ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA"

Transkripsi

1 ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG KAWASAN WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, September 2009 Sylvia Amanda H

3 RINGKASAN SYLVIA AMANDA. Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan NUVA Danau Situgede merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kondisi alam yang masih asri dengan pemandangan hutan karet yang menyegarkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk datang berkunjung. Namun seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia di kawasan wisata Danau Situgede menjadikan kualitas lingkungan Danau Situgede semakin menurun. Hal ini terlihat dari kondisi lingkungan yang kotor, terjadinya pecemaran air oleh sampah hingga terjadinya pendangkalan pada situ akibat penumpukan sampah. Oleh karena itu upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede perlu dilakukan, namun pelaksanaan upaya tersebut masih terkendala oleh permasalahan dana. Sehingga kesediaan membayar pengunjung Danau Situgede dalam upaya pelestarian lingkungan perlu diketahui. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa karakteristik pengunjung obyek wisata Danau Situgede dijelaskan berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya sebagian besar pengunjung berjenis kelamin laki-laki, berusia antara tahun dan memiliki status belum menikah serta tidak memiliki tanggungan. Mayoritas pengunjung Danau Situgede telah menjalani pendidikan formal selama 12 tahun serta merupakan pelajar dan mahasiswa. Tingkat pendapatan pengunjung berada pada kisaran Rp ,00 Rp ,00 dengan domisili yang relatif dekat dengan obyek wisata Danau Situgede. Persepsi responden terhadap obyek wisata Danau Situgede dikelompokan menjadi dua yaitu persepsi terhadap kualitas lingkungan serta terhadap pelayanan dan atribut-atribut wisata. Sebagian besar responden menyatakan kondisi lingkungan Danau Situgede secara keseluruhan baik, namun kebersihan lingkungannya masih kurang baik dan terjadi pencemaran pada air. Selain itu, sebagian besar responden pun menyatakan bahwa mudah untuk mencapai lokasi wisata, merupakan obyek wisata yang aman, memiliki petugas yang ramah, serta mudah untuk mendapatkan informasi tentang obyek wisata. Namun, penyediaan fasilitas rekreasi dan fasilitas umum dirasa masih kurang memadai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 81 persen responden yang merupakan pengunjung Danau Situgede bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung Danau Situgede adalah faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau yang diketahui melalui analisis regresi logit. Melalui Pendekatan CVM diketahui nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede yaitu sebesar Rp 3.588,24 dengan nilai total WTP (TWTP) sebesar Rp ,00. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau, serta faktor biaya kunjungan. Kata Kunci : Willingness To Pay, Danau Situgede, Upaya Pelestarian Lingkungan

4 ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN Sylvia Amanda H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 Judul Nama NRP : Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan : Sylvia Amanda : H Disetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS NIP Nuva, SP, M.Sc Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus :

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Willingness To Pay Pengunjung Kawasan Wisata Danau Situgede Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi dan persepsi pengunjung Danau Situgede, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede, menilai besarnya nilai Willingness To Pay (WTP) dari pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP tersebut. Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan.

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Maret Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Ir. Asim Suwarna Budi dan R.E. Ratna Tjintawangsih. Penulis memulai pendidikan di TK Negeri Pembina Yogyakarta pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 1 Kota Bogor. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Kota Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Kota Bogor. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan selanjutnya diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai pilihan mayor pertama. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai Staf Departemen Kebijakan Daerah Kabinet Pembaharu BEM KM IPB 2005/ 2006, Staf Departemen Kebijakan Kampus Kabinet IPB Bersatu BEM KM IPB 2006/ 2007, Sekretaris Menteri Departemen Budaya, Olahraga dan Seni Kabinet Totalitas Perjuangan BEM KM IPB 2007/ 2008, dan terakhir sebagai Sekretaris Kabinet IPB Gemilang BEM KM IPB 2008/ 2009.

8 UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede dalam Upaya pelestarian Lingkungan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membatu dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama dan Bapak Novindra, SP selaku dosen penguji wakil departemen. 4. Bapak H. M. Suganda selaku Ketua Tim Pengelola Wisata Danau Situgede dan jajarannya. Seluruh pihak Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang telah banyak membantu dalam pengambilan data dan penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Ir. Asim Suwarna Budi dan Ibu RE. Ratna Tjintawangsih, orangtua yang selalu memberikan kekuatan, dukungan, baik moril dan materi serta limpahan doa yang tak pernah putus kepada penulis. 6. Keluarga penulis, A Dong, Teh Ami, A Pong, Teh Wulan dan Keya atas semangat dan dukungan serta doa yang telah diberikan kepada penulis. 7. Sahabat terbaikku, M. Ubit M. Adam, S.Pi atas segala waktu yang telah diberikan untuk mendengarkan segala keluh kesah penulis. 8. Afid Ihsanul Khotami, S.Pi a.k.a Mamen BOS yang unik atas segala wawasan yang banyak disampaikan, kebersamaan dan pengertian yang telah diberikan kepada penulis, thanks for everything. 9. Presiden Mahasiswa , Suranto Wahyu Widodo atas segala pengertiannya. Maaf atas segala keterbatasan dalam menjalankan amanahmu.

9 10. Teman-teman ESL 42, khususnya Midun, Gareth, Cici, Mia, Nye, Merry, Mila, Mpe, dan Titut atas segala keceriaan, kebersamaan dan kekompakkan kita selama tiga tahun lebih. Rekan Seperjuanganku Agung Ramadhan, Semangat! 11. Teman dan Saudara seperjuangan di BEM KM Kabinet Totalitas Perjuangan, Kak Gema, A Fahmi, Teh Cici, Mba Eka, A Dani, Kak Igoy, Kak Rudy, Kak Cumi, Mba Melput, dan lainya yang tidak dapat disebutkan. Departemen terbaikku, Departemen BOS, Mas Afid, A Ubit, Rian, Vina, Yuni, Dian, Indah, Idham, Zul, Novan, Yudi, dan Cikun. We re the best team i ever had. 12. Teman-teman Kabinet IPB Gemilang, Bowo, Murnie, Rian, Vabi, Vina, Irul, Lisma, Zizah, Panji, Ika, Ahsan, Adnan, Indri, Rusdi, Ratna P, Widi, Ratna S, Laela, Amel, Rifah, Nurdi, Yuda, Willy, Vica dan Yogie. Terimakasih atas kegemilangan yang telah kalian berikan. 13. Seluruh Pimpinan dan Staf BEM KM IPB Kabinet Pembaharu, Kabinet IPB Bersatu, Kabinet Totalitas Perjuagan dan Kabinet IPB Gemilang. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan. Bogor, September 2009 Penulis

10 DAFTAR ISI RINGKASAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian Hipotesis Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Danau Rekreasi dan Pariwisata Contingent Valuation Method Konsep Contingent Valuation Method Kelebihan Contingent Valuation Method Kelemahan Contingent Valuation Method Tahap-tahap Contingent Valuation Method Organisasi dalam Pengoperasian Contingent Valuation Method Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengunjung Analisis Kesediaan Membayar Analisis Nilai WTP dari Pengunjung Situgede Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Besarnya Nilai WTP Pengunjung Danau Situgede Pengujian Parameter vi i ii iii ix x xi

11 Odds Ratio Likelihood Ratio Uji Wald Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji Statistik T Uji Statistik F Uji Kenormalan Uji Multikolinear Uji Heteroskedastisitas V. KEADAAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Lingkungan VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI RESPONDEN OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Jenis Kelamin Tingkat Usia Status Pernikahan Jumlah Tanggungan Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan Domisili Persepsi Responden terhadap Wisata Danau Situgede Persepsi terhadap Kualitas Lingkungan Danau Situgede Persepsi terhadap Pelayanan dan Atribut Wisata Danau Situgede VII. ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) PENGUNJUNG DANAU SITUGEDE Deskripsi Skenario Analisis Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Pengunjung Danau Situgede Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar VIII. ANALISIS NILAI WILLINGNES TO PAY PENGUNJUNG DANAU SITUGEDE Analisis Nilai Willingness To Pay (WTP) dengan Pendekatan Contingent Valuation Method Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP IX. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran vii

12 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Tingkat Kunjungan wisatawan pada objek wisata Kota Bogor Daftar Kebutuhan Data, Jenis Data, dan Sumbernya Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Membayar dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Danau Situgede Distribusi Nilai WTP Responden Pengunjung Danau Situgede Total WTP Responden Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Hasil Analisis Nilai WTP Responden Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan 79 ix

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Alur Kerangka Berpikir Obyek Wisata Danau Situgede Pencemaran Air Danau oleh Sampah Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan Obyek Wisata Persepsi Responden terhadap Kebersihan Lingkungan Persepsi Responden terhadap Pencemaran Air Danau Situgede Persepsi Responden berdasarkan Pengetahuan mengenai Manfaat dan Kerusakan Danau serta Pentingnya Upaya Pelestarian Lingkungan Danau Situgede Persepsi Responden terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi Wisata Persepsi Responden terhadap Penyediaan Fasilitas Rekreasi Persepsi Responden terhadap Penyediaan Fasilitas Umum Persepsi Responden terhadap Keamanan Obyek Wisata Persepsi Responden terhadap Keramahan Petugas Obyek Wisata Persepsi Responden terhadap Kemudahan Mendapat Informasi mengenai Obyek Wisata Persentase Kesediaan Membayar Pengunjung Danau Situgede Kurva WTP dengan Variabel Tingkat Pendidikan Kurva WTP dengan Variabel Biaya Kunjungan. 77 x

15 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian (Danau Situgede, Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Kuesioner Penelitian Data Jumlah Pengunjung Danau Situgede Triwulan I tahun Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter xi

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan salah satu kota tujuan rekreasi dan wisata di Indonesia yang banyak diminati para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara karena memiliki banyak obyek wisata yang unik dan menarik. Tingkat kunjungan wisatawan di Kota Bogor pada tahun 2003 mencapai orang yang terdiri dari wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara 1. Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibukota negara sehingga kebanyakan dari masyarakat Jakarta dan sekitarnya menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu alternatif lokasi kunjungan rekreasi dan wisata. Namun, akses yang mudah dijangkau bukan merupakan satu-satunya faktor yang menjadikan Bogor sebagai pilihan lokasi wisata. Jenis wisata yang ditawarkan maupun kondisi alam dan lingkungan obyek wisata juga mempengaruhi preferensi wisatawan untuk mengunjungi berbagai obyek wisata di Kota Bogor. Menurut Wahab (1992), terdapat dua faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan pada suatu obyek wisata, yang pertama adalah faktor irrasional (dorongan bawah sadar) yang meliputi lingkup pergaulan dan ikatan keluarga, tingkah laku prestise, pengaguman pribadi, perasaan-perasaan keagamaan, hubungan masyarakat dan promosi pariwisata, iklan dan penyebaran serta kondisi ekonomi (pendapatan dan biaya). Sedangkan faktor yang kedua Profil Investasi Bidang Pariwisata Kota Bogor. 1 Maret 2009.

17 merupakan faktor rasional, meliputi sumber-sumber wisata, fasilitas wisata, kondisi lingkungan, susunan kependudukan, situasi politik dan keadaan geografis. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemerintah Kota Bogor, obyek wisata yang terdapat di Kota Bogor antara lain Istana Bogor, Kebun Raya Bogor, Museum Etno Botani, Museum Zoologi, Museum Tanah, Plaza Kapten Muslihat, Situgede, Prasasti Batutulis, Museum PETA, Museum Perjuangan, Rancamaya, Gedung Bakorwil, Gedung Balaikota, Masjid Raya, Masjid Empang, Gereja Katedhral, Kelenteng Hok Tek Bio, Makam Raden Saleh dan Stasiun Bogor. Beberapa obyek wisata tersebut merupakan obyek wisata unggulan, hal ini terlihat dari data tingkat kunjungan wisatawan tahun 2001 ke obyek-obyek tersebut yang relatif lebih tinggi dari tingkat kunjungan ke obyek-obyek wisata lainnya, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Kunjungan Wisatawan Pada Obyek Wisata Kota Bogor Tahun 2001 No. Obyek Wisata Tingkat Kunjungan (Orang) 1 Kebun Raya Istana Bogor Museum Zoologi Museum Etnobotani Prasasti Batu tulis Situgede Taman Topi (Plaza Kapten Muslihat) Museum Tanah Museum PETA Museum Perjuangan Sumber : Pemerintah Kota Bogor (2007) Saat ini, salah satu obyek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut adalah Danau Situgede. Danau Situgede merupakan suatu danau kecil yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat dengan luas kawasan sekitar 6 hektar. Danau yang dikelola oleh masyarakat ini 2

18 memiliki berbagai macam fungsi dan manfaat, khususnya bagi masyarakat sekitar, seperti sebagai obyek wisata, serta untuk irigasi pertanian dan perkebunan. Kondisi alam yang tenang dan asri dengan pemandangan hutan karet yang menyegarkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk datang berkunjung, baik untuk sekedar melepas lelah ataupun sengaja berkumpul bersama keluarga. Kondisi tersebut ditunjang dengan fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola (masyarakat) seperti adanya permainan bebek-bebekan dan perahu dayung. Fasilitas tersebut memungkinkan para pengunjung untuk dapat menikmati wisata air dengan berkeliling ditengah danau menggunakan perahu bebek-bebekan atau perahu dayung. Tingkat kunjungan masyarakat yang cukup baik menjadi salah satu insentif bagi Pemerintah Kota Bogor untuk melakukan sebuah pengembangan. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota Bogor, Pemerintah Kota Bogor mengajukan perencanaan pengelolaan kawasan ini kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2006 lalu 2, sehingga kawasan Danau Situgede dapat dijadikan salah satu obyek wisata unggulan di Kota Bogor. Meningkatnya aktivitas di kawasan Danau Situgede, secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan Danau Situgede. Sifat barang publik yang melekat pada obyek wisata Danau Situgede menyebabkan hampir seluruh masyarakat tidak terlalu peduli akan dampak yang timbul dari aktivitasnya. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketersaingan serta tidak adanya larangan untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut yang merupakan sifat Situgede, Salah Satu Potensi Wisata Alam Kota Bogor. 1 Maret

19 dasar dari barang publik (Fauzi, 2004). Kondisi lingkungan Danau Situgede yang menurun, seperti lingkungan yang kotor, terjadinya pendangkalan pada danau yang menyebabkan air danau meluap ke permukaan daratan apabila turun hujan, serta kondisi fasilitas penunjang yang buruk dapat mengancam keberlanjutan Situgede di masa yang akan datang sehingga pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat sekitar danau. Menurut Haeruman (1999), keberadaan waduk dan danau (situ) sangat penting dalam menciptakan keseimbangan ekologis dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya muka air. Selain itu, kehadiran waduk dan danau dapat mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem sekitarnya. Oleh karena itu, kawasan sekitar danau termasuk Danau Situgede merupakan kawasan yang memiliki fungsi dan manfaat penting untuk tetap dipertahankan kelestariannya. Berdasarkan hal tersebut maka partisipasi dan peran masyarakat serta pengunjung sangat diperlukan dalam melestarikan obyek wisata Danau Situgede Perumusan Masalah Danau Situgede merupakan salah satu sumberdaya alam yang menghasilkan jasa lingkungan, khususnya jasa wisata yang menawarkan keindahan alam, ketenangan dan kenyamanan. Keindahan alam dan lingkungan Situgede menjadi potensi dan daya tarik utama wisata pada kawasan ini. Banyak masyarakat berkunjung untuk sekedar melepas penat ataupun berkunjung untuk 4

20 berkumpul bersama keluarga menikmati indahnya pemandangan danau dengan hamparan hutan karet yang asri. Tingkat kunjungan wisata yang semakin baik pada kawasan Danau Situgede menjadi salah satu pendorong perekonomian daerah, khususnya bagi masyarakat sekitar, terlebih pengelolaan wisata Danau Situgede saat ini masih dilakukan oleh masyarakat sekitar. Namun tanpa adanya pengelolaan yang baik, peningkatan aktivitas manusia di kawasan Danau Situgede akan menyebabkan dampak yang tidak baik bagi keberlanjutan fungsi dan manfaat danau, khususnya sabagai obyek wisata. Sampai saat ini, tingkat kerusakan danau yang terdapat di Bogor cukup tinggi, dengan berkurangnya luas danau yang pada awalnya seluas 506,9 Ha menjadi 392,15 Ha atau telah terjadi pengurangan sebanyak 22,64 persen, dengan 71,29 persen dalam kondisi rusak dan 18,81 persen menjadi daratan 3. Sifat barang publik yang melekat pada barang dan jasa lingkungan seperti Danau Situgede dapat menjadi ancaman tersendiri bagi kondisi serta keadaan alam dan lingkungannya. Hal ini dikarenakan, umumnya pengguna barang dan jasa lingkungan hanya ingin memanfaatkannya saja, tanpa peduli akan kelestariannya. Persepsi masyarakat akan barang dan jasa lingkungan tidak memiliki nilai riil yang dapat dikuantifikasi atau dinilai dalam nilai moneter (uang) juga menyebabkan kebanyakan masyarakat tidak peduli dengan kelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan pada kawasan wisata Danau Situgede harus mulai dilakukan sejak saat ini sebelum kondisi lingkungannya semakin Kondisi Situ di Bogor, Depok dan Jakarta Indonesia. 9 Maret

21 memburuk. Pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dengan jumlah pemasukan yang tidak terlalu besar pihak pengelola membutuhkan tambahan dana untuk melaksanakan upaya pelestarian tersebut. Partisipasi dari seluruh pihak terlebih dari pengunjung yang merupakan konsumen jasa wisata Danau Situgede sangat diharapkan. Oleh karena itu kesediaan membayar dari pengunjung Danau Situgede perlu diketahui agar kedepannya pengelolaan Danau Situgede dapat lebih baik lagi. Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi pengunjung Danau Situgede? 2. Bagaimana persepsi pengunjung terhadap Danau Situgede? 3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar (Willingness To Pay) dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede? 4. Berapa besarnya nilai Willingness To Pay (WTP) dari pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede? 5. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Danau Situgede? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi pengunjung Danau Situgede. 2. Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap Danau Situgede. 6

22 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar (Willingness To Pay) dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. 4. Menilai besarnya nilai Willingness To Pay (WTP) dari pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. 5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dari pengunjung Danau Situgede Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi mengenai kesediaan membayar (WTP) dan besarnya nilai WTP pengunjung wisata Danau Situgede dalam rangka upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. 2. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola dan para pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan obyek wisata Danau Situgede yang berkelanjutan Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya adalah : 1. Wilayah penelitian ini adalah kawasan wisata Danau Situgede, Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. 2. Obyek penelitian ini adalah orang-orang yang mengunjungi kawasan Danau Situgede yang selanjutnya disebut sebagai responden. 7

23 3. Responden tersebut merupakan individu-individu yang berusia diatas 17 tahun. 4. WTP merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk memperoleh peningkatan kondisi lingkungan sehingga terciptanya kelestarian lingkungan kawasan wisata Danau Situgede. 5. CVM merupakan suatu metode survei untuk mengetahui WTP pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Jenis kelamin, umur, status pernikahan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan tentang manfaat dan kerudakan danau, domisili, biaya untuk melakukan kunjungan ke Danau Situgede, dan frekuensi kunjungan berpengaruh terhadap kesediaan pengunjung membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. 2. Besarnya nilai WTP pengunjung Danau Situgede dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, status pernikahan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan tentang manfaat dan kerusakan danau, domisili, biaya untuk melakukan kunjungan ke Danau Situgede, dan frekuensi kunjungan. 8

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Danau Danau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) didefinisikan sebagai suatu genangan air yang amat luas, dikelilingi oleh daratan. Menurut Johan (1996) situ, danau atau lembah topografi merupakan bentukan alam atau buatan manusia yang dapat berfungsi sebagai daerah penampung atau peresap air, baik air dari mata air alami (aliran bawah tanah) maupun langsung dari curah hujan. Definisi lain dalam batasan ekologi adalah perairan tergenang yang merupakan daerah penampungan air yang terbentuk secara alamiah (natural) ataupun buatan manusia (artificial) yang merupakan sumber air baku bagi berbagai kepentingan kehidupan manusia, dimana air yang ditampung pada umunya berasal dari air hujan (run off), sungai, atau saluran pembuangan dan mata air (Natasaputra, 2000). Fungsi-fungsi spesifik danau dan lingkungannya antara lain sebagai sumber resapan air bagi kestabilan lapisan-lapisan air dibawah tanah dan air sungai, pengendali banjir secara alamiah, tempat kehidupan bagi spesies hewan dan tumbuhan, sumber kehidupan dan penghidupan bagi manusia dan hewan peliharaannya, pembentuk kondisi udara (iklim) di sekitarnya, penunjang kehidupan lingkungannya, dan sarana perhubungan air (Sudaryono, 1998 dalam Supriadi, 2008). Sedangkan menurut Aboejoewono (1999), ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomi danau/ situ memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai sumber bagi kehidupan, pengatur tata air dan pemasok air tanah, pengendali banjir, pengatur iklim mikro, habitat berbagai jenis flora dan fauna, budidaya perikanan, serta sebagai lokasi kegiatan pariwisata dan rekreasi.

25 Beberapa permasalahan yang menjadi ancaman kelestarian danau/ situ di wilayah Jabotabek yang dikemukakan oleh Suryadiputra (1998) dalam Majid (2008) antara lain : 1) konversi lahan, dimana banyak situ dan empang berubah menjadi perumahan; 2) pendangkalan akibat endapan lumpur dari erosi tanah dan sampah domestik sehingga tidak cukup lagi menampung air hujan yang berakhir dengan terjadinya banjir; 3) pencemaran oleh limbah sehingga terjadi eutrofikasi yang berakibat pada pendangakalan. Permasalahan tersebut semakin diperburuk dengan semakin lemahnya pengawasan serta mudahnya pejabat menerbitkan perizinan yang menyebabkan jumlah dan luas situ semakin mengecil Rekreasi dan Pariwisata Rekreasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) didefinisikan sebagai sebuah penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Rekreasi adalah kegiatan yang menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia, kegiatan-kegiatannya dapat berupa olahraga, membaca, mengerjakan hobi (Soekadijo, 2000). Menurut Calwson and Knetsch (1975) dalam Sari (2007), rekreasi dibedakan kedalam dua golongan yaitu rekreasi pada tempat tertutup (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), yaitu rekreasi yang dilakukan di tempat-tempat yang tanpa dibatasi suatu bangunan atau rekreasi yang dilakukan di luar bangunan. Manfaat dari kegiatan rekreasi adalah menambah pengalaman seseorang yang berhubungan dengan emosi inpirasi yang didapat setelah melakukan kegiatan rekreasi. 10

26 Ciri-ciri rekreasi menurut Pangemanan (1993) dalam Sari (2007) adalah: 1. Aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan manusia yang dilakukan dalam waktu luang dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi, bergantung dari pandangan terhadap kegiatan tersebut. 2. Rekreasi bersifat luwes, artinya rekreasi tidak dibatasi oleh tempat, dapat berupa rekreasi dalam ruangan (indoor recreation) atau rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) tergantung macam dan bentuk kegiatan yang dilakukan. 3. Rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang. 4. Rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin, pangkat dan kedudukan sosial. Sedangkan pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk kegiatan bersenang-senang atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam 4. Definisi pariwisata dalam wikipedia yaitu suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini 5. Menurut Wahab (1992) pariwisata adalah salah satu dari industri baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan Sekilas Tentang Pariwisata dan Ekowisata. 8 Maret Pariwisata. 8 Maret

27 2.3. Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method merupakan salah satu metode dalam penilaian ekonomi terhadap barang dan jasa lingkungan. Menurut Yakin (1997), Contingent Valuation Method merupakan metode yang populer digunakan saat ini, karena CVM dapat mengukur nilai penggunaan (use value) dan nilai non pengguna (non-use value) dengan baik Konsep Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin, 1997). Menurut Fauzi (2004) pendekatan CVM pertama kali dikenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan di Miami. Pendekatan ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua, dengan teknik survei. Adapun tujuan dari CVM adalah untuk mengetahui keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari masyarakat, serta mengetahui keinginan menerima (Willingness To Accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan (Fauzi, 2004). Menurut Syakya (2005) Willingness To Pay (WTP) adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui pada level berapa seseorang mampu membayar biaya perbaikan lingkungan apabila ingin lingkungan menjadi baik. 12

28 Kelebihan Contingent Valuation Method Menurut Hanley dan Spash (1993) kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan yaitu sebagai berikut : 1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting, yaitu seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat. 3. Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung. 4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analis yang kompeten, namun hasil penelitian dari penelitian menggunkan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan Kelemahan Contingent Valuation Method Menurut Fauzi (2004), meskipun CVM diakui sebagai pendekatan yang cukup baik untuk mengukur WTP, namun terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Kelemahan yang utama dari pendekatan ini adalah timbulnya bias. Sumber-sumber bias terutama ditimbulkan oleh dua hal, yaitu bias yang timbul dari strategi yang keliru dan bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian (design bias). 13

29 Sedangkan menurut Hanley dan Spash (1993) beberapa bias yang akan timbul dalam pelaksanaan CVM adalah sebagai berikut : 1. Bias Strategi Responden akan cenderung memberikan nilai WTP yang relatif lebih kecil karena beranggapan bahwa akan ada responden lain yang membayar upaya peningkatan kualitas lingkungan dengan nilai yang lebih tinggi. Terdapat beberapa langkah untuk meminimalkan bias stategi yang terjadi yang dikemukakan Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993), yaitu: a. Menghilangkan seluruh pencilan. b. Penekanan adanya penjaminan pembayaran oleh responden lain. c. Menyembunyikan nilai tawaran responden lain. d. Membuat perubahan lingkungan berdasarkan pada nilai tawaran. Sedangkan menurut Hoehn dan Randall (1987) dalam Hanley dan Spash (1993) bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan format referendum (jawaban ya atau tidak ) terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi. 2. Bias Rancangan Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, urutan informasi yang diberikan, format pertanyaan dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada respoden. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi responden dalam rancangan survei adalah : 14

30 a. Pemilihan jenis tawaran Jenis tawaran yang diberikan dapat mempengaruhi nilai rata-rata tawaran. Contohnya penelitian mengenai perlindungan hutan rimba, jenis tawaran yang diberikan dalam bentuk karcis masuk kawasan akan menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan janis tawaran dalam bentuk trust fund. Hal tersebut dikarenakan responden merasa tidak senang jika mereka harus membayar saat mereka melakukan rekreasi atau karena kebijakan karcis masuk merupakan kebijakan fiskal yang tidak populer di masyarakat. b. Bias titik awal Titik awal pada nilai yang ditawarkan kepada respoden dapat mempengaruhi nilai tawaran itu sendiri, terlebih pada metode bidding game. Hal tersebut dikarenakan responden yang kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan). c. Sifat informasi yang ditawarkan Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotesis maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survei. 15

31 3. Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden Bias yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan responden terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. 4. Kesalahan Pasar Hipotetik Kesalahan pada pasar hipotetik terjadi apabila fakta yang ditanyakan kepada responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada : a. Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei. b. Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi. c. Bagaimana format WTP yang digunakan Tahap-tahap Contingent Valuation Method Beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM menurut Hanley dan Spash (1993), yaitu : 1. Membuat Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/ jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/ jasa 16

32 lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunkan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP, yaitu : a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden. b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden setuju ataupun responden tidak setuju dengan nilai tersebut. c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang/ jasa publik yang diberikan. d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya. Namun, dengan menggunkan metode ini biasanya 17

33 responden mengalami kesulitan untuk menjawab, khusunya bagi yang belum memiliki pengalaman sebelumnya mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan. 3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran. 4. Memperkirakan Kurva WTP Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat pula digunakan untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. Contoh variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP antara lain adalah tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut : 18

34 WTP i = f(y i, E i, K i, A i, Q i ) dimana i = responden ke-i. 5. Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh : a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut. b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi µ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting. 19

35 6. Evaluasi Penggunaan CVM Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Apakah hasil survei memiliki protest bid yang terlalu tinggi. Apakah responden memahami dan mengerti benar tentang pasar hipotetik yang disampaikan. Seberapa pengalaman responden terhadap barang/ jasa lingkungan yang dipertanyakan. Seberapa baik pasar hipotetik yang dibangun dapat mencakup seluruh aspek barang/ jasa lingkungan. Asumsi apakah yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tengah dan menggambarkan nilai tawaran (bid) agregat. Seberapa baik cakupan permasalahan dikaitkan dengan CVM yang ditangani. Bagaimana gambaran nilai tawaran dibandingkan dengan nilai tawaran yang dihasilkan pada studi yang lain Organisasi dalam Pengoperasian Contingent Valuation Method Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi pengoperasian CVM menurut Hanley dan Spash (1993) sebagai berikut: 1. Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realitas. 2. Alat pembayaran yang digunakan dan atau ukuran kesejahteraan (WTP) sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di masyarakat. 3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik yang dimaksud dalam kuesioner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka. 4. Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan. 20

36 5. Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan 6. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah perolehan selang kepercayaan dan reabilitas. 7. Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk memperkecil bias strategi secara khusus. 8. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi. 9. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang sama dengan populasi, dan penyesuaian diperlukan. 10. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat apabila mereka setuju dengan harapan yang tepat Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengukuran nilai atau manfaat ekonomi barang dan jasa lingkungan dalam bentuk moneter/ uang sudah cukup banyak dilakukan sebelumnya. Kebanyakan penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti Metode Kontingensi, Metode Biaya Perjalanan, dan Metode Biaya Hedonik. Walaupun demikian penelitian tentang nilai ekonomi terhadap barang dan jasa lingkungan masih perlu dilakukan karena penelitian mengenai nilai ekonomi barang dan jasa lingkungan akan memberikan hasil yang berbeda untuk waktu dan tempat yang berbeda serta variabel-variabel tidak bebas yang digunakan berbeda. Beberapa penelitian dengan menggunakan Metode Kontingensi telah dilakukan oleh Syakya (2005), Fitriani (2008), Wijaya 21

37 (2008) dan Majid (2008) yang hampir seluruhnya mengukur kesediaan membayar atau Willingness To Pay. Penelitian yang dilakukan oleh Majid (2008) mengenai Analisis Willingness To Pay (WTP) pengunjung sebagai dasar penetapan retribusi/ tarif masuk dalam upaya pelestarian lingkungan pada kawasan Situ Babakan menunjukkan bahwa 86 persen responden bersedia untuk membayar retribusi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan. Dari penelitian ini pun diketahui bahwa besarnya nilai WTP yang dapat dijadikan acuan dalam penetapan retribusi sebasar Rp 2.104,65 per orang. Sedangkan penelitian tentang penilaian manfaat keberadaan kawasan ekowisata yang dilakukan oleh Wijaya (2008) pada objek wisata Situ dan Candi Cangkuang hanya memperoleh 40 persen responden yang bersedia untuk membayar. Hal tersebut dikarenakan kawasan objek wisata Situ dan Candi Cangkuang masih kurang menarik karena tidak optimalnya sarana dan prasarana yang dimiliki. Hasil penelitaian yang telah dilakukan oleh Fitriani (2008) mengenai faktor-faktor yamg mempengaruhi frekuensi kunjungan ke agrowisata Taman Wisata Mekarsari (TWM) dengan Metode Kontingensi menunjukkan tingkat pendapatan, biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, lama mengetahui keberadaan TWM, jumlah tanggungan keluarga, hari kunjungan, waktu yang dihabiskan di lokasi, kesediaan membayar dan waktu tempuh merupakan faktorfaktor sosial ekonomi dan lingkungan yang berpengaruh. Nilai manfaat TWM yang diperoleh pada penelitian ini sebesar Rp ,- yang didapatkan 22

38 dari jumlah total kesediaan membayar seluruh pengunjung, dengan rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp ,- per orang. Penelitian mengenai analisis WTP pada objek wisata Pantai Lampuuk di Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan oleh Syakya (2005) diperoleh bahwa besarnya nilai WTP pengunjung rata-rata adalah sebesar Rp 1.719,203 dengan kesediaan membayar retribusi sebesar 92 persen dan sisanya sebesar 8 persen tidak bersedia membayar untuk pengelolaan dan pengembangan objek wisata tersebut, dengan alasan merupakan peran pemerintah dan juga persepsi tentang pantai merupakan barang publik yang dapat dinikmati oleh siapapun. Penelitian yang dilakukan oleh Buckley, et al (2008) di Irlandia dengan judul Recreational Demand For Farm Commonage In Ireland: A Contingent Valuation Assesment mengukur besarnya WTP pengunjung terhadap akses publik dan pengembangan trek pada lahan pertanian bersama yang digunakan sebagai sarana rekreasi berjalan kaki pada area dataran tinggi dan dataran rendah di Irlandia Barat dengan menggunakan CVM. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa 54 persen dari sampel pada dataran rendah dan 44 persen pada dataran tinggi memberikan WTP yang positif terhadap scenario implementation yang ditawarkan. Dari penelitian tersebut diketahui pula bahwa permintaan akan skenario yang ditawarkan pada dataran rendah memiliki preferensi yang lebih baik, hal ini tercermin dari median WTP yang diperoleh sebesar jika dibandingkan dengan 9.08 yang merupakan median WTP pada area dataran tinggi. 23

39 III. KERANGKA PEMIKIRAN Danau Situgede merupakan sebuah danau kecil yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kondisi alam yang tenang dan asri dengan pemandangan hutan karet yang menyegarkan menjadikan kawasan Danau Situgede sebagai salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Tingkat kunjungan yang cukup baik dan terus mengalami peningkatan pada obyek wisata ini merupakan suatu kondisi yang baik bagi kegiatan wisata tersebut, namun di sisi lain hal tersebut justru dapat menimbulkan suatu kekhawatiran akan kelestarian lingkungannya. Rencana pengembangan dan promosi Danau Situgede sebagai salah satu objek wisata di Kota Bogor pun dapat memberikan dampak yang kurang baik apabila pengelolaan yang dilakukan tidak mengedepankan asas keberlanjutan (sustainability). Sifat barang publik yang melekat pada Danau Situgede juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan kawasan Danau Situgede itu sendiri. Sifat non excludable dan non rivalry dalam pemanfaatan sumberdaya, menjadikan setiap orang dapat memanfaatkan Danau Situgede sebagai objek wisata tanpa batasan apapun. Berdasarkan pantauan di lapangan, saat ini kondisi kualitas lingkungan Danau Situgede mulai mengalami penurunan, seperti banyaknya sampah yang berserakan membuat lingkungan menjadi kotor, serta terjadinya pendangkalan pada danau. Upaya pelestarian lingkungan pada kawasan Danau Situgede harus mulai dilakukan sejak saat ini sebelum kondisi lingkungannya semakin memburuk. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.

40 Pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dengan jumlah pemasukan yang tidak terlalu besar, pihak pengelola membutuhkan tambahan dana untuk melaksanakan upaya pelestarian tersebut. Partisipasi dari seluruh pihak terlebih dari pengunjung yang merupakan konsumen jasa wisata Danau Situgede sangat diharapkan. Untuk itu kesediaan pengunjung untuk membayar sejumlah uang yang selanjutkan akan dimanfaatkan untuk pelestarian lingkungan kawasan wisata Danau Situgede perlu diketahui. Diharapkan dengan diketahuinya kesediaan membayar (WTP) dan besarnya nilai WTP pengunjung wisata Danau Situgede upaya pelestarian lingkungan dapat dilakukan sehingga keberlanjutan wisata Danau Situgede dapat tetap terjaga. Secara ringkas kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1. 25

41 Danau Situgede Rekreasi dan Wisata Pengelolaan oleh masyarakat Pemanfaatan Sumberdaya Alam Danau Situgede Dijadikan Kawasan Wisata (Rencana Dinas Pariwisata Kota Bogor) Berpotensi terjadi kerusakan lingkungan Biaya Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Mengidentifikasi karakteristik pengunjung Danau Situgede Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap Danau Situgede Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan/ ketidaksediaan membayar (WTP) dari pengunjung terhadap upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede Penilaian besarnya WTP pengunjung terhadap pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede Regresi Berganda Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede CVM Analisis Deskriptif Regresi Logit Besarnya Willingness To Pay (WTP) Sumber : Penulis (2009) Keterangan : : Metode Upaya Pelestarian Lingkungan Wisata Danau Situgede Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Berfikir 26

42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Situgede, Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dengan luas lahan sebesar 6 Ha. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena Danau Situgede memiliki potensi wisata dan telah menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Selain itu, lokasi penelitian yang dipilih dekat dengan kampus Institut Pertanian Bogor dirasa layak untuk diteliti, karena peneliti berkeinginan menerapkan ilmu yang telah dipelajari agar dapat bermanfaat bagi daerah sekitar kampus. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran Waktu Penelitian Pelaksanaan pra penelitian dimulai dari pengamatan permasalahan di lapangan, perumusan permasalahan, pengembangan kerangka pemikiran hingga penyusunan proposal penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu dimulai pada Bulan Maret hingga pertengahan Bulan Juni Sedangkan penelitian (pengambilan data) dilaksanakan selama kurang lebih dua minggu, yaitu pada minggu keempat Bulan Juni sampai dengan minggu pertama Bulan Juli Selanjutnya, pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan, yaitu pada minggu pertama Bulan Juli sampai dengan minggu kedua Bulan September 2009.

43 4.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner. Menurut Jogianto (2008), metode survei atau lebih lengkapnya self administered survey merupakan suatu metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertannyaan-pertanyaan kepada responden. Dalam metode survei kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku (Prasetyo dan Jannah, 2005) Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuesioner seperti yang disajikan pada Lampiran 2. Data tersebut meliputi respon dari responden terhadap keinginan membayar responden dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan pengelolaan Danau Situgede, seperti Tim Pengelola Wisata Danau Situgede, dan Kelurahan Situgede. Selain dari instansi terkait, data-data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian ini. Kebutuhan data, jenis data dan sumbernya disajikan dalam Tabel 2, yaitu : 28

44 Tabel 2. Daftar Kebutuhan Data, Jenis Data, dan Sumbernya No. Tujuan Penelitian Data yang Dibutuhkan 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi pengujung Danau Situgede. 2. Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap Danau Situgede. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. 4. Menilai besarnya nilai Willingness To Pay (WTP) dari pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. 5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dari pengunjung Danau Situgede. Sumber : Penulis (2009) 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Status pernikahan 4. Tingkat pendidikan 5. Jenis pekerjaan 6. Tingkat pendapatan 7. Jumlah tanggungan 8. Domisili Persepsi terhadap kualitas dan pelayanan serta atribut-atribut wisata Danau Situgede 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Status pernikahan 4. Tingkat pendidikan 5. Tingkat pendapatan 6. Jumlah tanggungan 7. Domisili 8. Pengetahuan tentang manfaat situ atau danau 9. Frekuensi kunjungan 10. Biaya Perjalanan Besarnya dana yang bersedia pengunjung bayarkan 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Status pernikahan 4. Tingkat pendidikan 5. Tingkat pendapatan 6. Jumlah tanggungan 7. Domisili 8. Pengetahuan tentang manfaat situ atau danau 9. Frekuensi kunjungan 10. Biaya Perjalanan Sumber Data Data primer Data primer Data primer Data primer Data primer Teknik Pengumpulan Data Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner 29

45 4.5. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Non-probability sampling yaitu Haphazard sampling atau accidental atau convenience. Metode tersebut merupakan suatu metode pengambilan sampel secara nyaman yang dilakukan dengan memilih sampel bebas, sekehendak perisetnya, dimana responden yang mudah ditemui/ dijangkau akan dijadikan sebagai sampel dengan tetap mempertahankan kelayakan dan ketepatan sampel yang dipilih (Jogianto, 2008). Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan responden yang berusia 17 tahun ke atas yang bersedia untuk mengikuti proses wawancara. Berdasarkan data jumlah pengunjung Danau Situgede pada Triwulan I (Bulan Januari Maret) tahun 2009 (Lampiran 3) yaitu 650 orang pengunjung, maka jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 42 orang. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel secara statistika yaitu minimal sebanyak 30 data/ sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program SPSS 15.0 for Windows dan Microsoft Office Excell. 30

46 Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengunjung Karakteristik sosial ekonomi pengunjung Danau Situgede dianalisis dan diidentifikasi secara deskriptif. Karakteristik-karakteristik tersebut akan menjadi gambaran faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap kesediaan membayar dari pengunjung dalam rangka upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede. Sama halnya dengan karakteristik pengunjung, persepsi pengunjung mengenai kondisi Danau Situgede pun dianalisis secara deskriptif. Persepsi yang akan dianalisis terkait dengan kondisi alam dan lingkungan Danau Situgede serta kondisi prasarana dan sarana yang menunjang kegiatan wisata di Danau Situgede Analisis Kesediaan Membayar Analisis kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logit. Menurut Pujianti (2008), regresi logistik terdiri dari regresi logistik biner dan regresi logistik multinomial. Regresi logistik biner digunakan saat variabel dependen merupakan variabel dikotomus (kategorik dengan 2 macam kategori), sedangkan Regresi Logistik Multinomial digunakan saat variabel dependen adalah variabel kategorik dengan lebih dari 2 kategori. Regresi Logistik tidak memodelkan secara langsung variabel dependen (Y) dengan variabel independent (X), melainkan melalui transformasi variabel dependen ke variabel logit yang merupakan natural log dari odds rasio. Transformasi tersebut diformulasikan sebagai persamaan: 31

47 dimana L i sering disebut sebagai indeks model logistik, yang nilainya sama Pi dengan ln 1 P ; dan Pi 1 P i i adalah odd, yaitu nilai rasio kemungkinan terjadinya suatu peristiwa dengan kemungkinan tidak terjadinya peristiwa. Parameter model estimasi logit harus diestimasi dengan metode maximum likelihood (ML). Dalam penelitian ini regresi logit digunakan untuk menganalisis peluang kejadian kesediaan pengunjung untuk membayar dengan model logistiknya sebagai berikut : L i = β 0 + β 1 JK i + β 2 UM i + β 3 SP i + β 4 TP i + β 5 PD i + β 6 JT i + β 7 PM i + dimana : L i β 8 FK i + β 9 DM i + β 10 BK i + ε i = Peluang responden bersedia untuk membayar (bernilai 1 untuk setuju dan bernilai 0 untuk tidak setuju ) β 0 β 1,, β 8 JK UM = Intersep = Koefisien Regresi = Jenis Kelamin (bernilai 1 untuk pria dan 0 untuk wanita ) = Tingkat Usia (tahun) SP = Status Pernikahan (bernilai 1 untuk belum menikah dan 0 untuk sudah menikah ) TP PD = Tingkat Pendidikan (tahun) = Rata-rata pendapatan per bulan (dummy bernilai 1 untuk pendapatan Rp Rp dan yang lain bernilai 0, dummy 2 bernilai 1 untuk Rp Rp dan yang lain bernilai 0, dummy 3 bernilai 1 untuk Rp Rp

48 dan yang lain bernilai 0, dummy 4 bernilai 1 untuk Rp Rp dan yang lain bernilai 0, dummy 5 bernilai 1 untuk Rp Rp dan yang lain bernilai 0, serta dummy 6 bernilai 1 untuk Rp Rp dan yang lain bernilai 0) JT PM = Jumlah Tanggungan (orang) = Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau (bernilai 1 untuk tahu dan bernilai 0 untuk tidak tahu ) FK = Frekuensi Kunjungan (dummy 1 bernilai 1 untuk 1 kali dan yang lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk 2 kali dan yang lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk 3 kali dan yang lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk 4 kali dan yang lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk 5 kali dan yang lain bernilai 0, serta dummy bernilai 1 untuk lebih dari 5 kali dan yang lain bernilai 0) DM = Domisili (bernilai 1 untuk jauh (biaya > Rp 5000) dan bernilai 0 untuk dekat (biaya Rp 5000)) BK = Biaya Kunjungan (dummy 1 untuk biaya kunjungan Rp 0 bernilai 1 dan yang lain bernilai 0, dummy 2 untuk Rp Rp bernilai 1 dan yang lain bernilai 0, dummy 3 untuk Rp Rp , dummy 4 untuk Rp Rp , dummy 5 untuk Rp Rp bernilai 1 dan yang lain bernilai 0, serta dummy 6 untuk Rp Rp bernilai 1 dan yang lain bernilai 0) i = Responden Ke-1 (i = 1, 2,..., n) 33

49 ε = Galat atau Error Variabel jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, pengetahuan tentang manfaat situ, frekuensi kunjungan, domisili, dan biaya kunjungan diduga merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan. Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori yang ada dan penelitian terdahulu Analisis Nilai WTP Pengunjung Danau Situgede Nilai WTP dari pengunjung Danau Situgede dianalisis dengan menggunakan pendekatan CVM, tahap-tahap yang akan dilakukan : 1. Membuat Pasar Hipotetik Dalam penelitian ini pasar hipotetik akan dibentuk atas dasar terjadinya penurunan kualitas lingkungan Danau Situgede sebagai objek wisata alam. Dalam upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan Danau Situgede diperlukan anggaran agar upaya pelestarian tersebut dapat dilaksanakan. Salah satu sumber dana yang dapat digunakan dalam upaya tersebut adalah dengan adanya penarikan retribusi. Selanjutnya, pasar hipotetik akan dituangkan dalam bentuk skenario sebagai berikut : SKENARIO Situgede merupakan suatu danau kecil yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat dengan luas sekitar 6 hektar. Danau yang dikelola oleh masyarakat ini memiliki berbagai macam fungsi dan manfaat, khususnya bagi masyarakat sekitar, seperti sebagai objek wisata, dan sebagai irigasi pertanian dan perkebunan. Saat ini kondisi lingkungan Danau Situgede telah 34

50 mengalami penurunan, seperti lingkungannya yang kotor, terjadinya pendangkalan pada situ, serta kondisi fasilitas penunjang yang buruk. Kondisi tersebut dapat mengancam keberlanjutan keberadaan Danau Situgede di masa yang akan datang. Selain itu, fungsi dan manfaat situ sebagai penunjang kehidupan manusia, khususnya masyarakat sekitar pun menjadi suatu kekhawatiran. Oleh karena itu, pihak pengelola berencana akan melakukan suatu upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan Danau Situgede. Namun, hal tersebut memerlukan partisipasi aktif dari para pengunjung Danau Situgede dengan adanya penarikan retribusi. Selanjutnya dana tersebut akan dialokasikan sebagai dana operasional yang digunakan untuk biaya pengerukan situ yang sudah mengalami pendangkalan, pengeluaran gaji karyawan sebagai petugas kebersihan agar dapat memantau kebersihan lingkungan Danau Situgede, serta pengeluaran untuk pengadaan prasarana dan sarana yang mendukung aktivitas rekreasi di Danau Situgede. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Untuk mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode dichotomous choice (model referendum), yaitu menawarkan kepada responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden bersedia membayar atau tidak sejumlah uang tersebut dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede. Besarnya tawaran nilai WTP yang diajukan kepada responden dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan acuan nilai/ harga tiket masuk pada obyek wisata sejenis. Metode ini memberikan kemudahan kepada responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian. Selain itu, dengan menggunakan metode ini responden 35

51 yang cenderung bersedia membayar dan responden yang cenderung tidak bersedia membayar akan lebih mudah diklasifikasi. 3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP WTP i dapat diduga dengan menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus : EWTP n i 1 Wi n dimana : EWTP W i n = Dugaan rataan WTP = Nilai WTP ke-i = Jumlah responden i = Responden ke-i yang bersedia membayar ( i = 1, 2,..., n) 4. Memperkirakan Kurva WTP Pendugaan kurva WTP dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : WTP = f (JK, UM, SP, TP, PD, JT, PM, FK, DM, BK) dimana : WTP = Nilai WTP responden (Rp) JK UM SP TP PD = Jenis Kelamin = Tingkat Usia (tahun) = Status Pernikahan = Tingkat Pendidikan (tahun) = Rata-rata pendapatan per tahun (Rp) 36

52 JT PM FK DM BK = Jumlah Tanggungan (orang) = Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau = Frekuensi Kunjungan = Domisili = Biaya Kunjungan (Rp) 5. Menjumlahkan Data Setelah menduga nilai tengah WTP maka selanjutnya diduga nilai total WTP dari masyarakat dengan menggunakan rumus : TWTP n i 1 WTPi ni N P dimana : TWTP WTP i n i N P = Total WTP = WTP individu sampel ke-i = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP = Jumlah sampel = Jumlah Populasi i = Responden ke-i yang bersedia membayar ( i = 1, 2,..., n ) 6. Evaluasi Penggunaan CVM Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil diaplikasikan. Evaluasi penggunaan CVM dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi (R 2 ) dari analisis regresi. Dengan melihat besarnya nilai R 2 tingkat reabilitas dari penggunaan CVM dapat terlihat. 37

53 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung Danau Situgede Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai WTP pengunjung Danau Situgede dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : WTP = β 0 + β 1 JK i + β 2 UM i + β 3 SP i + β 4 TP i + β 5 PD i + β 6 JT i + β 7 PM i + dimana : WTP β 0 β 1,, β 8 JK UM SP TP PD JT PM FK DM BK β 8 FK i + β 9 DM i + β 10 BK i + ε i = Nilai WTP responden (Rp) = Intersep = Koefisien Regresi = Jenis Kelamin = Tingkat Usia (tahun) = Status Pernikahan = Tingkat Pendidikan (tahun) = Rata-rata pendapatan per tahun (Rp) = Jumlah Tanggungan (orang) = Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau = Frekuensi Kunjungan = Domisili = Biaya Kunjungan (Rp) i = Responden Ke-1 (i = 1, 2,..., n) ε = Galat atau Error 38

54 Variabel-variabel tersebut diduga mempengaruhi nilai WTP responden dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede Pengujian Parameter Odds Ratio Menurut Firdaus dan Afendi (2005) dalam Minha (2008), Odds merupakan rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari variabel respon. Dalam hubungan antar variabel kategori terdapat ukuran asosiasi atau ukuran keeratan hubungan antar variabel kategori. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh dari analisis regresi logit adalah odds ratio. Sehingga odds ratio dapat dikatakan sebagai suatu interpretasi dari peluang. Koefisien yang bertanda positif menunjukkan nilai odds ratio yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang kejadian sukses lebih besar dari peluang kejadian tidak sukses, yaitu peluang responden bersedia membayar dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede lebih besar dari peluang responden tidak bersedia membayar. Sedangkan koefisien yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih besar dari peluang kejadian sukses Likelihood Ratio Likelihood Ratio merupakan suatu rasio kemungkinan maksimum yang digunakan untuk menguji peranan variabel penjelas secara serentak (Hosmer dan Lemeshow, 1989 dalam Yavanica, 2009). Statistik Uji G merupakan uji statistik yang dapat menunjukkan nilai dari Likelihood Ratio. Rumus umum untuk uji G adalah : 39

55 G 2 ln lo li dimana : l 0 = nilai likehood tanpa variabel penjelas l i = nilai likehood model penuh Pengujian terhadap hipotesis pada uji G adalah sebagai berikut : H 0 : β 1 = β 2 = = 0 H 1 : minimal ada satu β i tidak sama dengan nol, dimana i =1,2,, n Statistik G akan mengikuti sebaran λ 2 dengan derajat bebas α. Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G > λ 2 p (α), maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak. Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi (Hosmer dan Lemeshow, 1989 dalam Yavanica, 2009). Berdasarkan hasil estimasi model logit dengan menggunkan software SPSS for Windows, nilai Chi-Square yang merupakan rasio kemungkinan maksimum atau Likelihood Ratio dapat dilihat pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients Uji Wald Uji Wald digunakan untuk uji nyata parsial bagi masing-masing koefisien variabel. Dalam pengujian hipotesis, apabila koefisien dari variabel penjelas sama dengan nol, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel penjelas tidak berpengaruh pada variabel respon. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989) dalam Yavanica (2009), statistik uji wald dapat didefinisikan sebagai berikut : W j = ^ β j SE ^ (β ^ j ) 40

56 dimana : W j ^ β j = Uji Wald = Penduga β j SE(β ^ ^ j ) = Penduga galat baku dari β j Uji Wald melakukan pengujian terhadap hipotesis : H 0 : β j = 0 H 1 : β j 0, dimana j = 1, 2,, n Uji Wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H 0 jika w > Z α/ Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi merupakan suatu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengukur ketepatan/ kecocokan suatu garis regresi serta dapat pula digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas (x) terhadap variasi variabel (Y) dari suatu persamaan regresi (Firdaus, 2004). Dalam Hanley dan Spash (1993), Mitchell dan Carson (1989) merekomendasikan 15% atau 0,15 sebagai batas minimum dari R 2 yang realibel. Apabila nilai R 2 yang diperoleh lebih kecil dari 0,15 maka penggunaan CVM ini tidak realibel, sedangkan nilai R 2 yang tinggi atau lebih besar dari 0,15 menunjukkan tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan CVM Uji Statistik t Uji statistik t merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabel bebas (X i ) berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya (Y i ). Adapun prosedur pengujian yang dikemukakan oleh Ramanathan (1997) adalah sebagai berikut : 41

57 H 0 : β 1 = 0 atau variabel bebas (X i ) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Y i ) H 0 : β 1 0 atau variabel bebas (X i ) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Y i ) t hit (n-k) = β i - 0 s β i Jika t hit (n-k) < t α/2, maka H 0 diterima, artinya variabel berarti variabel (X i ) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y i ). Namun, jika t hit (n-k) > t α/2, maka H 0 ditolak, artinya variabel (X i ) berpengaruh nyata terhadap (Y i ) Uji Statistik F Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X i ) secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya (Y i ). Menurut Ramanathan (1997) prosedur pengujiannya antara lain : H 0 = β 1 = β 2 = β 3 =... = β = 0 H 1 = β 1 = β 2 = β 3 =... = β 0 F hit = JKK / (k-1) JKG / k (n-1) dimana : JKK JKG n k = Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom = Jumlah kuadrat galat = Jumlah sampel = Jumlah peubah 42

58 Jika F hit < F tabel, maka H 0 diterima yang berarti variabel (X i ) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap (Y i ). Tetapi, jika F hit > F tabel, maka H 0 ditolak yang berarti variabel (X i ) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Y i ) Uji Kenormalan Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Data atau observasi dalam penelitiaan ini jumlahnya lebih dari 30, oleh karena itu data telah mendekati sebaran normal sehingga diketahui bahwa statistik t dapat dikatakan sah. Namun, untuk meyakini data mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah uji. Salah satu uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov Smirnor. Hasil uji Kolmogorov Smirnor dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yaitu pada tabel One Sample Kolmogorov Smirnov Test Uji Multikolinear Multikolinear merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam Ordinary Least Square (OLS), yaitu terjadinya hubungan korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Menurut Koutsoyianniss dalam Majid (2008), deteksi adanya multikolinear dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya nilai koefisian determinasi (R 2 ) dengan koefisien determinasi parsialnya antar dua peubah bebas (r 2 ). Multikolinear dapat dianggap tidak bermasalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua peubah bebas tidak melebihi nilai koefisien determinansi atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara simultan. Namun, akan menjadi masalah apabila koefisien determinasi parsial 43

59 antar dua peubah bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinansi atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara simultan. Secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut : r 2 x j, x j > R 2 x 1, x 2,..., x k Masalah multikolinear dapat diketahui dengan melihat langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF > 10 maka terdapat masalah multikolinear Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt dalam Ramanathan (1997). Langkahlangkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji white heteroskedastisitas sebagai berikut : H 0 : tidak ada heteroskedastisitas H 1 : ada masalah heteroskedastisitas Tolak H 0 jika obs* R 2 > λ 2 df-2 atau probability obs* R 2 < α Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot grafik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama. 44

60 V. KEADAAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Danau Situgede merupakan sebuah danau yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Danau yang menjadi daya tarik utama wisata alam ini merupakan danau yang terbentuk secara alami. Lokasi Danau Situgede yang berada sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Bogor dapat dijangkau dengan mudah. Akses jalan yang baik dan adanya angkutan umum yang melewati Danau Situgede pun mempermudah masyarakat untuk datang berekreasi dan berwisata. Danau dengan bentuk senjata tradisional masyarakat Jawa Barat ini (kujang) memiliki luas danau kurang lebih 5,3 hektar. Kawasan wisata Danau Situgede secara keseluruhan memiliki luas sekitar 6 hektar dengan pemandangan hutan karet yang asri milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi (Puslithut), Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Kota Bogor menambah kesejukan obyek wisata. Kawasan wisata Danau Situgede meliputi Danau Situgede itu sendiri serta kawasan hutan karet yang merupakan hutan penelitian Puslithut, Departemen Kehutanan Kota Bogor. Hutan penelitian Puslithut tersebut merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keindahan alam Danau Situgede. Aliran air Danau Situgede bermuara di Situ Burung, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Berikut merupakan gambar Obyek Wisata Danau Situgede yang ditampilkan pada Gambar 2.

61 Sumber : Data Primer (2009) Gambar 2. Obyek Wisata Danau Situgede Obyek wisata Danau Situgede memiliki dua spot utama untuk melakukan aktivitas rekreasi, yaitu spot kantor Kelurahan Situgede dan spot hutan penelitian Puslithut. Bagi pengunjung yang datang untuk melakukan wisata air yaitu mengelilingi Danau Situgede dengan menggunakan bebek-bebekan ataupun perahu dayung dapat memilih spot kantor Kelurahan Situgede agar lebih mudah dan cepat mengakses fasilitas penunjangnya. Sedangkan bagi pengunjung yang mengharapkan ketenangan, keasrian dan kesegaran maka dapat memilih spot hutan penelitian Puslithut. Pada spot ini pengunjung dapat berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama atau sekedar melepas penat karena merupakan areal berkumpul yang nyaman. Selain itu, pada spot hutan penelitian Puslithut pengunjung dapat mengakses penangkaran kijang milik Departemen Kehutanan. Warung tenda juga tersedia pada spot tersebut, terdapat delapan buah warung tenda yang telah 46

62 mendapatkan ijin pendirian dari Puslithut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Kota Bogor dengan nomor surat S.1774/ VIII/ P3HKA 3/ Pembatasan jumlah warung tenda merupakan salah satu bentuk penataan dan pengelolaan terhadap estetika serta ekosistem alam dan lingkungan yang terdapat pada hutan penelitian Puslithut. Pengelolaan wisata Danau Situgede dilakukan oleh Tim Pengelola wisata Danau Situgede yang diberikan wewenang secara penuh oleh pihak Kelurahan Situgede dengan perangkat tim sebagai berikut : 1) Ketua, 2) Sekretaris, 3) Bendahara, 4) Seksi Humas, 5) Seksi Wisata dan Ekonomi, 6) Seksi Penataan Lingkungan dan Kebersihan, dan 7) Seksi Keamanan dan Ketertiban. Tim Pengelola wisata Danau Situgede tidak secara langsung menangani pengelolaan wisata Danau Situgede, khususnya pengelolaan bebek-bebekan dan perahu dayung. Namun, pengelolaan tersebut diserahkan kepada setiap rukun warga yang ada di Kelurahan Situgede secara bergantian setiap minggunya. Fasilitas yang tersedia pada obyek wisata Danau situgede, baik fasilitas rekreasi maupun fasilitas umum relatif masih kurang memadai. Fasilitas yang tersedia saat ini pun kondisinya sangat minim dan sudah saatnya dilakukan perbaikan. Jumlah fasilitas bebek-bebekan sebanyak lima buah dan satu buah perahu dayung tidak dapat menampung jumlah pengunjung yang ingin menggunakan pada saat tingkat kunjungan sangat tinggi, misalnya setiap akhir minggu sehingga banyak pengunjung harus mengantri lama. Fasilitas umum, seperti toilet dan mushola pun masih sangat minim penyediaannya, padahal fasilitas tersebut merupakan fasilitas umum minimal yang harus dimiliki setiap obyek wisata. 47

63 Kondisi tersebut jelas bukan keinginan pihak pengelola. Keterbatasan dana menjadi kendala dalam pengembangan obyek wisata ini. Dana pemasukan yang ada dari penyewaan bebek-bebekan dan biaya parkir yang diterima pihak pengelola yang sebelumnya telah dibagi kepada pihak rukun warga dan kelurahan bukan dana yang cukup untuk melakukan perbaikan, terlebih untuk melakukan sebuah pengembangan wisata Kondisi Lingkungan Secara umum kondisi lingkungan Danau Situgede merupakan potensi dan aset alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, tentu saja tanpa melupakan kewajiban pelestarian lingkungan demi terciptanya keberlanjutan. Kondisi lingkungan kawasan wisata Danau Situgede saat ini telah terjadi penurunan kualitas lingkungan, dilihat dari sisi kebersihan lingkungan, serta terjadinya pendangkalan danau akibat penumpukan sampah di dasar danau. Kondisi lingkungan obyek wisata Danau Situgede realitf kotor akibat banyak sampah berserakan. Hal tersebut dikarenakan minimnya sarana dan tenaga kebersihan yang ada. Minimnya sarana jelas terkait oleh minimnya dana yang ada. Pola hidup dan tingkah laku pengunjung yang belum sadar akan kebersihan juga menjadi faktor yang menyebabkan buruknya kebersihan lingkungan obyek wisata. Sampah memang merupakan masalah yang sepertinya biasa dihadapi, namun akan menjadi masalah yang luar biasa dampaknya. Air Danau Situgede pun kebanyakan tercemar oleh sampah, baik sampah yang diakibatkan oleh pengunjung ataupun sampah yang terbawa dari aliran air dari sungai yang mengisi 48

64 Danau Situgede. Sampah yang mencemari danau, saat ini telah menumpuk di dasar danau dan akibatnya terjadi pendakalan danau oleh sampah. Hal ini, terbukti saat terjadi hujan deras, luasan Danau Situgede sudah tidak mampu menampung air hujan sehingga menyebabkan air danau meluap ke daratan. Hal tersebut jelas merupakan indikasi telah terjadi pendangkalan pada Danau Situgede. Berikut merupakan pencemaran air oleh sampah yang terjadi pada Danau Situgede yang terlihat pada Gambar 3. Sumber : Data Primer (2009) Gambar 3. Pencemaran Air Danau oleh Sampah 49

65 VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI RESPONDEN OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE 6.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Karakteristik sosial ekonomi responden pada penelitian ini yang merupakan pengunjung Danau Situgede dijelaskan berdasarkan kriteria tertentu, seperti dijelaskan dibawah ini Jenis Kelamin Pada umumnya pengunjung yang datang ke kawasan wisata Danau Situgede merupakan rombongan, baik rombongan keluarga maupun rombongan lainnya. Berdasarkan hasil pengambilan responden sebanyak 42 orang diketahui bahwa 62 persen atau sebesar 26 orang berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 38 persen (16 orang) berjenis kelamin perempuan. Perbandingan persentase jenis kelamin responden disajikan pada Gambar 4. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Persentase tersebut tidak menunjukkan bahwa pengunjung yang datang ke Danau Situgede mayoritas berjenis kelamin laki-laki, melainkan bahwa pemimpin

66 dan pengambil keputusan dalam sebuah keluarga pada umumnya adalah laki-laki sehingga dalam penelitian ini kepala keluarga (laki-laki) sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam menjawab pertanyaan yang dilakukan pada saat survei Tingkat Usia Tingkat usia responden cukup bervariasi dengan distribusi usia antara 17 tahun sampai 51 tahun. Sebanyak 49 persen responden atau sebayak 21 orang berada pada kisaran usia tahun. Sedangkan, sebanyak 5 persen responden berusia tahun. Perbandingan persentase tingkat usia responden dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia Status Pernikahan Pada penelitian ini sebagian besar responden yaitu sebanyak 64 persen atau 27 orang memiliki status pernikahan belum menikah. Sedangkan sisanya, sebesar 36 persen responden sudah menikah. Perbandingan persentase status pernikahan responden Danau Situgede ditampilkan pada Gambar 6. 51

67 Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan yang dimaksudkan pada penelitian ini mencakup keluarga inti (anak dan istri/suami) serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal dirumah responden maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai responden. Persentase jumlah tanggungan responden disajikan pada Gambar 7. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 57 persen tidak mempunyai tanggungan lain selain dirinya. Selanjutnya 52

68 sebanyak 17 persen, 14 persen dan 10 persen responden secara berturut-turut memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3 orang, 2 orang dan lebih dari 3 orang. Sedangkan sisanya sebanyak 2 persen responden memiliki jumlah tanggungan satu orang Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden (berdasarkan jumlah tahun pendidikan formal yang telah dijalani) cukup bervariasi. Perbandingan tingkat pendidikan responden disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden No. Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah (%) Total 100 Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Berdasarkan Tabel 3 diatas diketahui bahwa sebanyak 51 persen responden telah menjalani pendidikan formal selama 12 tahun, selanjutnya 15 persen responden telah menjalani pendidikan formal selama 16 tahun. Sedangkan sisanya telah menjalani pendidikan formal selama 6 tahun, 9 tahun, 10 tahun, 13 tahun, 15 tahun dan 20 tahun Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini sebagain besar merupakan pelajar/ mahasiswa yaitu sebesar 40 persen. Responden dengan pekerjaan sebagai 53

69 pegawai swasta dan lainnya (seperti buruh, honorer, dan konsultan) masingmasing mencapai 17 persen. Sedangkan sisannya memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, wirausaha dan PNS. Perbandingan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan responden memiliki variasi yang cukup tinggi seiring dengan tingginya variasi usia dan jenis pekerjaan responden. Tingkat pendapatan responden sebagian besar berada pada kisaran Rp ,00 sampai dengan Rp ,00 yaitu sebesar 76 persen atau sebanyak 32 orang. Sedangkan sebanyak 2 persen responden yang memiliki pendapatan per bulan pada kisaran Rp ,00 - Rp ,00 dan Rp ,00 - Rp ,00. Persentase tingkat pendapatan responden yang ditunjukkan pada Gambar 9. 54

70 Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Domisili Domisili atau tempat tinggal responden pada penelitian ini diklasifikasikan ke dalam dua kriteria, yaitu dekat lokasi wisata Danau Situgede dengan parameter biaya perjalanan Rp 5.000,00 dan jauh dari lokasi wisata Danau Situgede dengan parameter biaya perjalanan > Rp 5.000,00. Berikut persentase domisili responden dapat dilihat pada Gambar 10. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili 55

71 Berdasarkan Gambar 10 diketahui bahwa sebesar 52 persen responden berdomisili dekat dengan lokasi wisata Danau Situgede, sedangkan sisanya 48 persen responden berdomisili jauh dari lokasi wisata Danau Situgede Persepsi Responden terhadap Wisata Danau Situgede Persepsi responden terhadap wisata Danau Situgede merupakan salah satu langkah awal yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan upaya pelestarian lingkungan di kawasan wisata Danau Situgede. Persamaan persepsi dengan pengunjung akan pentingnya pelestarian lingkungan perlu dibangun, agar pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan dapat berjalan lancar dengan adanya partisipasi dan kerjasama dari berbagai pihak termasuk pengunjung. Persepsi responden terhadap wisata Danau Situgede dijelaskan berdasarkan kriteria dibawah ini Persepsi terhadap Kualitas Lingkungan a. Kondisi Lingkungan Persepsi terhadap kondisi lingkungan obyek wisata Danau Situgede dimaksudkan pada persepsi responden terhadap alam dan lingkungan danau Situgede saat ini secara keseluruhan, yang dilihat dari sisi sumberdaya alam yang menjadi daya tarik obyek wisata. Sebagian besar dari responden yaitu sebesar 50 persen menyatakan kondisi lingkungan Danau Situgede secara keseluruhan pada saat ini tergolong baik, sedangkan 40 persen responden lainnya menyatakan kondisinya kurang baik karena telah terjadi penurunan kualitas lingkungan. Sebagian besar responden beranggapan Danau Situgede merupakan sumberdaya alam yang masih alami serta memiliki potensi dan daya tarik sebagai 56

72 lokasi wisata. Dengan kondisi saat ini, para responden merasa kondisi lingkungan Danau Situgede secara keseluruhan masih cukup baik namun punurunan kualitas lingkungan di lokasi tersebut sudah mulai dirasakan. Adapun persentase persepsi responden terhadap kondisi lingkungan ditunjukkan pada Gambar 11. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 11. Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan Obyek Wisata b. Kebersihan Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden atau sebanyak 64 persen responden menyatakan kebersihan lingkungan obyek wisata Danau Situgede kurang baik. Sedangkan sebanyak 7 persen menyatakan tidak baik. Persentase persepsi responden terhadap kebersihan lingkungan obyek wisata Danau Situgede ditampilkan pada Gambar

73 Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 12. Persepsi Responden terhadap Kebersihan Lingkungan Persepsi responden terhadap kebersihan lingkungan yang kurang baik dinyatakan oleh sebagian besar responden. Responden beranggapan bahwa lingkungan wisata Danau Situgede kotor dan banyak sampah berserakan. Minimnya fasilitas dan tenaga kebersihan membuat responden merasa tidak puas akan kebersihan lingkungan wisata Danau Situgede. c. Pencemaran Air Danau Danau Situgede merupakan daya tarik utama dalam wisata ini, tentu saja air danau pun menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan kualitasnya. Sebanyak 40 persen responden menyatakan bahwa hanya terjadi sedikit masalah terhadap pencemaran air pada Danau Situgede. Sedangkan sebanyak 5 persen responden menyatakan bahwa pencemanran air yang terjadi di Danau Situgede sangat bermasalah. Adapun perbandingan persentase persepsi responden terhadap pencemaran air Danau Situgede disajikan dalam Gambar

74 Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 13. Persepsi Responden terhadap Pencemaran Air Danau Situgede Sebagian besar responden menyatakan pencemaran air pada Danau Situgede sedikit bermasalah karena hanya terjadi pencemaran oleh sampah dan tidak mengalami pencemaran oleh bahan-bahan kimia berbahaya. Namun responden yang menyatakan terdapat masalah dalam pencemaran air danau mengemukakan bahwa air Danau Situgede telah tercemar oleh limbah rumah tangga dari pemukiman warga sekitar danau yang mengalir ke Danau Situgede. d. Pengetahuan Responden mengenai Manfaat dan Kerusakan Danau serta Pentingnya Upaya Pelestarian Lingkungan Danau Situgede Persepsi responden tentang pengetahuan mengenai manfaat dan kerusakan danau serta pentingnya upaya pelestarian lingkungan perlu diketahui. Hal tersebut disebabkan pengetahuan responden tersebut merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan oleh responden di obyek wisata Danau Situgede. Responden yang mengetahui dan paham akan manfaat dan kerusakan danau serta pentingnya pelestarian lingkungan akan melakukan aktivitas rekreasi/ wisata yang tidak merusak lingkungan, justru responden 59

75 tersebut cenderung berusaha melakukan upaya pelestarian dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merusak vegetasi yang ada di obyek wisata. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sebanyak 71 persen responden mengetahui manfaat dan bentuk kerusakan danau serta pentingnya upaya pelestarian Danau Situgede. Sedangkan sisanya sebanyak 29 persen responden tidak mengetahui. Perbandingan persentase persepsi responden berdasarkan pengetahuan mengenai manfaat dan kerusakan danau serta pentingnya upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede dapat dilihat pada Gambar 14. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 14. Persepsi Responden berdasarkan Pengetahuan mengenai Manfaat dan Kerusakan Danau serta Pentingnya Upaya Pelestarian Lingkungan Danau Situgede Persepsi terhadap Pelayanan dan Atribut Wisata Danau Situgede Persepsi responden terhadap pelayanan dan atribut-atribut rekreasi merupakan persepsi responden sebagai pengunjung Danau Situgede yang diharapkan dapat menjadi saran dan masukan bagi pengembangan dan pelestarian 60

76 obyek wista Danau Situgede. Persepsi responden terhadap pelayanan dan atributatribut wisata Danau Situgede dijelaskan berdasarkan kriteria dibawah ini. a. Kemudahan Mencapai Lokasi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sekitar 26 orang atau 62 persen responden menyatakan bahwa mudah untuk mencapai lokasi wisata Danau Situgede dari lokasi domisilinya. Namun, sebanyak 2 persen responden menyatakan sangat sulit mencapai lokasi wisata Danau Situgede, hal tersebut dikarenakan responden kesulitan dalam menemukan lokasi Danau Situgede akibat kurangnya tanda penunjuk arah. Adapun perbandingan pesentase persepsi responden terhadap kemudahan mencapai lokasi wisata Danau Situgede disajikan dalam Gambar 15. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 15. Persepsi Responden terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi Wisata b. Penyediaan Fasilitas Rekreasi Persepsi responden terhadap penyediaan fasilitas rekreasi di obyek wisata Danau Situgede seperti bebek-bebekan, saung, permainan anak-anak (seperti ayunan, perosatan, dll) dapat digunakan sebagai saran dan masukan bagi 61

77 pengelola untuk perbaikkan fasilitas rekreasi kedepannya. Sebanyak 57 persen atau hampir seluruh responden menyatakan bahwa fasilitas rekreasi di obyek wisata Danau Situgede kurang memadai dan perlu dilakukan perbaikkan dan penambahan fasilitas kembali. Perbandingan persentase persepsi responden terhadap penyedian fasilitas rekreasi di obyek wisata Danau Situgede dapat dilihat pada Gambar 16. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 16. Persepsi Responden terhadap Penyediaan Fasilitas Rekreasi c. Penyediaan Fasilitas Umum Penyediaan fasilitas umum seperti toilet dan mushola merupakan fasilitas penunjang yang sangat penting keberadaanya dalam sebuah obyek wisata. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sekitar 58 persen responden menyatakan bahwa penyediaan fasilitas umum di obyek wisata Danau Situgede kurang memadai dan sebanyak 21 persen menyatakan tidak memadai. Sedangkan reponden yang menyatakan penyediaan fasilitas umum oleh pengelola telah memadai sebayak 19 persen responden. Perbaikkan dan penambahan fasilitas umum perlu dilakukan guna menunjang 62

78 aktivitas wisata para pengunjung Danau Situgede. Adapun perbandingan persentase persepsi responden terhadap penyediaan fasilitas umum obyek wisata Danau Situgede disajikan pada Gambar 17. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 17. Persepsi Responden terhadap Penyediaan Fasilitas Umum d. Keamanan Obyek Wisata Persepsi responden akan keamanan obyek wisata Danau Situgede dinilai berdasarkan keamanan fisik dan materi. Keamanan fisik menyangkut keamanan dan keselamatan pengunjung dalam melakukan aktivitas rekreasinya. Sedangkan keamanan materi menyangkut keamanan dari tindak kriminal. Secara umum keamanan obyek wisata Danau Situgede dinyatakan aman oleh sebagian besar responden yaitu sebesar 67 persen atau sebanyak 28 orang. Sedangkan sebanyak 24 persen responden menyatakan obyek wisata Danau Situgede kurang aman. Menurut responden, yang menyatakan kondisi obyek wisata kurang atau tidak aman dikarenakan belum optimalnya petugas keamanan yang ada di obyek wisata Danau Situgede baik petugas penyelamat ataupun petugas security. Selain itu, obyek wisata yang terbuka bagi semua orang tersebut 63

79 tidak dapat menghalangi siapapun untuk mengakses sehingga tindak kriminal mungkin saja terjadi. Peningkatan pengaman di lokasi wisata jelas harus dilakukan demi kenyamanan pengunjung obyek wisata itu sendiri. Adapun perbandingan persepsi responden terhadap keamanan obyek wisata Danau Situgede dapat dilihat pada Gambar 18. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 18. Persepsi Responden terhadap Keamanan Obyek Wisata e. Keramahan Petugas Petugas merupakan bagian dari pengelola obyek wisata yang bertugas dan bertanggung jawab atas obyek wisata tersebut. Petugas pula yang bersinggungan dan berhubungan langsung dengan pengunjung obyek wisata. Petugas obyek wisata Danau Situgede meliputi penjaga fasilitas rekreasi ( bebek-bebekan ) dan petugas parkir. Sikap dan keramahan petugas terhadap pengunjung dapat mempengaruhi kepuasan dan kenyaman pengunjung dalam melakukan aktivitas wisatanya. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 72 persen responden menyatakan petugas yang bertugas di obyek 64

80 wisata Danau Situgede memiliki sikap yang ramah. Sedangkan sebanyak 2 persen responden menyatakan petugas kurang dan tidak ramah terhadap pengunjung. Perbandingan persentase persepsi responden terhadap keramahan petugas obyek wisata Danau Situgede disajikan pada Gambar 19. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 19. Persepsi Responden terhadap Keramahan Petugas Obyek Wisata f. Kemudahan Mendapat Informasi Persepsi responden terhadap kemudahan mendapat informasi mengenai obyek wisata Danau Situgede menjadi atribut terakhir yang dinilai oleh responden pada penelitian ini. Kemudahan responden mendapatkan informasi, meliputi informasi penunjuk jalan menuju lokasi wisata Danau Situgede dan papan informasi wisata seperti peta obyek wisata. Selain itu, informasi mengenai obyek wisata Danau Situgede yang diperoleh dari petugas obyek wisata Danau Situgede. Sebanyak 66 persen responden atau hampir seluruh responden menyatakan bahwa mudah mendapatkan informasi mengenai obyek wisata Danau Situgede. Sedangkan sebanyak 24 persen responden menyatakan sulit mendapat informasi. Adapun perbandingan persentase persepsi responden terhadap kemudahan 65

81 mendapat informasi mengenai obyek wisata Danau Situgede ditampilkan pada Gambar 20. Sumber : Data Primer, Diolah (2009) Gambar 20. Persepsi Responden terhadap Kemudahan Mendapat Informasi mengenai Obyek Wisata Menurut responden yang beranggapan bahwa sulit mendapatkan informasi, responden tersebut tidak melihat dan menemukan papan informasi penjelasan tentang obyek wisata, seperti peta obyek wisata, papan informasi sejarah obyek wisata, maupun papan nama vegetasi yang ada di obyek wisata Danau Situgede. Informasi tertulis berupa papan-papan informasi tentang obyek wisata perlu ditambahkan, hal tersebut jelas dapat menambah informasi pengunjung tentang obyek wisata yang dikunjungi. 66

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG Oleh: RINA MULYANI A14301039 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN LYZA WIDYA RUATININGRUM DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek /Subjek Penelitian Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT GARNA YUANA SUHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PETANI TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN IRIGASI Studi Kasus Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah Oleh : FAHMA MINHA A14303054 PROGRAM

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional dan mempunyai peranan besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANDY AKHDIAR A14104101 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN OBYEK WISATA TIRTA JANGARI, WADUK CIRATA, DESA BOBOJONG, KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR FRIZKA AMALIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU 1. Latar Belakang Sebagai modal dasar untuk mengembangkan kepariwisataannya yaitu alam dan budaya tersebut meliputi alam dengan segala isi dan bentuknya baik berupa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay ) II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation) DI SITU BOJONGSARI, DEPOK

PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation) DI SITU BOJONGSARI, DEPOK PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation) DI SITU BOJONGSARI, DEPOK Oleh: NURINA ENDRA PURNAMA F14104028 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA (Studi Kasus di Perumahan Cipinang Elok, Jakarta Timur) GANIS DWI CAHYANI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT OLEH : FANNY RAMA A. 14104547 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Loka Yogyakarta, total willingness to pay 110 responden untuk

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Loka Yogyakarta, total willingness to pay 110 responden untuk BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan data primer yang di peroleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) (Studi Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) RENDY DWI SAPTA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Oleh : Natalia A14304070 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro, Kenagarian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan daerah perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon memiliki keragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR. Oleh : KARLINA YULIYANTI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR. Oleh : KARLINA YULIYANTI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA SAING DAN PREFERENSI WISATAWAN BERWISATA KE KOTA BOGOR Oleh : KARLINA YULIYANTI H14104022 PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya alam dan lingkungan dengan cara menanyakan secara langsung kepada konsumen tentang nilai manfaat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata Secara etimologi kata rekreasi berasal dari bahasa Inggris yaitu recreation yang merupakan gabungan dari kata re yang berarti kembali dan creation yang berarti

Lebih terperinci