BAB VI. PENUTUP. oleh pemerintah dengan membentuk jaringan ( network). Pihak-pihak. masyarakat adalah PPTI, Aisyiyah, dan TP PKK.
|
|
- Ari Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Upaya penemuan penderita TB di Kabupaten Bantul dilakukan oleh pemerintah dengan membentuk jaringan ( network). Pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan ( network) untuk menemukan kasus di masyarakat adalah PPTI, Aisyiyah, dan TP PKK. Awal dilaksanakannya jejaring yang bertujuan untuk meningkatkan penemuan dan kesembuhan pasien TB mampu meningkatkan angka penemuan penderita TB (CDR) dari 30 -an% menjadi diatas 40%. Pemerintah membentuk jaringan melalui program Gerdunas TB yang kemudian dilanjutkan dengan memasukkan TB dalam program DB4MK Plus TB. Meskipun demikian angka penemuan kasus TB (CDR) tidak pernah mencapai target yang telah ditetapkan yakni sebesar 70%. Kegiatan dalam jaringan juga mengalami pasang surut, ada beberapa kendala yang mengakibatkan kegiatan dalam jaringan (network) mengalami penurunan. Padahal fakta yang ada, penemuan penderita TB melalui pengamatan wilayah setempat (pws) yang mengandalkan peran aktif kader-kader ataupun tokoh-tokoh di masyarakat mempunyai hasil yang lebih baik daripada yang non pws. Setelah melakukan analisa terhadap temuan di lapangan melalui pengkajian terhadap karakteristik jaringan (network), hal utama yang menyebabkan penurunan adalah komitmen dari para aktor yang berjejaring. Implementasi di lapangan tidak sesuai dengan pernyataan para aktor bahwa mereka mempunyai komitmen terhadap 131
2 program ini. Bukti dari mengendurnya komitmen pemerintah sebagai aktor utama dalam jaringan adalah dikeluarkannya program penemuan TB dari unit analisis program DB4MK di Bantul. Media koordinasi seperti Gerdunas TB yang diharapkan dapat menjembatani para aktor dalam berjejaring juga tidak aktif dalam beberapa tahun terakhir. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Subekti (2011), bahwa dukungan pimpinan dalam kegiatan penanggulangan P2TB di Kabupaten Bantul belum sesuai yang diharapkan. Selain itu sistem jejaring yang disarankan oleh Subekti (2011) dalam penelitiannya juga belum dilaksanakan dengan baik sehingga hasilnya belum optimal. Padahal dalam penelitian Awusi (2008) penjaringan suspek merupakan faktor yang berpengaruh dalam penemuan penderita TB Paru. Keadaan yang terjadi di Bantul dalam pengelolaan jaringan (networking) penangulangan TB juga senada dengan apa yang terjadi di negara Brasil, dimana ketidakpastian jaringan ( networking) diantara para mitra dari berbagai sektor (masyarakat,pemerintah, swasta, dam akademisi) menjadi kendala besar dalam memerangi penyakit TB (Filho & Gomes,2007). Kondisi hubungan saling ketergantungan dalam program penanggulangan TB di Kabupaten Bantul dapat ditunjukkan dalam beberapa fakta berikut ini : a. Pemerintah, mempunyai keterbatasan dalam menjangkau penderita TB. Namun pemerintah mempunyai sumber 132
3 daya berupa jaringan pelayanan kesehatan, selain itu pemerintah juga memliki sumber pendanaan. b. PPTI, mempunyai keterbatasan dalam pendanaan, namun PPTI memiliki sumberdaya lain yakni kader yang memiliki kompetensi khusus dalam penemuan TB. c. Aisyiyah, memiliki sumber daya yang sangat banyak, mulai dari pendanaan hingga kader untuk bergerak di masyarakat. Aisyiyah membutuhkan kerjasama dengan pemerintah supaya mendapatkan kesempatan untuk beramal di masyarakat. d. TP PKK, memiliki keterbatasan dalam pendanaan, namun memiliki jaringan internal yang sangat luas berupa kaderkader PKK, sehingga mampu mencapai akar rumput. Dari beberapa fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan jaringan ( networking) dalam penanggulangan TB di Bantul tidaklah tinggi, karena tingkat subtitutabililty (pengganti) sumberdaya yang dimiliki sangat tinggi. Artinya ada banyak sumberdaya pengganti yang bisa menggantikan posisi para aktor yang berjejaring selain dinas kesehatan tentunya. Sehingga tidak mengherankan apabila kegiatan dalam jaringan juga melemah karena hubungan ketergantungan yang juga tidak kuat. 133
4 6.2. Rekomendasi Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, agar proses berjejaring dalam penanggulangan TB di Bantul dapat optimal maka dapat direkomendasikan perbaikan terhadap jaringan (networking) yang mengacu pada strategi manajemen jaringan yang dikemukakan oleh Klijn dan Teisman (1999) berikut ini : 1. Melakukan konsolidasi persepsi (covenanting) Perlu adanya upaya mengeksplorasi tujuan bersama dalam berjejaring, strategi ini berupaya merefresh komitmen para pihak yang berjejaring dengan cara mendalami atau memperkuat persamaan tujuan diantara para pihak. 2. Melibatkan aktor baru (network de activation) Strategi melibatkan aktor baru dalam berjejaring dapat menyegarkan kondisi jaringan yang lesu. Aktor baru yang dapat dilibatkan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai jaringan luas, seperti nahdatul ulama misalnya atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Selain itu aktor baru juga dapat diimplementasikan dengan merekrut tokoh yang mempunyai pengaruh kuat di masyarakat dan juga di birokrasi seperti tokoh dari legislatif. Pelibatan tokoh sebenarnya sudah cukup familier bagi masyarakat Bantul, terutama dalam penanggulangan demam berdarah dengan adanya Bapak Asuh, hal tersebut seyogyanya dapat diterapkan pada penanggulangan TB. 134
5 3. Aktivasi jaringan ( network activation) dengan selective activation. Aktivasi jaringan dapat dilakukan dengan memfokuskan tujuan berjejaring, misalnya adalah dengan memfokuskan jejaring pada penyebaran informasi yang benar ke masyarakat secara kontinyu. Informasi yang benar dan dilakukan secara kontinyu diharapkan dapat mendorong masyarakat beresiko TB untuk memeriksakan dirinya ke layanan kesehatan terdekat. 4. Mengubah kebijakan bersama (reconstitutionalism) Tujuan dalam berjejaring perlu ditegaskan kembali dengan merumuskan tujuan bersama. Sebaiknya dilakukan penandatanganan MoU diantara para pihak yang berjejaring, sehingga masing-masing dapat saling mengingatkan akan perannya dalam jaringan. Mou tersebut dapat juga dipergunakan sebagai media untuk mengingatkan apabila diantara para pihak ada yang mengalami penurunan komitmen. 5. Mengaktifkan komunikasi dalam jaringan dengan menggiatkan kembali gerdunas TB di level Kabupaten maupun Kecamatan. Komunikasi oleh beberapa pihak yang berjejaring dirasakan menjadi faktor yang menentukan dalam berjejaring ( network), pasang surutnya program diduga karena kuantitas dan kualitas komunikasi yang kurang baik. Sehingga perlu adanya media komunikasi atau mengaktifkan kembali media komunikasi yang sudah ada diantara para pihak yang 135
6 berjejaring. Media tersebut adalah Gerdunas TB. Pemerintah perlu menggalakkan kembali Gerdunas TB yang dulu pernah terbentuk dari tingkat kabupaten sampai dengan kecamatan sebagai wadah komunikasi bagi para aktor atau pihak yang berjejaring Implikasi Teoritis Implikasi teoritis dari penelitian ini terkait dengan pengembangan instrumen networking dalam pelayanan publik. Dalam berbagai referensi yang ada (misal dalam Klinj dan Koppenjan,1999)) isu -isu hanya diarahkan pada keputusan dalam bentuk forum atau pembentukan jaringan. Isu-isu yang dipahami hanya berproses pada saat formulasi. Namun dalam penelitian ini, poin utama yang ditemukan bahwa isu-isu dalam networking tidak hanya dinamis pada proses pembentukan jaringan tetapi pada proses implementasi di lapangan. Isu tersebut akan selalu berproses dan selalu melekat pada pihak yang berjejaring. Isu juga mempunyai keterkaitan dengan keberlangsungan networking. Dinamika dalam berjejaring sangat beragam karena dipengaruhi oleh aktifitas organisasi atau para pihak yang berjejaring hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Klinj dan Koppenjan (1999). Semakin banyak p ihak yang terlibat maka akan semakin dinamis isu-isu yang muncul dalam jaringan (networking). Terlebih lagi pihak yang berjejaring mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Kepentingan yang beragam dari setiap pihak yang berjejaring juga melahirkan dinamika yang bervariasi 136
7 dalam jaringan ( networking). Penggunaan sumberdaya dari masingmasing pihak juga dapat mempengaruhi ketergantungan dalam jaringan. Semakin besar ketergantungan diantara pihak yang berjejaring maka semakin kuat ikatan jaringan (networking). 137
BAB I. PENDAHULUAN. mengganti aktor pusat menjadi daerah dalam hal pengambilan kebijakan. dengan masyarakat. Dengan begitu, informasi tentang proses
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah mengatur pendelegasian fungsi atau kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pendelegasian tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan persediaan di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketidakpastian pasokan dan permintaan darah menjadi problematika serius dalam pengelolaan persediaan di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD PMI) Kota Yogyakarta.
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume13, No. 1February 2017 ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN
ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN Isma Yuniar 1 Kanthi Pamungkas Sari 2, Hendry Tamara Yudha 3 ¹²³ STIKES Muhammadiyah Gombong ABSTRACT Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR MANAJEMEN DI PUSKESMAS DALAM MENINGKATKAN CASE DETECTION RATE (CDR) TUBERKULOSIS
ANALISIS FAKTOR MANAJEMEN DI PUSKESMAS DALAM MENINGKATKAN CASE DETECTION RATE (CDR) TUBERKULOSIS Rossalina Adi Wijayanti Politeknik Negeri Jember ABSTRAK Tuberculosis sampai saat ini merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. masih pada tahap pengembangan format yang utuh menuju suatu collaborative
BAB VII PENUTUP VII.A. Kesimpulan Praktek collaborative govenrance yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar, PT Unilever Indonesia, Media Fajar, Yayasan Peduli Negeri dan juga Forum Kampung Bersih
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di Indonesia telah dimulai sejak diadakan Simposium Pemberantasan TB Paru di Ciloto pada tahun 1969. Namun
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL A. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul terletak di Jalan Lingkar
Lebih terperinciLOGO 25 5 Juni Ju 2009
LOGO 25 Juni 2009 Diskusi PPTI: anggota 50 + 24 = 74. Pembagian dalam kelompok (Pemerintah, NGO+UPK, NGO non UPK, Swasta) Pemerintah: Depkes Puskom Publik, Subdit TB, Dokkes, Depsos Pemerintah Kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah utama yang terjadi dalam kesehatan global. TB menjadi peringkat kedua penyebab kematian didunia setelah HIV. Angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang sudah cukup lama dan tersebar di seluruh dunia. Penyakit tuberkulosis dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena
Lebih terperinciStrategi Penanganan TB di dunia kerja
Strategi Penanganan TB di dunia kerja Dr. Asik Surya, MPPM Pendidikan Dokter FK Unair Surabaya, 1990 Master Public Policy and Management, University of Southern California, LA, USA, 1999 Pekerjaan : Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global utama. Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan pada jutaan orang setiap tahunnya dan merupakan peringkat kedua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
Lebih terperinciImplementasi Strategi Layanan Komprehensif (LKB) pada Prosedur Pengobatan HIV IMS di Kota Yogyakarta dan Semarang
Hasil Riset Operasional Implementasi Strategi Layanan Komprehensif (LKB) pada Prosedur Pengobatan HIV IMS di Kota Yogyakarta dan Semarang Kerjasama PKMK FK UGM dengan Kemenkes RI Forum Jaringan Kebijakan
Lebih terperinciBAB V. keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat
BAB V KESIMPULAN Proses monitoring dan evaluasi menjadi sangat krusial kaitannya dengan keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat terdapat berbagai permasalahan baik dari awal
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 1. Pedoman Wawancara 66 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS MEDAN HELVETIA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN
Lebih terperinciDikembangkan dari publikasi di JMPK yang ditulis oleh Alex Prasudi 1 dan Adi Utarini 2
INOVASI INFORMASI KESEHATAN DARI FASILITAS PEMERINTAH DAN SWASTA: MODEL DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU DI KECAMATAN KALASAN, KABUPATEN SLEMAN, PROPINSI DIY Dikembangkan dari publikasi di
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW) IMPLEMENTASI PROGRAM PENGENDALIAN TB PARU DI PUSKESMAS PIJORKOLING KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW) IMPLEMENTASI PROGRAM PENGENDALIAN TB PARU DI PUSKESMAS PIJORKOLING KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 I. Daftar Pertanyaan untuk Informan Di Bidang Seksi Pengendalian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2010 menyatakan
Lebih terperinciBAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)
BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
170 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 4, terdapat beberapa simpulan sebagai berikut :
Lebih terperinciIndeks Kepuasan Masyarakat
3.4. SURVEI TERHADAP RESPONDEN MASYARAKAT UMUM. Survei terhadap umum dilaksanakan untuk pertama kalinya pada tahun 2014. Bertujuan untuk mengukur persepsi terhadap kelembagaan dan kinerja BPK RI. Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit TBC Paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kuman ini memiliki sifat khusus tahan asam, cepat mati dengan sinar
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. ditemui melalui pendekatan kualitatif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas perkembangan KUBE dan hambatan yang ditemui melalui pendekatan kualitatif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Perkembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN. 5.1 Kesimpulan Ada tiga poin yang menjadi kendala bagi asosiasi sehingga kelembagaan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN 5.1 Kesimpulan Ada tiga poin yang menjadi kendala bagi asosiasi sehingga kelembagaan menjadi tidak efisien. Kondisi itu menjadi penghambat alur rantai nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama dunia. Tahun 2012, diperkirakan 8,6 juta penderita mengalami TB dan 1,3 juta meninggal dibesabakan oleh TB
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit menular merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah
32 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia karena masih tinggi angka kesakitan dan kematian, khususnya penyakit
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan sumber
Lebih terperinciPERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU
PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU Oleh : dr. Austin Bertilova Carmelita Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Univeritas Palangka Raya PENDAHULUAN Penyakit TB salah satu penyakit
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
80 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tujuan pelaksanaan home care telah dipahami perawat dan tim kesehatan yang lain yaitu melaksanakan perawatan pada pasien yang mengalami keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting dalam suatu organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama dunia terutama pada negara - negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global. Penyakit ini menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TBC merupakan penyakit yang sangat membahayakan, karena di dalam paru-paru kita terdapat kuman mycrobacterium tuberculosis, yang apabila di biarkan, kuman tersebut akan
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan
Lebih terperinciBAB VI P E N U T U P
244 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Menyimak hasil penelitian dan setelah melalui langkah analisis berkenaan dengan Problematika Penyelenggaraan Supervisi Pendidikan Islam pada Madrasah di Era Otonomi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Nasional di bidang kesehatan diperlukan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan persaingan global sekarang ini yang diliputi banyak ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan inovatif
Lebih terperinciKUESIONER* PERSEPSI PASIEN TERHADAP PROGRAM PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR (HIV/AIDS, MALARIA, FILARIASIS, TUBERCULOSIS/TB, KUSTA)**
- 161 - KUESIONER* PERSEPSI PASIEN TERHADAP PROGRAM PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR 1. Pasien pernah mendapatkan informasi atau mengikuti kegiatan sosialisasi dalam rangka penanggulangan penyakit menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya peradangan pada parenkim paru oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman jenis aerob
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit
Lebih terperinciVIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA
92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung adalah asupan energi, asupan protein, ASI eksklusif, MP-ASI, ISPA, umur balita, pemantauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang begitu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kesetaraan gender dalam organisasi Muhammadiyah. Kedudukan ini terlihat
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dalam penelitian skripsi ini dapat diberikan kesimpulan bahwa kedudukan dari organisasi Aisyiyah Kota Yogyakarta dalam organisasi Muhammadiyah begitu
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kerjasama Antar Daerah (KAD) Bregasmalang merupakan kerjasama yang terbentuk berdasarkan Perda no. 6 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KELOMPOK PENDUKUNG AIR SUSU IBU (ASI) MUHAMMADIYAH KLATEN
PEMBENTUKAN KELOMPOK PENDUKUNG AIR SUSU IBU (ASI) MUHAMMADIYAH KLATEN Sutaryono, 1) Endah Purwaningsih, 2) 1) Prodi Farmasi, STIKES Muhammadiyah Klaten Sutar.on@gmail.com 2) Prodi Kebidanan, STIKES Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru (TBC paru) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat yang penting, karena masalah yang ditimbulkan bukan hanya masalah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kondisi sehat individu tidak bisa hanya dilihat dari kondisi fisik saja melainkan juga kondisi mental dan kondisi sosial. Dalam kasus anak-anak yang mengidap HIV/AIDS memperhatikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PNPM Mandiri merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Sebagaimana telah dijelaskan di depan, penelitian disertasi ini dilatarbelakangi oleh adanya ragam penerapan bentuk-bentuk kolaborasi antar daerah di perbatasan kota-kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI
Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pemberdayaan mulai mengemuka pada periode tahun 1970 hingga tahun 1980-an. Pada masa itu Indonesia merupakan Negara acuan dunia di bidang pembangunan terutama
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan yang bersifat sentralistik ke arah desentralistik yang. masing-masing Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Tujuan pembangunan di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era Otonomi Daerah saat ini telah mengubah paradigma pembangunan yang bersifat sentralistik ke arah desentralistik yang dicirikan oleh penggalian potensi maksimal di setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan
Lebih terperinciDESAIN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN (TKPP) DI INDONESIA
DESAIN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN (TKPP) DI INDONESIA TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN (TKPP) DI INDONESIA Daftar Isi I. Latar Belakang... 4 II. Maksud dan Tujuan... 5 III.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Proses integrasi implementasi kebijakan KJS dan JKN yang telah berjalan sekitar satu tahun di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Selama proses perjalan integrasi tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi memberikan pengaruh yang begitu besar bagi kehidupan. Di era modern ini, manusia tidak terlepas dari teknologi informasi yang menggiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis Paru (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur dan adekuat dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, walaupun sumber daya alam itu belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk memanfaatkan sumber-sumber
Lebih terperincidalam memberikan kritik bagi pelayanan publik (Insanarif, 2012). Oleh sebab oleh seluruh lapisan masyarakat (Widodo, 2001).
A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara. Kini masyarakat
Lebih terperinciTabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel
54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dimana Negara berkewajiban melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan
Lebih terperinciPETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA KELUARGA)
PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENCEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSDAYA) PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA KELUARGA) I. PENDAHULUAN Sampai saat ini telah lebih dari
Lebih terperinciBADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN)
AKSESIBILITAS MODAL DI KALANGAN KELOMPOK UPPKS (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA) DALAM MENINGKATKAN USAHA KELOMPOK DI KABUPATEN GRESIK DAN MALANG PROVINSI JAWA TIMUR A.2 1. Dra Iswarati,
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
157 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan metode COMBI di laksanakan untuk pertama kalinya di Kota Pekanbaru dengan
Lebih terperinciPRATIWI ARI HENDRAWATI J
HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) KELUARGA DENGAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan meraih derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya
Lebih terperinciBAB VI. Semaki dan Kelurahan Sorosutan dalam penulisan laporan ini, dapat ditarik
BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data penelitian dan pembahasan penelitian implementasi program pengendalian demam berdarah dengue (DBD) di Kelurahan Semaki dan Kelurahan Sorosutan dalam penulisan
Lebih terperinci2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2016 SERI B.25 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KOLABORASI TB-HIV (TUBERKULOSIS-HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS) KABUPATEN
Lebih terperinciPANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016
PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA Jl. Sultan Agung No.8A Purwokerto Tahun 2016 BAB I DEFINISI Sampai saat ini, Rumah Sakit di luar negeri termasuk di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi
Lebih terperinciREKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL JEJARING KONSELOR HOTEL GRAND CEMPAKA JAKARTA TANGGAL, NOVEMBER 2006
REKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL JEJARING KONSELOR HOTEL GRAND CEMPAKA JAKARTA TANGGAL, 14 17 NOVEMBER 2006 Pertemuan nasional jejaring konselor HIV/AIDS yang diselenggarakan di Jakarta mulai tanggal 14
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam berorganisasi. Komunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam berorganisasi. Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Yang mana komunikasi dapat membantu anggota-anggota
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta dan Badan
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. penarikan kesimpulan dari keseluruhan paparan mengenai gambaran umum, mengenai collaborative governance pada PTPAS.
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini adalah penutup dari penulisan skripsi berjudul Collaborative Governance dalam Penyelenggaraan Pelayanan kepada Perempuan dan Anak Korban Kekerasan (Studi Kasus pada PTPAS).
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
[- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi amal, lembaga pendidikan dan lain-lain memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang
BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang diteliti dan dikerucutkan dalam bentuk rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan uraian pertanyaan, tujuan, dan
Lebih terperinciSAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016
SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 YTH. KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya krisis ekonomi diindonesia antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP Kesimpulan. kualitas dan kuantitas pemilih dalam menggunakan hak pilihnya. Relawan
BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Relawan Demokrasi merupakan program nasional dari KPU RI yang dirancang untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia dan ditempatkan di bawah supervisi KPU kabupaten/kota setempat.
Lebih terperinci