BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus dan rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik faktor internal maupun faktor eksternal (Notoatmodjo, 2007) Bentuk perilaku Bentuk dari perilaku dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu bentuk perilaku tertutup (covert behaviour) dan bentuk perilaku terbuka (overt behaviour). Respon atau reaksi terhadap stimulus yang masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain disebut dengan bentuk prilaku tertutup sedangkan bentuk perilaku terbuka (overt behaviour) merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka dan sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007). Faktor faktor yang menyebabkan respon terhadap stimulus berbeda pada setiap orang ada 2 yaitu: 1) faktor internal, merupakan karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan 2) faktor eksternal, yakni

2 lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007) Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : a) Faktorfaktor predisposisi (predisposing faktor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. b) Faktor-faktor pendorong (renforcing factor) terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam tiga domain yakni: a) kognitif, b) afektif, c) psikomotor kemudian dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: pengetahuan, sikap, praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007) Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007) Tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

3 sebelumnya. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2) Memahami, yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis, merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis, yaitu menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara atau memberikan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007) Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilakau yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari ilmu pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni: 1) Awarness (kesadaran) orang tersebut menyadari dalam arti

4 mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, 2) Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus, 3) Evaluation (menimbang- nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). 4) Trial, orang mulai mencoba perilaku baru, 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo, 2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Dalam memperoleh suatu pengetahuan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) Pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi. 2) Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, dimana seseorang terpapar dari sebuah informasi yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3) Usia, dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). 4) Minat, yaitu seseorang mencoba dan menekuni suatu hal yang pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5) Pengalaman, merupakan suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 6) Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. 7) Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Dalam memperoleh suatu pengetahuan dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: A) Cara Tradisional, cara tradisional mempunyai 4 bagian yaitu: 1) Cara coba salah ( trial error), dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

5 dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba lagi yang lain sampai masalah tersebut terselesaikan. 2) Cara kekuasaan (Otoriter), penentuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, agama maupun ahli pengetahuan. 3) Pengalaman, yaitu dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. 4) Melalui jalan pikiran, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pemikirannya. B) Cara Modern, disebut juga sebagai metodologi penelitian (research methodology) (Notoatmodjo, 2005). Menurut John Dewi dalam bukunya How we Think (1910) mengatakan bahwa langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut : a) Merasakan adanya masalah. b) Merumuskan dan membatasi masalah atau kesulitan tersebut. c) Mencoba mengajukan pemecahan atau kesulitan tersebut (Notoatmodjo, 2005) Pengertian sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu, 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama

6 membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2007) Tingkatan sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: 1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (responding) yaitu, memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3) Menghargai (valving), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggungjawab (responsible), bertanggung jawab atas semua yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007) Praktik atau tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas (Notoatmodjo, 2007). Disamping fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Praktek ini memiliki beberapa tingkatan yaitu: 1) Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2) Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator dari praktik 3) Mekanisme, apabila seorang telah dapat melakuakan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau

7 sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4) Adopsi, adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. (Notoadmodjo,2007). 2.2 Konsep Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini (early initation) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the best crawl atau merangkak mencuri payudara (Saleha, 2009). Menurut Anik (2009) IMD merupakan masa-masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar kandungan (Anik, 2009). Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit kekulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan bila diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan Inisiasi Menyusu Dini selesai dilakukan (Ambarwati, 2008) Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Pada saat dilakukan IMD dada ibu akan menghangatkan bayi dan dapat mencegah terjadinya hypothermia, pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan memberikan ASI segara setelah lahir bayi akan dapat mengkonsumsi kolostrum yang mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi. Kolostrum

8 merupakan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal (Sumarah dkk, 2009). Kolostrum juga dapat meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, sedangkan manfaatnya untuk ibu adalah untuk merangsang produksi oksitosin sehingga proses persalinan pada kala III dapat dipercepat karena menyebabkan kontraksi pada uterus, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Roesli, 2008). Pemberian ASI sejak hari pertama kelahiran dapat mencegah terjadinya diare pada bayi karena kandungan kolostrum yang dapat meningkatkan imunitas bayi dan melindungi usus bayi agar terhindar dari diare (Manal, 2010) IMD juga dilakukan untuk mewujudkan program Millenium Development Goals (MDGS) yaitu untuk mencegah kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak (abdollah, 2008) Fisiologi ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi. Produksi ASI berdasarkan waktu dibedakan menjadi 3 macam : 1) Kolostrum, ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat kolostrum

9 sebagai berikut: a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan. b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi. c) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan. 2) ASI masa transisi, ASI yang dihasilkan mulai hari ke empat sampai hari kesepuluh. 3) ASI mature, ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya (Maryunani, 2009) Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan adalah: begitu lahir bayi diletakkan di atas perut ibu yang sudah dialasi kain kering. 1) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya 2) Tali pusat dipotong lalu diikat. 3) Vernik (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. 4) Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau di perut ibu dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Bayi diberi topi untuk mengurangi panas dari kepalanya (Ambarwati, 2008). Bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit-kekulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya 1 jam, semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku sebelum berhasil menyusui yaitu: 1) Dalam 30 menit pertama: stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian masa peralihan

10 dari keadaan dalam kandungan, bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. 2) Antara menit bayi akan mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. 3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan di sekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya. 4) Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Aerola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibunya, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh kekanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu ibu dan sekitarnya dengan tangannya (Saleha, 2009) Penghambat Inisiasi Menyusu Dini Pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi menurut Utami Rusli (2008) yaitu : 1) Bayi kedinginan, Berdasarkan Penelitian Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu yng melahirkan menjadi 1 C lebih panas dari pada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 C. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2 C untuk menghangatkan bayi. 2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya, Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. 3) Tenaga Kesehatan kurang tersedia, Saat usia bayi di dada

11 ibu, penolong persalinan dapat menjalankan tugas. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu, ayah atau keluarga terdekat dapat menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu. 4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk, Dengan bayi diatas ibu, ibu dapat dipindahkan keruang perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. 5) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir, Menurut American College of Obstetric and Gynekology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi. 6) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur, menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix (zat lemak putih yang melekat pada bayi) meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu dini selesai. 7) Bayi kurang siaga, pada 1-2 jam pertama kelahirannya. 8) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal), kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu. 9) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya bagi bayi, Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunoglobulin pertama dan mencegah hyperbilirubinemia pada bayi baru lahir, kolostrum juga dapat melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. (Yulianty, 2010).

12 2.3 Petugas kesehatan Petugas/ tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melekuakan upaya kesehatan (UU RI No: 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab1, pasal 1 ayat 3). Dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Petugas kesehatan memiliki peran dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang termuat dalam buku JNPK- KR (2007) : 1) Melatih keterampilan, mendukung, membantu dan menerapkan IMD-ASI Eksklusif. 2) Memberi informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada Ibu hamil. 3) Membiarkan kontak kulit ibu-bayi setidaknya 1 jam sampai menyusu awal selesai. 4) Menghindarkan memburu buru bayi atau memaksa memasukkan putting susu ibu kemulut bayi. 5) Membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari payudara. 6) Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu. 7) Menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran (Yulianty, 2010) Dari hasil penelitian di Kuawit menunjukkan pelaksanaan Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI) di bangsal bersalin meningkatkan praktek pemberian ASI. Salah satu program dari BFHI tersebut adalah "Bantu ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu setengah jam setelah lahir dan jangan berikan bayi baru lahir makanan atau minuman selain ASI, kecuali ada indikasi medis ", Dalam studi ini, mayoritas ibu mulai mencoba untuk menyusui bayinya segera (Manal, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Dukungan Sumber-sumber dukungan banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya, oleh karena itu perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan keluarga

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI RW 04 KELURAHAN LAGOA JAKARTA UTARA TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI RW 04 KELURAHAN LAGOA JAKARTA UTARA TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI RW 04 KELURAHAN LAGOA JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR BERBASIS PERLINDUNGAN ANAK

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR BERBASIS PERLINDUNGAN ANAK KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR BERBASIS PERLINDUNGAN ANAK DIREKTORAT KESEHATAN ANAK KHUSUS 2010 1 KATA PENGANTAR Perlindungan anak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN IMUNISASI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI SEBELUM USIA 1 TAHUN TESIS

PENGARUH PENYULUHAN IMUNISASI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI SEBELUM USIA 1 TAHUN TESIS PENGARUH PENYULUHAN IMUNISASI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI SEBELUM USIA 1 TAHUN TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Nama NIM PGPAUD

SKRIPSI. Oleh: Nama NIM PGPAUD SKRIPSI UPAYA PENINGKATANN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADAA KELOMPOK A TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI JATIROKEH SONGGOM BREBES Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Penuntun Hidup Sehat

Penuntun Hidup Sehat Edisi Keempat Dengan Nasihat Tentang : Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Perkembangan Anak & Pembelajaran Usia Dini Air Susu Ibu Gizi dan Pertumbuhan Imunisasi Diare Malaria HIV Perlindungan Anak dll i

Lebih terperinci

GAYA HIDUP PADA MAHASISWA PENDERITA HIPERTENSI SKRIPSI

GAYA HIDUP PADA MAHASISWA PENDERITA HIPERTENSI SKRIPSI GAYA HIDUP PADA MAHASISWA PENDERITA HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: RAMADHA WAHYU PUSPITA F 100 030 148 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, asa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, asa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Nifas Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari. Menurut Bobak, et.al (2005) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

Lebih terperinci

Berpusat beragam serta bagaimana membuat anak bermakna untuk semua. Pada Anak. Perangkat 4.1 Memahami Proses Pembelajaran dan Peserta Didik 1

Berpusat beragam serta bagaimana membuat anak bermakna untuk semua. Pada Anak. Perangkat 4.1 Memahami Proses Pembelajaran dan Peserta Didik 1 Panduan Buku ini membantu Anda memahami bagaimana konsep belajar berubah ke kelas yang berpusat pada anak. Buku ini memberikan ide-ide bagaimana menangani anak di kelas Anda dengan latar belakang dan kemampuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN BOKORTASKO TERHADAP HASIL BELAJAR BULUTANGKIS SISWA KELAS VIII D DI SMPN 3 BATANG TAHUN 2012

PENERAPAN MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN BOKORTASKO TERHADAP HASIL BELAJAR BULUTANGKIS SISWA KELAS VIII D DI SMPN 3 BATANG TAHUN 2012 PENERAPAN MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN BOKORTASKO TERHADAP HASIL BELAJAR BULUTANGKIS SISWA KELAS VIII D DI SMPN 3 BATANG TAHUN 2012 SKRIPSI diajukan dalam rangka Penyelesaian studi Strata 1 untuk

Lebih terperinci

penting dalam pengertian belajar, yaitu sebagai berikut:

penting dalam pengertian belajar, yaitu sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar Akuntansi a. Pengertian Hasil Belajar Akuntansi Belajar merupakan suatu kebutuhan mutlak setiap manusia. Tanpa belajar manusia tidak dapat bertahan

Lebih terperinci

Lozoff dan rekan-rekannya yang didanai oleh Lembaga Kesehatan Negara (AS) mempelajari 185 anak sejak berusia satu tahun.

Lozoff dan rekan-rekannya yang didanai oleh Lembaga Kesehatan Negara (AS) mempelajari 185 anak sejak berusia satu tahun. ARTIKEL 1 BAYI KURANG GIZI, DAYA KOGNITIF BERKURANG Anak-anak yang pada masa usia mulai nol hingga lima tahun harus mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya, karena kurangnya salah satu unsur saja

Lebih terperinci

UNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN. Masrinawatie AS. Pendahuluan

UNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN. Masrinawatie AS. Pendahuluan UNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Masrinawatie AS Pendahuluan P endapat yang mengatakan bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau penerusan pengetahuan sudah ditinggalkan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. W POSTPARTUM HARI KE 7 DENGAN CURRATAGE INDIKASI RETENSIO SISA PLASENTA DI BANGSAL NUSA INDAH RSUD SLEMAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. W POSTPARTUM HARI KE 7 DENGAN CURRATAGE INDIKASI RETENSIO SISA PLASENTA DI BANGSAL NUSA INDAH RSUD SLEMAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. W POSTPARTUM HARI KE 7 DENGAN CURRATAGE INDIKASI RETENSIO SISA PLASENTA DI BANGSAL NUSA INDAH RSUD SLEMAN CASE STUDY RESEARCH Disusun Oleh : ADE IRMA SURYANI 201210105326

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 28 BAB II KAJIAN PUSTAKA 3. Hasil Belajar Matematika 3. Hasil Belajar Kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan belajar semua diperoleh mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada. Maka terjadilah proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa remaja disebut

Lebih terperinci

Unit 1 KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN. Endang Poerwanti. Pendahuluan. aldo

Unit 1 KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN. Endang Poerwanti. Pendahuluan. aldo aldo Unit 1 KONSEP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN Endang Poerwanti Pendahuluan K ompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk

Lebih terperinci

Hidup Dengan HIV/AIDS

Hidup Dengan HIV/AIDS SERI BUKU KECIL Hidup Dengan HIV/AIDS Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168 Fax: (021) 4287 1866 E-mail: info@spiritia.or.id, Situs web: http://spiritia.or.id

Lebih terperinci

Penyaringan Pada Bayi Baru Lahir -

Penyaringan Pada Bayi Baru Lahir - Halaman Menyambut Kelahiran Penyaringan Pada Bayi Baru Lahir - Garis Pertahanan Pertama Kesehatan Bagi Bayi Apakah tujuan dilakukannya skrining pada bayi baru lahir? Adakah keuntungannya? Skrining pada

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI St. Syamsudduha Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Kampus II: Jalan Sultan Alauddin Nomor

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH GIZI KURANG. DISUSUN OLEH Ns. Nurhayati, S.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH GIZI KURANG. DISUSUN OLEH Ns. Nurhayati, S.Kep ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH GIZI KURANG DISUSUN OLEH Ns. Nurhayati, S.Kep PRODI DIII KEPERAWATAN RSIJ-FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI KEMANDUNGAN 03 TEGAL

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI KEMANDUNGAN 03 TEGAL i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN DATAR MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI KEMANDUNGAN 03 TEGAL Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk. oleh SEMARANG

SKRIPSI untuk. oleh SEMARANG i HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS RUMAH HUNIAN PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Apriani Yunita

Lebih terperinci

EN BANTUL SKRIPSI. Oleh

EN BANTUL SKRIPSI. Oleh HAMBATAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKUATIKK DI SD N JIGUDANN DAN SD N GUMULAN KECAMATAN PANDAK KABUPATE EN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA 1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Periklanan Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Menurut Lee dan Johnson yang dialih

Lebih terperinci

POLA PIKIR APARATUR SIPIL NEGARA SEBAGAI PELAYAN MASYARAKAT. Hak Cipta Pada: Lembaga Administrasi Negara EdisiTahun 2014

POLA PIKIR APARATUR SIPIL NEGARA SEBAGAI PELAYAN MASYARAKAT. Hak Cipta Pada: Lembaga Administrasi Negara EdisiTahun 2014 POLA PIKIR APARATUR SIPIL NEGARA SEBAGAI PELAYAN MASYARAKAT Hak Cipta Pada: Lembaga Administrasi Negara EdisiTahun 2014 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR KONSEP IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (PTK Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci