BAB I PENDAHULUAN. yang menyertainya sampai kini masih merupakan ruang akademis yang sangat
|
|
- Bambang Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penulisan tentang Peristiwa Gerakan 30 September 1965 beserta aspek lain yang menyertainya sampai kini masih merupakan ruang akademis yang sangat menarik. Dalam konflik penafsiran dan kontroversi narasi atas Peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan peranan PKI antara kebenaran dan manipulasi sejarahsehingga membingungkan masyarakat, terutama generasi baru yang waktunya jauh sesudah peristiwa terjadi. Di tingkat internasional, memberikan versi bahwa Peristiwa 30 September 1965 adalah masalah internal Angkatan Darat Indonesia yang kemudian diprovokasikan oleh dinas intelijen Barat sebagai upaya percobaan kudeta oleh PKI. 1 Presiden Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia berkali-kali melakukan pembelaan bahwa PKI tidak terlibat dalam peristiwa sebagai partai melainkan karena adanya sejumlah tokoh partai yang terpancing oleh insinuasi Barat, lalu melakukan tindakan-tindakan, dan karena itu Soekarno tidak akan membubarkan PKI. Kemudian, pimpinan dan sejumlah perwira Angkatan Darat memberi versi keterlibatan PKI sepenuhnya, dalam penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira pertama AD pada tengah malam 30 September menuju dinihari 1 Oktober Versi ini segera diterima secara umum sesuai fakta kasat mata yang terhidang dan ditopang pengalaman buruk bersama PKI dalam kehidupan sosial dan 1 A. Pambudi, Fakta dan Rekayasa G30S Menurut Kesaksian Para Pelaku, Jakarta: MedPress, 2011, hal
2 politik pada tahun-tahun terakhir, hanya saja harus diakui bahwa sejumlah perwira penerangan telah menambahkan dramatisasi artifisial terhadap kekejaman, melebihi peristiwa sesungguhnya (in factum). Penculikan dan kemudian pembunuhan para jenderal menurut fakta memang sudah kejam, tetapi dramatisasi dengan pemaparan yang hiperbolis dalam penyajian telah memberikan efek mengerikan melampaui batas. Dan akhirnya, mengundang pembalasan yang juga tiada taranya dalam penumpasan berdarah antar manusia di Indonesia. Setelah berakhirnya masa kekuasaan Soeharto, muncul kesempatan untuk menelaah bagian-bagian sejarah khususnya mengenai Peristiwa 30 September 1965 dan PKI yang dianggap kontroversial atau mengandung ketidakbenaran. Kesempatan itu memang kemudian digunakan dengan baik, bukan saja oleh para sejarawan dalam batas kompetensi kesejarahan, tetapi juga oleh mereka yang pernah terlibat dengan peristiwa atau terlibat keanggotaan PKI. Bila sebelum ini penulisan versi penguasa sebelum reformasi banyak dikecam karena di sana sini mengandung unsur manipulasi sejarah, ternyata pada sisi sebaliknya di sebagian kalangan muncul pula kecenderungan manipulatif yang sama yang bertujuan untuk memberi posisi baru dalam sejarah bagi PKI, yakni sebagai korban politik semata. Sisi lain yang selama ini belum banyak diungkap adalah kekerasan terhadap sesama anak bangsa dari adanya kebijakan negara pada waktu itu untuk melakukan penumpasan terhadap para anggota dan pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dianggap telah melakukan tindakan perlawanan terhadap negara. Dalam peristiwa ini begitu banyak anak bangsa yang menjadi korban diantaranya pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk 2
3 secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik secara sewenang-wenang, pemerkosaan,penganiayaan (persekusi) dan penghilangan orang secara paksa. 2 Peristiwa tragedi nasional G 30S/PKI tahun 1965 di Indonesia mengakibatkan munculnya permasalahan politik. Disamping tragedi saling membunuh di antara anak bangsa, juga timbul masalah baru bagi anggota PKI dan simpatisannya. Anggota PKI, onderbouw dan simpatisan telah menjadi korban. Sejak ini pula muncul suatu fase baru dalam sejarah Indonesia yaitu fase kelam dan sangat menyedihkan. Orang-orang yang dituduh terlibat dalam peristiwa-peristiwa tersebut menjadi korban. Fase baru yang sangat menyedihkan, mereka banyak yang dibunuh disiksa, diperkosa, diusir dari tanahnya bahkan dihilangkan, padahal kepastian akan keterlibatan mereka seluruhnya sebagai anggota pendalang gerakan itu belum jelas dan pasti. Hal lain yang paling memilukan adalah setelah diketahui bagaimana proses penindasan dan pembunuhan kepada mereka merupakan sejarah kelam bagi perjalanan sejarah Indonesia. Selama ini secara umum orang mengetahui bahwa penindasan dan pembunuhan terhadap PKI dan antek-anteknya adalah hal yang biasa sebagai akibat perang. Konsep perang apabila bertemu dengan musuh adalah dibunuhatau membunuh. Tetapi ternyata pemahaman seperti di atas tidak semuanya benar. Pada kenyataannya banyak orang-orang PKI terbunuh bukan akibat perang tetapi mereka 2 Arsip Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Tentang Hasil Penyelidikan Pelanggaran HAM Yang Terberat Peristiwa , Jakarta 23 Juli
4 banyak yang diculik, ditangkap baik dari rumah maupun dari jalanan dan di bawa ke tempat-tempat tertentu yang disebut dengan kamp atau tahanan politik. Selanjutnya atas dasar keterlibatannya di dalam partai PKI dan onderbouwnya tanpa mengetahui sikap dan tingkahlaku serta pandangan hidupnya dalam bermasyarakat dan bernegara mereka telah dianggap bersalah sebagai pengkhianat negara. Padahal sebagai rakyat mereka tidak tahu bahwa PKI adalah partai terlarang. Bukankah pada saat itu PKI merupakan salah satu partai yang diakui keberadaannya oleh negara. Banyak pertanyaan di benak kita dan sampai saat ini belum terjawab tuntas. Keadaan itu pulalah yang menjadikannya semakin menarik sebagai suatu kajian. Terlepas dari benar/salah, peristiwa ini telah banyak membawa korban dan dialami oleh Indonesia. Penulis bukan membuka luka lama tetapi ingin mencari titik-titik persoalan yang terdapat di Tanjung Kasau. Harapannya adalah agar peristiwa semacam itu tidak terulang lagi. Banyak kamp tawanan di Indonesia. Setiap tawanan mempunyai versi cerita penyiksaan yang berbeda. Begitu pula di Sumatera Utara. Di Sumatera Utara Tempat Penitipan Umum (TPU) ada tiga kamp, namun sayang tidak terekspos. Padahal keberadaan TPU atau kamp-kamp itu merupakan saksi sejarah bagi generasi yang akan datang. Hal inilah yang menyebabkan masalah ini menarik untuk dikaji.berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ngadineming sebagai mantan tahanan politik (tapol)mengatakan ada tiga TPU dalam kategori besar antara lain TPU golongan A yang terdapat di Sukamulia (menjadi supermarket sekarang), golongan B terdapat di Tanjung Kasau (menjadi perkebunan kelapa sawit sekarang), dan golongan C terdapat di Jl. Binjai (Kodam I Bukit Barisan sekarang) dan ketiga tapol 4
5 inilah yang menjadi rujukan tapol-tapol sementara di berbagai daerah di Sumatera Utara. 3 Dalam perspektif inilah saya mencoba hadir untuk memberikan alternatif bahasan tentang keberadaan TPU dan tindakan kekerasan terhadap warga negara yang dituduh sebagai anggota maupun simpatisan PKI di Sumatera Utara. Alternatif pilihan itu jatuh kepada TPU yang berada di Tanjung Kasau. Untuk itulah penulisan ini diberi judul Derita Tahanan Politik Partai Komunis Indonesia Kamp Konsentrasi B di Tanjung Kasau Melihat judul di atas kata-kata yang dipakai cukup panjang, namun demikian memiliki arti yang sangat sederhana yaitu hanya membahas tempat penahan Tapol PKI yang terdapat di Tanjung Kasau sekitar tahun Tempat penahan ini merupakan pusat penahanan bagi anggota PKI yang termasuk dalam golongan B. Golongan B adalah badan pengurus dari organisasi PKI (ketua, sekertaris, dan bendahara dalam satu organisasi yang seazas/berlindung/bernaung di bawah PKI (ondewbouw) PKI seperti: 1. Barisan Tani Indonesia (BTI) 2. Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) 3. Pemuda Rakyat 4. Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) 5. Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI) 6. Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) 7. Himpunan Sarjana Indonesia (HSI) Indrapura. 3 Wawancara dengan Bapak Ngadineming, pada tanggal 8 Desember 2012 di Tanjung Kasau, 5
6 8. Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI NON VAK CENTRAL) 9. Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (BAPERKI) 10. Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia Pimpinan ROBBY SOMULANG (IPPI) 11. KOMUNIS-MUDA 12. HARAPAN-MUDA 13. INDONESIA-MUDA 14. Persatuan Tukang Gunting Rambut Indonesia (PERTUGRI) 15. Angkatan Pemuda Indonesia Pos, Telegram dan Telepon (API POSTEL) 16. Barisan Berani Mati (BBM) 17. Angkatan Muda Pembangunan Indonesia (AMPI) 18. TAMAN KANAK-KANAK MELATI 19. PANTI-PENGETAHUAN-RAKYAT 20. BALAI-PENGETAHUAN-RAKYAT 21. MIMBAR-PENGETAHUAN-RAKYAT 22. ICHWANUL-MUSLIMIN 23. Lembaga Pendidikan Nasional. 4 Tanjung Kasau merupakan suatu kawasan yang terletak di dataran timur di kabupaten Batu Bara. Kawasan ini yang dahulunya merupakan hutan rawa yang kini menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit milik Perusahaan Perkebunan Daerah Sumatera Utara (PPDSU). Letaknya beradadi pinggir jalan lintas Sumatera yang 4 Moerdiono. Gerakan 30 September, Pemberontakan Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1994, hal
7 menghubungkan antara Kota Tebing Tinggi dan kota Lima Puluh, tepatnya di Km 93 Medan. Dari letak geografis ini seharusnya hal-hal yang terjadi di Tanjung Kasau lebih mudah diketahui orang. Kenyataan tidak demikian, banyak orang yang tidak mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Itulah sebabnya penulis merasa tertarik untuk meneliti dan menuliskan suatu peristiwa penting dalam perjalanan sejarah Sumatera Utara. Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di Tanjung Kasau ini yang luput dari pengkajian sejarah atau setidak-tidaknya pembahasan sangat terbatas.dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa di kawasan ini pernah berdiri: 1. Rumah sakit yang didirikanolehbelanda bernama Hospital Comite pada tahun Oleh masyarakat biasa menyebutnya rumah sakit Samber Nyawo, karena setiap pasien yang sakit masuk ke rumah sakit ini tidak pernah kembali. Karena setiap pasien yang berobat dijadikan bahan eksperimen, salah satunya adalah eksperimen obat cacar yg diambil dari liur kuda dan di injeksikan pada pasien. 2. Tahun kawasan ini dijadikan sebagai Sekolah Polisi Negara(SPN). 3. Selanjutnya kawasan ini dijadikan TPU Kamp Konsentrasi B Tapol PKI dengan jumlah tahanan lebih kurang orang dengan 27 barak. 5 Penulis merasa tertarik pada keberadaan TPU Kamp Konsentrasi B Tapol PKI karena kekejaman, penyiksaan dan pembunuhan yang terjadi di 5 Wawancara dengan Bapak Ngadineming 17 Desember 2012 di Tanjung Kasau, Indrapura. 7
8 kawasan ini belum banyak diungkap dalam sejarah. Selain itu bagaimana cara penangkapan orang-orang yang akan ditahan di tapol belum banyak diketahui, dan lokasi inijuga kini tidak terjaga dan tidak utuh lagi, sehingga dapat menghilangkan bukti-bukti sejarah. Dan penulis juga ingin mengetahui lebih mendalam tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kamp Konsentrasi ini dan perilaku aparat negara yang menyatakan diri sebagai pembela Pancasila terhadap para Tapol PKI itu. 1.2Rumusan Masalah Berbicara masalah PKI merupakan hal yang luas dan kompleks. Artinya banyak masalah yang berkenaan dengan itu. Terlepas dari siapa yang salah atau benar, yang pasti peristiwa itu telah banyak memakan korban. Sampai saat ini membicarakan masalah PKI masih sangat mengkhawatirkan karena penuh dengan kepentingan politik di satu sisi dan dendam di sisi lain. Semua itu dapat menjadi penghambat bagi peneliti untuk mendapat kebenaran. Untuk itu penulis membatasi diri dengan hanya mengkaji tentang keberadaan TPU Tanjung Kasau Pembatasan waktu karena sejak tahun tempat ini digunakan sebagai Tapol yang sebelumnya sebagai SPN. Selanjutnya bekas Tapol ini dijadikan lahan perkebunan sawit. Adapun pokok masalah-masalah yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana keberadaan TPU kamp konsentrasi B di Tanjung Kasau? 2. Bagaimana cara penangkapandan perlakuan terhadap para Tapol? 3. Bagaimana kehidupan para Tapol di TPU? 4. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap TPU tersebut? 8
9 1.3 Tujuan dan Manfaat Di dalam sebuah penelitian tentu memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan dan manfaat yang dilakukan untuk dapat menjawab permasalahan-permasalahan. Berdasarkan itu adapun tujuan penelitian dilakukan adalah: 1. Untuk mengetahui keberadaan TPU Tanjung Kasau 2. Untuk mengetahui cara penangkapan dan perlakuan terhadap para Tapol 3. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan para Tapol di TPU 4. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat terhadap TPU tersebut. Adapun manfaat penelitian adalah: 1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pembendaharaan khazanah sejarah khususnya sejarah lokal Tanjung Kasau. 2. Bagi masyarakat Tanjung Kasau dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat lebih mengetahui sejarah keberadaan TPU konsentrasi B di Tanjung Kasau. 3. Dapat melatih peneliti untuk membuat karya ilmiah dalam penelitian sejarah yang berkualitas. 4. Untuk memperkaya informasi dan wawasan baik civitas Akademika USU maupun masyarakat mengenai keberadaan TPU Kamp Konsentrasi B yang ada di Tanjung Kasau. 5. Dapat menjadi bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yangakan membahas permasalahan yang sama. 9
10 1.4Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian ilmiah tentu tidak terlepas dari tinjauan pustaka yang berguna sebagai informasi dan menentukan sumber-sumber yang relevan dengan objek penelitian. Sumber-sumber ini bisa berupa karya ilmiah, buku-buku, ataupun dokumen-dokumen terkait. Seperti buku yang berjudul Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia, karya Mensesneg Moerdiono yang menjelaskan bagaimana latar belakang tumbuh dan berkembangnya Partai Komunis, aksi-aksi yang dilakukan, sampai pada penumpasannya yang menunjukkan dengan nyata bahwa PKI merupakan organisasi konspirasi yang bertujuan mendirikan negara komunis di Indonesia, walaupun secara lahiriah mengakui Pancasila dan Undang- Undang Dasar Buku ke dua yang digunakan penulis adalah Gerwani Kisah Tapol Wanita di Kamp Plantungan oleh Amurwani Dwi Lestariningsih dimana buku ini banyak membahas mengenai Gerwani yang merupakan bagian dari PKI/onderbouw. Dalam buku ini juga banyak menguraikan bagaimana kehidupan para Tapol wanita selama masa tahanan, dan perlakuan-perlakuan yang tidak wajar dari oknum-oknum petugas seperti pelecehan dan penghinaan terhadap harkat wanita. Buku ke tiga yang digunakan adalah Fakta dan Rekayasa G30S Menurut Kesaksian Para Pelaku oleh A. Pambudi yang dalam bukunya banyak menghadirkan kesaksian para saksi dan pelaku gerakan 30 September Menurut kesaksian tersebut melahirkan pro dan kontra pada fakta peristiwa G30S
11 Buku ke empat yang digunakan adalahmencari Kiri: Kaum Revolusioner Indonesia dan Revolusi Merdeka oleh Jacques Leclerc yang dalam bukunya banyak menjelaskan sejarah terbentuknya aliran komunis, mengenai partai-partai pada tahun 1950 dan kondisi kehidupan partai kaum revolusioner indonesia yang mencari indentitas. Buku ke lima yang digunakan adalahorang-orang Pinggir di Persimpangan Kiri Jalanoleh Soe Hok Gie dalam buku ini banyak menceritakan tentang pemberontakan PKI di Madiun yang dinilai suatu pemberontakan oleh PKI yang persiapannya tidak matang dan menyebabkan pertumpahan darah antara anak bangsa sebelum terjadinya G30S/PKI yang dipelopori oleh tokoh-tokoh yang sama. 1.5Metode Penelitian Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan ke dalan historiografi, maka harus menggunakan metode sejarah.metode sejarah dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau. 6 Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah antara lain: 1. Heuristik, yaitu tahap awal yang dilalukan untuk mencari data-datamelalui berbagai sumber dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik sumber data dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu studi 6 Louisgottschalk (Diterjemahkan oleh Nugroho Notosutanto), Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press, 1985, hal
12 lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.sedangkan studi kepustakaan dapat diperoleh dari beerbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya. 2. Kritik Sumber, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dimana dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik internal maupun kritik eksternel.kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuain data dengan permasalahan yang diteliti, sedangkan kritik eksternal merupakan kritik yang mencarikebenaran sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan informan. 3. Interpretasi, yaitu hasil pengamatan dan penganalisaan terhadap sumber- sumber yang telah di selidiki. Dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisis sehingga sifatnya lebih objektif dan ilmiah. Dengan perkataan lain data-data yang diperoleh dianalisis sehingga data menjadi fakta. Jauhnya objek kajian yaitu antara peristiwa dengan peneliti maka sebelum melakukan penelitian, lebih dahulu dibutuhkan interpretasi. Interpretasi menjadi vital dan sangat dibutuhkan keakuratannya karena interpretasi mengarahkan peneliti kepada objek 12
13 yang sesungguhnya. Untuk itu peneliti dalam melakukan penelitian harus dibantu ilmu-ilmu lain antara lain ilmu geografi, sosiologi dan politik. 4. Historiografi, proses ini adalah tahapan terakhir dalam langkahlangkah penulisan sejarah dimana melakukan pemaparan atas hasil sintesa dengan merangkum semuanya menjadi sebuah tulisailmiah. Dimana dibuat penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kriris dan ilmiah. 13
BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan karsa yang merdeka sendiri. Semua
Lebih terperinciGerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para
BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal
Lebih terperinciBahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI
Bahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI Menjelang tanggal 30 September 2011 dalam website http://umarsaid.free.fr/ akan diusahakan penyajian secara berturut-turut tulisan atau artikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai suatu kelas yang selalu dieksploitasi oleh majikan, sehingga akan selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah orang yang bekerja pada orang lain dan mendapatkan upah. Mereka menjual tenaga mereka kepada majikan demi mendapatkan pekerjaan. Adanya hubungan timbal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,
Lebih terperinciIni Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI
Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat
Lebih terperinciPANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK
PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Pada
Lebih terperinciBuku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965
Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965 Tulisan ini bukanlah resensi buku. Melainkan seruan atau anjuran kepada orang-orang yang mempunyai hati nurani dan berperkemanusiaan, atau yang
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis dengan konsep mitologi Roland Barthes. Ia menggunakannya sebagai alat untuk mengkritik ideologi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal
Lebih terperinciG30S dan Kejahatan Negara
Telah terbit Buku: G30S dan Kejahatan Negara Catatan Penyunting Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7 pagi, saya bermain catur dengan ayah saya, Siauw Giok Tjhan di beranda depan rumah. Sebuah kebiasaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang
168 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat
Lebih terperinciREPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI
REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI Bangga Pramesti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI bangga_108@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Analisis Masalah PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). Partai Komunis Indonesia merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang
Lebih terperinciNegara Jangan Cuci Tangan
Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)
Lebih terperinciPENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Melalui analisis, dapat terlihat berbagai kritik sosial yang diungkapkan oleh SGA dalam Kalatidha. Kritik dalam Kalatidha dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasakom merupakan hasil buah pikiran Presiden Soekarno yang dijadikannya sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita yang belum
Lebih terperinciTanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara
Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, penikmat sastra ataupun masyarakat Indonesia secara umum, adalah membaca, mempelajari, bahkan menulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat Indonesia yang memang sudah sangat merindukan kemerdekaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai
Lebih terperinciGus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66
Gus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66 (Oleh : A. Umar Said ) Renungan tentang HAM dan demokrasi di Indonesia (pamflet, gaya bebas berfikir) Agaknya, bagi banyak orang, pernyataan Gus Dur dalam
Lebih terperinciBAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah
1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan
Lebih terperinciPemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI
Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya kaum buruh 1 selalu menuntut hak hak normatifnya berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh perempuan, hak untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI. memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel
BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Novel Tapol merupakan salah satu prosa fiksi atau cerita rekaan yang memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel ini sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa rezim Orde Baru kebebasan individu, dalam menyatakan pendapat, kebebasan berorganisasi dan kebebasan pers sangat dibatasi oleh aturan yang ketat secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kedaulatan suatu negara dapat dilihat dari sejauh mana negara tersebut memiliki hubungan bilateral dengan negara lainnya untuk menjalin kerjasama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, perkembangan teknologi sudah berkembang semakin pesat. Dalam dunia pendidikan pun sudah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mempermudah dan memperlancar
Lebih terperinciKesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965
Kesaksian Siauw Giok Tjhan dalam Gestapu 1965 Hasan Kurniawan http://daerah.sindonews.com/read/1057848/29/kesaksian-siauw-giok-tjhan-dalam-gestapu-1965-1446312109/ Senin, 2 November 2015 05:05 WIB Siauw
Lebih terperinciBAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari
BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme
Lebih terperincipengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965
'Dicina-cinakan' di jalan: pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 Endang NurdinBBC Indonesia 27 Oktober 2017 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41738253?ocid=wsindonesia.chat-apps.in-app-msg.whatsapp.trial.link1_.auin
Lebih terperinci2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Soekarno tampil dihadapan peserta sidang dengan pidato
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai
Lebih terperinciGerwani dan Tragedi 1965
http://news.detik.com/read/2013/09/30/154108/2373384/10/sejarah-gerwis-dan-munculnya-gerwani?nd772204btr Senin, 30/09/2013 15:41 WIB Gerwani dan Tragedi 1965 Sejarah Gerwis dan Munculnya Gerwani Idham
Lebih terperinciRekonsiliasi Korban HAM-Berat 1965
Rekonsiliasi Korban HAM-Berat 1965 Bung Jacky dan bung Ilyas yb, Perkenankanlah saya mengajukan pemikiran G30S/PKI yang sedang dibicarakan ini: 1. Yang terjadi selama ini, sudah lebih 1/2 abad hanyalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang dimensi waktu sekaligus, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan
Lebih terperinciMeninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu
Wawancara dengan Soe Tjen: Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu Tak ada yang memberitahu Soe Tjen tentang nasib ayahnya dan genosida anti-komunis. Sampai ia mendengar kisah itu dari ibunya, setelah
Lebih terperinciKearifan guru sejarah, benar-benar diuji saat menyampaikan narasi sejarah 1965
Kolom IBRAHIM ISA Minggu Siang, 30 Agustus 2015 -------------------------- Kearifan guru sejarah, benar-benar diuji saat menyampaikan narasi sejarah 1965 Hari ini direncanakan untuk menulis sekitar "Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga kemahasiswaan tingkat universitas pertama kali dikenalkan sekitar 1952 pada jamannya Kusnadi Hardjosoemantri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun
Lebih terperinciSaatnya Rehabilitasi Bung Karno!
Saatnya Rehabilitasi Bung Karno! Bagaimana bisa dikatakan Saatnya Rehabilitasi Bung Karno??? Kalau pemerintah yang berkuasa, khususnya Presiden Jokowi masih saja begitu anti-komunis, sampai-sampai berulangkali
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dengan judul skripsi Peranan Polisi Pengawas Aliran Masyarakat Ditengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh merupakan akibat
Lebih terperinciSilahkan Baca Tragedi PKI Ini
Silahkan Baca Tragedi PKI Ini Nusantarapos,- Apakah Pantas Soeharto Diampuni?, Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciMengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965
Cerita Pagi Dokumen Supardjo, Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Hasan Kurniawan Minggu, 23 Oktober 2016 05:05 WIB http://daerah.sindonews.com/read/1149282/29/dokumen-supardjo-mengungkap-kegagalan-gerakan-30-september-1965-1477110699
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Lebih terperinciperkebunan kelapa sawit di Indonesia
Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia pada tahun 1602. Pada saat itu Gubernur Jenderal VOC telah membentuk Bailluw yaitu semacam
Lebih terperinciYPKP 65 Pusat adalah singkatan dari Yayasan
6 YPKP 65 Pusat - Jakarta YPKP 65 PUSAT - JAKARTA YPKP 65 Pusat adalah singkatan dari Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 65. Atau didalam bahasa asing (Inggris) : Indonesian Institute For The Study Of
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi
Lebih terperinciSISTEM PRESIDENSIIL TAHUN
NAMA : 1. Aris Hadi Pranoto (14144600203) 2. Desi Muji Hartanti (14144600178) 3. Puput Wulandari (14144600191) 4. Muhammad Hafizh Alhanif (14144600215) Kelas: A5-14 SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN 1959-1966
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisis masalah dalam karya ilmiah ini. Penulis membuat skripsi dengan judul Strategi Mao
Lebih terperinciSalawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia
Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia Sabtu, 3 Agustus 2013 14:51 WIB Saya iseng bertanya ke mesin pencari Google: Siapa Walikota Perempuan Pertama di Indonesia? Sejumlah nama pun muncul.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya korban pembunuhan melalui cara penembakan yang dikenal dengan nama penembakan misterius.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang telah dirasakan bangsa Indonesia sejak era kolonial hingga era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelarangan buku adalah antitesa bagi kemerdekaan hak politik warga negara yang telah dirasakan bangsa Indonesia sejak era kolonial hingga era reformasi. Kebijakan
Lebih terperinciPERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan
BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak keruntuhan kekuasaan Presiden Soeharto ditahun 1998, masyarakat Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka. Berbagai hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu
Lebih terperincimenyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada tanggal 16 September 1975. Sebelumnya negara ini berada di bawah mandat teritori Australia
Lebih terperinciPelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud
15 Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Adapun jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat, sebagai berikut: 1. Kejahatan Genosida
Lebih terperinciPEMBERONTAKAN GERAKAN 30 SEPTEMBER PKI 1965
PEMBERONTAKAN GERAKAN 30 SEPTEMBER PKI 1965 1. LATAR BELAKANG GERAKAN 30 SEPTEMBER PKI 1965 Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI. Sebelumnya, pada tahun 1948 PKI sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan
Lebih terperinciKebencian pada Keturunan PKI Belum Hilang, Negara Harus Minta Maaf
Komunitas Merah Putih: Kebencian pada Keturunan PKI Belum Hilang, Selasa, 11 Agustus 2015 16:30 Negara Harus Minta Maaf http://sp.beritasatu.com/home/kebencian-pada-keturunan-pki-belum-hilang-negara-harus-minta-maaf/93433
Lebih terperinciAkui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf
Akui Dulu Pembantaian, Baru Minta Maaf BY WEBMASTER OCTOBER 27, 2015 HTTP://1965TRIBUNAL.ORG/ID/AKUI-DULU-PEMBANTAIAN-BARU-MINTA-MAAF/ Menolak lupa, menjadi saksi (selama hayat di kandung badan). Galeri
Lebih terperinciMAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si
INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci: Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, Kondisi Sosial, Jawa Timur
DAMPAK PERISTIWA GERAKAN 30 SEPTEMBER PARTAI KOMUNIS INDONESIA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JAWA TIMUR 1965-1998 (THE IMPACT OF EVENT 30 SEPTEMBER INDONESIAN COMMUNIST PARTY TO THE SOCIAL LIFE
Lebih terperinci