Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Biodiesel II.1.1 Sejarah Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang dibuat dari bahan hayati. Ide untuk menggunakan minyak dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan bakar mesin diesel telah muncul semenjak ratusan tahun yang lalu. Bahkan Rudolf Diesel (pencipta mesin diesel) telah menggunakan minyak tumbuh-tumbuhan dalam melakukan tes terhadap mesin diciptakannya. Salah satu prototipe mesin yang ia peragakan pada World Exhibition di Paris pada tahun 1900 menggunakan minyak yang berasal dari kacang tanah. Ide ini kemudian menarik minat para peneliti Eropa terutama yang berasal dari negara-negara Eropa yang memiliki daerah koloni yang memiliki prospek cerah bagi pengembangan biodiesel. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai artikel mengenai penggunaan minyak dari tumbuhan-tumbuhan tropis untuk menggerakan mesin di negara-negara seperti Belgia, Perancis, Inggris, serta Jerman. Namun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengeksplorasi serta memanfaatkan bahan bakar fosil jauh lebih pesat. Teknologi yang dikembangkan mampu menekan biaya produksi menjadi relatif rendah bila dibandingkan dengan manfaat yang didapat. Hal ini membuat ketertarikan terhadap biodiesel menjadi meredup. Ketertarikan itu muncul lagi setelah terjadinya perang dunia kedua yang memicu terjadinya krisis minyak bumi di dunia. 9 Saat ini, biodesel telah digunakan secara komersial di berbagai negara seperti Austria, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat. Biodiesel ini digunakan baik dalam bentuk murni maupun dalam bentuk campuran dengan bahan bakar fosil. Biodiesel sebagai alternatif pengganti solar tersebut dimungkinkan karena biodiesel memiliki kemiripan sifat dengan solar. Berikut ini adalah perbandingan sifat fisik dan kimia antara salah satu jenis biodiesel dengan solar. 5

2 Tabel II.1 Perbandingan sifat ester metil minyak sawit dengan solar 3 Sifat fisik / kimia Ester metil minyak mawit Solar Komposisi Metil Ester Hidrokarbon Densitas, g/ml 0, ,8750 Viskositas kinematik, mm 2 /s 4,3-6,3 4,6 Nilai Kalori, MJ/kg Titik Nyala, o C Angka Setana Beberapa keuntungan pemanfaatan biodiesel sebagai energi alternatif pengganti solar, antara lain: Biodiesel merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui. Biodiesel menghasilkan gas buang yang ramah lingkungan. Biodiesel dapat dicampurkan dengan solar dalam berbagai komposisi. Biodisel mengandung oksigen, sehingga kebutuhan udara untuk pembakaran sempurna lebih sedikit; emisi CO lebih kecil. Disamping kelebihan tersebut, terdapat pula kelemahan biodiesel, antara lain titik nyala (flash point)nya yang sangat tinggi. Tingginya flash point tersebut dapat menyebabkan terjadinya polimerisasi termal atau oksidatif yang lama kelamaan dapat menimbulkan kerusakan mesin. Akan tetapi, tingginya harga minyak bumi akibat tingginya kebutuhan serta kesadaran untuk menjaga ekologi membuat para ahli di berbagai dunia terus-menerus berupaya untuk mengembangkan penelitian tentang biodiesel, termasuk di Indonesia yang kaya akan sumber-sumber biodiesel. II.1.2 Sintesis Biodiesel Biodiesel dapat disintesis dari berbagai macam material hayati, seperti minyak sawit (palm oil), minyak kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji kapok randu dan sebagaiya. 6

3 Di Indonesia saja terdapat lebih dari 30 macam tumbuhan yang potensial untuk dijadikan bahan mentah pembuat biodiesel ini. Biodiesel dihasilkan melalui dua jalur reaksi, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi seperti yang ditunjukan oleh Gambar II.1. Gambar II.1 Reaksi transesterifikasi dan esterifikasi pada sintesis biodisel 9 Secara umum biodiesel dibuat dengan cara mereaksikan senyawa trigliserida dengan alkohol yang akan menghasilkan metil ester (biodiesel) dan senyawa samping gliserin. Oleh karena produk yang dihasilkan, metil ester dan gliserin, mempunyai densitas yang berbeda, kedua produk dapat dipisahkan. Metil ester kemudian dimurnikan agar sesuai dengan standar yang ada. Crude Palm Oil (CPO) biasanya mengandung sekitar 5 % asam lemak bebas (Free Fatty Acid). Adanya asam lemak bebas dalam reaktan akan mengurangi kinerja katalis. 12 Hal ini menyebabkan produksi biodiesel menjadi tidak ekonomis. Oleh karena itu asam lemak bebas tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum transesterifikasi. Asam lemak dapat dipisahkan dengan reaksi esterifikasi dengan menggunakan katalis asam menghasilkan metil ester. Dengan adanya dua tahap ini akan meningkatkan perolehan dari metil ester. 7

4 II.1.3 Katalis Heterogen untuk Sintesis Biodiesel Selama ini sintesis biodiesel diselenggarakan dengan menggunakan katalis homogen. Katalis asam yang biasa digunakan adalah H 2 SO 4, sedangkan katalis basa yang biasa digunakan adalah KOH dan NaOH. Kelemahan katalis homogen ini adalah asam atau basa kuat yang dipakai memiliki wujud yang sama dengan wujud reaktan dan produknya, sehingga untuk mendapatkan produk murni diperlukan tahap pemisahan yang memperbesar biaya produksi. Kelemahan lainnya adalah katalis homogen hanya dapat digunakan sekali pakai. Katalis ezimatis juga telah dikembangkan. Enzim yang dapat digunakan sebagai katalis pembuatan metil ester adalah enzim lipase yang berasal dari mikroorganisme. Katalis enzim cocok digunakan pada bahan baku minyak yang banyak mengandung asam lemak bebas. Katalis ini memungkinkan pembuatan biodiesel dengan hanya satu tahap. Keunggulan lain dari enzim adalah kondisi operasinya sedang, tahap pemisahan produk lebih mudah, dan gliserin yang dihasilkan lebih murni. Namun penggunaan enzim sebagai katalis mempunyai beberapa kelemahan, yaitu waktu reaksi yang panjang, konsentrasi katalis tinggi, dan harga enzim yang mahal. Oleh karena itu dikembangkan alternatif lain yaitu penggunaan katalis heterogen. Karena wujud katalis dan produk berbeda maka sangat mudah memisahkan produk dengan katalis setelah akhir reaksi. Keuntungan lain dari katalis heterogen adalah keaktifannya yang tinggi dan bisa dipakai berulang kali, dan usia pakai (lifetime) katalis lebih panjang. Katalis heterogen juga memudahkan dalam penanganan dan penyimpanan. Contoh katalis basa heterogen yang dapat digunakan sebagai katalis pembuatan biodiesel antara lain : CaCO 3, K 2 O, CaO, MgO, Na 2 CO 3, NaHCO 3, dan logam alkali lainnya. Contoh katalis asam heterogen adalah resin penukar ion logam logam transisi, silika dan zeolit. 9 8

5 II.2 Lempung Sebagai Katalis Asam Heterogen II.2.1 Klasifikasi Lempung dan Penggunaannya Mineral lempung (clay) sangat umum digunakan dalam industri keramik. Mineral lempung merupakan penyusun batuan sedimen dan penyusun utama dari tanah. Lempung memiliki ukuran diameter partikel < 2 μm dan dapat ditemukan dekat permukaan bumi.. Pembentukan lempung terjadi akibat pelapukan batuan feldspar yang terpaparkan ke atmosfer. Hasil pelapukan tersebut bisa tetap berada di sekitar batuan asal (lempung primer) atau tersedimentasi di tempat-tempat yang jauh dari asal (lempung sekunder). Jenis lempung yang penting untuk industri adalah yang terbentuk melalui proses sedimentasi yaitu lempung sekunder. Lempung sekunder tersebut memiliki ukuran partikel yang lebih halus dan lebih homogen dengan struktur kristal yang membentuk lembaran-lembaran serta memiliki plastisitas yang baik. Lempung terdiri dari dua struktur lapisan dasar yaitu silika dan alumina. Lapisan silika memiliki rumus molekul (Si 4 O 10 ) 4-. Lapisan ini terbentuk dari satu atom silikon (Si) yang membentuk struktur tetrahedral dengan empat atom oksigen (O 2- ) atau hidroksi (OH). Atom silikon berada di pusat tetrahedral. Jarak antara atom atom oksigen adalah sama. Gambar II.2 Struktur kristal silika 9

6 Gambar II.3 Struktur kristal alumina Lapisan alumina memiliki rumus molekul Al 2 (OH) 6 dan ini biasa disebut gibbsite. Struktur ini tersusun satu atom alumunium dan enam atom oksigen yang membentuk struktur oktahedral. Atom alumunium dapat digantikan oleh atom magnesium membentuk struktur dengan nama brucite, Mg 3 (OH) 6. Berdasarkan struktur dan komposisi kimia, lempung dapat dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu kandite, smectite dan illite. a. Kandite Kandite adalah jenis mineral lempung yang mempunyai struktur susunan lapisan kristal T-O (tetrahedral oktahedral) dengan lapisan oktaheral seperti struktur gibbsite. Lapisan tersebut bermuatan netral, oleh karena itu ikatan antar lapisannya merupakan ikatan van der Waals yang lemah. Jenis lempung yang berasal dari golongan kandite adalah kaolinite, anauxite, dickite, dan nacrite. Gambar II.4 Struktur molekul kandite Kaolinite terbentuk dari perubahan hidrotermal dari mineral mineral aluminosilikat. Batuan granit merupakan sumber terbesar penghasil kaolinite. Dalam pembentukannya, ion-ion seperti Na +, K +, Mg 2+, dan Ca 2+ disingkirkan terlebih dahulu melalui proses pertukaran ion dengan kondisi ph yang rendah. Sifat dari kaolinite adalah tidak dapat 10

7 mengadsorpi air, sehingga kaolinite tidak dapat mengembang pada saat kontak dengan air. Oleh karena itu kaolinite banyak digunakan dalam industri keramik. b. Smectite Smectite adalah lempung dengan struktur T-O-T. Smectite dapat berstruktur dioktahedral atau trioktahedral. Sifat smectite yang paling penting adalah kemampuannya untuk menyerap molekul H 2 O di antara lapisan T-O-T, sehingga volumenya akan meningkat jika dikontakkan dengan air. Salah satu contoh lempung smectite adalah montmorillonite yang mempunyai rumus molekul (½Ca,Na)(Al,Mg,Fe) 4 (Si,Al) 8 O 20 (OH) 4.nH 2 O. Gambar II.5 Struktur molekul smectite Montmorillonite merupakan unsur utama dari bentonite. Montmorillonite terbentuk karena adanya perubahan bentuk dari abu vulkanik yang disebabkan oleh perubahan cuaca. Montmorillonite dapat mengembang sampai beberapa kali dari volume awalnya ketika kontak dengan air. Montmorillonite paling banyak dipelajari karena kapasitas pertukaran kation yang relatif lebih besar dibandingkan dengan lempung jenis lain Lapisan interlayer montmorillonite biasanya mengandung ion Na +, Ca 2+ dan Mg 2+. Ketika lempung ini kering, kation kation ini berada dalam struktur heksagonal pada unit silika. Namun bila dikontakkan dengan air, ion-ion tersebut dapat tergantikan oleh ion-ion baik logam maupun nonlogam seperti H 3 O +, HN + 4, Al + 3, Fe + 3, R 4 N +, R 4 P + dsb. (Nagendrappa, 2002). Sifat inilah yang menyebabkan lempung dapat berfungsi sebagai katalis. 11

8 c. Illite Illite mempunyai rumus molekul (Si 8-y,Al y )O 20 (OH) 4 dengan harga y antara 1-1,5. Illite mempunyai struktur dasar yang mirip dengan batuan pembentuk mineral mika. Illite merupakan lapisan silikat 2:1 dengan lapisan dasarnya terdiri dari dua lapisan silikat dengan alumina yang membentuk oktahedral. T O T T O T Gambar II.6 Struktur molekul illite Untuk menjaga keseimbangan struktur, ion Ca 2+ dan Mg 2+ dapat menggantikan ion K. Lapisan dalam kation K, Ca dan Mg dapat mencegah air masuk ke dalam struktur. Oleh karena itu, illite merupakan jenis lempung yang tidak mengembang (non-expanding clay). Illite terbentuk dari perubahan dari batuan kaya K dan Al. Illite merupakan unsur utama pembentuk batuan mudrock dan shale. Lempung merupakan mineral yang mempunyai banyak kegunaan dan aplikasi, tidak hanya sebagai bahan keramik, bahan bangunan, bahan pelapisan kertas, atau bahan farmasi saja. Penggunaan lempung telah mengalami pengembangan. Saat ini lempung juga banyak digunakan sebagai adsorben, penyangga katalis, penukar ion. Aplikasi lempung tersebut berhubungan dengan karakteristik yang dimilikinya. 12

9 II.2.2 Karakteristik Lempung Lempung bersifat lengket dan mudah dibentuk saat lembab, tetapi keras dan kohesif saat kering. Lempung memiliki kemampuan untuk menyerap ion dari suatu larutan dan melepaskan ion tersebut bila kondisinya berubah. Molekul air sangat tertarik pada permukaan mineral lempung. Oleh karena itu, ketika sedikit lempung ditambahkan ke dalam air maka akan terbentuk slurry karena lempung mendistribusikan dirinya sendiri ke dalam air. Campuran lempung dalam jumlah besar dan sedikit air akan menghasilkan lumpur yang dapat dibentuk dan dikeringkan untuk menghasilkan bahan yang keras dan padat. Penggunaan lempung sebagai katalis disebabkan oleh keistimewaan struktur lempung, yaitu ukuran porinya yang besar serta kemampuannya untuk menyerap anion atau kation. Kation atau anion yang terserap menggantikan anion atau kation yang ada dalam lempung. Reaksi pertukaran ion ini adalah reaksi yang stoikiometrik. Ion yang diserap terkekang di sekeliling unit silika alumina dan reaksi pertukaran ini tidak mempengaruhi struktur alumina-silika. Kapasitas pertukaran (exchange capacity) dinyatakan dalam milliequivalent per gram atau per 100 gram. Kation yang dapat dipertukarkan antara lain kalsium, magnesium, hidrogen, kalium, amonium dan natrium. Sedangkan untuk anion antara lain sulfat, klorin, fosfat dan nitrat. II.2.3 Pengaktifan Lempung Secara umum, aktivitas lempung dapat ditingkatkan melalui beberapa perlakuan, yaitu Secara fisik, yaitu memperkecil ukuran partikel lempung sehingga dapat memperbesar luas permukannnya Secara termal, yaitu mengubah komposisi kimia dan atau kristalinitas struktur melalui efek temperatur ( misalnya pengeringan dan kalsinasi) Secara kimia, dalam hal ini dibatasi pada prinsip pertukaran ion, dengan demikian tidak termasuk mengubah struktur mineral lempung secara kimia Pillarisasi, yaitu mengubah struktur mineral lempung secara fisik dan kimia yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas adsorbsi atau untuk 13

10 menciptakan ruang yang dapat mengadsorbsi ion-ion tertentu secara spesifik (meningkatkan selektifitas) Dalam prakteknya, suatu metode pengaktifan sering kali mencakup beberapa perlakuan sekaligus. Pada penelitian ini, dilakukan dua metode pengaktifan lempung yaitu metode pengasaman dan metode pilarisasi. Baik pada proses pengasaman maupun pilarisasi, lempung melewati tahap perlakuan fisik yaitu dengan memperkecil ukuran partikel hingga sebesar 230 mesh, maupun perlakuan termal yaitu pengeringan yang dilanjutkan dengan kalsinasi. II Metode Pengasaman Walaupun lempung secara alami memiliki sifat asam, tetapi kemampuan lempung alam sebagai katalis suatu reaksi masih rendah. Pengaktifan dengan asam adalah salah satu cara alternatif untuk meningkatkan keasaman lempung yang dengan sendirinya akan meningkatkan aktifitas katalitiknya. Pada metode ini, lempung direndam dengan larutan asam seperti asam sulfat, nitrat atau asam klorida selama jangka waktu tertentu dan pada suhu tertentu pula. Pada penelitian ini digunakan asam sulfat. Kontak dengan asam ini menyebabkan pelucutan ion aluminium, magnesium dan besi dari lapisan oktahedral, ion aluminium pada lapisan tetrahedral. Selain itu, kation-kation yang mudah tergantikan (exchangeable cations) pada lapisan interlayer yang umumnya ditempati oleh ion Na +, Ca +2 atau Mg +2 akan digantikan oleh ion H +. Bagian ujung dari lapisan sandwich tersebut mengalami swelling sehingga membuka dan memisah satu sama lain (mengalami delaminasi), sedangkan bagian tengahnya tetap terekat. Pengaktifan dengan asam ini mengakibatkan peningkatan luas permukaan dan diameter pori secara signifikan.. Selain meningkatkan keasaman dari lempung, proses pengaktifan dengan asam juga dapat menghilangkan pengotor-pengotor yang ada di dalam lempung alam seperti calcite. 2,7 14

11 Gambar II.7 Struktur ruang montmorillonite II Metode Pilarisasi Lempung juga dapat diaktifkan dengan penambahan ion-ion logam-logam asam seperti Al, Ti dan Cr dan sebagainya. 15 Pengakitfan dengan logam asam dilakukan melalui proses pilarisasi. Proses ini bertujuan untuk memperbesar ukuran pori lempung. Pada dasarnya pilarisasi adalah penggantian ion-ion yang ada di lapisan interlayer dari lempung dengan polikation yang lebih besar besar dengan muatan positif tinggi yang apabila telah melewati tahap pengeringan akan membentuk pilar-pilar metal oxide cluster yang secara permanen membatasi lapisan sandwich satu dengan yang lainnya dan menciptakan pori-pori yang lebih mantap. Salah satu contoh polikation yang digunakan sebagai pilar adalah [Al 13 O 4 (OH) 24 (H 2 O)) 12 ] 7+ atau yang dikenal dengan sebutan ion Keggin. 15

12 Secara umum proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar II.8 Tahapan proses pilarisasi 2 Struktur lempung terpilarisasi ditampilkan pada gambar berikut: Gambar II.9 Struktur skematik lempung terpilarisasi Ket. gambar: A = lapisan lempung; B = permukaan internal; C = cross linking unit (pilar); D = ruang antar lapisan; E = jarak antar pilar; F = gugus fungsi Ukuran pori, tipe, kekuatan pusat asam, dan kestabilan termal sebuah lempung terpilarisasi bergantung kepada jenis atom pilar yang digunakan. Ada beberapa jenis logam besar yang sudah biasa digunakan sebagai pilar, antara lain : Al, Fe, Ti, La, Ce, Cr, Zr ataupun Ga, yang menghasilkan lempung terpilarisasi dengan karakteristik sifat yang berbeda-beda. Contohnya: Ti-PILC mempunyai pori yang besar, Zr-PILC 16

13 (montmorillonite) kaya akan pusat asam Bronsted dan meningkatkan kestabilan termal, sedangkan Al-PILC (montmorillonite) kaya akan pusat asam Lewis. Dari semua jenis pilar yang telah diteliti, logam yang paling umum digunakan adalah Al, karena Al tergolong mudah didapatkan, relatif murah dan metode pembuatannya telah mapan. 15 Untuk jenis lempung terpilarisasi tertentu, ukuran pori dan distribusinya, serta kestabilan termalnya juga bergantung kepada metode pelaksanaan pilarisasi. Selain itu, metode pengeringan dan kalsinasi diduga berpengaruh terhadap porositas sampel yang telah diinterkalasi. Pada tahap pertukaran ion (pilarisasi), distribusi yang seragam akan dapat dihasilkan bila proses pertukaran ionnya berjalan lambat. Ini terjadi karena adanya persaingan antara kation bermuatan tinggi antar lapisan yang telah lebih dulu ada dengan kation pilar. Ukuran pori suatu lempung terpilarisasi ditentukan oleh jarak antar lapisan dan jarak antar pilar atau densitas pilar. Jarak antar lapisan sendiri bergantung kepada jenis pilar yang digunakan, sedangkan jarak antar pilar bergantung kepada densitas muatan dalam lapisan lempung. II.2.4 Karakterisasi Katalis Berbasis Lempung II Analisis Luas Permukaan Katalis Luas permukaan spesifik adalah luas permukaan suatu material per massa material tersebut. Metode untuk menghitung luas permukaan adalah dengan adsorpsi gas nitrogen. Pada dasarnya, metode ini menentukan kuantitas gas yang diperlukan untuk menutupi secara sempurna permukaan dari berat bubuk sampel. Jika kuantitas gas - dalam mol per gram bubuk adalah q o - luas permukaan spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut S w =q o NA o... (1) N = bilangan Avogadro (6,02x10 23 ) A o = luas area yang ditempati tiap molekul gas 17

14 Ketika mol gas yang teradsorpsi per gram padatan, q, diplot dengan tekanan kesetimbangan, P, untuk temperatur konstan, isoterm adsorpsi dapat diperoleh. Untuk tujuan ini persamaan Langmuir sering digunakan dalam bentuk P q 1 1 = ( + P) q0 a... (2) dimana a = konstanta Slope dari kurva P / q vs P sama dengan 1/q o. Langmuir mengasumsikan bahwa adsorpsi hanya terjadi pada satu lapis saja.brunauer, Emmett, dan Teller menurunkan persamaan umum yang mempertimbangkan pembentukan film yang tebalnya lebih dari satu molekul. Persamaan ini, yang dikenal sebagai persamaan BET, dapat ditulis: P 1 c1 1 P = (3) qp ( P) qc qc P P 0 = tekanan uap jenuh c 1 = konstanta yang berhubungan dengan panas adsorpsi Ketika P / q (P o -P) diplot dengan P / P o, garis lurus akan diperoleh dengan slope (c 1-1) / q o c 1. Karena c 1 relatif besar dibanding 1 untuk isotherm ini, maka slope mendekati 1/q o, hingga q o dapat dicari. II Analisis X Ray Diffraction Sinar X memiliki panjang gelombang pada skala Angstrom (Å) yang energinya cukup untuk mempenetrasi suatu padatan sehingga dapat digunakan untuk menyelidiki struktur internal padatan tersebut. Sinar X dapat berinteraksi dengan elektron-elektron suatu atom. Ketika foton sinar X bertumbukan dengan elektron-elektron tersebut, beberapa foton dari sinar datang tersebut akan dibelokkan jauh menyimpang dari arah datangnya. Jika panjang gelombang sinar yang dihamburkan tersebut tidak berubah terhadap sinar mula-mula, proses ini disebut hamburan elastis. Sinar X yang dihamburkan ini membawa informasi tentang distribusi elektron dalam material. Prinsip inilah yang dipakai dalam analisis dengan menggunakan metode XRD. Metode 18

15 ini dipakai dalam penentuan derajat kristalinitas. Difraksi sinar X digunakan untuk mengidentifikasi fasa ruah, parameter unit sel, dan untuk memperkirakan ukuran partikel. Pada XRD, sinar X dihasilkan dengan cara menembakkan suatu logam target (umumnya tembaga) dengan elektron berenergi tinggi didalam suatu tabung vakum. Sinar X yang diperoleh kemudian diarahkan ke permukaan kristal padatan. Kristal tersebut diputar sehingga sinar X yang mengenainya dapat diarahkan ke berbagai dengan sumbu kristalografinya. Sinar X tersebut akan didifraksikan oleh atom-atom yang berada pada kisi periodik. Sinar-sinar hamburan yng memiliki fase yang sama akan berinterferensi saling menguatkan. Detektor kemudian merekam pola sinar yang didifraksikan sehingga diperoleh pola difraksi sinar X dari sampel. Jarak antar kisi kristal (d) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Bragg nλ=2d sin θ... (4) dimana λ panjang gelombang difraksi θ adalah sudut antara garis normal dengan arah sinar difraksi n = 1,2, Pola difraksi sinar X dari suatu sampel padatan diperoleh dari suatu sumber sinar X yang tetap (biasanya Cu Kα) dan sebuah detektor bergerak yang menangkap intensitas radiasi sinar yang didifraksikan oleh padatan tersebut sebagai fungsi sudut 2 teta (sudut antara sinar datang dan sinar difraksi). II Scanning Electron Microscopy (SEM) SEM digunakan untuk melihat topologi dan morfologi suatu serbuk padatan Mikroskop elektron adalah suatu instrumen yang menggunakan pancaran elektron berenergi tinggi sehingga memperbesar gambar dari sutu partikel yang sangat kecil. Penembak elektron memancarkan sinar elektron berenergi tinggi yang berjalan melewati serangkaian lensa magnetik yang memfokuskan elektron pada suatu titik pada sampel. Interaksi kemudian terjadi di dalam sampel yang mengalami radiasi. Sinar 19

16 elektron yang datang akan berinteraksi dengan sampel secara tidak elastis yang menyebabkan terjadinya ionisasi elektron yang terdapat pada atom sampel. Elektronelektron yang terionisasi dari atom sampel in disebut elektron-elektron sekunder. Detektor akan mendeteksi baik elektron-elektron sekunder maupun back scattered electron sebagai fungsi posisi dari pancaran elektron primer (yang berasal dari sumber). Elektron-elektron sekunder memiliki energi yang rendah (10-50 ev) dan berasal dari daerah permukaan sampel, sedangkan back scattered electron berasal dari bagian yang lebih dalam dan mengandung informasi mengenai komposisi sampel, karena elemen yang lebih berat akan menghamburkan elektron dengan lebih efisien sehingga menghasilkan gambar yang lebih jelas. II Kekuatan Asam Katalis Keasaman suatu katalis berhubungan erat dengan keaktifannya sebagai katalis asam. Keasaman katalis dapat ditentukan dengan metode titrasi. Katalis lempung dicampurkan dengan larutan basa seperti NaOH dengan konsentrasi tertentu. Larutan basa akan menetralkan sifat asam dari katalis lempung. Setelah pencampuran, larutan tersebut dititrasi dengan sejumlah asam sampai titik akhir titrasi yang dapat dilihat melalui perubahan warna indikator. Keasaman katalis lempung sebanding dengan jumlah mol basa yang dapat menetralkan sifat asam dari lempung tersebut. Dengan kata lain, keasaman katalis dapat dihitung sebagai selisih antara jumlah mol basa sebelum pencampuran dikurangi jumlah mol basa setelah pencampuran. II Uji Aktifitas Katalis Uji aktifitas katalis dilakukan dengan melibatkan katalis pada reaksi esterifikasi asam lemak bebas dengan metanol berlebih. Proses esterifikasi merupakan salah satu proses pembuatan biodiesel dengan bahan baku asam lemak bebas. Asam lemak bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah PFAD atau Palm Fatty Acid Distillate. PFAD terdiri dari campuran asam stearat, asam laurat dan asam palmitat. PFAD direaksikan dengan metanol yang akan menghasilkan metil ester (biodiesel) dan produk samping air. 20

17 Reaksi Esterifikasi O O R -C-OH + R-OH H + R -C-OR + H 2 O Asam Lemak bebas Alkohol Ester Air Gambar II.10 Reaksi esterifikasi asam lemak bebas Aktifitas katalis tersebut dinyatakan sebagai derajat konversi asam lemak bebas. Konversi asam lemak bebas ditentukan melalui persamaan berikut : Angka asam awal - Angka asam akhir Konversi (X) =...(5) Angka asam awal Angka asam dari asam lemak ditentukan melalui proses titrsi sejumlah larutan asam lemak dalam campuran etanol 95% - dietil eter 50:50 dengan titran yaitu larutan 0,1 N KOH dalam etanol. 21

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kehidupan manusia yang mana merupakan kunci utama dalam berbagai sektor ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Kebutuhan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Analisis XRD Hasil analisis XRD sampel Montmorilonite ditunjukan oleh gambar berikut 9,6Ǻ a 8,9Ǻ b 10Ǻ c Gambar IV.1 Difraktogram XRD (a)montmorillonite, (b)h-montmorillonite,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan untuk mengatasi masalah kekurangan sumber energi akibat cadangan sumber energi fosil yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Energi merupakan salah satu kebutuhan wajib bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di

I. PENDAHULUAN. Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di seluruh dunia jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Tetapi saat ini dunia mengalami krisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL SUSI NURUL KHALIFAH 1408 201 001 Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc PENDAHULUAN Minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perlakuan nh 4 cl dan gelombang mikro terhadap karakter keasaman montmorillonit Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M.0304063 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempung merupakan materi yang unik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi saat ini, kebutuhan material dengan kombinasi sifat-sifat mekanis yang tidak ditemukan pada material konvensional seperti metal, keramik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL L/O/G/O AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL SAMIK (1409201703) Pembimbing: Dra. Ratna Ediati, M.S., Ph.D. Dr. Didik Prasetyoko,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL Imroatul Qoniah (1407100026) Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. Kamis, 14 Juli 2011 @ R. J111 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang rekayasa material. Salah satu komposit yang banyak dikembangkan

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Dipresentasikan oleh : 1. Jaharani (2310100061) 2. Nasichah (2310100120) Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu atau dua dekade terakhir, banyak penelitian diarahkan untuk produksi bahan bakar kendaraan bermotor dari bahan alam yang terbarukan, khususnya minyak nabati.

Lebih terperinci

*ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo /

*ÄÂ ¾½ Á! ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo / *ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â Okki Novian / 5203011009 Michael Wongso / 5203011016 Jindrayani Nyoo / 5203011021 Chemical Engineering Department of Widya Mandala Catholic University Surabaya All start is difficult Perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Silika merupakan unsur kedua terbesar pada lapisan kerak bumi setelah oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai dari jaringan

Lebih terperinci

Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto Betty Octaviana 1

Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto Betty Octaviana 1 PEMANFAATAN CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULICA) SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI (Kajian Pengaruh Temperatur Reaksi dan Rasio Mol Metanol: Minyak) Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI TRIGLISERIDA BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH CPO HASIL ANALISA GC-MS Tabel L1.1 Komposisi Trigliserida CPO Komponen Penyusun Komposisi Berat Mol %Mol %Mol x (%)

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KATALIS HZSM-5 DENGAN IMPREGNASI LOGAM PALLADIUM UNTUK PERENGKAHAN MINYAK SAWIT

PEMBUATAN KATALIS HZSM-5 DENGAN IMPREGNASI LOGAM PALLADIUM UNTUK PERENGKAHAN MINYAK SAWIT PEMBUATAN KATALIS HZSM-5 DENGAN IMPREGNASI LOGAM PALLADIUM UNTUK PERENGKAHAN MINYAK SAWIT Oleh: Saripin (2306 100 099) Yuliana Kurniawan (2306 100 108) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Danawati Hari Prajitno,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Achmad Hambali NIM: 12 644 024 JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml) LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi Berat Mikroalga Kering (gr) Volume Pelarut n-heksana Berat minyak (gr) Rendemen (%) 1. 7821 3912 2. 8029 4023 20 120 3. 8431

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angkutan transportasi berbahan bakar minyak dan mesin industri yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada sampel CPO {Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dihindari ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu bangsa di masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Industri Kimia Banyak proses kimia yang melibatkan larutan homogen untuk meningkatkan laju reaksi. Namun, sebagian besar pelarut yang digunakan untuk reaksi adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit 2.1.1 Pengertian Zeolit Zeolit adalah polimir anorganik unit kerangka tetrahedral AlO4 dan SiO4 yang mempunyai struktur berongga dari Natrium silikat dan berkemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak sawit mentah mempunyai nilai koefisien viskositas yang tinggi (sekitar 11-17 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel), sehingga tidak dapat langsung digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Analisis Sifat Fisiko Kimia Tempurung Kelapa Sawit Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah biomassa yang berbentuk curah yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MONTMORILLONITE SEBAGAI KATALIS SINTESIS BIODISEL MELALUI ESTERIFIKASI PALM FATTY ACID DISTILLATE TESIS YESSI AGUSTIN NIM :

PENGEMBANGAN MONTMORILLONITE SEBAGAI KATALIS SINTESIS BIODISEL MELALUI ESTERIFIKASI PALM FATTY ACID DISTILLATE TESIS YESSI AGUSTIN NIM : PENGEMBANGAN MONTMORILLONITE SEBAGAI KATALIS SINTESIS BIODISEL MELALUI ESTERIFIKASI PALM FATTY ACID DISTILLATE TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada sistem reaksi untuk meningkatkan laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia pada akhir reaksi. Dan menurut Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN K 4.1. Hasil Penelitian Pada penelitian telah dilakukan modifikasi terhadap lempung alam dari Desa Cengar (Kuantan Singingi) dengan cara interkalasi, yaitu dengan memasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan bakar di Indonesia setiap tahun meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi bahan bakar tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang berimbas pada kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN MAKALAH PENDAMPING KIMIA FISIKA (Kode : C-5) ISBN : 978-979-533-85- MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN Imelda H. Silalahi, * Aladin Sianipar, Endah Sayekti Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Meningkatnya populasi manusia di bumi mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin meningkat pula. Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST. MT. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA. Safetyllah Jatranti 2310100001 Fatih Ridho

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur BAB III DASAR TEORI 3.1. Semen Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya seperti pasir silika dan tanah

Lebih terperinci