilton (2008) Bagi suami yang siap mental mendampingi istrinya selam proses persalinan dapat memberikan manfaat seperti: 1. Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri Suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan. Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan, dukungan dan semangat untu mengurangi kecemasan dan ketakutannya. 2. Selalu ada bila dibutuhkan Dengan berada di samping istri, suami siap membantu apa saja yang dibutuhkan istri. Di saat-saat bersalin kebutuhan akan kasih sayang, dukungan, serta perhatian lebih diharapkan oleh sang ibu daripada kebutuhan materi seperti makan, minum meskipun itu juga penting dalam proses persalinan (Dashti, 2010).

35 22 3. Kedekatan emosi suami-istri bertambah Suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan mati sang istri saat melahirkan anak sehingga membuatnya semakin sayang kepada istrinya. 4. Suami akan lebih menghargai istri Melihat pengorbana istri saat persalinan suami akan dapat lebih menghargai istrinya dan menjaga priakunya. Karena dia akan mengingat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya. 5. Membantu keberhasilan IMD IMD merupakan Inisiasi Menyusui Dini yang akan digalakkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. IMD akan tercapai dengan adanya dukungan dari suami terhadap istrinya. 6. Pemenuhan nutisi Nutrisi ibu saat melahirkan akan terpenuhi karena tugas pendamping adalah memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh ibu yaitu dengan cara pemberian makan dan minum saat kontraksi rahim ibu mulai melemah. 7. Membantu mengurangi rasa nyeri saat persalinan Dengan adanya pendamping maka akan memberikan rasa nyaman dan aman bagi ibu yang sedang mengalami persalinan karena adanya dukungan dari orang yang paling di sayang sehingga mampu mengurangi rasa sakit dan nyeri yang dialami.

36 23 Menurut Hamilton dalam Kurniasih (2009) menyatakan peran pendamping selama proses persalinan yaitu: 1. Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau sesuai dengan keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung posisi ini agar dapat mengedan secara efektif saat relaksasi. 2. Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafa saat kontraksi dan beristirahat saat relaksasi. 3. Memberikan asuhan tubuh, dengan menghapus keringat ibu, memegang tangan, memberikan pijatan, mengelus perut ibu dengan lembut. 4. Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan. 5. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman. 6. Membantu ibu ke kamar mandi. 7. Memberi cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu. 8. Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa. 9. Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengedan. Menurut Azwar (2012) suami sebagai pendamping persalinan dapat melakukan hal sebagai berikut: 1. Memberi dorongan semangat yang akan dibutuhkan jika persalinan lebih lama dari yang diperkirakan. Suami sebaiknya iberitahu terlebih dahulu bahwa jika istri berteriak padanya hanya karena sang istri tidak mungkin berteriak pada dokter.

37 24 2. Memijat bagian tubuh, agar anda tidak terlalu tegang atau untuk mengalihkan perhatian istri dari kontraksi. Pukulan perlahan pada perut yang disebut effleurage, dengan menggunakan ujung jari merupakan pijatan yang disarankan. 3. Memastikan istri merasa nyaman dengan menyediakan bantal, air, permen atau potongan es untuk istri atau memanggil perawat atau dokter jika istri membutuhkan bantuan. 4. Memegang istri saat mengedan agar istrimemiliki pegangan saat mendorong dan memimpin istri agar mengedan dengan cara yang paling efektif. Kehadiran suami tanpa tekanan dari luar, pada proses persalinan akan sangat penting dalam membantu istri teruteme jika suami tahu banyak tentang proses melahirkan. Para suami sering mengeluh betapa tertekannya mereka karena sama sekali tidak tahu apa yang harus dikerjakan untuk menolong istrinya. (lutfiatus Sholilah, 2008:35). Situasi atau kondisi dimana suami tidak bisa mendampingi selama proses persalinan seperti: 1. Suami tidak siap mental Umumnya, suami tidak tega, lekas panik, saat melihat istrinya kesakitan atau tidak tahan bila harus melihat darah yang keluar saat persalinan. Tipe suami seperti ini bukanlah orang yang tepat menjadi pendamping diruang bersalin.

38 25 2. Tidak diizinkan pihak RS Beberapa RS tidak mengizinkan kehadiran pendamping selain petuga medis bagi ibu yang menjalani proses persalinan, baik normal maupun cesar. Beberapa alasan yang diajukan adalah kehadiran pendamping dapat mengganggu konsentrasi petugas medis yang telah membantu proses persalinan, tempat yang tidak luas dan kesterilan ruang oprasi menjadi berkurang dengan hadirnya orang luar. 3. Pengetahuan yang kurang Pengetahuan yang cukup sangat diperlukan oleh para suami, selain untuk mengetahui seberapa penting dukungan yang diberikan kepada para istri saat melahirkan dan juga pemdamingan setelah persalinan, maka para suami juga akan sedikit mengetahui kalau-kalau istri menghendaki sesuatu atau menerima saran dari petugas kesehatan tentang hal yang berkaitan dengan persalinan tersebut. 3. Dukungan Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Hal ini menyebabkan pemerintah merasa perlu membuat peraturan secara khusus,

39 26 yang diimplementasikan dengan pembuatan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pada ayat 2 dinyatakan bahwa asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga. Adapun pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa : (1) Tenaga kesehatan terdiri dari : b. tenaga medis; c. tenaga keperawatan; d. tenaga kefarmasian; e. tenaga kesehatan masyarakat; f. tenaga gizi; g. tenaga keterapian fisik; h. tenaga keteknisian medis. (2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. (3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

40 27 (4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. (5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. (6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. (7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. (8) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis. Tenaga kesehatan mempunyai peran yang besar dalam peningkatan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Aprillia (2008) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter karena merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan IMD. Menurut Yulianty (2010) dukungan tenaga

41 28 kesehatan diwujudkan dengan pemberian informasi, melatih keterampilan, dan tindakan tenaga kesehatan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD). B. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian yang masih relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Lumula et al (2012) Melakukan penelitian dengan judul : Determinan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian adalah ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Tilamuta mulai bulan Januari-Desember Sampel sebanyak 215 orang yang dilakukan secara simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan : a. Ibu yang mendapatkan dukungan keluarganya 6,8 kali lebih besar dapat melakukan IMD dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. b. Ibu yang berpendidikan cukup 5,9 kali lebih besar dapat melakukan IMD dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan kurang.

42 29 c. Ibu yang mendapatkan tindakan nyata dari bidan 2,6 kali lebih besar dapat melakukan IMD dibandingkan pada ibu yang tidak mendapatkan tindakan dari bidan. 2. Suryani & Mularsih (2011) Melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Pada Ibu Post Partum di BPS Kota Semarang. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah suami dari semua ibu nifas yang bersalin pada bulan Februari dan Maret di BPS Ny. Ida Purwanto sebanyak 30 orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini, adalah sampel jenuh (total sample), yaitu keseluruhan dari anggota populasi yaitu sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan : a. Semua responden (suami dari ibu nifas yang bersalin pada bulan Februari dan Maret di BPS Ny. Ida Purwanto) berumur tahun. Sebagian besar responden menempuh tingkat Pendidikan Menengah (SMA/sederajat sebanyak 17 (56,7%) responden dan sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 9 (30%) responden. b. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang ASI dan inisiasi menyusui dini sebanyak 15 (50%) responden. c. Sebagian besar responden termasuk dalam kategori mendukung ibu post partum dalam pelaksanaan IMD sebanyak 18 (60%) responden.

43 30 d. Sebagian besar responden termasuk dalam kategori berhasil melaksanakan inisiasi menyusui dini pada bayi mereka sebanyak 17 (56,7%) responden. e. Ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto, dengan ρ value sebesar 0,004 (ρ value< 0,05). 3. Widiastuti et al (2013) Melakukan penelitian dengan judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat dan bidan di ruang mawar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal sebanyak 37 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan : a. Ada pengaruh pengetahuan perawat dan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini di ruang Mawar RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.

44 31 b. Ada pengaruh sikap perawat dan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini di ruang Mawar RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. c. Ada pengaruh pengalaman perawat dan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini di ruang Mawar RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. 4. Hidayat & Dewantiningrum (2012) Melakukan penelitian dengan judul : Perbandingan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasar Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil. Penelitian ini adalah penelitian cohort prospektif. Sebanyak 56 sampel ibu hamil dengan usia kehamilan > 28 minggu yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Halmahera dan Puskesmas Ngesrep selama Maret-Juni 2012 serta memenuhi kriteria inklusi dan menjadi sampel dalam penelitian ini. Sampel dibagi dalam kelompok pengetahuan tinggi (n=28) dan rendah (n=28). Semua sampel mengisi kuesioner dan diwawancarai setelah ibu melahirkan. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square untuk analis is bivariat dan uji regresi logistik ganda untuk analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD pada ibu dengan tingkat pengetahuan mengenai IMD yang tinggi lebih besar di bandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan mengenai IMD yang rendah.

45 32 C. Kerangka Berpikir Proses Persalinan Bayi Sehat Ibu Bersalin Faktor Internal : Kemampuan ibu Kesehatan ibu Pengetahuan ibu Faktor Eksternal : Pendampingan suami Dukungan tenaga Pelaksanaan IMD Motivasi Berhasil Tidak Berhasil Gambar 2.1. Kerangka pikir penelitian hubungan pendampingan suami pada ibu ibu bersalin serta dukungan kesehatan dengan keberhasilan inisisasi menyusu dini 1. Hubungan Pendampingan Suami Dengan Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini melibatkan tiga hubungan insani, yaitu bayi yang disusui, ibu yang memberikan ASI, dan suami. Roesli (2008) bahwa kondisi emosi yang stabil menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu. Kestabilan emosi tersebut, bisa diraih bila sang suami turut mendukung. Keterlibatan seorang suami dalam Inisasi Menyusu Dini (IMD) akan memberi motivasi pada ibu dan menentukan kestabilan emosi ibu. Kondisi emosi yang stabil menentukan sikap yang positif dari ibu. Kestabilan emosi tersebut, bisa diraih bila sang suami atau keluarga memberikan dukungan dan motivasinya secara maksimal. Dukungan

46 33 memberikan suatu kesan bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai. Sehingga dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap emosional ibu dimana ia lebih tenang, nyaman, percaya diri dalam melakukan proses IMD pada bayinya (Lumula et al, 2012). Beberapa peneliti telah membuktikan hubungan dukungan suami dengan keberhasilan IMD, diantaranya adalah Suryani dan Mularsih (2011). Hasil penelitian Mularsih dkk (dalam Lumula et al, 2012) membuktikan bahwa responden yang mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini, 77,8% menyatakan bahwa bayi mereka berhasil melakukan IMD. 4. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tenaga kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan IMD, karena tenaga kesehatan merupakan orang yang melakukan pertolongan persalinan. Dukungan tenaga kesehatan berupa pemberian informasi dan keterampilan mengenai IMD setelah ibu melahirkan menimbulkan niat dan keinginan untuk melakukan IMD. Informasi dan pemberian keterampilan yang diberikan tenaga kesehatan mengenai IMD akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil. Ibu hamil akan mengetahui mengenai pengertian, manfaat, dan penatalaksanaan IMD. Pengetahuan ibu hamil akan berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD. Hal ini seperti terungkap dari penelitian Hidayat dan Dewantiningrum (2012) yang mendapatkan hasil tingkat pengetahuan

47 34 memiliki hubungan bermakna dengan pelaksanaan IMD dengan angka signifikansi sebesar p=0.029 dan RR sebesar 1,615 yang berarti bahwa angka pelaksanaan IMD pada kelompok dengan tingkat pengetahuan tinggi lebih tinggi 1,6 kali dibanding kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah. D. Hipotesis 1. Ada hubungan pendampingan suami dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. 2. Ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. 3. Ada hubungan pendampingan suami dan dukungan tenaga kesehatan secara serentak dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

48 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada 4 Bidan Praktik Swasta (BPS) yang telah menerapkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). B. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama 2 bulan, yaitu bulan April sampai bulan Juni tahun C. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional sedangkan desain yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yang mempelajari hubungan-hubungan atau korelasi antara faktor-faktor resiko dan dampak atau efeknya di observasi pada waktu yang sama (Sastroasmoro dan Ismael, 2006). D. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah bidan praktik swasta (BPS) di kecamatan Depok Kabupaten Sleman diketahui ada 12 BPS, tetapi hanya 4 BPS yang menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) secara benar. Sehingga 4 BPS ini yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. 35

49 36 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi (Zuriah, 2009). Sampel dalam penelitian ini digunakan sampel jenuh, yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2010). Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan HPL antara bulan Mei-Juni tahun 2015 yang melakukan pemeriksaan serta berencana melahirkan di 4 bidan praktek swasta yang menerapkan program IMD secara benar berjumlah 39 ibu hamil. E. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. 1. Variabel Bebas X 1 = Pendampingan Suami X 2 = Dukungan tenaga kesehatan 2. Variabel Terikat (Y) : Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Pendampingan Suami a. Tindakan asuh dan asih suami kepada istri pada waktu proses persalinan sampai melahirkan yang berdampak pada berhasil tidaknya ibu dalam melakukan IMD. b. Alat Ukur Alat yang digunakan adalah lembar kuesioner

50 37 c. Skala Data Skala data: ordinal, dengan criteria : Pendampingan baik : jika jumlah skor 1-6 Pendampingan sedang : jika jumlah skor 7-13 Pendampingan kurang : jika jumlah skor Dukungan Tenaga Kesehatan a. Definisi Motivasi, pemberian kesempatan dan bantuan serta fasilitas oleh tenaga kesehatan pada ibu bersalin untuk melakukan IMD pada bayi yang dilahirkanya. b. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner c. Skala Data Skala data : ordinal, dengan criteria : Dukungan tenaga kesehatan tinggi : jika jumlah nilai 1-5 Dukungan tenaga kesehatan sedang : jika jumlah nilai 6-12 Dukungan tenaga kesehatan rendah : jika jumlah nilai Keberhasilan inisiasi menyusu dini a. Definisi Ketersediaan ibu dalam memberikan kesempattan kepada bayinya untuk mencari putting susu ibu sendiri selama satu jam setelah melahirkan.

51 38 b. Alat ukur data Alat ukur data keberhasilan inisiasi menyusu dini menggunakan daftar tilik (checklist) yang disadur dari lembar observasi JNPK-KR Depkes RI tahun c. Skala Data Skala data : kontinu diubah menjadi dikotomi dengan kriteria : Berhasil : jika jumlah nilai 1-7 Tidak berhasil : jika jumlah nilai 8-18 G. Prosedur Pengumpulan Data 1. Data primer Dalam penelitian ini pengumpulan data primer dilakukan melalui checklist yang kemudian dijadikan acuan dalam melakukan observasi pada suami tentang ketersediaanya mendampingi istrinya yang sedang melahirkan, sedangkan untuk mengetahui ada dukungan dari tenaga kesehatan peneliti menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh tenaga kesehatan. Untuk keberhasilan inisiasi menyusu dini juga berpedoman dengan checklist sesuai dengan teori yang ada. 2. Data sekunder Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah data yang diperoleh dari dinas kesehatan Sleman dan data dari puskesmas yang berhubungan dengan penelitian.

52 39 3. Pendokumentasian Dalam penelitian ini baik data primer yang di dapatkan akan di catat pada lembar penilaian atau checklist sebagai instrumen dalam penelitian ini. Sedangkan data sekunder dicatat sebagai bahan acuan sewaktu-waktu. H. Instrumen dan pengumpulan data Pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 4. Kuesioner Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk pengambilan data dukungan tenaga kesehatan. Kuesioner atau angket adalah satu set tulisan tentang pertanyaan yang diformulasi supaya responden mencatat jawabannya. Pertanyaan dalam kuesioner ialah tentang indikator dari konsep (Silalahi, 2009). Instrumen yang dipergunakan adalah kuesioner dukungan tenaga kesehatan yang pernah digunakan oleh Roslina Yuliaty dalam penelitaianya yang berjudul Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Medan Tahun Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Dukungan Tenaga Kesehatan No. Indikator No. Item Jml. Item 1. Pemberian Informasi tentang IMD 1, 2, 3, Pemberian keterampilan tatalaksana 5, 6, 7, 8, 9, 7 IMD 10, Dukungan terhadap pelaksanaan IMD 12, 13, 14, 7 15, 16, 17, 18 Jumlah 18

53 40 5. Observasi Observasi adalah aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun non partisipatif. Pengamatan partisipatif merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti (Idrus, 2009). Observasi dipergunakan untuk mengambil data pendampingan suami dan keberhasilan IMD. Instrumen yang dipergunakan untuk melakukan observasi adalah pedoman observasi. I. Pelaksanaan Penelitian Secara garis besar penelitian ini meliputi dua tahap yaitu tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. 1. Tahap Persiapan Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menentukan BPS yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. b. Membuat surat izin penelitian dari Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta. c. Melakukan Studi Pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.

54 41 d. Menghubungi pihak BPS di Kecamatan Depok yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan melihat rekam medik untuk melihat ibu hamil yang mempunyai HPL bulan Mei Juni e. Menyiapkan instrumen untuk melakukan observasi. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagia berikut : a. Tahap Pertama Tahap pertama penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 Januari 2015, dengan mengambil data Rumah sakit maupun BPS yang mempunyai program IMD. b. Tahap Kedua Tahap kedua penelitian dilakukan pada bulan Februari Maret 2015, terhadap subjek penelitian yang sebelumnya telah diambil data dukungan tenaga kesehatan dikumpulkan melalui kuesioner sedangkan pendampingan suami dan keberhasilan IMD, menggunakan pedoman observasi. Pengamatan dilakukan segera setelah ibu melahirkan. J. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data Deskripsi data adalah teknik analisis untuk mengolah data yang diperoleh. Data yang diperoleh setelah ditabulasi, kemudian disusun secara teratur, agar lebih mudah dimengerti. Dalam penelitian ini dideskripsikan

55 42 data pendampingan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Data penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. a. Deskripsi Dukungan Tenaga Kesehatan Data dukungan tenaga kesehatan ditafsirkan dengan kalimat Azwar (2012(a)) menyatakan bahwa pada dasarnya, interpretasi terhadap skor bersifat normatif, artinya makna skor diacukan pada posisi relatif skor terhadap suatu norma (mean) skor populasi teoritik sebagai parameter sehingga hasil ukur yang berupa angka (kuantitatif) dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Acuan normatif tersebut memudahkan pengguna memahami hasil pengukuran. Interpretasi skor data penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep kurva normal, dengan norma interpretasi sebagai berikut : 1) Di dukung oleh tenaga kesehatan (1): jika skor kuesioner 9 2) Tidak di dukung oleh tenaga kesehatan (0) : jika skor kuesioner 9 b. Pendampingan Suami Data pendampingan suami dideskripsikan dengan kategori sebagai berikut : 1) Didampingi suami (1) : jika skor pada lembar observasi 15 2) Tidak didampingi suami (0) : jika skor pada lembar observasi 15 c. Keberhasilan IMD

56 43 Data keberhasilan IMD dideskripsikan dengan kategori sebagai berikut : 1) Berhasil (1) : jika skor pada lembar observasi 8 2) Tidak berhasil (0) : jika skor pada lembar observasi 8 2. Analisis Bivariat dan Multivariat Analisis bivariat dan multivariat dalam penelitian ini dilakukan menggunakan regresi logistik. Regresi logistik digunakan karena data variabel terikat dalam penelitian ini merupakan variabel dengan skala data nominal. Adapun persamaan logistik regression adalah sebagai berikut : (Murti, 2006) ln p 1 p = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 Keterangan : a x 1 x 2 p = Konstanta = Pendampingan suami = Dukungan tenaga kesehatan = Probabilitas keberhasilan IMD b 1, b 2 = Koefisien regresi Tahap-tahap dalam pengujian dengan regresi logistik adalah sebagai berikut : a. Menilai Model Fit Beberapa statistik uji yang dapat digunakan untuk menguji kesesuaian model regresi logistik adalah :

57 44 1) -2 Log Likelihood Statistik 2-log likelihood kadangan-kadang disebut likelihood chi square statistik, dimana chi square distribusi dengan derajat kebebasan n q, dimana q adalah jumlah parameter dalam model. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : G 2 = 2 Oij Oij Log i j Eij Dimana : Oij = Frekuensi observasi Eij = Frekuensi harapan (Notobroto, 2004) 2) Goodness of Fit 2 = i j (Oij Eij) Eij 2 Dimana : 2 = Statistik Chi Square Oij = Frekuensi observasi Eij = Frekuensi harapan 3) 2 Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 2 = -2 ln (likelihood tan pa var iabel) likelihood dengan var iabel Statistik -2 Log Likelihood dan Goodness of Fit digunakan untuk menguji hipotesis commit : to user

58 45 Ho : Model sesuai (tidak ada perbedaan antara observasi dengan kemungkinan hasil prediksi) H 1 : Model tidak sesuai (ada perbedaan antara observasi dengan kemungkinan hasil prediksi) Adapun statistik 2 dipergunakan untuk mengetahui apakah satu atau lebih variabel bebas yang belum masuk dalam model memiliki peranan yang penting dalam model. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut : Ho : Model tanpa variabel tertentu adalah model terbaik. H 1 : Model dengan variabel bebas tertentu adalah model terbaik. b. Pengujian Parameter Pengujian signifikansi parameter merupakan pemeriksaan untuk menentukan apakah variabel prediktor dalam model signifikan atau berpengaruh secara nyata terhadap variabel respon. 1) Uji Parsial (Bivariat) Dalam uji parsial ini, pengujian dilakukan dengan menguji setiap i secara individual. Hasil pengujian secara individual akan menunjukkan apakah suatu variabel prediktor layak untuk masuk dalam model atau tidak. Dalam pengujian ini digunakan uji statistik Wald, dengan rumus sebagai berikut : W = bi SE. (bi)

59 46 analog untuk a : W = Keterangan : a SE. (a) W SE bi = Harga statistik Wald = Standar Error = Koefisien regresi a = intercept (Murti, 2006) Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows release 16.0 dengan kriteria : p 0,05 = Ho ditolak p > 0,05 = Ho diterima 2) Uji Serentak (Multivariat) Pengujian secara serentak juga merupakan uji model Chi Square yang digunakan untuk menguji parameter hasil estimasi secara bersama. Hipotesis : Ho : 1 = 2 =... = k = 0 H1 : Paling tidak ada satu i yang tidak sama dengan nol. Statistik uji yang digunakan adalah G-likelihood ratio dengan rumus sebagai berikut :

60 47 G = -2 ln 1 n yi i n (1 n 0 / n) 1 yi i ) 1 0 ( n / n) (n Dimana : n 1 = yi, n 0 = (1 yi), n = n 1 + n 0 (Notobroto, 2004) Statistik uji G ini mengikuti distribusi chi square dengan derajat bebas banyaknya parameter dalam model. Karena itu, untuk memperoleh keputusan uji, nilai G dibandingkan dengan nilai 2,y. Kriteria penolakan Ho adalah jika G > 2,y.

61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini merupakan distribusi frekuensi dari variabel penelitian yang meliputi variabel pendampingan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Analisis univariat ditampilkan dalam distribusi frekuensi sebagai berikut: 1. Pendampingan suami Pendampingan suami merupakan pendampingan pada waktu asuh, asih kepada istri yang sedang hamil pada waktu persalinan sampai melahirkan yang berdampak pada berhasil tidaknya ibu dalam melakukan IMD. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 39 responden. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pendampingan Suami Pendampingan Suami n % Tidak didampingi suami 10 25,6 Didampingi suami 29 74,4 Jumlah ,0 (Sumber : Data primer, 2015) Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu bersalin di dampingi oleh suaminya sejumlah 29 ibu bersalin (74,4 %). 2. Dukungan tenaga kesehatan Dukungan tenaga kesehatan merupakan motivasi, pemberian kesempatan dan bantuan serta fasilitas oleh tenaga kesehatan pada ibu bersalin untuk melakukan IMD pada bayi yang dilahirkanya. 48

62 49 Skor dukungan tenaga kesehatan diperoleh skor rata-rata sebesar 13,05 atau lebih kecil dari skor 9, yang berarti dapat dinyatakan bahwa para ibu hamil yang melakukan pemeriksaan serta berencana melahirkan rata-rata mendapatkan dukungan yang kuat oleh tenaga kesehatan. Untuk lebih detailnya mengenai klasifikasi dukungan tenaga kesehatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Tenaga Kesehatan Dukungan tenaga kesehatan N % Dukungan tenaga kesehatan lemah 8 20,5 Dukungan tenaga kesehatan kuat 31 79,5 Jumlah (Sumber : Data primer, 2015) ,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu bersalin mendapat dukungan yang kuat dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 31 orang (79,5%). 3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Keberhasilan inisiasi menyusu dini (IMD) adalah kebersediaan ibu dalam memberikan kesempatan kepada bayinya untuk mencari puting susu ibu sendiri selama satu jam setelah melahirkan. Skor keberhasilan inisiasi menyusu dini (IMD) diperoleh skor rata-rata sebesar 8,13 atau lebih kecil dari skor 8, yang berarti dapat dinyatakan bahwa para ibu hamil telah berhasil dalam hal inisiasi menyusu dini (IMD). Untuk lebih detailnya mengenai klasifikasi keberhasilan inisiasi menyusu dini (IMD) adalah sebagai berikut.

63 50 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Keberhasilan Inisiasi n % Menyusu Dini (IMD) Tidak berhasil 9 23,1 Berhasil Jumlah ,9 100,0 (Sumber : Data Primer, 2015) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin telah berhasil melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu sebanyak 30 orang (76,9%). B. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendampingan suami pada ibu bersalin dan dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan menunjukkan besaran kemungkinan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan uji chi square, hasil pengujiannya dapat ditunjukkan sebagai berikut: 1. Hubungan pendampingan suami dengan keberhasilan IMD Hasil perhitungan chi square hubungan pendampingan suami pada ibu bersalin dengan keberhasilan inisiasi menyusu dinidapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.4.

64 51 Tabel 4.4. Hubungan antara pendampingan suami dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pendampingan Inisiasi Menyusu Total suami Dini (IMD) Tidak Berhasil OR p berhasil F % % F F % Tidak didampingi 8 20,5 2 5, ,6 11,20 0,000 suami Didampingi suami 1 2, , ,4 Jumlah 9 23, , (Sumber: Data primer, 2015) Tabel 4.4 menunjukkan nilai odds Ratio sebesar 11,20 yang berarti bahwa ibu bersalin yang di dampingi oleh suaminya mempunyai kemungkinan 11,20 kali lebih besar dari pada ibu bersalin yang tidak di dampingi oleh suaminya. Hasil uji chi square menunjukkan adanya pengaruh antar pendampingan suami pada ibu bersalin dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini dengan nilai statistik signifikan (p=0,000). 2. Hubungan Dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan IMD Hasil perhitungan chi square hubungan pendampingan suami pada ibu bersalin dengan keberhasilan inisiasi menyusu dinidapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.5.

65 52 Tabel 4.5. Hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Keberhasilan Inisiasi Total OR p Menyusu Dini (IMD) Tidak Dukungan tenaga berhasil F % berhasil kesehatan Dukungan tenaga kesehatan lemah Dukungan tenaga kesehatan Kuat Total (Sumber: Dataprimer, 2015) F % F % 7 17,9 1 2,6 8 20,5 10,15 0, , , , Tabel 4.5 menunjukkan nilai odds Ratio sebesar 10,15 yang berarti bahwa ibu bersalin yang mendapat dukungan kuat oleh tenaga kesehatan mempunyai kemungkinan 10,15 kali lebih besar dari pada ibu bersalin yang mendapatkan dukungan lemah dari tenaga kesehatan. Hasil uji chi square menunjukkan adanya pengaruh antar Dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini dengan nilai statistik signifikan (p=0,000). C. Analisis Multivariat Pada analisis ini digunakan regresi logistic, penggunaan ini didasari oleh data variabel terikat dalam penelitian ini merupakan variabel dengan skala data nominal. Untuk menghindari kesalahan yang cukup signifikan dalam penggunaan regresi linier yang menggunakan rumus Least Square sebagai akibat dari variabel dependen yang merupakan skala kontinu, maka dalam penelitian ini digunakan regresi logistik yang diharapkan hasil persamaan regresi yang diperoleh adalah baik commit atau to sesuai user dengan data penelitian.

66 53 1. Hasil uji koefisien regresi logistik Analisis regresi logistik ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendampingan suami dan dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Analisis regresi logistik pendampingan suami serta dukungan tenaga kesehatan Variabel OR CI 95% p Batas bawah Batas atas Pendampingan suami 3,54 1,44 6,00 0,014 Dukungan tenaga 3,13 1,58 3,91 0,048 kesehatan N Observasi 39 (Sumber: Data primer, 2015) 2. Pengujian hipotesis Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel pendampingan suami dan dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Berdasarkan dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Pengaruh pendampingan suami terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Variabel pendampingan suami memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar 3,546 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014. Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan suami pada ibu bersalin berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

67 54 b. Pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dukungan tenaga kesehatan memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar 3,135 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,048. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan tenaga kesehatan berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). D. Pembahasan 1. Hubungan antara pendampingan suami dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Berdasarkan hasil analisis data diatas diperoleh hasil bahwa para ibu bersalin sebagian besar didampingi suami dengan persentase pendampingan sebesar 74,4%, sedangkan ibu bersalin yang tidak didampingi suaminya yaitu dengan persentase sebesar 25,6%. Padahal kita tahu bahwa pendampingan dari keluarga terutarna suami sangat dibutuhkan oleh ibu yang bersalin. Selain mendapatkan dukungan mental ibu juga akan merasa terbantu dengan adanya suami pada saat proses persalinan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan suami antara lain memberikan perhatian kepada istri, misalnya mengelus-elus rambut disertai mengungkapkan kalimat yang menenangkan hati. Hal inilah yang sangat mempengaruhi tindakan apa saja yang akan dilakukan oleh ibu setelah bersalin seperti IMD dan sebagainya. Pada pengujian pendampingan suami ini, menunjukkan bahwa pendampingan suami pada ibu bersalin berpengaruh signifikan terhadap

68 55 keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), sehingga hipotesis yang menyatakan pendampingan suami berpengaruh terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) diterima atau terbukti. Hal ini memberikan gambaran bahwa suami ikut berperan dalam keberhasilan ibu menyusui dini terutama dengan hadir dan memberikan dukungan kepada ibu saat melahirkan dan membangun percaya diri ibu agar mau dan mampu menyusui. Adanya pengaruh ini t dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu bersalin mengharapkan didampingi oleh suaminya maupun keluarganya yang lain, adanya dorongan dan kedekatan suami dalam mendampingi ibu dalam proses persalinan menyebabkan para ibu juga sadar untuk melakukan inisiasi menyusu dini. Kehadiran suami mendatangkan rasa tenang dan aman bagi ibu, serta percaya diri sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanan IMD. Keterlibatan seorang suami dalam Inisasi Menyusu Dini (IMD) akan memberi motivasi pada ibu dan menentukan kestabilan emosi ibu. Kondisi emosi yang stabil menentukan sikap yang positif dari ibu. Kestabilan emosi tersebut, bisa diraih bila sang suami atau keluarga memberikan dukungan dan motivasinya secara maksimal. Dukungan memberikan suatu kesan bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai. Sehingga dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap emosional ibu dimana ia lebih tenang, nyaman, percaya diri dalam melakukan proses IMD pada bayinya (Lumula et al, 2012). Beberapa

69 56 peneliti telah membuktikan hubungan dukungan suami dengan keberhasilan IMD, diantaranya adalah Suryani dan Mularsih (2011). Hasil penelitian Mularsih dkk (dalam Lumula et al, 2012) membuktikan bahwa responden yang mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini, 77,8% menyatakan bahwa bayi mereka berhasil melakukan IMD. Suryani & Mularsih (2011) yang menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum. Dan juga sependapat dengan Guyton (1997), yang menyatakan bahwa dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang akan menyebabkan sel-sel sarafnya mengeluarkan hormon oksitosin yang reaksinya akan menyebabkan kontraksi pada rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi yang selanjutnya juga akan berpengaruh terhadap pengeluaran ASI ibu. 2. Hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin mendapat dukungan yang kuat oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 79,5% sedangkan ibu bersalin yang mendapatkan dukungan tenaga kesehatanya lemah sebesar 20,5%. Hal ini menunjukkan keberadaan tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam memberikan dukungannya kepada para ibu hamil dalam melakukan tindakan inisiasi menyusu dini. Dan dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

70 57 dari dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan berpengaruh terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) diterima atau terbukti. Adanya pengaruh ini dapat dikarenakan sudah tingginya kesadaran para ibu yang melahirkan akan pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini, dengan pengetahuan dan wawasannya para ibu dengan melakukan inisiasi menyusu dini untuk anaknya yang baru lahir. Dukungan dari tenaga kesehatan mampu mendorong para ibu untuk melakukan inisiasi menyusu dini pada anaknya yang lahir. Tenaga kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan IMD, karena tenaga kesehatan merupakan orang yang melakukan pertolongan persalinan. Dukungan tenaga kesehatan berupa pemberian informasi dan keterampilan mengenai IMD setelah ibu melahirkan menimbulkan niat dan keinginan untuk melakukan IMD. Informasi dan pemberian keterampilan yang diberikan tenaga kesehatan mengenai IMD akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil. Ibu hamil akan mengetahui mengenai pengertian, manfaat, dan penatalaksanaan IMD. Pengetahuan ibu hamil akan berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD. Dengan demikian hasil penelitian ini sependapat dengan Aprillia (2008), yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan mempunyai peran yang besar dalam peningkatan keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit

71 58 sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter karena merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan IMD. Menurut Yulianty (2010) dukungan tenaga kesehatan diwujudkan dengan pemberian informasi, melatih keterampilan, dan tindakan tenaga kesehatan terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Widiastuti et al (2013), yang menyatakan ada pengaruh pengetahuan perawat dan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini. E. Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini hanya dilakukan di BPS Kecamatan Depok Kabupaten Sleman sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan di tempat lain. 2. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang membahas tentang dukungan tenaga kesehatan serta lembar observasi untuk mengetahui keberhasilan inisiasi menyusu dini sehingga kurang adanya wawancara yang lebih mendalam dengan responden.

72 59 3. Waktu penelitian yang singkat sehingga sampel yang diperoleh tidak terlalu banyak karena berhubungan dengan jumlah ibu bersalin yang ada pada Bidan Praktek Swasta yang dijadikan tempat penelitian.

73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pengaruh dari variabel pendampingan suami dan dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Ada pengaruh pendampingan suami terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), hal ini menjelaskan tingginya kontribusi dari pendampingan suami terhadap tindakan ibu dalam melakukan inisiasi menyusu dini. 2. Ada pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yang berarti dukungan dari tenaga kesehatan mampu memberikan peran besar terhadap para ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini pada anaknya. 3. Tingginya pendampingan suami dan dukungan tenaga kesehatan secara bersamaan akan meningkatkan keberhasilan para ibu hamil dalam Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yang berarti bayi berhasil menemukan payudara ibunya pada saat setelah melahirkan. Karena keberhasilan inisiasi dini ini akan memberikan beberapa keuntungan baik untuk bayi dan ibu, seperti membantu bayi tetap hangat dan dimungkinkan memiliki peran dalam meningkatkan perkembangan sistem saraf bayi. 60

74 61 B. Implikasi 1. Teoritis Teori pengembangan ketrampilan (A Skill Building Approach) dari Sekaran. U (2006) dapat digunakan sebagai landasan teori dalam perencanaan program promosi kesehatan khususnya upaya untuk memberikan ASI sedini mungkin kepada bayi baru lahir. Untuk mensosialisasikan program tersebut ibu butuh ppendampingan dari keluarga dan juga informasi atau dukungan dari tenaga kesehatan, dimana perhatian dari merekalah yang sangat dibutuhkan. Tidak hanya itu, semangat dan kemauan dari ibu sendiripun sangat berperan dalam pemberian ASI sedini mungkin. Dalam penelitian ini teori-teori tersebut dapat dibuktikan bahwa variabel prediktor yyang diteliti baik secara terpisah maupun bersama-sama memepunyai pengaruh yang signifikan. Oleh sebab itu, upaya untuk mensukseskan program Inisiasi Menyusu Dini harus mendapat dukungan penuh baik dari keluarga atau suami serta tenaga kesehatan yang membantu persalinan ibu ersebut. Jadi semakin tinggi pendampingan suami pada bu bersalin serta kuatnya dukungan tenaga kesehatan akan mempengaruhi tingginya proses Inisiasi Menyusu dini. 2. Praktis Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pendampingan suami pada ibu bersalin serta adanya dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan inisiasi menyusu dini pada ibu. Semakin tinggi tingkat kesadaran suami dalam mendampingi ibu saat proses persalinan semakin

75 62 tinggi juga keberhasilan ibu dalam melakukan inisiasi menyusu dini. Begitu juga dengan pemberian informasi serta dukungan tenaga kesehatan terhadap proses inisisi menyusu dini maka semakin tinggi tingkat keberhasilan proses inisiasi menyusu dini. C. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Sehubungan dengan adanya pengaruh dari pendampingan suami terhadap keberhasilan inisiasi menyusu dini dapat memberikan dukungan kepada para suami akan pentingnya dalam mendampingi istri saat melahirkan, dan dapat memberikan dorongan kepada istri untuk melakukan kegiatan inisiasi menyusu dini pada bayinya yang baru lahir. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi lembaga kesehatan seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan bagi puskesmas yang ada untuk memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan untuk memberikan dukungannya kepada para ibu hamil yang melahirkan untuk melakukan kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi anaknya yang baru lahir, karena tingginya manfaat dari inisiasi menyusu dini.

76 DAFTAR PUSTAKA Aprillia, Y. (2009). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten. Tesis Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana UNDIP. dalam Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. BKKBN. (2013). Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun Jakarta: BKKBN. Dashti M. Determinants of breastfeeding initiation among mothers in Kuwait. Int breastfeed J [serial on internet] [cited 2013 Jan 23]; 5:7. dalam: www. International Breastfeeding Journal.com. diakskes tanggal 29 Juni Dinas Kesehatan DIY. (2013). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Yogyakarta : Dikens DIY. Gangal, P., Bhagat, K., Prabhu, S., Nair, R. (2007). Breast Crawl: Initiation Of Breastfeeding By Breast Crawl. Mumbai: UNICEF Maharashtra. Hidayat, K. A. dan Dewantiningrum, J. (2012). Perbandingan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasar Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil. dalam Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta : Erlangga. JNPK-KR, Depkes RI. (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta, Indonesia. Lumula, S. N., Abdullah, T., Sirajuddin, S. (2012). Determinan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. dalam Mannion CA. Maternal perceptions of partner support during breastfeeding. Int Breastfeed J [serial on internet] [cited 2013 Jul 4]; 8: 4. Available from: www. International Breastfeeding Journal.com

77 Murti, B, (2006). Prinsip dan Metode Penelitian Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Noer, E. R, Muis, S. F., Aruben, R. (2011). Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif Studi Kualitatif pada Dua Puskesmas, Kota Semarang. Jurnal Media Medika Indonesiana. Volume 45, Nomor 3, Tahun 2011: Notobroto, H. B. (2004). Regresi Logistik. Materi Pelatihan Analisis Regresi Linier, Ordinal dan Regresi Logistik (Teori dan Praktek). Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Surabaya. 7 8 Desember Örün, E., Yalçın, S., Madenda, Y., Eras, Z, Ü., Kutluk, Ü., Yurdakök, K. (2012). Factors Associated With Breastfeeding Initiation Time in a Baby-Friendly Hospital. The Turkish Journal of Pediatrics 2010; 52: Prasetyono, D. S. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif: Pengenalan, Praktik, dan Kemanfaatan-kemanfaatannya. Yogyakarta : DIVA Press. Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Lembaran Negara RI Tahun No. 60. Sekretariat Negara.Jakarta. Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui Dini plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda. Saputra, W. (2013). Angka Kematian Ibu (AKI) Melonjak, Indonesia Mundur 15 Tahun. Prakarsa Policy Review. dalam Rev3-1.pdf Sastroasmoro, S. (2006). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto. Sejatiningsih, S dan Raksanagara, A. S. (2013). Program Inisiasi Menyusu Dini dalam rangka Menurunkan Angka Kematian Neonatal. dalam Sekaran, U. (2003). Research Methods For Business: A Skill Building Approach. NewYork : John Wiley dan Sons. Setegn T. Determinants of timely initiation of breastfeeding among mothers in Goba Woreda, South East Ethiopia. BMC Public Health [serial on internet] Apr [cited commit 2012 to Aug user 18]; 11: 217. Available from: /pubmed/ Diakses tanggal 30 Juli 2015.

78 Setianingrum, E. (2012). Penurunan AKI dan AKB melalui ANC Jampersal. Buletin Jendela Husada. Edisi 3/2012: 6-8. Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Refika Aditama. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung Alfabeta. Suryani, D. N & Mularsih, S. (2011). Hubungan Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Pada Ibu Post Partum di BPS Kota Semarang. Jurnal Dinamika Kebidanan, Vol.1 No.1, Januari 2011, hlm Widjanarko, Bambang. (2010). Payudara dan Laktasi, reflek Laktasi. dalam http/reproduksi.imj.blogspot.com. diakses pada tanggal 29 Juli Widiastuti, Y. P., Rejeki, S., Khamidah, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 1, No. 2, November 2013, hlm Yulianty, R. (2010). Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat USU. dalam Zuriah, N Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara. Unicef, Initiation Of Breastfeeding By Breast Cawl. India: Unicef Maharastra 19, Harish

79 LAMPIRAN

80 Kegiatan Penelitian Masalah Pengajuan judul Penyusunan proposal Seminar proposal Revisi proposal Penyerahan proposal Pelaksanaan penelitian Pengolahan Data Bab IV Bab V Ujian Tesis Revisi tesis Penjilidan Tesis Pengumpulan Tesis Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

BAB I PENDAHULUAN. Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak, sepertinya sebuah isu yang tidak pernah lekang oleh waktu, karena kesehatan ibu dan anak tidak dapat terlepas dari Indikator Human Development

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH, PEDOMAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) RUMAH SAKIT BERSALIN KOTA METRO TAHUN 2014 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : TENTANG : PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar tercipta masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. SDM yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013, digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Data yang didapat adalah 57 orang subyek penelitian di RSIA AMANAH IBU Surakarta, yang dikumpulkan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011 HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI USIA 7-12 BULAN DI KOTA SEMARANG Amalia Dinartiana Ni Luh Sumini *) *) Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuatu yang terbaik tidaklah harus mahal, tapi ASI merupakan sesuatu yang terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orangtua

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN, TINGKAT PENDIDIKAN, T I N G K A T P E N D A P A T A N D A N S T A T U S B E K E R J A I B U DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF 6 (ENAM) BULAN D I K EC A M A T A N B A K

Lebih terperinci

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR Asnilawati Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang Email : Asnilawati86@gmail.com Abstrak Inisiasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi lahir, melatih bayi untuk secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. tindakan IMD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara berkembang, saat melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada umatnya melalui ibu yang menyusui bayinya dengan ASI (Irawati, 2007). ASI sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita BAB II TINJAUAN PUSTAKA C. Defenisi Peran Suami Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2009, Suami merupakan pasangan hidup resmi seorang wanita. Suami adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus dan rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Wanda Redisa Lambertus 1 & Imelda Sianipar 1* 1 STIK Immanuel Bandung Abstrak Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Post Partum merupakan keadaan dimana dimulainya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ kandungan kembali seperti keadaan semula dan sebelum hamil yang

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Defenisi Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui segera setelah lahir dengan mencari sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan bayi menemukan puting ibunya sendiri untuk pertama kali. Inisiasi menyusu dini yaitu proses

Lebih terperinci

INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI

INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI Apa itu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul : Hubungan Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Medan tahun 2011.

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI MIND MAP

PENGARUH STRATEGI MIND MAP PENGARUH STRATEGI MIND MAP DAN METAKOGNITIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II MAHASISWA SEMESTER III PRODI DIII KEBIDANAN STIKES ABI SURABAYA TESIS Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada kehidupan pertama bayi, karena colostrum mengandung Zat kekebalan tubuh terutama immunoglobulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menyusui memang proses alami bagi setiap wanita yang melahirkan, tetapi tidak jarang proses ini menjadi begitu membingungkan dan penuh perjuangan bagi ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN 2014 1 Sondang, 2* Hardiana 1,2 STIKes Prima Jambi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan sumber daya manusia

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium PBB di New York pada bulan September 2000 dihadiri oleh 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia menghasilkan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH PATH ANALYSIS HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH BELIEF MODEL DENGAN KINERJA KADER PADA PENGENDALIAN KASUS TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL DI BPM SRI LUMINTU SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL DI BPM SRI LUMINTU SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL DI BPM SRI LUMINTU SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG Ferawati 1), Anggorowati 2) 1 PSIK, STIKES Widya Husada 2 Jurusan Keperawatan FK, UNDIP email: aangham@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR Ika Tristanti Dosen STIKES Muhammadiyah Kudus Jl. Ganesha I Purwosari Kudus Email: ika.tristanti@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI TERHADAP PERILAKU INISIASI MENYUSUI DINI. Yuli Trisnawati ABSTRACT

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI TERHADAP PERILAKU INISIASI MENYUSUI DINI. Yuli Trisnawati ABSTRACT ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI TERHADAP PERILAKU INISIASI MENYUSUI DINI Yuli Trisnawati ABSTRACT Early Breastfeeding Inisisi (early inviation) or the beginning of early breastfeeding is

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

Cara Mencuci Tangan yang Benar

Cara Mencuci Tangan yang Benar Cara Mencuci Tangan yang Benar TUJUAN : 1. Menjaga kebersihan 2. Mencegah terjadinya penularan atau perpindahan kuman 6 Langkah Cuci Tangan 1. Gunakan air bersih dari air yang mengalir untuk membasahi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia memang mengalami kemajuan yang cukup bermakna, namun demikian tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong

Lebih terperinci

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Factors That Cause Colostrum Giving Women In The Postpartum Camar I Arifin Achmad Province Riau *Dosen STIKes Hangtuah Pekanbaru,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN Aris Puji Utami STIKES NU Tuban PRODI DIII Kebidanan ABSTRAK ASI adalah satu-satunya makanan yang paling

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG Elda Yusefni (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT Data Dinas kesehatan kota Padang

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tehnik Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Hubungan Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tehnik Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Hubungan Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tehnik Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Susy Tyas Widayati 1, Rizka Fatmawati 2 1 D III Kebidanan 2 D III Kebidanan susytyaswidayati@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan perjuangan pembangunan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI BPS MUKSININ

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI BPS MUKSININ PENELITIAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI BPS MUKSININ Idawati *, Helmi Yenie* Mudah atau sulitnya suatu proses persalinan tergantung oleh banyak faktor, salah satunya adalah

Lebih terperinci

ANALISIS JALUR FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KOTA SALATIGA TESIS

ANALISIS JALUR FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KOTA SALATIGA TESIS ANALISIS JALUR FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KOTA SALATIGA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seseorang wanita dikatakan hamil secara normal apabila di dalam rahimnya bertumbuh kembang manusia baru. Kehamilan dapat pula terjadi di luar rahim (dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Menurut World Health Organization (WHO) cara pemberian makanan pada bayi yaitu menyusui secara eksklusif sejak lahir

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Saint Terapan Disusun Oleh : Eka Rahmawati R1113025 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusui Dini 2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir (awal menyusu). Setelah lahir, bayi

Lebih terperinci

PATH ANALYSIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI (6-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

PATH ANALYSIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI (6-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA PATH ANALYSIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI (6-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu kesehatan memberikan sebuah kontribusi baru bagi dunia kesehatan dan semakin berkembangnya pengetahuan dalam dunia kesehatan

Lebih terperinci

Sugiarti dan Vera Talumepa

Sugiarti dan Vera Talumepa GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG INISIASI MENYUSU DINI BERDASARKAN KARAKTERISTIK BIDAN DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2008 Sugiarti dan Vera Talumepa ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

AKTIVITAS DAN INTENSITAS PENDAMPINGAN SUAMI DALAM KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI

AKTIVITAS DAN INTENSITAS PENDAMPINGAN SUAMI DALAM KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 10-26 AKTIVITAS DAN INTENSITAS PENDAMPINGAN SUAMI DALAM KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI Anggit Eka Ratnawati, Rizka Ayu Damayanti Akademi Kebidanan Ummi Khasanah

Lebih terperinci

ST NURRAHMAH, S.ST AKADEMI KEBIDANAN KONAWE. Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe Sulawesi Tenggara. Telp/Fax (0408)

ST NURRAHMAH, S.ST AKADEMI KEBIDANAN KONAWE. Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe Sulawesi Tenggara. Telp/Fax (0408) ST NURRAHMAH, S.ST AKADEMI KEBIDANAN KONAWE Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe Sulawesi Tenggara Telp/Fax (0408) 2421956 0 HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN PUTTING SUSU DATAR PADA IBU NIFAS DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, Indonesia masih menghadapi masalah rendahnya derajat kesehatan yang serius, antara lain masih tingginya Angka Kematian bayi (AKB) yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah seluruhnya yaitu 1.357,24 km 2. Puskesmas Urangagung adalah gedung Puskesmas Induk, Puskesmas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah seluruhnya yaitu 1.357,24 km 2. Puskesmas Urangagung adalah gedung Puskesmas Induk, Puskesmas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Puskesmas Urangagung terletak di Desa Cemeng Kalang Kecamatan Sidoarjo bagian Barat, yang membawahi 9 wilayah yang terdiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dwi Rukma Santi STIKES NU TUBAN ABSTRAK

PENDAHULUAN. Dwi Rukma Santi STIKES NU TUBAN ABSTRAK HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN Correlation Early Breastfeeding Initiation With The Rapidity Of Galactosis In Puerperium At BPS Firda

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN Wahyu Setya Ningsih 1), Ari Andayani 2) 1 Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo email: wahyusetya14@yahoo.co.id 2 Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator dalam menggambarkan derajad kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator dalam menggambarkan derajad kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran kesehatan suatu negara dapat dilihat dari angka kesehatan ibu dan anak, masalah kematian ibu dan anak masih menjadi masalah besar dibeberapa negara berkembang.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, Fe, ZINC, VITAMIN C DAN KADAR IL-6 PADA IBU HAMIL MINGGU DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI TESIS

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, Fe, ZINC, VITAMIN C DAN KADAR IL-6 PADA IBU HAMIL MINGGU DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI TESIS HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, Fe, ZINC, VITAMIN C DAN KADAR IL-6 PADA IBU HAMIL 10 24 MINGGU DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini atau yang dikenal sekarang dengan IMD merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan mortalitas bayi.

Lebih terperinci

Oleh Yulia Yekti Subekti S

Oleh Yulia Yekti Subekti S PENGARUH JENIS KELAMIN, PAJANAN MEDIA, PERAN TEMAN SEBAYA, PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL, KEDEKATAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERISIKO PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK JALANAN TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

EVALUASI PENATALAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP LAMA PENGELUARAN ASI DI RB AMANDA, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA

EVALUASI PENATALAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP LAMA PENGELUARAN ASI DI RB AMANDA, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA EVALUASI PENATALAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP LAMA PENGELUARAN ASI DI RB AMANDA, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN

HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3.

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3. Lampiran 1 Kode Responden : Tanggal Pengisian Kuesioner : Petunjuk Pengisian Kuesioner : Berilah tanda silang (x) hanya pada satu jawaban yang sesuai dengan pendapat dan kenyataan yang dimiliki pada setiap

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan. Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan. Magister Program Studi Kedokteran Keluarga HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SUAMI DALAM MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS URANGAGUNG SIDOARJO TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan hadiah pertama untuk bayi baru lahir dikehidupannya. Untuk bayi baru lahir, ASI adalah makanan utama dan terbaik yang bersifat alamiah.

Lebih terperinci

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.Kandou Manado Kontu Lusje 1, Jenny Mandan 2, Kusmiyati 3 1,2,3. Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1 Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini secara umum merupakan permulaan pada bayi baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci